Anda di halaman 1dari 85

ISSN: 2443-2539

VOLUME 4 I NO. 2 I TAHUN 2018

JURNAL ADHYASTA
PEMILU
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM Fenomena Kotak Kosong dalam Pemilukada
REPUBLIK INDONESIA Serta Implikasinya dalam Sistem
Ketatanegaraan Indonesia
Ahmad Gelora Mahardika

Gender and Development (GAD):


Keterpilihan Perempuan dalam
Pilkada Serentak 2015, 2017 dan 2018
di Provinsi Jawa Timur
Susi Dian Rahayu & Chairunnisa

Pengaruh Calon Kepala Daerah


Perempuan dalam Pilkada
(Studi Pilkada lampung 2015-2018)
M.Iwan Satriawan

Pilkada Paslon Tunggal, Kinerja Partai Politik,


dan Masa Depan Demokrasi di Indonesia
Arif Budiman

Sentra Penegakan Hukum Terpadu Dalam


Konsep Sistem Peradilan Pidana Pemilu
Handoko Alfiantoro

Bagian Analisis Teknis Pengawasan dan Potensi Pelanggaran


Biro Hukum, Humas, dan Pengawasan Internal
Badan Pengawas Pemilihan Umum Republik Indonesia

COVER JURNAL ADHYASTA 02.indd 1 11/30/18 8:55 AM


PENGANTAR REDAKSI

Membahas tema kepemiluan selalu menjadi bahan menarik untuk didiskusikan.


Ketika berbicara tentang Pemilu, kita bukan sekadar membincangkan tentang
mekanisme memilih pemimpin sesuai aspirasi masyarakat, melainkan juga membahas
permasalahan yang ada dikisaran Pemilu. Edisi Jurnal Adhyasta Pemilu kali ini mencoba
mengangkat sejumlah problematika dalam Pemilu, seperti fenomena kotak kosong,
pasangan calon tunggal, partisipasi perempuan, dan pengawasan pemilu. Artikel
yang ditulis oleh Ahmad Gelora Mahardika memaparkan bahwa kemenangan kotak
kosong dalam kontestasi demokrasi menjadi bukti kejenuhan masyarakat terhadap
tidak berjalannya fungsi kaderisasi partai politik. Bahkan, fenomena tersebut juga
membuktikan bahwa calon tunggal yang diusung oleh semua partai politik belum tentu
didukung oleh rakyat. Tulisan tersebut melihat fenomena kotak kosong mempunyai
implikasi terhadap sistem ketatanegaraan Indonesia.
Dua artikel dalam edisi kali ini juga membahas persoalan perempuan dalam
Pemilu yang ditulis oleh Susi Dian Rahayu dan Chairunnisa serta M. Iwan Satriawan.
Rahayu dan Chairunnisa mengangkat persoalan keterpilihan perempuan dalam pilkada
serentak tahun 2015, 2017, dan 2018 di Jawa Timur sebagai implementasi dari konsep
Gender and Development (GAD). Mereka mengkaji keterpilihan perempuan dalam
Pilkada Serentak di Provinsi Jawa Timur menggunakan empat indikator, yakni Basis
keterpilihan, Pola rekruitmen, Kaderisasi dan Ikatan dengan masyarakat (grassroot).
Sementara, Satriawan meninjau fenomena banyaknya bermunculan kepala daerah
perempuan dari hasil pilkada tahun 2015-2018 di Provinsi Lampung. Ia menemukan
bahwa adanya pengaruh keberadaan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah
perempuan dalam pemenangan pemilihan kepala daerah di Lampung walaupun l
secara adat istiadat masyarakat Lampung dikenal dengan patrilineal.
Pasangan calon tunggal dalam pilkada menjadi pembahasan yang tidak kalah
penting untuk ditampilkan dalam edisi jurnal kali ini. Arif Budiman melalui tulisannya
yang berjudul Pilkada Paslon Tunggal , Kinerja Partai Politik, Masa Depan Demokrasi
di Indonesia menyoroti bahwa terjadi peningkatan jumlah pasangan calon tunggal di
setiap Pilkada Serentak. Ia menilai bahwa peningkatan jumlah tersebut memberikan
dampak negatif terhadap citra dan kinerja partai politik. Kehadiran Paslon tunggal yang
sepenuhnya didukung oleh partai politik juga merupakan ancaman bagi masa depan
demokrasi di Indonesia. Artikel lain yang dimuat dalam edisi jurnal kali ini adalah
tulisan Handoko Alfiantoro. Ia menjelaskan bahwa Sentra Gakkumdu perlu diwadahi
dalam sebuah dasar hukum yang lebih kuat melalui Peraturan Perundang-undangan
khusus tentang Sistem Peradilan Pidana Pemilu, yang di dalamnya mengatur tentang
hukum formil dan hukum materiil, serta mengatur tentang perluasan Sistem Peradilan
Pidana Terpadu. Penekanan dalam tulisan tersebut adalah untuk mempercepat
interkoneksi antar personal dan lembaga dalam penanganan dugaan pelanggaran
tindak pidana pemilu secara lebih komprehensif.

Pengantar Redaksi i

02 Hi JURNAL BAWASLU 2018.indd 1 11/29/18 10:10 AM


Redaksi berharap semoga edisi Jurnal Adhyasta Pemilu kali ini dapat menyajikan
tulisan yang menginspirasi dan bermanfaat dalam bidang keilmuan. Kami juga berharap
sejumlah artikel yang dihadirkan mampu mendorong diskusi dan penelitian lanjutan.
Selamat membaca!

ii Jurnal Adhyasta Pemilu

02 Hi JURNAL BAWASLU 2018.indd 2 11/29/18 10:10 AM


DEWAN REDAKSI

Mitra Bestari
Prof. Drs. Ramlan Surbakti., MA., Ph.D.
Dr. Nur Hidayat Sardini, S.Sos, M.Si
Dra. Mudiyati Rahmatunnisa., MA., Ph.D.
Dr. rer.pol. Mada Sukmajati, MPP
Dr. Caroline Paskarina S.IP., M.Si
Dr. Dra. Dwi Windyastuti Budi Hendararti ., MA
Dr. phil. Aditya Perdana S.IP., M.Si
Dr. Siti Aminah MA
Dr. Drs. Kris Nugroho., MA
Drs. Priyatmoko., MA
Hurriyah, S.Sos, IMAS
Ucu Martanto S.IP., MA
Feri Amsari, S.H., LL.M.
Khairul Fahmi, S.H, M.H.

Penanggung Jawab Sekretaris Redaksi


Mochammad Afifuddin Ira Sasmita
Adrian Pasga Dagama
Pemimpin Redaksi Elisa Sugito
Ferdinand Eskol Tiar Sirait
Taufiequrrohman
Dewan Redaksi
Ilham Yamin
Produksi dan Sirkulasi
M. Qodri Imaduddin
Masykurudin Hafidz
Anjar Arifin
Eko Agus Wibisono
Rafael Maleakhi
R.Alief Sudewo
Djoni Irfandi
Nugroho Noto Susanto

Redaksi Pelaksana
Rury Uswatun Hasanah
Bre Ikrajendra
Insan Azzamit

Dewan Redaksi iii

02 Hi JURNAL BAWASLU 2018.indd 3 11/29/18 10:10 AM


DAFTAR ISI

Fenomena Kotak Kosong dalam Pemilukada


Serta Implikasinya dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
Ahmad Gelora Mahardika ....................................................................................... 69

Gender and Development (GAD): Keterpilihan Perempuan dalam


Pilkada Serentak 2015, 2017 dan 2018 di Provinsi Jawa Timur
Susi Dian Rahayu & Chairunnisa ............................................................................ 85

Pengaruh Calon Kepala Daerah Perempuan dalam Pilkada


(Studi Pilkada lampung 2015-2018)
M.Iwan Satriawan ................................................................................................... 101

Pilkada Paslon Tunggal, Kinerja Partai Politik,


dan Masa Depan Demokrasi di Indonesia
Arif Budiman ............................................................................................................ 119

Sentra Penegakan Hukum Terpadu Dalam


Konsep Sistem Peradilan Pidana Pemilu
Handoko Alfiantoro ................................................................................................. 135.

iv Jurnal Adhyasta Pemilu

02 Hi JURNAL BAWASLU 2018.indd 4 11/29/18 10:10 AM


Jurnal Adhyasta Pemilu
ISSN 2443-2539

Vol. 4 No. 2 2018, Hal. 69-84

FENOMENA KOTAK KOSONG DALAM PEMILUKADA


SERTA IMPLIKASINYA DALAM
SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA

Ahmad Gelora Mahardika


Hukum Tata Negara Institut Agama Islam NegeriTulungagung
Jl. Major SujadiTimur No. 46, Tulungagung
geloradika@gmail.com

Abstract

The decision of Indonesian Constitutional Court No. 100/PUU-XII/2015 legitimizing


single candidate give solution for democracy deadlock in some regions.Based on
that decision, The Election Commission make a regulation giving alternative for some
regions having only one candidate for choosing the picture of candidate against empty
box.These battle in the beginning seems not fair because of political intention, empty
box has no resources to compete with candidate. But, in the local election 2018, in
some regions, empty box success to gain more voters than his rival. Winning of empty
box in contestation of democracy became a proof that people feel tired because the
system of regeneration in political parties not running well, other proof that single
candidate that bring up by all political parties not always supported by voters. In the
Indonesia constitutional law, the phenomenon of empty box surely implicate tomany
problems. This writing will try to see this phenomenon and its implication according
to Indonesian constitutional law.

Key words: Democracy, Empty box, Political parties, Local Election

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor100/PUU-XIII/2015 yang mengesahkan calon


tunggal secara plebisit memberi solusi atas kebuntuan demokrasi yang saat itu terjadi
di sejumlah daerah. Berdasarkan Putusan tersebut, KPU kemudian membuat Peraturan

Ahmad Gelora Mahardika 69

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 69 11/30/18 6:30 PM


KPU yang memberikan alternatif bagi daerah yang hanya terdapat satu orang calon
untuk memilih gambar calon dihadapkan melawan kotak kosong. Pertarungan itu pada
awalnya terkesan tidak seimbang karena secara nalar politik, kotak kosong bukan calon
yang mempunyaisumberdayapolitik untukbersaing. Akan tetapi padaPemilukada 2018
justru di sejumlah daerah kotak kosong memenangkan kontestasi politik. Kemenangan
kotak kosong dalam kontestasi demokrasi selain menjadi bukti kejenuhan masyarakat
terhadap tidak berjalannya fungsi kaderisasi partai politik, juga membuktikan pula
bahwa calon tunggal yang diusung oleh semua partai politik belum tentu didukung
oleh rakyat. Dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, fenomena kotak kosong tentu
saja berimplikasi terhadap sejumlah persoalan. Tulisan ini akan mencoba melihat
fenomena kotak kosong dan implikasinya dalam sistem ketatanegaraan Indonesia.

Kata Kunci: Demokrasi, KotakKosong, PartaiPolitik, Pemilukada

1. Pendahuluan Kota Samarinda (Kalimantan Timur)


hingga penutupan pendaftaran sampai
Putusan Mahakamah Konstitusi
dibuka kembali perpanjangan oleh
Nomor 100/PUU-XIII/2015 menjadi solusi
KPUD, kandidat yang mendaftar untuk
atas kebuntuan demokrasi yang terjadi di
menjadi kepala daerah hanya satu orang
sejumlah daerah. Para pembuat undang-
(nationaltempo.com, diakses tanggal 23
undang (law makers) pada awalnya
Agustus 2018).
tidak pernah memperkirakan adany
Persoalan yang muncul adalah
kemungkinan lahirnya calon tunggal
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015
dalam kontestasi politik di tingkat lokal.
tentang Pemilihan Kepala Daerah
Hal itu disebabkan dengan sistem multi
ternyata tidak memberikan solusi terkait
partai serta kencangnya arus demokrasi,
persoalan tersebut. Hal ini menyebabkan
kemungkinan lahirnya calon tunggal
beberapa orang yang mengatasnamakan
dianggap nihil. Akan tetapi, sesuatu yang
rakyat yang dirugikan hak konstitusinya
seharusnya (das sollen) tidak akan terjadi
kemudian mengajukan gugatan ke
bukan tidak mungkin akan terjadi. Pada
Mahkamah Konstitusi untuk menguji
kenyataannya (das sein), fenomena ini
konstitutionalitas terkait pasal kewajiban
terjadi pada Pilkada tahun 2015, ketika
minimal harus adanya dua pasangan calon
sejumlah daerah seperti Kabupaten Blitar
tersebut. Mahkamah Konstitusi kemudian
(Jawa Timur), Kabupaten Tasikmalaya
mengabulkan sebagian permohonan uji
(Jawa Barat), Kabupaten Timor Tengah
materiUndang-Undang Nomor 8 Tahun
Utara (Nusa Tenggara Timur), Kota
2015 yang dimohonkan oleh Akademisi
Mataram (Nusa Tenggara Barat), dan

70 Jurnal Adhyasta Pemilu

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 70 11/30/18 6:30 PM


Effendi Gazali. Dalam putusan tersebut, dipenuhi. Pasalnya, penyebab tidak
Mahkamah Konstitusi menyatakan dapat dipenuhinya hak rakyat untuk
Pemilihan Kepala Daerah yang hanya dipilih dan memilih itu tetap ada, yaitu
diikuti oleh satu pasangan calonkepala ketentuan yang mempersyaratkan paling
daerah dan wakil kepala daerah dapat sedikit adanya dua pasangan calon dalam
dilaksanakan apabila telah diusahakan kontestasi Pemilukada, oleh karena itu,
dengan sungguh-sungguh terpenuhinya menurut Mahkamah, Pemilukada yang
syarat paling sedikit dua pasangan calon. ditunda sampai pemilihan berikutnya
Untuk itu, Pemilukada tidak lagi semata- hanya karena tak terpenuhinya syarat
mata digantungkan pada keharusan paling paling sedikit dua pasangan calon
sedikit adanya dua pasangan calon kepala bertentangan dengan UUD 1945. “Demi
daerah dan calon wakil kepala daerah menjamin terpenuhinya hak konstitusional
(Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor warga negara, pemilihan Kepala Daerah
100/PUU-XII/2015). harus tetap dilaksanakan meskipun hanya
Menurut Mahkamah, dalam terdapat satu pasangan calon kepala
Undang-Undang Pemilukada, tampak daerah dan calon wakil kepala daerah,
bahwa pembentuk Undang-Undang setelah sebelumnya diusahakan dengan
ingin kontestasi Pemilukada setidaknya sungguh-sungguh untuk mendapatkan
diikuti dua pasangan calon. Namun, paling sedikit dua pasangan calon.
pembentuk Undang-Undang tidak Akan tetapi sebagaimana biasanya,
memberikan jalan keluar alternatif Putusan Mahkamah Konstitusi hanyalah
apabila syarat setidaknya dua pasangan menyatakan bertentangan atau tidak
calon tersebut tidak terpenuhi.“Dengan bertentangan dengan konstitusi, karena
demikian, akan ada kekosongan hukum Putusan MK pada dasarnya tidak
manakala syarat paling kurang dua menciptakan hukum baru (negative
pasangan calon tersebut tidak terpenuhi. legislator), oleh karena itulah persoalan
Kekosongan hukum itu akan berakibat teknis terkait dengan pelaksanaan
padatidak dapat diselenggarakannya Pemilukada dengan calon tunggal
Pemilihan Kepala Daerah. Mahkamah diserahkan sepenuhnya pada KPU.
mengimbuhkan, adanya kekosongan Menindaklanjuti Putusan MK
hukum tersebut telah mengancam tidak tersebut, kemudian KPU membuat
terlaksananya hak-hak rakyat untuk Peraturan Komisi Pemilihan Umum
dipilih dan memilih karena dua alasan. (PKPU) Nomor 14 tahun 2015 tentang
Pertama, penundaan ke Pemilihan Pilkada yang mengatur teknis pemilihan
serentak berikutnya sesungguhnya telah dengan kandidat perseorangan. Sadar
menghilangkan hak rakyat untuk dipilih bahwa secara kedudukan hukum kurang
dan memilih pada Pemilihan serentak kuat, pembuat undang-undang kemudian
saat itu. Kedua, apabila penundaan menindaklajuti Putusan tersebut ke
demikian dapat dibenarkan, tetap tidak dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun
ada jaminan bahwa pada Pemilihan 2016 tentang Pemilihan Kepala Daerah
serentak berikutnya itu, hak rakyat (Pilkada) yang berbunyi sebagai berikut:
untuk dipilih dan memilih akan dapat

Ahmad Gelora Mahardika 71

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 71 11/30/18 6:30 PM


Pasal 54C (1) mengusulkan calon/pasangan calon
Pemilihan 1 (satu) pasangan calon pengganti atau calon/pasangan
dilaksanakan dalam hal memenuhi calon pengganti yang diusulkan
kondisi: dinyatakan tidak memenuhi syarat
a) Setelah dilakukan penundaan dan yang mengakibatkan hanya terdapat
sampai dengan berakhirnya masa 1 (satu) pasangan calon; atau
perpanjangan pendaftaran, hanya e) terdapat pasangan calon yang
terdapat 1 (satu) pasangan calon dikenakan sanksi pembatalan
yang mendaftar dan berdasarkan sebagai peserta Pemilihan yang
hasil penelitian pasangan calon mengakibatkan hanya terdapat 1
tersebut dinyatakan memenuhi (satu) pasangan calon.
syarat;
b) te rd a p at l e b i h d a r i 1 ( s at u ) Ketentuan itu kemudian diatur secara
pasangan calon yang mendaftar dan teknis dalam Peraturan Peraturan KPU
berdasarkan hasil penelitian hanya Nomor 13 Tahun 2018 Pasal 25 ayat
terdapat 1 (satu) pasangan calon 1 sampai 3 tentang pilkada dengan
yang dinyatakan memenuhi syarat Satu Pasangan Calon. Pasal 25 tersebut
dan setelah dilakukan penundaan berbunyi;
sampai dengan berakhirnya masa
(1) Apabila perolehan suara pada
pembukaan kembali pendaftaran
kolom kosong lebih banyak dari
tidak terdapat pasangan calonyang
perolehan suara pada kolom foto
mendaftar atau pasangan calon
Pasangan Calon, KPU Provinsi/KIP
yang mendaftar berdasarkan hasil
Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/
penelitian dinyatakan tidak memenuhi
Kota menetapkan penyelenggaraan
syarat yang mengakibatkan hanya
Pemilihan kembali pada Pemilihan
terdapat 1 (satu) pasangan calon;
serentak periode berikutnya.
c) Sejak penetapan pasangan calon
(2) Pemilihan serentak berikutnya
sampai dengan saat dimulainya
sebagaimana dimaksud pada ayat
masa Kampanye terdapat pasangan
(1) dapat diselenggarakan pada
calon yang berhalangan tetap, Partai
tahun berikutnya atau dilaksanakan
Politik atau Gabungan Partai Politik
sebagaimana jadwal sesuai dengan
tidak mengusulkan calon/pasangan
ketentuan peraturan perundang-
calon pengganti atau calon/pasangan
undangan.
calon pengganti yang diusulkan
(3) Dalam hal terjadi penetapan
dinyatakan tidak memenuhi syarat
penyelenggaraan Pemilihan serentak
yang mengakibatkan hanya terdapat
periode berikutnya sebagamana
1 (satu) pasangan calon;
dimaksud pada ayat (1), KPU
Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP
d) Sejak dimulainya masa Kampanye
Ka b u p a te n / Ko ta m e l a l u i K P U
sampai dengan hari pemungutan
berkoordinasi dengan kementerian
suara terdapat pasangan calon yang
yang membidangi urusan dalam
berhalangan tetap, Partai Politik
negeri untuk penugasan penjabat
atau Gabungan Partai Politik tidak
Gubernur dan Wakil Gubernur,

72 Jurnal Adhyasta Pemilu

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 72 11/30/18 6:30 PM


penjabat Bupati dan Wakil Bupati, akan muncul kekhawatiran bahwa sistem
atau penjabat Wali Kota dan Wakil ketatanegaraan kita akan terjebak dalam
Wali Kota sejumlah persoalan sebagaimana yang
Lepas dari adanya putusan MK terkait terjadi diera orde baru, dan
keberadaan calon tunggal, fenomena ini secara tidak langsung akan mengurangi
muncul dalam kontestasi demokrasi di kualitas kehidupan demokrasi kita.
Indonesia disebabkan oleh gagalnya partai Sebagaimana kita ketahui pada
politik dalam menjalankan fungsinya era orde baru, sistem ketatanegaraan
sebagai sarana kaderisasi politik. Kondisi Indonesia tidak berjalan sebagaimana
ini tentu saja tidak sehat baik bagi mestinya. Secara yuridis, terdapat
keberlangsungan demokrasi Indonesia lembaga tertinggi MPR, namun secara
maupun bagi sistem ketatanegaraan empiris lembaga kekuasaan eksekutif
Indonesia. begitu berkuasa baik terhadap lembaga
Apabila kita mengacu pada Pasal yudikatif maupun legislatif, dan kondisi
11 Undang-Undang Nomor 2 Tahun itutidak sehat bagi iklim demokrasi kita.
2008 tentang Partai Politik, Partai Politik Berangkat dari kekhawatiran itulah, tulisan
mempunyai beberapa fungsi integral yaitu ini akan membahas mengenai fenomena
sebagai pendidikan politik, penciptaan calon tunggal di beberapa daerah serta
iklim yang kondusif bagi persatuan dan bagaimana implikasinya dalam sistem
kesatuan bangsa Indonesia, aspirasi ketatanegaraan di Indonesia.
politik masyarakat, partisipasi politik dan
rekrutmen politik dalam proses pengisian 2. Metode Penelitian
jabatan politik melalui mekanisme
Pelaksanaan penelitian “Fenomena
demokrasi.
Kotak Kosong Dalam Pemilukada Serta
Pada fungsi rekrutmen politik inilah,
Implikasinya Dalam Sistem Ketatanegaraan
Peran Partai Politik sangat vital dalam
Indonesia” ini menggunakan metode
sistem ketatanegaraan kita. Partai Politik
kualitatif dengan teknik deskriptif analitis.
merupakan satu-satunya kendaraan
Sedangkan teknik pengumpulan datanya
alternatif bagi kader-kader bangsa untuk
dilakukan melalui studi pustaka dengan
menduduki jabatan-jabatan strategis
penelusuran terhadap sumber-sumber
di pemerintahan, hal itu disebabkan
tertulis. Sumber pokok adalah buku-buku
hingga hari ini kita belum menemukan
literatur, tulisan ilmiah serta laporan
sistem alternatif untuk pengisian jabatan-
yang memuat konten hasil penelitian.
jabatan strategis dipemerintahan selain
Artikel ini menfokuskan pada melihat
melalui partai politik. Secara otomatis
bagaimana fenomena kotak kosong dalam
berfungsinya pelembagaan partai politik
pelaksanaan Pilkada Serentak sejak tahun
secara ideal akan berefek positif terhadap
2015 hingga 2018.
penguatan sistem ketatanegaraan dan itu
berbanding lurus terhadap peningkatan
kualitas kehidupan berdemokrasi, dan 3. Pembahasan
begitupula sebaliknya apabila Partai Putusan Mahkamah Konstitusi
Politik gagal dalam menjalankan fungsinya Nomor 100/PUU-XIII/2015 pada awalnya
sebagai sarana rekrutmen politik, maka lahir sebagai upaya untuk menghindari

Ahmad Gelora Mahardika 73

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 73 11/30/18 6:30 PM


gugurnya Hak Konstitusi rakyat yaitu hak yang lain dimana hakikatnya memang
untuk memilih dan dipilih. Bagi kandidat mengharuskan pilihan lebih dari satu,
kepala daerah yang tidak mempunyai kemudian pilihan tersebut bisa sangat
rival, maka penundaan yang dilakukan sederhana seperti perbedaan antara dua
oleh KPU berimplikasi hilangnya hak dia orang atau lebih calon atau perbedaan
untuk dipilih sebagai Kepala Daerah, yang lebih rumit antara dua atau lebih
disisi lain bagi rakyat, penundaan berarti garis politik/program kerja yang berlainan
penghilangan Hak bagi rakyat untuk sampai ke perbedaan antara dua atau
memilih kepala daerahnya. lebih ideologi (Syafhendry,2017:84).
Menurut Austin Ranney (dalam Rusli Keberadaan calon tunggal tentu
Karim; 2016) ada tiga kriteria pokok saja tidak sejalan dengan konsep yang
sebuah pemilu yang demokratis meliputi disampaikan oleh Austin Ramsey,
: (1). Adanya hak pilih umum (aktif dan disebabkan fenomena tersebut membuat
pasif), maksudnya adalah dalam pemilu masyarakat tidak mempunyai alternatif
eksekutif maupun legislatif setiap warga dalam menentukan hak pilihnya. Disisi
negara mempunyai kesempatan yang lain, masyarakat juga dipaksa untuk
sama dalam ruang publik untuk memilih memilih satu kandidat yang (mungkin)
dan dipilih. Hak pilih aktif adalah hak tidak sejalan dengan ideologi dan
warga negara yang sudah memenuhi keinginan mereka.
syarat untuk memilih wakilnya di DPR, Kotak kosong adalah fenomena
DPD, DPRD, Presiden-Wapres, dan Kepala puncak gunung es yang selama ini terjadi
Daerah-Wakil Kepala Daerah yaitu berusia di lembaga partai politik, pragmatisme
17 tahun atau sudah/ pernah menikah, politik, kegagalan kaderisasi serta
tidak terganggu ingatannya, tidak dicabut miskinnya ideologi membuat partai politik
hak pilihnya, tidak sedang menjalani tak lebih sebagai kendaraan semata.
hukum pidana penjara, terdaftar dalam Partai Politik tidak mempunyai identitas,
Daftar Pemilih Tetap (DPT). Adapun yang ideologi dan kualitas untuk menjalankan
dimaksud hak pilih pasif adalah hak fungsinya sebagai partai politik.
warga negara yang sudah memenuhi Dalam Pilkada serentak, merujuk
syarat untuk dipilih menjadi anggota DPR pada PKPU, apabila hanya dilakukan
dan DPRD. (2). Kesetaraan bobot suara, oleh kandidat perseorangan maka calon
maksudnya adalah adanya keharusan perseorangan tersebut akan disandingkan
jaminan bahwa suara tiap-tiap pemilih dengan kotak kosong. Secara psikologis,
diberi bobot yang sama dalam pemilu sosiologis dan antropologis, pertarungan
tersebut. Semua pemilih memiliki bobot antara kandidat yang diusung oleh hampir
persentase perorangnya sama tanpa atau seluruh partai politik tidak akan
memikirkan jabatan dan kedudukan. mungkin kalah ketika hanya dihadapkan
(3). Tersedianya pilihan kandidat dari melawan kotak kosong, yang manatidak
latarbelakang ideologis yang berbeda. mempunyai partai pengusung, kandidat
Maksud dari kriteria ini adalah tersedianya yang ditawarkan, serta nihil visi dan misi,
pemilihan bahkan justru menawarkan penundaan
yang nyata dan kelihatan pemilihan kepala daerah pada pemilu
perbedaannya dengan pilihan-pilihan serentak periode selanjutnya. Dalam

74 Jurnal Adhyasta Pemilu

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 74 11/30/18 6:30 PM


tahap ini yang kemungkinan diuntungkan Tabel 2.1. Hasil Pilkada Serentak
hanya Pejabat Sementara yang ditunjuk dengan Calon Tunggal Tahun 2015
sebagai kepala daerah dan sejumlah
Kotak
orang yang berhasrat menjadi kepala No Daerah Kandidat
Kosong
daerah namun terbentur persyaratan
1 Kota Blitar 84,9% 15,1%
KPU seperti batasan umur atau jumlah
2 Kabupaten
dukungan yang kurang memadai apabila
Timor 79,89% 21,11%
hendak menggunakan jalur independen. Tengah Utara
Oleh karena itu sebenarnya Putusan MK
3 Kabupaten
sangat menguntugkan bagi calon tunggal 67,35% 32,65%
Tasikmalaya
yang berkontestasi dalam Pilkada, karena
Sumber: diolah oleh Peneliti dari berbagai sumber
selain hanya menghadapi lawan yang
tidak terlihat, kemenangan kotak kosong
secara sosiologis akan merugikan rakyat, Te r l i h at d a l a m ta b e l d i ata s ,
mereka untuk sementara waktu akan pelaksanaan 3 (tiga) Pilkada serentak
dipimpin oleh pelaksana tugas, yang dimenangkan oleh calon tunggal dengan
secara hukum dibatasi kewenangannya selisih suara yang besar. Pada titik ini
dan menimbulkan potensi lahirnya untuk sementara bisa kita simpulkan
kembali bentuk pemerintahan yang bahwa argumentasi yang menyatakan
tersentralisasi kembali ke pusat. bahwa masyarakat memang menginginkan
Akan tetapi, teori tetaplah hanya hanya satu calon yang berkompetisi
teori. Pada periode Pemilu serentak tahap dalam Pilkada bisa dibenarkan dengan
I, kotak kosong memang hanya menjadi hasil Pilkada serentak tahun 2015 ini.
penghias kontestasi, namun dalam pemilu Konsekuensi lahirnya Pelaksana Tugas
serentak tahap kedua kotak kosong secara untuk waktu yang lama belum terjadi
megejutkan mampu menjadi protagonis pada Pilkada serentak Tahap I.
disejumlah daerah.
2.2 Pilkada Serentak Tahun 2017
2.1 Pemilu Serentak Tahun 2015 Pilkada serentak tahun 2017
Fenomena calon tunggal pertama merupakan pelaksanaan Pilkada serentak
kali muncul pada tahun 2015. Pada yang memberi peluang calon tunggal
waktu itu, terdapat sejumlah daerah yang untuk ikut berpartisipasi. Pada tahun 2017
hampir gagal menyeleggarakan Pilkada, jumlah calon tunggal yang berkontestasi
disebabkan karena tidak adanya dasar bukannya malah berkurang, namun justru
hukum yang kuat terkait legalitascalon semakin bertambah banyak. Tercatat ada
tunggal. Kemudian, Putusan MK berhasil 9 (sembilan) daerah yang Pilkada nya
mengurai persoalan tersebut. Pada hanya terdapat calon tunggal.
Pilkada serentak Periode I daerah-daerah
yang menyelenggarakan Pilkada serentak
dengan calon tunggal adalah Kabupaten
Blitar, Kabupaten Tasikmalaya, dan
Kabupaten Timor Tengah Utara di Provinsi
Nusa Tenggara Timur (NTT).

