Anda di halaman 1dari 10

Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja

Perusahaan pada Sektor Keuangan


Melia Agustina Tertius dan Yulius Jogi Christiawan, SE., M.Si, Ak.
Akuntansi Bisnis Universitas Kristen Petra
Email: yulius@.petra.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh antara good corporate governance
yang diproksikan dengan dewan komisaris, komisaris independen, dan kepemilikan
manajerial terhadap kinerja perusahaan. Dewan komisaris, komisaris independen, dan
kepemilikan manajerial digunakan sebagai variabel independen. Kinerja perusahaan yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan ROA sebagai ukuran dan sebagai variabel
dependen. Penelitian ini juga menggunakan variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor keuangan tahun
2011-2013. Hipotesis dalam penelitian ini diuji menggunakan regresi linier berganda. Secara
simultan, dewan komisaris, komisaris independen, kepemilikan manajerial, dan ukuran
perusahaan mempengaruhi ROA. Secara parsial, dewan komisaris dan kepemilikan
manajerial tidak berpengaruh terhadap ROA. Sedangkan, komisaris independen dan ukuran
perusahaan berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap ROA.

Kata kunci: Good corporate governance, dewan komisaris, komisaris independen,


kepemilikan manajerial, ROA.

ABSTRACT

This study aimed to examine the effect of good corporate governance on firm performance in
finance sector company. This study used board of commissioner, independent commissioner,
and managerial ownership as good corporate governance’s proxy on the firm performance.
Board of commissioner, independent commissioner, and managerial ownership used as
independent variables. The firm performance used in this study using ROA as measurement
and dependent variable. This study also used variable control which was firm size. Samples
used in this study was finance sector company of the period of 2011-2013. The hypothesis was
tested by using multiple regression linear. Simultaneously, board of commissioner, independent
commissioner, managerial ownership, and firm size significantly affected the ROA. Partially,
board of commissioner and managerial ownership didn’t significantly affect the ROA.
Meanwhile, independent commissioner and firm size negatively and significantly affect the
ROA.

Keywords: Good corporate governance, board of commissioner, independent commissioner,


managerial ownership, ROA.

PENDAHULUAN Menurut Otoritas Jasa Keuangan (2014),


upaya pengawasan terhadap perusahaan pada
Di Indonesia, perlu dilakukan sektor keuangan ini dapat diwujudkan dengan
pengawasan terhadap perusahaan pada sektor adanya implementasi praktik tata kelola
keuangan. Hal ini dimaksudkan agar Indonesia perusahaan atau Good Corporate Governance
memiliki sistem keuangan yang sehat secara (GCG). Dengan pengawasan terhadap GCG
fundamental dan berkesinambungan (Otoritas yang diterapkan pada perusahaan diharapkan
Jasa Keuangan, 2014). Perusahaan pada sektor penerapan GCG tersebut diperbaiki dan
keuangan ini perlu diawasi juga untuk dapat ditingkatkan agar dapat meningkatkan kinerja
melindungi kepentingan konsumen dan perusahaan baik secara finansial maupun
masyarakat (Otoritas Jasa Keuangan, 2014). operasional (Otoritas Jasa Keuangan, 2014).

