Anda di halaman 1dari 8

e-Journal JJPTE Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan S1 Pendidikan Teknik Elektro (Volume 3 Tahun 2014)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXPLICIT


INSTRUCTION PADA PRAKTEK PEMASANGAN INSTALASI
LISTRIK PENERANGAN BANGUNAN SEDERHANA KELAS X
TITL DI SMK N 3 SINGARAJA GUNA MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR SISWA

Putu Wira Dharma Yudha1, Dr. I Putu Suka Arsa,ST.,MT2,I Wayan


Sutaya,S.T.,M.T 3

Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik dan Kejuruan


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: wirayudha43@yahoo.com, arsaganesha@yahoo.co.id,


sutaya.elkt@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan Hasil Belajar Praktek Mata Pelajaran
Pemasangan Instalasi Listrik Penerangan Bangunan Sederhana pada siswa kelas X TITL 2
(Teknik Instalasi Tenga Listrik) SMK N 3 Singaraja Tahun Pelajaran 2012/2013 melalui model
pembelajaran Explicit Instruction. Metode Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
melalui 2 siklus, dimana setiap siklus terdiri dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi
observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas X TITL 2 yang berjumlah 30
orang. Indikator kinerja pada penelitian ini adalah siswa dikatakan tuntas dalam belajar, bila
nilai hasil evaluasi ≥75. Melalui penerapan metode pembelajaran Explicit Instruction
(Pengajaran Langsung), pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan
belajar siswa tentang pengetahuan proseduran dan pengetahuan deklaratif yang dapat
diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah. Berkaitan dengan hal tersebut hasil belajar
siswa cenderung akan meningkat. Berdasarkan analisis data menunjukkan adanya
peningkatan hasil belajar praktek siswa pada mata pelajaranPemasangan instalasi listrik
Penerangan Bangunan Sederhana. Hal ini ditunjukan dengan adanya peningkatan hasil
belajar pada akhir siklus I didapat angka pencapaian nilai rata-rata sebesar 70,89 dengan
daya serap (DS) 70,89% dan ketuntasan Belajar (KB) sebesar 56,6%. Sedangkan pada akhir
siklus II angka pencapaian nilai rata-rata sebesar 82,76 dengan daya serap (DS) 82,76% dan
ketuntasan Belajar (KB) sebesar 83,3%. Sedangkan untuk resspon siswa tehadap model
pembelajaran Explicit Instruction dapat dilihat bahwa dari 30 orang siswa, sebanyak 11 orang
siswa atau 36,6% dari jumlah siswa memberikan respon yang sangat positif terhadap
penerapan metode Eplicit Instruction ini dengan rentangan skor 45-50. Sedangakan sebanyak
19 orang siswa atau sekitar 63,3% memberikan respon positif dengan rentangan skor 40-44,5.
Dengan jumlah skor respon siswa diperoleh sebesar 1339 sehingga skor rata-rata respon
siswa sebesar 44, 63 dengan kategori fositif.
Hasil Belajar, Model Pembelajaran Explicit Instruction.

Abstract

This study aims to improve the results of Study Subjects Practice Installation Electrical
Installation Simple Building Illumination in class X TITL 2 (Power Plectrical Installation
Engineering) SMK N 3 Singaraja academic year 2012/2013 through Explicit Instruction
teaching model. Methods This study was a classroom action research through 2 cycles, with
each cycle consisting of planning, implementation, evaluation, observation, and reflection. The
subjects were students of class X TITL 2 which amounts to 30 people. Performance indicators
in this study were students completed the study said, if the value of the evaluation results ≥75.