Ahmad Gelora Mahardika 75

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 75 11/30/18 6:30 PM


Tabel 2.2. Hasil Pilkada Serentak 2.3 Pilkada Serentak 2018
dengan Calon Tunggal Tahun 2017
Pada Pilkada serentak tahun 2018,
Kotak fenomena keberadaan calon tunggal
No Daerah Kandidat
Kosong melesat pesat menjadi 16 (enam belas)
1 Kota Tebing calon di sejumlah daerah. Daerah-daerah
71,32% 28,68%
Tinggi tersebut adalah
2 Kabupaten
Tabel 2.3. Hasil Pilkada Serentak
Tulang 97,49%% 2,51%
dengan Calon Tunggal Tahun 2017
Bawang
3 Kabupaten Kotak
72,94% 27,06% No Daerah Kandidat
Pati Kosong
4 Kabupaten 1 Kabupaten
96,62% 3,38% 82,95% 17,14%
Landak Deli Serdang
5 Kabupaten 2 Kabupaten
Maluku 70,79% 29,21% Padang 80,12% 19,88%
Tengah Lawas Utara
6 Kota Jayapura 84,34% 15,66% 3 Kota
79,27% 20,73%
7 Kabupaten Prabumulih
85,98% 14,02%
Tambrauw 4 Kabupaten
81,44% 18,56%
8 Kabupaten Pasuruan
78,09% 21,91%
Sorong 5 Kabupaten
76,96% 23,04%`
9 Kabupaten Lebak
55,08% 44,92%
Buton 6 Kabupaten
83,72% 16,28%
Sumber: diolah oleh Peneliti dari berbagai sumber Tangerang
7 Kota
85,80% 14,20%
Pada Pilkada serentak tahun 2017, Tangerang
meskipun semakin menegaskan bahwa 8 Kabupaten
80,87% 19,13%
keberadaan calon tunggal adalah Tapin
keinginan sebagian besar rakyat, namun 9 Kabupaten
di Kabupaten Buton calon tunggal benar- Minahasa 67,26% 32,74%`
Tenggara
benar menghadapi pertarungan yang
berat dengan kotak kosong. Selisih suara 10 Kabupaten
68,41% 31,59%
Enrekkang
antara kotak kosong dan calon tunggal
tidak lebih dari 11%. Hal ini menunjukkan 11 Kota
46,77% 53,23%
Makassar
bahwa meskipun secara hasil calon
tunggal memenangkan semua kontestasi 12 Kabupaten
61,24% 22,46%
Mamasa
Pilkada di sejumlah daerah, akan tetapi
secara kualitas hal ini membuktikan 13 Kabupaten
Mamberamo 86,7% 13,3%
bahwa sebenarnya di beberapa daerah
Tengah
caon tunggal tidak cukup mendapat
14 Kabupaten
dukungan suara dari rakyat. 90,1% 8,9%
Puncak

76 Jurnal Adhyasta Pemilu

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 76 11/30/18 6:30 PM


15 Kabupaten ketika kotak kosong memenangkan proses
99,13% 0,87% demokrasi. Secara singkat, persoalan itu
Jayawijaya
16 Kabupaten bisa di inventarisir ke dalam tiga hal,
63,05% 36,95% yaitu:
Bone
1) Kosongnya Jabatan Kepala Daerah
Sumber: diolah oleh Peneliti dari berbagai sumber Definitif di suatu daerah Salah satu
dampak kekalahan calon tunggal
Apabila merujuk pada tabel di serta kemenangan kotak kosong
atas terlihat bahwa hasil Pilkada yang adalah ketiadaan Pejabat Kepala
mempertemukan calon tunggal melawan Daerah definitif di daerah tersebut.
kotak kosong hasilnya semakin lama Ketentuan ini mengacu kepada
semakin bervariasi. Di beberapa daerah Peraturan Peraturan KPU Nomor 13
sejumlah kandidat terlihat begitu Tahun 2018 Pasal 25 ayat (3), yang
menguasai dan mendominasi hasil mana disebutkan bahwa:
Pilkada, bahkan di Kabupaten Jayawijaya (3) Dalam hal terjadi penetapan
calon tunggal berhasil memenangkan penyelenggaraan Pemilihan serentak
Pilkada dengan prosentase 99%. Hal sama periode berikutnya sebagamana
juga terjadi di Kabupaten Puncak, yang dimaksud pada ayat (1), KPU
mana calon tunggal berhasil memperoleh Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP
suara diatas 90%. Kabupaten/Kota melalui KPU
Akan tetapi, hasil yang mengejutkan berkoordinasi dengan kementerian
justru terjadi di Kota Makassar. Di ibukota yang membidangi urusan dalam
Provinsi Sulawesi Selatan ini, Kotak negeri untuk penugasan penjabat
Kosong berhasil mengalahkan calon Gubernur dan Wakil Gubernur,
tunggal Pasangan Munafri Arifuddin-Andi penjabat Bupati dan Wakil Bupati,
Rahmatika Dewi (Appi-Cicu). Kekalahan atau penjabat Wali Kota dan Wakil
calon tunggal sekaligus kemenangan Wali Kota.
kotak kosong ini merupakan kejadian
pertama yang terjadi di Pilkada serentak di Penugasan yang dimaksud dalam
Indonesia, lantas bagaimanakah dampak ketentuan pasal ini tentu saja bukan
tumbangnya calon tunggal ini dilihat pejabat definitif yang dipilih melalui
dalam sistem hukum ketatanegaraan proses demokrasi, melainkan pejabat
Indonesia?. pelaksana tugas yang di angkat oleh
Menteri dalam Negeri untuk mengisi
3.3 Fenomena Kotak Kosong dalam kekosongan sementara waktu.
Sistem Hukum Ketatanegaraan Hanya saja persoalannya adalah,
Ketika berbicara mengenai sistem kekosongan yang terjadi dalam konteks
hukum ketatanegaraan ada beberapa hal ini bukanlah kekosongan yang sebentar
yang terdampak dari proses demokrasi atau semetara (temporary), melainkan
yang menghadirkan kontestasi calon kekosongan dalam jangka waktu yang
tunggal dan kotak kosong. Persoalan cukup lama.Sebagai contoh adalah
itu terkait jabatan kepala daerah hingga Pilkada Tahun 2015 dilaksanakan pada
potensi lahirnya kembali sistem sentralisasi tanggal 9 Desember 2015, sementara

Ahmad Gelora Mahardika 77

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 77 11/30/18 6:30 PM


itu pelaksanaan Pilkada selanjutnya interim basis”. The difference relates to
dilakukan pada tanggal 15 Februari 2017 whether during the duration one actually
dan yang ketiga dilakukan pada tanggal acts “as” the leader (the interim), or
27 Juni 2018. “like” a leader (the acting). (Newcombe,
2013:190)
Tabel 2.4. Pelaksanaan Pilkada dan Sementara itu dalam Pasal 14 ayat
Selisih Waktu Kekosongan Jabatan (2) Pelaksana Harian (“Plh”) adalah
pejabat yang melaksanakan tugas rutin
Pilkada Pelaksanaan Selisih Waktu
dari pejabat definitif yang berhalangan
9 Desember
I - sementara, sedangkan Pelaksana Tugas
2015
(“Plt”) adalah pejabat yang melaksanakan
15 Februari 1 Tahun 2
II tugas rutin dari pejabat definitif yang
2017 Bulan 6 Hari
berhalangan tetap.
1 Tahun 4 Plh dan Plt merupakan pejabat yang
III 27 Juni 2018
Bulan 12 Hari
melaksanakan tugas rutin berupa mandat.
Sumber: diolah oleh Peneliti dari berbagai sumber Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
Apabila kita melihat tabel diatas memperoleh mandat apabila:
terlihat bahwa jarak antara Pilkada • ditugaskan oleh Badan dan/atau
serentak I dan II cukup jauh dan ketiadaan Pemerintahan di atasnya, dan
pejabat definitif bisa memunculkan • merupakan pelaksanaan tugas rutin.
persoalan baru dalam sistem Plh ditunjuk oleh Pejabat
ketatanegaraan Indonesia. Pemerintahan di atasnya apabila
Dalam kajian hukum administrasi terdapat pejabat yang tidak dapat
negara, pejabat definitif mempunyai melaksanakan tugas paling kurang 7
perbedaan yang signifikan dengan pejabat (tujuh) hari kerja untuk tetap menjamin
pelaksana tugas (Plt) dan pelaksana harian kelancaran pelaksanaan tugas.Jadi
(Plh). Apabila kita mengacu pada Pasal 6 perbedaan mendasar antara Plh dengan
ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor Plt adalah Pelaksana Harian melaksanakan
30 Tahun 2014 tentang Administrasi tugas rutin dari pejabat definitif yang
Pemerintahan, Perbedaan mendasar berhalangan sementara, sedangkan
antara Pelaksana Harian (interim) dengan Pelaksana Tugas melaksanakan tugas rutin
Pelaksana Tugas (acting) adalah Pelaksana dari pejabat definitif yang berhalangan
Harian melaksanakan tugas rutin dari tetap.
pejabat definitif yang berhalangan Karena Plh atau Plt merupakan
sementara, sedangkan Pelaksana Tugas pejabat yang melaksanakan tugas rutin
melaksanakan tugas rutin dari pejabat yang merupakan salah satu bentuk
definitif yang berhalangan tetap. mandat, apabila merujuk pada Surat
Perbedaan definisi itu juga ditegaskan Kepala Badan Kepegawaian Negara
secara lebih jelas oleh Chapman et al. Nomor K.26-30/V.20-3/99 Tahun 2016
(1988), the line separates an interim, who tentang Kewenangan Pelaksana Harian
assumes “regular responsibilities during dan Pelaksana Tugas dalam Aspek
a specified period”, and the acting, who Kepegawaian, maka Plh atau Plt tidak
holds “less-than-regular leadership on an berwenang mengambil keputusan dan/

78 Jurnal Adhyasta Pemilu

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 78 11/30/18 6:30 PM


atau tindakan yang bersifat strategis yang bersifat strategis yang berdampak pada
berdampak pada perubahan status hukum perubahan status hukum pada aspek
pada aspek organisasi, kepegawaian, dan organisasi, kepegawaian, dan alokasi
alokasi anggaran. anggaran.
Sementara itu yang dimaksud dengan Ko n d i s i i n i te nt u s a j a t i d a k
“Keputusan dan/atau Tindakan yang menguntungkan bagi daerah yang
bersifat strategis” artinya Keputusan dan/ mengalami kekosongan kekuasaan dalam
atau Tindakan yang memiliki dampak periode yang lama. Untuk mengatasi
besar seperti penetapan perubahan persoalan ini, Kementerian Dalam Negeri
rencana strategis dan rencana kerja kemudian membuat Peraturan Menteri
pemerintah. “Perubahan status hukum Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor
organisasi” artinya menetapkan perubahan 1 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas
struktur organisasi. “Perubahan status Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
hukum kepegawaian” artinya melakukan 74 Tahun 2016 Tentang Cuti Di Luar
pengangkatan, pemindahan, dan Tanggungan Negara Bagi Gubernur
pemberhentian pegawai. “Perubahan Dan Wakil Gubernur, Bupati Dan Wakil
alokasi anggaran” artinya Plh atau Plt tidak Bupati, Serta Wali Kota Dan Wakil
boleh melakukan perubahan anggaran Wali Kota yang di dalam ketentuannya
yang sudah ditetapkan alokasinya diberikan kewenangan sebagaimana
Adapun kewenangan Plh dan Plt Pejabat definitif, seperti:
merujuk pada Surat Kepala Badan
Pasal 9
Kepegawaian Negara Nomor K.26-
(1) Pjs gubernur, Pjs bupati, dan Pjs
30/V.20-3/99 Tahun 2016 tentang
wali kota mempunyai tugas dan
Kewenangan Pelaksana Harian dan
wewenang:
Pelaksana Tugas dalam Aspek Kepegawaian
a. memimpin pelaksanaan urusan
antara lain meliputi:
p e m e r i n ta h a n ya n g m e n j a d i
• menetapkan sasaran kerja pegawai
kewenangan daerah berdasarkan
dan penilaian prestasi kerja;
ketentuan peraturan perundang-
• menetapkan kenaikan gaji berkala;
undangan dan kebijakan yang
• menetapkan cuti selain Cuti di Luar
ditetapkan bersama Dewan
Tanggungan Negara (CLTN);
Perwakilan Rakyat Daerah;
• menetapkan surat penugasan
b. memelihara ketentraman dan
pegawai;
ketertiban masyarakat;
• m e n y a m p a i k a n u s u l m u t a s i
c. memfasilitasi penyelenggaraan
kepegawaian kecuali perpindahan
pemilihan gubernur dan wakil
antar instansi; dan
gubernur, bupati dan wakil bupati
• memberikan izin belajar, izin
wali kota dan wakil wali kota yang
mengikuti seleksi jabatan pimpinan
definitif serta menjaga netralitas
tinggi/administrasi, dan izin tidak
Pegawai Negeri Sipil; dan
masuk kerja
d. melakukan pembahasan rancangan
Jadi, dalam menjalankan tugasnya
Peraturan Daerah dan dapat
Plh atau Plt tidak berwenang mengambil
menandatangani Peraturan Daerah
keputusan dan/atau tindakan yang
setelah mendapat persetujuan

Ahmad Gelora Mahardika 79

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 79 11/30/18 6:30 PM


tertulis dari Menteri Dalam Negeri; bahwa fenomena kotak kosong dalam
dan Pilkada ini akan menciptakan persoalan
e. melakukan pengisian pejabat baru dalam sistem ketatanegaraan
berdasarkan ketentuan peraturan Indonesia, antara lain:
perundang-undangan setelah
1) P o t e n s i k e m b a l i n y a s i s t e m
mendapat persetujuan tertulis dari
pemerintahan sentralisasi
Menteri Dalam Negeri.
(2) Dalam melaksanakan tugas dan Salah satu efek yang ditimbulkan dari
wewenang sebagaimana dimaksud kemenangan kotak kosong sebagaimana
pada ayat (1), Pjs gubernur, Pjs p e n j e l a s a n d i ata s ya i t u p o te n s i
bupati, dan Pjs wali kota bertanggung ketidakhadiran Kepala Daerah definitif di
jawab dan wajib menyampaikan daerah tersebut. Apabila mengacu pada
laporan pelaksanaan tugas kepada Peraturan KPU Nomor 13 Tahun 2018 yang
Menteri. merupakan acuan teknis dari Undang-
Undang Pemilihan Kepala Daerah, jabatan
Peraturan Menteri Dalam Negeri ini tersebut nantinya akan diisi oleh Pejabat
secara yuridis memberikan legitimasi bagi sementara yang mana kewenangan
Pjs untuk menjalankan roda pemerintahan pengisiannya diberikan kepada Menteri
sebagaimana Pejabat definitif. Meskipun Dalam Negeri, yang merupakan Pejabat
Peraturan Menteri Dalam Negeri tersebut Pemerintahan Pusat yang dipilih secara
menjadi solusi atas sejumlah persoalan langsung oleh Presiden.
terkait ketiadaan Pajabat definitif, namun Padahal sebagai ekses dari amanden
secara aspek yuridis peraturan tersebut konstitusi Pasal 18, Pemerintah Daerah
melanggar ketentuan yang tedapat dalam diberikan kewenangan untuk mengelola
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 daerahnya sendiri. Sejak saat itu
tentang Administrasi Pemerintahan yang kewenangan Pemerintah Pusat hanya
memposisikan Pejabat definitif dan Plt terbatas pada kewenangan Politik Luar
serta Plh mempunyai perbedaan terkait Negeri, Pertahanan dan Keamanan,
kewenangan. Mengacu pada asas hukum Moneter, Fiskal, Yustisi dan Agama. Diluar
lex superiori derogat lex inferiori harusnya kewenangan tersebut, semuanya menjadi
Permendagri No.1 Tahun 2018 tidak kewenangan Pemerintah Daerah.
bisa diberlakukan, karena bertentangan Pasal 18
dengan hierarki peraturan di atasnya. (2) Pemerintah daerah provinsi, daerah
Situasi iniberpotensi melahirkan gugatan Kabupaten, dan Kota mengatur
judicial review ke Mahkamah Agung dan mengurus sendiri urusan
terhadap Peraturan Menteri Dalam Negeri pemerintahan menurut asas otonomi
No.1 Tahun 2018 yang secara aturan dan tugas pembantuan.
perundang-undangan cacat hukum. Dan (5) Pemerintahan daerah menjalankan
apabila pada akhirnya nanti dikabulkan, otonomi seluas-luasnya, kecuali
maka potensi munculnya kekosongan urusan pemerintahan yang oleh
kekuasaan jabatan Kepala Daerah akan undang-undang ditentukan sebagai
kembali terjadi. urusan Pemerintahan Pusat.
Dalam konteks inilah, Penulis melihat Berdasarkan Pasal 18 ayat (2)

80 Jurnal Adhyasta Pemilu

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 80 11/30/18 6:30 PM


dan (5) terlihat dengan sangat jelas wajah baru. Kenapa hal itu terjadi?,
bahwa Pemerintah Daerah mempunyai karena Plt baik di tingkat Provinsi
wewenang untuk mengatur dan mengurus maupun Kabupaten/Kota merupakan
sendiri urusan pemerintahan menurut Pejabat Kementerian Dalam Negeri yang
asas otonomi dan tugas pembantuan. ditunjuk secara langsung oleh Menteri
Selain itu ketentuan ini juga ditegaskan Dalam Negeri, dan sebelum mengambil
pada ketentuan ayat (5) yang menyatakan kebijakan yang bersifat strategis, pejabat
bahwa pemerintahan daerah menjalankan tersebut harus melakukan konsultasi
otonomi seluas-luasnya kecuali urusan terlebih dahulu kepada Menteri Dalam
pemerintahan yang oleh undang-undang Negeri. Secara tidak langsung, otonomi
ditentukan sebagai urusan Pemerintahan daerah telah bergerak mundur kembali
Pusat. ke bentuk sentralisasi sebagaimana di era
Apabila kita beranda-andai apabila orde baru. Saat ini hanya Kota Makassar
kontestasi Pilkada menghadirkan calon yang menjadi saksi sejarah kemenangan
tunggal menghadapi kotak kosong, dan kotak kosong dalam kontestasi Pilkada,
kotak kosong memenangkan kontestasi, namun untuk kedepannya bisa saja
maka akan terjadi kekosongan kekuasaan hal ini terjadi di semua daerah, dan
dalam jangka waktu yang cukup panjang. itu berimplikasi semua Kepala Daerah
Merujuk pada tabel 4, terlihat bahwa ada nantinya akan dipimpin oleh Pjs yang
kekosongan kekuasaan yang cukup panjang dipilih oleh Pemerintah Pusat. Dan jika
bahkan hingga hampir dua tahun. Akan kondisi itu benar-benar akan terjadi, maka
tetapi perpanjangan tersebut terancam hal tersebut merupakan kemunduran bagi
berpotensi jauh lebih lama apabila kita demokrasi kita.
sudah secara resmi mengadakan Pilkada
2) Hilangnya hak masyarakat untuk
serentak pada tahun 2027, yang mana
dipimpin oleh Pemimpin pilihannya
apabila aturan ini masih berlaku, Pjs
bisa saja memerintah suatu daerah Salah satu pertimbangan hukum dari
selama 5 (lima) tahun. Dasar hukumnya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor:
adalah ketentuan pada Undang-Undang 100/PUU/2015 adalah hak rakyat, baik
Pilkada dimana Pjs Kepala Daerah dipilih hak untuk dipilih maupun hak untuk
oleh Menteri Dalam Negeri sampai memilih tidak boleh dikesampingkan
penyelenggaraan Pilkada berikutnya. atau diabaikan, lebih-lebih ditiadakan.
Pasal ini secara sistem ketatanegaraan Akan tetapi pernahkan kemudian rakyat
telah melanggar konstitusi pada Pasal memilih untuk dipimpin oleh Pjs yang
18, dimana Gubernur, Bupati, dan ditunjuk oleh Gubernur?
Walikota masing-masing sebagai kepala Yang dimaknai dengan demokrasi oleh
pemerintah daerah provinsi, kabupaten Abraham Lincoln adalah, ‘government of
dan kota dipilih secara demokratis, bukan the people, by the people and for the
oleh Pemerintah Pusat. people’(Silveira dan Heinrich,2017:1650).
Pemilihan Pjs yang mempunyai Ketika tidak ada alternatif calon atau
kewenangan setara dengan Menteri hanya terdapat calon tunggal, memang
Dalam Negeri secara perlahan-lahan rakyat diberikan pilhan yaitu antara
akan menciptakan sentralisasi dalam memilih calon tunggal atau kotak

Ahmad Gelora Mahardika 81

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 81 11/30/18 6:30 PM


kosong. Akan tetapi ketika kotak kosong get the lowest score whentheir chief
memenangkan kontestasi, kewenangan executives are determined by hereditary
untuk mengangkat Pjs mutlak menjadi succession orduring rigged, unopposed
kewenangan Pemerintah Pusat. elections.
Berkaca pada teori dasar tentang Menurut Renske suatu daerah
d e m o k ra s i , m e n u r u t S c h u m p t e r mempunyai skor demokrasi terendah
demokrasi adalah as a procedure for apabila pemimpinnya ditentukan
choosing leaders through competitive berdasarkan keturunan, pemilu yang
elections (Kokkinidis,2012:236). Hal ini curang ataupun pemilihan yang tidak
juga disepakati oleh Dolephet (2016:470) ada lawannya. Dalam konteks ini, calon
yang menyebut bahwa terdapat lima tunggal menghadapi kotak kosong adalah
indikator demokrasi, Renske melihat titik terendah demokrasi, karena selain
bahwa demokrasi bisa dilihat mulai calon tunggal tersebut tidak terdapat
dari skor tertinggi sampai dengan skor lawan, kekalahan calon tunggal juga
terendah, membuka potensi terpilihnya pemimpin
Democracy is measured byfive yang tidak dikehendakisecara langsung
indicators in total. Threeindicators oleh rakyat, kondisi ini ibarat membeli
focus on structural characteristics by kucing di dalam karung, meskipun pada
which chief executivesare recruited. dasarnya rakyat mengetahui bahwa di
(1) The extent to which a country dalamnya ada kucing namun rakyat tidak
has institutionalizedprocedures for mengetahui bagaimana perilakunya,
transferring executive power, so this jenis kelaminnya hingga warna kulitnya,
indicator focuses on modes by which walaupun kondisi itu merupakan pilihan
chief executives are selected. Countries rakyat dan rakyat sudah tahu serta paham
inwhich‘chief executives are determined terhadap konsekuensi tersebut.
by hereditary succession or incompetitive
elections’get the highest score (Marshall 4. Simpulan
et al. 2013: 201)for this indicator,
Putusan Mahkamah Konstitusi adalah
while countries in which‘changes in
Putusan pertama dan terakhir, bersifat
chief executiveoccur through forceful
final, mengikat sertaerga omnes (berlaku
seizures of power ’get the lowest
untuk semua). Meskipun pada akhirnya
score on thedemocracy scale. (2) The
beberapa Putusan menjadi persoalan
competitiveness of executive selection,
bagi sistem ketatanegaraan Indonesia,
so thisindicator refers to the‘extent
dalam konteks ini adalah Putusan
that prevailing modes ofadvancement
yang memperbolehkan calon tunggal
give subordinates equal opportunities
menghadapi kota kosong. Kekalahan
to become superordinates’(Gurr 1974:
kotak kosong bisa jadi memang keinginan
1483). Countries in which‘chief executives
masyarakat yang menghendaki kandidat
aretypically chosen in or through
tersebut memenangkan kontestasi, namun
competitive elections matching two
bisa jadi sebaliknya, yaitu pragmatisme
ormore major parties or candidates’get
Partai Politik yang mana suaranya bisa
the highest score (Marshall et al.2013:
dikooptasi demi sekoper uang.
212) for this indicator, while countries

82 Jurnal Adhyasta Pemilu

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 82 11/30/18 6:30 PM


Sejak Pilkada serentak dilakukan Untuk mengatasi persoalan ini,
pada tahun 2015 hingga 2018, sejumlah sebenarnya bisa diatasi dengan dua cara
daerah yang terdapat calon tunggal, yaitu pertama membangun pelembagaan
kotak kosong kerapkali mengancam partai politik secara ideal yaitu dengan
suara calon tunggal, bahkan pada tahun menguatkan fungsi-fungsi partai politik
2018 di Pilkada Kota Makassar, kotak sebagai sarana rekrutmen politik dan
kosong berhasil menumbangkan kandidat kaderisasi. Dengan berjalannya fungsi
calon tunggal dengan selisih suara yang rekrutmen dan kaderisasi, maka kecil
signifikan. kemungkinan suatu partai politik tidak
Secara ketatanegaraan, demokrasi mengusung calon dalam Pilkada. Kedua
Indonesia berjalan selangkah lebih mundur adalah dbuatnya regulasi terkait ambang
ke belakang dengan dibolehkannya calon batas maksimum dukungan kepala
tunggal berkontestasi dalam Pilkada, daerah, seperti maksimal didukung oleh
karena ketika calon tunggal memenangkan 60% kursi parlemen atau 50% suara
Pilkada calon tersebut menang dengan suara dan jika partai tersebut tidak
ketidakadaan calon alternatif, namun memberikan dukungannya maka ada
ketika kotak kosong menang maka untuk sanksi administratif yaitu partai tersebut
beberapa waktu kedepan daerah tersebut tidak bisa mengusung calon lagi untuk
akan dipimpin oleh orang yang ditunjuk Pilkada berikutnya.
langsung oleh Pemerintah Pusat. Dan
potensi untuk lahirnya kembali sistem
sentralisasi sebagaimana yang terjadi
pada orde baru bukan lagi sekedar mimpi
di siang bolong.

Ahmad Gelora Mahardika 83

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 83 11/30/18 6:30 PM


DAFTAR PUSTAKA

Balkin, Jack M, (2016), Cultural Democracy And The First Amendment, North Western
University Law Review, Vol. 110, No.5
Doorenspleet, Renske, (2015), Where Are the People? A Call for People-Centred
Concepts and Measurementsof Democracy, Government and Opposition ,
Vol. 50, No. 3
Kokkinidis, George, (2012),In search of workplace democracy, International Journal
of Sociology and Social Policy Vol. 32 No. 3/4
Newcombe, Pat A., (2013), Becoming director: an internal candidate’s view, Library
Management Vol. 34 No. 3
Silveira, Lina dan Horst-Alfred Heinrich, (2017), Drawing democracy: popular
conceptions of democracy in Germany, Qual Quant, Vol 51
Syafhendry, (Juni 2017), Makna Pencoblosan Dalam Pemilihan Umum, Jurnal Ilmu
Politik Dan Komunikasi Volume VII No. 1
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 tahun 2015
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 100/PUU-XIII/2015

84 Jurnal Adhyasta Pemilu

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 84 11/30/18 6:30 PM


Jurnal Adhyasta Pemilu
ISSN 2443-2539

Vol. 4 No. 2 2018, Hal. 85-99

GENDER AND DEVELOPMENT (GAD):


KETERPILIHAN PEREMPUAN DALAM
PILKADA SERENTAK 2015, 2017 DAN 2018
DI PROVINSI JAWA TIMUR

Susi Dian Rahayu


Chairunnisa
Peneliti uskaham
dan Sekretaris DPP KPPI
susidianrahayu@gmail.com, icha.nisamumtazah81@gmail.com

Abstract

The changes of the local government management system after the New Order
regime from centralistic to decentralized provide significant changes to the region
in Indonesia. Since that time, the region can determine its own affairs and needs,
including the regional head. Direct regional head election (local election) is a product
of decentralization. Through direct elections, the people have the right to determine
their regional heads. In addition, direct elections also opened up opportunities for
female candidates to compete in the elections, not a few of them won the contest. In
the aftermath of the 2018 Local election, East Java Province has ten female regional
heads spread in 38 regency/city, and is the only Province in Indonesia which is currently
headed by a female governor. This paper analyzes the electability of women in the
localelections in 2015, 2017 and 2018 in East Java as an implementation of the
Gender and Development (GAD) concept. In addition, the analysis used in assessing
women’s electability in the local election in East Java Province uses four indicators,
namely the basis of electability, the pattern of recruitment, regeneration of political
party and also bonding with the community (grassroots).

Keywords: local election, gender and development, women’s electability

Susi Dian Rahayu & Chairunnisa 85

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 85 11/30/18 6:30 PM


Abstrak

Perubahan sistem pengelolaan pemerintah daerah pasca rezim Orde Baru dari
sentralistik menjadi desentralistik memberikan perubahan yang signifikan bagi daerah.
Hal tersebut dikarenakan sejak saat itu, daerah dapat menentukan sendiri urusan dan
kebutuhannya, termasuk kepala daerahnya. Pemilihan kepala daerah secara langsung
merupakan produk dari adanya desentralisasi. Melalui Pilkada langsung, rakyat berhak
menentukan kepala daerahnya. Selain itu, Pilkada langsung juga membuka kesempatan
kepada para calon perempuan untuk bersaing dalam Pilkada, tidak sedikit dari mereka
yang memenangkan kontestasi tersebut. Pasca pelaksanaan Pilkada Serentak 2018,
Provinsi Jawa Timur memiliki sepuluh kepala daerah perempuan yang tersebar di
38 Kabupaten/Kota, dan merupakan satu-satunya Provinsi di Indonesia yang saat
ini dipimpin oleh gubernur perempuan. Paper ini menganalisis mengenai keterpilihan
perempuan dalam pilkada serentak tahun 2015, 2017, dan 2018 di Jawa Timur sebagai
implementasi dari konsep Gender and Development (GAD). Selain itu, analisis yang
digunakan dalam mengkaji keterpilihan perempuan dalam Pilkada Serentak di Provinsi
Jawa Timur menggunakan empat indikator, yakni Basis keterpilihan, Pola rekruitmen,
Kaderisasi dan Ikatan dengan masyarakat (grassroot).

