Anda di halaman 1dari 31

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan saat ini sedang

mengembangkan Gerakan Sekolah Sehat, Aman, Ramah Anak, dan


Menyenangkan. Sekolah Sehat, Aman, Ramah Anak, dan Menyenangkan
sesungguhnya bukanlah hal yang baru dalam dunia pendidikan karena
beberapa sekolah sudah melaksanakan gerakan ini baik secara parsial
maupun komprehensif dalam aktivitas kesehariannya.

Guna menyamakan persepsi tentang Sekolah Sehat, Aman, Ramah Anak,


dan Menyenangkan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah
menerbitkan Pedoman Gerakan Sekolah Sehat, Aman, Ramah Anak, dan
Menyenangkan yang di dalamnya berisi Standar Sekolah Sehat, Aman,
Ramah Anak, dan Menyenangkan

A. Sekolah Sehat
1. Pengertian Sekolah Sehat
Sehat adalah keadaan badan dan jiwa yang baik. Artinya, sesuatu
dikatakan sehat jika secara lahiriah, batiniah, dan sosial berjalan secara
normal dan baik, sehingga memungkinkan sesuatu dapat produktif, baik
secara sosial maupun ekonomis. Jika hal ini dikaitkan dengan lembaga
pendidikan, maka sekolah sehat dapat dimaknai sebagai adalah lembaga
pendidikan yang memiliki unsur-unsur yang baik (normal) secara lahiriah
(jasmani) dan batiniah (rohani).

Sekolah sehat pada prinsipnya terfokus pada usaha bagaimana membuat


sekolah tersebut memiliki kondisi lingkungan belajar yang normal (tidak
sakit) baik secara jasmani maupun rohani. Hal ini ditandai dengan situasi
sekolah yang bersih, indah, tertib, dan menjunjung tinggi nilai-nilai
kekeluargaan dalam kerangka mencapai kesejahteraan lahir dan batin
setiap warga sekolah. Dengan begitu, sekolah sehat memungkinkan setiap
warganya dapat melakukan aktivitas yang bermanfaat, berdaya guna dan
berhasil guna untuk sekolah tersebut dan lingkungan di luar sekolah.

==============================================

==============================================

2. Standar Sekolah Sehat

1. Memiliki lingkungan sekolah bersih, indah, tertib, rindang dan


memiliki penghijauan yang memadai.
2. Memiliki tempat pembuangan dan pengelolaan sampah yang
memadai dan representatif.
3. Memiliki air bersih yang memadai dan memenuhi syarat kesehatan.
4. Memiliki kantin dan petugas kantin yang bersih dan rapi, serta
menyediakan menu bergizi seimbang.
5. Memiliki saluran pembuangan air tertutup dan tidak menimbulkan
bau tak menyenangkan.
6. Memiliki ruang kelas yang memenuhi syarat kesehatan
(ventilasi/AC dan pencahayaan cukup).
7. Memiliki ruang kelas yang representatif dengan ratio kepadatan
jumlah siswa di dalam kelas adalah 1: 2 m2.
8. Memiliki sarana dan prasarana pembelajaran memenuhi standar
kesehatan, kenyamanan dan keamanan.
9. Memiliki ruang dan peralatan UKS yang ideal. (tersedia tempat
tidur; timbangan berat badan, alat ukur tinggi badan, snellen chart;
kotak P3K berisi obat; lemari obat, buku rujukan, KMS, poster-
poster, struktur organisasi, jadwal piket, tempat cuci
tangan/wastafel, data angka kesakitan siswa; peralatan perawatan
gigi, unit gigi; contoh-contoh model organ tubuh, rangka torso dan
lain-lain).
10. Memiliki toilet (WC) dengan ratio untuk siswi 1 : 25 dan siswa 1: 40.
11. Memiliki taman/kebun sekolah yang dimanfaatkan dan diberi tabel
(untuk sarana belajar) dan pengolahan hasil kebun.
12. Memiliki kurikulum pembelajaran yang baik bagi tumbuh kembang
siswa.
13. Memiliki kehidupan sekolah yang menjunjung tinggi nilai-nilai
kekeluargaan.
14. Memiliki pola hidup bersih, higienis dan sehat

B. Sekolah Aman
1. Pengertian Sekolah Aman
Aman adalah situasi dimana seseorang bebas dari bahaya dan rasa takut.
Dengan demikian, sekolah aman adalah lembaga pendidikan yang
warganya bebas dari bahaya baik secara internal maupun eksternal.
Pada prinsipinya sekolah aman dapat dibedakan menjadi dua hal, yakni
aman secara jasmani (fisik) dan rohani (mental). Prinsip-prinsip sekolah
aman dapat dilihat dari beberapa indikator, seperti warganya bebas rasa
takut dari segala ancaman keamanan sekolah, memiliki komitmen
terhadap budaya aman, suasana kondusif untuk belajar, hubungan antar
warga sekolah positif, sadar terhadap resiko bencana, lingkungan fisik
(gedung, halaman dan ruang, ruang kelas) dibangun dengan
mempertimbangkan faktor keamanan warganya, memiliki rencana yang
matang dan mampu sebelum, saat, dan sesudah bencana dan selalu siap
untuk merespon pada saat darurat dan bencana terjadi, dan sebagainya.

2. Standar Sekolah Aman

1. Bebas dari intimidasi dan tindak kekerasan (bullying) baik yang


berasal dari dalam lingkungan maupun luar lingkungan sekolah
2. Bebas dari rasa sentimen yang bersifat suku, agama ras antar
golongan (SARA).
3. Bebas dari pengaruh narkotika, obat-obat terlarang dan zat-zat
adaptif (narkoba), serta minum-minuman keras (miras).
4. Bebas dari rokok dan asap rokok
5. Bebas dari pornografi dan pornoaksi.
6. Bebas dari pelecehan seksual baik dari dalam maupun dari luar
sekolah.
7. Bebas dari pemerasan baik yang berasal dari dalam lingkungan
sekolah maupun luar sekolah.
8. Bebas dari rasa khawatir kehilangan sesuatu benda atau barang
yang dibawa ke sekolah.
9. Bebas dari pengaruh pemikiran yang tidak sesuai ajaran agama,
budaya, dan nilai-nilai kehidupan sosial baik yang berasal dari
dalam lingkungan sekolah maupun luar lingkungan sekolah.
10. Aman dari bencana alam (gempa bumi dan tsunami, letusan
gunung api, angin topan, banjir dan longsor, kekeringan, kebakaran
hutan dan lahan).Aman dari bencana non alam (wabah penyakit,
mal praktik teknologi, kelaparan). Aman dari bencana sosial
(kerusuhan sosial, konflik sosial).
11. Aman dari praktik-praktik vandalisme (coret-coret yang tidak pada
tempat selayaknya) dan kekerasan visual (terhindar dari
penempelan gambar-gambar yang tidak edukatif di lingkungan
sekolah.
12. Memiliki sarana prasarana yang memadai yang menjamin rasa
aman seluruh warga sekolah (seperti memiliki pagar dan pintu
gerbang yang dapat dikunci, kaca jendela yang tidak mudah pecah,
dll.).
13. Memiliki aturan sekolah yang disepakati secara bersama-sama dan
dapat ditegakkan dengan baik.
14. Memiliki pendidikan pencegahan dan pengurangan resiko bencana.
15. Memiliki petugas keamanan yang dapat melaksanakan tugas
dengan baik.
16. Memiliki hubungan yang baik dengan kepolisian, TNI, tokoh
masyarakat, dan tokoh agama, lembaga lain yang mendukung
program keamanan sekolah.
C. Sekolah Ramah Anak
1. Pengertian Sekolah Ramah Anak
Ramah dapat dimaknai baik hati dan menarik budi pekertinya atau manis
tutur kata dan sikapnya. Jika hal ini dikaitkan dengan lembaga
pendidikan, maka Sekolah Ramah Anak dapat dimaknai sebagai sekolah
yang menjunjung tinggi hak-hak anak sebagai pribadi yang harus didik
dengan perasaan dan budi pekerti yang baik.
Prinsip dari sekolah ramah anak adalah menjadikan kepentingan dan
kebutuhan siswa sebagai pertimbangan utama dalam menetapkan setiap
keputusan dan tindakan yang diambil oleh pengelola dan penyelenggara
pendidikan.
Dengan demikian, Sekolah Ramah Anak harus menghormati hak siswa
ketika mengekspresikan pandangannya dalam segala hal khususnya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya, sehingga siswa
merasa nyaman dan menyenangkan dalam proses belajar di sekolah.
Selain itu, sekolah ramah anak harus menjamin kesempatan setiap siswa
untuk menikmati haknya dalam pendidikan tanpa diskriminasi
berdasarkan disabilitas, gender, suku bangsa, agama, jenis kecerdasan,
dan latar belakang orang tua.
Sekolah Ramah Anak juga harus mempertimbangkan situasi sekolah yang
aman, bersih dan sehat, peduli dan berbudaya lingkungan hidup, mampu
menjamin; memenuhi; menghargai hak-hak dan perlindungan siswa dari
kekerasan, diskriminasi, dan perlakuan tidak wajar lainnya, serta
menjamin keikutsertaan siswa dalam perencanaan, kebijakan,
pembelajaran, pengawasan dan mekanisme pengaduan terkait
pemenuhan hak dan perlindungan siswa dalam menempuh pendidikan.