1
2

Through the application of learning methods Explicit Instruction (Direct Teaching), direct
instruction specifically designed to develop students' learning about proseduran knowledge
and declarative knowledge that can be taught with the pattern step by step. Related to that
student learning outcomes are likely to increase. Based on the analysis of the data showed an
increase in the practice of student learning outcomes in eyes pelajaranPemasangan Simple
Building Illumination electrical installations. This is evidenced by an increase in learning
outcomes at the end of the first cycle attainment figures obtained an average value of 70.89
with absorption (DS) 70.89% and completeness Learning (KB) by 56.6%. While at the end of
the second cycle number achieving an average score of 82.76 with absorption (DS) 82.76%
and completeness Learning (KB) of 83.3%. As for the students resspon tehadap Explicit
Instruction teaching model can be seen that of the 30 students, a total of 11 students or 36.6%
of the students responded very positively to the implementation of this Instruction Eplicit
method with a score range of 45-50. While the students were 19 or about 63.3% gave a
positive response with a range of scores from 40 to 44.5. With a total score student responses
obtained for 1339 so that the average score student responses at 44, 63 with fositif category.
learning outcomes, learning model explicit instruction.

PENDAHULUAN “Model pembelajaran adalah


Pendidikan memegang peranan suatu perencanaan atau suatu pola
penting dalam mempersiapkan sumber yang digunakan sebagai pedoman
daya manusia bagi kehidupan di masa dalam merencanakan pembelajaran di
yang akan datang. Pendidikan menjadi kelas atau pembelajaran dalam tutorial
salah satu indikator dalam menentukan dan untuk menentukan perangkat-
indeks pembangunan manusia di suatu perangkat pembelajaran termasuk
negara. Di Indonesia pendidikan telah didalamnya buku-buku, film, komputer,
mengalami perkembangan dari waktu ke kurikulum, dan lain-lain”, (Joyce dalam
waktu dalam segala aspek Trianto, 2011 :5) . Model pembelajaran
pembelajaran mulai dari sarana, yang tepat sangat berpengaruh dengan
fasilitas, media pembelajaran, teknologi hasil atau output dari siswa. Model
pendidikan dan tenaga pengajar. pembelajaran yang digunakan dapat
Demikian pula di dalam menghadapi disesuaikan dengan karakteristik
kehidupan global yang kompetitif dan materi yang diajarkan. Setiap mata
inovatif, pembelajaran dituntut untuk pembelajaran memiliki sifat maupun
mengembangkan sikap inovatif dan ciri khusus yang berbeda dengan mata
selalu ingin meningkatkan kualitas. pelajaran yang lainnya, sehingga perlu
Tingginya kualitas pengajaran pemikiran yang matang untuk
dan pembelajaran tergantung pada menerapkan model yang tepat untuk
komponen-komponen pembelajaran suatu kompetensi yang diajarkan, salah
yang bekerja didalamnya. “Komponen satunya materi pemasangan instalasi
dalam pembelajaran dapat berupa listrik. Materi tersebut sangat menuntut
tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar siswa untuk cekatan dan terampil dalam
mengajar, metode, alat, sumber proses pembelajaran berlangsung.
pelajaran, dan evaluasi (Djamarah, Berdasarkan observasi yang
2010:41)”. Komponen- komponen peneliti lakukan, sesuai dengan data
pembelajaran tersebut apabila saling yang sudah dilampirkan pada lampiran
bekerjasama akan dapat mendukung 1, peneliti menemukan permasalahan
proses pembelajaran dengan baik, pada rendahnya hasil belajar siswa
maka dapat membuat pembelajaran khususnya pada mata pelajaran Praktek
berkualitas dan hasil belajar yang Pemasangan Instalasi Listrik
diperoleh pun akan optimal. Selain Penerangan Bangunan Sederhana
komponen- komponen tersebut, yang dimana untuk Kreteria Ketuntasan
dapat mempengaruhi hasil belajar siswa Minimal (KKM) pada SMK N 3 Singaraja
adalah model pembelajaran. yang harus dicapai oleh siswa sebesar
3

