Anda di halaman 1dari 14

75

MODEL LATIHAN KELENTUKAN BERBASIS PERMAINAN UNTUK


ANAK USIA 6 SAMPAI 12 TAHUN

Nofi Marlina Siregar1, Marlinda Budiningsih2, Eka Fitri Novitasari3


1-3
Olahraga Rekreasi, Universitas Negeri Jakarta
Nofisiregar_fik96@yahoo.com mbudiningsih@yahoo.com, ekahoki_fikunj@yahoo.com

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk membuat model latihan kelentukan berbasis
permainan untuk anak usia 6 sampai 12 tahun. Dengan tujuan meningkatkan gerak non
lokomotor anak dengan cara yang menyenangkan dan tidaklah monoton. Mengingat
kelentukan merupakan suatu skill yang sangat dibutuhkan untuk menunjang aktivitas
keseharian anak sejak usia 6 sampai 12 tahun, kelentukan ini sendiri akan mendapatkan
hasil yang maksimal apabila di latih sejak dini, oleh karena itu peneliti dan tim bermaksud
untuk melakukan penelitian dengan tujuan membuat model latihan kelentukan berbasis
permainan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan, dimana
penelitian ini melalui 8 tahapan yaitu potensi dan masalah, pengumpulan data, desain
produk, validasi desain, revisi desain, uji coba produk, revisi produk dan produk final.
Penelitian ini berupaya untuk membuat model latihan kelentukan berbasis permainan untuk
anak usia 6 sampai 12 tahun. Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian model
latihan kelentukan berbasis permainan untuk anak usia 6 sampai 12 tahun yang dilakukan di
SD Negeri VI Jati Asih Kota Bekasi, maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa model
latihan kelentukan dapat dikembangkan dan diterapkan kepada anak usia 6 sampai 12 tahun
dan juga model latihan kelentukan efektif untuk meningkatkan tingkat kelentukan pada
anak usia 6 sampai 12 tahun.
Kata Kunci : Latihan Kelentukan, Permainan, Anak Usia Dini.

PENDAHULUAN Perubahan itu sendiri terjadi


Perkembangan anak mengacu biasanya pada masa usia dini, atau pada
pada perubahan biologis, psikologis dan usia sekolah yaitu pada rentang usia 6 –
emosional yang terjadi pada manusia 12 tahun. Anak pada usia ini biasanya
antara kelahiran dan sudah mulai dapat menunjukan sikapnya
akhir masa remaja, sebagai individu lebih tegas dan pasti ketimbang anak-
berlangsung dari ketergantungan untuk anak yang dibawah usia itu atau usia
meningkatkan otonomi. Ini adalah proses dini. Anak usia 6 – 12 tahun sendiri
yang berkesinambungan dengan urutan sudah masuk dalam usia sekolah dimana
diprediksi belum memiliki kursus yang si anak sudah mulai bergaul dan juga
unik untuk setiap anak. Itu tidak melakukan interaksi sosial yang lebih
berkembang pada tingkat yang sama dan dalam lagi.
setiap tahap dipengaruhi oleh jenis Selain itu perkembangan fisik
sebelumnya perkembangan. anak pada masa ini sudah mulai
Perubahan perkembangan dapat menunjukan banyak perbedaan dari fase
terjadi sebagai akibat dari proses genetik sebelumnya, dimana anak sudah
yang dikendalikan dikenal memiliki tubuh yang lebih tinggi, atau
sebagai pematangan, atau sebagai akibat badan yang mulai membesar seiring
dari faktor lingkungan dan belajar, tetapi dengan berjalannya waktu dan proses
paling sering melibatkan interaksi antara perkembangannua. Pada masa ini
keduanya. Hal ini juga dapat terjadi sebenarnya peranan orangtua dan juga
sebagai akibat dari sifat manusia dan lingkungan akan sangat teramat
kemampuan kita untuk belajar dari berpengaruh lebih sensitif lagi. Pada usia
lingkungan kita. ini orangtua seharusnya lebih
76