2. Standar Sekolah Ramah Anak

1. Setiap siswa dapat menikmati haknya dalam pendidikan tanpa


diskriminasi berdasarkan disabilitas, gender, suku bangsa, jenis
kecerdasan, agama dan latar belakang orang tua.
2. Setiap siswa memiliki kebebasan mengekspresikan pandangannya
tentang ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya.
3. Memiliki kurikulum dan metode pembelajaran yang ramah bagi
siswa (student centred teaching) dengan mengutamakan nilai-nilai
kecintaan, kasih sayang, empatik, simpatik, keteladanan, tanggung
jawab, dan rasa hormat pada siswa.
4. Memiliki guru dan tenaga kependidikan yang mampu memfasilitasi
bakat, minat, dan jenis kecerdasan siswa.
5. Memiliki lingkungan dan infrastruktur sekolah yang aman,
nyaman, bersahabat, sehat, dan bersih, hijau, dengan konstruksi
bangunan yang memenuhi SNI.
6. Memiliki program kerja sekolah yang mempertimbangkan aspek
pertumbuhan kepribadian siswa.
7. Memiliki program kerja keselamatan siswa sejak dari rumah ke
sekolah dan/atau keselamatan di sekolah.
8. Setiap warga sekolah memiliki kesadaran tinggi terhadap resiko
bencana alam, bencana sosial, kekerasan (bullying) dan ancaman
lainnya terhadap siswa.
9. Melibatkan partisipasi siswa pada semua aspek kehidupan sekolah
dan kegiatan sekolah.
10. Tersedianya organisasi kesiswaan yang berorintasi pada
perkembangan dan karakter siswa.
11. Terciptanya kerja sama yang harmonis antara keluarga, sekolah,
dan masyarakat.
12. Menjamin transparansi, akuntabilitas, partisipasi, keterbukaan
informasi, dan penegakkan aturan sekolah.

D. Sekolah Menyenangkan
1. Pengertian Sekolah Menyenangkan
Senang berarti perasaan puas, lega, tidak kecewa ataupun susah. Dengan
demikian, sekolah menyenangkan dapat diartikan sebagai sekolah yang
mampu membuat semua warga sekolah senang, puas, lega akan situasi
sekolah. Sekolah menyenangkan tidak hanya tertuju pada upaya
bagaimana membuat peserta didik betah ke sekolah, namun juga
menyenangkan bagi guru, tenaga kependidikan, bahkan orang tua peserta
didik.
Pada prinsipnya konsep sekolah menyenangkan merupakan perpaduan
dari konsep sekolah sehat, amat, dan ramah anak. Mengapa demikian?
Karena ketika prinsip-prinsip sekolah sehat, aman, dan ramah anak
sudah terpenuhi, maka secara otomatis sekolah tersebut menjadi
menyenangkan bagi peserta didik, guru, tenaga kependidikan, orang tua,
dan warga sekitar sekolah.

Dengan begitu, sekolah menyenangkan menjadi tempat terbaik bagi


setiap warga sekolah untuk mengekspresikan bakat, minat, dan prestasi
yang dimilikinya, bukan menjadi tempat yang mengasingkan. Mereka pun
menjadi bagian dari sekolah itu karena sekolah memberi ruang bagi
perkembangan warga sekolah, terutama peserta didik. sehingga mereka
tidak terasing dari sekolah tersebut.
2. Standar Sekolah Menyenangkan

1. Siswa menikmati belajar di sekolah


2. Guru menikmati mendidik di sekolah
3. Siswa tertantang dengan kegiatan kegiatan di sekolah
4. Siswa mengembangkan kompetensi, tidak hanya mendapat nilai
tinggi semata
5. Siswa mempelajari ketrampilan dan tidak hanya fakta-fakta
ketrampilan
6. Nilai-nilai moral menjadi fokus dan diteladankan oleh setiap
anggota komunitas sekolah
7. Cukup atmosfer inklusif dimana semua siswa dihargai berdasar jati
diri mereka dan apa yang mereka bisa
8. Isu-isu penting bullying dan sebagai aspek sosial dan emosional lain
dalam kehidupan sekolah di diskusikan secara terbuka dan positif
9. Kemampuan untuk berfikir sendiri didorong dan dikembangkan
bagi seluruh siswa
10. Sekolah memiliki unsur kesenangan dan keriangan
11. Aspek-aspek seperti ingin tahu, kekaguman, keberanian, kegigihan
dan ketahanan didorong dan disambut secara aktif
12. Guru terbuka terhadap ide-ide baru dan tertarik melakukan
berbagai kegiatan bersama
13. Sekolah mengikuti perkembangan terbaru dalam dunia pendidikan
dan pembelajaran
14. Sekolah mengikuti perkembangan terbaru dalam dunia tehnologi
pendidikan
15. Harapan yang tinggi juga di sematkan kepada para guru dan
pengelola sekolah, seperti juga disematkan kepada para siswa.
16. Kepala Sekolah “terlihat” dan mudah diajak berinteraksi.
17. Siswa disadarkan bahwa mengeluarkan yang terbaik dari diri
sendiri tidak harus berarti menjadi lebih baik dari orang lain.
18. Sekolah terbuka hal-hal diluar dugaan (yang positif).
19. Siswa diajak berfikir tentang, berinteraksi dengan, dan berusaha
berkontribusi pada kehidupan di luar dinding sekolah.
20. Sekolah sadar bahwa pembelajaran adalah sesuatu yang bisa
dilakukan siswa kapanpun, dimanapun dan hanya sebagian yang
perlu dilakukan di dinding sekolah.
21. Komunitas sekolah terbentang sampai keluar dinding sekolah
(melibatkan masyarakat).
22. Proses belajar mengajar di dalam sekolah memasukkan berbagai
fariasi kemungkinan dan kesempatan pembelajaran.
23. Siswa diberi kesempatan untuk bertanggung jawab terhadab
sesuatu dan untuk memailto:vuthaihoc.ttud@gmail.comngambil keputusan
yang berdampak penting.
24. Hasil pembelajaran yang didapatkan cukup sebagai bekal siswa
untuk melangkah kefase hidup berikutnya.
25. Resepsionis, Guru, Petugas Kebersihan dan seluruh staf sekolah
tersenyum terhadap orang tua dan pengunjung sekolah.

Terima kasih telah membaca tulisan ini, semoga bermanfaat.

PERENCANAAN SEKOLAH RAMAH ANAK (SRA)

DI SD NEGERI GEBUGAN 01 KECAMATAN BERGAS

KABUPATEN SEMARANG

Oleh

Jumriyah, S.Pd, M.Pd

( Kepsek SD Negeri Gebugan 01,Bergas,Semarang )

Abstrak

Jumriyah, 2014, Perencanaan Sekolah Ramah Anak (SRA) Di SD Negeri


Gbugan 01 Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan (1) peran serta guru (2)
peran orang tua,masyarakat dan komite dalam perencanaan sekolah ramah
anak). (3) Menciptakan sebuah perencanaan sekolah ramah anak yang
partisipatif di SD Negeri Gebugan 01.

Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan


angket. Teknik analisis data dilakukan dengan pengumpulan data, reduksi
data, penyajian data, dan kesimpulan. Uji keabsahan data dalam penelitian
ini menggunakan triangulasi sumber dengan validasi oleh pakar dan diuji
keefektifan produk dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD).

