Info Artikel:
DOI: 10.25072/jwy.v3i1.236
Abstrak
Tindak pidana korupsi di Indonesia saat ini telah menjadi kejahatan serius.
Pengembalian harta kekayaan Negara diupayakan dengan cara penerapan pidana
tambahan berupa pembayaran pidana uang pengganti. Dalam rangka mengoptimalkan
pelasanaan pembayaran uang pengganti Mahkamah Agung telah menerbitkan Perma
Kata Kunci: Uang Pengganti dalam rangka memberikan pemahaman yang sama kepada penegak
Korupsi; Perma Uang hukum khususnya Hakim dalam penerapan Perma Uang Pengganti kepada Terdakwa
Pengganti; Pidana Uang Korupsi. Permasalahan dalam artikel ini, yaitu: bagaimanakah penerapan Perma
Pengganti. Uang Pengganti dalam Putusan Hakim bagi Terdakwa tindak pidana korupsi. Metode
pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Tipe
penelitiannya adalah deskriptif dengan menggunakan data sekunder. Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa Hakim dalam memutuskan pidana uang pengganti telah
menerapkan sebagian ketentuan Perma Uang Pengganti, namun penerapan tersebut
belum merata tertuang dalam setiap putusan hakim.
Abstract
Corruption in Indonesia is currently a serious crime. The restoration is endeavored by the
application of additional punishment in the form of payment of substitute money. In order
Keywords: to optimize the implementation of the payment, the Supreme Court has issued a regulation
Corruption; Punishment of of Substitute Money to provide the same understanding for the Law Enforcers, specifically
Subtitute Money; Supreme Judges, in the imposition of the regulation on Defendants of Corruption. The problems in this
Court Regulation Subtitute research are: How is the implementation of Supreme Court Regulation on Substitute Money
Money. in the verdict to the defendants of corruption. The method used in this research is normatif
juridical method. The type of the research is descriptive by using primary data and secondary
data. The results of the study revealed The Judges have implemented some of the clauses of the
regulation on making the decision, however the implementation have not evenly stated on each
verdict.
ISSN
Jurnal Wawasan Yuridika
2549-0664 (print)
1
Vol. 3 | No. 1 | Maret 2019
2549-0753 (online)
A. PENDAHULUAN Selain itu juga dapat dilihat dengan
Tindak pidana korupsi di Indonesia banyaknya pejabat negara dan tokoh
saat ini telah menjadi kejahatan serius besar yang terjerat kasus korupsi, seperti
yang dilakukan secara sistematis dan diadilinya Ketua Dewan Perwakilan
berdampak luas dalam kehidupan Rakyat aktif yaitu Setya Novanto
masyarakat. Harta kekayaan negara sebagai terdakwa tindak pidana korupsi,
yang seharusnya dimanfaatkan ditangkap dan diadilinya Ketua Dewan
bagi pembangunan agar tercapai Perwakilan Daerah yaitu Irman Gusman,
kesejahteraan kehidupan masyarakat, tertangakap tangannya Hakim Konstitusi
dipergunakan dan dimanfaatkan untuk yaitu Patrialis Akbar menyusul Ketua
kepentingan pribadi koruptor. MK Akil Mochtar yang lebih dahulu
Semakin seriusnya tindak pidana tertangkap tangan dan sederetan nama-
korupsi dapat dilihat berdasarkan nama besar lainnya.
data yang diterbitkan oleh Indonesian Melalui instrumen UU Korupsi
Corruption Watch (ICW), yang negara mengusahakan pemberantasan
menjelaskan bahwa sepanjang tahun dan mengupayakan harta kekayaan
2016 kerugian negara akibat korupsi negara yang telah dikorupsi kembali
sekitar Rp. 1. 47 Triliun dengan jumlah ke tangan negara. Pengembalian harta
kasus sekitar 482 kasus korupsi dan kekayaan negara tersebut diupayakan
1.101 Tersangka kasus korupsi. Dari dengan cara penerapan pidana
keseluruhan kasus korupsi tersebut 238 tambahan berupa pembayaran pidana
kasus merupakan kasus yang terkait uang pengganti.