memperhatikan lagi apakah anak yang baik, contohnya seperti saat kita
memiliki kendala atau masalah dalam akan menggaruk punggung bagian
proses perkembangannya. Pada usia dini belakang, meregangkan tubuh,
perkembangan sedang berkembang menjangkau menda-benda yang cukup
secara pesat seperti perkembangan fisik jauh dari tubuh kita, dan masih banyak
motorik. lagi.
Salah satu dari sekian banyak Permasalahan diatas membuat
kemampuan yang seharusnya di peneliti dan tim memiliki ketertarikan
perhatikan dalam masa perkembangan untuk membuat sebuah penelitian
anak adalah mengenai kelentukan, tentang “Model Latihan Kelentukan
kelentukan sendiri bagi sebagian orang Berbasis Permainan Untuk Anak Usia 6
dianggap sebagai suatu hal yang tidak – 12 Tahun”.
begitu penting untuk perkembangan Latihan. Menurut Suharno
anak, padahal sejatinya anak akan dalam Djoko Pekik Irianto (2002) dalam
mengalami beberapa kesulitan bila buku dasar kepelatihan, latihan (training)
kelentukannya tidak dilatih dengan baik adalah suatu proses mempersiapkan
sejak dini. organisme atlet secara sistematis untuk
Dapat kita lihat pada kenyataan mencapai mutu prestasi maksimal
di lapangan begitu banyak anak yang dengan diberi beban fisik dan mental
memiliki usia 6 – 12 tahun tidak yang teratur, terarah, meningkat dan
memiliki kelentukan yang baik, bukan berulangulang waktunya. Dari
hanya karena mereka tidak berlatih saja pengertian tersebut, dapat dijelaskan
yang menjadi penyembabnya tetapi juga bahwa sistematis merupakan proses
faktor kemajuan era yang semakin pesat pelatihan yang dilaksanakan secara
yang mengakibatkan banyak anak dan teratur, terencana, menggunakan pola
orangtua serta lingkungannya dan sistem tertentu, metodis,
terpengaruh menjadi tidak ingin berkesinambungan dari yang sederhana
berolahraga atau bahkan bergerak hingga ke yang kompleks, dari yang mudah ke
timbul istilah “mager” atau males gerak yang sulit, dari yang sedikit ke yang
di kalangan masyarakat dan anak usia 6 banyak dan latihan dilakukan beberapa
– 12 tahun itu sendiri. kali dalam satu minggu.
Namun demikian permainan Berulang diartikan bahwa setiap
masih menduduki posisi pertama rasa gerakan dilatihkan secara bertahap dan
ketertarikan anak, karena permainan dikerjakan berkali-kali agar gerakan
sendiri dapat dilakukan kapan saja dan yang semula dilakukan, kurang
dimana saja dengan jumlah pelaku yang koordinatif menjadi semakin mudah,
tidak harus ditentukan pula, dan otomatis, dan refleksi sehingga gerakan
permainan itu sendiri bersifat menjadi lebih efesien. Latihan adalah
menyenangkan sehingga menimbulkan suatu proses yang sistematis dari
ketertarikan yang amat sangat pada anak, berlatih, bekerja, yang dilakukan secara
hal ini lah yang diduga dapat mengatasi berulang-ulang, dengan kian hari
rasa malas bergerak pada anak. Sehingga menambah jumlah beban latihan atau
banyak anak yang menjadi kurang gerak. pekerjaan. Jadi yang ditekankan dalam
Kelentukan sendiri biasanya latihan adalah proses atau berbagai cara
hanya dilatih secara rutin pada pelajaran yang digunakan untuk menjadikan atlet
pendidikan jasmani atau pada aktifitas yang tadi mempunyai yang biasa
sehari-hari yang memang memaksa menjadi atlet yang lebih bagus untuk
tubuh kita untuk memiliki kelentukan melakukan bermacam-macam hal yang
77

diberikan dalam cabang olahraga yang olahragawan. Dengan memahami


ditekuni. Dan proses tersebut prinsip-prinsip latihan, akan mendukung
memerlukan waktu dalam mencapai upaya dalam meningkatkan kuallitass
hasil yang telah ditargetkan sejak awal. latihan. Selain itu akan dapat
Dengan demikian latihan dalam menghindarkan olahragawan dari rasa
penelitian ini dapat diartikan sebagai sakit dan timbulnya cidera selama dalam
cara dalam menciptakan atlet bola voli proses latihan. Dalam mempelajari dan
yang sebelumnya memiliki kualitas menerapkan prinsip-prinsip latihan ini
power dan kelentukan yang rendah harus hati-hati, serta memerlukan
menjadi atlet yang memiliki kualitas ketelitian, ketepatan dalam penyusunan
power dan kelentukan yang tinggi. dan pelaksanaan program.
a. Frekuensi Latihan Terkait dalam prinsip latihan,
Frekuensi diartikan sebagai Djoko Pekik Irianto (2002) membagi
banyaknya unit latihan persatuan waktu, tiga, yaitu: (1) Prinsip beban lebih
misalnya latihan untuk meningkatkan (overload). Tubuh manusia tersusun atas
kebugaran pada kebanyakan orang berjuta-juta sel yang masing-masing
dilakukan 3-5 kali/minggu. Frekuensi mengemban tugas sesuai dengan
latihan bagi olahragawan lebih banyak fungsinya, sel-sel tersebut mempunyai
dibanding bukan olahragawan. kemampuan untuk menyesuaikan diri
Selanjutnya menurut Sukadiyanto (2005) terhadap apa yang terjadi dalam tubuh,
frekuensi adalah jumlah latihan yang termasuk adaptasi terhadap latihan.
dilakukan dalam periode waktu tertentu. Apabila tubuh diberikan beban latihan
Pada umumnya periode waktu yang yang tepat, dengan kian hari menambah
digunakan untuk menghitung jumlah beban latihan maka tubuh akan
frekuensi tersebut adalah dalam satu beradaptasi terhadap beban tersebut,
mingguan. Frekuensi latihan ini sehingga tubuh akan mengalami
bertujuan untuk menunjukkan jumlah peningkatan kemampuan. (2) Prinsip
tatap mata (sesi) latihan pada setiap kembali asal (reversible). Maksudnya,
minggunya. Sebagai contoh frekuensi adaptasi latihan yang telah dicapai akan
latihan 10 kali setiap minggu artinya, berkurang bahkan hilang, jika latihan
latihan berlangsung mulai hari senin tidak dilakukan secara teratur dengan
sampai jum’at yang dilakukan pada takaran yang tepat, dan (3) Prinsip
setiap pagi dan sore. Berarti latihan kekhususan (specifity). Model latihan
dilakukan hanya dalam waktu lima hari, yang dipilih harus disesuaikan dengan
tetapi waktunya pagi dan sore, sehingga latihan bola voli, sasaran latihan ingin
dalam satu hari ada dua kali tatap muka meningkatkan koordinasi maka bentuk
(sesi). Jadi frekuensi dapat diartikan latihan yang digunakan adalah yang
sebagai suatu periode latihan dalam satu mengarah ke koordinasi.
minggu untuk melihat seberapa besar Dengan demikian yang dimaksud
peningkatan dari proses latihan. prinsip latihan adalah hal-hal yang harus
b. Prinsip Latihan diperhatikan dan ditaati agar proses
Menurut Sukadiyanto prinsip latihan sesuai dengan yang diharapkan,
latihan merupakan hal-hal yang harus dapat berjalan dengan lancar dan
ditaati, dilakukan atau dihindari agar terprogram.
tujuan latihan dapat tercapai sesuai c. Beban Latihan
dengan yang diharapkan. Prinsip-prinsip Menurut Djoko Pekik Irianto
latihan memiliki peranan penting beban diartikan sebagai rangsang
terhadap aspek fisiologis dan pesikologis motorik yang dapat diatur oleh
78