223
224 BUSINESS ACCOUNTING REVIEW VOL. 3, NO. 1, JANUARI 2015: 223-232

Penelitian ini menggunakan variabel Enron dan Arthur Andersen (Nur'ainy,


independen dewan komisaris, komisaris Nurcahyo, A, & B, 2013). Dibenahinya
independen, dan kepemilikan manajer peraturan yang mengatur tentang penerapan
berdasarkan replikasi atas penelitian Rehman GCG ini agar perbaikan praktik dan peraturan
& Shah (2013). Hasil penelitian yang dilakukan GCG dilakukan secara komprehensif (Otoritas
oleh Rehman & Shah (2013) pada perusahaan Jasa Keuangan, 2014). Pada tahun 2004
sektor non-keuangan pada tahun 2005-2009 ini KNKCG diubah menjadi KNKG (Komite
menunjukkan bahwa dewan komisaris Nasional Kebijakan Governance). Upaya
berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan implementasi GCG diharapkan
kinerja perusahaan, baik secara akuntansi dapat meningkatkan implementasi GCG di
maupun market based. Komisaris independen Indonesia agar sejajar dengan implementasi
berpengaruh secara positif dan signifikan GCG dengan negara-negara di ASEAN dalam
terhadap kinerja perusahaan secara market menyambut Masyarakat Ekonomi Asean pada
based dan tidak berpengaruh signifikan tahun 2015 (Otoritas Jasa Keuangan, 2014).
terhadap kinerja perusahaan secara akuntansi Penerapan GCG yang dilakukan dengan
(Rehman & Shah, 2013). Sedangkan, efektif dapat meningkatkan efisiensi dan
kepemilikan manajer berpengaruh secara pertumbuhan ekonomi sekaligus kepercayaan
negatif signifikan terhadap kinerja perusahaan investor (OECD, 2004). Peningkatan
secara akuntansi (Rehman & Shah, 2013). penerapan GCG menjadi kebutuhan yang
Sektor keuangan dipilih menjadi objek mendasar sebab investasi akan mengikuti
penelitian ini karena perusahaan sektor sektor yang mengadopsi standar tata kelola
keuangan memiliki peranan yang penting dan efisien (OECD, 2004). Perusahan yang
esential bagi suatu negara, karena melibatkan menerapkan GCG seharusnya memiliki kinerja
dana masyarakat (stakeholder). perusahaan yang baik.
Agar perusahaan sektor keuangan Berdasarkan latar belakang diatas maka
memiliki kinerja keuangan yang sehat, perumusan masalah penelitian ini adalah Apakah
berkesinambungan, dan dapat melindungi terdapat pengaruh GCG yang diproksikan dengan
kepentingan pelanggan maka perlu dewan komisaris, komisaris independen, dan
dikembangkan dengan baik penerapan GCG- kepemilikan manajerial terhadap kinerja
nya (Otoritas Jasa Keuangan, 2014). perusahaan pada sektor keuangan? Penelitian ini
Penerapan GCG yang baik didasarkan pada bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat
asas kewajaran, transparasi, akuntabilitas, pengaruh GCG yang diproksikan dengan dewan
tanggung jawab, dan kemandirian atau komisaris, komisaris independen, dan kepemilikan
independensi (Kaihatu, 2006; Gingerich & manajerial terhadap kinerja perusahaan pada
Hadiputranto, 2002). Penerapan GCG juga sektor keuangan.
dilakukan untuk meningkatkan nilai
shareholder, dan memastikan manajer Pengertian Agency Theory
melakukan kinerjanya untuk meningkatkan
return bagi pemegang saham. Selain itu juga, Definisi agency theory menurut Scott
diharapkan bahwa penerapan GCG berdampak (2003) adalah kontrak untuk memotivasi agen
baik pada kinerja perusahaan. Meskipun, untuk bertindak atas nama pemilik ketika
sampai sekarang ini penerapan GCG masih kepentingan agen sebaliknya dapat dinyatakan
menjadi tantangan bagi perusahaan untuk bertentangan dengan kepentingan pemilik.
dapat menerapkannya (Kaihatu, 2006; Yi Lin, Masing-masing pihak yang terlibat dalam
2010). kontrak berusaha untuk mendapatkan yang
Untuk mengatasi masalah-masalah GCG terbaik bagi diri mereka sendiri, maka hal
di Indonesia, pada tahun 1999 pemerintah tersebut menimbulkan konflik. Hubungan agen
membentuk Komite Nasional Kebijakan terjadi ketika pelaku menyewa agen untuk
Corporate Governance (KNKCG). Karena melakukan tugas atas nama pemilik. Pemilik
terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1990-an pada umumnya mendelegasikan pengambilan
di negara-negara Asia, muncul inisiatif untuk keputusan wewenang kepada agen. Agency
menguatkan kerangka GCG. GCG kembali theory berkaitan dengan penyelesaian masalah
diulas dan dibenahi peraturan penerapannya yang timbul dalam hubungan keagenan yaitu
(dilakukan reformasi GCG) di Indonesia ketika diantara pemilik (misalnya pemegang saham)
terjadi krisis ekonomi dunia pada tahun 1998 dan agen dari para pemilik (misalnya eksekutif
dan terjadinya kasus yang melibatkan perusahaan). Masalah ini timbul karena ketika
perusahaan besar dan KAP ternama yaitu terjadi konflik kepentingan (conflict of interest)
Tertius:: Pengaruh Good Corporate Governance 225

antara pemilik dengan agen. Akan tetapi meski insentif yang tepat bagi dewan dan manajemen
terjadi konflik kepentingan antara pemilik dan untuk mengejar tujuan-tujuan bagi kepentingan
agen, masing-masing pihak harus dapat perusahaan dan pemegang sahamnya serta
berkomitmen sesuai dengan kontrak yang telah memfasilitasi pengawasan yang efektif (OECD,
disepakati. 2004).
Kontrak antara pemilik dan agen
merupakan motivasi bagi masing-masing pihak Dewan Komisaris
untuk melakukan kinerjanya. Perusahaan
sekarang ini telah memisahkan kepemilikan Berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007 tentang
dan kontrol manajerial, dan tidak semua Perseroan Terbatas, dewan komisaris adalah organ
anggota di manajemen tingkat tinggi adalah perseroan yang bertugas melakukan pengawasan
pemilik perusahaan (Yi Lin, 2010). Dalam secara umum dan/atau khusus sesuai dengan
pemisahan ini, tidak dapat terhindarkan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada
terjadinya masalah keagenan. Akibatnya, direksi. Kerangka tata kelola perusahaan harus
menjadi tugas manajer perusahaan dan memastikan pedoman strategis perusahaan,
kepentingan bagi seluruh stakeholder untuk pemantauan yang efektif dari manajemen oleh
meminimalisir konflik kepentingan (Yi Lin, dewan komisaris, dan akuntabilitas dewan
2010). Untuk mengurangi konflik atau masalah komisaris untuk perusahaan dan para pemegang
keagenan, diperlukan suatu mekanisme saham (OECD, 2004). Pengukuran dewan
pengawasan terhadap pengelolaan komisaris yang digunakan dalam penelitian ini
perusahaan. Salah satu mekanisme yang menggunakan jumlah dewan komisaris yang ada
dipakai adalah GCG. GCG menjadi sistem yang dalam perusahaan (El-Chaarani, 2014).
memberikan petunjuk dan prinsip untuk
menyelaraskan perbedaan kepentingan, Komisaris Independen
terutama kepentingan manajer dengan
kepentingan pemegang saham (El-Chaarani, Menurut UU No. 40 Tahun 2007, anggaran
2014). Dengan meminimalkan konflik dasar perseroan dapat mengatur adanya 1 (satu)
kepentingan yang terjadi, diharapkan agen orang atau lebih Komisaris Independen. Komisaris
dapat bertindak sesuai dengan kepentingan independen (UU No. 40 Tahun 2007 tentang
pemilik yaitu meningkatkan return Perseroan Terbatas) adalah anggota dewan
perusahaan sehingga kinerja perusahaan komisaris yang tidak memiliki hubungan
meningkat. keuangan, hubungan kepengurusan, hubungan
kepemilikan saham, dan/atau hubungan keluarga
Pengertian Good Corporate Goverance (GCG) lainnya dengan anggota dewan komisaris lainnya,
direksi dan/atau pemegang saham pengendali atau
Pengertian GCG adalah satu set hubungan hubungan dengan bank, yang dapat
antara manajemen perusahaan, dewan, pemegang mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak
saham, dan pemangku kepentingan lainnya independen. BEI mewajibkan emiten memiliki
(OECD, 2004). GCG pada dasarnya berkaitan komisaris independen minimal 30% dari anggota
dengan cara semua pemangku kepentingan dewan komisaris. Pengukuran komisaris
(stakeholder) berusaha untuk memastikan bahwa independen yang digunakan dalam penelitian ini
para manajer dan karyawan internal lainnya selalu yaitu persentase jumlah komisaris independen
mengambil langkah-langkah yang tepat atau dibagi dengan total dewan komisaris (El-Chaarani,
mengadopsi mekanisme yang melindungi 2014).
kepentingan stakeholder (Al-Haddad, Alzurqan, &
Al-Sufy, 2011). Selain itu, GCG juga menetapkan Kepemilikan Manajerial
bagaimana berbagai pemegang saham dan
pemangku kepentingan, manajemen, dan dewan Kepemilikan manajerial adalah jumlah
direksi berinteraksi dalam menentukan arah dan kepemilikan saham yang dimiliki oleh pemilik,
kinerja perusahaan (Al-Haddad, Alzurqan, & Al- dewan eksekutif, dan manajemen dalam suatu
Sufy, 2011). Tujuan utama dari GCG adalah untuk perusahaan (Sujoko, 2009). Pengukuran
menciptakan sistem pengendaliaan dan kepemilikan manajerial persentase total saham
keseimbangan (check and balances) untuk dari seluruh direktur eksekutif dibandingkan
mencegah penyalahgunaan dari sumber daya dengan total saham (El-Chaarani, 2014).
perusahaan dan tetap mendorong terjadinya
pertumbuhan perusahaan (Nur'ainy, Nurcahyo, A,
& B, 2013). GGC yang baik harus memberikan
226 BUSINESS ACCOUNTING REVIEW VOL. 3, NO. 1, JANUARI 2015: 223-232