75,00. Siswa dinyatakan tuntas apabila menyenangkan dan semangat dalam


siswa mampu memperoleh skor hasil belajar khususnya dalam proses
belajar diatas 75,00 atau sama dengan pembelajaran pemasangan instalasi
75,00 begitu juga sebaliknya apabila listrik penerangan bangunan sederhana.
siswa memperoleh skor hasil belajar Latihan yang dilakukan guru saat
dibawah 75,00 maka siswa tersebut observasi berlangsung, banyak siswa
dinyatakan belum tuntas dalam proses yang keliru didalam proses
pembelajaran. Sesuai data yang pembelajaran yang paling terlihat
diperoleh dalam ulangan harian yang adalah padasaat proses praktikum,
dilaksanakan oleh guru, dimana tes hasil salahsatu contoh siswa yang aktif hanya
belajar dilaksanakan sebanyak lima kali, itu-itu saja, sehingga berakibat pada
dari kegiatan tersebut diperoleh data hasil belajar siswa menjadi kurang
dengan merata-ratakan hasil ulangan optimal.
harian sehingga memperoleh data dari Model Explicit Instruction
30 siswa yang mengikuti tes hasil belajar merupakan salah satu model
hanya 14 orang siswa yang mampu pembelajaran yang menekankan pada
memperoleh hasil belajar diatas 75,00 pendekatan guru dan siswa secara
dengan ketuntasan klasikalnya personal sehingga siswa dapat lebih
mencapai 46,66% dan rata-rata nilai mengerti tentang materi yang diajarkan
hasil belajar hanya mencapai 73,92. Dari dengan adanya bimbingan dari guru.
hal tersebut hasil belajar siswa pada Model Explicit Instruction atau model
mata pelajaran Praktek Pemasangan pembelajaran langsung khusus
Instalasi Listrik Penerangan Bangunan dirancang untuk mengembangkan
Sederhana belum optimal. Peneliti belajar siswa tentang pengetahuan
mengharapkan siswa mampu mencapai proseduran dan pengetahuan deklaratif
ketuntasan belajar sebesar 80% dengan yang dapat diajarkan dengan pola
rata-rata hasil belajar mencapai 80,00. selangkah demi selangkah. Hal ini dapat
Berdasarkan pengamatan lebih mendekatkan siswa dengan guru
dilapangan, proses belajar mengajar secara intern sehingga siswa tidak malu
kususnya dalam mata pelajaran lagi dalam bertanya tentang hal yang
pemasangan instalasi listrik penerangan belum mereka pahami.
bangunan sederhana masih terfokus Hal ini senada dengan hasil
pada guru dan kurang terfokus pada penelitian dari Yunita Noni Angelia
siswa. Akibatnya siswa mudah bosan dan Pramudi Utomo (2012) bahwa
tidak memperhatikan guru saat proses Model Explicit Instruction pada mata
belajar mengajar berlangsung. Dalam pelajaran desain grafis menggunakan
kegiatan belajar mengajar, keaktifan media power point dapat meningkatkan
siswa sangat diperlukan karena suasana hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA
kelas yang aktif dan kondusif dapat Negeri 11 Yogyakarta yang diterapkan
meningkatkan kemampuan siswa dalam dalam materi penggunaan perangkat
berpikir secara sistematis, dan lunak pembuat animasi. Penelitian Dwi
memperluas wawasan siswa. Dalam Qirana Shali , (2012) bahwa sebelum
pokok bahasan yang terkait dengan dilakukan tindakan hanya ada 3 orang
mata pelajaran pemasangan instalasi siswa yang nilainya sudah memenuhi
listrik penerangan bangunan sederhana KKM atau sekitar 8,57 %, dan setelah
selain menuntut keterampilan dari dilakukan uji coba 3 siklus terjadi
siswa, keaktifan siswa juga sangat peningkatan menjadi 29 orang siswa
mempengaruhi dalam proses belajar sekitar 82,86 %. “Keterampilan adalah
mengajar, karena keaktifan siswa akan pola kegiatan yang bertujuan, yang
menumbuhkan suasana yang memerlukan manipulasi dan koordinasi
4