olahragawan maupun pelatih guna Sedangkan secara psikologis


meningkatkan prestasi. Berdasarkan bertujuan untuk meningkatkan
pendapat tersebut, untuk meningkatkan konsentrasi dan mengurangi
kualitas atlet diperlukan adanya takaran kecemasan. Aktivitas pemanasan
dalam latihan. Fungsi dari pelatih adalah menurut Djoko Pekik Irianto
seseorang yang memberikan takaran (2002) meliputi: (1) Gerak
latihan yang disesuaikan dengan aerobik ringan (berjalan,
kemampuan atlet. jogging), (2) Penguluran (gerak
Selanjutnya menurut Sukadiyanto dinamis seperti berbagai otot dan
beban latihan merupakan rangsang sendi), (3) Kalestenik (gerak
motorik (gerak) yang dapat diatur dan dinamis seperti memutar badan,
dikontrol oleh pelatih maupun mengayun lengan), (4) Aktivitas
olahragawan untuk memperbaiki kualitas formal yakni gerak menyerupai
fungsional berbagai peralatan tubuh. Ada gerak pada latihan inti atau sesuai
dua macam beban latihan, yaitu; (1) dengan cabang olahraganya.
Beban luar adalah rangsang motorik Pemanasan dianggap cukup
yang dapat diatur dan dikontrol oleh apabila telah terjadi
pelatih maupun olahragawan dengan perubahanperubahan antara lain:
cara memvariasikan komponen- suhu tubuh naik 1-2 °C, keluar
komponen latihan (intensitas, volume, keringat di dahi, punggung, dan
recovery, dan interval). (2) Beban dalam tangan, serta detak jantung
adalah perubahan fungsional yang terjadi meningkat 60% dari detak
pada peralatan tubuh sebagai akibat dari jantung maksimal. Berdasarkan
pengaruh beban luar. pendapat tersebut, hendaknya
Dengan demikian beban latihan pemanasan yang dilakukan
menurut Sukadiyanto (2005) dapat mengarah pada persiapan fungsi
diartikan sebagai suatu takaran berat organ-organ tubuh yang akan
ringanya latihan, yang diberikan dalam digunakan dalam latihan.
meningkatkan kualitas atlet untuk 3. Latihan inti Tahap ini berisi
memperbaiki kualitas fungsional fisik latihan utama yang meliputi
atlet. latihan fisik, taktik, teknik atau
d. Sesi Latihan mental. Porsi latihan tergantung
1. Pengantar Tujuan, memberi pada program latihan yang sudah
penjelasan mengenai latihan yang dibuat. Dalam penelitian ini yang
akan diberikan. Baik mengenai dibuat adalah latihan koordinasi.
tujuan maupun manfaat dari 4. Penenangan (cool-down) dan
latihan yang akan diberikan. penutup Tujuan penenangan
Diharapkan pada tahap ini atlet secara fisiologgis merupakan
mampu memahami pengarahan pemulihan fungsi sistem tubuh ke
mengenai tujuan dan manfaat arah normal, secara psikologis
latihan yang diberikan pelatih. bertujuan untuk menurunkan
2. Pemanasan (warming up) tingkat stress. Apabila
Tujuan, secara fungsional penenangan dilakukan dengan
menyiapkan kerja sistem tubuh baik akan mempercepat recovery
(menambah kelenturan otot, dan meminimalkan rasa nyeri
menambah ruang gerak sendi yang dsebabkan oleh latihan.
menjadi lebih luas, kerja jantung Rangkaian gerak dalam
dan paru menjadi siap). penenangan bisa berupa gerak
79

aerobik ringan, gerak kontinyu, mencapai antara 120-130 kali per


seperti jalan ditempat atau joging menit.
dan dilanjutkan streatching. 2) Waktu peregangan yang
Penenangan dianggap cukup dilakukan sebelum latihan inti,
apabila suhu tubuh mulai normal, setelah pemanasan berkisar
detak jantung menurun, dan otot antara 20-25 detik untuk setiap
rileks. jenis peregangan. Sedangkan
Kelentukan. Menurut Harsono peregangan pada saat setelah
(2000) kelentukan adalah kemampuan latihan inti (pendinginan)
untuk bergerak dalam ruang gerak sendi. waktunya tidak lebih dari 10-15
Kelentukan adalah kemampuan detik untuk setiap jenis
persendian untuk melakukan gerakan peregangan.
melalui jangkauan yang luas. Jadi dapat 3) Gerak yang dilakukan pada saat
disimpulkan bahwa kelentukan peregangan tidak boleh
merupakan suatu gerak dalam menghentak-hentak (mendadak),
persendian dalam jangkauan yang luas. tetapi harus perlahan dan setelah
Menurut Rusli Lutan, dkk kelentukan ada rasa sedikit tidak nyaman di
adalah kemampuan untuk melakukan otot ditahan selama waktu yang
gerakan persendian melalui jangkauan ditentukan seperti tersebut di
gerak yang luas. Jangkauan gerak alami atas.
tiap sendi pada tubuh tergantung pada 4) Selama proses peregangan bola
pengaturan tendo-tendo, ligamenta, voli tidak boleh menahan nafas,
jaringan penghubung dan otot-otot. tetapi pernafasan berjalan normal
Cidera dapat terjadi bila anggota badan seperti biasa. Adapun cara
atau otot dipaksa diluar batas pernafasannya, tarik nafas dalam-
kemampuanya. Kemampuan fleksibilitas dalam sebelum melakukan
yang terbatas juga dapat menyebabkan peregangan dan keluarkan nafas
penguasaan teknik yang kurang baik dan saat peregangan.
prestasi rendah. Komponen biomotor 5) Peregangan dimulai dari
fleksibilitas merupakan salah satu unsur kelompok otot besar lebih
yang penting dalam rangka pembinaan dahulu, baru menuju pada
olahraga. Dimana tingkat kualitas kelompok otot yang kecil.
fleksibilitas sesorang akan berpengaruh
terhadap komponen-komponen biomotor Permainan. Pada umumnya
yang lainnya. manusia baik anak-anak, remaja, dan
Oleh karena metode latihan dewasa memiliki kecenderungan selalu
fleksibilitas dengan cara peregangan, ingin bergerak sambil bersenang-senang,
maka ada beberapa prinsip yang harus terlebih lagi bagi anak usia Sekolah
diperhatikan sebelum latihan dilakukan. Dasar tampak bahwa aktifitas gerak
Adapun prinsip-prinsip latihan mereka begitu tinggi. Biasanya bentuk-
peregangan, antara lain adalah: bentuk kegiatan tersebut disalurkan
1) Harus didahului dengan aktivitas melalui permainan. Bermain bagi anak-
pemanasan, yaitu dalam bentuk anak sangat berarti dan merupakan
jogging atau lari ditempat syarat mutlak untuk merangsang
(skipping) yang bertujuan untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
menaikkan suhu atau temperatur Permainan dan anak-anak
tubuh, sehingga denyut jantung merupakan dua hal yang berbeda tetapi
satu dengan lainnya tidak dapat
80