Kata Kunci: Pilkada Serentak, Gender and Development, Keterpilihan Perempuan

1. Pendahuluan rezim yang sebelumnya bersifat non


d e m o k rat i s m e n j a d i d e m o k rat i s .
Jatuhnya rezim Orde Baru yang
(Huntington, 1991, 13).
ditandai dengan mundurnya Presiden
Merujuk pada definisi
S o e h a r to p a d a ta h u n 1 9 9 8 l a l u
demokratisasinya Huntington, maka dapat
merupakan fase awal dari demokratisasi
dipahami bahwa proses demokratisasi
di Indonesia. Keberhasilan mahasiswa
di Indonesia terjadi pada tahun 1998
dan masyarakat sipil menumbangkan
yang ditandai dengan tumbangnya
rezim Orde Baru merupakan momentum
rezim Orde Baru. Demokratisasi
y a n g s a n g a t fe n o m e n a l , s e l a i n
terbentuk untuk memberikan jalan
menjadikan kekuatan militer yang
bagi terbentuknya sistem tatanan yang
kala itu sebagai kekuatan dominan
sebelumnya nondemokratis menjadi
ikut tumbang, reformasi 1998 juga
demokratis. Salah satu agenda penting
dianggap sebagai pembuka keran
dari proses demokratisasi di Indonesia
kebebasan dari masyarakat Indonesia.
adalah adanya penerapan kebijakan
Samuel Huntington dalam bukunya yang
desentralisasi. Penerapan desentralisasi di
berjudul Gelombang Demokratisasi
Indonesia berdasarkan UU No 22 tahun
Ketiga menyebut fenomena atau
1999 tentang Pemerintahan Daerah.
gelombang demokratisasi merupakan
Konsep desentralisasi yang diterapkan
perubahan atau pergantian berbagai

86 Jurnal Adhyasta Pemilu

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 86 11/30/18 6:30 PM


di Indonesia yaitu mengalihkan sebagian tonggak sejarah penting bagi Indonesia.
besar kewenangan pelayanan publik dari Kedua Undang-undang tersebut telah
tingkat pusat ke pemerintah daerah. mengubah sistem pemerintahan daerah
Sebelumnya, pada era Orde Baru, yang sebelumnya sentralistis menjadi
Indonesia menerapkan sistem sentralisasi desentralisasi. Bahkan, pemilihan kepala
dalam pemerintahannya. Segala sesuatu daerah secara langsung berasal dari
urusan daerah ditentukan oleh pusat, Undang-undang tersebut. Sebelumnya,
termasuk kepala daerah. selama kurang lebih 25 tahun, Indonesia
Penerapan desentralisasi atau menerapkan UU No 5 tahun 1974 sebagai
sistem otonomi daerah kemudian dasar hukum pelaksanaan pemerintahan
terus mengalami perkembangan secara daerah. Selama itu pula, kepala daerah
signifikan dengan disahkannya UU No ditentukan oleh pusat. Kemudian, pasca
32 tahun 2004 tentang Pemerintah reformasi lahir UU No 22 tahun 1999,
Daerah. Undang-undang tersebut secara yang merupakan tonggak awal reformasi.
implisit mengatur mengenai tugas dan Undang-undang tersebut mengatur
wewenang Pemerintah Daerah, dan salah kepala daerah dipilih oleh DPRD, tanpa
satu hal terpenting dari undang-undang harus melalui persetujuan dari pusat,
tersebut adalah diterapkannya sistem melalui Undang-undang ini muncul
pemilihan kepala daerah secara langsung beberapa kepala daerah perempuan yang
di Indonesia (Pilkada langsung). dipilih oleh DPRD, yakni Rustriningsih
Indonesia pertama kali menggelar sebagai Bupati Kebumen (2000-2005),
Pilkada langsung secara serentak pada Haeny Relawati Bupati Tuban (2001-
Juni 2005 dengan memilih 7 (tujuh) 2006), Rina Iriani Bupati Karang Anyar
Gubernur dan 155 Bupati/Walikota (2003-2008) dan Tuti Hayati Anwar Bupati
di seluruh Indonesia. Sejak saat itu, Majalengka (2003-2008). Kemudian, lahir
masyarakat di daerah berkesempatan Undang-undang No 32 tahun 2004 yang
untuk menentukan sendiri kepala mengatur Pilkada secara langsung.
daerahnya, hal tersebut disinyalir sebagai Mekanisme Pilkada langsung telah
wujud representasi atas kedaulatan rakyat. membuka peluang partisipasi politik
Pelaksanaan Pilkada langsung merupakan yang lebih besar pada berbagai elemen
bentuk pengukuhan terhadap otonomi masyarakat, termasuk kaum perempuan
rakyat di daerah dalam menentukan untuk ikut mewarnai dan menentukan
kepala pemerintahannya. Melalui Pilkada arah demokrasi lokal. Sejak dimulainya
lagsung, rakyat dapat turut serta dalam Pilkada langsung di berbagai wilayah
penentuan pergantian penguasa. Adanya Indonesia sejak tahun 2005, jumlah
mekanisme Pilkada langsung ini disinyalir perempuan yang menjadi kandidat dan
sebagai salah satu keran pembuka bagi atau terpilih sebagai kepala daerah
partisipasi perempuan dalam Pilkada, meningkat cukup signifikan. Pada Pilkada
salah satunya mengenai pencalonan dan langsung selama dua periode (2005-
keterpilihan perempuan dalam Pilkada. 2010) dan (2010-2014), terdapat 26
Lahirnya Undang-undang No 32 tahun perempuan terpilih sebagai kepala daerah
2004 yang didahului dengan Undang- (18 di Pulau Jawa--Jawa Tengah, Jawa
undang No 22 tahun 1999 merupakan Timur, Jawa Barat, dan 8 perempuan di

Susi Dian Rahayu & Chairunnisa 87

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 87 11/30/18 6:30 PM


luar Pulau Jawa). Sementara itu, pada ikatan dengan masyarakat grassroot
Pilkada langsung serentak tanggal 9 serta strategi kampanye dengan konsep
Desember 2015, tepilih 47 perempuan Gender and Development. Penggunaan
yang menjadi kepala daerah dan wakil pendekatan dengan lima basis analisis
kepala daerah, (Komariah, 2016 : 52) dan tersebut dengan dikaitkan dengan konsep
pada Pilkada serentak tahun 2017 terpilih Gender and Development memiliki
13 perempuan kepala daerah. korelasi satu sama lain. Keterlibatan
Jika berbicara mengenai Pilkada perempuan dalam politik merupakan
langsung, tentu tidak dapat disamakan salah satu bentuk capaian Gender
dengan pemilu legislatif, karena dalam and Development namun capaian
Pilkada langsung tidak memberikan tersebut dapat dilihat dengan basis-basis
affirmative action terhadap perempuan. analisis seperti basis keterpilihan, pola
Artinya, baik perempuan maupun rekrutmen, kaderisasi, kedekatan dengan
laki-laki dihadapkan dalam persaingan grassroot serta strategi kampanye yang
bebas dalam memperebutkan posisi mempengaruhi keterpilhan perempuan
kepala daerah. Hal tersebut, tentu dalam Pilkada.
menjadi peluang sekaligus tantangan
tersendiri bagi perempuan. Di satu sisi, 2. Perspektif Teori
budaya patriarki yang berkembang dalam 2.1 Konsep WID dan GAD
masyarakat merupakan penghambat bagi
Konsep pembangunan baik
perempuan untuk dapat maju dalam
pembangunan fisik maupun non fisik
Pilkada. Selain itu, hambatan struktural
hendaknya memperhatikan berbagai aspek
lainnya yakni adanya persaingan yang tidak
di dalamnya, termasuk aspek perempuan.
seimbang antara laki-laki dan perempuan
Namun, faktanya dalam berbagai kasus
serta minimnya akses yang diberikan
di lapangan, dalam proses pembangunan
oleh Partai Politik untuk pencalonan
perempuan kerapkali dikondisikan sebagai
perempuan dalam Pilkada. Namun, seiring
pihak yang berada di “belakang”, bukan
terbukanya persaingan bebas antara
sebagai pengambil keputusan, akibatnya
laki-laki dan perempuan dalam konteks
banyak kebijakan pembangunan yang
Pilkada langsung juga diiringi dengan
tidak ramah perempuan. Problem-
adanya berbagai kemenangan calon
problem tersebut menjadi alasan
kepala daerah perempuan di berbagai
betapa pentingnya pelibatan perempuan
wilayah, seperti di daerah Jawa Timur
dalam proses pembangunan. Selain itu,
yang hingga saat ini memiliki sepuluh
dengan pelibatan perempuan dalam
kepala daerah perempuan. Berdasarkan
pembangunan, setidaknya terdapat
latar belakang permasalahan tersebut,
upaya-upaya untuk menghindari dominasi
paper ini hendak menganalisis mengenai
salah satu jenis kelamin, dalam hal
keterpilihan perempuan dalam Pilkada
ini laki-laki, serta menciptakan ruang
Serentak tahun 2015, 2017 dan 2018 di
partisipasi bagi perempuan sehingga
Provinsi Jawa Timur, serta keterkaitan
mereka tidak lagi dijadikan objek dalam
antara keterpilihan perempuan dalam
pembangunan.
Pilkada dengan menggunakan pendekatan
Melalui latar belakang tersebut,
dengan basis keterpilihan, pola rekrutmen,
maka muncul konsep mengenai Women

88 Jurnal Adhyasta Pemilu

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 88 11/30/18 6:30 PM


in Development (WID) pada awal tahun muncul konsep Gender and Development
1970an. Pada saat itu, perempuan hanya (GAD). Konsep GAD bertujuan untuk
dipandang sebagai penerima hasil atau membongkar budaya patriarki, sekat
objek dari pembangunan bukan aktor yang memisahkan antara laki-laki dan
pembangunan. Hal tersebut tentu tidak perempuan dari berbagai aspek seperti
terlepas pada adanya argumen yang aspek sosial, ekonomi, politik, pendidikan
menyebut bahwa hanya laki-laki yang hingga lingkungan. Dalam hal ini, tidak ada
dapat masuk ke dalam ranah produksi lagi pembatasan ranah laki-laki maupun
(publik), sedangkan perempuan bekerja ranah perempuan, keduanya memiliki
pada ruang reproduksi (sektor domestik). kesempatan yang sama dalam berbagai
Salah satu peletak dasar konsep WID aspek kehidupan sesuai dengan kapasitas
ialah Ester Boserup dalam penelitiannya dan kemampuan masing-masing. Dalam
yang berjudul Women’s Role in Economic hal ini, kesetaraan harus diprioritaskan.
Development (1970), Boserup menuntut (Razzavi dan Miller, 1995 : 6).
berdasarkan hasil penelitiannya mengenai J i ka p a d a ko n s e p W I D l e b i h
perempuan di kawasan pertanian Afrika, menekankan keterlibatan perempuan
agar perempuan dilibatkan dalam dalam aspek produksi, konsep GAD
pembangunan, tidak hanya di sektor menekankan pada kesetaraan di antara
domestik tetapi juga di sektor publik. kedua jenis kelamin tersebut, tidak
(Razzavi dan Miller, 1995 :5-6). ada prioritas khusus karena keduanya
Konsep Women in Development memiliki kualitas yang sama. Gender
(WID) lebih menekankan kepada pelibatan and Development menekankan pada
perempuan pada proses pembangunan, konsep “gender” yang diartikan secara
dalam hal ini ruang produksi. Perempuan sederhana berarti sebuah konstruksi
dan laki-laki dianggap memiliki kualitas sosial yang dibentuk oleh masyarakat,
dan kapabilitas yang sama dalam sektor sehingga dalam konsep GAD ini tidak ada
produksi, baik pertanian maupun industri. dominasi dalam proses pembangunan.
(Razzavi dan Miller, 1995: 5). Namun, Hal yang sangat dibutuhkan untuk
pendekatan tersebut masih memiliki mempercepat tercapainya GAD ialah
berbagai kelemahan. Konsep WID dianggap restrukturisasi pemikiran masyarakat yang
hanya memperjuangkan keterlibatan masih cenderung berpikiran patriarki.
perempuan pada aspek ekonomi saja, A d a ny a ko n s e p G e n d e r a n d
namun tidak memperjuangkan persamaan Development (GAD) dianggap mampu
perempuan dan laki-laki pada aspek lain, membuka gap antara laki-laki dan
misalnya pada aspek pemerintahan, perempuan yang selama berabad-abad
pendidikan dan lain-lain. Salah satu impact terkungkum dalam budaya patriarki.
dari adanya gerakan WID ini ialah justru GAD membuka kesempatan bagi
adanya marjinalisasi terhadap perempuan perempuan untuk berkembang dan
itu sendiri akibat modernisasi yang berproses sebagaimana kemampuan
berujung pada penyingkiran perempuan dan minatnya. Konsep GAD juga berhasil
pada pekerjaan produktif. meluruskan pandangan dikotomi bahwa
Setelah konsep WID dianggap laki-laki memiliki kemampuan superior
memiliki berbagai kelemahan, kemudian dan perempuan adalah mahluk inferior.

Susi Dian Rahayu & Chairunnisa 89

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 89 11/30/18 6:30 PM


Sehingga dengan adanya konsep GAD perempuan yang terpilih dalam Pilkada,
ini, banyak kita temui di berbagai bidang maupun keterpilihan perempuan dalam
sosok perempuan menjadi pemimpin. Pemilu legislatif. Namun, keterpilihan
tersebut dapat dianalisis dengan beberapa
2.2 Teori Demokrasi faktor atau pendekatan keterpilihan
Seymour Martin Lipset (1959) perempuan dalam pemilu. Antara lain,
sejak lama mengungkapkan tentang basis keterpilihan yang melihat dari
perlunya melihat prasyarat sosial bagi latar belakang apakah calon tersebut
perkembangan demokrasi. Menurutnya, berasal, pola rekrutmen yang melihat
pembangunan ekonomi yang efektif bagaimana rekrutmen calon tersebut
berkorelasi positif dengan demokrasi. apakah berasal dari partai politik atau
(Lipset, 1959: 69-105). Hal senada calon independen, serta bagaimana
juga dinyatakan oleh Guillermo A. mekanisme rekrutmennya. Pendekatan
O’ Donnel (2004), bahwa salah satu selanjutnya yakni kaderisasi yang melihat
komponen penting bahkan sangat bagaimana kandidat tersebut dikader,
dasar dari demokrasi, yang selama apakah kader internal partai politik atau
ini kerap diabaikan, adalah manusia bukan, selanjutnya yakni kedekatan
dalam hal ini warga negara. O’Donnel dengan grassroot yang melihat apakah
percaya ada hubungan erat antara kandidat tersebut memiliki kedekatan
demokrasi, pembangunan manusia dengan grassroot, yang kemudian
(Human Development), dan hak asasi berkorelasi dengan strategi kampanye
manusia (Human Rights). (O Donnel, yang dilakukan oleh kandidat.
2004: 9-10). Wujud dari representasi
hubungan erat antara demokrasi, 3. Hasil dan Pembahasan
pembangunan manusia dan hak asasi
Pe m i l i h a n ke p a l a d a e ra h d i
manusia salah satunya diwujudkan
Indonesia telah ada sejak era Orde
dalam konteks pemberian kesempatan
Lama yang diatur melalui Undang-
yang sama bagi warga negara dalam
undang Nomor 1 Tahun 1957 Tentang
berbagai hal, termasuk dalam bidang
Pemerintahan Daerah. Undang-Undang
politik bagi perempuan. Pemberian
tersebut mengamanatkan kepada seluruh
kesempatan politik bagi perempuan salah
anggota Dewan Perwakilan Rakyat
satunya dengan memberikan akses yang
Daerah (DPRD) untuk memilih sendiri
seluas-luasnya bagi perempuan untuk
pimpinannya di daerah, baik itu gubernur
masuk ke ranah politik, salah satunya
maupun walikota/bupati. Pada era Orde
yakni dengan mendukung pencalonan
Baru, pengaturan mengenai pemilihan
perempuan dalam Pilkada atau Pemilu.
kepala daerah diatur dalam Undang-
Sebagai negara yang menganut sistem
undang Nomor 5 Tahun 1974 Tentang
demokratis, Indonesia telah cukup sukses
Pemerintahan Daerah yang menyebutkan
dalam hal memberikan kesempatan/
bahwa kepala daerah dipilih oleh DPRD,
akses kepada perempuan untuk terjun
namun pengesahan dan pelantikan para
ke ranah politik. Salah satu contohnya
calon yang terpilih diserahkan pada
ialah banyaknya calon kepala daerah
Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).

90 Jurnal Adhyasta Pemilu

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 90 11/30/18 6:30 PM


Pasca jatuhnya rezim Orde Baru, berdasarkan asas langsung, umum, bebas,
Pemerintah Indonesia dibawah pimpinan rahasia, jujur dan adil. Secara lebih
Presiden BJ Habibie mengeluarkan jelas dalam Undang-undang tersebut
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dijelaskan bahwa kepala daerah dan wakil
Tentang Pemerintahan Daerah. Dalam kepala daerah dipilih dalam satu pasangan
Undang-undang tersebut pemilihan secara langsung oleh rakyat di daerah
kepala daerah dilakukan sepenuhnya oleh yang bersangkutan. Undang-undang
DPRD dan kepala daerah bertanggung tersebutlah yang kemudian mengilhami
jawab juga kepada DPRD. Pemilihan dilaksanakannya Pilkada secara langsung,
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dimana rakyat di daerah memiliki otoritas
dilaksanakan secara langsung, bebas, tersendiri dalam menentukan pemimpin
rahasia, jujur dan adil. Adapun mekanisme di daerahnya.
pemilihannya adalah setiap anggota DPRD Namun, pelaksanaan Pilkada secara
memiliki satu suara untuk memilih calon langsung ini kemudian menuai berbagai
kepala daerah, siapapun pasangan aksi pro dan kontra baik di kalangan elit
calon yang memenangkan pemilihan di politik maupun di kalangan masyarakat
tingkat DPRD secara otomatis menjadi umum. Terdapat berbagai stigma negatif
kepala daerah dan wakil kepala daerah. terkait pelaksanaan Pilkada secara
Pemerintah pusat hanya berwenang lansung. Pilkada langsung kerap dianggap
untuk mengesahkan hasil yang telah sebagai sebuah pemborosan anggaran
disepakati di daerah. Setelah terpilih, negara, serta penyumbang kasus korupsi
kepala daerah terpilih dilantik oleh dimana banyak kepala daerah terpilih
presiden atau pejabat yang ditunjuk terlibat kasus korupsi. Hal tersebut
presiden. disinyalir akibat tingginya ongkos Pilkada.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun Hingga akhirnya DPR menerbitkan
1999 tersebut kemudian direvisi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
karena dianggap terlalu liberal untuk Tentang Pemerintahan Daerah. Undang-
konteks Negara Kesatuan Republik undang tersebut menyatakan bahwa
Indonesia (NKRI). Revisi tersebut menjadi kepala daerah tidak lagi dipilih secara
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 langsung melainkan dipilih oleh DPRD.
Tentang Pemerintah Daerah. Pemilihan Namun, penghapusan mekanisme pilkada
kepala daerah diimpementasikan langsung dengan mengembalikan pilkada
pada pertengahan tahun 2005 dengan dilakukan oleh DPRD ini kemudian menuai
berlandaskan Undang -Undang berbagai polemik di masyarakat.
Nomor 32 Tahun 2004 dan Peraturan Hingga Presiden Susilo Bambang
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 Tentang Yudhoyono diakhir masa jabatannya
Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, menerbitkan Perppu Nomor 1 Tahun
dan Pemberhentian Kepala Daerah dan 2014 yang secara langsung menghapus
Wakil Kepala Daerah. Dalam undang- kewenangan DPRD untuk memilih
undang tersebut dijelaskan pula bahwa kepala daerah. Selain itu, presiden juga
kepala daerah dan wakil kepala daerah menerbitkan Perppu Nomor 2 Tahun
dipilih dalam satu pasangan calon 2014 Tentang Pemerintahan Daerah,
yang dilaksanakan secara demokratis yang kemudian di tetapkan menjadi

Susi Dian Rahayu & Chairunnisa 91

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 91 11/30/18 6:30 PM


Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 serentak gelombang pertama tersebut,
dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun terdapat 19 pilkada di Kabupaten Kota
2015 Tentang Pemilihan Kepala Daerah. se-Jawa Timur.(www.sindonews.com, 19
Sejak diterbitkannya undang-undang September 2018). Adapun Kabupaten/
tersebut pemilihan kepala daerah tetap Kota yang menyelenggarakan Pilkada
dilaksanakan secara langsung dengan serentak antara lain Kota Surabaya,
dipilih oleh rakyat. Namun, demi efisiensi Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Malang,
anggaran negara pelaksanaan Pilkada Kabupaten Kediri, Kabupaten Gresik,
langsung dilakukan secara serentak Kabupaten Lamongan, Kabupaten Tuban,
dalam beberapa gelombang. Pelaksanaan Kota Pasuruan, Kabupaten Situbondo,
Pilkada serentak gelombang pertama Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten
dilaksanakan pada Desember 2015, Jember, Kabupaten Sumenep, Kabupaten
Pilkada serentak gelombang kedua pada Trenggalek, Kabupaten Blitar, Kota Blitar,
Februari 2017 serta Pilkada serentak Kabupaten Pacitan, Kabupaten Ponorogo
gelombang ketiga dilaksanakan pada dan Kabupaten Ngawi.(Sindonews.com,
Juni 2018.(Kompas.com, 19 Juni 2018). 14 September 2018). Pilkada tersebut
Selain merupakan wujud representasi dari diikuti oleh 92 pasangan calon, yang
kedaulatan rakyat, Pilkada langsung juga terdiri atas 12 calon kepala daerah
merupakan salah satu sarana akomodasi perempuan, dan 80 laki-laki. Dari hasil
bagi partisipasi politik perempuan di Pilkada tersebut, terdapat tiga kepala
aras lokal. Hal tersebut dapat dibuktikan daerah perempuan yang terpilih yakni
dengan semakin meningkatnya jumlah Tri Rismaharini terpilih sebagai Walikota
kepala daerah perempuan di Indonesia, Surabaya dengan perolehan suara sebesar
salah satunya di Provinsi Jawa Timur yang 86,34% suara, Faida terpilih sebagai
hingga saat ini memiliki sepuluh kepala Bupati Jember dengan perolehan suara
daerah. 53,76% suara, serta Haryanti terpilih
sebagai Bupati Kediri dengan perolehan
• Keterpilihan Perempuan dalam suara sebesar 54,58%. (beritagar, 14
Pilkada Serentak di Jawa Timur September 2018).
Tahun 2015
Tabel 1. Kepala daerah Perempuan
Pilkada serentak tahun 2015
terpilih dalam Pilkada Serentak tahun
merupakan rangkaian Pilkada serentak
2015 Provinsi Jawa Timur
gelombang pertama di Indonesia,
yang diikuti oleh 269 daerah, namun
pada praktiknya hanya diikuti 264 No Nama Pengusung Latar
Belakang
daerah karena lima daerah lainnya 1 Tri PDI P Walikota
mengalami penundaan pelaksanaan Rismaharini Incumbent,
Pilkada. Kelima daerah tersebut yakni sebelum
Provinsi Kalimantan Tengah, Kabupaten menjadi
walikota
Fakfak, Kota Pematangsiantar, Kabupaten merupakan
Simalungun, dan Kota Manado. (www. birokrat.
kompas.com, diakses pada 19 Agustus
2018). Dalam pelaksanaan Pilkada

92 Jurnal Adhyasta Pemilu

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 92 11/30/18 6:30 PM


2 Faida PAN, Partai Dokter, suara. Keterpilihan Dewanti Rumpoko
Demokrat anak sebagai walikota Kota Batu menambah
pemilik RS daftar keterwakilan perempuan dalam
Al Huda
ranah eksekutif lokal. Dewanti Rumpoko
3. Haryanti PDI P, PKB, Incumbent,
Istri
merupakan istri dari Eddy Rumpoko yang
Sutrisno Partai
Demokrat, Pertama merupakan walikota Kota Batu selama
dan PBB. Bupati dua periode, 2007-2017. Sebelumnya,
Kediri Dewanti Rumpoko pernah dua kali
periode gagal dalam Pilkada, yakni pada Pilkada
2005-
2010, pada
Bupati Malang tahun 2015 serta Pilkada
Pilkada Kota Malang tahun 1999 yang kala itu
2010 pemilihan kepala daerah masih dipilih
melawan oleh DPRD. (m.detik.com, 14 September
istri kedua 2018).
Bupati
Kediri
Sutrisno. • Keterpilihan Perempuan dalam
Pilkada Serentak Provinsi Jawa
Data diolah dari berbagai sumber
Timur tahun 2018

• Keterpilihan Perempuan dalam Pilkada tahun 2018 merupakan


Pilkada Serentak di Jawa Timur rangkaian pilkada serentak gelombang
tahun 2017 ketiga yang diikuti oleh 171 daerah di
Indonesia. Dalam Pilkada tersebut, terdapat
Pada tahun 2017, Indonesia kembali
101 calon kepala daerah perempuan yang
melaksanakan Pilkada serentak di 101
bertarung untuk memperebutkan posisi
daerah di Indonesia. Kota Batu merupakan
kepala daerah. Provinsi Jawa Timur
satu-satunya daerah di Jawa Timur yang
merupakan salah satu daerah yang
melaksanakan Pilkada pada tahun 2017.
melaksanakan Pilkada serentak tahun
Pilkada Kota Batu diikuti oleh empat
2018, dengan pemilihan gubernur dan
pasangan calon, yakni pasangan Rudi
wakil gubernur serta pemilihan bupati/
Sujono-Djonet yang diusung oleh PAN,
walikota di 18 daerah di Jawa Timur.
Partai Hanura, Partai Nasdem. Pasangan
Adapun daerah yang menggelar Pilkada
calon berikutnya yakni Dewanti Rumpoko-
serentak tahun 2018 di Jawa Timur antara
Panjul Santoso yang diusung oleh PDI
lain Kabupaten Lumajang, Kabupaten
Perjuangan, Partai Golkar, Partai Gerindra
Bondowoso, Kabupaten Probolinggo,
dan PKS. Pasangan ketiga yakni pasangan
Kabupaten Pasurusan, Kota Malang,
Hairuddin Hendra-Angga Sonatha yang
Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Jombang,
diusung oleh PKB dan Partai Demokrat,
Kota Kediri, Kota Madiun, Kabupaten
serta Abdul Majid-Kasmuri Idris yang
Madiun, Kabupaten Magetan, Kabupaten
maju dari jalur perseorangan(incumbent).
Tulungagung, Kota Mojokerto, Kabupaten
Pilkada Kota Batu dimenangkan oleh
Bojonegoro, Kabupaten Bangkalan,
pasangan calon Dewanti Rumpoko-
Kabupaten Sampang dan Kabupaten
Punjul Santoso dengan perolehan suara
Pamekasan. (m.detik.com, 14 September
sebesar 51.748 suara atau sekitar 44,46%
2018).

Susi Dian Rahayu & Chairunnisa 93

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 93 11/30/18 6:30 PM


Hasil Pilkada serentak tahun 2018 langsung sering disebut sebagai arena
di Provinsi Jawa Timur terdapat tujuh pertarungan bebas bagi para kandidat
calon kepala daerah yang terpilih dalam tanpa melihat jenis kelamin. Namun, upaya
kontestasi Pilkada. Ketujuh calon pilkada perempuan dalam memasuki ranah politik
tersebut meliputi satu orang gubernur, tidaklah mudah. Lovenduski (2008) dalam
tiga orang bupati, satu orang walikota, bukunya yang berjudul “Politik Berparas
satu orang calon wakil walikota serta Perempuan” menyatakan pentingnya
satu orang calon wakil bupati, yakni keterlibatan perempuan dalam politik.
Khofifah Indar Parawansa terpilih sebagai Namun, Lovenduski mengakui bahwa
Gubernur Jawa Timur, Puput Tantriana perempuan menghadapi rintangan yang
Sari terpilih sebagai Bupati Probolinggo, serius untuk menjadi pelaku politik.
Lilik Muhibah terpilih sebagai Wakil Adapun rintangan yang dihadapi
Walikota Kediri, Ana Muawanah terpilih perempuan untuk masuk ke ranah
sebagai Bupati Bojonegoro, Mundjidah politik antara lain, pertama, sumber
Wahab terpilih sebagai Bupati Jombang, daya perempuan yang diperlukan untuk
Ika Puspitasari terpilih sebagai Walikota memasuki wilayah politik lebih lemah.
Mojokerto, Indah Amperawati terpilih Secara umum, perempuan lebih miskin
sebagai Wakil Bupati Lumajang. dari pada laki-laki dan cenderung tidak
ditempatkan pada jabatan-jabatan yang
• Analisis
mendukung kegiatan politik. Kedua,
Keterlibatan dan keterpilihan
bermacam-macam kekangan gaya
perempuan dalam pilkada serentak
hidup yang menyebabkan perempuan
merupakan salah satu bentuk dari
mempunyai sedikit waktu untuk politik.
capaian gender and development.
Keluarga dan kewajiban-kewajiban lain
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya,
yang menuntut kewajiban penuh secara
gender and development adalah konsep
khusus dijalankan oleh perempuan 
yang menekankan pada kesetaraan di
telah mengurangi waktu mereka untuk
antara kedua jenis kelamin yakni laki-
melakukan kegiatan lain. Terkadang,
laki dan perempuan, tidak ada prioritas
dalam keadaan tertentu perempuan
khusus karena keduanya memiliki kualitas
kerapkali dihadapkan dengan konflik
yang sama. Gender and Development
peran dan status yang mereka miliki.
menekankan pada konsep “gender”
Rintangan ketiga yakni politik selalu
yang diartikan secara sederhana berarti
diidentikkan dengan wajah maskulin.
sebuah konstruksi sosial yang dibentuk
Tugas politik dikategorikan sebagai
oleh masyarakat, sehingga dalam konsep
tugas laki-laki yang menghalangi kaum
GAD ini tidak ada dominasi dalam proses
perempuan mengejar karier politik dan
pembangunan dalam hal ini adalah
menghalangi rekruetmen politik bagi
politik. Para perempuan peserta Pilkada
mereka yang ingin tampil ke publik.
dalam pencalonannya, dihadapkan
(Lovenduki, 2008, 88).
dengan beberapa calon laki-laki, tidak
Berikut daftar kepala daerah
ada regulasi atau perlakuan khusus bagi
perempuan di Provinsi Jawa Timur:
kandidat perempuan maupun laki-laki
dalam Pilkada. Oleh karenanya, Pilkada

94 Jurnal Adhyasta Pemilu

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 94 11/30/18 6:30 PM


Tabel 2. Daftar Kepala Daerah 8. Mundjidah Bupati PPP, Partai Wakil Bupati
Wahab Jombang Geridra, Jombang 2013-
Perempuan di Provinsi Jawa Timur Partai 2018, anggota
Demokrat DPRD sejak
Latar tahun 1971
No Nama Jabatan Pengusung Belakang hingga tahun
1. Khofifah Gubernur Partai Aktivis 2012.
Indar Jawa Demokrat, Muslimat 9. Ita Walikota Partai Adik Bupati
Parawansa Timur PAN, Partai NU, Menteri Puspitasari Mojokerto Golkar dan Mojokerto,
Nasdem, Peranan Gerindra Mustafa Kemal
Partai Wanita, Pasa
Hanura, Menteri Sosial,
10. Anna Bupati PKB, PDI P, Anggota DPR
PPP tiga kali maju
Muawan- Bojone- PKPI RI fraksi PKB
sebagai calon
nah goro selama tiga
gubernur Jawa
periode
Timur (2008,
2013 dan
2018).
Data diolah dari berbagai sumber
2. Tri Walikota PDI P Incumbent
Rismaharini Surabaya (Walikota
Surabaya
Keterpilihan perempuan dalam
2010-2015), Pilkada tidak dapat hanya dianalisis
Birokrat,
beberapa kali melalui jumlah perempuan yang menjadi
menerima kepala daerah saja. Paper ini setidaknya
penghargaan
sebagai menganalisis keterpilihan perempuan
Walikota
terbaik.
dalam Pilkada serentak di Jawa Timur
3. Puput Bupati PDI P, PPP, Incumbent, dengan menggunakan beberapa indikator,
Tantriana
Sari
Proboling-
go
Partai
Nasdem,
Istri Bupati
Probolinggo,
yakni Basis keterpilihan, Pola rekruitmen,
Partai Hasan kaderisasi, ikatan dengan masyarakat
Golkar dan Aminuddin
Gerindra periode 2003-
grassroot serta strategi kampanye.
2013. Basis keterpilihan adalah darimana
4. Faida Bupati Partai Dokter
Jember Demokrat,
calon tersebut dipilih, apakah dari golongan
PAN elite, selebritis, politik dinasti, atau aktivis.
5. Haryanti Bupati PDI P, PKB, Incumbent,
Sutrisno Kediri Partai Bupati Kediri
Dari data di atas, diketahui bahwa
Demokrat, periode beberapa kepala daerah perempuan
dan PBB 2010-2015,
istri pertama di Jawa Timur memiliki latar belakang
mantan Bupati hubungan kekerabatan dengan elite
Kediri Sutrisno
6. Dewanti Walikota PDI P, Partai Istri Walikota politik. Sebagian dari mereka adalah istri
Rumpoko Batu Golkar, Batu Eddy dari mantan kepala daerah yang masa
Partai Rumpoko, tiga
Gerindra kali mengikuti jabatannya telah habis atau kandidat yang
dan PKS kontestasi
Pilkada, Dosen.
memiliki hubungan keluarga dengan kepala
7. Rukmini Walikota PDI P Istri Walikota daerah lainnya. Namun, beberapa dari
Buchori Proboling-
go (2014-
Probolinggo
M Buchori,
para kepala daerah perempuan terpilih
2019) sebelum Jawa Timur juga merupakan aktivis,
menjadi
walikota
seperti Khofifah Indar Parawansa selain
Rukmini merupakan politisi senior dengan berbagai
merupakan
anggota DPR RI pengalamannya, Kofifah juga merupakan
dari PDI P. Pada aktivis Muslimat NU, yang merupakan
Pilkada 2018,
Rukmini tidak salah satu organisasi perempuan dengan
mendapatkan
dukungan
basis massa terbesar di Indonesia. Selain
partai. itu, jika dianalisis dari basis keterpilihan

