Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN POLIDAKTILI

Disusun oleh:

EMA MUKTI TAQIYA (P1337420517063)

Kelas: Antasena 2

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


D3 KEPERAWATAN MAGELANG
TAHUN 2018/2019
A. Definisi

Polidaktili adalah terjadinya duplikasi jari-jari tangan dan kaki melebihi dari biasanya
(Muttaqin, 2008). Kelainan dapat terjadi mulai dari duplikasi yang berupa jaringan lunak sampai
duplikasi yang di sertai dengan metacarpal dan phalang sendiri.
Polidaktili merupakan kelainan pertumbuhan jari sehingga jumlah jari pada tangan atau kaki
lebih dari lima. Polidaktili adalah suatu kelainan yang diwariskan oleh gen autosomal dominan P
yang di maksud dengan sifat autosomal ialah sifat keturunan yang ditentukan oleh gen pada
autosom. Gen ini ada yang dominan dan ada pula yang resesif. Oleh karena laki-laki dan
perempuan mempunyai autosom yang sama, maka sifat keturunan yang ditentukan oleh gen
autosomal dapat dijumpai pada laki-laki maupun perempuan. Sehingga orang bisa mempunyai
tambahan jari pada kedua tangan atau kakinya
Jari-jari yang lebih dari 5 pada manusia adalah suatu ketidaknormalan, dan polidaktili
merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan duplikasi jari. Pada polidaktili, biasanya
terdapat 6 jari pada setiap jari tangan,terkadang bisa lebih seperti 7 atau 8 jari. ( genetika suryo,
2005 : 104 )

p ♀ pp x ♂ Pp
normal polidaktili
F1 Pp = polidaktili (50%)
pp = normal (50%)

Yang umum dijumpai ialah terdapatnya jari tambahan pada satu atau kedua tangannya.
Tempatnya jari tambahan itu berbeda-beda, ada yang terdapat didekat ibu jari dan ada pula yang
terdapat didekat jari kelingking.

B. Etiologi

Etiologi dari polidaktili adalah


1. Kegagalan pembentukan bagian,
2. Kegagalan diferensiasi,
3. Duplikasi berlebih
4. Sindrom penyempitan pita kongenital,
5. Kelainan tulang umum.
6. Keturunan
7. Cacat genetik
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya polidaktili antara lain :
1. Kelainan Genetik dan Kromosom
Diturunkan secara genetik (autosomal dominan). Jika salah satu pasangan suami istri
memiliki polidaktili, kemungkinan 50% anaknya juga polidaktili.
2. Faktor Teratogenik
Teratogenik berarti terjadinya perkembangan tidak normal dari sel selama kehamilan
yang menyebabkan kerusakan pada embrio sehingga pembentukan organ-organ berlangsung
tidak sempurna (terjadi cacat lahir). Teratogenik adalah sifat bahan kimia yang dapat
menghasilkan kecacatan tubuh pada kelahiran.
Perubahan yang disebabkan teratogen meliputi perubahan dalam pembentukan sel,
jaringan dan organ sehingga menyebabkan perubahan fisiologi dan biokimia yang terjadi
pada fase organogenesis. Umumnya bahan teratogenik dibagi menjadi 3 kelas berdasarkan
golongan nya yakni bahan teratogenik fisik, kimia dan biologis.
a. Faktor teratogenik fisik
Bahan tertogenik fisik adalah bahan yang bersifat teratogen dari unsur-unsur fisik
misalnya Radiasi nuklir, sinar gamma dan sinar X (sinar rontgen). Bila ibu terkena radiasi
nuklir (misal pada tragedi chernobil) atau terpajan dengan agen fisik tersebut, maka janin
akan lahir dengan berbagai kecacatan fisik.
b. Faktor teratogenik kimia
Bahan teratogenik kimia adalah bahan yang berupa senyawa senyawa kimia yang bila
masuk dalam tubuh ibu pada saat saat kritis pembentukan organ tubuh janin dapat
menyebabkan gangguan pada proses tersebut. Kebanyakan bahan teratogenik adalah bahan
kimia. Bahkan obat-obatan yang digunakan untuk mengobati beberapa penyakit tertentu
juga memiliki efek teratogenik. Obat-obatan untuk kemoterapi kanker umumnya juga
bersifat teratogenik. Beberapa polutan lingkungan seperti gas CO, senyawa karbon dan
berbagai senyawa polimer dalam lingkungan juga dapat menimbulkan efek teratogenik.
c. Faktor teratogenik biologis
Istilah TORCH atau toksoplasma, rubella, cytomegalo virus dan herpes merupakan agen
teratogenik biologis yang umum dihadapi oleh ibu hamil dalam masyarakat. Infeksi TORCH
dapat menimbulkan berbagai kecacatan lahir dan bahkan abortus sampai kematian janin.
Selain itu, beberapa infeksi virus dan bakteri lain seperti penyakit sifilis/raja singa juga dapat
memberikan efek teratogenik