dipisahkan. Dapat dikatakan hampir adalah menyajikannya yang peralatannya


sepanjang masa anak-anak tidak lepas dapat diperoleh di tempat kegiatan itu
dari permainan. Salah satu tugas dilakukan, misalnya pohon, pintu, pagar,
perkembangan anak yang harus dipenuhi tiang bendera, batu-batu yang terdapat di
adalah seorang anak mampu untuk halaman, dan sebagainya, dengan
menyusaikan diri dengan teman memodifikasi peraturan permainannya.
sebayanya. Untuk dapat menyesuaikan Dengan kemampuan-kemampuan guru
diri dengan lingkungan anak harus pendidikan jasmani untuk melakukan
berkomunikasi dan berinteraksi dengan inovasi ataupun modifikasi, akan
teman sebaya, sebagian besar interaksi mengakibatkan bahan-bahan
teman sebaya selama masa anak-anak berkembangnya permainan makin hari
adalah melibatkan permainan. makin berkembang.
Menurut Purnomo (2013), Permainan adalah sebuah
permainan adalah salah satu bentuk aktifitas rekreasi dengan tujuan
rekreasi yang bertujuan untuk bersenang-senang, mengisi waktu luang,
bersenang-senang, mengisi waktu luang, dan melakukan olahraga ringan. Dalam
atau berolahraga ringan. melakukan permainan ada yang disebut
Permainan merupakan kegiatan dengan aturan permainan, yaitu bentuk
yang dilakukan oleh banyak kalangan kegiatan yang dikerjakan dengan
dari anak-anak sampai dewasa dan dapat mengikuti aturan tertentu. Biasanya
dilakukan di indoor maupun outdoor. terlebih dahulu ada kesepakatan antara
“Permainan adalah medium yang sangat peserta untuk mendiskusikan bagaimana
tepat untuk perkembangan sosial dan jalannya permainan dan peraturan apa
moral anak karena anak mematuhi saja yang harus dijalankan atau bisa saja
aturan-aturan tertentu apabila ingin guru yang menjadi penengah dan
menikmati permainan bersama-sama”. peraturan permainan juga dibuat oleh
Anak-anak bermain tidak guru sehingga peserta hanya tinggal
tergantung pada ada tidaknya alat atau mengikuti instruksi guru saja.
perkakas. Tanpa adanya perkakas, Pendapat berbeda dikemukakan
asalkan ada kesempatan untuk bermain, oleh Bettelheim dalam Meyke S. Tedja
anak-anak akan melangsungkan Saputra (1978), permainan adalah
permainan itu. Pada saat ini sekolah- kegiatan yang ditandai oleh aturan serta
sekolah di Indonesia dapat dikatakan persyaratan-persyaratan yang disetujui
bahwa peralatan untuk menunjang bersama dan ditentukan dari luar untuk
program kebugaran jasmani masih melakukan kegiatan dalam tindakan
kurang memadai. Bahkan masih ada yang bertujuan. Maka akan sangat tepat
sekolah yang sama sekali tidak sekali permainan dijadikan sebagai
mempunyai sarana dan prasarana yang modal utama dalam menciptakan situasi
layak untuk menunjang pelaksanaan belajar yang menyenangkan.
kegiatan olahraga guna merangsang Banyak manfaat yang dapat
kebugaran tubuh anak di sekolah. diperoleh anak-anak dari sebuah
Pendidik bernama Charles Hoole permainan. Melalui permainan, selain
(2005) menyatakan “harus ada lapangan akan diperoleh kesenangan, anak-anak
bersemen di sekeliling sekolah, sebagian juga dapat berpikir lebih kreatif, mampu
daripadanya harus teduh dan terlindung mengekspresikan pemikiran dan
sehingga para siswa dapat bermain di perasaanya, menemukan kekuatan dan
luar meskipun udara basah. Maka salah kelemahannya, serta memperkaya
satu jalan untuk mengatasi masalah ini keterampilan dan minatnya. Dengan
81