Susi Dian Rahayu & Chairunnisa 95

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 95 11/30/18 6:30 PM


beberapa kepala daerah perempuan di politik Mundjidah yang sejak tahun
Jawa Timur juga memiliki latar belakang 1971 hingga tahun 2012 telah menjadi
sebagai profesional seperti dokter, birokrat anggota DPRD baik tingkat Kabupaten
dan dosen. Jadi, secara basis keterpilihan, maupun Provinsi yang diusung oleh Partai
para kepala daerah terpilih di Provinsi Persatuan Pembangunan (PPP).
Jawa Timur berasal dari berbagai basis Secara kaderisasi, beberapa kepala
antara lain elite politik baik itu merupakan daerah perempuan terpilih di Jawa Timur
pengurus partai politik, anggota legislatif merupakan kandidat partai politik yang
atau seseorang yang memiliki kedekatan telah lama berproses di Partai Politik.
dengan elite politik (politik dinasti), aktivis, Misalnya, Mundjidah Wahab yang telah
serta kalangan profesional seperti dokter, menjadi anggota DPRD sejak tahun
dosen dan birokrat. 1971 hingga tahun 2012, serta memiliki
Indikator berikutnya yakni pola jabatan struktural di internal PPP dari
rekrutmen, darimana calon tersebut mulai tingkat ranting hingga provinsi.
direkrut, apakah dari jalur perseorangan Contoh lain misalnya, Anna Muawanah
atau jalur partai politik. Barbara Geddes yang merupakan politisi PKB dan pernah
membedakan empat model rekrutmen, menjabat sebagai anggota DPR RI selama
yakni partisanship, yaitu partai politik yang tiga periode. Dewanti Rumpoko, meskipun
mempertimbangkan loyalitas seseorang ia memiliki latar belakang sebagai istri
kepada partai politik. Selanjutnya, dari mantan Walikota Batu, namun karier
meritocratic, yaitu rekruitmen politik politiknya juga tidak dapat diragukan.
dari kalangan yang memiliki potensi Dewanti telah mengikuti kaderisasi
tinggi. Model rekrutmen yang ketiga yakni politik sejak era reformasi, hal tersebut
compartementalization, yaitu rekrutmen dibuktikan dengan pencalonannya sebagai
politik yang dilakukan berdasarkan calon Walikota Malang pada tahun
pertimbangan pragmatis, dan model yang 1999, meskipun ia tidak terpilih, namun
keempat adalah survival, yaitu rekrutmen pencalonan perempuan pada era tersebut
politik berdasarkan prinsip balas jasa dan merupakan suatu hal yang langka dan
sumber daya pelamar dan cenderung patut diapresiasi. Sebagaimana diketahui,
bersifat patronase.(Geddes, 1996: 142- pada awal reformasi, pemilihan kepala
181) Berdasarkan pola rekrutmennya, daerah masih dilakukan oleh DPRD. Pada
sepuluh kepala daerah perempuan terpilih era tersebut keterpilihan perempuan
di Provinsi Jawa Timur merupakan kepala dalam Pilkada masih sangat rendah.
daerah yang diusung oleh partai politik. Tercatat hanya ada empat perempuan
Sedangkan terkait model rekrutmennya, yang terpilih sebagai kepala daerah saat
jika dilihat dari latar belakang kandidat, itu yakni Rustriningsih sebagai Bupati
model rekrutmennya pun berbeda-beda. Kebumen (2000-2005), Haeny Relawati
Seperti misalnya Mundjidah Wahab yang Bupati Tuban (2001-2006), Rina Iriani
telah bergabung dengan PPP sejak awal Bupati Karang Anyar (2003-2008) dan Tuti
pembentukannya dan dalam Pilkada 2018 Hayati Anwar Bupati Majalengka (2003-
ia kembali diusung oleh PPP tentu model 2008). (Kurniawati, 2016 : 1).
rekrutmennya adalah partisanship. Hal Sedangkan secara ikatan dengan
tersebut dapat dilihat dari latar belakang grassroot beberapa kepala daerah

96 Jurnal Adhyasta Pemilu

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 96 11/30/18 6:30 PM


perempuan terpilih di Jawa Timur memiliki 4. Simpulan
kedekatan dengan masyarakat akar
Dari uraian dan berdasarkan data-data
rumput. Kedekatan dengan masyarakat
yang telah disebutkan sebelumnya, maka
akar rumput tersebut kemudian juga
dapat disimpulkan bahwa keterpilihan
berkaitan dengan strategi kampanye
perempuan dalam Pilkada merupakan
yang dilakukan oleh para kandidat kepala
salah satu bentuk capaian gender and
daerah. Salah satu contoh kepala daerah
development. Sebagaimana dijelaskan
perempuan terpilih di Provinsi Jawa
sebelumnya, gender and development
Timur yang memiliki kedekatan dengan
adalah konsep yang menekankan pada
masyarakat akar rumput ialah Khofifah
kesetaraan diantara kedua jenis kelamin
Indar Parawansa. Hal tersebut selain
yakni laki-laki dan perempuan, tidak
dikarenakan latar belakang Khofifah
ada prioritas khusus karena keduanya
yang merupakan aktivis Muslimat, sosok
memiliki kualitas yang sama, maka begitu
Khofifah yang dekat dengan kalangan
pula yang terjadi dalam proses Pilkada.
santri, pesantren, juga menjadi bukti
Dalam Pilkada di Jawa Timur misalnya,
kedekatan Khofifah dengan masyarakat
daerah yang dikenal dengan basis santri
akar rumput. Dalam strategi kampanyenya,
dan dengan budaya patriarki yang sangat
Khofifah dapat mendatangi 19 titik
melekat namun mampu memberikan
wilayah per hari. Contoh lain kepala
ruang dan kesempatan yang sama bagi
daerah perempuan Jawa Timur yang
perempuan dalam Pilkada.
memiliki kedekatan dengan akar rumput
Sedangkan mengenai keterpilihan
ialah Tri Risma Harini. Sosok Risma tidak
perempuan dalam Pilkada di Provinsi
hanya populer dikalangan warga Surabaya
Jawa Timur tidak dapat dijelaskan
saja, tetapi juga hampir di seluruh
dengan faktor tunggal. Hal tersebut
Indonesia, sehingga tidak mengherankan
dapat dianalisis dengan berbagai indikator
jika dalam kontestasi Pilkada tahun
antara lain basis keterpilihan yang
2015 di Kota Surabaya Risma mampu
merupakan latar belakang dari kandidat
meraih suara 86,34 % suara atau sekitar
tesebut, apakah dari kalangan elit,
893.087 suara.(www.m.antaranews.com,
akademisi, pengusaha dan lain-lain.
28 Oktober 2018).
Berdasarkan hasil penelitian, basis
Berdasarkan empat indikator tersebut,
keterpilihan perempuan dalam Pilkada
dapat disimpulkan bahwa keterpilihan
di Jawa Timur didominasi oleh kalangan
para kepala daerah perempuan di Jawa
elit politik yakni anggota legislatif, pejabat
Timur pada Pilkada tahun 2015, 2017,
eksekutif/pemerintahan, serta hubungan
2018 dipengaruhi oleh berbagai hal
kekerabatan dengan Bupati/Walikota
antara lain faktor latar belakang kandidat
sebelumnya, aktivis serta kalangan
yang terdiri dari elit, aktivis dan kalangan
profesional. Selain itu, pola rekrutmen
profesional, partai politik pengusung
dan kaderisasi juga berpengaruh dalam
serta kedekatan dengan grassroot yang
keterpilihan, dalam hal ini sepuluh
kemudian berkorelasi dengan strategi
kepala daerah perempuan Provinsi Jawa
kampanye yang dilakukan oleh para
Timur berdasarkan pola rekrutmennya
kandidat.
merupakan kandidat yang diusung oleh
Partai Politik. Sedangkan secara kaderisasi,

Susi Dian Rahayu & Chairunnisa 97

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 97 11/30/18 6:30 PM


terdapat beberapa calon yang mengikuti berbagai kalangan, misalnya seperti nama
kaderisasi partai politik sejak awal tetapi Walikota Surabaya Risma, yang memiliki
ada juga yang tidak mengikuti kaderisasi kedekatan dengan masyarakat hingga
sejak awal. Sedangkan secara kedekatan namanya tidak hanya dikenal di kalangan
dengan masyarakat akar rumput, masyarakat Surabaya, melainkan hampir
beberapa kepala daerah perempuan oleh seluruh masyarakat Indonesia. hal
di Jawa Timur memiliki kedekatan tersebut kemudian berpengaruh dengan
dengan masyarakat akar rumput, hal strategi kampanye, dan pada akhirnya
tersebut dibuktikan dengan begitu akan mempengaruhi perilaku memilih
dikenalnya beberapa kandidat calon masyarakat dalam Pilkada.
kepala daerah perempuan tersebut di

98 Jurnal Adhyasta Pemilu

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 98 11/30/18 6:30 PM


DAFTAR PUSTAKA

Buku:
Barbara Geddes. (1996). Politicians Dilema: Building State Capacity in Latin America,
University of California Press.
Huntington, Samuel. (2001). Gelombang Demokratisasi Ketiga, Jakarta: PT. Pustaka
Utama Grafiti.
Joni Lovenduski. (2005). Politik Berparas Perempuan, Yogyakarta : Kanisius.
Lipset, Seymour Martin, “Some Social Requisites of Democracy: Economic Development
and Political Legitimacy,” The American Political Science Review, vol. 53, no.
1 (Mar, 1959)
O’Donnell, Guilermo,“Human Development, Human Rights, and Democracy,” dalam
Guillermo O’Donnell, Jorge Vargas Cullell, Osvaldo M. Iazzetta (eds.), The
Quality of Democracy Theory and Applications, (USA: University of Notre
Dame Press, 2004).

Jurnal:
Kurniawati Hastuti Dewi, Konteks Sosial Ekonomi Kemunculan Perempuan Kepala
Daerah, (Jurnal Penelitian Politik | Volume 13 No. 2 Desember 2016, LIPI)
Nunung Komariah dkk, Perempuan di Pilkada Serentak 2015; Perspektif Perempuan
dan Lingkar Kekuasaan di Sekitar Calon Perempuan Peserta Pilkada, Yogyakarta:
Satunama, 2016.
Sharashoub Razavi dan Carol Miller, From WID to GAD: Conceptual Shifts in the
Women and Development Discourse, Switzerland: UNRISD, Occasional Paper
1, February 1995

Website:
https://daerah.sindonews.com/read/1067929/23/19-kabupatenkota-di-jawa-timur-
gelar-pilkada-serentak-1449608197/13, 14 September 2018 pukul 12.15 WIB.
beritagar.id, 14 September 2018 pukul 12.16 WIB.
https://m.detik.com pada 14 September 2018 pukul 09.21 WIB.
https://m.detik.com pada 14 September 2018 pukul 10.35 WIB.
www.jatim.tribunnews.com diakses pada 14 September 2018, pukul 10.23 WIB

Susi Dian Rahayu & Chairunnisa 99

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 99 11/30/18 6:30 PM


100 Jurnal Adhyasta Pemilu

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 100 11/30/18 6:30 PM


Jurnal Adhyasta Pemilu
ISSN 2443-2539
Vol. 4 No. 2 2018, Hal. 101-117

PENGARUH CALON KEPALA DAERAH


PEREMPUAN DALAM PILKADA
(STUDI PILKADA LAMPUNG 2015-2018)

M. Iwan Satriawan

Abstract

The aims of this article is to examine the phenomenon of many female regional
head as the result of the 2015-2018 election in Lampung Province.Starting from the
2015 election where one regional head and one vice regional head appeared. Then
continued in 2017 and 2018, two regional heads and one vice regional head appeared.
The method of this research is descriptive qualitative using secondary data from
literature studies. The result obtained are the influence of the presence of women
candidates in winning regional head elections in Lampung both for regents and
governors. Whereas the customs of Lampung society are known as patriarchal where
they hold firmly to the existence of men as the main ones in the family, especially
in terms of in heritance, customary obligation etc. In contrast with the province of
west Sumatera which has matrilineal culture. It means women are the main ones
both in the heritance system, customs and others.However, starting from the first
regional head election in 2005 to simultaneous local elections in 2018, none has
resulted female regional head or their representatives at the district or provincial level.
This phenomenon shows the absence of indigenous influences in the head elections,
especially in Lampung Province.

Key Words: female, head regional election, patrilineal, matrilineal

M. Iwan Satriawan 101

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 101 11/30/18 6:30 PM


Abstrak

Artikel ini bertujuan untuk mengkaji fenomena banyaknya bermunculan kepala daerah
perempuan dari hasil pilkada tahun 2015-2018 khususnya di Provinsi Lampung.
Diawali pada pilkada tahun 2015 dimana muncul satu kepala daerah dan satu
wakil kepala daerah perempuan. Kemudian ditahun 2017 dan 2018 muncul 2 (dua)
kepala daerah dan wakil kepala daerah perempuan.Metode yang digunakan adalah
deskriptif kualitatif dengan menggunakan data sekunder dari studi kepustakaan.
Hasil yang didapatkan adalah adanya pengaruh keberadaan calon kepala daerah
dan wakil kepala daerah perempuan dalam pemenangan pemilihan kepala daerah
di Lampung baik itu untuk bupati/wakil bupati maupun gubernur/wakil gubernur.
Padahal secara adat istiadat masyarakat Lampung dikenal dengan patrilineal dimana
mereka memegang teguh keberadaan laki-laki sebagai yang utama dalam keluarga
khususnya dalam hal waris, kewajiban dalam adat dan lain-lain. Hal berbeda justru
terjadi di Provinsi Sumatera Barat dengan budayanya yang matrilineal dimana kaum
perempuan menjadi yang utama baik dalam sistem waris, adat istiadat dan lain-lain.
Namun mulai dari pilkada pertama tahun 2005 hingga pilkada serentak tahun 2018
belum satupun menghasilkan kepala daerah maupun wakil kepala daerah perempuan
baik untuk tingkat kabupaten maupun provinsi. Fenomena ini menunjukkan tidak
adanya pengaruh adat istiadat dalam pilkada khususnya di Provinsi Lampung.

KataKunci: perempuan, pemilihan kepala daerah,patrilineal, matrilineal

1. Pendahuluan mengakibatkan mustahilnya membatasi


ide-ide kesadaran akan adanya persamaan
Dalam setiap pelaksanaan pemilu,
hak antara laki-laki dan perempuan.
kualitas demokrasi akan selalu menjadi
Selain itu, kesetaraan dan kebebasan itu
perdebatan, sehingga studi tentang
sendiri merupakan suatu tujuan yang juga
pemilu dan demokrasi menjadi sangat
diperoleh melalui gerakan sosial-politik
penting. Bagaimana indikator seperti
(Fericha,2010).
partisipasi, kompetisi dan legitimasi
Demikian halnya yang terjadi
dari proses penyelenggaraan pemilu
di Indonesia. Arus besar munculnya
tersebut merupakan indikator untuk
pemahaman adanya kesetaraan antara
melihat tingkat kualitas dari demokrasi
laki-laki dan perempuan dalam segala
pemilu(Mar’iyah,2013).
bidang termasuk politik semakin menguat
Maka hembusan angin demokrasi
pasca reformasi 1998 dengan diusungnya
memang memberikan kondisi politik
Megawati menjadi calon Presiden oleh
baru di masyarakat dunia. Seiring dengan
PDI-P pada pemilu tahun 1999. Suatu
globalisasi yang membawa kemajuan
hal yang sangat sulit terjadi dan dapat
ilmu pengetahuan dan teknologi,
ditemui di era Orde Baru(Orba).
terutama informasi dan komunikasi, akan

102 Jurnal Adhyasta Pemilu

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 102 11/30/18 6:30 PM


Pada era Orba, sentralisasi kekuasaan pencari nafkah. Yang wilayah kerjanya
sangat jelas terlihat dan sangat hanya seputar dapur, sumur dan kasur
menguntungkan elit pusat, namun atau dalam istilah Jawa “masak, macak
merugikan daerah. Ketika Orde Baru dan manak”.
menerapkan kebijakan sentralisasi Maka pemilihan Megawati
dengan acuan UU No.5 Tahun 1974 yang Soekarnoputri oleh PDI-P menjadi calon
mengatur tentang desentralisasi maka Presiden RI ke-4 menjadi fenomena baru
argumentasinya adalah mempertahankan dalam budaya patriakhi di Indonesia.
stabilitas politik dan menjaga keutuhan Megawati juga telah mendobrak iklim
negara-bangsa(Aminah,2014). dunia politik di Indonesia dengan menjadi
Munculnya Megawati sebagai ketua umum partai politik berjenis
calon Presiden perempuan pertama di kelamin perempuan yang pertama di
Indonesia yang diusung oleh PDI-P telah Indonesia (Kompas.com,2018).
mendobrak hal-hal yang dulu dianggap Pemilihan Megawati sebagai calon
sakral dan tabu di era Orde Baru menjadi Presiden RI ke-4 dalam perjalananya bukan
hal biasa dan wajib diperjuangkan oleh tanpa rintangan baik oleh masyarakat
segenap anak bangsa diera reformasi. umum, tokoh adat maupun tokoh agama.
Namun munculnya wacana pemimpin Berbagai dalil agama dikeluarkan termasuk
atau lebih khusus lagi presiden perempuan juga ayat-ayat suci Al-Qur’an untuk
diawal reformasi bukan tanpa halangan. mempengaruhi pemilih agar tidak memilih
Hal ini didukung dengan budaya PDI-P dalam pemilu 1999.
patriarkhiyang masih sangat kuat dimana Adapun dalil-dalil tersebut
dominasi laki-laki terhadap perempuan diantaranya adalah “kaum laki-laki
masih cukup tinggi di Indonesia. Menurut adalah pemimpin atas kaum perempuan,
Rokhmansyah(2013) dalam bukunya disebabkan Tuhan telah melebihkan
yang berjudul “Pengantar Gender dan s e b a g i a n m e r e ka a ta s s e b a g i a n
Feminisme”, menjelaskan patriarki berasal yang lain, dan karena mereka telah
dari kata patriarkat, berarti struktur yang menafkahkan sebagian dari harta
menempatkan peran laki-laki sebagai mereka” (QS.An-Nisa (4:34). Termasuk
penguasa tunggal, sentral, dan segala- juga pandangan cendikiawan muslim yang
galanya. menolak pemimpin perempuan seperti
Sebagai penguasa tunggal baik dalam Muhammad Abduh yang menurutnya
sektor formal dan non formal laki-laki Allah telah memberikan kepada laki-laki
menentukan kebijakan dalam keluarga. kekuatan yang tidak diberikan-Nya kepada
Maka dalam budaya Jawa ada istilah bagi perempuan. Jadi merupakan fitrah.
perempuan atau wanita adalah bahwa Kelebihan lain adalah karena laki-laki
setiap wanita jawa itu ibarat “suargo diberi beban memberikan nafkah kepada
nunut neroko katut” kepada suaminya. perempuan (Muhammad,2012)
Selain itu pengaruh budaya patriakhi Namun dalam faktanya berbagai
dalam masyarakat Indonesia juga perang opini di masyarakat mengenai
merambah dalam bidang pekerjaan. keabsahan secara agama,sosial dan
Dimana perempuan identik dengan budaya perempuan menjadi pemimpin
wilayah domestik, penerima nafkah bukan negara tidak menghalangi kemenangan

M. Iwan Satriawan 103

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 103 11/30/18 6:30 PM


PDI-P dalam pemilu 1999 dengan raihan presiden menggantikan K.H Abdurrahman
35.689.073 suara atau meraih 154 kursi Wahid menjadi orang nomor 1 (satu) di
di DPR pusat. Indonesia.
Tidak ada akar, rotan pun jadi. Fenomena jatuhnya Presiden Wahid
Itulah yang menjadi pedoman kelompok- akibat impeachment atau pemakzulan oleh
kelompokpartai Islam yang dipimpin oleh MPR/DPR membuat perumus perubahan
Amin Rais dengan poros tengahnya di atau amandemen UUD 1945 melakukan
legislatif (PAN,Golkar,PPP,PBB dan PK) perubahan dengan memasukkan pasal 6A
yang menolak perempuan khususnya ayat (1) dan pasal 7 tentang pemilihan
Megawati menjadi kepala negara presiden langsung oleh rakyat dan
(Kompas.com,2018). Boleh kalah dalam perubahan posisi antara presiden dan
pileg asal jangan kalah di pilpres. MPR/DPR yang sejajar sesuai dengan
Adapun masukknya Golkar dalam prinsip trias politika. Sehingga antara
kelompok poros tengah adalah akibat keduanya tidak dapat saling menjatuhkan
ditolaknya pidato pertanggung jawaban hanya karena keputusan politik belaka
B.J Habibie oleh parlemen. namun harus ada landasan yuridis melalui
Tidak kekurangan cara, kelompok- putusan peradilan.
kelompok yang menolak perempuan Karena posisi antara presiden
menjadi kepala negara dengan memainkan dan DPR/MPR sejajar, maka pemilihan
isu-isu tentang haramnya pemimpin presiden tidak lagi dilakukan oleh DPR/
negara berjenis kelamin perempuan. Hal MPR melainkan langsung oleh rakyat
tersebut kemudian dijadikan isu yang sebagaimana amanat Pasal 6A UUD 1945.
sangat sensitif pada pemilihan kepala Berkaca pada hal tersebut, maka
negara dalam sidang MPR/DPR untuk berdasarkan pada UU No.32 Tahun
pemilihan presiden yang dilakukan secara 2004 tentang pemerintahan daerah
voting. dilakukanlah pemilihan kepala daerah
Hasilnya kemenangan PDI-P di ( P i l ka d a ) s e c a ra l a n g s u n g ya n g
parlemen tidak dapat mengantarkan mengadopsi pemilihan presiden dan
Megawati menjadi orang nomor 1 (satu) wakil presiden secara langsung yang
di Indonesia, beliau harus kalah bersaing sukses diselenggarakan pada tahun 2004
oleh K.H Abdurrahman Wahid yang hanya dan dilaksanakan untuk pertama kalinya
mempunyai 51 kursi di parlemen dari bulan Juni tahun 2005.
PKB ditambah dukungan poros tengah Pilkadasecara langsung sendiri
di MPR/DPR melalui mekanisme voting dibutuhkan dan memiliki sejumlah
tertutup dengan hasil suara 313 suara urgensi guna memperbaiki kualitas
untuk Megawati dan 373 suara untuk demokrasi Indonesia yaitu pertama,
Gus Dur. pilkada diperlukan untuk memutus mata-
Namun proses politik yang terus rantai oligarkhi partai yang mewarnai
berjalan di parlemen menjadikan K.H dinamika politik dan DPRD; kedua,
Abdurrahman Wahid jatuh dari tampuk Pilkada diperlukan untuk meningkatkan
kepemimpinan akibat impeachment atau kualitas akuntabilitas kepala daerah
pemakzulan oleh anggota MPR/DPR dan terpilih; ketiga, pilkada diperlukan untuk
menjadikan Megawati yang semula wakil menciptakan efektifitas dan stabiltas

104 Jurnal Adhyasta Pemilu

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 104 11/30/18 6:30 PM


politik pemerintahan di tingkat lokal; Perwakilan Rakyat Daerah yang kemudian
keempat, Pilkada mendorong munculnya diperkuat dengan dikeluarkannya UU
para figur pemimpin baru; kelima, No.8 Tahun 2012 tentang Partai Politik
Pilkada diharapkan meningkatkan yang juga mensyaratkan 30% keterwakilan
kualitas partisipasi politik masyarakat dan perempuan dalam sistem kepartaian
keterwakilan elit (Haris,2006,hlm.54-55). sehingga kaum perempuan dapat duduk
Dengan pilkada langsung serentak, sebagai pengurus partai politik.
diharapkan akan membuat kepala daerah Disisi lain menurut Purwanti (2017)
dan wakil kepala daerah lebih dekat lagi pengaruh pergeseran lapangan kerja
dengan rakyat, karena mendapatkan masyarakat dari tradisional-agraris ke
legitimasi politik langsung dari rakyat urban-industri telah menyerap tenaga
(Zaman,2016). kerja perempuan dalam modus-modus
Selain itu demokrasi melalui pilkada produksi, buruh yang juga berdampak
juga merupakan satu-satunya cara kepada bergesernya paradigma masyarakat
yang ampuh untuk memaksa birokrasi umum bahwa perempuan tidak hanya
pemerintah bertanggung jawab terhadap sebagai makhluk pelengkap melainkan
rakyatnya(Aziz,2016). dapat menjadi mitra kerja suami dalam
Pilkada merupakan proses penguatan rumah tangga karena perempuan
dan pendalaman demokrasi (deepening pun dapat membantu meningkatkan
democracy) serta upaya mewujudkan pendapatan ekonomi keluarga dengan
tata pemerintahan yang efektif. Dalam bersama-sama suami bekerja baik dalam
konteks ini, pilkada langsung dapat sektor formal maupun informal.
dikategorikan sebagai proses demokrasi Maka tindakan pemberlakuan
formal yang merupakan tindak lanjut affirmative action dalam bidang politik
jaminan terhadap hak-hak politik rakyat tersebut akhirnya berpengaruh juga
(Solihah,2015). pada banyaknya jumlah ang gota
Sehingga sejak itulah mulai banyak legislatif berjenis kelamin perempuan
bermunculan calon kepala daerah (Hendrarti,2017).
perempuan di berbagai daerah di Adapun tabel peningkatan
Indonesia meskipun jumlahnya masih keterwakilan perempuan dalam lembaga
kalah jika dibandingkan dengan kepala legislatif tingkat nasional adalah sebagai
daerah berjenis kelamin laki-laki. berikut:
Mulai munculnya kepala daerah
perempuan salah satunya disebabkan juga Tabel 1. Prosentase keterwakilan
karena adanya kewajiban keterwakilan perempuan di parlemen
perempuan dalam pencalonan anggota
Periode Perempuan Laki-laki
DPR, DPD, DPRD provinsi dan kabupaten
kotasekurang-kurangnya sebesar 30% 1955 - 1956 17 (6,3%) 272 (93,7%)
(tiga puluh persen) bagi perempuan Konstituante
25 (5,1%) 488 (94,9%)
oleh partai politik melalui UU No.12 1956 - 1959
Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum 1971 – 1977 36 (7,8%) 460 (92,2%)
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, 1977 – 1982 29 (6,3%) 460 (93,7%)
Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan 1982 – 1987 39 (8,5%) 460 (91,5%)

M. Iwan Satriawan 105

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 105 11/30/18 6:30 PM


1987 – 1992 65 (13%) 500 (87%) belakang dari mantan anggota DPR atau
1992 – 1997 62 (12,5%) 500 (87,5%)
DPRD yang mencalonkan diri sebagai
kepala daerah selain karena berasal dari
1997 – 1999 54 (10,8%) 500 (89,2%)
keturunan politisi, mantan politisi atau
1999 – 2004 46 (9%) 500 (91%)
juga suaminya mantan kepala daerah
2004 – 2009 61 (11,09%) 489 (88,9%) terdahulu.
2009 – 2014 101(18,10%) 459 (82,00%) Seperti terpilihnya Bupati Banyuwangi
Sumber: Sekretariat Jenderal DPR RI, 2001). Tahun 2005-2010 Ratna Ani Lestari yang
merupakan istri dari Bupati Jembrana
Semakin banyaknya keterwakilan I Gede Winasa. Atau terpilihnya
kaum perempuan yang dapat duduk dikursi Rustriningsih menjadi Bupati Kebumen
legislatif tingkat nasional berimplikasi juga Jawa Tengah Pada Tahun 2000-2005
dengan cukup banyaknya kepala daerah setelah aktif menjadi anggota DPR RI dari
perempuan yang berasal atau berlatar tahun 1990-2000.