Ukuran Perusahaan manajemen karena dewan komisaris mengawasi


kinerja manajemen agar bertindak sesuai dengan
Ukuran perusahaan adalah skala yang kepentingan pemilik yaitu meningkatkan return
digunakan untuk menentukan besar kecilnya (laba) dan kesejahteraan pemilik yang diukur
suatu perusahaan (Sari, 2012). Ukuran perusahaan dengan ROA. Dengan demikian, manajer akan
adalah salah satu tolok ukur yang menunjukkan berusaha meningkatkan efisiensi penggunaan
ukuran perusahaan adalah total aset perusahaan. sumber daya perusahaan untuk menghasilkan
Ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan laba yang lebih sehingga ROA meningkat.
log total asset (El-Chaarani, 2014). Hal ini didukung dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Al-Amameh, (2014); Jacking
Kinerja Perusahaan yang Diukur dengan & Johl (2009) yang meneliti tentang GCG,
Return on Asset (ROA) struktur kepemilikan dan kinerja bank, GCG
yang diproksikan dengan ukuran dewan
Kinerja perusahaan dapat diukur dengan komisaris memiliki pengaruh positif terhadap
menggunakan rasio keuangan (Prasinta, 2012). kinerja perusahaan yang diukur dengan ROA
Investor melakukan penanaman modal salah yaitu semakin besar ukuran dewan komisaris,
satunya dengan melihat rasio profitabilitas akan meningkatkan kinerja keuangan
(Prasinta, 2012). Rasio profitabilitas yang perusahaan karena adanya teori resources
digunakan dalam penelitian ini menggunakan dependency, bahwa dengan besarnya jumlah
Return on Asset (ROA) karena dapat memberikan dewan komisaris yang lebih besar meningkatkan
gambaran tingkat pengembalian keuntungan yang akses ke berbagai sumber daya terhadap
dapat diperoleh investor atas investasinya lingkungan eksternal dan berdampak positif
(Prasinta, 2012). Selain itu dengan ROA, investor pada kinerja perusahaan. Dewan komisaris besar
dapat melihat bagaimana perusahaan yang lebih beragam, memberikan perpaduan
mengoptimalkan penggunaan asetnya untuk dapat keahlian, pengetahuan dan keterampilan (Al-
memaksimalkan laba yang juga menjadi tujuan Amameh, 2014). Penelitian lain yang dilakukan
GCG untuk menggunakan aset dengan efisien dan oleh Ibrahim dan Samad, 2011 dan Ahmad,
optimal (OECD, 2004). Tariq, Hamad, & Samad, 2014 menyatakan
ROA merupakan rasio yang digunakan bahwa board size secara signifikan
untuk mengukur kemampuan manajemen mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.
perusahaan dalam memperoleh keuntungan H1: Dewan komisaris berpengaruh positif
dengan memanfaatkan keseluruhan total aset yang signifikan terhadap ROA.
dimiliki (Attar, Islahuddin, & Shabri, 2014). ROA
mengukur seberapa efektif perusahaan dapat Komisaris Independen dan ROA
mengubah pendapatan dari pengembalian
investasinya menjadi asset. Semakin tinggi ROA Komisaris independen memiliki tugas yang
perusahaan, semakin baik. Beberapa perusahaan sama seperti dewan komisaris, dan memiliki
menekankan net margin yang tinggi untuk perbedaan dalam tugas penyelarasan kepentingan
meningkatkan ROA mereka. pemegang saham mayoritas dan minoritas dalam
Untuk menghitung ROA menggunakan rumus perusahaan. Selain itu, perbedaan komisaris
(Permata, Kusumawati, & Suryawati, 2012): independen dengan dewan komisaris adalah
komisaris independen merupakan pihak yang tidak
𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥 terafiliasi dengan perusahaan. Dengan kebenaran
𝑅𝑂𝐴 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 dan kelayakan informasi keuangan dan informasi
perusahaan lainnya maka dapat membantu
manajemen dalam pengambilan keputusan untuk
Dewan Komisaris dan ROA meningkatkan kinerja perusahaan. Komisaris
independen melakukan peran pengendali dalam
Dewan komisaris bertugas untuk mengevaluasi keputusan manajer melalui
mengawasi kinerja perusahaan dan memberi keterampilan mereka, keahlian pengetahuan dan
masukan kepada dewan direksi. Selain itu, objektivitas untuk mengurangi biaya agensi dan
dewan komisaris berperan dalam memonitor mengutamakan kepentingan pemegang saham
pelaksanaan GCG dan melakukan perubahan (Pandya, 2011). Komisaris independen diharapkan
bila perlu (FCGI, n.d.). Dengan adanya untuk bertanggung jawab untuk membawa
pengawasan dewan komisaris terhadap kinerja penilaian independen untuk menanggung pada
manajemen dapat mengurangi tindakan masalah strategi, kinerja dan sumber daya
kecurangan dan perilaku oportunistik termasuk janji kunci dan standar perilaku (Pandya,
Tertius:: Pengaruh Good Corporate Governance 227