perkataan lain, permainan tidak hanya harus selektif untuk bisa melihat
sekedar sebagai hiburan semata, tetapi permainan seperti apa yang bermanfaat
yang tak kalah penting adalah sebagai bagi anak.
sarana internalisasi (penanaman nilai- Djoko Pekik Irianto
nilai) dan sosialisasi. menjelaskan bahwa ciri-ciri permainan
Sementara, Robert, Arth, dan yang bermanfaat bagi perkembangan
Bush dalam Sujarno (2013) “membagi anak antara lain: (1) move, artinya dalam
permainan dalam dua golongan besar, permainan harus ada gerakan yang
yaitu permainan untuk bermain (play) dilakukan secara kontinyu dan ritmis,
dan permainan untuk bertanding seperti gerak berjalan, berlari,
(game)”. Play lebih bersifat mengisi merangkak dan sebagainya. Gerak
waktu senggang atau rekreasi, sedangkan tersebut akan meningkatkan daya tahan
game kurang mempunyai sifat itu. jantung paru dan memperbaiki
Permainan semakin beragam, di komposisi tubuh; (2) lift, artinya dalam
era yang sudah modern seperti ini permainan tersebut harus ada unsur
permainan memiliki beberapa jenis. Ada gerak melawan beban. Gerakan tersebut
permainan yang bisa dilakukan sendiri akan melatih kekuatan dan daya tahan
atau bersama-sama baik untuk kalangan otot; dan (3) stretch, artinya dalam
anak kecil bahkan sampai kalangan permainan tersebut harus mengandung
dewasa. unsur gerak merengang persendian
Ada beberapa alasan mengapa termasuk mengulur otot. Gerak tersebut
permainan penting bagi setiap orang: (1) akan melatih fleksibilitas persendian dan
anak-anak membutuhkan banyak otot.
pengalaman yang bermanfaat, (2) otak Menurut Nancy Mac Phee
anak senang terhadap hal-hal baru yang Bower dalam Soemantri (2016), bentuk
menantang dan menarik, (3) keinginan permainan hendaknya mencakup semua
untuk belajar meningkat karena adanya gerakan dasar, seperti: melangkah,
tantangan dan hambatan yang disertai berjalan, melompat, memanjat,
oleh rasa tidak mampu atau kelelahan mengayun, melempar, dan menangkap.
pada saat melakukan permainan. Gerakan-gerakan ini dapat dirangkaikan
Masa anak-anak adalah masa dalam permainan yang menggunakan
paling menyenangkan dari kehidupan peralatan, ataupun diterapkan dalam
manusia. Diakui atau tidak, masa ketika permainan yang mencakup kegiatan
menjadi seorang anak yang dipikirkan berlari-lari, tangkap-menangkap, dan
hanyalah bermain. Hal ini dapat kita gerakan-gerakan olahraga.
manfaatkan dalam metode pembelajaran Jenis permainan yang
pendidikan jasmani bagi anak didik kita dimainkan oleh anak sangat ditentukan
khususnya anak usia sekolah dasar. oleh umur anak. Untuk kelompok umur
Permainan kecil akan membuat anak- tertentu jenis permainannya akan
anak mendapatkan kualitas kebugaran berbeda dengan jenis permainan yang
tubuh dan nilai-nilai/norma yang dimainkan oleh kelompok umur yang
terkandung dalam berbagai macam lain. Hal ini disebabkan oleh
bentuk permainan kecil dengan kemampuan anak dan kesenangan anak.
pembelajaran yang lebih menyenangkan. Dari penelitian Hurlock yang diamati
Tidak semua permainan yang ada dalam waktu satu minggu diperoleh
mempunyai nilai yang mendukung kesimpulan bahwa jumlah permainan
proses tumbuh kembang dan kebugaran yang dimainkan oleh anak pada
jasmani anak, untuk itu guru penjas kelompok umur yang jumlah permainan
82

yang dimainkan oleh anak pada tahun, yang tercakup dalam program
kelompok umur yang berbeda-beda, pendidikan di taman penitipan anak,
akan berbeda juga. Adapun hasil penitipan anak pada keluarga,
penelitian itu sebagai berikut: pendidikan prasekolah baik itu swasta
 Umur 8 tahun: rata-rata ganti ataupun negeri, TK, dan SD”.
permainan 40,11% Pada masa ini sering disebut
 Umur 12 tahun: rata-rata ganti “Golden Age”, Karena pada umur 0-8
permainan 17,71%. tahun segala sesuatu yang diajarkan
Hal ini dapat terjadi sebab ada mudah diserap dan ditangkap oleh
kemungkinan bahwa anak pada memori mereka sampai dewasa. Seperti
kelompok umur lebih tua hanya yang diucapkan Fernie dalam Suyadi
mempunyai waktu luang yang sedikit, (2013) “meyakini bahwa pengalaman-
dan pada kelompok umur yang lebih pengalaman belajar awal tidak akan
muda untuk memperoleh rasa senang, pernah bisa diganti oleh pengalaman-
mereka dapat bermain tanpa alat, atau pengalaman berikutnya, kecuali
dengan alat sendiri dengan yang mereka dimodifikasi”.
peroleh dari tempat disekelilingnya. Jadi anak usia dini adalah emas
Anak-anak yang lebih muda akan yang harus diasah kemampuannya
bermain dengan aktifitas jasmani yang dengan hal-hal yang baik, untuk
lebih sedikit dibanding dengan menentukan seperti apa kelak jika
permainan anak-anak yang umurnya dewasa baik dari segi fisik, mental
lebih tua, biasanya mereka menuntut maupun kecerdasaan. Jadi sejak dini
aktifitas jasmani yang lebih berat. sudah dilatih motorik halus dan
kasarnya, dilatih otak kanan dan kirinya
Anak Usia 6 - 12 tahun. agar dengan bermacam-macam hal,
Menurut Uyu Wahyudin (2011) “Anak
untuk masa depannya. Seperti yang
usia dini adalah sosok individu yang diungkapkan. Pada masa ini proses
sedang menjalani suatu proses pertumbuhan dan perkembangan dalam
perkembangan dengan pesat dan sangat berbagai aspek seperti: fisik, sosio-
fundamental bagi kehidupan emosional, dan kognitif sedang
selanjutnya”. Anak usia dini secara mengalami masa yang tercepat dalam
umum adalah anak yang berumur di rentang perkembangan hidup manusia.
bawah 0-8 Tahun. Dalam masa-masa ini, Sedangkan anak usia 6 -12 tahun
potensi anak-anak usia dini harus di merupakan masa anak-anak tingkat akhir
rangsang dengan banyak hal agar saat yang mana anak biasanya membutuhkan
dewasa nanti skill yang dimiliki banyak pengakuan dari lingkungannya,
beragam. PAUD adalah stimulasi bagi aktivitasnya sudah mulai berat, dan anak
masa yang penuh dengan kejadian sudah mulai berfikir lebih matang serta
penting dan unik yang meletakkan dasar perkembangannya semakin pesat
bagi seseorang di masa dewasa. mengikuti stimulus yang diberikan saat
“Anak usia dini adalah anak yang masa usia dini. Ada beberapa ahli yang
berada pada rentang usia 0-8 Tahun.
mengemukakan tentang teori-teori
Untuk rentang usia anak usia dini di pertumbuhan dan perkembangan anak.
Indonesia sesuai dengan undang-undang
system Pendidikan adalah 0-6 Tahun” a. Kartini Kartono membagi masa
Tetapi berdasarkan definisi dari National perkembangan dan pertumbuhan
Association for The Education of Young anak menjadi 5, yaitu :
Children, anak usia dini merupakan 1) 0 – 2 tahun adalah masa bayi
“anak yang berada pada rentang usia 0-8
83