Hasil penelitian ini adalah (1) Peran serta guru dalam perencanaan sekolah
ramah anak (SRA) antara lain dalam memilih dan merencanakan metode
pembelajaran yang menyenangkan dan berorientasi kepada siswa,penuh
kasih sayang dalam melayani siswa serta berpartisipasi dalam menentukan
langkah-langkah prencanaan yang ramah anak. (2) Peran serta orang
tua, masyarakat dalam perencanaan sekolah ramah anak
antara kepedulian dalam pengembangan sekolah, dan keikutsertaan dalam
pembuatan rencana kerja sekolah (RKS). (3) Meghasilkan sebuah
perencanaan sekolah ramah anak yang terdiri atas 12 indikator yang
divalidasi dan diuji keefektifannya sampai menjadi sebuah perencanaan
yang siap dilaksanakan di sekolah.

Kata Kunci: Perencanaan Sekolah Ramah Anak (SRA).

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah sebuah hak asasi sekaligus sebuah sarana untuk


merealisasikan hak-hak asasi manusia lainnya.Sebagai hak pemampuan,
pendidikan adalah sarana utama bagi setiap orang termasuk anak-anak
yang mengalami hambatan secara ekonomi, sosial dan geografis untuk
tumbuh kembang mandiri termasuk untuk berpartisipasi dalam
pembangunan berkelanjutan. Pendidikan memiliki peran penting untuk
memberdayakan perempuan, melindungi anak-anak perempuan dan laki-
laki dari eksploitasi kerja dan eksploitasi seksual yang berbahaya,
mempromosikan hak asasi manusia dan demokrasi, melindungi lingkungan
hidup, dan mengendalikan pertumbuhan populasi. Pendidikan merupakan
aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa, oleh karena itu setiap warga
negara wajib mengikuti jenjang pendidikan baik jenjang pendidikan usia
dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, atas
maupun pendidikan tinggi (Munandar, 2012:3).

Berangkat dari kesadaran akan potensi strategis anak untuk sebuah


bangsa, pemerintah mencoba menjadikan seluruh kota di Indonesia
sebagai kota yang peduli terhadap anak. Hal ini direalisasikan oleh
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak pada 2006
yang menjadikan Kota Surakarta, Malang, Jambi, Padang, Manado dan
Kupang sebagai pilot project pengembangan Kota Layak Anak (KLA). KLA
adalah kabupaten/kota yang mempunyai sistem pembangunan berbasis
hak anak melalui pengintegrasian komitmen dan sumberdaya pemerintah,
masyarakat dan dunia usaha yang terencana secara menyeluruh dan
berkelanjutan dalam kebijakan, program dan kegiatan untuk menjamin
terpenuhinya hak anak (Permen PP dan PA No. 11 Tahun 2011).

Pemerintah dan Pemerintah Daerah sudah melaksanakan berbagai upaya


dalam menjalankan kewajiban negara untuk menghormati, melindungi dan
memenuhi hak konstitusi warga negara dalam menikmati pendidikan.
Namun demikian, masih diperlukan peningkatan layanan prima dalam hal
ketersediaan, keterjangkauan, kualitas/mutu dan relevansi, kesetaraan dan
kepastian/keterjaminan dalam pemenuhan hak pendidikan anak perempuan
dan anak laki-laki termasuk anak-anak yang memerlukan pendidikan
khusus dan pendidikan layanan khusus. Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak RI (KPP dan PA) sesuai tugas pokok
dan fungsinya berupaya melakukan sosialisasi dan advokasi bersama
Kementerian dan Lembaga terkait untuk menyusun kebijakan, program,
kegiatan dalam upaya pemenuhan hak pendidikan anak.

Penelitian yang dilakukan oleh UNICEF pada tahun 2006 di Jawa Tengah,
Sulawesi Selatan dan Sumatra Utara mengungkapkan bahwa hampir 80%
guru pernah memberikan sangsi berupa hukuman
termasuk hukuman verbal. Selain itu juga menunjukkan bahwa sebagian
besar tindakan kekerasan pada anak dilakukan oleh orang-orang di sekitar
anak diantaranya orang tua, guru dan teman-temannya (Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Tengah, 2013: 4).

Selain hasil pemetaan bentuk kekerasan di sekolah dalam rangka


pengembangan Sekolah ramah anak melalui konsultasi guru dan siswa di
kabupaten Klaten, Kabupaten Pemalang mulai Juni 2012 yang telah lalu,
menunjukkan bahwa terdapat kekerasan terhadap murid di SD/MI,
SMP/MTs maupun SLTA baik kekerasan fisik, psikis maupun seksual yang
dilakukan guru, teman termasuk kakak kelas, maupun penjaga sekolah,
orang tua dan orang di sekitar sekolah (Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Tengah, 2013:4).

Supiandi, dkk (2012: 9) menyatakan bahwa Sekolah Ramah Anak adalah


sekolah/madrasah yang aman, bersih, sehat,rindang, inklusif dan nyaman
bagi perkembangan fisik, kognisi dan psikososial anak perempuan dan
anak laki-laki termasuk anak yang memerlukan pendidikan khusus dan/atau
pendidikan layanan khusus.

Sekolah Ramah Anak adalah sekolah yang secara sadar berupaya


menjamin dan memenuhi hak-hak anak dalam setiap aspek kehidupan
secara terencana dan bertanggung jawab (Risnawati, 2013: 1). Prinsip
utama adalah non diskriminasi kepentingan, hak hidup serta penghargaan
terhadap anak. Sebagaimana dalam bunyi pasal 4 UU No.23/2002 tentang
perlindungan anak, menyebutkan bahwa anak mempunyai hak untuk dapat
hidup tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai harkat
dan martabat kemanusiaan, serta mendapatkan perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi. Disebutkan di atas salah satunya adalah
berpartisipasi yang dijabarkan sebagai hak untuk berpendapat dan
didengarkan suaranya. Sekolah Ramah Anak adalah sekolah yang terbuka
melibatkan anak untuk berpartisipasi dalam segala kegiatan, kehidupan
sosial,serta mendorong tumbuh kembang dan kesejahteraan anak.

Program sekolah ramah anak bertujuan memberikan kesejahteraan pada


siswa di sekolah dengan mengutamakan hak-hak anak yang meliputi hak
hidup, hak tumbuh kembang, hak perlindungan, dan hak mendapat
pendidikan. Dalam pelaksanaan program, manajemen sekolah harus ramah
terhadap siswa dengan melibatkan siswa dalam pembuatan peraturan
sekolah untuk disepakati bersama; manajemen kelas disesuaikan pada
perkembangan dan kebutuhan psikologis siswa; tata kelola dan bangunan
sekolah yang ramah untuk keselamatan siswa; menjadikan program
sebagai budaya yang tercermin dari perilaku warga sekolah dengan
membangun hubungan baik antar warga sekolah melalui sikap yang ramah
dan tidak menggunakan kekerasan pada siswa; dalam model pembelajaran
guru menerapkan pembelajaran PAIKEM dilengkapi nilai-nilai universal
melalui pendekatan motivasi, bersifat demokratis dan mendidik siswa
dengan cinta. Dengan adanya program ini diharapkan sekolah dengan
tugas dan fungsinya tetap mampu memberikan help and support pada
siswa dengan hakikat ramah sebagai pelaksana pendidikan.

Ada beberapa ciri-ciri Sekolah Ramah Anak yang ditinjau dari beberapa
aspek antara lain (a) Sikap terhadap murid, (b) Metode Pembelajaran, (c)
Penataan Kelas, dan (d) Lingkungan Kelas (Umy, 2010: 7-8). Selain itu
sekolah harus menciptakan suasan kondusif agar anak merasa nyaman
dan dapat bebas berekspresi sesuai potensinya. Agar suasana kondusif
tersebut tercipta, maka ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan sesuai
dengan panduan dari Dinas Pendidikan Jawa Tengah (2013: 11-12)
sebagai berikut (a) Program sekolah yang sesuai, (b) Lingkungan sekolah
yang mendukung, dan (c) Aspek sarana prasarana yang memadai.