2011). Adanya komisaris independen diharapkan demikian, kepentingan antara agen dan pemilik
dapat mengurang konsumsi manajer dan semakin akan sejalan yaitu meningkatkan return
banyaknya komisaris independen dapat memonitor perusahaan (ROA). Hal tersebut didukung oleh
perusahaan dengan lebih dekat, dan melakukan penelitian yang dilakukan El-Chaarani (2014) yang
tindakan terkait dengan tata kelola perusahaan mengukur internal ownership berdasarkan
yaitu mengurangi manajemen puncak yang kepemilikan manajer, menghasilkan bahwa
memiliki kinerja buruk (Sheikh, Khan, & Wang, internal ownership berpengaruh positif dan
2013). Dengan pemecatan manajemen puncak yang signifikan terhadap kinerja keuangan bank.
memiliki kinerja buruk tersebut, pasar merespon Kepemilikan manajer dalam penelitian tersebut,
positif sehingga ROA meningkat (Ibrahim & merupakan faktor penting yang mempengaruhi
Samad, 2011). GCG dan kinerja bank (El-Chaarani, 2014).
Hal ini didukung dengan penelitian yang Pada penelitian yang dilakukan oleh Colpan,
dilakukan oleh Brown & Caylor (2004) dan El- Yoshikawa, Hikino, & Miyoshi (2007), menyatakan
Chaarani (2014) ditemukan hubungan yang positif bahwa executive ownership yang selaras dengan
dan kuat antara independent board dengan kinerja kepentingan shareholder, eksekutif akan
perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh membawa keuntungan yang lebih tinggi karena
Beasley (1996) yang menganalisis 75 perusahaan eksekutif akan menjadi lebih berorientasi pada
yang melakukan kecurangan dan tidak melakukan profitabilitas. Jika manajemen memiliki
kecurangan, ditemukan bahwa perusahaan yang kepemilikan dalam suatu perusahaan maka
tidak melakukan kecurangan memiliki persentase manajemen akan memiliki kepentingan yang sama
anggota direktur luar lebih besar daripada dengan kepentingan pemilik. Dengan demikian,
perusahaan yang melakukan kecurangan. konflik kepentingan antara pemilik dan agen dapat
Semakin besar jumlah dari komisaris independen terhindarkan. Dengan berkurangnya konflik
dalam perusahaan menyebabkan manajemen kepentingan maka terjalin kesinambungan dalam
perusahaan tidak dapat melakukan kecurangan perusahaan yang memberikan kontribusi kepada
sehingga kinerja perusahaan bagus dan sehat. terciptanya kesejahteraan shareholder dan
Penelitian yang dilakukan oleh El-chaarani (2014) stakeholder. Hal ini didukung penelitian yang
ini menggunakan analisa regresi linier. Pada dilakukan oleh Switzer & Tang (2009) menemukan
penelitian ini, ditemukan bahwa proporsi bahwa kepemilikan CEO secara optimal selaras
proportion of independent director secara signifikan dengan kinerja perusahaan.
mempengaruhi kinerja bank. Penelitian lain yang H3: Kepemilikan manajerial berpengaruh positif
dilakukan oleh Black, Jang, & Kim (2006) signifikan terhadap ROA.
menunjukkan bahwa proportion of independent
director yang lebih besar secara kausal memiliki Ukuran Perusahaan dan ROA
harga saham yang lebih tinggi di pasar yang sedang
berkembang. Tingginya harga saham tersebut Perusahaan-perusahaan besar memiliki
menunjukkan bahwa pasar merespon positif pada akses pasar yang lebih baik daripada perusahaan
perusahaan yang memiliki proporsi komisaris kecil dan memiliki kegiatan operasional yang lebih
independen yang lebih besar. Respon positif pasar besar, sehingga kemungkinan untuk menghasilkan
dengan tingginya harga saham ini menunjukkan keuntungan yang lebih besar yang dapat
kinerja perusahaan yang baik. meningkatkan kinerja perusahaan (Purnomosidi,
H2: Komisaris independen berpengaruh positif Suhadak, Siregar, & Dzulkirom, 2014). Perusahaan
signifikan terhadap ROA besar memiliki pertumbuhan yang lebih besar
dibandingkan dengan perusahaan kecil, sehingga
Kepemilikan Manajerial dan ROA tingkat pengembalian saham perusahaan besar
lebih besar dari return saham perusahaan skala
Dengan adanya kepemilikan bagi kecil. Persistensi profitabilitas lebih besar di
manajemen, akan meningkatkan motivasi perusahaan besar, karena dibandingkan dengan
manajemen untuk bekerja dengan lebih baik dalam perusahaan yang lebih kecil, yang lebih besar
meningkatkan kinerja perusahaan. Manajemen memiliki lebih banyak akses ke sumber daya dan
akan lebih berhati-hati dalam mengambil akibatnya mereka memiliki lebih banyak
keputusan agar tidak merugikan perusahaan. fleksibilitas untuk perubahan pasar yang dinamis
Semakin besar kepemilikan manajer, maka (Salman & Yazdanfar, 2012). Dengan kondisi itu,
manajer akan berusaha maksimal untuk ada hubungan positif antara ukuran perusahaan
meningkatkan laba perusahaan (alignment of dan kinerja perusahaan.
interest) karena manajer memiliki bagian atas laba Hal ini didukung dengan penelitian yang
yang diperoleh (Jensen & Meckling, 1976). Dengan dilakukan oleh Purnomosidi, Suhadak, Siregar, &
228 BUSINESS ACCOUNTING REVIEW VOL. 3, NO. 1, JANUARI 2015: 223-232