dengan keuangan negara dengan nilai Pembayaran pidana uang pengganti
kerugian sekitar Rp. 1 Triliun, 33 perkara diatur dalam Pasal 18 ayat 1 huruf b
suap dengan nilai Rp. 32.4 Miliar, 3 kasus Undang-Undang Nomor 20 Tahun
pengelapan dalam jabatan dengan nilai 2001 Jo. Undang-Undang Nomor 31
kerugian negara Rp. 2.3 Miliar, 7 kasus Tahun 1999 tentang Pemberantasan
pemerasan dengan nilai kerugian negara Tindak Pidana Korupsi yang pada
Rp. 20,5 Miliar, 2 kasus gratifikasi, 2 pokoknya menyatakan bahwa jumlah
kasus benturan dalam PBJ, dan sisanya pembayaran pidana uang pengganti
197 kasus yang belum diketahui secara dapat dikenakan kepada terdakwa
pasti bentuk tindak pidana korupsinya korupsi sebanyak-banyaknya sama
dengan kerugian negara sekitar Rp. 442 dengan harta benda yang diperoleh
Miliar.1 dari tindak pidana korupsi tersebut.2
1
www.antikorupsi.org/id/articles/annual-reports, diakses terakhir tanggal 10 Januari 2018 Pukul
14.50 WIB.
2
Christine Juliana Sinaga, "Kajian Terhadap Pidana Penjara Sebagai Subsidair Pidana Tambahan
Pembayaran Uang Pengganti Dalam Tindak Pidana Korupsi," Jurnal Wawasan Yuridika Vol. 1 No. 2
(2017), hlm. 193.
3
Penjelasan Umum PERMA Nomor 5 Tahun 2014.
4
Ibid.
5
Penjelasan Umum Perma Uang Pengganti.
B. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan C. HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam penelitian ini menggunakan Tindak pidana korupsi dapat
pendekatan yuridis normatif, yaitu dijelaskan sebagai suatu perbuatan
pendekatan yang menggunakan konsepsi curang yaitu dengan menyelewengkan
legis positivis, yang memandang hukum atau menggelapkan keuangan negara
identik dengan norma-norma tertulis yang dimaksudkan untuk memperkaya
yang dibuat dan diundangkan oleh diri seseorang yang dapat merugikan
lembaga atau pejabat yang berwenang.6 negara. Umumnya, tindak pidana korupsi
Penelitian ini bersifat deksriptif dengan dilakukan secara rahasia, melibatkan
tujuan memperoleh gambaran yang elemen kewajiban dan keuntungan
menyeluruh, lengkap, dan sistematis secara timbal balik. Kewajiban dan
tentang permasalahan yang diteliti. keuntungan tersebut tidak selalu berupa
Data yang digunakan bersumber pada uang.7
data sekunder yang diperoleh dari Sebagai suatu kejahatan yang luar
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada biasa maka pemberantasan tindak
Pengadilan Negeri Padang berupa data pidana korupsi seakan-akan berpacu
putusan tindak pidana korupsi sebelum dengan menculnya berbagai macam
dan sesudah diterbikannya Perma Uang modus operandi yang semakin
Pengganti dan melalui wawancara canggih. Oleh sebeb itu, diperlukan
dengan Hakim Tipikor Padang. Selain suatu strategi yang tepat sebagai
itu, data sekunder juga mempergunakan upaya penanggulangaannya serta
bahan hukum primer berupa peraturan sinergi dan persamaan persepsi dari
6
Amiruddin & Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004), hlm. 133.
7
Aziz Syamsuuddin, Tindak Pidana Khusus (Jakarta: Sinar Grafika, 2014), hlm. 15.
8
Dwi Setyo Budi Utomo, "Penjatuhan Pidana Bersyarat Bagi Koruptor Dalam Perspektif Upaya
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesia," Jurnal Pasca Sarjana Hukum UNS Volume V
Nomor 2 (Juli-Desember 2017), hlm. 102.