Tabel 2. Posisi Kemenangan Pencalonan Kandidat


Perempuan Dalam PilkadaTahun 2005-2006

Pencalonan Menang Kalah


Posisi
Jumlah Presentase Jumlah Presentase Jumlah Presentase
Kepala
daerah
Gubernur 1 5.3% 1 100% 0 0
BUpati/
18 94.7% 5 27.8% 13 72.2%
Walikota
Total 19 100% 6 31.6% 13 68.4%
Posisi Wakil
Kepala
Daerah
Wakil
1 0 0 0 1 100%
Gubernur
Wakil
Bupati/Wakil 49 98% 10 20.4% 39 79.6%
Walikota
Total 50 100% 10 20% 40 80%
Sumber: (Lingkar Survei,2007,hlm.2)

Berdasarkan data tersebut diatas dan Sedangkan untuk pilkada serentak tahun
juga seiring dengan berjalannya waktu, 2018 ada 14 kepala daerah perempuan
posisi tawar perempuan dalam pilkada terpilih.
semakin meningkat khususnya dalam Realita ini disebabkan jangan sampai
pelaksanaan pilkada serentak tahun 2015. pilkada serentak hanya menjadi ajang
Setidaknya ada 35 kepala daerah dan kontestasi politik bagi kaum laki-laki
wakil kepala daerah perempuan terpilih. saja, sedangkan kaum perempuan tetap

106 Jurnal Adhyasta Pemilu

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 106 11/30/18 6:30 PM


berposisi sebagai objek yang diminta Tanggamus. Sedangkan dua orang yang
suaranya namun tidak diberi peluang menjadi wakil kepala daerah yaitu Erlina
untuk menjadi kepala daerah. sebagai Wakil Kepala Daerah Kabupaten
Keberhasilan pelaksanaan pilkada Pesisir Barat dan Chusnunia Chalim
dibeberapa daerah dimana munculnya sebagai Wakil Gubernur Lampung.
beberapa calon perempuan menjadi Padahal semenjak pilkada
kepala daerah atau wakil kepala daerah dilaksanakan secara langsung yaitu pada
mengindikasikan pilkada sudah bukan tahun 2005 hingga tahun 2014 belum
lagi menjadi ruang berpolitik yang tabu satu pun kepala daerah atau wakil kepala
bagi perempuan. Bahkan beberapa daerah berjenis kelamin perempuan
kepala daerah tersebut berasal dari terpilih di Provinsi Lampung.
jalur independen seperti bupati Kutai Maka berdasarkan uraian tersebut, dapat
Kertanegara Rita Widyasari dan Walikota penulis tarik benang merah sebagai
Bontang Neni Moerniani. rumusan masalah adalah bagaimanakah
Fenomena seperti ini tentunya akan pengaruh calon kepala daerah dan wakil
juga dapat menjadi acuan bagi partai kepala daerah perempuan dalam pilkada
politik dan calon-calon kepala daerah serentak? studi kasus pilkada serentak
yang lainnya jika ingin memenangkan Lampung tahun 2015 -2018.
kompetisi perebutan kepala daerah
serentak gelombang ke-4 nanti pada 2. MetodePenelitian
tahun 2020, gelombang ke-5 tahun
Penulisan penelitian “pengaruh calon
2022, gelombang ke-6 tahun 2023 dan
kepala daerah perempuan dalam pilkada
puncaknya akan serentak se-Indonesia
ini menggunakan metode deskriptif
yang melibatkan 542 daerah pada tahun
melalui pendekatan kualitatif.
2027 untuk memperhatikan perempuan
Adapun pengumpulan data dilakukan
dan suara-suara kaum perempuan baik
dengan menggunakan studi literatur
dengan cara menggandengnya menjadi
melalui kajian pustaka yang terkait
wakil maupun mengusungnya menjadi
dengan pokok bahasan sebagai data
kepala daerah.
primer. Sedangkan data sekunder berupa
Selain itu juga untuk memunculkan
pemberitaan di media cetak atau media
kepercayaan diri terhadap kaum
elektronik serta dokumen pemerintah
perempuan bahwa suara dan kandidat
baik pusat maupun daerah dan juga
calon perempuan sudah cukup
lembaga penyelenggara pemilu terkait
diperhitungkan dalam dinamika politik
seperti KPU,Bawaslu dan lembaga-
pemilihan kepala daerah di Indonesia.
lembaga yang mempunyai perhatian
Khusus di Lampung sebagai tempat
kepada pemilu seperti perludem dan WRI.
penelitian ini semenjak pilkada serentak
Dokumen-dokumen tersebut dapat
pada tahun 2015 hingga 2018 telah
berupa jurnal, artikel atau opini, laporan-
terpilih setidaknya 3 (tiga) kepala daerah
laporan penelitian atau data-data lain
dari 16 pilkada yang telah dilaksanakan
yang relevan dengan tema tulisan yang
yaitu Chusnunia Chalim di Kabupaten
disediakan oleh lembaga pemerintahan
Lampung Timur, Winarti sebagai Bupati
baik di media cetak maupun elektronik
Tulang Bawang dan Dewi Handjani Bupati
khususnya yang terkait dengan pengaruh

M. Iwan Satriawan 107

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 107 11/30/18 6:30 PM


calon kepala daerah perempuan dalam sesuatu yang asing, karena kita seringkali
pilkada serentak di Indonesia dan lebih melakukan pembedaan meski tanpa kita
khusus lagi di Provinsi Lampung. sadari(Sumbulah,2008,hlm.4).
Oleh karena itu, menurut Hamim Ilyas
3. Perspektif Teori (2008), studi gender lebih menekankan
3.1 Pandangan Stereotipe tentang perkembangan aspek maskulinitas
Perempuan (masculinity atau rujuliyah) dan feminitas
(feminity atau nis’iyah), sedangkan
Setiap manusia dilahirkan sama
studi seks lebih menitikberatkan pada
baik laki-laki maupun perempuan.
perkembangan aspek biologis dan
Namun dalam perjalanan sejarah terjadi
komposisi kimia dalam tubuh laki-
ketimpangan perlakuan antara laki-laki
laki (maleness atau dzukuriyah) dan
dan perempuan. Baik perlakuan dalam
perempuan (femaleness atau umutsha).
hal hak dan kewajiban di lingkup domestik
Disisi lain pengertian gender menurut
maupun tidak.
Mansour Fakih (1997) adalah suatu sifat
Sekalipun perempuan kini diakui
yang melekat pada kaum laki-laki maupun
telah memberikan kontribusi yang cukup
perempuan yang dikontruksi secara sosial
besar terhadap sejarah eksistensi manusia
maupun kultural. Misalnya, perempuan itu
di dunia, namun dalam realitasnya kondisi
dikenal lemah lembut, cantik, emosional
perempuan acapkali menjadi objek atau
dan keibuan sedangkan laki-laki dianggap
korban kekerasan. Baik kekerasan itu
kuat, rasional, jantan dan perkasa.
dalam bentuk verbal maupun non verbal.
Sifat-sifat tersebut sebenarnya dapat
Politik marginalisasi terhadap perempuan
dipertukarkan, artinya ada laki-laki yang
tersebut mencerminkan sikap ambivalensi
memiliki sifat emosional, lemah lembut
terhadap makhluk Tuhan bernama
dan keibuan dan ada juga perempuan
perempuan. Termasuk juga penafsiran
yang kuat, rasional dan perkasa. Jadi seks
sepihak tentang istilah gender yang
bersifat kodrati sedangkan gender bersifat
seringkali menjadi penghalang bagi
non kodrati.
perempuan untuk maju dan berani
Sebagaimana yang telah digambarkan
bersaing dengan laki-laki dalam segala
sejarah bahwa perempuan adalah kaum
bidang kehidupan.
yang termarginalkan, paradigma terus
Gender menurut bahasa diartikan
terhegemoni hingga sekarang sehingga
sebagai jenis kelamin. Namun makna
perempuan selalu dianggap kaum lemah
gender tidaklah sekedar jenis kelamin
dan tidak berdaya. Inilah faktanya bahwa
yang membedakan laki-laki maupun
seberapa kuat gerakan feminisme di
perempuan, gender lebih dimaknai
Indonesia namun budaya patriarki yang
sebagai hubungan antara laki-laki dan
sudah dipegang erat oleh masyarakat
perempuan dalam suatu konteks sosial
Indonesia susah untuk dihilangkan.
tertentu (Umar,2001).
Walaupun perempuan saat ini sudah
Sedangkan gender sebagai suatu
dapat menempuh pendidikan dengan
fenomena sosial budaya diartikan bahwa
bebas namun kembali lagi jika sudah
dalam kehidupan sehari-hari manusia
berumah tangga harus dapat membagi
melakukan klasifikasi, sehingga dengan
peran, sebenarnya bias gender seperti
demikian sesungguhnya gender bukan
ini muncul
108 Jurnal Adhyasta Pemilu

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 108 11/30/18 6:30 PM


karena kontruksi masyarakat itu Secara konseptual antara
sendiri(Sakina&Hasana,2017) desentralisasi dan demokrasi memang
Sehingga masyarakat akan terus saling terkait satu dengan yang lain.
berpandangan bahwa wanita yang baik Pandangan yang mengaitkan desentralisasi
itu harus pintar masak, mengurus rumah dan demokrasi semakin kuat seiring
dan melayani suami. Dan bukan justru dengan merebaknya perkripsi kebijakan
pada wanita yang mementingkan karir desentralisasi bagi negara-negara sedang
pribadi dengan menjadi kepala daerah berkembang guna mengatasi berbagai
atau sejenisnya. permasalahan yang dihadapinya dan
gelombang demokratisasi di berbagai
3.2 Teori tentang Pilkada penjuru dunia(Marijan,2006,hlm.27).
Pelaksanaan pemilihan kepala daerah
Pemilu (Pemilihan Umum) pada
secara langsung merupakan perwujudan
dasarnya bukan hanya mengutamakan
dari kedaulatan rakyat di daerah untuk
output, namun juga harus dapat menjamin
memilih kepala daerahnya sesuai dengan
bahwa elit yang baru akan jauh lebih baik
keinginan rakyat bukan pemerintah pusat.
daripada elit yang telah digantikan.
Pemilu dalam praktiknya di Indonesia
tidak hanya memilih calon legislatif baik 4. Hasil dan Pembahasan
di pusat maupun di daerah namun juga 4.1 Pilkada dan Perempuan
memilih calon ekskutif untuk di pusat dan Hans Kelsen sebagaimana dikutip
di daerah yang kemudian disebut dengan oleh Irvan Mawardi (2014) telah
pemilihan kepala daerah (Pilkada). mensyaratkan bahwa dalam negara
Sedangkan disisi lain Indonesia demokratis diperlukan organ-organ
sebagai negara kesatuan yang terdiri negara sebagai representasi warga negara
dari berbagai macam pulau, suku dan dalam menjalankan fungsi pemerintahan.
budaya, maka tidak ada cara lain selain Untuk mengisi organ-organ negara
dengan melaksanakan desentralisasi untuk tersebut dilakukan dengan nominasi
mempercepat pembangunan di daerah. yang demokratis, yaitu melalui pemilihan
Desentralisasi secara garis besar umum (pemilu).
mencakup dua aspek yaitu desentralisasi Pada awalnya pemilu di Indonesia
administrasi dan desentralisasi politik. hanya dikenal 2 (dua) bentuk yaitu pileg
Berdasarkan prespektif administratif, dan pilpres. Hal ini sesuai dengan amanat
desentralisasi didefinisikan sebagai the UUD 1945 Pasal 22 E.
transfer of administrative responsibility Namun dalam perkembangannya
from central to local government seperti halnya dengan pemilihan presiden
(Lutfi,2010,hlm.129). yang sebelumnya dipilih melalui MPR/
Disisi lain berdasarkan prespektif DPR, pemilihan gubernur dan wakil
politik, Smith (1985) mendefinisikan gubernur serta bupati/walikota dan wakil
desentralisasi adalah the transfer of bupati/wakil walikota yang sebelumnya
power, from top level to lower level, in juga dipilih melalui perwakilan di DPRD
territorial hierarchy, which could be one provinsi, kabupaten dan kota kini dipilih
of governments within a state, or offices juga oleh rakyat secara langsung.
within a large organization.

M. Iwan Satriawan 109

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 109 11/30/18 6:30 PM


Hal ini sesuai dengan derasnya tahun 2018 dimana untuk Provinsi
tuntutan arus reformasi untuk menegakkan Lampung melibatkan 3 (tiga) wilayah
demokrasi secara murni, maka pemilihan yaitu Kabupaten Tanggamus, Lampung
pimpinan daerah mulai tahun 2005 sesuai Utara dan Provinsi Lampung sendiri untuk
dengan amanat UU No.32 Tahun 2004 pemilihan gubernur dan wakil gubernur.
dilakukan secara langsung oleh rakyat Jumlah pemilih dalam pilgub Lampung
(one man one vote atau one man one pada tahun 2018 adalah sebesar 5.768.061
value) mengikuti pilihan presiden secara yang terdiri dari laki-laki 2.951.659 jiwa
langsung pada tahun 2004 . dan perempuan sebanyak 2.816.402 jiwa
UU No.32 Tahun 2004 dalam dan sudah mempunyai 3 (tiga) kepala
perjalanannya mengalami perubahan daerah dan 2 (dua) wakil kepala daerah
dengan diakomodirnya calon independen perempuan.
dalam pemilihan kepala daerah, sehingga Sebagai perbandingan jumlah pemilih
berubah menjadi UU No.12 Tahun 2008. sementara (DPS) Sumatera Barat untuk
UU No.32 Tahun 2004 sebagaimana telah pileg 2019 adalah sebesar 3.489.743
diubah dengan UU No.12 Tahun 2008 dengan rincian laki-laki sebanyak 1.780.627
tersebut kemudian disempurnakan lagi dan perempuan sebanyak 1.830.768.
dan direvisi menjadi UU No.23 Tahun Pada pilgub 2015 daftar pemilih tetap
2014 yang telah memisahkan antara (DPT) sebanyak 3.489.743. Namun
pemerintahan daerah, pemerintahan belum ada kepala daerah perempuan
desa dan pemilihan kepala daerah dengan yang terpilih di Provinsi Sumatera Barat
undang-undang sendiri. baik untuk tingkatan bupati/walikota
Berdasarkan hal tersebut, maka hingga gubernur/wakil gubernur sejak
pemilihan kepala daerah sendiri tidak dilaksanakannya pilkada langsung dari
lagi menggunakan UU No.23 Tahun tahun 2005-2018.
2014 melainkan menggunakan UU No.10 Sedangkan Jawa Timur pada pilgub
Tahun 2016 tentang Pemilihan Gubernur, tahun 2018 DPT-nya sebanyak 30.155.719
Wakil Gubernur, Bupati, Wakil Bupati dengan rincian perempuan sebanyak
dan Walikota atau Wakil Walikota yang 15.315.352 dan laki-laki sebanyak
kemudian lebih dikenal dengan UU 14.540.367 jiwa sudah memiliki 1 (satu)
tentang Pilkada. gubernur perempuan dan 9 (sembilan)
Pilkada serentak di Provinsi Lampung bupati/walikota perempuan.
dilaksanakan pada tahun 2015 yang Secara nasional untuk DPS pilpres
meliputi 8 (delapan) pilbup/pilwakot. 2019 sebagaimana yang sudah diumumkan
Kemudian diadakan lagi pilkada serentak oleh KPU RI jumlahnya 185,639.674 juta
gelombang kedua pada tahun 2017. pemilih dengan rincian 92.843.299 juta
Untuk Provinsi Lampung, daerah yang pemilih laki-laki dan 92.796.375 pemilih
mengikuti pilkada serentak pada tahun perempuan.
2017 adalah 5 (lima) kabupaten yaitu Jika dilihat secara umum hasil
Mesuji,Lampung Barat, Pringsewu, Tulang pilkada serentak tahun 2018 yang
Bawang Barat dan Tulang Bawang. diselenggarakan di 171 daerah dengan
Sedangkan untuk pilkada serentak rincian 17 provinsi, 39 kota dan 115
gelombang ketiga yang diadakan pada kabupaten telah menghasilkan 14 kepala

110 Jurnal Adhyasta Pemilu

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 110 11/30/18 6:30 PM


daerah perempuan dan 17 wakil kepala seksual baik secara fisik maupun non fisik.
daerah perempuan. K a r e n a m e n u r u t m e r e ka h a ny a
kaum perempuan yang memahami
Diagram 1. Perbandingan
kebutuhannya. Maka memiliki pemimpin
kepala daerah laki-laki dan perempuan
perempuan menjadi sesuatu yang sangat
dalam pilkada 2018
penting jika kebutuhan perempuan ingin
dipenuhi oleh pemerintah daerah.

4.2 Pengaruh Calon Kepala Daerah


Perempuan dalam Pilkada
Untuk pertama kalinya dalam sejarah
konstitusi Indonesia, pengaturan tentang
rekrutmen politik pimpinan di daerah
diatur dalam UUD 1945. Sebelum
dilakukan perubahan UUD 1945, tidak
Diagaram 2. Perbandingan wakil
ada satu pasal pun yang mengatur perihal
kepala daerah perempuan dan laki-laki
pemilihan kepala daerah. Setelah dilakukan
dalam pilkada 2018
perubahan UUD 1945, di dalam pasal 18
ayat (4) ditentukan bahwa “Gubernur,
Bupati dan Walikota masing-masing
sebagai kepala pemerintah provinsi,
kabupaten, dan kota dipilih secara
demokratis”(Huda&Nasef,2017,hlm.226).
Perihal makna dipilih secara demokratis
ini kemudian ditafsirkan bahwa kepala
daerah dapat dipilih secara langsung
sebagaimana kemudian diatur dalam
Pasal 24 UU No.32 Tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah.
Fenomena ini menurut Emy Susanti Pemilihan kepala daerah secara
Hendrarso (Jawa Pos,2018) menjelaskan langsung oleh rakyat dipastikan membuka
bahwa keterpilihan perempuan tidak ruang partisipasi politik rakyat untuk
lepas dari kesadaran politik di kalangan mewujudkan kedaulatan rakyat dalam
pemilih perempuan. Sehingga yang menentukan pemimpin di daerah
tadinya apolitis menjadi merasa perlu (Suharizal,2011,hlm.41).
ikut serta dalam proses politik. Karena dia Pilkada adalah suatu bentuk
ingin ikut mempengaruhi kebijakan yang pelaksanaan demokrasi dimana rakyat
menguntungkan juga bagi perempuan. menentukan secara langsung siapa yang
Seperti disediakannya tempat akan memimpin daerah mereka. Dengan
menyusui bayi di ruang-ruang publik, pemilihan langsung itu diharapkan segala
cuti melahirkan, kawasan tanpa rokok kemungkinan hambatan, penyelewengan
dan tentunya perlindungan terhadap dan distorsi yang biasa terjadi dalam
perempuan dan anak dari kejahatan sistem perwakilan bisa diperkecil.

M. Iwan Satriawan 111

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 111 11/30/18 6:30 PM


Sehingga bisa dikatakan bahwa konsep daerah. Alhasil, pembangunan di daerah
pemilihan umum melekat dengan dan stagnan, tidak berkembang dan berakibat
tidak dapat dipisahkan dari konsep angka kriminalitas di daerah semakin
demokrasi (Darwis,2015,hlm152). naik yang bersinergi juga dengan arus
Sesuatu yang sangat sulit ditemui di urbanisasi penduduk dari desa ke kota
era orde baru dimana untuk pemilihan atau dari daerah ke ibukota dari tahun
kepala daerah hanya berkutat pada tiga ke tahun semakin menunjukkan grafik
poros yaitu ABRI,Birokrat dan GOLKAR meningkat.
(ABG). Maka pemilihan kepala daerah secara
Hal ini disebabkan meskipun kepala langsung oleh rakyat tidak dapat dihindari.
daerah dipilih oleh DPRD, namun hasil Bahkan untuk daerah Lampung dengan 15
pemilihan oleh DPRD ini tidak boleh Kabupaten/kotanya, pelaksanaan pilkada
tunggal melainkan minimal dua calon secara langsung disambut dengan sangat
untuk kemudian diusulkan kepada antusias diberbagai daerah.
presiden untuk dipilih salah satunya Ada dua pola atau strategi yang
menjadi kepala daerah. akan dilakukan oleh bakal calon kepala
Sistem pemilihan kepala daerah di era daerah jika ingin menang dalam pilkada
orde baru yang sentralistik menyebabkan Lampung baik untuk tingkat provinsi
kepala daerah tidak dikenal oleh rakyat maupun kabupaten/kota yaitu pertama
dan tidak mengerti kebutuhan rakyat di dengan menggandeng etnis Jawa atau
daerah dimana dia akan memimpin. Lampung salah satunya dan yang kedua
Sehingga antara kebijakan kepala adalah dengan menggandeng sosok
daerah terpilih di era orde baru seringkali perempuan baik sebagai wakil maupun
tidak sinkron dengan kebutuhan rakyat di kepala daerah.

Tabel 3. Hasil Pilkada di Provinsi Lampung dari Tahun 2015-2018

Paslon berdasar Dukungan Pasangan


NO Kabupaten Hasil
etnis parpol Perempuan
Bandar
1 Lampung/Lampung 6 parpol Tidak menang
Lampung
Lampung
2 Lampung/Jawa 7 parpol Tidak menang
Tengah
3 Lampung Timur Jawa/Lampung 2 parpol Ya Menang
4 Metro Jawa/Jawa 2 parpol Tidak Menang
5 Tulang Bawang Jawa/Lampung 2 parpol Ya Menang
Tulang Bawang
6 Jawa/Lampung penuh Tidak Menang
Barat
7 Mesuji Jawa/Lampung 6 parpol Tidak Menang
8 Way Kanan Lampung/Jawa 4 parpol Tidak Menang
9 Lamsel Lampung/Jawa 4 parpol Tidak Menang
10 Lampung Barat Lampung/Jawa 3 parpol Tidak Menang
11 Pesisir Barat Lampung/Lampung 3 parpol Ya Menang
12 Tanggamus Jawa/Lampung 3 parpol Ya Menang

112 Jurnal Adhyasta Pemilu

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 112 11/30/18 6:30 PM


13 Pesawaran Lampung/Jawa 3 parpol Tidak Menang
14 Pringsewu Jawa/Lampung 5 parpol Tidak Menang
15 Lampung Utara Lampung/Jawa 3 parpol Tidak Menang
16 Provinsi Lampung/Jawa 4 parpol Ya Menang

Untuk menggandeng calon tahun 2005. Hal ini dapat dilihat dalam
perempuan, pola ini sudah dimulai tabel dibawah ini:
sejak pilkada serentak pada tahun 2015.
Dimana ada 2(dua) kepala daerah yang Tabel 4. Pasangan Kepala Daerah di
berhasil memenangkan kompetisi yaitu Lampung Berdasarkan
di Lampung Timur pasangan Chusnunia Etnis dari Tahun 2005-2015
Chalim-Saiful Bukhori dan di Pesisir Barat
Kabupaten/
pasangan Agus Istiqlal-Erlina. No Paslon Etnis Periode
Kota
Pola yang sama dilakukan untuk Syahrudin Lam-
Provinsi 2009-
pilkada serentak tahun 2017 dimana 1.
Lampung
Z.P/Joko pung/
2014
umar said Jawa
pasangan Winarti-Hendriwansyah menang
Jawa/
atas incumbent atau petahana (Hanan- 2.
Lampung Pairin/
Lam-
2010-
Tengah Mustofa 2015
Rozak) di Kabupaten Tulang Bawang. pung
Sedangkan 2 (dua) pasangan calon Sujadi Jawa/
2012-
3. Pringsewu Saddat/ Lam-
kepala daerah yang berpasangan dengan Handitya N pung
2017
perempuan di kabupaten Pringsewu Hanan A Lam-
Tulang 2012-
harus kalah oleh petahana yaitu Ardian 4
Bawang
Rozak/Heri pung/
2017
Wardoyo Jawa
Saputra-Dewi Arimbi dan Siti Rahmah-Edi
Bambang
Agus Yanto. Kurni- Lam-
2013-
Sedangkan untuk pilkada 2018, dari 5 Tanggamus awan/ pung/
2018
Samsul Jawa
3 (tiga) Pilkada yang dilaksanakan, 2
Hadi
(dua) dimenangkan oleh calon kepala
Zainudin
daerah yang menggandeng perempuan Lam-
Lampung Hasan/ 2015-
6 pung/
yaitu untuk pilgub Provinsi Lampung Selatan Nanang
Jawa
2020
Ermanto
dimenangkan pasangan Arinal-Chusnunia
Eddy Jawa/
dan pilkada Kabupaten Tanggamus 7
Bandar
Sutrisno/ Lam-
2005-
Lampung 2010
dimenangkan pasangan Dewi Handajani- Khaerlani pung

AM Syafii. Sedangkan untuk pilkada Satono/


Jawa/
Lampung Nover- 2005-
Kabupaten Lampung Utara dimana 8
Timur isman
Lam-
2010
pung
pasangan Aprozi Alam dan Ice Suryana Subing
gagal “running for office” dalam kontestasi Mukhlis Lam-
Lampung Basri/ pung/ 2007-
tingkat lokal sebagai kepala daerah atau 9
Barat Dimyati Lam- 2012
wakil kepala daerah. Amin pung
Berbeda dengan pilkada yang Tulang
Umar
Jawa/
Ahmad/ 2012-
menggandeng pasangan perempuan, 10 Bawang Lam-
Ahmad 2017
pengaruh pasangan antar etnis Jawa- Barat pung
Fauzi
Lampung atau sebaliknya sudah dimulai Lukman Jawa/
2005-
semenjak pilkada dilaksanakan pada 11 Metro Hakim/ Lam-
2010
Djohan pung

M. Iwan Satriawan 113

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 113 11/30/18 6:30 PM


Lam- laki-laki dan perempuan yang ikut dalam
Aris Sandi/ 2010/
12 Pesawaran
Musiran
pung/
2015 kontestasi yaitu di Kabupaten Lampung
Jawa
Timur, Pesisir Barat, Tulang Bawang,
Bustami
Zainudin/
Lam- Mesuji, Tanggamus, Pringsewu dua
pung/ 2010/
13 Way Kanan Raden
Lam- 2015 pasangan dan Lampung Utara.
Nasution
Husin
pung Berdasarkan data tersebut diatas,
hanya ada 3 (tiga) daerah dimana ada
Merujuk perolehan suara pada pasangan perempuandan laki-laki namun
pilgub Lampung 2018 dimana pasangan kalah dalam pilkada yaitu Lampung Utara
Arinal-Chusnunia meraup 1.548.506 atau yaitu pasangan (Aprozi Alam-Ice Suryana),
37.7% suara sedangkan total jumlah Kabupaten Pringsewu antara pasangan
pemilih pada pilgub Lampung adalah (Ardian Saputra-Dewi Arimbi) dan (Siti
5.768.061 dengan rincian 2.951.659 laki- Rahmah-Edi Agus Yanto) dan Kabupaten
laki dan 2.816.402 adalah perempuan Mesuji (Febrina Lesisie-M.Adam).
menunujukkan adanya “woman effect”. Selebihnya dimenangkan pasangan
Hal ini disebabkan secara jumlah sesama laki-laki.
dukungan partai politik pasangan Arinal-
Chusnunia yaitu PKB, Golkar dan PAN di
parlemen hanya 25 kursi sama dengan
pasangan incumbent Ridho-Bachtiar yang
didukung Demokrat, PPP dan Gerindra
dengan total kursi di parlemen 25,
Herman H.N-Sutono yang didukung partai
pemenang pemilu 2014 di Lampung yaitu
PDI-P dengan total 17 kursi dan Mustafa-
Jajuli yang didukung oleh Nasdem, PKS
dan Hanura dengan total 18 kursi.
Berdasarkan data-data tersebut
diatas, tidak ada pasangan calon yang
mendapatkan dukungan mayoritas
parlemen dalam pilgub Lampung. Maka
selain ideologi pasangan calon, perpaduan
etnis Jawa-Lampung atau Lampung-Jawa,
Kekalahan paslon campuran (laki-
jenis kelamin atau gender dari pasangan
laki-perempuan) dalam pilkada di tiga
calon akan ikut berpengaruh dalam pilgub
kabupaten tersebut adalah disebabkan
Lampung.
sebagai berikut : (1) petahana terlalu kuat
Dari ke-4 (empat) pasangan calon
dalam artian kinerja baik seperti dalam
dalam pilgub Lampung, 3 (tiga) pasangan
pilkada Pringsewu;(2) calon perempuan
calon berjenis kelamin laki-laki semua dan
seperti di Kabupaten Lampung Utara
hanya satu pasangan calon yang berjenis
bukan berasal dari etnis Jawa melainkan
kelamin campuran yaitu laki-laki dan
Sunda;(3) kemampuan komunikasi politik
perempuan.
paslon yang masih kalah dengan petahana
Pilkada serentak sejak tahun 2015-
dibuktikan dalam pilkada Mesuji.
2018 ada 8 (delapan) pasangan calon

114 Jurnal Adhyasta Pemilu

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 114 11/30/18 6:30 PM


Maka selain metode campuran masyarakat adat Lampung menggunakan
etnis Jawa-Lampung yang diusung dalam sistem kewarisan mayorat laki-laki dalam
pilkada, pengusungan calon perempuan artian sistem pewarisan yang hanya
baik sebagai wakil maupun kepala diberikan kepada anak laki-laki tertua
daerah juga mempunyai posisi atau nilai terutama berkenaan dengan harta
tawar yang cukup tinggi dalam pilkada pusaka, gelar adat dan termasuk juga
di Provinsi Lampung. Terbukti dari 16 harta pencaharian orang tua.
wilayah yang melaksanakan pilkada Demikian juga halnya dalam sistem
termasuk untuk Provinsi Lampung sendiri, perkawinan. Masyarakat adat Lampung
ada 8 wilayah yang terdiri dari paslon menggunakan sistem perkawinan jujur
campuran (laki-perempuan) dan ada 5 dimana sistem ini diawali dengan
(lima) pasangan calon (paslon) atau 31% pembayaran uang jujur kepada pihak
dari total keseluruhan pilkada atau 62 % keluarga perempuan. Sebagai konsekuensi
dari total 8 (delapan) paslon campuran dari perkawinan tersebut, istri dan anak-
yang berhasil memenangkan kontestasi anak yang dilahirkan nanti akan masuk
pilkada di Provinsi Lampung dari tahun dalam kerabat suami.
2015 hingga 2018. Namun semua menjadi berbeda atau
tidak berlaku dalam kontestasi pemilihan
5. Simpulan kepala daerah. Budaya patriarkhi tidak
diberlakukan. Budaya tersebut hanya
Pengaruh perempuan terhadap
digunakan dalam lingkup domestik
pilkada terjadi hampir diseluruh Indonesia
keluarga maupun upacara-upaca adat
khususnya di Provinsi Lampung dimulai
saja.
sejak diberlakukannya pilkada serentak
Fenomena kesuksesan calon kepala
tahun 2015 dimana menghasilkan 2 (dua)
daerah perempuan menjadi kepala
orang perempuan yang menjabat sebagai
daerah dalam pilkada serentak tahun
kepala daerah dan wakil kepala daerah.
2015-2018 dapat menjadi barometer
Kemudian berlanjut pada pilkada 2017
kesuksesan pilkada bagi calon kepala
menghasilkan satu perempuan sebagai
daerah lain yang akan bertarung dalam
kepala daerah dan pilkada 2018 yang
pilkada serentak gelombang ke-4 nanti
menghasilkan 2(dua) perempuan sebagai
pada tahun 2020. Namun tentunya
kepala daerah dan wakil gubernur.
perempuan yang dicalonkan tidak sekedar
Pencalonan perempuan menjadi kepala
perempuan, namun perempuan yang
daerah atau wakil kepala daerah oleh
mempunyai kemampuan dan kecerdasan
partai politik adalah sebagai salah
dalam managerial kebijakan publik
satu strategi untuk menyerap suara
dan komunikasi politik dengan warga
perempuan dalam konstestasi pilkada
masyarakat di daerah.
selain juga pasangan berlainan etnis dan
Karena banyak juga calon kepala
dukungan partai politik ikut berpengaruh
daerah yang berpasangan dengan
pada hasil pilkada di Provinsi Lampung.
perempuan dalam pilkada harus kalah
Padahal dalam praktiknya adat dan
karena tidak mempunyai kemampuan
budaya masyarakat Lampung menganut
dan pengalaman dalam dunia politik baik
patriarkhi, dimana laki-laki menjadi pusat
lingkup lokal maupun nasional.
perhatian. Dalam penerimaan waris,

M. Iwan Satriawan 115

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 115 11/30/18 6:30 PM


DAFTAR PUSTAKA

Aminah,Siti,(2014),Kuasa Negara Pada Ranah Politik Lokal,Jakarta:Kencana


Prenadamedia Grup
Aziz,Nyimas Latifah Letty,(2016),Gagasan Pemilihan Umum Kepala Daerah
Asimetris,Kurniawati Hastuti Dewi,(Eds), Kelebihan dan Kekurangan
Pemilukada:Aspek Demokrasi, Akuntabilitas, dan Berkelanjutan,
Yogyakarta:Calpulis
Darwis,(2015), Dialektika Politik Lokal di Indonesia,Yogyakarta:Tiara Wacana
Fericha,Dian,(2010),Sosiologi Hukum dan Gender,Malang:Bayumedia Publishing
Fakih,Mansour,(1997), Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Yogyakarta:Pustaka
Pelajar
Haris,Syamsudin,(2006),Pilkada Langsung dan Dilema Penguatan Demokrasi di
Indonesia Pasca-Suharto,Jurnal Ilmu Politik,No.20,hlm.54-55.
Hendrarso,Emy Susanti,(2018,Agustus ,01), Gelombang Pasang Perempuan
Pemimpin di Jawa Timur, Jawa Pos,Diakses dari: https://www.jawapos.com/
features/01/07/2018/gelombang-pasangperempuan-pemimpin-di-jawa-timur
Hendrarti, Dwi Windyastuti Budi,(2017), Perempuan Dalam Kontestasi Politik:Representasi
Deskriptif Perempuan Pada Pileg 2014 dan Pilkada 2015,Jurnal Ilmu
Politik,Volume 22,No.1,hlm.77
Huda,Ni’matul&Nase,M.Imam,(2017),Penataan Demokrasi&Pemilu di Indonesia Pasca
Reformasi,Jakarta:Kencana
Ilyas,Hamim dkk (2008), Perempuan Tertindas?Kajian Hadis-Hdis Misoginis,
Yogyakarta:eLSAQ Press
L u t f i , M u st o fa , ( 2 0 1 0 ) , H u ku m S e n g ke ta Pe ny e l e s a i a n Pe m i l u ka d a d i
Indonesia,Yogyakarta:UII Press
Mar’iyah,Chusnul,(2013).Pemilu dan Demokrasi:Belajar dari Lokal.Chusnul
Mar’iayah&Reni Suwarso (Eds).Belajar dari Politik Lokal,Jakarta:UI-Press
Mawardi,Irvan,(2014), Dinamika Sengketa Hukum Administrasi di Pemilukada,
Yogyakarta:Rangkang Education
Marijan, Kacung,(2006),Demokratisasi di Daerah:Pelajara dari Pilkada Secara
Langsung,Surabaya:Pustaka Eureka
Muhammad,Husein, (2012),Fiqh Perempuan, Yogyakarta:LkiS
Purwanti,Ani,(2017),Implementasi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 20/
PUU-XI/2013 Pada Penetapan Calon Legislatif Perempuan di Provinsi Jawa
Tengah,Jurnal Konstitusi, Volume 14 Nomor 4 Desember,hlm.869
PAN,Amien Rais dan Kiprahnya Sejak Reformasi,Kompas,diakses dari:https://nasional.
kompas.com/read/2018/02/23/05263311/pan-amien-rais-dan-kiprahnya-sejak-
era-reformasi
PDI Perjuangan dan Perjalanan Panjangnyadipemilu,Kompas,diakses dari : https://
nasional.kompas.com/read/2018/02/21/07523171/pdi-perjuangan-dan-
perjalanan-panjangnya-di-pemilu