2) 1 – 5 tahun adalah masa kanak- c. Umur 8 – 12 tahun : koordinasi


kanak psiko motorik semakin baik,
3) 6 – 12 tahun adalah masa anak- permainan berkelompok, teratur,
anak sekolah dasar disiplin, kegiatan bermain
4) 12 – 14 adalah masa remaja merupakan kegiatan setelah
5) 14 – 17 tahun adalah masa belajar, menunjukkan minat pada
pubertas awal. hal-hal tertentu, sifat ingin tahu,
coba-coba, menyelidiki, aktif,
b. Aristoteles membagi masa dapat memisahkan persepsi
perkembangan dan pertumbuhan dengan tindakan yang
anak menjadi 3, yaitu : menggunakan logika, dapat
1) 0 – 7 tahun adalah tahap masa memahami peraturan.
anak kecil
2) 7 – 14 tahun adalah masa anak- METODE
anak, masa belajar, atau masa Penelitian dan pengembangan ini
sekolah rendah menggunakan pendekatan kuantitatif dan
3) 14 – 21 tahun adalah masa kualitatif serta menggunakan model
remaja atau pubertas, masa pengembangan Research &
peralihan dari anak menjadi Development (R & D) dari Borg dan
dewasa Gall (1983) yang terdiri dari sepuluh
Selain itu Ada beberapa langkah. Penelitian diawali dengan
karakteristik pertumbuhan dan mengumpulkan data berupa analisis
perkembangan psiko-fisik anak menurut kebutuhan. Dimana analisis kebutuhan
Kartini Kartono dalam buku Psikologi tersebut akan menggambarkan
Anak, yaitu : kebutuhan yang menjadi masalah subjek
a. Umur 1 – 6 tahun : kecakapan penelitian.
moral berkembang, aktivitas dan Setelah mengetahui kebutuhan
ruang gerak mulai aktif, apa yang sedang dibutuhkan oleh subjek
permainan bersifat individu, penelitian langkah selanjutnya adalah
sudah mengerti ruang dan waktu, menentukan rencana pengembangan
bersifat spontan dan ingin tahu, produk. Produk yang dikembangkan
warna mempunyai pengaruh nantinya akan dievaluasi terlebih dahulu
terhadap anak, suka sebelum diuji cobakan untuk mengetahui
mendengarkan dongeng. kelemahan dan kekurangannya. Hasil-
b. Umur 6 – 8 tahun : koordinasi hasil pengumpulan data dievaluasi
psiko motorik semakin sebagai dasar untuk menyempurnakan
berkembang, permainan sifatnya produk. Setelah produk disempurnakan
berkelompok, tidak terlalu selanjutnya produk tersebut dilaporkan
tergantung pada orang tua, dalam sebuah pertemuan dan dalam
kontak dengan lingkungan luar jurnal.
semakin matang, menyadari Maka dari beberapa definisi ahli
kehadiran alam disekelilingnya, di atas dapat disimpulkan bahwa
bentuk lebih berpengaruh penelitian pengembangan adalah jenis
daripada warna, rasa tanggung penelitian yang digunakan untuk
jawab mulai tumbuh, puncak membuat produk yang baru atau
kesenangan bermain adalah pada menyempurnakan produk yang telah ada
umur 8 tahun. sesuai dengan kebutuhan masyarakat,
yang dilakukan secara sistematis untuk
84

memecahkan suatu masalah dan selalu


berusaha memperoleh pengetahuan yang 3. Develop Preliminary Form Of
memiliki kebenaran sesuai fakta. Product
Langkah-langkah yang harus Dalam tahap ini adalah membuat
diikuti secara baku. Oleh karena itu, produk awal berupa rangkaian model-
peneliti menyesuaikan langkah-langkah model latihan kelentukan berbasis
penelitian pengembangan yang akan permainan untuk anak usia 6-12 tahun.
diuraikan secara jelas sesuai dengan
kondisi penelitian yang sebenarnya 4. Preliminary Field Testing
dalam bentuk flow chart. Berikut Tahap ini adalah melakukan uji
tahapan pengembangan produk disusun coba lapangan tahap awal mengunakan
dalam bagan arus (flow chart). subjek untuk melihat tingkat
kegunaannya produk yang dibuat serta
Research and Planning
Develop
Preliminary
Preliminary memberikan lembar telaah model-model
Field Testing
Information ofProduct
tersebut kepada para pakar ahli model.
Setiap pakar diminta untuk menilai
Operational Operational
Field Testing Product
Revision
Main Field
Testing
Main
Product desain model tersebut, sehingga
Revision
selanjutnya dapat diketahui kelemahan
Final Product Dissemination and
dan kekuatannya. untuk menelaahnya.
Revision Implementation