C. Klasifikasi polidaktili

Polidaktili diklasifikasikan beberapa macam, yaitu: Polidaktili postaxial, Polidaktili preaxial,


Polidaktili central
1. Polidaktili postaxial
Meskipun salah satu dari 5 jari dapat berduplikasi, namun lebih sering terjadi pada jari
kelingking. Tipe gambaran duplikasi jari kelingking bervariasi dari pertumbuhan kulit sampai
pertumbuhan lengkap jari kelingking tambahan dengan phalanx dan metacarpal.

2. Polidaktili Preaxial ( duplikasi ibu jari )


Ibu jari tambahan merupakan tipe yang paling sering terjadi pada polidaktili pada orang kulit
putih. Polidaktili preaxial mungkin dapat dihubungkan dengan ketidaknormalan vertebra, tidak
adanya tibia, celah langit – langit mulut, dan imperforasi anus.

3. Polidaktili sentral
Duplikasi dari jari telunjuk, jari tengah dan jari manis dihubungkan pada polidaktili sentral
atau axial. Kelebihan jari tengah dan jari manis sering disembunyikan dalam jaringan antara
penghubung jari- jari yang normal. Tendon, nervus,dan pembuluh darah dari jari cadangan
biasanya tidak normal, sebagai epifise kelebihan jari. Epifise dari kelebihan jari biasanya
tidak tumbuh normal pada garis pertumbuhan,

D. Manifestasi klinis

1. Ditemukan sejak lahir.


2. Dapat terjadi pada salah satu atau kedua jari tangan atau kaki.
3. Jari tambahan bisa melekat pada kulit ataupun saraf, bahkan dapat melekat sampai ke tulang.
4. Jari tambahan bisa terdapat di jempol (paling sering) dan keempat jari lainnya.
5. Dapat terjadi bersamaan dengan kelainan bawaan lainnya, walaupun jarang.

E. Patofisiologi

Polidaktili, disebabkan kelainan kromosom pada waktu pembentukan organ tubuh janin. Ini
terjadi pada waktu ibu hamil muda atau semester pertama pembentukan organ tubuh.
Kemungkinan ibunya banyak mengonsumsi makanan mengandung bahan pengawet. Atau ada
unsur teratogenik yang menyebabkan gangguan pertumbuhan. Kelebihan jumlah jari bukan
masalah selain kelainan bentuk tubuh. Namun demikian, sebaiknya diperiksa kondisi jantung dan
paru bayi, karena mungkin terjadi multiple anomali.
Orang normalnya adalah yang memiliki homozigotik resesif pp. Pada individu heterozigotik
Pp derajat ekspresi gen dominan itu dapat berbeda-beda sehingga lokasi tambahan jari dapat
bervariasi. Bila seorang laki-laki polidaktili heterozigotik menikah dengan perempuan normal,
maka dalam keturunan kemungkinan timbulnya polidaktili adalah 50% (teori mendel). Ayah
polidaktili (heterozigot) Pp x, ibu normal homozigot (pp) maka anaknya polidaktili (heterozigot
Pp) 50%, normal (homozigot pp) 50%.