informasi yang dipelajari (Sudjana, A. Siklus I


2010a:17)”. 1. Perencanaan
Dalam hal ini keterampilan Sebelum melaksanakan tindakan
dirancang sebagai proses komunikasi maka perlu tindakan persiapan.
belajar untuk mengubah perilaku siswa Kegiatan pada tahap ini adalah :
menjadi cekat, cepat dan tepat. Perilaku a. Penyusunan RPP dengan
terampil ini dibutuhkan dalam model pembelajaran yang
keterampilan hidup manusia di direncanakan dalam PTK.
masyarakat. Keterampilan siswa b. Penyusunan lembar
dalam belajar bahan yang diajarkan juga masalah/lembar kerja siswa
akan mempengaruhi hasil belajar sesuai dengan indikator
mereka. pembelajaran yang ingin dicapai
Berdasarkan latar belakang dan c. Membuat soal test yang akan
permasalahan diatas, maka penulis diadakan untuk mengetahui
tertarik untuk mengadakan penelitian hasil pemebelajaran siswa.
dengan judul “Penerapan Model d. Memberikan penjelasan pada
Pembelajaran Explicit Instruction Pada siswa mengenai teknik
Praktek pemasangan instalasi listrik pelaksanaan model
penerangan bangunan sederhana Kelas pembelajaran yang akan
X TITL di SMK N 3 Singaraja Guna dilaksanakan
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa”. 2. Pelaksanaan Tindakan
a. Tindakan
Melaksanakan kegiatan
sesuai dengan rencana
METODE PENELITAN pembelajaran yang telah
Jenis penelitian ini adalah penelitian dibuat. Dalam pelaksanaan
tindakan kelas (PTK) yang bersifat penelitian guru menjadi
reflektif, partisipatif, kolaboratif, dan fasilitator selama
spiral, bertujuan untuk melakukan pembelajaran, siswa
perbaikan-perbaikan terhadap sistim, dibimbing untuk belajar
cara kerja, proses, isi, dan kompetensi praktek dengan menggunakan
atau situasi pembelajaran. PTK yaitu model pembelajaran Explicit
suatu kegaitan menguji cobakan suatu Intruction Adapun langkah –
ide ke dalam praktik atau situasi nyata langkah yang dilakukan
dalam harapan kegiatan tersebut adalah (sesuaikan dengan
mampu memperbaiki dan meningkatkan scenario pembelajaran)
kualitas proses belajar mengajar ( b. Kegiatan penutup
Riyanto, 2001) Di akhir pelaksanaan
Berdasarkan observasi awal yang pembelajaran pada tiap siklus,
dilakukan proses pembelajaran yang guru memberikan test secara
dilakukan adalah model pembelajaran tertulis dalam bentuk objektif
Explicit Instruction Penelitian ini akan untuk mengevalausi hasil
dilaksanakan dalam 2 siklus . Setiap belajar siswa selama proses
siklus tediri dari perencanaan, pembelajaran berlangsung.
pelaksanaan tindakan, observasi, 3. Observasi
refleksi. Pengamatan dilakukan selama
proses proses pembelajaran
berlangsung dan hendaknya
pengamat melakukan kolaborasi
dalam pelaksanaannya.
5