Dzulkirom (2014), ukuran perusahaan yang (UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
mempunyai dampak positif pada nilai perusahaan. Terbatas).
Penelitian yang dilakukan oleh Al-Amameh (2014) d. Kepemilikan manajerial sebagai independent
& El-Chaarani (2014) juga menunjukkan hasil yang variable
signifikan antara ukuran perusahaan dengan Kepemilikan manajerial adalah jumlah
kinerja perusahaam. Penelitian lain yang kepemilikan saham yang dimiliki oleh pemilik,
dilakukan oleh Gill & Mathur (2011) menunjukkan dewan eksekutif, dan manajemen dalam suatu
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan perusahaan (Sujoko, 2009).
signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. e. Ukuran perusahaan sebagai variable control
Sementara itu, penelitian yang dilakukan Nur'ainy, Ukuran perusahaan adalah skala yang
Nurcahyo, A, & B (2013) menunjukkan bahwa digunakan untuk menentukan besar kecilnya
ukuran perusahaan berpengaruh positif dan suatu perusahaan (Sari, 2012).
signifikan terhadap kinerja perusahaan. Dengan
demikian, semakin besar ukuran perusahaan akan Penelitian ini menggunakan populasi dari
meningkatkan kinerja perusahaan. perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di
H4: Ukuran perusahaan berpengaruh positif Bursa Efek Indonesia Perusahaan sektor keuangan
signifikan terhadap ROA. tersebut dipilih sebagai sampel penelitian
dikarenakan memiliki peranan penting dalam
METODE PENELITIAN perekonomian Indonesia dan mengelola dana
masyarakat. Penelitian ini dilakukan pada tahun
Penelitian ini akan menguji pengaruh good 2011-2013. Dari tahun pengamatan, perusahaan
corporate governance yang diproksikan dengan sektor keuangan yang digunakan dalam penelitian
dewan komisaris, komisaris independen, dan ini berjumlah 74 perusahaan. Sebanyak 12 per-
kepemilikan manajerial terhadap kinerja usahaan tidak dapat digunakan dikarenakan
perusahaan. Penelitian ini menggunakan para- ketidak ketersediaan data yang diperlukan dalam
digma kuantitatif. Untuk menguji hipotesis meng- penelitian ini sehingga jumlah akhir yang diperoleh
gunakan analisis regresi linier berganda. Kinerja sebanyak 62 sampel.
perusahaan diukur dengan menggunakan ROA Untuk menguji hipotesis pada penelitian ini
sebagai ukuran profitability (Prasinta, 2012). digunakan data sekunder berupa laporan keuang-
Penelitian ini menganalisis hubungan antara an, laporan tahunan, dan catatan atas laporan
dependent variable dan independent variable. keuangan yang diperoleh dari website Bursa Efek
Definisi masing-masing adalah sebagai beirkut: Indonesia.

a. Return on Asset (ROA) sebagai dependent Hipotesis dalam penelitian ini akan diuji
variable dengan menggunakan regresi berganda. Model
ROA merupakan rasio yang digunakan untuk analisis yang digunakan dalam penelitian ini
mengukur kemampuan manajemen bank adalah:
dalam memperoleh keuntungan dengan ROA = α + β1DEKOM+ β2 KOMIN + β3 KMAN+ β4
memanfaatkan keseluruhan total aset yang UPER + е
dimiliki (Attar, Islahuddin, & Shabri, 2014). Keterangan:
b. Dewan komisaris sebagai independent variable ROA : Return on Asset
Organ perseroan yang bertugas melakukan α : konstanta
pengawasan secara umum dan/atau khusus β1-5 : koefisien
sesuai dengan anggaran dasar serta memberi DEKOM: Dewan Komisaris
nasihat kepada direksi (UU No. 40 Tahun 2007 KOMIN : Komisaris Independen
tentang Perseroan Terbatas). KMAN : Kepemilikan Manajerial
c. Komisaris independen sebagai independent UPER : Ukuran Perusahaan
variable e : residu atau error
Anggota dewan komisaris yang tidak memiliki
hubungan keuangan, hubungan kepengurusan,
hubungan kepemilikan saham, dan/atau HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
hubungan keluarga lainnya dengan anggota
dewan komisaris lainnya, direksi dan/atau Pada waktu pengujian asumsi klasik, terdapat
pemegang saham pengendali atau hubungan masalah normalitas dalam penelitian ini. Oleh
dengan bank, yang dapat mempengaruhi karena itu dilakukan penghapusan data outlier
kemampuannya untuk bertindak independen. agar distribusi data menjadi normal. Berikut ini
adalah data deskriptif statistik untuk varibel yang
Tertius:: Pengaruh Good Corporate Governance 229