116 Jurnal Adhyasta Pemilu

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 116 11/30/18 6:30 PM


Rokhmansyah,Alfian,(2016),Pengantar Gender dan Feminisme,Yogyakarta:Garudhawaca
Sakina,Ade Irma&A,Dessy Hasanah Siti,(2018),Menyoroti Budaya Patriarki di
Indonesia,Social Work Jurnal,Volume 7 Nomor1,hlm.75.file:///E:/my%20
document/TULISAN%20UNTUK%20PKK/jurnal%20bawaslu%202018/
MENYOROTI_BUDAYA_PATRIARKI_DI_INDONESIA.pdf
Solihah,Ratnia (2015), Demokrasi Lokal di Indonesia dalam Prespektif Ekonomi Politik,
Jurnal Etika&Pemilu, Vol.1,No.3,hlm.77
Smith,B.George Allen&Unwin, (1985), Decentralization:The Territorial Dimension of
The State, Oxford:London
Suharizal,(2012), Pemilukada Regulasi, Dinamika dan Konsep Mendatang,
Jakarta:Rajawali Press
Sumbulah,Umi,(2008), Problematika Gender, Umi Sumbulah (Eds). Spektrum Gender
Kilasan Inklusi Gender di Perguruan Tinggi,(hlm.4). Malang:UIN-Malang Press
Umar,Nasaruddin,(2001), Argumen Kesetaraan Gender Prespektif Al-Qur’an,
Jakarta:Paramadina
Zaman,Rambe Kamarul,(2016),Perjalanan Panjang Pilkada Serentak,Bandung:Mizan
Publika
UUD 1945
Undang-Undang No.5 Tahun 1974
Undang-Undang No.12 Tahun 2003
Undang-Undang No.32 Tahun 2004
Undang-Undang No.12 Tahun 2008
Undang-Undang No.8 Tahun 2012
Undang-Undang No.23 Tahun 2014
Undang-Undang No.10 Tahun 2016

M. Iwan Satriawan 117

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 117 11/30/18 6:30 PM


118 Jurnal Adhyasta Pemilu

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 118 11/30/18 6:30 PM


Jurnal Adhyasta Pemilu
ISSN 2443-2539
Vol. 4 No. 2 2018, Hal. 119-133

PILKADA PASLON TUNGGAL, KINERJA PARTAI POLITIK,


DAN MASA DEPAN DEMOKRASI DI INDONESIA

Arif Budiman
DKPP/Bawaslu Republik Indonesia,
rifandia_kafka@yahoo.co.id

Abstract

The number of single contestant within three occasion times of local election is
continously rising. Besides, political parties are eligible to set the competition
involving more than one contestant. This leads political parties performance comes
into questions. Since many political scientists believed that quality of democracy
depends on the degree of political parties’ performance, there have been inquires on
how fine Indonesian democracy will be in the future. Through qualitative approach,
descriptive methods, and literature review of collecting data technique, this research
concludes that the rise of single contestants has negative impact on the political parties’
image and performance. Furthermore, while the quality of democracy is influenced
by the political parties’ performance, the decrease on their image and performance
consequently leads Indonesian democracy into negative path. Political parties-backed
single contestant is conclusively a threat to the future of Indonesian democracy.
Keywords: Single Contestant of Local Election, Political Parties’ Performance,
Democracy

Abstract

Jumlah Paslon tunggal dalam 3 (tiga) kali kesempatan Pilkada Serentak terus
mengalami peningkatan. Padahal, jumlah partai politik yang memenuhi ketentuan
untuk mengusung dan mendukung kandidat memungkinkan untuk terjadinya kompetisi
oleh lebih dari satu pasangan calon. Kenyataan ini menimbulkan pertanyaan tentang
sejauh mana kinerja partai politik di Indonesia? Selain itu, sejak banyak ilmuwan
politik meyakini bahwa kualitas demokrasi dipengaruhi oleh kualitas kinerja partai
politik maka pertanyaan berikut yang muncul adalah bagaimana masa depan

Arif Budiman 119

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 119 11/30/18 6:30 PM


demokrasi di Indonesia nantinya? Melalui pendekatan kualitatif dengan metode
penelitian deskriptif dan teknik pengumpulan data secara studi pustaka disimpulkan
bahwa meningkatnya jumlah Paslon tunggal dalam Pilkada berpengaruh negatif
terhadap citra dan kinerja partai politik. Berikutnya, oleh karena kualitas demokrasi
ditentukan oleh kinerja partai politik maka penurunan citra dan kinerja partai politik
juga membawa dampak negatif bagi wajah demokrasi di Indonesia. Kehadiran Paslon
tunggal yang sepenuhnya didukung oleh partai politik merupakan ancaman bagi masa
depan demokrasi di Indonesia.
Kata Kunci: Pilkada Paslon Tunggal, Kinerja Partai Politik, Demokrasi

1. Pendahuluan utamanya bagi pasangan calon yang


1.1 Latar belakang permasalahan telah mendaftar. Selain mengakhiri
kebuntuan, putusan tersebut juga
Putusan MK Nomor 100/PUU-
diyakini sebagai langkah tepat karena
XII/2015 tanggal 29 September 2015
telah mengembalikan kedaulatan politik
memberi legitimasi bagi penyelenggaraan
kepada publik, sekaligus membebaskan
Pilkada dengan Paslon Tunggal. Putusan
demokrasi dari sandera partai politik.
ini disambut positif oleh banyak kalangan
Atas putusannya tersebut Mahkamah
karena dipandang dapat mengakhiri
Konstitusi banyak dipuji karena telah
kebuntuan demokrasi, mengembalikan
mengembalikan hak memilih sepenuhnya
proses politik kepada publik, dan
kepada rakyat. Keputusan mengenai
menyelamatkan kedaulatan rakyat untuk
layak atau tidaknya pasangan calon
memilih.
untuk memimpin daerah diserahkan
Sebelumnya, beberapa Pilkada
s e p e n u h nya ke p a d a m a sya ra ka t
terancam tertunda karena sampai batas
pemilih untuk menentukan, dengan
waktu yang ditentukan, pasangan calon
cara mencoblos kolom bergambar foto
yang mendaftar tidak lebih dari satu. Pada
pasangan calon ataukah kolom kosong
tahun 2015, ikhtiar Pasangan Calon Bupati
yang tidak bergambar.
dan Wakil Bupati Rijanto-Marhenis Urip
Putusan MK tersebut kemudian
Widodo di Blitar, Uu Ruzhanul Ulum-Ade
diadopsi dalam peraturan Pilkada.
Sugianto di Tasikmalaya, dan Raymundus
Ketentuan Pasal 54C Undang-Undang
Sau Fernandes-Aloysius Kobes di Timor
Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pemilihan
Tengah Utara untuk menjadi Bupati dan
G u b e r n u r, B u p at i , d a n Wa l i ko ta
Wakil Bupati periode kedua sempat tak
menyatakan pemilihan pasangan calon
jelas nasibnya karena terkendala oleh
tunggal bisa dilaksanakan jika setelah
ketentuan bahwa Pilkada hanya dapat
penundaan dan perpanjangan masa
dilaksanakan jika diikuti oleh minimal dua
pendaftaran tetap hanya ada satu
pasangan calon.
pasangan bakal calon yang mendaftar
Putusan MK a quo membawa angin
dan memenuhi syarat.
segar pada ketiga wilayah tersebut,
Pasca putusan MK tersebut, kehadiran

120 Jurnal Adhyasta Pemilu

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 120 11/30/18 6:30 PM


Paslon Tunggal dalam Pilkada semakin di beberapa penyelenggaraan Pilkada
meningkat. Jika pada Pilkada Serentak yang dimenangkan oleh Paslon jalur
Tahun 2015 hanya melibatkan 3 Paslon perseorangan telah mengundang
Tunggal maka pada Pilkada Serentak pertanyaan tentang sejauh mana
Tahun 2017 jumlahnya bertambah partai politik menjalankan fungsi dan
menjadi 9 Pasangan Calon, lalu angkanya memainkan perannya dalam melakukan
membesar hampir dua kali lipat pada sosialisasi politik dan rekrutmen pejabat
Pilkada Serentak Tahun 2018 dengan publik dalam sistem demokrasi elektoral
jumlah Paslon Tunggal mencapai 16 di Indonesia.
pasangan. Selain itu, jumlah Paslon Tunggal
dalam Pilkada yang terus meningkat
Grafik 1. Jumlah Paslon Tunggal dalam secara perlahan mengundang pertanyaan
3 Pilkada Serentak tentang seberapa efektif partai politik
menjalankan fungsinya sebagai wadah
pendidikan politik, sosialisasi politik,
agregasi kepentingan politik, dan
rekrutmen pejabat publik.
Penelitian mengenai fenomena
Paslon Tunggal cukup banyak dilakukan.
B e b e ra p a d i a n ta ra nya b e r u p aya
melakukan uji konseptual-normatif
Melihat tren peningkatan Paslon antara konsep ‘pemilihan’ demokratis
Tunggal, tidak berlebihan kiranya jika dengan praktik Paslon Tunggal. Wafia
muncul prediksi bahwa opsi menjadi Silvi Dhesinta (2017) menyimpulkan
calon tunggal dalam kontestasi Pilkada bahwa Pilkada Palson Tunggal tidak
di masa-masa yang akan datang akan memenuhi prasyarat Pemilu demokratis
semakin diminati. karena meniadakan kompetisi dan
kontestasi, sementara Abdul Fattah
1.2 Uraian permasalahan (2018) menyimpulkan bahwa Pilkda
Paslon Tunggal tidak mengurangi kadar
Kinerja partai politik menjadi salah demokratis pemilihan karena sejatinya
satu indikator dari tingkat kualitas suara rakyat tidak dihambat.
demokrasi sebuah negara. Penilaian Sementara itu, Firman Manan (2015)
terhadap kinerja partai politik ditentukan dalam penelitiannya terkait Paslon
antara lain oleh kemampuannya dalam Tunggal dalam Pilkada Serentak Tahun
menjalankan fungsi pendidikan politik, 2015 menemukan bahwa partai politik
sosialisasi politik, agregasi kepentingan berkontribusi besar bagi kemunculan
politik, dan rekrutmen pejabat politik. Paslon Tunggal. Pragmatisme partai
Kontestasi memperebutkan jabatan politik dengan melakukan praktik politik
kepala daerah di Indonesia dapat transaksional untuk mendapatkan
menempuh satu dari dua cara yaitu melalui insentif politik jangka pendek pasca
partai politik atau dengan menggunakan Pilkada, konflik kepengurusan partai,
jalur perseorangan. Terdapatnya fakta dan kentalnya praktik oligarki partai

Arif Budiman 121

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 121 11/30/18 6:30 PM


memberi jalan bagi hadirnya pasangan Data yang digunakan dalam penelitian
calon tunggal. ini diperoleh melalui studi pustaka,
S e j a k p a r ta i p o l i t i k d i ya k i n i dengan cara membaca dan mempelajari
menjadi variabel fundamental dalam sejumlah buku, literatur, jurnal ilmiah,
pembangunan demokrasi politik sebuah website internet, dan semacamnya yang
negara, maka meningkatnya jumlah berkenaan dengan kinerja partai politik
Paslon Tunggal dalam 3 (tiga) kali dan fenomena Paslon Tunggal. Data
penyelenggaraan Pilkada di Indonesia tersebut kemudian dianalisa dengan cara
memunculkan sejumlah pertanyaan mencocokkan realitas empirik dengan
terkait pengaruh kehadiran Paslon teori yang berlaku dan hasilnya disajikan
Tunggal dalam pembangunan demokrasi secara deskriptif.
politik Indonesia di masa yang akan
datang. 3. Perspektif Teori
Penelitian ini memberikan perspektif 3.1 Pasangan Calon Tunggal
yang berbeda dari penelitian-penelitian
Pasangan Calon Tunggal merupakan
ya n g te l a h d i l a ku ka n m e n g e n a i
penyebutan populer di tengah masyarakat
Paslon Tunggal dalam Pilkada. Jika
untuk mewakili kondisi dimana Pilkada
penelitian-penelitian sebelumnya banyak
hanya diikuti oleh 1 (satu) pasangan
menguji konsep-konsep normatif dan
calon. Undang-Undang Pilkada sendiri
menempatkan partai politik sebagai
secara eksplisit menyebutnya sebagai
‘faktor penyebab’ maka penelitian ini
Pemilihan 1 (satu) Pasangan Calon.
memposisikan partai politik sebagai ‘pihak
Ketentuan Pasal 54C Undang-Undang
terdampak’ yang terancam mengalami
Nomor 10 Tahun 2016 menyatakan
kerugian institusional oleh adanya tren
bahwa Pemilihan 1 (satu) pasangan calon
Paslon Tunggal yang terus meningkat.
dilaksanakan dalam hal memenuhi:
a. Setelah dilakukan penundaan dan
1.3 Pertanyaan penelitian
sampai dengan berakhirnya masa
Berdasarkan uraian tersebut maka perpanjangan pendaftaran, hanya
penelitian ini akan berupaya menemukan terdapat 1 (satu) pasangan calon
jawaban atas pertanyaan di bawah ini: yang mendaftar dan berdasarkan
“Apakah kemunculan Paslon Tunggal hasil penelitian pasangan calon
memperkuat kelembagaan partai politik tersebut dinyatakan memenuhi
dan mencerahkan masa depan demokrasi syarat;
di Indonesia ataukah sebaliknya?” b. Terdapat lebih dari 1 (satu)
pasangan calon yang mendaftar dan
2. Metode Penelitian berdasarkan hasil penelitian hanya
terdapat 1 (satu) pasangan calon
Pe n e l i t i a n i n i m e n g g u n a ka n
yang dinyatakan memenuhi syarat
pendekatan kualitatif dengan metode
dan setelah dilakukan penundaan
p e n e l i t i a n d e s k r i p t i f. Fe n o m e n a
sampai dengan berakhirnya masa
meningkatnya Paslon Tunggal dianalisa
pembukaan kembali pendaftaran
secara sistematik dengan logika induktif-
tidak terdapat pasangan calon yang
argumentatif berdasarkan rujukan teori
mendaftar atau pasangan calon
yang relevan.

122 Jurnal Adhyasta Pemilu

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 122 11/30/18 6:30 PM


yang mendaftar berdasarkan hasil Relatif berbeda dari sudut pandang
penelitian dinyatakan tidak memenuhi Friedrich yang memberikan penekanan
syarat yang mengakibatkan hanya pada perebutan kekuasaan untuk
terdapat 1 (satu) pasangan calon; kemanfaatan anggota partai, Sigmund
c. Sejak penetapan pasangan calon Neuman (1963) mendefinisikan partai
sampai dengan saat dimulainya politik dari sudut pandang kompetisi
masa Kampanye terdapat pasangan kekuasaan dan gagasan. Menurut Neuman,
calon yang berhalangan tetap, Partai partai politik adalah organisasi dan
Politik atau Gabungan Partai Politik aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk
tidak mengusulkan calon/pasangan menguasai kekuasaan pemerintahan
calon pengganti atau calon/pasangan serta merebut dukungan rakyat melalui
calon pengganti yang diusulkan persaingan dengan suatu golongan atau
dinyatakan tidak memenuhi syarat golongan-golongan lain yang mempunyai
yang mengakibatkan hanya terdapat pandangan yang berbeda.
1 (satu) pasangan calon; Dalam melakukan aktivitasnya, partai
d. Sejak dimulainya masa Kampanye politik menjalankan berbagai fungsi,
sampai dengan hari pemungutan diantaranya seperti yang diuraikan
suara terdapat pasangan calon yang Ramlan Surbakti (1992) adalah melakukan
berhalangan tetap, Partai Politik sosialisasi politik, rekrutmen politik,
atau Gabungan Partai Politik tidak partisipasi politik, pemadu kepentingan,
mengusulkan calon/pasangan calon komunikasi politik, pengendalian konflik,
pengganti atau calon/pasangan dan kontrol politik.
calon pengganti yang diusulkan Sosialisasi politik adalah proses
dinyatakan tidak memenuhi syarat pembentukan sikap dan orientasi politik
yang mengakibatkan hanya terdapat para anggota masyarakat. Melalui proses
1 (satu) pasangan calon; atau sosialisasi politik para anggota masyarakat
e. Terdapat pasangan calon yang memperoleh sikap dan orientasi terhadap
dikenakan sanksi pembatalan kehidupan politik yang berlangsung dalam
sebagai peserta Pemilihan yang masyarakat. Sementara itu, rekrutmen
mengakibatkan hanya terdapat 1 politik dimaksudkan sebagai proses
(satu) pasangan calon. seleksi dan pemilihan atau pengangkatan
seseorang atau sekelompok orang untuk
3.2 Kinerja Partai Politik melaksanakan sejumlah peranan dalam
sistem politik pada umumnya dan
Partai politik menurut Carl J.
pemerintahan pada khususnya.
Friedrich (dalam Budiarjo, 2008) adalah
Dalam fungsinya sebagai sarana
sekelompok manusia yang terorganisir
partisipasi politik, partai politik membuka
secara stabil dengan tujuan merebut
kesempatan, mendorong dan mengajak
atau mempertahankan penguasaan
para anggota partai politik dan anggota
terhadap pemerintahan bagi pimpinan
masyarakat yang lain untuk menggunakan
partainya, dan berdasarkan penguasaan
partai politik sebagai saluran kegiatan
ini, memberikan pada anggota partainya
mempengaruhi proses politik. Partai
kemanfaatan yang bersifat adil serta
politik juga berfungsi menampung,
material.

Arif Budiman 123

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 123 11/30/18 6:30 PM


menganalisis, dan memadukan berbagai rekrutmen dan pelatihan yang dijalankan
kepentingan yang berbeda-beda, bahkan partai politik dalam rangka menyediakan
yang saling bertentangan sekalipun kandidat-kandidat untuk menduduki
supaya menjadi alternatif kebijakan publik jabatan publik tidak selalu berbanding
untuk selanjutnya diperjuangkan dalam lurus dengan proses demokratisasi.
proses pembuatan dan pelaksanaan Hal tersebut bisa terjadi karena partai
keputusan politik. politik memiliki kecenderungan untuk
Fungsi lain yang dijalankan partai menjadi oligarkis sebagaimana diungkap
politik adalah fungsi komunikasi politik, Michels dan Paul (2001) dan memiliki
yaitu proses penyampaian informasi kebutuhan teknis yang mendesak akan
mengenai politik dari pemerintah kepada kepemimpinan (Michels, 2012).
warga masyarakat, dan dari warga Sentralisasi pengambilan keputusan
masyarakat kepada pemerintah. Tidak untuk menentukan kandidat oleh
hanya itu, sebagai salah satu lembaga segelintir elite partai dan pragmatisme
demokrasi, partai politik juga berfungsi jangka pendek yang bersifat politis
sebagai pengendali konflik yang dilakukan maupun ekonomis terhadap bakal calon
dengan cara membuka dialog dengan yang akan bertanding mendorong partai
pihak-pihak yang berkonflik, menampung politik untuk ‘berbondong-bondong’
dan memadukan berbagai aspirasi dan mendukung kandidat yang kuat dalam
kepentingan dari pihak-pihak yang hal popularitas, elektabilitas, dan logistik
berkonflik dan membawa permasalahan tanpa mempertimbangkan kepentingan
kedalam musyawarah badan perwakilan kaderisasi dalam tubuh organisasi.
rakyat (DPR) untuk mendapatkan
penyelesaian berupa keputusan politik 3.3 Demokrasi dan Partai Politik
atau kompromi di antara para wakil rakyat
Kualitas demokrasi sesungguhnya
yang berasal dari partai-partai politik.
bergantung pada kualitas partai politik.
Te ra k h i r, p a r ta i p o l i t i k j u ga
Keberlangsungan fungsi-fungsi partai
menjalankan fungsi kontrol politik, yaitu
akan menentukan wajah demokrasi.
suatu kegiatan untuk menunjukkan
Buruk wajah partai, buruk pula kualitas
kesalahan, kelemahan, dan penyimpangan
demokrasi. Sebaliknya, baik wajah
dalam formulasi dan implementasi
partai baik pula kinerja demokrasi (Sigit
kebijakan pemerintah.
Pamungkas, 2011, hlm. 62).
Kinerja partai politik dapat diukur
Pernyataan tegas Sigit Pamungkas
melalui indikator pelaksanaan fungsi-
di atas bukannya tanpa asas. Jauh
fungsi tersebut. Semakin baik pelaksanaan
sebelumnya, E.E. Schattschneider
fungsi-fungsi di atas, semakin baik pula
(1941) menyatakan bahwa demokrasi
kinerja partai politik. Sebaliknya, semakin
itu mustahil (unthinkable) tanpa partai
buruk fungsi-fungsi tersebut dijalankan,
politik. Pandangan ini diperkuat oleh studi
semakin buruk pula penilaian atas peran
para ilmuwan politik yang menyimpulkan
dan fungsi yang dilaksanakan.
bahwa partai politik memiliki perang
Dalam konteks kemunculan Paslon
penting dalam menentukan prestasi
Tunggal, hasil penelitian Firman Manan
(Corrales, 2001), kinerja (Mainwaring
( 2 0 1 5 ) m e n d a p at i b a hwa f u n g s i
dan Scully, 1995; Mainwaring, 1991),

124 Jurnal Adhyasta Pemilu

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 124 11/30/18 6:30 PM


dan stabilitas demokrasi (Mainwaring sebagai faktor yang penting. Dalam
dan Scully, 1995; Gibson 1996; dan Mc pandangan ini, konsolidasi demokrasi
Guire, 1997) di Amerika Latin. harus mampu melakukan penguatan atas
Huntington juga memiliki kesimpulan tiga tipe institusi politik, yaitu aparat
serupa. Berdasarkan pengamatannya administrasi negara (birokrasi), institusi
terhadap proses demokratisasi negara- representasi dan penyelenggaraan
negara di Dunia Ketiga sejak 1974 hingga demokrasi (partai politik, parlemen, dan
1990-an, Huntington (1993) dengan sistem pemilihan umum); dan struktur-
penuh keyakinan menyatakan bahwa struktur yang menjamin akuntabilitas
partai politik memiliki peran penting horisontal, konstitusionalisme, dan
dalam proses konsolidasi demokrasi. pemerintahan berdasar hukum (sistem
Pengakuan tentang pentingnya partai peradilan dan lembaga pengawasan).
politik sebagai penentu keberhasilan Berdasarkan uraian di atas dapat
konsolidasi demokrasi juga diyakini oleh disimpulkan bahwa kinerja partai politik
Sartori (2005) berdasarkan studi sejumlah menentukan keberhasilan konsolidasi
ahli politik, baik di Afrika (Clapham, 1993; demokrasi. Kemapanan demokrasi pada
Sandbrook, 1996), Asia (Diamond, 1989) akhirnya ditentukan oleh seberapa
atau Amerika Latin (Dix, 1992). kuat institusionalisasi politik terjadi di
Konsolidasi demokrasi dimaksud sepanjang jalan menuju pemapanan.
menurut Giuseppe di Palma (1997)
dipahami sebagai salah satu proses 4. Hasil dan Pembahasan
panjang yang membentengi kemungkinan
Paslon Tunggal dalam Pilkada di
pembalikan demokratisasi, menghindari
Indonesia terus mengalami peningkatan.
erosi demokrasi, menghindari keruntuhan
Pada penyelenggaraan Pilkada tahun
demokrasi, yang diteruskan dengan
2015 yang berlangsung di 9 Provinsi,
melengkapi kekurangan demokrasi,
36 Kota, dan 224 Kabupaten, muncul
pendalaman demokrasi dan mengorganisir
Paslon Tunggal sebanyak 3 (tiga) Pasangan
demokrasi secara berkelanjutan.
Calon masing-masing di Kabupaten Blitar,
Dengan menggunakan pendekatan
Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten
institusional, konsolidasi demokrasi
Timor Tengah Utara, sebagai berikut:
menempatkan institusionalisasi politik

Tabel 1. Paslon Tunggal dalam Pilkada Serentak 2015

Pengusung/
No. Daerah Paslon Keterangan
Pendukung
Petahana,
Kabupaten Rijanto-Marhenis Urip
1. PDIP Koalisi Pimpinan PKB
Blitar Widodo
boikot Pilkada
Kabupaten Uu Ruzhanul Ulum-Ade
2. PDIP, PAN, PKS Petahana
Tasikmalaya Sugianto
Kabupaten Raymundus S
3. Timor Tengah Fernandes-Aloysius PDIP Petahana
Utara Kobes
Data diolah dari berbagai sumber

Arif Budiman 125

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 125 11/30/18 6:30 PM


Berikutnya, pada Pilkada Serentak Bawang Barat, Kabupaten Pati, Kabupaten
Tahun 2017 yang berlangsung di 7 Landak, Kabupaten Buton, Kabupaten
provinsi, 76 kabupaten, dan 18 kota, Maluku Tengah, Kota Jayapura, Kabupaten
jumlah Paslon Tunggal meningkat menjadi Tambrauw, dan Kota Sorong, dengan
9 Pasangan Calon, masing-masing di rincian sebagai berikut:
Kota Tebing Tinggi, Kabupaten Tulang

Tabel 2. Paslon Tunggal dalam Pilkada Serentak 2017

Pengusung/
No. Daerah Paslon Keterangan
Pendukung
PDIP, Golkar, Gerindra,
Kota Tebing Umar Zunaidi Hasibuan-
1. Demokrat, Nasdem, Petahana
Tinggi Oki Doni Siregar
PKB, Hanura, PPP

PDIP, Golkar,
Kabupaten
Umar Ahmad-Fauzi Gerindra, Demokrat,
2. Tulang Petahana
Hasan Nasdem, PKB, Hanura,
Bawang Barat
PPP, PKS, dan PAN
PDIP, Golkar,
Kabupaten Gerindra, Demokrat,
3. Haryanto-Saiful Arifin Petahana
Pati PKB, Hanura, PPP, PKS

PDIP, Golkar, Gerindra,


Kabupaten Karolin Margret Natasa-
4. Demokrat, Nasdem, Petahana
Landak Herculanus Heriadi
PKB, Hanura, PPP
Golkar, Demokrat,
Kabupaten Samsu Umar Abdul
5. Nasdem, PKB, PKS, Petahana
Buton Samiun-La Bakry
PAN, PBB
Kabupaten PDIP, Golkar, Gerindra,
Tuasikal Abua-Martlatu
6. Maluku Demokrat, Nasdem, Petahana
Leleury
Tengah Hanura, PAN, PBB
PDIP, Golkar, Gerindra,
Benhur Tomi Mano-
7. Kota Jayapura Nasdem, PKB, Hanura, Petahana
Rustan Saru
PAN
PDIP, Golkar, Gerindra,
Kabupaten Gabriel Asem-Mesak
8. Demokrat, Nasdem, Petahana
Tambrauw Metusala Yekwam
PKB, Hanura, PKS
PDIP, Golkar, Gerindra,
Lamberthus Jitmau-
9. Kota Sorong Demokrat, Nasdem, Petahana
Pahima Iskandar
PKB, Hanura, PAN
Data diolah dari berbagai sumber

Pada penyelenggaraan Pilkada dua kali lipat daripada Pilkada Tahun


Serentak Tahun 2018 yang melibatkan 2017 yakni mencapai jumlah sebanyak
17 provinsi, 39 kota, dan 115 kabupaten, 16 pasangan calon, masing-masing di
angka Paslon Tunggal bertambah hampir Kabupaten Deliserdang, Kabupaten

126 Jurnal Adhyasta Pemilu

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 126 11/30/18 6:30 PM


Padang Lawas Utara, Kota Prabumulih, Enrekang, Kabupaten Mamasa, Kabupaten
Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lebak, Mamberamo Tengah, Kabupaten Puncak,
Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, Kabupaten Jayawijaya, dan Kota Makassar,
Kabupaten Tapin, Kabupaten Minahasa dengan rincian sebagai berikut:
Tenggara, Kabupaten Bone, Kabupaten

Tabel 3. Paslon Tunggal dalam Pilkada Serentak 2018

Pengusung/
No. Daerah Paslon Keterangan
Pendukung
PDIP, Golkar,
Kabupaten Ashari Tambunan-Ali Gerindra, Demokrat,
1.
Deli Serdang Yusuf Siregar Nasdem, PKB, Hanura,
PKS, PAN, PPP, PKPI
PDIP, Golkar, Gerindra,
Kabupaten
Andar Amin Harahap- Demokrat, Nasdem, Walikota
2. Padang Lawas
Hariro Harahap Hanura, PAN, PPP, Padangsidimpuan
Utara
PBB, PKPI
PDIP, Golkar, Gerindra,
Kota Ridho Yahya- Demokrat, Nasdem,
3.
Prabumulih Andriansyah Fikri Hanura, PAN, PPP,
PBB, PKPI
PDIP, Golkar,
Kabupaten M Irsyad Yusuf-A Mujib Gerindra, Demokrat,
4. Petahana
Pasuruan Imron Nasdem, PKB, Hanura,
PKS, PPP
PDIP, Golkar,
Kabupaten Iti Octavia Jayabaya-Ade Gerindra, Demokrat,
5. Petahana
Lebak Sumardi Nasdem, PKB, Hanura,
PKS, PAN, PPP
PDIP, Golkar, Gerindra,
Kabupaten Ahmed Zaki Iskandar- Demokrat, Nasdem,
6. Petahana
Tangerang Mad Romli PKB, Hanura, PKS,
PAN, PPP, PBB, PKPI
PDIP, Golkar,
Kota Arief R Wismansyah – Gerindra, Demokrat,
7. Petahana
Tangerang Sachrudin Nasdem, PKB, Hanura,
PKS, PPP
PDIP, Golkar, Gerindra,
Kabupaten Arifin Arfan-Syariffudin
8. Demokrat, PKB, PKS, Petahana
Tapin Noor
PAN, PPP
Kabupaten PDIP, Golkar, Gerindra,
James Sumendap-Jesaja
9. Minahasa Demokrat, Hanura,
Jocke Oscar Legi
Tenggara PAN, PPP, PKPI
PDIP, Golkar,
Kabupaten Andi Fahsar Mahdin Gerindra, Demokrat,
10. Petahana
Bone Padjalangi-Ambo Dalle Nasdem, PKB, Hanura,
PKS, PAN, PPP

