“SIRUP PARASETAMOL”
Dosen Pengampu: Putri Nur Rahmawati S,farm., Apt
Disusun oleh :
1. Asterina Try Ayuning Tias (1012016008)
2. Julia Dwi Nur Maulidiah (1012016015)
3. Indri Dewi Yunitasari (1012016020)
2.5 Paracetamol
Acetaminophen adalah salah satu derivate dari para aminofenol.
Acetaminophen merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik yang
sama. Efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzen.
Acetaminophen di Indonesia lebih dikenal dengan nama paraceta mol
dan tersedia dalam golongan obat bebas. Walaupun demikian, laporan
kerusakan fatal hepar akibat over dosis akut perlu diperhatikan. Efek
samping dari paracetamol dapat beruapa reaksi alergi terhadap derivate para –
aminofenol tetapi hal ini jarang terjadi. Manifestasinya berupa aritema atau
urtikaria dan gejala yang lebih berat berupa demam dan lesi pada mukosa.
Penggunaan semua jenis analgesic dosis besar secara menahun terutama dalam
kombinasi berpotensi menyebabkan nefropati analgesic dan kerusakan hati.
Efek analgesic parasetamol serupa dengan salisilat yaitu
menghilangkan atau mengurangi rasa n ye r i ringan sampai
s e d a n g . K e d u a n ya menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang
diduga juga berdasarkan efek sentral seperti pada salisilat. Efek anti
inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu paracetamol tidak digunakan sebagai
antireumatik. Paracetamol merupakan penghambat biosintesis PG yang lemah.
Efek iritasi, erosi dan pendarahan lambung tidak terlihat pada obat ini,
demikian juga gangguan pernapasan dan keseimbangan asam –
basa.(Farmakologi FK UI, edisi 5; halaman : 238).
Paracetamol di absorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna.
Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan
waktu paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh.
Dalam plasma 25% paracetamol dan 30% fenasetin terikat protein plasma. Kedua
obat ini d i m e t a b o l i s m e o l e h e n z i m m i c r o s o m h a t i . S e b a g i a n
p a r a c e t a m o l ( 8 0 % ) d i konjugasi dengan asam glukoronat dan sebagian kecil
lainnya dengan asam sulfat. Selain itu kedua obat ini di ekskresi melalui
ginjal, sebagian kecil paracetamol(3%) dan sebagian besar dalam bentuk
konjugasi.
Paracetamol digunakan sebagai analgesik dan antipiretik. Sebagai analgetik
lainnya paracetamol sebaiknya tidak di berikan terlalu lama karena
kemungkinan menimbulkan nefropati. Jika dosis terapi tidak memberikan
manfaat, biasanya dosis besar tidak menolong. Karena hamper tidak mengiritasi
lambung, paracetamol sering dikombinasikan dengan AINS untuk analgesic.
Penggunaan paracetamol tidak diberikan kepada penderita yang hipersensitiv
terhadap acetaminophen dan penderita yang mempunyai ganguan fungsi
hati. Efek samping jarang sekali terjadi adanya alergi pada kulit, alergi silang
dengan salisilat, leucopenia, neutropenia, panzikopenia,
methemoglobinemia, nefopati analgesic(pada penyalahgunaan kronis), tumor
pada saluran pembuangan urine. Pada dosis tinggi, kerusakan hati yang berat dan
mungkin lethal disebabkan oleh pembentukan metabolit yang reaktif dan toksik
(Farmakologi danToksikologi III : 225)
2.6 Monografi Bahan
a. Paracetamol (Asetaminopen)
Timbang propilenglikol
Timbang sirup simplex 15, 3 ml
sebanyak 13,5 ml campurkan
masukkan kedalam campuran
ke dalam campuran di atas
bahan diatas aduk ad homogen
aduk ad larut
Anief, Moh. 1988. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada.
Depkes RI, 2005. Ilmu Resep Teori. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Fessenden dan Fessenden. 1992. Kimia Organik, Cetakan ketiga, Jilid I. Jakarta :
Penerbit.
Erlangga.
Lachman, L., H.A. Lieberman, and J.L. Kanig. 1994. Teori dan Praktek
Farmasi Industri, Jilid II, Edisi III. Jakarta : Universitas Indonesia.
.