4. Refleksi kurang tidak ada dan sangat kurang


Pada tahap ini dilakukan tidak ada. Ketuntasan belajar siswa
analisis data yang telah kelas X TITL 2 dengan penerapan
diperoleh. Hasil analisis data metode Explicit Instruction diperoleh
yang telah ada dipergunakan sebanyak 25 (83,3%) orang siswa tuntas
untuk melakukan evaluasi dengan nilai diatas 75 dan siswa yang
terhadap proses dan hasil yang belum tuntas sebanyak 5 orang (16,6%).
ingin dicapai. Karena target yang ingin dicapai dalam
Refleksi daimaksudkan sebagai penelitian tindakan kelas ini yaitu rata-
upaya untuk mengkaji apa yang rata (M) sebesar 80, daya serap (DS)
telah atau belum terjadi, apa sebesar 80% dan ketuntasan belajar
yang dihasilkan,kenapa hal itu (KB) 80%, maka untuk siklus II yang
terjadi dan apa yang perlu sudah mencapai target yaitu rata-rata
dilakukan selanjutnya. Hasil kelas (M) 82,76 daya serap (DS) yaitu
refleksi digunakan untuk 82,76% dan ketuntasan belajar (KB)
menetapkan langkah 83,3%,
selanjutnya dalam upaya unttuk
menghasilkan perbaikan pada
siklus II PEMBAHASAN
B. Siklus II Berdasarkan uraian hasil penelitian di
Kegiatan pada siklus dua pada atas, peneliti dapat mengidentifikasi
dasarnya sama dengan pada siklus I adanya beberapa hal yang dianggap
hanya saja perencanaan kegiatan penting sehubungan dengan
mendasarkan pada hasil refleksi pada pelaksanaan pembelajaran
siklus I sehingga lebih mengarah Pemasangan Instalasi Penerangan
pada perbaikan pada pelaksanaan Bangunan Sederhana di kelas X TITL 2
siklus I. dengan penerapan metode
pembelajaran Explicit Instruction. Hal
tersebut dibahas berdasarkan logika,
HASIL DAN PEMBAHASAN kajian teori dan temuan-temuan pada
pada Siklus I siswa yang berda pada penelitian yang relevan.
kategori amat baik sebanyak 2 orang Hasil penelitian yang telah
(6.6%) dengan keterangan tuntas, dilaksanakan dalam dua siklus
kategori baik 15 orang (50%) dengan menunjukkan bahwa penerapan metode
keterangan tuntas, kategori cukup 5 pembelajaran Explicit Instruction dapat
orang (16,6%) dengan keterangan tidak meningkatkan hasil belajar siswa pada
tuntas, kategori kurang 8 orang mata pelajaran Pemasangan Instalasi
(26,6%).Ketuntasan belajar siswa kelas Listrik Penerangan Bangunan
X TITL 2 dengan penerapan metode Sederhana di kelas X TITL 2 SMK N 3
Explicit Instruction diperoleh sebanyak Singaraja. Hal ini ditunjukkan dengan
17 (56,6%) orang siswa tuntas dengan peningkatan hasil belajar siswa, dimana
nilai diatas 75 dan siswa yang belum pada siklus I, rata-rata hasil belajar
tuntas sebanyak 13 orang (43’30%). siswa hanya mencapai 70,89 dengan
Penelitian dilanjutkan pada siklus II daya serap (DS) 70,89% dan ketuntasan
dimana siswa yang berda pada kategori Belajar (KB) sebesar 56,6%. Dari 30
amat baik sebanyak 15 orang (50%) jumlah siswa dengan kategori cukup.
dengan keterangan tuntas, kategori baik Hal tersebut disebabkan oleh beberapa
10 orang (33,3%) dengan keterangan faktor, antara lain karena kurangnya
tuntas, kategori cukup 5 orang (16,6%) pemahaman siswa terhadap metode
dengan keterangan tidak tuntas, kategori yang diterapkan dan siswa masih
6