Sekolah ramah anak adalah model sekolah yang lebih banyak memberikan
prasangka baik kepada anak, guru menyadari tentang potensi yang
berbeda dari semua peserta didiknya sehingga dalam memberikan
kesempatan kepada siswanya dalam memilih kegiatan dan aktivitas
bermain yang sesuai dengan minat dan bakatnya, Aqib (2008:55).

Dunia pendidikan kita masih banyak kekerasan terhadap anak yang terjadi
di Indonesia dimana kebanyakan kekerasan itu oleh orang terdekat si anak
tersebut. Berdasarkan data dari BPS tahun 2006, guru menyumbang angka
3 % untuk kekerasan anak yang dilakukan di sekolah. Bentuk kekerasan di
sekolah beragam, seperti kekerasan fisik, psikis, kekerasan verbal, dan
kekerasan seksual (Bapedda) Surakarta, 2013.Oleh karena itu, lingkungan
yang nyaman dan ramah bagi tumbuh kembang anak tidak hanya terbatas
pada lingkungan keluarga saja, tetapi lebih luas lagi dalam lingkungan
masyarakat. Sebuah penelitian tentang pelaksanaan sekolah ramah anak
yang dilakukan oleh Balgia (2013) yang berjudul “Child Friendly School
Initiative At Three Primary Health Centers Of Belgaum District, Karnataka”
menyatakan bahwa untuk menjadi sekolah ramah anak setidaknya ada 10
komitmen yang harus di penuhi oleh sekolah yaitu (1) Tidak ada hukuman
fisik, (2) jumlah ruang kelas yang memadai, (3) lingkungan yang aman dan
tepat untuk sekolah, (4) air minum yang higienis, (5) ruang kantin yang
bersih, (6) sekolah melakukan kegitan refresing bagi siswa, (7) ruang kelas
yang terang dan nyaman, (8) check-up kesehatan secara berkala setelah
sekolah, (9) Fasilitas untuk pertolongan pertama dalam keadaan darurat,
dan (10) jumlah toilet yang memadai.

Kondisi real yang ada di SD Negeri Gebugan 01 belum memenuhi syarat


sebagai sekolah ramah anak. Dari hasil pra observasi yang dilakukan
peneliti diperoleh gambaran kondisi real dilapangan sebagai berikut:

1. Belum memiliki pagar pelindung sekolah.

2. Sarana air bersih sangat terbatas

3. Kamar mandi/WC siswa dan guru belum standar

4. Sarana prasaran belum memadai (hanya 6 ruang kelas dan 1 rung guru)

5. Halaman sekolah masih tanah

6. Jaminan keamanan masih kurang karena sering terjadi pencurian

7. Pelayanan kantin sekolah masih belum layak

8. Kegiatan kesiswaan yang menonjol (Karawitan, rebana, komputer)


proses latihannya bergantian dengan ruang kelas.

9. Guru mengajar monoton tidak kreatif dan minim alat peraga

10. Guru tidak menguasai IT

11. Sering terjadi perkelahian,dan tindakan sanksi kekerasan di sekolah


seperti menjewer,mencubit,memukul dll.

Gambaran di atas menjadi fakor pendorong bagi peneliti untuk melakukan


sebuah perencanaan sekolah yang ramah anak. Alasannya adalah apabila
kondisi tersebut terus dibiarkan maka SD Negeri gebugan 01 tidak bisa
melaksanakan proses pembelajaran yang ramah anak dan tujuan
pendidikan tidak dapat terwujud.
Sekolah Ramah Anak (SRA) ini bisa terwujud apabila pusat pendidikan
(sekolah, keluarga dan masyarakat) bisa saling bahu membahu
membangun Sekolah Ramah Anak (SRA) tersebut.Sehingga diperlukan
adanya perencanaan yang matang agar pelaksanaannya dapat berjalan
lancar. Perencanaan yang dapat dilakukan oleh sekolah antara lain
penyusunan program sekolah yang sesuai, penciptaan lingkungan sekolah
yang mendukung seperti tersedianya pagar pelindung di lingkungan sekitar
sekolah, akses air minum yang sehat serta kelengkapan sarana dan
prasarana yang memadai seperti kantin yang bersih, kamar mandi yang
bersih,serta pelayanan kepada yang ramah anak dst. Oleh sebab itu
diperlukan adanya partisipasi secara aktif oleh seluruh anggota sekolah
yaitu kepala sekolah, guru, orang tua siswa, komite sekolah serta
stakeholder.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan


penelitian dengan judul “Perencanaan Sekolah Ramah Anak (SRA) Di SD
Negeri Gebugan 01 Kecamatan Bergas”. Penelitian ini bertujuan untuk
peran guru,orang tua,masyarakat dan komite sekolah untuk menghasilkan
sebuah perencanaan sekolah ramah anak yang partisipatif di SD Negeri
Gebugan 01 Kecamatan Bergas.

METODE PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah,tujuan dan manfaatnya jenis penelitian yang


tepat adalah pengembangan.

Menurut Sugiyono (2009: 297) menyatakan bahwa metode pengembangan


adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk
tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Dalam penelitian ini,
pengembangan yang dilakukan hanya sampai tahapan revisi
produk tanpa uji coba pemakaian dan produksi massal karena produk yang
dihasilkan dalam penelitian ini hanya
berupa perencanaan sebagai rekomendasi bagi sekolah tidak sampai pada
implementasinya.

Menurut Sugiyono (2009: 198) langkah-langkah penelitian dan


pengembangan ditunjukkan pada gambar dibawah ini.

Potensi

Dan masalah

Pengum-
pulan Data

Desain Produk

Validasi Desain

Revisi Desain

Uji Coba Produk

Revisi Produk

Uji Coba Pemakaian

Revisi Produk

Produksi Masal

Gambar.1

Langkah-langkah penggunaan metode research and


development (Sugiyono, 2009: 298)

Penelitian pengembangan ini hanya sampai pada tahap hasil revisi produk
tidak sampai pada uji coba pemakaian dan produksi massal karena
penelitian ini hanya menghasilkan sebuah perencanaan tanpa
implementasi. Berikut ini adalah langkah-langkah penelitian pengembangan
dalam penelitian sampai dengan menghasilkan produk perencanaan.

Tahap Pendahuluan

(Pengumpulan Data)

Tahap Studi Pengembangan melalui:

A. EDS

B. Vsisi Misi Sekolah

C. Analsis SWOT

D. Renstra
E. Strategi

Desain produk Perencanaan SRA

Validasi Pakar dalam rapat K3S

Uji Keefektifan Produk melalui FGD

Gambar 3

Tahapan penelitian pengembangan

Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan bahwa pengembangan dalam


penelitian ini hanya sampai pada revisi hasil uji coba produk tidak sampai
pada tahap uji coba pemakaian dan produksi massal alasanya karena
produk yang dihasilkan hanya sampai pada sebuah perencanaan yang
diharapkan dapat dipakai sebagai salah satu rekomendasi bagi
sekolah dalam melaksanakan program sekolah ramah anak di SD
Negeri Gebugan 01 Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang.

Menurut Lofland (1984) yang dikutip oleh Lexy J. Moleong (2008:112),


“Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata–kata dan
tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain–lain.
Adapun sumber data yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian
ini antara lain meliputi informan, dokumen dan arsip, tempat dan peristiwa.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara,


angket, dan dokumen analisis. Keabsahan data dalam penelitian ini
menggunakan triangulasi sumber. Analisis data dalam penelitian ini
dilakukan menggunakan model Miles dan Huberman (Sugiyono, 2008: 337)
yaitu (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) penarikan kesimpulan
atau verifikasi. Dari ketiga alur kegiatan tersebut diharapkan dapat
membuat data menjadi bermakna.

PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN

1. Peran guru dalam perencanaan sekolah ramah anak (SRA) di SD


Negeri Gebugan 01 Kecamatan Bergas.

SD Negeri Gebugan 01 sedang merencanakan diri untuk menjadi sekolah


ramah anak.Dalam mewujudkan rencana sekolah menjadi sekolah ramah
anak, pihak sekolah menjalin komunikasi aktif dengan guru. Menurut
Supiandi (2012: 20-24): menyatakan bahwa dalam petunjuk teknis
penerapan sekolah ramah anak (SRA) tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan berpern aktif dalam pelaksanaan SRA yaitu Pemerintah dan
pemerintah daerah perlu mendorong lembaga pendidik dan tenaga
kependidikan serta Serikat Pekerja Profesi Guru (SPPG) agar berpartisipasi
aktif dalam memastikan ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan
yang memiliki kemampuan untuk menerapkan SRA.