9
Ermansjah Djaja, Memberantas Korupsi Bersama KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), Edisi Kedua,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hlm. 19.
10
Jawade Hafidz Arsyad, Korupsi Dalam Perspektif HAN (Hukum Administrasi Negara) (Jakarta: Sinar
Grafika, 2013), hlm. 5.
11
Marwan Effendy, Kapita Selekta Hukum Pidana, Perkembangan dan Isu-isu Aktual Dalam Kejahatan
Finansial dan Korupsi (Jakarta: Refensi, 2012), hlm. 5.
12
Ismansyah, "Penerapan dan Pelaksanaan Pidana Uang Pengganti dalam Tindak Pidana Korupsi,"
Jurnal Demokrasi Vol. VI No. 2 (2007), hlm. 44.
13
Kristwan Genova Damanik, "Antara Uang Pengganti dan Kerugian Keuangan Negara dalam Tindak
Pidana Korupsi," Jurnal Masalah-Masalah Hukum Vol. 45 No. 1 (Januari 2016), hlm. 1-10.
14
Yan Pramadya Puspa, Kamus Hukum (Semarang: Aneka Ilmu, 1977), hlm. 695.
15
Jonaedi Efendi, Rekonstruksi Dasar Pertimbangan Hukum Hakim (Depok: Prenadamedia Group, 2018),
hlm. 79.
16
Ibid.
17
Dey Ravena, "Konsep Hukum Progresif Dalam Penegakan Hukum Di Indonesia," Jurnal Wawasan
Yuridika Vol. 23 No. 2 (September 2010), hlm. 160.
18
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata di Indonesia (Yogyakarta: Liberty, 1999), hlm. 175.
19
Jonaedi Efendi, op.cit., hlm. 81.
20
Lilik Mulyadi, Putusan Hakim dalam Hukum Acara Pidana: Teori, Praktek, Teknik Penyusunan dan
Permasalahannya (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010), hlm. 125.
21
M.W. Patti Pelohy, Antara tuntutan Jaksa Penuntut Umum dan Putusan Hakim/Pengadilan Mengenai
Pembayaran Uang Pengganti, Bagian I, (Ujung Pandang: Dipajaya, 1994), hlm. 7.
22
Indriyanto, Uang Pengganti (Jakarta: Citra Aditya Bakti, 1998), hlm. 6.
23
Penjelasan Perma Uang Pengganti.
Sumber: SIPP PN Padang, dan Repository putusan MA, diakses terakhir tanggal 10 Desember
2018.
24
Wawancara dengan Hakim di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Padang,
tanggal 10 Desember 2018, pukul 11.00.
25
Wawancara dengan Hakim di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Padang,
tanggal 10 Desember 2018, pukul 11.00.
26
Wawancara dengan Hakim di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Padang,
tanggal 10 Desember 2018, pukul 11.00.
27
Wawancara dengan Hakim di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Padang,
tanggal 10 Desember 2018, pukul 11.00.
28
Wawancara dengan Hakim di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Padang,
tanggal 11 Desember 2018, pukul 13.00.
29
Wawancara dengan Hakim di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Padang,
tanggal 11 Desember 2018, pukul 13.00.
30
Wawancara dengan Hakim di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Padang,
tanggal 11 Desember 2018, pukul 13.00.
31
Wawancara dengan Hakim di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Padang,
tanggal 11 Desember 2018, pukul 13.00.
32
Wawancara dengan Hakim di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Padang,
tanggal 11 Desember 2018, pukul 13.00.
33
Wawancara dengan Hakim di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Padang,
tanggal 11 Desember 2018, pukul 13.00.
34
Wawancara dengan Hakim di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Padang,
tanggal 11 Desember 2018, pukul 13.00.
www.antikorupsi.org/id/articles/
annual-reports. Diakses terakhir tanggal
10 Januari 2018 Pukul 14.50 Wib.