digunakan dalam penelitian ini setelah memenuhi perusahaan efek sebesar 13,222749 dan rata-rata
uji asumsi klasik. ukuran perusahaan asuransi sebesar 11,877309.
Rata-rata ROA sub-sektor bank berjumlah 2,22%.
Tabel 1. Deskripsi Statistik Sektor Keuangan Rata-rata ROA lembaga pembiayaan sebesar
N Min Max Mean 2,30%. Rata-rata ROA perusahaan efek sebesar
159 2,51%. Rata-rata ROA sub-sektor akuntansi
DEKOM 2,00 9,00 4,3145 sebesar 4,02%. Rata-rata ROA sub-sektor
KOMIN 159 ,00 1,00 ,5352 akuntansi memiliki nilai yang paling tinggi
KMAN 159 ,000 ,46 ,0229707 dibandingkan dengan sub-sektor keuangan yang
159 lain.
UPER 10,64 14,87 12,86
ROA 159 -,02 ,08 ,0249 Tabel 3. Uji Kelayakan Model
Uji F
Tabel 1 menggambarkan deskripsi statistik Model Sum of df Mean F Sig.
untuk masing-masing variabel yang digunakan Squares Square
Jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini ,
Regression ,016 4 ,004 13,473
adalah sebesar 159 data. Rata-rata jumlah 000b
DEKOM (dewan komisaris) perusahaan sektor Residual ,046 154 ,000
keuangan adalah 4,3145. Rata-rata proporsi Total ,061 158
komisaris independen cukup besar yaitu sebesar a. Dependent Variable: ROA
53,5%. Rata-rata persentase kepemilikan b. Predictors: (Constant), UPER, KMAN, KOMIN,
manajerial cukup rendah, hanya sebesar 2,29%. DEKOM
Rata-rata ukuran perusahaan sektor keuangan
sebesar 12,86. Rata-rata ROA perusahaan sektor Pada tabel 3, uji F ini dilakukan untuk
keuangan yaitu sebesar 0,0249. mengetahui pengaruh variabel independen secara
bersama-sama (simultan) terhadap variabel
Tabel 2. Deskriptif Statistik Sub-Sektor dependen. Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa hasil
Keuangan dari uji F adalah sebesar 13,473 dengan signifikan
Rata-rata 0,000. Hasil signifikan ini signifikan pada tingkat
Bank Lemba- Perusa Asu- 0,01. Dapat disimpulkan bahwa variabel
ga Pem- -haan ransi independen yaitu dewan komisaris, komisaris
biayaan Efek independen, kepemilikan manajerial dan ukuran
perusahaan secara bersama-sama berpengaruh
Dekom 5 4 5 3 signifikan terhadap variabel dependen.
Komin 54,41 53,45% 55,83% 42,50
% % Tabel 4. Uji Kelayakan Model
Kman 1,70% 3,08% 1,43% 4,27% Koefisien Determinasi (R2)
Uper 12,99 12,96 13,22 11,87 R ,509a
R Square ,259
ROA 2,22% 2,30% 2,51% 4,02%
Adjusted R Square ,240
Std. Error of the ,01720
Berdasarkan tabel di atas, rata-rata dewan Estimate
komisaris sub-sektor bank berjumlah 5 orang.
Lembaga pembiayaan memiliki rata-rata dewan Tabel 4 menunjukkan kekuatan hubungan
komisaris 4 orang. Perusahaan efek dan asuransi antara variabel dependen dan indepdenden
masing-masing memiliki rata-rata dewan ditentukan oleh nilai R2. Nilai R2 dapat dilihat pada
komisaris sebesar 3 orang. Rata-rata proporsi tabel 4.5 pada kolom adjusted R square yaitu
komisaris independen sub-sektor bank, lembaga sebesar 0,24. Hal ini berarti kekuatan hubungan
pembiayaan, perusahaan efek, dan asuransi antara variabel dependen dan independen dalam
masing-masing berjumlah 54,41%; 53,45%; 55,83%; model regresi sebesar 24% dan sisanya (100%-24%)
dan 42,5%. Rata-rata kepemilikan manajerial sub- sebesar 76% dijelaskan oleh variabel yang lain. Hal
sektor bank, lembaga pembiayaan, perusahaan ini disebabkan banyak sekali faktor yang dapat
efek, dan asuransi masing-masing berjumlah mempengaruhi ROA. Seperti misalnya dalam
1,70%; 3,08%; 1,43% dan 4,27%. Rata-rata ukuran penelitian Sudiyatno (2013) menyatakan bahwa
perusahaan sub-sektor bank berjumlah 12,991386. risiko kredit dapat mempengaruhi ROA. Penelitian
Rata-rata ukuran perusahaan lembaga lain menurut Rehman & Shah (2013) menyatakan
pembiayaan sebesar 12,968079. Rata-rata ukuran
230 BUSINESS ACCOUNTING REVIEW VOL. 3, NO. 1, JANUARI 2015: 223-232