Peran serta guru dalam perencanaan sekolah ramah anak dapat dilihat dari
keikutsertaan guru dalam menentukan tujuan dari program sekolah
tersebut.Tujuan dibentuknya sekolah ramah anak di SD Negeri Gebugan 01
adalah untuk agar siswa merasa aman dan nyaman ketika mengikuti
kegiatan belajar mengajar di kelas. Apabila siswa sudah merasa aman dan
nyaman, maka diharapkan mereka dapat menggali potensi yang
dimilikinya.Oleh karena itu guru sebagai tenaga pendidik dilibatkan dalam
kegiatan perencanaan sekolah ramah anak.

Setelah tujuan dari program sekolah dirumuskan maka dilanjutkan dengan


mengidentifikasi dan menganalisa data terkait dengan masalah yang
ada.Kepala sekolah, guru dan komite di SD Negeri Gebugan 01 melakukan
identifikasi terhadap kondisi sekolah. Identifikasi kondisi sekolah dilakukan
dengan cara Evaluasi Diri Sekolah (EDS) dan analisis SWOT. EDS dan
analisis SWOT dilakukan untuk mengetahui kondisi sekolah secara lebih
mendalam. Dari hasil EDS diperoleh kondisi real sekolah dan dari analisis
SWOT di ketahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang
dihadapi oleh sekolah. Dan nantinya akan dilakukan analisa terhadap data
tersebut.

Tahap selanjutnya adalah membandingkan kondisi yang dimiliki sekolah


dengan persyaratan yang harus dimiliki sekolah untuk menjadi sekolah
ramah anak. Untuk memberdayakan potensi anak sekolah tentunya harus
memprogramkan sesuatunya yang menyebabkan potensi anak tumbuh dan
berkembang.Konsekuensi menciptakan sekolah ramah anak tidaklah
mudah karena sekolah di samping harus menyiapkan dana yang memadai,
sekolah juga harus menciptakan lingkungan yang edukatif.

Sekolah berusaha mencari alternative dalam penggalian dana agar sekolah


dapat menjadi sekolah ramah anak misalnya dengan menggali dana melalui
kegiatan infaq jumat dan menggali danadari luar sekolah.

Tahapan terakhir dari proses perencanaan adalah menyusun rencana


kegiatan. Rencana kegiatan yang disusun oleh SD Negeri Gebugan 01
tertuang dalam draff perencanaan sekolah ramah anak yang meliputi 12
indikator yaitu letak lokasi sekolah, adanya kurikulum yang ramah anak,
pengunaan metode PAIKEM, pembelajaran yang melayani kebutuhan
anak, kondisi sekolah yang sesuai untuk kondisi anak, adanya sarana
penunjang pendidikan, halaman sekolah yang luas, hijau dan ramah,
ketersediaan sumber belajar, tenaga pendidik dan kependidikan yang
sesuai dengan bidangnya, pengelolaa sekolah yang transparan dan strategi
sekolah yang tepat. Rencana kegiatan di susun bersama oleh tim
pengembang sekolah dan alumni yang benar-benar memiliki kepedulian
terhadap perkembangan pendidikan di SD Negeri Gebugan 01.

2. Peran orang tua siswa, masyarakat dan komite dalam perencanaan


sekolah ramah anak (SRA) di SD Negeri Gebugan 01 Kecamatan
Bergas.

Orang tua siswa dan masyarakat di sekitar lingkungan sekolah juga


diharapkan untuk berperan serta aktif dalam kegiatan di sekolah.
Tujuannya adalah agar orang tua dan masyarakat lebih mengetahui apa
yang terjadi di lingkungan sekolah. Dalam upaya menciptakan sekolah
ramah anak di SD Negeri Gebugan 01, pihak sekolah juga berusaha untuk
mengikutsertakan orang tua siswa, masyarakat dan komite.

Pendidik selain diperankan oleh guru, juga diperankan oleh orangtua di


dalam rumah tangga dan masyarakat. Orang tua merupakan pendidik
pertama dan utama bagi anak sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 7 UU
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi: (1)
Orangtua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan
memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya; (2)
Orangtua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan
pendidikan dasar kepada anaknya.

Orang tua siswa yang tergabung dalam komite sekolah yang merupakan
badan independen di sekolah/madrasah memegang peranan penting dalam
manajemen berbasis sekolah/madrasah. Orangtua/wali, keluarga,
masyarakat, dan dunia usaha seyogyanya bekerjasama mendorong
partisipasi anak dalam perencanaan, desain, pelaksanaan, pemantauan,
dan evaluasi SRA dalam koordinasi antara komite dengan
sekolah/madrasah.

Peran serta masyarakat seperti yang diatur dalam UU No. 20 Tahun 2003
Pasal 8 menyatakan: “Masyarakat berhak berperan serta dalam
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program
pendidikan”, dan Pasal 9 menyatakan: “Masyarakat berkewajiban
memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan
pendidikan”. Peningkatan efektivitas peran serta masyarakat terutama
dunia usaha seyogyanya diatur oleh pemerintah kabupaten/kota guna
mendukung penerapan SRA.
Hasil analisis SWOT yang diperoleh peneliti di lapangan menunjukkan
bahwa orang tua siswa dan masyarakat di sekitar lingkungan sekolah
berperan serta aktif dalam perencanaan sekolah ramah anak. Bentuk
kepedulian para orang tua dan masyarakat di sekitar lingkungan sekolah
antara lain tercipta hubungan yang harmonis antara warga sekolah, para
orang tua dan alumni juga memiliki kepedulian yang tinggi terhadap
kemajuan sekolah.

Bentuk peran serta orang tua siswa dan masyarakat terhadap sekolah yang
lainnya adalah dengan menciptakan lingkungan inklusif dan ramah bagi
pembelajaran anak di rumah.Hal itu merupakan salah satu aspek
pengembangan sekolah ramah anak dimana suasana lingkungan rumah
menjadi tempat yang aman bagi anak untuk belajar. Karena dengan adanya
lingkungan yang aman anak menjadi lebih berkonsentarsi dalam belajar
sehingga prestasi yang diperoleh juga akan semakin meningkat.

Orang tua siswa, masyarakat dan komite ikut perpartisipasi aktif


dalam penyusunan perencanaan sekolah. Keikutsertaan orang tua
siswa ,masyarakat dan komite antara lain kepedulian orang tua dan alumni
dalam membantu pengembangan sekolah, dan keikutsertaan orang
tua, masyarakat dan komite dalam pembuatan rencana kerja sekolah
(RKS).

3. Menghasilkan sebuah perencanaan sekolah ramah anak (SRA) yang


partisipatif di SD Negeri Gebugan 01 Kecamatan Bergas

Perencanaan adalah rangkaian kegiatan menetapkan hal-hal yang akan di


kerjakan pada waktu yang akan datang berdasarkan fakta-fakta dan
pemikiran yang matang dalam rangka pencapaian tujuan yang diinginkan.
Perencanaan juga merupakan pedoman dan acuan bagi para pelaksana
kegiatan, agar kegiatan yang ada dapat berjalan sesuai dengan rencana
dan tujuan yang telah ditetapkan bersama.

Sebagai upaya untuk menghasilkan sebuah perencanaan yang partisipatif,


peneliti melakukan sebuah penelitian pengemabangan.Kegiatan tersebut
diawali dengan tahap studi pendahuluan.Dalam tahap studi pendahuluan
peneliti melakukan kajan pustaka atau literature dan melakukan analaisis
kebutuhan yang berkaitan dengan informasi tentang sekolah ramah anak
(SRA). Kajian pustaka tersebut meliputi pengupulan data atau informasi
tentang pelaksanaan sekolah ramah anak (SRA) yang didalamnya
termasuk juga tentang konsep manajemen pendidikan.
Pada tahap studi pendahuluan peneliti melakukan pengumpulan data
tentang kondisi yang SD Negeri Gebugan 01 khususnya yang dijadikan
persyaratan sebuah sekolah untuk menjadi sekolah ramah anak. Misalnya
kondisi sekolah yang belum ada pagar pelindung sehingga ketika siswa
berada di lingkungan sekolah kurang aman. Berdasarkan hasil studi
pendahuluan, menunjukkan bahwa kondisi SD Negeri Gebugan 01 belum
layak untuk menjadi sekolah ramah anak. Hal itu terlihat dari kondisi
sekolah yang belum mempunyai pagar pelindung sekolah, sarana air bersih
yang sangat terbatas, kamar mandi siswa dan guru yang belum standar,
halaman sekolah yang masih tanah dan pelayanan kantin sekolah yang
masih belum layak.