merasa asing dengan metode tersebut. sekolah sesuai dengan teori Slameto
Dengan kondisi seperti itu, maka (1995).
seorang guru diharapkan mampu Meningkatnya hasil belajar siswa
menjelaskan secara detail dan disebabkan karena penerapan metode
sistematis tentang metode yang pembelajaran Explicit Instruction secara
dipergunakan, sehingga siswa lebih benar, baik dan tepat, dapat
mudah memahami dan melaksanakan, mengoptimalkan proses pembelajaran
sehingga hasil belajar yang di capai secara holistik, baik aspek kognitif,
sesuai dengan yang diharapkan. afektif maupun psikomotorik siswa,
Hasil belajar siswa mengalami sehingga proses belajar mengajar
peningkatan pada siklus II, Hal ini menjadi aktif, kreatif, efektif dan
disebabkan karena pada siklus II menyenangkan.
metode yang diterapkan sudah dipahami Dengan demikian, untuk mengatasi
dengan baik oleh siswa, karena metode beragam permasalahan yang ditemui
tersebut sudah pernah dialami atau guru maupun siswa dalam
diterapkan pada Siklus I. pembelajaran, guru dapat
Untuk hasil belajar yang mengaplikasikan metode pembelajaran
diperoleh siswa pada siklus II Explicit Instruction. Penerapan metode
mengalami peningkatan yang signifikan, Explicit Instruction dapat dijadikan
yakni pada siklus I : Rata-rata Kelas (M) sebagai salah satu pilihan alternatif
71,66; Daya Serap (DS) 71,66 %; dan dalam upaya peningkatan hasil belajar
Ketuntasan Belajar (KB) 62,5%; siswa.
meningkat pada siklus II menjadi Rata- Untuk persentase peningkatan
rata Kelas (M) 82,76; Daya Serap (DS) ketuntasan belajar diawali dari data
82,76%; dan Ketuntasan Belajar (KB) observasi awal. Dari observasi awal
83,3%. Hal ini berarti pada siklus II diperoleh ketuntasan belajar siswa
semua target penelitian yang ditetapkan sebesar 46,66%, kemudian setelah
telah terlampaui dan dapat dinyatakan, dilakukannya penerapan metode
penelitian di kelas X TITL 2 SMK Negeri pembelajaran Explicit Instruction pada
3 Singaraja dengan penerapan metode Siklus I peningkatan ketuntasan belajar
pembelajaran Explicit Instruction untuk mencapai 56,6%, dari data tersebut
mata pelajaran Pemasangan Instalasi peningkatan ketuntasan belajar
Penerangan Bangunan Sederhana, mencapai 21,30%. Dilanjutkan pada
berhasil dengan baik. siklus II siswa mampu memperoleh
Peningkatan hasil belajar ketuntasan belajar sebesar 83,3%,
mengalami peningkatan yang signifikan berpatokan pada data siklus I
disebabkan oleh karena siswa sudah peningkatan ketuntasan belajar
lebih terbiasa dengan metode mencapai 47,17%. Dari data tersebut
pembelajaran Explicit Instruction serta dapat disimpulkan peningkatan
secara psikologi siswa lebih bisa ketuntasan belajar dari data observasi
menerimanya. Begitu pula guru sudah awal dengan data pada siklus II, siswa
bisa menerapkan metode pembelajaran mengalami peningkatan ketuntasan
tersebut dengan baik. Karena tinggi belajar sebesar 78,53%.
rendahnya hasil belajar yang dicapai
oleh siswa dipengaruhi oleh faktor
internal yaitu faktor yang berasal dari diri
siswa dan psikologi dan faktor eksternal
seperti orang tua, guru atau tenaga
pendidik, keadaan ekonomi maupun
7

PENUTUP dari:http://blog.elearning.unesa.
Penerapan penerapan metode ac.id/alim-sumarno/perumusan-
pembelajaran Explicit Instruction pada evaluasipembelajaran-
pembelajaran Pemasangan Instalasi berbasis-kompetensi. Diakses
Penerangan Bangunan Sederhana tanggal 15 Agustus 2013.
dapat meningkatkan hasil belajar siswa Arikunto, Suharsimi. (1997). Prosedur
kelas X TITL2 SMK Negeri 3 Singaraja. Penelitian, Rineka Cipta :
Hal ini dapat dilihat berdasarkan data Yogyakarta.
hasil belajar siswa dari observasi awal .................................. (2002). Prosedur
yang dilakukan, ketuntasan klasikal Penelitian, Rineka Cipta :
siswa hanya mencapai 46,66%, akan Yogyakarta.
tetapi setelah dilaksanakannya .................................. (2006). Prosedur
penerapan metode pembelajaran Penelitian, Rineka Cipta :
Explicit Instruction siswa yang tuntas Yogyakarta.
dalam proses pembelajaran untuk siklus ...................................(2010). Prosedur
I sebesar 56,6% dan pada siklus II penelitian : Suatu Pendekatan
sebesar 83,3%, dengan persentase Praktik. (Edisi Revisi). Jakarta :
peningkatan dari data ketuntasan belajar Rineka Cipta
pada observasi awal dengan data Aqib Zainal. (2006). Penelitian Tindakan
ketuntasan belajar siklus I sebesar Kelas Bagi Pengembangan
21,30%, dari ketuntasan belajar pada Guru.Bandung: Irama Widya.
siklus I dengan ketuntasan belajar pada Chauhan, s. S. (2012) Innovations in
siklus II sebesar 47,17% dan untuk data Teaching Learning Process.
ketuntasan belajar pada observasi awal New Delhi : Vikas Publishing
dengan data ketuntasan belajar pada House PVT LTD.
siklus II sebesar 78,53 %. Penelitian ini Djamarah, Zain. 2010. Strategi Belajar
dapat dikategorikan berhasil karena Mengajar. Jakarta : Rineka
sudah mencapai target yaitu rata-rata Cipta.
kelas (M) 82,76 daya serap (DS) yaitu Dwi Qirana. S. dkk (2012).
82,76% dan ketuntasan belajar (KB) Penerapan model Explicit
83,3%. Instruction dalam Memenuhi
Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) Pada Mata Pelajaran
Teknologi Informasi dan
DAFTAR PUSTAKA Komunikasi Kelas VIII SMP
Arends. Dalam Trianto. 2011. Negeri 11 Cirebon. Jurnal
Mendesain Model Nasional 7(1): 38–60.
Pembelajaran Inovatif Progresif Hasan Sadly dan Echols John. M.,
Konsep, Landasan Dan Metode-Metode Mengajar,,
Implementasinya Pada Jakarta: Gramedia, 1977.
Kurikulum Tingkat Satuan Hopkins, D. (1993). A Teacher’s guide to
Pendidikan (KTSP). Jakarta: classroom research. Second
Kencana Prenada Group. edition. Buchingkam-
Ali, Lukman, dkk. (1995). Kamus Besar philadeplia: Open University
Bahasa Indonesia Edisi Kedua, Press.
Depdikbud,Balai Pustaka, Iru dan La Ode Saifun Arihi. (2012).
Jakarta Analisis Penerapan
Alim Sumarno. (2011). Pengertian Pendekatan, Metode, Strategi
Pendidikan Keterampilan. dan Model – Model
Diambil
8