bahwa leverage juga dapat mempengaruhi ROA. (kemampuan perusahaan dalam hal profitabilitas
Selain itu, growth, total factor productivity, dan firm rendah). Hasil penelitian ini sesuai dengan
age dapat mempengaruhi ROA (Salman & penelitian yang dilakukan oleh Pandya (2011) yang
Yazdanfar, 2012). menyatakan bahwa proporsi komisaris independen
berpengaruh negatif terhadap ROA. Pandya (2011)
Tabel 5. Hasil Pengujian Hipotesis juga menyatakan bahwa proporsi komisaris
Model Beta t Sig Keputu- independen yang optimal dan rasional berkisar
san antara 30%-50% dikatakan efektif dalam
Cons- ,126 5,728 ,000 meningkatkan ROA. Penelitian yang dilakukan
tant oleh Pandya (2011) ini menggunakan sampel
Dekom ,001 ,795 ,428 Ho tolak industri perbankan di India. Hal ini sesuai dengan
Komin - - ,000 Ha terima penelitian yang dilakukan karena proporsi
,046 4,591 dengan komisaris independen Bank, lembaga pembiayaan,
arah yang dan perusahaan yang besar menghasilkan ROA
berbeda yang rendah dibandingkan dengan perusahaan
Kman ,030 1,509 ,133 Ho tolak asuransi (lihat tabel 2). Hal ini berarti terlalu
Uper - - ,003 Ha terima banyak proporsi komisaris independen memiliki
,006 3,063 dengan hubungan terbalik dengan ROA. Jika proporsi
arah yang komisaris independen terlalu banyak, maka kinerja
berbeda yang dilakukan tidak efektif.
Kepemilikan manajerial pada perusahaan
Tabel 5 menggambarkan model persamaan regresi sektor keuangan ini cukup rendah dari tahun 2011-
linier berganda pada penelitian ini, yaitu: 2013, yaitu berkisar pada level 2% (tabel 1 dan 2).
Rendahnya kepemilikan manajerial pada
ROA = 0,126 + 0,001 DEKOM – 0,046 KOMIN+ perusahaan sektor keuangan ini disebabkan
0,03 KMAN – 0,006 UPER beberapa perusahaan pada tahun 2011-2013 tidak
memberikan kepemilikan saham kepada
Berdasarkan hasil penelitian, dewan manajemennya. Dengan demikian, penyelarasan
komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap kepentingan pemegang saham dan agen kurang
ROA. Hal ini berarti jumlah dewan komisaris tidak dapat terwujud. Kepemilikan manajerial pada level
berpengaruh terhadap ROA. Hal ini terjadi diduga yang rendah menyebabkan manajer kurang
karena pada sektor keuangan, banyak pihak-pihak maksimal dalam menjalankan tugasnya untuk
luar yang mengawasi kinerja perusahaan sektor memaksimalkan kekayaan pemegang saham yaitu
keuangan dan regulasi yang ditetapkan agar meningkatan kinerja perusahaan dengan ROA,
perusahaan sektor keuangan memiliki kinerja serta berusaha mengalihkan sumber daya
tetap baik sehingga besar atau kecil jumlah dewan perusahaan untuk kepentingan mereka sendiri
komisaris tidak mempengaruhi ROA. Pengawasan (Jensen & Meckling, 1976). Hal ini dikarenakan,
yang dilakukan oleh dewan komisaris dalam manajer tidak seutuhnya mendapat keuntungan
jumlah besar atau kecil menghasilkan kualitas yang diperoleh, tetapi mereka juga menanggung
pengawasan yang sama. Pengawasan perusahaan biaya yang dikeluarkan untuk meningkatkan
pada sektor keuangan ini dilakukan oleh Bank keuntungan perusahaan (Jensen & Meckling,
Indonesia dan Bapepam (Badan Pengawas Pasar 1976). Dan jika kepemilikan manajerial yang
Modal dan Lembaga Keuangan) pada tahun 2011 dimiliki semakin besar, maka manajemen akan
dan 2012. Pada tahun 2013, perusahaan pada berusaha memaksimalkan kekayaan pemegang
sektor keuangan diawasi oleh Bank Indonesia dan saham (Jensen & Meckling, 1976).
OJK (Otoritas Jasa Keuangan). Adanya pihak lain Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan
yang mengawasi kinerja perusahaan sektor bahwa ukuran perusahaan berdampak negatif
keuangan ini karena perusahaan sektor keuangan signifikan terhadap ROA. Hal tersebut berarti
memiliki peran penting dalam perekonomian semakin besar ukuran perusahaan, maka ROA
Indonesia, misal dalam memberikan kredit kepada menjadi rendah (turun). ini terjadi karena diduga
badan usaha. bahwa sektor keuangan yang sebagian besar terdiri
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan atas sub sektor bank (proporsi Bank 53,45%,
bahwa komisaris independen berpengaruh negatif lembaga pembiayaan 20,69%, perusahaan efek
signifikan terhadap ROA. Hal ini menunjukkan 12,07%, asuransi 13,79%), menggunakan asetnya
bahwa semakin tinggi proposi komisaris untuk melakukan ekspansi yaitu dengan membuka
independen, maka ROA perusahaan akan turun kantor-kantor cabang baru sehingga ROA yang
dihasilkan menjadi tidak begitu tinggi. Hal tersebut
Tertius:: Pengaruh Good Corporate Governance 231