Gambar 1. Research and Development 5. Main Product Revision


(R & D) Revisi desain tahap ini dilakukan
Sumber: metode penelitian pendidikan. Jakarta: berdasarkan masukan-masukan dari hasil
Mitra Wacana Media telaah dari para ahli, hasil dari uji
lapangan tahap awal maka dilakukan
1. Research and Information perbaikan terhadap model-model
Penentuan potensi masalah dalam tersebut.
model bermain panjat tebing
berdasarkan studi pendahuluan yang 6. Main Field Testing
pernah dilakukan oleh peneliti Pada tahap ini adalah tahap uji
dilapangan dengan melakukan teknik coba lapangan utama dilakukan dengan
observasi dan wawancara. dua kali tahapan uji coba produk kecil
dan uji coba produk besar. Pengujian ini
2. Planning dapat membandingkan efektivitas dan
Pengumpulan data disini adalah efisiensi.
mengkaji berbagai literatur atau kajian
pustaka yang berhubungan tentang 7. Operational Product Revision
konsep-konsep model yang akan Tahap ini adalah tahap
dikembangkan sesuai dengan produk melakukan revisi produk operasional
akan dibuat serta mengacu kepada berdasarkan masukan dari saran-saran
analisis kebutuhan, ditelaah oleh pakar para ahli serta hasil uji lapangan utama.
dan uji coba lapangan. Perencanaan yang
dilaksanakan dengan adanya data yang 8. Operational field Testing
diperoleh, maka peneliti membuat desain Pada tahap uji coba lapangan
produk yang akan dibuat maupun operasional ini dilakukan terhadap
dikembangkan agar dapat digunakan subyek data dikumpulkan melalui
dalam latihan kelentukan berbasis wawancara dan observasi.
permainan.
85

9. Final Product Revision Teknik Analisis Data


Melakukan revisi terhadap Analisis data pada penelitian
produk akhir berdasarkan saran dari para model latihan kelentukan untuk anak
ahli serta berdasarkan uji coba lapangan usia 6 - 12 tahun di SD Negeri VI Jati
yang telah dilakukan sebelumnya. Asih bertujuan untuk menganalisis
kebutuhan model latihan kelentukan
10. Dissemination and Implementation untuk di lakukan.
Mengimplementasikan dan Adapun hasil dalam penelitian
menyebarkan prodak melalui pertemuan menggunakan tes pengukuran
atau jurnal ilmiah. Bekejasama dengan kelentukan dengan sample 60 siswa SD
penerbit untuk sosialisasi prodak serta Negeri VI Jati Asih. Hal ini dilakukan
komersial dan memantau distribusi untuk mengetahui apakah efektif atau
control. tidak model latihan kelentukan untuk
anak usia 6-12 tahun terhadap
Teknik Pengumpulan Data Penelitian peningkatan kelentukan anak usia 6 – 12
Proses pengumpulan data tahun di SD Negeri VI Jati Asih .
terhadap suatu penelitian yang peneliti Berikut di jabarkan mengenai
lakukan, maka harus memiliki cara atau hasil test awal atau pre-test dari tes
teknik untuk mendapatkan data atau pengukuran kelentukan yang sudah
informasi yang baik dan tersrtuktur serta dilakukan di SD Negeri VI Jati Asih,
akurat dari setiap apa yang diteliti, Kota Bekasi.
sehingga kebenaran informasi data yang
Tabel 2. Hasil Data Pre-Test dan Post-
diperoleh dapat
Test
dipertanggungjawabkan.
Diantara berbagai metode Subjek Pre-Test Post-Test
penelitian teknik pengumpulan data,
1 10 12
yang di gunakan dalam penelitian ini
adalah teknik Observasi dengan cara 2 7 10
melakukan tes pengukuran kelentukan
3 9 11
di SD Negeri VI Jati Asih Kota Bekasi.
Tes ini dilakukan dua kali yaitu ada pre- 4 10 13
test dan post-test. Hal ini dilakukan 5 12 13
untuk melihat sejauh mana keberhasilan
dari model latihan kelentukan ini yang 6 7 9
bertujuan untuk meningkatkan 7 10 11
kelentukan anak usia 6 – 12 tahun.
Berikut norma tes pengukuran 8 13 14
kelentukan yang menjadi acuan dalam 9 12 14
penelitian ini :
Tabel 1. Norma Tes 10 12 13
Norma Tes 11 4 7
Sangat Baik > 12,5
12 10 12
Baik 9,25 - 12,5
13 4 7
Cukup 6,45 - 9,25
14 7 9
Kurang 3,45 - 6,45
Sangat Kurang < 3,45 15 7 10
86

16 5 8 49 4 7

17 6 9 50 4 6

18 5 6 51 12 13

19 8 9 52 10 11

20 8 11 53 12 13

21 5 7 54 8 9

22 10 12 55 10 12

23 9 12 56 11 13

24 5 6 57 8 9

25 8 9 58 9 12

26 8 9 59 12 13

27 10 12 60 10 12

28 6 8 Total 468 576

29 4 5 Nilai
7,8 9,6
Rata-rata
30 9 10

31 11 12 Berdasarkan keterangan tabel


diatas terdapat perbedaan antara hasil
32 6 8
Pre-test dan Post-test yang diperoleh
33 8 9 yang sebelumnya telah di lakukan di SD
Negeri VI Jati Asih, sebelum penerapan
34 6 8
model latihan kelentukan pada anak usia
35 3 5 6 – 12 tahun melakukan pre-test atau tes
36 11 12
awal menggunakan norma tes
pengukuran kelentukan yang sudah ada
37 10 11 ntuk mengetahui yingkat kelentukan
38 4 6
yang dimiliki oleh subjek yang akan
diteliti, hasil pre-test diperoleh jumlah
39 3 5 hasil terhadap tingkat kelentukan sebesar
40 3 6 468. Setelah itu treatment diberikan
kepada anak usia 6 – 12 tahun dengan
41 7 9 menggunakan model latihan kelentukan
42 4 6 yang telah dikembangkan. Setelah
treatment diberikan maka subjek di tes
43 13 14 kembali dengan norma tes pengukuran
44 6 8 kelentukan yang sama, dan ini
dinamakan post-test yang digunakan
45 8 9 untuk mengetahui apakah terdapat
46 3 6 peningkatan terhadap tingkat kelentukan.
Berdasarkan hasil post-test maka
47 7 8 diperoleh hasil sebesar 576.
48 5 6
87