Berdasarkan data hasil studi pendahuluan dilanjutkan dengan tahap


pengembangan.Dalam tahap ini, peneliti melakukan observasi dan
wawancara dengan guru,karyawan dan komite sekolah di SD
Negeri Gebugan 01. Hasil observsi dan wawancara tersebut akan dijadikan
bahan masukan untuk membuat sebuah produk yang akan dihasilkan
dalam penelitian ini. Peneliti merancang sebuah kisi-kisi penyusunan
perencanaan Sekolah Ramah Anak (SRA) yang partisipatif. Kisi-kisi
perencanaan yang dibuat bersama, guru karyawan dan komite sekolah
antara lain:

a. EDS

Evaluasi Diri Sekolah (EDS) adalah suatu proses evaluasi yang bersifat
internal dengan melibatkan pemangku kepentingan untuk melihat kinerja
sekolah berdasarkan Standar Nasional Pendidikn (SNP) yang digunakan
sebagai dasar penyusunan RKS dan RKAS dalam meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah secara konsisten dan berkelanjutan, serta sebagai
masukan bagi perencanaan investasi pendidikan tingkat kab/kota (Sudrajat,
2012:1).

EDS meliputi 8 standar yaitu standar isi, standar proses, standar


kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prsarana, standar pengelolaan, standar pengelolaan, standar
pembiayaan dan standar penilaian. EDS dilakukan melalui angket yang
diberiakn kepada kepala sekolah, guru, komite sekolah dan siswa. Dari
hasil EDS dapat diketahui SD Negeri Gebugan 01 belum layak untuk
menjadi sekolah ramah anak.

b. Visi, Misi

Visi adalah pernyataan yang diucapkan atau ditulis hari ini, yang
merupakan proses manajemen saat ini yang menjangkau masa yang
akan datang. Misi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang harus dicapai
organisasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan di masa datang (Akdon,
2006: 94-97).

Berdasrakan visi, misi dan tujuan sekolah, SD Negeri Gebugan 01 ingin


menjadi sekolah yang mampu meningkatkan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta membina dan mengembangkan minat dan
bakat untuk meraih prestasi.Dengan menjadi sekolah ramah anak, SD
Negeri Gebugan 01 diharapkan dengan mudah mencapai visi, misi dan
tujuan sekolah tersebut.

c. Analisis SWOT

Dalam dunia pendidikan analisis SWOT digunakan untuk mengevaluasi


fungsi pengembangan kurikulum, fungsi perencanaan dan evaluasi, fungsi
ketenagaan, fungsi keuangan, fungsi proses belajar mengajar, fungsi
pelayanan kesiswaan, fungsi pengembangan iklim akademik,
fungsi hubungan sekolah dengan masyarakat dan sebagainya dilibatkan.
Maka untuk mencapai tingkat kesiapan setiap fungsi dan faktor-faktornya
dilakukanlah analisis SWOT (Depdiknas, 2002).

Analisis SWOT yang dilakukan di SD Negeri Gebugan 01 untuk mengetahui


kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang dimiliki sekolah.
Berdasarkan hasil analisis SWOT dapat diketahui bahwa kekuatan yang
dimiliki sekolah dalam kaitannya dengan SRA antara lain memiliki website
yang mudah diakses, hubungan antar warga sekolah yang kondusif,
memiliki jaringan listrik, telepon dan internet yang cukup memadai.

Berdasarkan hasil analisis SWOT di SD Negeri Gebugan 01 dapat diketahui


bahwa kelemahan yang dimiliki sekolah antara lain sarana dan prasarana
pembelajaran yang masih kurang memadai, halaman sekolah sempit dan
belum memenuhi standar, keamanan sekolah yang masih kurang, serta
belum memiliki pagar pengaman sekolah yang permanen.

Selain kekuatan dan kelemahan, analisis SWOT juga dilakukan untuk


mengetahui peluang dan tantangan yang dihadapi sekolah. Peluang
tersebut antara laincadanya perkembangan IPTEK dan IMTAK, menjalin
kerjasama dengan instansi terkait, serta memiliki alumni yang mapan dan
peduli dengan sekolah. Sedangkan ancaman yang dihadapi sekolah antara
lain tuntutan teknologi yang terus maju serta terdapat empat lembaga
pendidikan dasar di sekitar lingkungan sekolah.

Hasil analisis SWOT yang dilakukan sekolah dijadikan acuan bagi sekolah
dalam membuat program sekolah seperti sekolah ramah anak.

d. Rencana Setrategi
Perencanaan strategis adalah proses yang dilakukan suatu organisasi
untuk menentukan strategi atau arahan, serta mengambil keputusan untuk
mengalokasikan sumber dayanya (termasuk modal dan sumber daya
manusia) untuk mencapai strategi ini.

Rencana strategi yang dimiliki SD Negeri Gebugan 01 antara lain


meminimalisir kelemahan sekolah, meningkatkan dan mengembangakn
kekuatan sekolah, menangkap dan memanfaatkan semaksimal mungkin
peluang sekolah, mengantisipasi ancaman dengan kekuatan yang dimiliki
sekolah, serta menjalin hubungan yang baik kepada orang tua siswa,
komite, masyarakat, dan para pemangku kepentingan termasuk siswa
untuk mengambil langkah strategi perencanaan sekolah ramah anak (SRA)
yang partisipatif.

e. Strategi

Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan


pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam
kurun waktu tertentu.

Berdasarakan hasil obervasi dan wawancara dapat diketahui bahwa


strategi yang dimiliki SD Negeri Gebugan 01 antara lain (a) berupaya
menutup kelemahan sekolah dengan kekuatan yang ada, (b) meningkatkan
dan mengembangkan kekuatan sekolah, (c) menekan kelamahan dengan
menggunakan peluang yang ada,(d) menjalin jejaring bersama tim
pengembang sekolah untuk membuat aksi antisipasi terhadap
kemungkinan munculnya ancaman di sekolah, (e) Menyamakan
persepsi,berkoordinasi dan menjalin kerjasama yang baik dengan tim
pengembang sekolah untuk menyusun sebuah perencanaan
sekolah ramah anak yang partisipatif. (f) Mewujudkan mimpi bersama
dengan saling bahu membahu antara seluruh warga sekolah,orang tua
siswa,komite sekolah,masyarakat,lembaga pemerintah desa, dan seluruh
pemangku kepentingan di lingkungan setempat sesuai prosedur dan aturan
yang ada.

Dari data di atas menghasilkan draff perencanaan sekolah ramah anak


yang terdiri dari 12 indikator antara lain:

1. Letak lokasi sekolah

2. Adanya kurikulum yang ramah anak

3. Penggunaan metode PAIKEM dalam pembelajaran


4. Pembelajaran melayani kebutuhan peserta didik secara individu maupun
kelompok dengan pola pengasuhan.

5. Bangunan ruang kelas, yang kokoh, aman, sehat memenuhi standar


kelas sehat, dan terbebas dari polusi.

6. Tersedianya sarana penunjang pendidikan yang ramah anak.

7. Halaman sekolah lua, rindang dan ramah anak.

8. Pengadaan sarana dan prasarana yang ramah anak.

9. Ketersediaan buku referensi dan buku sumber yang memadai

10. Pendidik dan tenaga kependidikan yang kompeten di bidangnya.

11. Pengelolaan sekolah yang transparan dan akuntabel

12. Strategi sekolah yang diterapkan bersama tim pengembang sekolah

Penelitian ini hanya sampai pada revisi produk setelah diuji keefektifannya
tanpa uji coba pelaksanaan dan produksi massala karenaa produk yang
dihasilkan adalah perencanaaan tanpa implementasi dan diharapkan dapat
digunakan sebagai salah satu rekomendasi bagi sekolah
dalam melaksanakan program sekolah ramah anak di SD Negeri Gebugan
01 Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang.

Simpulan

1. Peran guru dalam perencanaan sekolah ramah anak (SRA) di SD


Negeri Gebugan 01 Kecamatan Bergas.