Pembelajaran. Yogyakarta: pendekatan Explicit Instruction


Multi Persada. untuk meningkatkan hasil
Joyce. Dalam Trianto 2011. Mendesaian belajar mengidentifikasi
Model Pembelajaran Inovative dokumen- dokumen kantor
Progresif. Jakarta:Kencana. pada siswa kelas X AP SMK
Kardi, S. dan Nur, M. 2000. Pengajaran Negeri 1 Brebes. Jurnal
Langsung. Dalam Trianto,. Nasional 14(2): 121-141.Sudjana,
2011. Mendesain Model Nana. 2010. Penilaian Hasil
Pembelajaran Inovatif- Proses Belajar Mengajar.
Progresif. Jakarta : Kencana Bandung: Remaja Rosdakarya.
Kemmis, S., & Wilkinson, M. (1993). Sugiyono, (2008). Metode Penelitian
Participatory action research Kunatitatif Kualitatif dan R&D.
and the study of practice. In B. Bandung Alfabeta.
Atweh, S. Kemmis, & P. Weeks Suharsimi.1993. Prosedur Penelitian
(Eds.), Action research in Suatu Pendekatan Praktek.
practice partnerhips for social Jakarta: Rineka Cipta
justice in education (pp. 21-36). Suryabrata, Sumadi. 1989.
London:Routledge. Psikologi Pendidikan. Jakarta:
Munandar, Utami. 1992, CV. Rajawali.
Mengembangkan Bakat & Yunita. N. dan Pramudi. U. (2012),
Kreativitas Anak Sekolah, peningkatan hasil belajar
Jakarta: PT.Gramedia Pustaka siswa menggunakan media
Utama Muhibbin Syah. (1995). power point dan animasi
Psikologi Belajar. Jakarta: PT. berbasis macromedia flash
Raja Grafindo Persada dengan model explicit
Nawawi ,Hadari. (1981). Metode-Metode instruction pada mata pelajaran
Mengajar. Jakarta : Pustaka desain grafis kelas XI IPA di
Pelajar. SMA Negeri 11 Yogyakarta.
Nurkancana, Wayan dan P.P.N. Jurnal Nasional 2(1): 159–173.
Sunartana. 1990. Evaluasi
Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional.
Paul B. Diedrich dalam Munir. 2008.
Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar. Jakarta. Rajagrafindo
Persada.
Rochiati Wiriaatmadja. (2005). Metode
Penelitian Tindakan Kelas
untuk Meningkatkan Kinerja
Guru dan Dosen. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Sanjaya, W. 2006. Strategi
Pembelajaran. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Soekamto. Dalam Trianto 2011.
Mendesain Model
Pembelajaran Innovative
Progreesif. Jakarta: Kencana
Soimah. S . (2013). penerapan model
pengajaran langsung melalui

Anda mungkin juga menyukai