Arif Budiman 127

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 127 11/30/18 6:30 PM


PDIP, Golkar, Gerindra,
Kabupaten
11. Muslimin Bando-Asman
Demokrat, Nasdem,
Enrekang
PAN, Hanura,
PDIP, Golkar, Gerindra,
Kabupaten Ramlan Badawi- Demokrat, Nasdem,
12.
Mamasa Martinus Tiranda PKB, PKS, PAN, PPP,
PKPI
Kabupaten PDIP, Gerindra,
Ricky Ham Pagawak-
13. Mamberamo Demokrat, PKS, PAN, Petahana
Yonas Kenelak
Tengah PBB
PDIP, Golkar,
Kabupaten Willem Wandik-Alus Gerindra, Demokrat,
14.
Puncak Murib Nasdem, PKB, Hanura,
PKS, PAN, PKPI
PDIP, Golkar, Gerindra,
Kabupaten Jhon Richard Banua- Demokrat, Nasdem,
15.
Jayawijaya Marthin Yogobi PKB, PKS, PAN, PKPI,
PBB
PDIP, Golkar, Gerindra,
Kota Munafri Arifuddin-Andi Petahana DIAMI
16. Nasdem, Hanura, PKS,
Makassar Rahmatika Dewi dinyatakan TMS
PAN, PPP, PKPI, PBB

Data diolah dari berbagai sumber

Meski jumlahnya meningkat sejak 16 pasangan calon. Selain itu, jika pada
Mahkamah Konstitusi membuka peluang 2017 hanya petahana yang memborong
Paslon Tunggal, namun fenomena Paslon tiket partai, maka pada 2018 tidak hanya
Tunggal ini sesungguhnya telah muncul petahana yang melakukan tindakan
sebelum MK memutus Perkara Nomor demikian. Fakta ini membuktikan bahwa
100/PUU-XII/2015. Sebelum tanggal 29 opsi mewujudkan Paslon Tunggal dalam
September 2015, tercatat 3 Pilkada yang Pilkada merupakan strategi yang paling
hanya diikuti oleh satu pasangan calon, diminati untuk merengkuh kekuasaan
setidaknya sampai batas akhir pendaftaran melalui Pilkada.
Paslon. Bedanya, jika sebelum Putusan Data di atas juga memperkuat
MK a quo berlaku, kehadiran Paslon pendapat Manan (2015), Michels dan
Tunggal muncul sebagai bagian dari Paul (2001), dan Michels (2012) bahwa
strategi pihak lawan untuk menunda kemunculan Paslon Tunggal dimungkinkan
pelaksanaan Pilkada, maka setelah oleh setidaknya 2 (dua) hal, yakni adanya
Putusan MK dimaksud, kehadiran Paslon kecenderungan partai untuk menjadi
Tunggal muncul sebagai pilihan strategi oligarkis dan adanya kepentingan partai
kandidat untuk mengunci kemenangan. untuk dalam jangka pendek mendapatkan
Sejak Putusan MK tersebut berlaku, keuntungan politis dan ekonomis. Salah
aksi borong tiket partai semakin banyak. satu contohnya adalah Pilkada Kota
Jumlahnya bahkan berlipat. Jika pada 2017 Makassar Tahun 2018. Kekalahan kandidat
jumlahnya mencapai 9 pasangan calon yang didukung gabungan partai politik
maka pada 2018 jumlahnya mencapai atas kotak kosong menunjukkan bahwa

128 Jurnal Adhyasta Pemilu

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 128 11/30/18 6:30 PM


keputusan partai untuk mendukung menjalankan peran dan fungsinya.
kandidat lebih banyak didasarkan atas Selain gagal dalam menjalankan fungsi
pertimbangan pragmatis para elitenya rekrutmen politik karena pada akhirnya
daripada kehendak mayoritas pemilih. mendukung pasangan calon di luar
Jika menggunakan logika kebebasan kader yang dibinanya, partai politik
untuk memilih dan dipilih maka kehadiran juga tidak mampu menjalankan fungsi
Paslon Tunggal sepintas lalu terlihat sosialisasi politik. Sikap mendukung
demokratis. Namun, jika diteliti lebih ‘orang lain’ menunjukkan kepercayaan
jauh maka kemunculan Paslon Tunggal diri partai politik yang lemah, hal mana
ini menyimpan banyak ironi. bisa disebabkan oleh ketiadaan basis
Tampilnya Paslon Tunggal dalam dukungan yang solid, luas, dan masif.
panggung kontestasi Pilkada menunjukkan Meskipun fungsi agregasi kepentingan
sejumlah hal, antara lain pertama, relatif masih bisa dijalankan, namun
kelemahan partai politik dalam karakter kemanfaatannya tak bisa diandalkan.
ideologisnya; kedua, kegagalan partai Pada saat seluruh kekuatan politik berada
politik dalam menjalankan fungsi di satu kutub maka sulit diharapkan dapat
kinerjanya; dan ketiga, pragmatisme muncul tawaran kebijakan alternatif
partai politik dalam kebijakannya. sebagai pembanding.
Bergabungnya sebagian besar atau Berdasarkan uraian di atas maka
bahkan seluruh partai politik mendukung dapat disimpulkan bahwa kehadiran
satu pasangan calon menunjukkan Paslon Tunggal dalam Pilkada, utamanya
ketiadaan konsistensi antara visi ideologis yang muncul melalui modus ‘borong tiket’
partai dengan sikap politik yang dipilih. lebih banyak melemahkan peran dan
Partai-partai berbasis dukungan kaum fungsi partai politik. Akibatnya, kinerja
nasionalis seperti PDIP, Nasdem, Golkar, kelembagaan juga tak bisa diandalkan
Gerindra, dan PKPI misalnya memutuskan untuk menjadi kanal aspirasi tempat
untuk mengusung pasangan calon yang pemilih meletakkan harapan.
sama dengan yang diusung oleh partai- Fakta politik ironik sepanjang
partai berbasis dukungan kaum Islamis penyelenggaraan Pilkada Serentak 2017
seperti PKS, PKB, PBB, dan PPP, juga dan 2018 sebagaimana terpampang di
dengan pasangan calon yang diusung atas menimbulkan kekhawatiran tentang
oleh partai-partai tengah seperti PAN dan praktik demokrasi elektoral di Indonesia,
Partai Demokrat. Hal ini terjadi hampir perilaku pragmatik partai politik, dan
di seluruh wilayah (lihat Tabel 3). Alih- wajah demokrasi politik bangsa di masa
alih menegaskan posisi ideologisnya, yang akan datang.
partai politik malah menguatkan citra Demokrasi dianut dan didukung
pragmatisnya. oleh banyak negara di dunia karena ia
Konsistensi sikap pragmatis partai menjauhkan politik pemerintahan dari
dalam penyelenggaraan Pilkada di 9 ancaman otoritarianisme dan oligarki
daerah pada Tahun 2017 (lihat Tabel kekuasaan. Pemisahan cabang kekuasaan
2) dan 16 daerah pada Tahun 2018 antara eksekutif, legislatif, dan yudikatif
(lihat Tabel 3) juga mengindikasikan diintroduksi demi tujuan terciptanya
ketidakefektifan partai politik dalam keseimbangan kekuasaan. Melalui

Arif Budiman 129

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 129 11/30/18 6:30 PM


mekanisme check and balances, setiap tahun 2009, tingkat kepercayaan
kebijakan membuka peluang bagi kritik publik terhadap partai politik hanya
dan saran perbaikan. Mekanisme ini tersisa sebesar 26,3%, sementara yang
hanya dapat berjalan dalam suatu kondisi menyatakan tidak percaya sebesar 58,2%,
dimana sistem politik memberikan ruang sedangkan 15,5% lainnya menyatakan
bagi partai politik untuk terlibat dalam tidak tahu.
kontestasi kekuasaan yang kompetitif- Situasi yang dihadapi partai politik
substanstif, tidak hanya prosedural- di Indonesia saat ini serupa dengan yang
normatif. dialami partai politik di saat Alberto
Faktanya, wajah partai politik di Fujimori berkuasa di Peru. Levitsky
Indonesia sebelum kemunculan Paslon dan Cameron (2001) mencatat bahwa
Tunggal sudah tidak indah. Berbagai meskipun apatisme terhadap partai politik
berita negatif media terkait perilaku sudah muncul sejak krisis struktural tahun
koruptif, migrasi keanggotaan yang 1980-an di Peru, pelemahan partai politik
menegaskan watak pragmatik, dan sampai titik terendahnya baru terjadi
ketiadaan konsistensi kebijakan secara pada saat Presiden Fujimori berkuasa dan
perlahan namun pasti menggerus menerapkan sistem politik yang terpusat
kepercayaan masyarakat terhadap partai pada figur kandidat (candidate-centered
politik. system).
Berbagai penelitian telah Akibat dari kebijakan tersebut,
mengonfirmasi pernyataan di atas. oposisi demokratis melemah. Sistem
Mujani, Liddle, dan Ambardi (2012) dalam politik yang terpusat pada figur atau
surveinya terkait tingkat kepercayaan populisme menyebabkan para aktivis
masyarakat terhadap partai politik partai tidak memandang penting para
pasca Orde Baru menunjukkan adanya pimpinan organisasi kepartaian. Loyalitas
penurunan dalam hal tingkat kepercayaan. para politisi bergeser dari loyalitas
Pada tahun 2001 tingkat kepercayaan vertikal menjadi loyalitas horisontal.
publik terhadap partai politik masih Tidak hanya itu, akibat sistem politik
berada pada angka 79%, namun pada yang menempatkan individu pada posisi
tahun-tahun berikutnya angkanya terus sentral, setiap aktivis partai lebih banyak
menurun menjadi 65% pada 2002, 57% berpikir dan bertindak untuk kepentingan
pada 2005, 47% pada 2006 dan 39% diri masing-masing daripada bergerak
pada 2007 dan 2008, sebagaimana grafik secara kelembagaan. Situasi ini membuat
berikut: oposisi tidak mampu melahirkan gagasan
kolektif dan kehilangan soliditas dalam
Grafik 2. Tingkat Kepercayaan Publik melakukan gerakan.
Terhadap Partai Politik Konsekuensi dari apatisme terhadap
partai politik yang muncul akibat
banyaknya fakta dan informasi negatif ini
antara lain adalah munculnya pemikiran
tentang menerapkan demokrasi tanpa
Hal yang sama ditemukan Polcomm partai politik. Gagasan ini tidak hadir
Institute. Pada survei yang dilakukan tanpa dasar. Sebanyak 6 (enam) negara

130 Jurnal Adhyasta Pemilu

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 130 11/30/18 6:30 PM


kepulauan di Pasifik yaitu Nauru, Tuvalu, diaksentuasikan melalui anggota Dewan
Palau, Marshall Islands, Kiribati, dan Perwakilan Daerah (DPD) yang notabene
Negara Federal Mikronesia menerapkan bebas dari partai politik.
demokrasi tanpa partai politik. Meski Kedua, demokrasi cukup dibangun
tanpa partai politik, Freedom House oleh rakyat dan pemerintah. Dengan
memberikan skor demokrasi yang tinggi memanfaatkan kemajuan teknologi
kepada enam negara ini. i n fo r m a s i , ra k yat b i s a l a n g s u n g
Dag dan Carsten Anckar (dalam m e nya m p a i ka n ke l u h ke s a h d a n
Veenendal, 2003) menjelaskan bahwa harapannya kepada pemerintah tanpa
demokrasi tanpa partai politik dapat melalui partai politik maupun civil society.
berlangsung di enam negara tersebut Media sosial seperti Facebook, Twitter,
karena didukung oleh 3 (tiga) variabel Instagram, dan layanan media sosial
yaitu ukuran wilayah yang kecil, kondisi lain yang tersedia 24 jam menjadi dasar
geografis yang berupa kepulauan, bagi Prayitno untuk meyakini bahwa
dan resistensi kultural. Wilayah yang demokrasi bisa diterapkan tanpa harus
kecil memungkinkan warga negara melibatkan partai politik.
saling berinteraksi secara langsung baik Meski belum ada uraian yang lebih
dengan sesama warga maupun dengan praktis dan komprehensif, pemikiran Adi
pemerintah. Sementara homogenitas Prayitno ini jadi terlihat menarik di tengah
budaya membuat peluang munculnya naiknya apatisme masyarakat terhadap
pertentangan kepentingan menjadi citra dan kinerja partai politik. Terlebih,
minimal. Kondisi ini membuat partai kegagalan Paslon Tunggal yang didukung
politik menjadi tidak terlalu dibutuhkan. partai politik dalam Pilkada Kota Makassar
Jika Anckar melihat aspek luas wilayah, pada Tahun 2018 memberikan satu bukti
kondisi geografis, dan homogenitas paling nyata bagaimana partai politik
budaya sebagai dasar bagi penerapan gagal menangkap, mengakomodasi, dan
demokrasi tanpa partai politik maka mengartikulasikan kehendak mayoritas
Adi Prayitno (2018) melihat keberadaan masyarakat pemilih.
negara, civil society, rakyat, dan kemajuan Pilkada Kota Makassar tahun 2018
teknologi informasi sebagai variabel memberikan pukulan telak kepada
yang membuka peluang bagi penerapan partai politik. Alih-alih memperoleh
demokrasi tanpa partai politik. kemenangan dengan skor meyakinkan,
Dengan berpijak pada keberadaan tiga Paslon Tunggal yang didukung seluruh
unsur penting dalam politik yakni negara, partai politik yang memenuhi persyaratan
civil society, dan rakyat, Adi Prayitno malah menderita kekalahan. Peristiwa
mengajukan dua skenario demokrasi tanpa ini semakin menguatkan persepsi bahwa
partai politik, yaitu pertama, jika rakyat partai politik tidak mampu menjadi
tak lagi bisa menitipkan masa depannya representasi aspirasi masyarakat pemilih.
kepada partai politik, maka menurutnya
civil society  bisa menjadi saluran 5. Simpulan
alternatif untuk mengomunikasikan
Kehadiran Paslon Tunggal tidak
kepentingan rakyat dengan pemerintah.
menguntungkan partai politik. Jika menang
Selain itu, kepentingan rakyat juga bisa
maka Paslon Tunggal yang didukung

Arif Budiman 131

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 131 11/30/18 6:30 PM


oleh sebagian besar atau seluruh partai dalam Pilkada akan semakin melemahkan
politik tidak bisa mewakili visi ideologis visi ideologis di satu sisi dan sebaliknya
partai. Sebaliknya, kemenangannya menguatkan karakter pragmatis partai
justru menunjukkan kepada khalayak politik di sisi yang lain. Padahal, kinerja
bahwa kesetiaan pada garis perjuangan partai politik merupakan faktor penentu
partai tidak berkontribusi positif pada bagi keberlangsungan demokrasi suatu
ikhtiar seseorang dalam perjuangannya negara.
mendapatkan kekuasaan. Dengan kata Selain mengancam eksistensi partai
lain, tak perlu menjadi ideologis untuk politik, kemunculan Paslon Tunggal juga
mendapatkan dukungan partai politik dapat mendegradasi substansi demokrasi
dalam usaha memperoleh kekuasaan. Indonesia di masa yang akan datang.
Di samping itu, kemunculan Paslon Untuk mencegah kondisi itu terjadi maka
Tunggal melalui aksi borong partai penguatan peran dan fungsi partai politik
dalam jangka pendek mungkin bisa harus dilakukan, antara lain melalui
mendatangkan keuntungan. Namun, reformasi sistem Pemilu di Indonesia
fenomena tersebut membahayakan bagi dan introduksi kebijakan elektoral yang
daya tahan kelembagaan partai politik memberikan ruang dan wewenang
dalam jangka panjang. Penguasaan partai yang lebih besar kepada partai politik
politik terhadap akses-akses sosial politik khususnya dalam melakukan pendidikan,
dan ekonomi mungkin saja terselamatkan, sosialisasi, dan rekrutmen politik, kecuali
namun basis dukungan partai tak akan jika masa depan Indonesia diarahkan
bisa dipertahankan. Secara perlahan, untuk menerapkan demokrasi tanpa
militansi akan memudar. Akibatnya, partai partai politik.
politik akan kehilangan elan vitalnya Akhirnya, merujuk fakta sejumlah
dalam setiap gerakan politiknya. negara yang menerapkan demokrasi tanpai
Kehadiran Paslon Tunggal merupakan partai politik maka para ilmuwan politik
ancaman bagi masa depan partai politik. perlu melakukan kajian lebih mendalam
Aksi borong partai seperti yang terjadi untuk melihat aneka alternatif yang
pada 9 daerah di Tahun 2017 dan tersedia bagi pembangunan demokrasi di
16 daerah di tahun 2018 menggerus masa depan. Apakah partai politik masih
peluang terjaganya mekanisme check menempati posisi fundamental dalam
and balances yang menjadi substansi bangunan demokrasi elektoral ataukah ia
demokrasi. Selain itu, aksi kolektif partai sekadar asesoris yang bersifat opsional.
politik mendukung satu pasangan calon

132 Jurnal Adhyasta Pemilu

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 132 11/30/18 6:30 PM


DAFTAR PUSTAKA

Budiardjo, Miriam. (2008). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia.


Dhesinta. Wafia Silvi. (2017). Calon Tunggal dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah
dan Konsep Demokrasi: Analisa Terhadap Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten
Blitar Tahun 2015. Jurnal Jentera Volume 1 Nomor 1, Juni 2017.
Fattah, Abdul. (2018). Pemilihan Kepala Daerah dengan Calon Tunggal dalam Perspektif
Shura. Hasil Penelitian dapat dilihat melalui laman http://digilib.uinsby.
ac.id/26009/1/Abdul%20Fattah _F12214115.pdf
Giuseppe di Palma. (1997). Kiat Membangun Demokrasi: Sebuah Esai Tentang Transisi
Demokrasi. Jakarta: Yayasan Sumber Agung
Levitsky, S., & Cameron, M.A. Democracy Without Parties? Political Parties and Regime
Change in Fujimori’s Peru. Makalah disampaikan pada Congress of the Latin
American Studies Association di Washington DC, 6-8 September, 2001.
Manan, Firman, Pemilihan Kepala Daerah Dengan Pasangan Calon Tunggal Dalam
Pilkada Serentak 2015. Hasil Penelitian disampaikan pada Seminar Nasional
Menyongsong Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2015, Universitas
Hasanuddin, Makassar, 10 November 2015
Mujani, S., Liddle, R. W., & Ambardi, K. (2012). KUASA RAKYAT Analisis tentang
Perilaku Memilih dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-
OrdeBaru. Jakarta: Mizan
Neuman, S. (1963). Modern Political Parties, dalam Comparative Politics: A Reader,
diedit oleh Harry Ecktein dan David E. Apter. London: The Free Press of
Glencoe.
Pamungkas, S. (2011). Partai Politik Teori Dan Praktik di Indonesia. Yogyakarta:
Institute For Democracy And Welfarism (IDW).
Prayitno, Adi. (2017, Mei 2018). Demokrasi Tanpa Partai Politik. Koran Sindo,
diakses dari https://nasional.sindonews.com/read/1206041/18/demokrasi-
tanpa-partai-politik-1495071040/13
Sartori, G. (2005). Parties and Party Systems. Colchester: ECPR
Surbakti, R. (1992). Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia
Veenendal, W. P. (2013). How Democracy Functions Without Parties: The Republic
of Palau. Sage Publications. Artikel bisa diakses melalui http://ppq.sagepub.
com/content/early/2013/ 11/20/1354068813509524

Arif Budiman 133

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 133 11/30/18 6:30 PM


134 Jurnal Adhyasta Pemilu

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 134 11/30/18 6:30 PM


Jurnal Adhyasta Pemilu
ISSN 2443-2539
Vol. 4 No. 2 2018, Hal. 135-148

SENTRA PENEGAKAN HUKUM TERPADU DALAM


KONSEP SISTEM PERADILAN PIDANA PEMILU

Handoko Alfiantoro
Kejaksaan Negeri Situbondo, Jalan Basuki Rahmat 1A Situbondo Jawa Timur
handokoalfiantoro@yahoo.co.id

Abstract

The Center of Integrated Law Enforcement which is known as the “Sentra Gakkumdu” is
a concrete manifestation of escort and supervision of the implementation of the General
Election. The handling of alleged election crime violations has different work procedures,
procedural law, and time limits, so that a one-stop handling pattern is established
through Sentra Gakkumdu, which consists of elements of the Election Supervisory Body
(Bawaslu), the Indonesian National Police and the Indonesian Attorney’s Office. Based
on the different handling patterns in the Gakkumdu Center, it should be included in a
stronger legal basis through special legislation regarding the Election Criminal Justice
System, which regulates formal law and material law, and regulates the expansion of
the Integrated Criminal Justice System consists of components of Sentra Gakkumdu,
components of the Judiciary Institution, and components of the Penal Institution. This
aims to accelerate the interconnection between individuals and institutions in the
handling of alleged election crime violations in a more comprehensive manner. This
article is prepared using normative juridical research methods through the Statute
Approach, Comparative Approach,and Conceptual Approach, which aims to critically
examine the work patterns of the Sentra Gakkumdu as a way to the Concept of the
Election Criminal Justice System.

Keywords: the General Election, the Center of Integrated Law Enforcement, legislation,
llection Criminal Justice System Concept

Handoko Alfiantoro 135

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 135 11/30/18 6:30 PM


Abstrak

Sentra Penegakan Hukum Terpadu yang familiar disebut dengan “Sentra


Gakkumdu”merupakan wujud konkrit pengawalan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan Pemilu. Penanganan dugaan pelanggaran tindak pidana pemilu
mempunyai tata kerja, hukum acara, dan limit waktu yang berbeda, sehingga
dibentuk pola penanganan dalam satu atap melalui Sentra Gakkumdu, yang terdiri
dari Unsur Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Kepolisian RI, dan Kejaksaan RI.
Berdasarkan pola penanganan yang berbeda dalam Sentra Gakkumdu tersebut
sudah selayaknya diwadahi dalam sebuah dasar hukum yang lebih kuat melalui
Peraturan Perundang-undangan khusus tentang Sistem Peradilan Pidana Pemilu, yang
di dalamnya mengatur tentang hukum formil dan hukum materiil, serta mengatur
tentang perluasan Sistem Peradilan Pidana Terpadu terdiri dari komponen Sentra
Gakkumdu, komponen Lembaga Peradilan, dan komponen Lembaga Pemasyarakatan.
Hal ini bertujuan untuk mempercepat interkoneksi antar personal dan lembaga dalam
penanganan dugaan pelanggaran tindak pidana pemilu secara lebih komprehensif.
Artikel ini disusun dengan menggunakan metode penelitian yuridis normatif melalui
Pendekatan Undang-undang, Pendekatan Perbandingandan Pendekatan Konseptual,
yang bertujuan untuk mengkaji secara kritis pola kerja Sentra Gakkumdu sebagai
jalan menuju Konsep Sistem Peradilan Pidana Pemilu.

Kata Kunci: Pemilihan Umum, Sentra Penegakan Hukum Terpadu, Peraturan Perundang-
undangan, Konsep Sistem Peradilan Pidana Pemilu

1. Pendahuluan hukum alam seperti John Locke, JJ


Rousseau, Montesque, dan Imanuel Kant
Indonesia adalah negara hukum
yang secara umum menyatakan bahwa
(rechstaat), bukan atas negara kekuasaan
kekuasaan perlu dibatasi dengan cara
belaka (machstaat), sehingga semua hal
membagi atau memisahkan kekuasaan
harus didasarkan atas hukum. Adapun
negara menjadi legislative, exekutive, dan
ciri-ciri negara hukum antara lain adanya
jucial atau yang populer dikenal dengan
perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia,
teori trias politica (Hufron & Hadi2015).
adanya supremasi hukum, pemisahan
P e m b a t a s a n ke k u a s a a n d a n
dan pembagian kekuasaan negara, dan
kewenangan lembaga trias politica
peradilan yang bebas (Rosyada, 2000).
harus dilakukan secara seimbang dan
Pemisahan dan pembagian kekuasaan
saling monitoring (checks and balances),
negara sebagai salah satu ciri negara
serta memberikan jaminan yang cukup
hukum tersebut adalah manifestasi dari
luas dalam arti penghormatan (to
teori kedaulatan rakyat seperti yang
respect), perlindungan (to protect),
dicetuskan oleh para penganut ajaran
dan pemenuhan (to fulfill) Hak Asasi

136 Jurnal Adhyasta Pemilu

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 136 11/30/18 6:30 PM


Manusia dan Hak Warga Negara, yang 2008 tentang Pemilihan Umum
dalam perkembangannya pembatasan Presiden dan Wakil Presiden, UU
kekuasaan tersebut mengalami varian RI Nomor 8 Tahun 2012 tentang
konsepsi salah satunya adalah dengan Pemilihan Umum Anggota DPRD,
adanya pemilihan umum. (Fajar, 2006). DPD, dan DPRD, serta UU RI Nomor 15
Pemilihan umum (pemilu) di Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan
Indonesia telahdilaksanakan secara Pemilihan Umum.
demokratis dengan cara pemilihan Beragam potensi permasalahan
langsung oleh rakyat terhadap wakil- hukum Pemilu telah nyata disebutkan
wakilnya baik dalam lembaga eksekutif dalam Bab XX UU RI Nomor 1 Tahun
maupun lembaga legislatif. Hal ini 2015 tentang Penetapan Perppu Nomor
adalahbentuk aktualisasi dari bunyi Pasal 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan
1 ayat (2) Undang-undang Dasar Negara Gubernur, Bupati, dan Walikota,terdiri
Republik Indonesia Tahun 1945 yang atas Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara
menentukan bahwa kedaulatan berada di Pemilu, Pelanggaran Administrasi Pemilu,
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Sengketa Pemilu, Tindak Pidana Pemilu,
Undang-Undang Dasar. Sengketa Tata Usaha Negara, atau pun
Dalam rangka pelaksanaan Pemilihan Perselisihan Hasil Pemilu.
Umum (Pemilu) tersebut perlu diawasi, Kompleksitas potensi permasalahan
diantisipasi, dan diatur sedemikian rupa hukum Pemilu tersebut akhirnya juga
tentang jalan keluar terhadap adanya melibatkan banyak institusi dalam pola
potensi-potensi permasalahan hukum penanganannya, diantaranya: Dewan
Pemilu yang relatif beragam. Berdasarkan Kehormatan Penyelenggara Pemilu
varian jenis pemilu yang diselenggarakan, (DKPP), Komisi Pemilihan Umum (KPU),
telah ada masing-masing ketentuan yang Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu),
mengaturnya,yang selanjutnya kami sebut Kepolisian RI, Kejaksaan RI, Pengadilan
dengan undang-undang pemilu, yaitu: Negeri dan Pengadilan Tinggi, Pengadilan
• UU RI Nomor 1 Tahun 2015 tentang Tata Usaha Negara dan Pengadilan Tinggi
Penetapan Perppu Nomor 1 Tahun Tata Usaha Negara, Mahkamah Agung,
2014 tentang Pemilihan Gubernur, dan Mahkamah Konstitusi.
Bupati, dan Walikota menjadi Tulisan ini hanya membatasi
Undang-Undang, sebagaimana permasalahan hukum pemilu terkait
telah diubah beberapa kali, terakhir dengan tindak pidana Pemilu,yang
dengan baik hukum pidana materiil atau pun
• UU RI Nomor 10 Tahun 2016 tentang hukum pidana formil-nya telah diatur
Perubahan Kedua Atas UU Nomor secara khusus dalam undang-undang
1 Tahun 2015 tentang Penetapan pemilu tersebut. Adapundalam pola
Perppu Nomor 1 Tahun 2014 tentang penanganannya setidaknya melibatkan
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan 5 (lima) institusi yaitu Badan Pengawas
Walikota menjadi Undang-Undang; Pemilu (Bawaslu), Kepolisian, Kejaksaan,
• UU RI Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi.
Pemlihan Umum, yang merupakan Undang-undang pemilu tersebut
refleksi dari UU RI Nomor 42 Tahun sebenarnya bukan termasuk dalam

Handoko Alfiantoro 137

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 137 11/30/18 6:30 PM


jenis kategori undang-undang pidana Penyidik dan Jaksa Penuntut Umum
secara murni, melainkan hanya berupa dalam satu atap, hanya perbedaannya
undang-undangadminisitrasi bersanksi dalam Sentra Gakkumdu ditambah lagi
pidana. Penggunaan hukum pidana dengan unsur penyelenggara pemilu di
dalam undang-undang pemilu tersebut dalamnya.
semata-mata sebagai perwujudan untuk Pembentukan Sentra Gakkumdu ini
menegakkan norma dalam hukum tidak bisa lepas dari tujuan utamanya
administrasi tersebut. yaitu efektivitas kerja untuk menyamakan
Hukum acara pidana pemilu yang persepsi dan pemahaman dalam pola
digunakan dalam undang-undang pemilu penanganan tindak pidana pemilu.
tersebutmempunyai beberapa bagian Konsekuensi pembentukan Sentra
norma yang berbeda dengan hukum Gakkumdu dalam penyelesaian tindak
acara pidana induk yang ada dalam UU pidana pemilu tersebut pada hakikatnya
RI Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum telah memperluas komponen Sistem
Acara Pidana (KUHAP). Perbedaan tersebut Peradilan Pidana Terpadu (Integrated
antara lain terletak pada komponen Criminal Justice System) yang telah ada
pelaksana, alur penanganan, dan batas sebelumnya, sehingga secara lengkap
waktunya.Namun demikian di sisi komponen pelaksana dalam hukum
lain,hukum pidana formil yang digunakan acara pidana pemilu terdiri atas Badan
dalam 2 (dua) undang-undang pemilu Pengawas Pemiliu (Bawaslu), Kepolisian,
tersebut secara umum mempunyai materi danKejaksaan, yang tergabung dalam
muatan pengaturan yang sama antara Sentra Gakkumdu, Pengadilan, dan
yang satu dengan yang lainnya, sehingga Lembaga Pemasyarakatan, serta Advokat/
keadaan inilahkemudian menimbulkan pengacara sebagai penyeimbang dan
permasalahan tentang potensi duplikasi faktor pendorong (impetus majority).
dan tingkat efektivitasnya. Selanjutnya secara tegas undang-
Selanjutnya guna memperlancar undang pemilu telah mendelegasikan
interkoneksi antar personal dan lembaga pengaturan lebih lanjut terkait dengan
yang menangani tindak pidana pemiliu Sentra Gakkumdu dalam sebuah Peraturan
dalam ranah eksekutif, maka dibentuklah Bersama antara Kepala Kepolisian
Sentra Penegakan Hukum Terpadu Negara Republik Indonesia, Jaksa Agung
yang familiar disebut dengan Sentra Republik Indonesia, dan Ketua Bawaslu,
Gakkumdu, yang terdiri dari Unsur Badan sehingga atas dasar tersebut saat ini
Pengawas Pemilu (Bawaslu), Kepolisian, telah dikeluarkan Peraturan Bersama
dan Kejaksaan. Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum
Sentra Gakkumdu merupakan wujud Republik Indonesia, Kepala Kepolisian
konkrit pengawalan dan pengawasan Republik Indonesia, dan Jaksa Agung
terhadap pelaksanaan Pemilu dalam Republik Indonesia, Nomor 14 Tahun
tahap awal. Secara sepintas unsur 2016, Nomor 01 Tahun 2016, Nomor 013/
pelaksanaSentra Gakkmudu ini mirip JA/11/2016 tentang Sentra Penegakan
dengan Komisi Pemberantasan Korupsi Hukum Terpadu pada Pemilihan Gubernur
(KPK) yang didalamnya terdapat unsur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil

138 Jurnal Adhyasta Pemilu

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 138 11/30/18 6:30 PM


Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota. prinsip-prinsip dasar kemudian
Selain itu juga telah diterbitkan Peraturan menghadirkan objek yang hendak diteliti,
Bawaslu Nomor 9 Tahun 2018 tentang dengan kata lain, berpangkal dari prinsip-
Sentra Gakkumdu yang secara umum prinsip umum menuju prinsip-prinsip
mempunyai materi muatan pengaturan khusus (Marzuki, 2011).
yang relatif sama dengan ketentuan yang
ada para peraturan bersama tersebut. 3. Perspektif Teori
Pada dasarnya anggota Sentra 3.1 Tindak Pidana Pemilu
Gakkumdu ditambah dengan anggota
Pada dasarnya istilah tindak pidana
sistem peradilan pidana yang lain telah
pemilu mempunyai terminologi yang sama
membentuk konsep sistem peradilan
dan merupakan bagian dari pengertian
pidana baru yakni Sistem Peradilan Pidana
tindak pidana secara umum. Tindak
Pemilu.Akan tetapi turunan pengaturan
pidana berasal dari suatu istilah dalam
lebih lanjut mengenai Sentra Gakkumdu
hukum belanda yaitu strafbarfeit. Ada
yang hanya melalui Peraturan Bersama
pula yang mengistilahkan menjadi delict
dan Peraturan Bawaslu, dinilai tidak
yang berasal dari bahasa latin delictum.
terlalu kuat secara hierarki peraturan
Simons menerangkan bahwa strafbarfeit
perundang-undangan, sehingga atas
adalah adalah perbuatan atau tindakan
beberapa permasalahan tersebut di atas
yang diancam dengan pidana oleh
penulis tertarik untuk mengkaji lebih
undang-undang, bertentangan dengan
lanjut dalam sebuah tulisan berjudul
hukum dan dilakukan oleh orang yang
Sentra Penegakan Hukum Terpadu Dalam
mampu bertanggung jawab (Hamzah,
Konsep Sistem Peradilan Pidana Pemilu.
1994).
Pengertian istilah tindak pidana
2. Metode penelitian
Pemilu merupakan spesifikasi dari
Metode penelitian yang digunakan pengertian tindak pidana secara umum,
dalam tulisan ini menggunakan tipe yang berarti perbuatan tersebut hanya
penelitian yuridis normatif, dengan terkait dengan perbuatan pidana yang
pendekatan masalah yang digunakan terjadi dalam penyelenggaraan pemilu,
melalui pendekatan undang-undang atau berhubungan dengan pelaksanaan
( sta t u te a p p r o a c h ) , p e n d e kata n tahapan-tahapan Pemilu, sebagai bentuk
perbandingan (comparative approach), perbuatan melawan hukum terhadap
dan pendekatan konseptual (conceptual undang-undang pemilu. Adapun secara
approach). Adapun sumber bahan hukum singkat juga dapat dipahami jika tindak
yang dipakai adalah sumber bahan hukum pidana pemilu adalah pelanggaran
primair berupa peraturan perundang- terhadap suatu kewajiban, hal mana
undangan terkait, bahan hukum sekunder pelanggaran tersebut diancam sanksi
berupa buku-buku tentang hukum, dan pidana dalam undang-undang pemilu
bahan non hukum berupa buku-buku (Santoso Dkk. 2006).
diluar hukum. Terkait dengan metode Terkait dengan jenisnya, tindak
analisis bahan hukum yang digunakan pidana pemilu terdiri atas kejahatan
dalam tulisan ini menggunakan metode dan pelanggaran, yang telah diatur
deduktif, yaitu berpangkal dari secara terinci dalam Pasal 117 sampai

Handoko Alfiantoro 139

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 139 11/30/18 6:30 PM


dengan Pasal 198A UU RI Nomor 1 pemeriksaan di muka pengadilan, serta
Tahun 2015 tentang Penetapan Perppu diakhiri dengan pelaksanaan pidana di
Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan lembaga pemasyarakatan (Atmasasmita,
Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi 1996).
Undang-Undang, sebagaimana telah Lebih lanjut Muladi (1995)
diubah beberapa kali, terakhir dengan menyebutkan jika sistem peradilan pidana
UU RI Nomor 10 Tahun 2016 tentang merupakan jaringan (network) peradilan
Perubahan Kedua Atas UU Nomor 1 yang menggunakan hukum pidana
Tahun 2015 tentang Penetapan Perppu sebagai sarana utamanya, baik hukum
Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan pidana materiil, hukum pidana formil,
Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi maupun hukum pelaksanaan pidana.
Undang-Undang, dan juga dalam Pasal Sistem peradilan pidana secara
488 sampai dengan Pasal 554 UU RI umum, selalu melibatkan sub-sistem
Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan dalam ruang lingkup masing-masing
Umum. yang dimulai dari institusi Kepolisian,
Kejaksaan, Pengadilan, dan Lembaga
3.2 Penegakan Hukum Tindak Pidana Pemasyarakatan, serta Advokat/Pengacara
Pemilu sebagai penyeimbang (Anwar&Adang,
2011).
Penegakan hukum merupakan suatu

usaha untuk mewujudkan ide-ide
Gambar 1.
tentang kepastian hukum, kemanfaatan
sosial dan keadilan menjadi kenyataan. Komponen Sistem Peradilan Pidana
Proses perwujudan ide-ide itulah yang
merupakan hakikat dari penegakan Kepolisian Kejaksaan
hukum (Raharjo, 2005).
Penegakan hukum adalah sebuah
Lembaga
tugas aparat penegak hukum, dan karena Pengadilan
Pemasyarakatan
tugas, maka merupakan kewajiban
kategoris dan kewajiban mutlak, sehingga. Advokat
tidak mengenal istilah dengan syarat. Sumber: KUHAP
Tugas adalah tugas, wajib dilaksanakan
(Tanya, 2001). Sementara dalam rangka penegakan
Upaya penegakan hukum dalam hukum tindak pidana pemilu, sesuai
ranah hukum pidana berjalan dalam dengan ketentuan undang-undang
sebuah sistem yang disebut dengan sistem pemilu, selain sub-sistem yang telah
peradilan pidana (criminal justice system). disebutkan di atas maka disisipkan pula
Istilah tersebutuntuk menunjukkan institusi penyelenggara pemilu yaitu
mekanisme kerja dalam penanggulangan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu)
kejahatan dengan mempergunakan dasar sebagai salah satu bagian sub-sistem
pendekatan sistem.Sistem peradilan tersebut.
pidana yang disebut juga dengan criminal Atas dasar tersebut pola
justice process dimulai dari proses penanganannya pun berubah yang
penyelidikan/penyidikan, penuntutan, dan

140 Jurnal Adhyasta Pemilu

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 140 11/30/18 6:30 PM


awalnya dimulai oleh Kepolisian sebagai aspek hukum pidana formil, danaspek
penerima laporan atau pun aduan, komponen pelaksana.
menjadi Badan Pengawas Pemilu • Aspek hukum pidana materiil
(Bawaslu) sebagai titik awal penerima Hukum pidana materiil memuat
laporan atau pun temuan,sebagaimana aturan-aturan yang menetapkan
dapat digambarkan sebagai berikut: atau merumuskan perbuatan yang
Gambar 2. dapat dipidana, syarat-syarat untuk
dapat dijatuhi pidana, dan ketentuan
Bawaslu Kepolisian Kejaksaan mengenai sanksi pidananya.
Secara umum pengaturan hukum
Lembaga Pengadilan pidana materiil terdapat dalam buku
Permasyarakatan
kodifikasi Kitab Undang-Undang Hukum
Sentra
Advokat Pidana (KUHP).Namun demikian dalam
Gakkumdu perkembangannyaKUHP sudah tidak lagi
dapat mengakomidasi seluruh ketentuan
hukum pidana materiil yang berkembang
Sumber: KUHAP, UU Pemilu, Peraturan Bersama
dalam masyarakat, sehingga kemudian
Ketua Bawaslu, Kapolri, Jaksa Agung, dan
Perbawaslu banyak sekali undang-undang diluar KUHP
yang mengatur sendiri hukum pidana
Berdasarkan hal tersebut terlihat jika materiilnya sebagai bagian dari salah satu
telah ada varian perubahan komponen perwujudan asas lex specialis derogat legi
dan alur kerja dalam rangkaian sistem generalidan asas lex posterior derogat
peradilan pidana secara umum, yang legi priori.
mana dalam sistem peradilan pidana pada Hal yang sama juga berlaku dalam
tindak pidana pemilu, terdapat sebuah undang-undang pemilu. Secara umum,
sistem lagi yang terintegrasi dalam satu karakter khas hukum pidana materiil
jaringan terikat berupa Sentra Gakkumdu dalam undang-undang pemilu dapat
yang tersistempada ranah laporan / terlihat pada spesifikasi subjek hukumnya,
temuan, penyelidikan / penyidikan, modus operandi-nya, maupun sanksi
penuntutan, dan eksekusi. pidananya.
A d a p u n ke t e n t u a n d e l i k n y a
4. Hasil dan Pembahasan jugakhusus hanya dalam konteks
4.1 Kekhususan dalam Penegakan pemilu saja, dengan varian delik yang
Hukum Tindak Pidana Pemilu substansinya benar-benar baruyang hanya
ada di undang-undang pemilu, atau pun
Pemberlakuan undang-undang pemilu
klausul yang merupakan refleksi dari
telah berimplikasi besar dalammenggeser
substansi tindak pidana umum yang
beberapa substansi penting dalam pola
kemudian dijadikan sebagai delik pemilu,
penegakan hukum tindak pidanasecara
seperti dalam Pasal 179 UU RI Nomor 1
umum. Kekhususan penegakan hukum
Tahun 2015 tentang Penetapan Perppu
tindak pidana pemilu setidaknya dapat
Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan
terlihat dari 3 (tiga) aspek penting,
Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi
yaitu aspek hukum pidana materiil,
Undang-Undang, berkaitan dengan

Handoko Alfiantoro 141

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 141 11/30/18 6:30 PM


pemalsuan surat yang merupakan refleksi Indonesia, dan Ketua Bawaslu,
dari ketentuan Pasal 263 KUHP. sehingga atas dasar tersebut saat ini
telah dikeluarkan Peraturan Bersama
• Aspek hukum pidana formil Ketua Badan Pengawas Pemilihan
Hukum pidana formil mengatur tentang Umum Republik Indonesia, Kepala
pedoman para penegak hukum dalam Kepolisian Republik Indonesia, dan
melaksanakan ketentuan hukum Jaksa Agung Republik Indonesia,
pidana materiil, yang lebih dikenal Nomor 14 Tahun 2016, Nomor 01
dengan sebutan hukum acara pidana, Tahun 2016, Nomor 013/JA/11/2016
yang secara umum diatur dalam Kitab tentang Sentra Penegakan Hukum
Undang-Undang Hukum Acara Pidana Terpadu pada Pemilihan Gubernur
(KUHAP). dan Wakil Gubernur, Bupati dan
Wakil Bupati, serta Walikota dan
Sejalan dengan hukum pidana
Wakil Walikota;
materiil, dalam perkembangannya KUHAP
- Pasal 18 sampai dengan Pasal 31
tidak lagi dapat mengatur seluruh
Peraturan Bawaslu RI Nomor 9 Tahun
ketentuan hukum acara pidana bagi
2018 tentang Sentra Penegakan
para penegak hukum, sehingga lagi-lagi
Hukum Terpadu;
banyak undang-undang yang mengatur
sendiri sebagian hukum pidana formilnya Berdasarkan ketentuan yang ada
termasuk dalam undang-undang pemilu. dalam pasal-pasal tersebut di atas dapat
Secara khusus ketentuan hukum dilihat karakter khusus dalam hukum
acara pidana pada tindak pidana pemilu pidana formil penanganan perkara tindak
diatur dalam: pidana pemilu sebagai berikut:
- Pasal 146 sampai dengan Pasal 151 - Batas waktu yang relatif singkat yaitu:
UU RI Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penyelidikan maksimal 5 (lima) hari,
Penetapan Perppu Nomor 1 Tahun Penyidikan maksimal 14 (empat
2014 tentang Pemilihan Gubernur, belas) hari, penelitian berkas oleh
Bupati, dan Walikota menjadi Undang- Jaksa Penuntut Umum maksimal
Undang, sebagaimana telah diubah 3 (tiga) hari, pengembalian berkas
beberapa kali, terakhir dengan UU kembali dari penyidik kepada Jaksa
RI Nomor 10 Tahun 2016 tentang Penuntut Umum maksimal 3 (tiga)
Perubahan Kedua Atas UU Nomor hari, pelimpahan perkara kepada
1 Tahun 2015 tentang Penetapan Pengadilan Negeri maksimal 5 (lima)
Perppu Nomor 1 Tahun 2014 tentang hari, waktu sidang maksimal 7
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan (tujuh) hari, waktu banding dan
Walikota menjadi Undang-Undang memori banding maksimal 3 (tiga)
- Pasal 476 sampai dengan Pasal hari, dan eksekusi maksimal 3 (tiga)
485UU RI Nomor 7 Tahun 2017 hari;
tentang Pemlihan Umum - Secara tersirat tidak ada penghentian
- Pasal 12 sampai dengan Pasal p e ny i d i ka n , ka r e n a p e l u a n g
28 Peraturan Bersama antara penghentian terhadap laporan
Kepala Kepolisian Negara Republik / temuan hanya ada saat tahap
Indonesia, Jaksa Agung Republik penyelidikan;

142 Jurnal Adhyasta Pemilu

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 142 11/30/18 6:30 PM


- Tidak ada bolak-balik perkara antara Selain itu kekhususan lain dari aspek
Penyidik dengan Jaksa Penuntut komponen pelaksana juga terlihat pada
Umum, karena pengembalian berkas hakim yang memeriksa dan mengadili
perkara hanya dibatasi 1 (satu) kali perkara tindak pidana pemilu, yaitu
saja. Pengembalian berkas perkara adanya modifikasi berupa pembentukan
ini pun bisa jadi sangat akan jarang Majelis Khusus sebagai majelis hakim yang
dilakukan karena dalam Sentra menangani perkara tindak pidana pemilu
Gakkumdu sebelumnya sudah harus dengan syarat dan kualifikasi tertentu
dibahas dan dipaparkan terlebih berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung.
dahulu antara penyidik dan Jaksa Kekhususan lain yang paling terlihat
Penuntut Umum; tentunya adanya titik temusebagai sistem
- Tidak ada upaya hukum lagi setelah jaringan yang saling berkaitan antara
upaya hukum Banding; 3 (tiga) komponen pelaksana sistem
peradilan pidana pada tindak pidana
• Aspek komponen pelaksana
pemilu yaitu Bawaslu, Kepolisian, dan
Telah diketahui jika komponen
Kejaksaan dalam satu atap bernamaSentra
pelaksana sistem peradilan pidana
Penegakan Hukum Terpadu (Gakkumdu).
secara umum adalah Kepolisian,
Kejaksaan, Pengadilan, dan Lembaga
4.2 Sentra Gakkumdu dalam Konsep
Pemasyarakatan, ditambah dengan
Sistem Peradilan Pidana Pemilu
advokat / pengacara. Namun
demikian dalam sistem peradilan Sentra Gakkumdu mempunyai posisi
pidana pada tindak pidana pemilu yang sangat penting dalam penegakan
ada 1 (satu) lagi komponen pelaksana hukum tindak pidana pemilu. Kegiatan
yang disisipkan yaitu Bawaslu dari Sentra Gakkumdu hampir mendominasi
unsur penyelenggara pemilu. seluruh bagian dari alur sistem peradilan
pidana pada tindak pidana pemilu.
Secara substansial pada pokoknya
Sejak dari tahap laporan/temuan,
Bawaslu tidak memiliki kewenangan
Sentra Gakkumdu telah bekerja dengan
khusus dalam proses penyelidikan,
pimpinan awal adalah Bawaslu dengan
penyidikan, penuntutan, dan eksekusi
dibantu dan didampingi Penyidik
perkara tindak pidana pemilu. Akan
Kepolisian dan Jaksa. Kemudian dalam
tetapi penempatan Bawaslu sebagai
tahap penyelidikan / penyidikan Sentra
pihak yang menerima laporan/temuan
Gakkumdu juga terikat satu sama
dugaan tindak pidana pemilu, serta
lain dengan penggerak utama adalah
adanya kewenangan Bawaslu untuk
Kepolisian dengan dimonitor oleh Jaksa
melakukan permintaan keterangan
dan Bawaslu. Selanjutnya pada tahap
atau klarifikasi, serta penyertaan
Penuntutan serta eksekusi, komando
Bawaslu sebagai bagian dari Sentra
utama Sentra Gakkumdu beralih pada
Gakkumdu dalam tiap tahapan
Kejaksaan dengan tembusan kepada
proses pidana pemilu membuat
penyidik Kepolisian dan Bawaslu.
Bawaslu menjadi bagian yang
Sehingga dari awal sampai akhir alur
tidak terpisahkan dari komponen
penegakan hukum tindak pidana pemilu,
pelaksana sistem peradilan pidana
pada tindak pidana pemilu.

Handoko Alfiantoro 143

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 143 11/30/18 6:30 PM


Sentra Gakkumdu selalu berperan saling Gambar 3.
berkaitan satu sama lain dengan leading
Sentra Gakkumdu
sector yang saling bergantian.
Sentra Gakkumdu adalah salah
satu wujud konkrit pengawalan proses Laporan/ Penyelidikan/
Penuntutan
Temuan Penyidikan
penyelenggaraan pemilu, yang merupakan
integrasi dari lembaga penyelenggara Bawaslu Penyidik Polri JPU
Kejaksaan RI
pemilu, lembaga penyidikan, dan lembaga
penuntutan yang bekerja dalam satu pola
pikir dan kesamaan sikap. Hal tersebut Sentra
tentunya memberikan peluang pola kerja Gakkumdu
yang lebih efektif dan efisien, meskipun Eksekusi Persidangan
nantinya memungkinkan monitoring Lembaga Majelis
antar lembaga dalam rangka checks and Permasyarakatan Khusus PN,
PT
balancessecara resmi menjadi sedikit Eksekutor
berkurang.
Secara umum posisi Sentra Gakkumdu JPU
Kejaksaan RI
dalam alur sistem peradilan pidana pada
Sumber: KUHAP, UU Pemilu, Peraturan
tindak pidana pemilu hampir mirip
Bersama Ketua Bawaslu, Kapolri, Jaksa Agung,
dengan posisi Komisi Pemberantasan Perbawaslu
Korupsi (KPK)dalam alur sistem peradilan
pidana pada tindak pidana korupsi. Gambar 4.
Walaupun telah diketahui jika kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
hukum KPK jauh lebih kuat karena
berwujud sebagai lembaga negara (Pasal Penyelidikan/
Laporan Penuntutan
3 UU RI Nomor 30 Tahun 2002 tentang Penyidikan
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi), dari pada Gakkumdu yang hanya Penyidikan Polri JPU
dan Pegawai Kejaksaan RI
sebagai sentra (pusat). Tetap KPK pada KPK

KPK

Eksekusi Persidangan

Lembaga Pengadilan
Permasyarakatan Tindak
Pidana
Eksekutor Korupsi,
PT, MA
JPU
Kejaksaan RI
pada KPK

Sumber: KUHAP, UU KPK, UU Tipikor

144 Jurnal Adhyasta Pemilu

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 144 11/30/18 6:30 PM


Hukum pidana formil yang ada dalam Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota
2 (dua) undang-undang pemilu, tidak dan Wakil Walikota, dan dalam Peraturan
begitu menampakkan peran penting Bawaslu Nomor 9 Tahun 2018 tentang
Sentra Gakkumdu. Undang-undang pemilu Sentra Penegakan Hukum Terpadu.
tersebut seolah-olah hanya mengatur Apabila dilihat sebenarnya pengaturan
hukum acara pidana terkait dengan tersebut tidak sekedar tentang pola
percepatan batas waktu, dan perubahan hubungan dan tata kerja Sentra Gakkumdu
tentang batas akhir kapan perkara pidana saja, tetapi juga telah menyentuh pada
pemilu menjadi inkracht van gewijsde. tataran hukum pidana formilnya, karena
Adapun terkait dengan kewenangan dalam klausul-klausul tersebut telah diatur
masing-masing unsur pelaksananya yaitu secara tegas mekanisme penanganan
Bawaslu, Kepolisian, dan Kejaksaaan, tindak pidana pemilu yang menggeser
hukum acara pidana pada undang-undang beberapa ketentuan hukum acara pidana
pemilu tersebut pun terkesan hanya secara umum, selain itu kegiatan Sentra
mengaturnya secara parsial. Gakkumdu juga telah membuka sekat
Bahkan pengaturan tentang Sentra batas resmi antara Penyidik dengan Jaksa
Gakkumdu dalam undang-undang pemilu Penuntut Umum.
hanya ada dalam satu pasal yaitu Pasal
Tabel 1. Kekhususan dan Sinergitas
152 UU RI Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Sentra Gakkumdu Dalam Hukum Acara
Penetapan Perppu Nomor 1 Tahun 2014
Pidana Pada Tindak Pidana Pemilu
tentang Pemilihan Gubernur, Bupati,
dan Walikota menjadi Undang-Undang, Dasar Hukum Kegiatan
sebagaimana telah diubah beberapa kali, Pasal 15 ayat Laporan/Temuan diterima
terakhir dengan UU RI Nomor 10 Tahun (1) s/d ayat oleh Bawaslu didampingi
2016 tentang Perubahan Kedua Atas UU (6) oleh Penyidik dan Jaksa
Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Bawaslu, Penyidik, dan
Perppu Nomor 1 Tahun 2014 tentang Jaksa lakukan Pembahasan
Pasal 16 ayat
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Pertama dalam waktu
(1)
1x24 jam setelah laporan/
menjadi Undang-Undang, dan dua pasal
temuan
dalam Pasal 486-487 UU RI Nomor 7
Bawaslu lakukan Kajian
Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum. Pelanggaran dengan
Peran Bawaslu, Kepolisian, dan Pasal 17 permintaan keterangan/
Kejaksaaan sebagai sebuah jaringan klarifikasi yang didampingi
(network)dalam wadah Sentra Gakkumdu oleh Penyidik dan Jaksa
baru terlihat secara jelas dan tegas Bawaslu mengeluarkan
dalam Peraturan Bersama Ketua Badan Surat Perintah Tugas
Pasal 15 ayat
(Sprint.Tug) untuk
Pengawas Pemilihan Umum Republik (7)
melaksanakan
Indonesia, Kepala Kepolisian Republik Penyelidikan
Indonesia, dan Penyidik mengeluarkan
Jaksa Agung Republik Indonesia, Pasal 15 ayat
Surat Perintah
(8)
Nomor 14 Tahun 2016, Nomor 01 Tahun Penyelidikan (Sprint.Lid)
2016, Nomor 013/JA/11/2016 tentang Penyelidikan oleh Penyidik
Pasal 17 ayat
Sentra Penegakan Hukum Terpadu pada (6)
Polri didampingi dan
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, dimonitor oleh Jaksa

Handoko Alfiantoro 145

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 145 11/30/18 6:30 PM


Bawaslu, Penyidik, dan Keberadaan Sentra Gakkumdu
Jaksa lakukan Pembahasan sebagai komponen yang dipandang
Kedua terkait pemenuhan sebagai sebuah sistem telah memenuhi
unsur dalam waktu ciri-ciridari sistem itu sendiri yaitu:
maksimal 5 hari setelah
• Ada bagian yang menjadi bagian dari
laporan/temuan. Apabila
Pasal 19 sistem tersebut;
memenuhi unsur maka
dilanjutkan ke tahap • Adanya interrelasi (keterkaitan),
penyidikan, apabila saling mempengaruhi bagian-bagian
tidak maka penanganan yang ada;
laporan/temuan
• Adanya suatu kesatuan yang
dihentikan
terintegrasi yang membuat sebuah
Rapat Pleno peningkatan
entitas (unik dan berbeda);
penanganan perkara ke
Pasal 20 • Ada arah pencapaian sasaran
tahap penyidikan, atau
pun perkara dihentikan tertentu;
Penyidik mengeluarkan • Tujuan yang memberi makna bagi
Surat Perintah Penyidikan keberadaan sistem tersebut (Nisjhar,
Pasal 21 ayat
(Sprint.Dik) dan Surat 1997).
(1) s/d ayat
Pemberitahuan Dimulainya
(3) Namun demikian posisi sentral dan
Penyidikan (SPDP) pada
hari bersamaan strategis yang dimiliki Sentra Gakkumdu
Pasal 21 ayat Penyidikan maksimal 14 sebagai sebuah sistem tidak diwadahi
(4) hari sejak laporan/temuan dengan dasar hukum yang lebih kuat
Pasal 21 ayat Penyidikan oleh Penyidik secara hierarki peraturan perundang-
(5) Polri denga didampingi undangan. Hal ini karenaSentra Gakkumdu
dan dimonitor oleh Jaksa
hanya didelegasikan oleh undang-undang
Pasal 22 Pembahasan ketiga pemilu kepada Peraturan Bersama
dihadiri oleh Penyidik,
Ketua Bawaslu, Kapolri, dan Jaksa Agung.
Jaksa, dan Bawaslu, untuk
menghasilkan kesimpulan Konsekuensi pengaturan Sentra
pelimpahan kasus perkara Gakkumdu yang hanya diatur dalam
kepada Jaksa peraturan perundang-undangan setara
sebuah “peraturan” sebagaimana
Sumber: Peraturan Bersama Ketua Bawaslu,
Kapolri, dan Jaksa Agung tentang Sentra Gakkumdu ketentuan Pasal 8 ayat (1) UU RI Nomor
pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Peraturan Perundang-undangan, dapat
Wakil Walikota menimbulkan adanya potensi pengaturan
yang berulang-ulang atau duplikasi dalam
Berdasarkan penjelasan di atas
sebuah peraturan yang berbeda.
terlihat jika Sentra Gakkumdu berperan
Hal ini bisa dilihat dalam Peraturan
besar dalam penyelesaian tindak pidana
Bersama Ketua Badan Pengawas
pemilu. Sentra Gakkumdu terwujud
Pemilihan Umum Republik Indonesia,
sebagai mini sistem dalam sebuah sistem
Kepala Kepolisian Republik Indonesia,
yang lebih besar berupa sistem peradilan
dan Jaksa Agung Republik Indonesia,
pidana pada tindak pidana pemilu.
Nomor 14 Tahun 2016, Nomor 01 Tahun
2016, Nomor 013/JA/11/2016 tentang

146 Jurnal Adhyasta Pemilu

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 146 11/30/18 6:30 PM


Sentra Penegakan Hukum Terpadu pada berbeda dinilai kurang efektif dan
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, berpotensi duplikasi. Kekhususan hukum
Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota acara pidana pemilu dalam undang-
dan Wakil Walikota, dengan Peraturan undang pemilu tidak dicantumkan secara
Bawaslu Nomor 9 Tahun 2018 tentang rinci tentang peran Sentra Gakkumdu
Sentra Gakkumdu, sehingga keadaaan ini dalam penegakan hukum pemilu, padahal
membuat efektivitas sebuah peraturan apabila dilihat secara lebih komprehensif
yang mengatur hukum acara pidana peran serta kedudukan Sentra Gakkumdu
kurang berkepastian. telah menggeser pola hukum acara
Secara substansial memang Pasal pidana secara umum dan membentuk
8 ayat (2) UU RI Nomor 12 Tahun hukum acara pidana tersendiri tentang
2011 tentang Pembentukan Peraturan Pemilu.
Perundang-undangan memberikan Sentra Gakkumdu merupakan pusat
p e l u a n g t e n t a n g p e n d e l e ga s i a n aktivitas penegakan hukum tindak pidana
pengaturan tersebut. Akan tetapi materi Pemilu yang terbentuk di tingkat pusat,
muatan yang diatur dalam Peraturan provinsi, kabupaten/kota, dan luar negeri,
Bersama Ketua Bawaslu, Kapolri, dan sehingga Sentra Gakkumdu hampir
Jaksa Agung tahun 2016,serta Peraturan komplit ada pada setiap teritorial wilayah
Bawaslu terbaru tahun 2018 khususnya di Indonesia.
dalam bab tentang tata hubungan Sentra Gakkumdu mempunyai
dan pola kerja Sentra Gakkumdu pada konsep efektivitas pola kerja yang
hakikatnya adalah mengatur tentang cukup baik dengan menjadi sebuah
Hukum Pidana Formil (Hukum Acara mini sistem dalam sebuah sistem besar,
Pidana) dalam sebuah sistem peradilan serta menghapus sekat-sekat resmi
pidana. antara penyelenggara pemilu dengan
Berdasarkan uraian di atas sebagai para penegak hukum dalam penanganan
bentuk penguatan dan apresiasi terhadap tindak pidana pemilu, sehingga Sentra
keberadaan Sentra Gakkumdu, yang Gakkumdu layak dijadikan sebagai role
kegiatannya mendominasi hampir seluruh model penegakan hukum yang ideal (ideal
kegiatan penegakan hukum tindak law enforcment)masa kini.
pidana pemilu di Indoensia, maka tidak Namun demikian dominasi Sentra
berlebihan jika pengaturan tentang Gakkumdu dalam penegakan hukum
hukum acara pidana tentang pemiluyang tindak pidana pemilu tidak sebanding
melibatkan Sentra Gakkumdu diatur dengan pengaturannya dalam hierarki
dalam sebuah peraturan perundang- peraturan perundang-undangan. Sehingga
undangan yang setara dengan KUHAP pengaturan Sentra Gakkumdu haruslah
berkonsepUndang-Undang tentang Sistem lebih diperkuat lagi tidak hanya dalam
Peradilan Pidana Pemilu. bentuk sebuah peraturan perundang-
undangan setara menteri atau pun
5. Simpulan lembaga/badan,melainkan lebih pada
bentuk konsep undang-undang tentang
Pengaturan hukum pidana pemilu
Sistem Peradilan Pidana Pemilu.
dan hukum acara pidana pemilu dalam 2
(dua) undang-undang pemilu yang

Handoko Alfiantoro 147

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 147 11/30/18 6:30 PM


DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Y. & Adang. (2011). Sistem Peradilan Pidana: Konsep, Komponen,&Pelaksanaannya


dalam Penegakan Hukum di Indonesia. Bandung: Widya Padjadjaran.
Atmasasmita, R. (1996). Sistem Peradilan Pidana Indonesia (Criminal Justice System),
Perspektif Eksistemsialisme dan Abolisionisme. Jakarta: Bina Cipta.
Fajar, A.M. (2006). Hukum Konstitusi dan Mahkamah Konstitusi. Jakarta: Konstitusi
Press.
Hamzah, A. (1994). Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Rineka Cipta,
Hufron & Hadi, S. (2015). Ilmu Negara Kontemporer (Telaah Teoritis Asal Mula,
Tujuan, dan Fungsi Negara, Negara Hukum dan Negara Demokrasi. Yogyakarta:
Laksbang Grafika dan Kantor Advokatn”Hufron&Rubaie.
Muladi. (1995). Kapita Selekta Hukum Pidana. Semarang: Universitas Diponegoro.
Nisjhar, K. (1997). Teori Sistem dan Pendekatan Sistem dalam Bidang Manajemen.
Bandung: CV Mandar Maju.
Raharjo, S. (2005). Masalah Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis. Bandung:
Sinar Baru.
Rosyada, D. (2000). Pendidikan Kewarganegaraan Demokrasi, HAM, dan Masyarakat
Madani. Jakarta: Puslit IAIN Syarif Hidayatullah.
Santoso, T. Dkk. (2006). Penegakan Hukum Pemilu, Praktik Pemilu 2004, Kajian Pemilu
2009-2014. Jakarta: Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi.
Tanya, B.L. (2001). Penegakan Hukum dalam Terang Etika. Yogyakarta: Genta Publising.

148 Jurnal Adhyasta Pemilu

02 JURNAL BAWASLU 2018 REV 1.indd 148 11/30/18 6:30 PM

Anda mungkin juga menyukai