Sekolah melakukan identifikasi dan analisa data yang dimiliki sekolah


melalui EDS dan analisis SWOT. Sekolah juga mencari alternatif untuk
menyelesaikan masalah yang ada dan diakhiri dengan menyusun rencana
kegiatan yang tertuang dalam draff perencaaan sekolah ramah anak.

2. Peran orang tua siswa, masyarakat dan komite dalam perencanaan


sekolah ramah anak (SRA) di SD Negeri Gebugan 01 Kecamatan
Bergas.

Peran serta orang tua dan masyarakat dalam perencanaan sekolah ramah
anak antara lain dengan menciptakan lingkungan inklusif dan ramah bagi
pembelajaran anak di rumah. Kepedulian orang tua dan alumni dalam
membantu pengembangan sekolah, dan keikutsertaan orang
tua, masyarakat dan komite dalam pembuatan rencana kerja sekolah
(RKS).

3. Menghasilkan sebuah perencanaan sekolah ramah anak (SRA) yang


partisipatif di SD Negeri Gebugan 01 Kecamatan Bergas.

Kegiatan yang dilakukan sekolah untuk meghasilkan sebuah perencanaan


diawali dengan studi pendahuluan dengan melakukan kajian pustaka serta
mengumpulkan data sekolah. Data kemudian dijadikan sebuah draff
perencanaan sekolah ramah ramah yang meliputi 12 indikator yang ingin di
capai sekolah.

Saran

1. Kepala sekolah

a. Diharapkan melibatkan semua warga sekolah dalam penyusunan


program sekolah.

b. Diharapkan bekerjasama dengan komite sekolah dan dinas pendidikan


untuk upaya pengembangan sekolah.

2. Guru

Diharapkan mampu menyajikan pembelajaran yang menarik dan mampu


memfasilitasi siswa untuk mengembangkan minat dan bakatnya,serta
berperan aktif dalam kegiatan sekolah.

3. Komite sekolah

Diharapkan lebih berperan aktif di sekolah, sehingga keterlibatannya tidak


hanya dalam penggalangan dana saja

DAFTAR PUSTAKA

Akdon. 2006. Strategic Managemen for Educational Management.


Bandung: Alfabeta.
Aqib, Zaenal. 2008. Sekolah RamahAnak Mencegah kekerasan Dalam
Sekolah.Bandung: Yrama Widya.

Bapedda Surakarta. 2013. Bappeda Gelar Kampanye Sekolah Ramah


Anak (Online) http://bappeda.surakarta.go.id/content/bappeda-gelar-
kampanye-sekolah-ramah-anak diunduh tanggal 2 Desember 2013).

Baliga, Sulakshana. 2013. Child Friendly School Initiative At Three Primary


Health Centers Of Belgaum District, Karnataka. International Journal Of
Pharma And Bio Sciences ISSN 0975-6299. Int J Pharm Bio Sci 2013 apr;
4(2): (b) 664 - 668

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah. 2013. Panduan Implementasi


Sekolah Ramah anak Dalam Standar Nasional Pendidikan Provinsi Jawa
Tengah. Semarang: Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah.

Harsono. 2008. Model-Model Pengelolaan Perguruan Tinggi. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Munandar, Rahmat Hidayat. 2012. Hak Atas Pendidikan Tinggi di Aceh.


(online, diakses tanggal 4 Januari
2014). http://rahmadhidayatmunandar.blogspot.com/2012/06/hak-atas-
pendidikan-tinggi-di-aceh.html

Risnawai. 2013. Sekolah Ramah Anak Sebagai Pendidikan Berorientasi


Pada Kebutuhan Anak (Online) http://www.yskk.org/berita/sekolah-ramah-
anak-sebagai-pendidikan-berorientasi-pada-kebutuhan-anak.html/, diunduh
tanggal 2 Desember 2013.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Supiandi, dkk. 2012. Petunjuk teknis Penerpana Sekolah Ramah Anak.


Jakarta: Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak
Republik Indonesia.

Sudrajat, Akhmad. 2012. Evaluasi Diri Sekolah (online, diakses tanggal 25


April 2014, Pukul 09.45
WIB)) http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2012/12/19/evaluasi-diri-
sekolah/
Bagikan artikel ini
FacebookTwitterLinkedInWhatsApp

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah
sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas
hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa
mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola
website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga
penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Negara Indonesia merupakan negara yang besar dan kaya. Kaya akan Sumber Daya Alam
(SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM). Kekayaan ini, tentu dapat menjadi modal berharga
untuk bersaing dan bersanding dengan negara-negara maju di dunia. Namun kenyataannya,
negara kita masih belum mampu menjadi negara maju. Hal Ini karena masyarakat Indonesia
belum mempunyai budaya literasi yang baik. Budaya literasi, terutama minat baca dan
tingkat buta aksara sangat mempengaruhi posisi Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)/ Human Development Index (HDI) Indonesia. HDI diukur dari usia harapan hidup
(tingkat kesehatan), pertumbuhan ekonomi, dan kualitas pendidikan. Berdasarkan data
dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2014, pada tahun 2013 nilai IPM Indonesia hanya
mengalami sedikit kenaikan, yaitu dari 68,40 menjadi 68,90. Sementara itu, data dari
Badan Program Pembangunan PBB/ United Nations Development Program (UNDP), IPM
Indonesia pada tahun 2013 berada pada peringkat 108 dari 187 negara. Angka IPM ini
menunjukkan bahwa Indonesia berada jauh di bawah negara-negara ASEAN lainnya.
Survei lain tentang literasi yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada
tahun 2016 di New Britain, Conn, Amerika Serikat, menempatkan Indonesia pada urutan
ke-60 dari 61 negara. Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan.

Sebagai bangsa yang besar, Indonesia harus mampu mengembangkan budaya literasi
sebagai syarat kecakapan hidup abab ke-21 melalui pendidikan yang terintegrasi, mulai
dari keluarga, sekolah, hingga masyarakat. Terdapat enam literasi dasar yang harus
dikuasai oleh peserta didik, orang tua, dan masyarakat Indonesia. Keenam literasi
tersebut yaitu literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi
finansial, serta literasi budaya dan kewargaan.

Literasi baca tulis merupakan pintu gerbang penguasaan literasi dasar yang lain, karena
dengan mempunyai kemampuan baca dan tulis maka akan mempermudah penguasaan
literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, serta literasi budaya dan
kewargaan. Untuk itu, sangat diperlukan berbagai upaya untuk mengembangkan budaya
literasi baca tulis di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Keluarga sebagai tempat pendidikan pertama bagi anak, mempunyai peran sentral dalam
menumbuhkan budaya literasi baca tulis. Setiap keluarga hendaknya mampu
mengupayakan cara-cara dalam mengembangkan budaya literasi ini.

Adapun beberapa cara untuk mengembangkan budaya literasi baca tulis dalam keluarga,
diantaranya:

1. Membuat Perpustakaan Keluarga


Perpustakaan merupakan tempat menyimpan dan memelihara berbagai jenis buku
bacaan, sekaligus tempat membaca. Perpustakaan menjadi salah satu tempat yang tepat
untuk menumbuhkan budaya literasi baca tulis. Perpustakaan biasanya ada di tempat-
tempat tertentu yang jauh dari lingkungan rumah/keluarga. Untuk menumbuhkan budaya
literasi baca tulis di lingkungan keluarga, maka kita dapat membawa perpustakaan ke
rumah, dengan membuat perpustakaan keluarga.

Perpustakaan Keluarga dapat dibuat dengan memanfaatkan ruang kosong atau ruang
sempit yang ada di rumah. Jika tidak ada ruang yang tersisa, kita dapat menyediakan rak
buku atau rak kaca sebagai tempat untuk menyimpan dan menata koleksi buku bacaan
keluarga. Buku bacaan dapat diperoleh dari buku koleksi anggota keluarga aatau dengan
cara membelinya. Agar perpustakaan menjadi tempat yang nyaman untuk membaca,
maka kita dapat menambahkan meja baca atau karpet pada lantai.