dapat dilihat pada laporan perekonomian Indonesia Attar, D., Islahuddin, & Shabri, M. (2014).
tahun 2013 yang menyebutkan bahwa dari tahun Pengaruh Penerapan Manajemen Risiko
2011-2013 terdapat jumlah kantor cabang yang terhadap Kinerja Keuangan Perbankan
selalu meningkat (2011 kisaran 12.000, 2012 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
kisaran 14.000, dan 2013 kisaran 16.000). Jurnal Akuntansi, 3(1), 10-20.
Peningkatan kantor cabang tersebut guna untuk Beasley, M. S. (1996, October). An Empirical
mendukung peningkatan akses masyarakat Analysis of The Relation Between the Board
terhadap sistem keuangan. of Director Composition and Financial
Statement Fraud. The Accounting Review,
KESIMPULAN 71(4), 443-465.
Black, B. S., Jang, H., & Kim, W. (2006). Does
Hasil penelitian yang diperoleh dalam Corporate Governance Predict Firms'
penelitian “Pengaruh Good Corporate Market Values? Evidence from Korea.
Governance terhadap Kinerja Perusahaan Journal of Law, Economics, & Organization,
Sektor Keuangan” adalah variabel independen 22, 366-413.
antara lain dewan komisaris, komisaris Brown, L. D., & Caylor, M. L. (2004, December
independen, dan kepemilikan manajerial dengan 7). Corporate Governance and Firm
variabel kontrol ukuran perusahaan secara Performance. Retrieved from
bersama-sama berpengaruh secara signifikan http://ssrn.com/paper=586423
terhadap variabel dependen yaitu ROA. Secara Colpan, A. M., Yoshikawa, T., Hikino, T., &
individual, dewan komisaris dan kepemilikan Miyoshi, H. (2007). Japanese Corporate
manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap Governance: Structural Change and
ROA. Semakin besar dewan komisaris dan Financial Performance. Asian Business &
kepemilikan manajerial maka tidak Management, 6, S89-S113.
mempengaruhi jumlah ROA yang dihasilkan. El-Chaarani, H. (2014). The Impact of
Sedangkan, komisaris independen dan ukuran Corporate Governance on the Performance
perusahaan berpengaruh negatif signifikan of Lebanese Banks. The International
terhadap ROA. Semakin besar komisaris Journal of Business and Finance Research,
independen dan ukuran perusahaan, maka ROA 8(5), 22-34.
yang dihasilkan semakin kecil atau menurun. FCGI. (n.d.). Peranan Dewan Komisaris dan
Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate
Saran untuk Manajemen Perusahaan Governance (Tata Kelola Perusahaan) Jilid
2.
Perusahaan yang perlu lebih baik lagi Gill, A., & Mathur, N. (2011). The Impact of
meningkatkan pengelolaan sumber daya dengan Board Size, CEO duality, and Corporate
lebih efisien dan optimal yaitu perusahaan sub Liquidity on the Profitability of Canadian
sektor Bank, Lembaga Pembiayaan, dan Service Firms. Journal of Applied Finance &
Perusahaan Efek karena ROA yang dihasilkan Banking, 1(3), 83-95.
tidak begitu besar, sehingga nantinya dapat Gingerich, D. J., & Hadiputranto, S. I. (2002).
memaksimalkan laba yang dihasilkan (tabel 2). Good Corporate Governance - Indonesia.
Selain itu, perusahaan juga perlu meningkatkan International Financial Law Review, 41-43.
dengan lebih baik penerapan GCG untuk dapat Ibrahim, H., & Samad, F. A. (2011, February).
meningkatkan nilai pemegang saham. Corporate Governance Mechanism and
Meningkatkan dengan lebih baik penerapan GCG Performance of Public-Listed Family-
diterapkan pada perusahaan sub-sektor Bank, Ownership in Malaysia. International
Lembaga Pembiayaan, dan Perusahaan Efek Journal of Economics and Finance 3(1), 13-
karena ROA yang dihasilkan masih belum 27
maksimal (tabel 2). Jacking, B., & Johl, S. (2009). Board Structure
and Firm Performance: Evidence from
DAFTAR REFERENSI India's Top Companies. Corporate
Governance: an International Review, 14(4),
Al-Amameh, A. (2014). Corporate Governance, 492-509. Retrieved from
Ownership Structure and Bank http://dro.deakin.edu.au/view/DU:30022719
Performance in Jordan. International Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976).
Journal of Economics and Finance, 6(6), 69- Theory of the firm: managerial behavior,
81. agency costs. Journal of Financial
Economics, 3(4), 305-360.
232 BUSINESS ACCOUNTING REVIEW VOL. 3, NO. 1, JANUARI 2015: 223-232

Kaihatu, T. S. (2006). Good Corporate Salman, A. K., & Yazdanfar, D. (2012).


Governance dan Penerapannya di Profitability in Swedish Micro Firms: a
Indonesia. Jurnal Manajemen dan Quantile Regression Approach.
Kewirausahaan 8 (1), 1-9. International Business Research, 5(8), 94-
KNKG. (2012). Prinsip Dasar Pedoman Good 106.
Corporate Governance Perbankan Indonesia. Sari, R. A. (2012). Pengaruh Karakteristik
Komite Nasional Kebijakan Governance. Perusahaan terhadap Corporate Social
Nur'ainy, R., Nurcahyo, B., A, S. K., & B, S. Responsibility Disclosure pada Perusahaan
(2013). Implementation of Good Corporate Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Governance and Its impact on Corporate Indonesia. Jurnal Nominal, 1(1), 124-140.
Performance: The Mediation Role of Firm Scott, W. R. (2003). Financial Accounting
Size (Empirical Study from Indonesia. Theory. USA: Prentice Hall.
Global Business and Management Research: Sujoko. (2009). Good Corporate Governance dan
An International Journal 5(2), 91-104. Kebijakan Keuangan Perusahaan. Untag
Obeten, O. I., Ocheni, S., & John, S. (2014, Press.
March). The Effects of Corporate Switzer, L. N., & Tang, M. (2009). The Impact
Governance on The Performance of of Corporate Governance on the
Commercial Banks in Nigeria. International Performance of U.S. Small-Cap Firms.
Journal of Public Administration and International Journal of Business, 14(4),
Management Research, 2(2), 219-234. 341-355.
OECD. (2004). The OECD Principles of UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Corporate Governance. France: Terbatas. (n.d.).
Organization for Economic Co-operation and Yi Lin, H. (2010). The Agency Problem in
Development (OECD) Publications Service. Taiwan's Corporate Governance. The
Otoritas Jasa Keuangan. (2014). Roadmap Journal of International Management
Tata Kelola Perusahaan Indonesia Menuju Studies, 5(1), 11-22.
Tata Kelola Emiten dan Perusahaan yang
Lebih Baik.
Pandya, H. (2011). Corporate Governance
Structure and Financial Performance of
Selected Indian Banks. Journal of
Management & Public Policy 2(2).4-21.
Permatasari, I., & Novitasary, I. (2014).
Pengaruh Implementasi Good Corporate
Governance terhadap Permodalan dan
Kinerja Perbankan di Indonesia:
Manajemen Risiko sebagai Variabel
Intervening. Jurnal Ekonomi Kuantitatif
Terapan, 7(1), 52-59.
Prasinta, D. (2012). Pengaruh Good Corporate
Governance Terhadap Kinerja Keuangan.
Accounting Analysis Journal 2(1), 4-17.
Purnomosidi, L., Suhadak, Siregar, H., &
Dzulkirom, M. (2014). The Influences of
Company Size, Capital Structure, Good
Corporate Governance, Inflation, Interest
Rate and Exchange Rate on Financial
Performance and Value of the Company.
Interdisciplinari Journal of Contemporary
Research in Business, 5(10), 24-42.
Rehman, A., & Shah, S. Z. (2013, July). Board
Independence, Ownership Structure and
Firm Performance: Evidence from Pakistan.
Interdisciplinary Journal Of Contemporary
Research In Business, 5(3), 832-835.
Retrieved from ijcrb.webs.com

Anda mungkin juga menyukai