Hasil akhir produk model latihan kelentukan berbasis permainan untuk


kelentukan berbasis permainan untuk anak usia 6 – 12 tahun.
anak usia 6 – 12 tahun setelah dilakukan
penelitian dapat disimpulkan bahwa KESIMPULAN
model latihan kelentukan yang Berdasarkan data yang diperoleh
diterapkan layak dan sesuai digunakan dalam penelitian model latihan
untuk anak usia 6 – 12 tahun serta efektif kelentukan berbasis permainan untuk
dalam meningkatkan kelentukan untuk anak usia 6 - 12 tahun yang dilakukan di
anak usia 6 – 12 tahun. SD Negeri VI Jati Asih Kota Bekasi,
Model Permainan maka peneliti dapat menarik kesimpulan
Berdasarkan data yang bahwa model latihan kelentukan dapat
dikumpulkan dari ahli, yang terdiri dari : dikembangkan dan diterapkan kepada
1 ahli teori permainan terdapat beberapa anak usia 6 – 12 tahun dan juga model
rancangan produk yang perlu direvisi latihan kelentukan efektif untuk
sebelum dilakukan uji coba kelompok meningkatkan tingkat kelentukan pada
kecil dan kelompok besar. anak usia 6 – 12 tahun.
Tabel 3. Kelayakan Model Permainan
Penerimaan Model DAFTAR PUSTAKA
zNo Nama
Layak/Valid Tidak
Keterangan
Bishop C Julia, Curtis Mavis. (2005).
Layak/Valid
1 Shot The Target  Sudah dapat diterapkan Permainan Anak-anak Zaman
karena dapat dilakukan
2 Sudah dapat diterapkan
Sekarang di Sekolah Dasar.
Catch the Target 
karena dapat dilakukan Jakarta: Grasindo.
3 Clearing Area  Sudah dapat diterapkan
karena dapat dilakukan
Sudah dapat diterapkan
Borg W. R, & Gall M. D. (1983).
4 Keranjang Ajaib 
karena dapat dilakukan Educational Research: An
 Sudah dapat diterapkan
5 Memiring
karena dapat dilakukan Introduction. Fourth Edition.
6 Jala Lele  Sudah dapat diterapkan New York: Longman.
karena dapat dilakukan
7 Sudah dapat diterapkan
PongPung 
karena dapat dilakukan
Djoko Pekik Irianto. (2002). Dasar
8 Catch The Goat  Sudah dapat diterapkan Kepelatihan. Yogyakarta : FIK
karena dapat dilakukan
9 Walking in Circle  Sudah dapat diterapkan UNY.
karena dapat dilakukan
10 Move Move  Sudah dapat diterapkan Kartini Kartono. (1979). Psikologi Anak,
karena dapat dilakukan
11 Penangkap Ikan  Sudah dapat diterapkan Bandung : Penerbit Alumni.
karena dapat dilakukan
12 Benteng Susun  Sudah dapat diterapkan Meyke S. Tedjasaputra. (2001).
karena dapat dilakukan
13 Tangkap Lempar  Sudah dapat diterapkan Bermain, Mainan, dan
karena dapat dilakukan
Sudah dapat diterapkan
Permainan. Jakarta: Gramedia
14 Throw the ball  karena dapat dilakukan Widiasarana Indonesia.
oleh atlet bulutangkis
15 Transfer The ball  Sudah dapat diterapkan Purnomo Sunyo Aji, Novianty Ranni.
karena dapat dilakukan
16 Tic Tac Toe Game  Sudah dapat diterapkan (2013). 50 Games For Fun
karena dapat dilakukan
Sudah dapat diterapkan
Learning and Teaching.
17 Magic Circle in world 
karena dapat dilakukan Bandung: Yrama Widya.
18  Sudah dapat diterapkan
Naters
karena dapat dilakukan Rusli Lutan. (2000). coaching dan
aspek-aspek psikologis dalam
Uji ahli yang dilakukan oleh coaching. Depdikbud, Dirjen
peneliti terhadap dua ahli terdapat Dikti: Proyek pengembangan
beberapa saran yang membangun untuk lembaga kependidikan, Jakarta.
penyempurnaan model latihan
88

Siregar, Nofi Marlina. (2013). Bahan


Ajar Teori Bermain. Jakarta:
Program Studi Olahraga
Rekreasi.
Soemantri, M Syarif. (2016).
Berolahraga Sambil Bermain
Di Kelas Awal Sekolah Dasar.
Jakarta: Alumgadan Mandiri.
Sri Nuraini, Hartman Nugraha. (2015).
Teori dan Praktek Permainan
Kecil. Jakarta: Universitas
Negeri Jakarta.
Sujarno, Sindu Galba, Th. Ani Larasati,
Isyanti. (2013). Pemanfaatan
Permainan Tradisional dalam
Pembentukan Karakter Anak.
Yogyakarta: Balai Pelestarian
Nilai Budaya.
Sukadiyanto. (2005). Pengantar Teori
Dan Melatih Fisik. Yogyakarta:
FIK Universitas Negeri
Yogyakarta.
Suyadi, Maulidya Ulfah. (2013). Konsep
dasar PAUD. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Uyu Wahyudin, Mubiar Agustin. (2011).
Penilaian Perkembangan Anak
Usia Dini. Bandung: PT Refika
Aditama.

Anda mungkin juga menyukai