2. Membuat Pojok Baca Keluarga


Alternatif kedua, untuk menumbuhkan budaya literasi baca tulis dalam keluarga adalah
dengan membuat pojok baca keluarga. Pojok baca merupakan tempat untuk membaca
buku, yang biasanya berada dipojok atau sudut rumah. Pojok baca lebih sederhana dari
perpustakaan keluarga, karena hanya memerlukan sebuah meja sebagai tempat untuk
menaruh dan menata buku bacaan.

3. Pembiasaan 15 Menit Membaca Sebelum Tidur


Pembiasaan membaca harus sudah dilakukan sejak dini, mulai dari lingkungan keluarga.
Dalam hal ini, peran anggota keluarga, terutama orang tua sangat sentral. Orang tua
harus memberi contoh dan mengajak anak-anaknya untuk membiasakan membaca
minimal 15 menit sebelum tidur. Selain untuk pembiasaan, ternyata membaca sebelum
tidur juga dapat memberikan manfaaf baik bagi kesehatan. Dikutip
dari duniaperpustakaan.com terdapat empat manfaat membaca sebelum tidur, yaitu 1)
meningkatkan konsentrasi, 2) meningkatkan kreativitas, 3) mengurangi tingkat stres, dan
4) membuat kualitas tidur jadi lebih baik.

Gambar Kegiatan 15 Menit Membaca Sebelum Tidur

4. Membacakan Anak Dongeng Sebelum Tidur


Membacakan anak dongeng sebelum tidur, juga dapat dijadikan salah satu cara dalam
mengembangkan literasi membaca keluarga. Ketika membacakan dongeng, maka orang
tua telah memberikan contoh dalam pembiasaan membaca di lingkungan keluarga.
Kedepannya Diharapkan anak dapat meniru dan mau membaca buku sendiri sebelum
tidur.

Gambar Kegiatan Membacakan Anak Dongeng Sebelum Tidur

Disamping sebagai pembiasaan dalam membaca, ternyata kegiatan ini mempunyai


banyak manfaat pada perkembangan anak. Dikutip dari health.detik.com terdapat 6
manfaat membacakan anak dongeng sebelum tidur, yaitu: 1) membantu perkembangan
bicara dan bahasa anak, 2) membantu menenangkan anak, 3) membantu meningkatkan
IQ anak, 4) membantu anak mencintai buku, 5) membantu mengembangkan keterampilan
mendengar anak, dan 6) membantu anak mempunyai pola tidur yang sehat.

5. Membuat Majalah Dinding Keluarga


Selain membaca, menulis juga merupakan sesuatu yang sangat penting. Untuk itu, dalam
sebuah lingkungan keluarga perlu dibuatkan sebuah wadah, agar setiap anggota keluarga
dapat menumbuhkan kebiasaan menulisnya. Salah satu caranya adalah dengan
membuat majalah dinding keluarga.

Majalah dinding keluarga merupakan bentuk media komunikasi tulis yang paling
sederhana dalam sebuah keluarga. Seperti namanya, maka media ini dapat dipasang
pada dinding rumah. Setiap anggota keluarga dapat memajang berbagai bentuk tulisan,
gambar, atau kombinasi keduanya tentang kegiatan sehari-hari anggota keluarga.

Media dinding keluarga dapat dibuat secara sederhana. Bisa menggunakan papan yang
terbuat dari sty rofoam atau dengan papan kayu. Ukurannya pun dapat disesuaikan
dengan kondisi rumah masing-masing.

Dengan adanya majalah dinding keluarga, maka diharapkan dapat mengembangkan


budaya literasi baca dan tulis keluarga.

Demikianlah beberapa cara untuk mengembangkan budaya literasi baca tulis dalam
lingkungan keluarga. Sahabat bisa memilih salah satu atau lebih untuk memulainya.
Salam Literasi Keluarga.

Daftar Pustaka:
Panduan Gerakan Literasi Nasional Tahun 2017: Kemdikbud
4 Manfaat mengejutkan Baca Buku Sebelum Tidur:
https://www.duniaperpustakaan.com/2017/03/4-manfaat-mengejutkan-baca-buku-sebelum.html
6 Manfaat Mendongengkan Anak Sebelum Tidur: https://health.detik.com/ibu-dan-anak/d-
1433674/6-manfaat-mendongengkan-anak-sebelum-tidur
Sekolah Ramah Anak (SRA) merupakan satuan pendidikan formal, nonformal, dan
informal yang aman, bersih dan sehat, peduli dan berbudaya lingkungan hidup, mampu
menjamin, memenuhi, menghargai hak-hak anak dan perlindungan anak dari kekerasan,
diskriminasi dan perlakuan salah lainya, serta mendukung partisipasi anak terutama
dalam perencanaan, kebijakan, pembelajaran, pengawaasan dan mekanisme pengaduan
terkait pemenuhan hak dan perlindungan anak di satuan pendidikan.

Sekolah Ramah Anak (SRA) merupakan upaya mewujudkan pemenuhan hak dan
perlindungan anak selama 8 jam anak berada di sekolah, melalui upaya sekolah untuk
menjadikan sekolah:
B ersih
A man
R amah
I ndah
I nklusif
S ehat
A sri
N yaman
Komponen SRA, yaitu:
 Kebijakan SRA (komitment tertulis, SK Tim SRA, dan program yang mendukung
SRA)
 Pelaksanaan proses belajar yang ramah anak (Penerapan Disiplin Positif)
 Pendidik dan Tenaga Kependidikan terlatih tentang Hak-hak Anak dan SRA
 Sarana dan Prasarana yang ramah anak (tidak membahayakan anak dan mencegah
anak agar tidak celaka)
 Partisipasi anak
 Partisipasi Orang Tua, Lembaga Masyarakat, Dunia Usaha, Stakeholder lainnya, dan
Alumni
Tujuan SRA, yaitu:
 Mencegah kekerasan terhadap anak dan warga sekolah lainnya
 Mencegah anak mendapatkan kesakitan karena keracunan makanan dan lingkungan
yang tidak sehat
 Mencegah kecelakaan di sekolah yang disebabkan prasarana maupun bencana
alam
 Mencegah anak menjadi perokok dan pengguna Napza
 Menciptakan hubungan antar warga sekolah yang lebih baik, akrab, dan berkualitas
 Memudahkan pemantauan kondisi anak selama anak berada di sekolah
 Memudahkan mencapai tujuan pendidikan
 Menciptakan lingkungan yang hijau dan tertata
 Membuat anak menjadi lebih betah di sekolah
 Membiasakan anak dengan pembiasaan- pembiasaan yang positif
Tahap Pembentukan SRA dimulai dari tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaa,
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan.

Tahap Persiapan, yaitu:


 Komitmen Sekolah
 Sosialisasi dan Konsultasi dengan anak
 Melaporkan Ke Dinas PP dan PA dan Dinas Pendidikan/Kanwil Kemenag
 Identifikasi potensi
Tahap Perencanaan, yaitu:
 Menyusun rencana program tahunan
 Merencanakan kesinambungan kebijakan, program dan kegiatan yang sudah ada
(Inovasi, Uks, Adiwiyata, dan lain-lain), serta program lainnya.
 Membuat mekanisme pengaduan
Tahap Pelaksanaan, yaitu:
 Melaksanakan Rencana Aksi/program SRA Tahunan dengan mengoptimalkan
semua sumber daya termasuk dari pemerintah, masyarakat, dunia usaha, alumni,
dll.
 Melakukan upaya pemenuhan kategori SRA tertinggi (Kategori 5)

Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan, yaitu:


 Pemantauan setiap 3 bulan
 Evaluasi setiap 6 bulan
 Laporan ke Gugus Tugas KLA
Pada tahun 2019, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI
melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan Sekolah Ramah Anak. Evaluasi dilaksanakan
dengan mengisi kuesioner online di Website kuesioner-sra.kemenpppa.go.id dan ditutup
pada pukul 23.59 tanggal 30 April 2019.

Adapun surat edarannya sebagai berikut!

Sebelum mengisi formulir Guru ataupun siswa, terlebih dahulu harus menyiapkan
dokumen tentang:

 Papan Nama Sekolah Ramah Anak (SRA)

Gambar Contoh Papan Nama SRA


 SK Tim Sekolah Ramah Anak (SRA) (Unduh Contoh)
 Deklrasi Sekolah Ramah Anak (SRA) (Unduh Contoh)
Baca Juga:
Buku Pendidikan Karya Guru
Buku Sastra Karya Guru

Anda mungkin juga menyukai