F. Penatalaksanaan

1. Tindakan pembedahan untuk mengangkat jari tambahan biasanya dilakukan untuk mengatasi
masalah yang mungkin timbul akibat jari tambahan tersebut. Pengangkatan jari tambahan di
jempol kaki merupakan prosedur tersering karena implikasi kosmetik dan kenyamanan saat
memakai sepatu.
2. Pemeriksaan rontgen mungkin diperlukan untuk menentukan apakah jari tambahan
mengandung struktur tulang, dan untuk menentukan perubahan yang dapat terjadi saat
operasi.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA POLIDAKTILI

1. Pengkajian
a. Pola Kesehatan Persepsi Kesehatan
Pengakajian meliputi kebiasaan hidup pasien seperti penggunaan obat steroid,
pengonsumsi alcohol, yang bisa menganggu keseimbangan dan apakah klien
melakukan olahraga atau tidak.
b. Pola Nutrisi dan Metabolik
Pengakajian meliputi antropometri, biochemical, clinical sign, diit
c. Pola Eliminasi
Biasanya pada kasus ini tidak ditemukan gangguan pola eliminasi. Tapi walaupun
begitu perlu juga dikaji tentang frekuensi, konsistensi, warna,serta bau untuk BAB.
Untuk BAK dikaji frekuensi, jumlah, warna, bau, dan kepekatan.
d. Pola Tidur dan Istirahat
Pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur,
dan kesulitan tidur.
e. Pola aktivitas dan latihan
Pada kasus ini biasanya tidak ada gangguan dalam pola aktivitas latihan. Perlu dikaji
status kekuatan otot untuk mengetahui kekuatan otot.
f. Pola hubungan peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan masyarakat maupun di lingkungan
sekolah karena klien harus mengalami rawat inap.
g. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya pada kasus ini klien merasa kurang percaya diri dengan kondisinya.
h. Pola sensori dan kognitif
Pada kasus ini klien tidak mengalami gangguan pada panca indera dan tidak ada
gangguan kognitif
i. Pola pola reproduksi dan seksual
Klien tidak mengalami gangguan pada fungsi seksualnya.
j. Pola mekanisme koping dan stress
Keluarga klien mendukung untuk proses kesembuhan klien. Klien tidak cemas
dengan kondisinya sekarang.
k. Pola nilai dan keyakinan
Klien yakin sembuh terhadap penyakitnya dan klien beribadah sesuai agamanya.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operasi
1) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan anomali kongenital / perubahan bentuk
tubuh (kaki/tangan)
2) Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga mengenai penyakit
atau pengobatan.
b. Pasca Operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (pembedahan)
2) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

3. Intervensi Keperawatan
a. Pre Operasi
1) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan anomali kongenital / perubahan
bentuk tubuh (kaki/tangan)
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat menunjukkan harga
diri dengan mengungkapkan penerimaan diri secara verbal.
Intervensi :
a) Dorong individu mengekspresikan perasaan, khususnya mengenai bagaimana individu
merasakan, memikirkan atau memandang dirinya.
b) Dorong individu untuk bertanya menegenai masalah,penanganan, perkembangan,
prognosis kesehatan.
c) Beri informasi yang dapat dipercaya dan perkuat informasi yang sudah diberikan
d) Hindari kritik negative
e) Beri privasi dan keamanan lingkungan
f) Dorong interaksi dengan teman sebaya dan orang dewasa yang mendukung
g) Perjelas adanya kesalahan konsep individu mengenai diri, perawatan atau pemberi
perawatan

2) Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga mengenai


penyakit atau pengobatan.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pengetahuan klien terhadap
penyakit bertambah.
Intervensi :
a) Pengajaran, proses penyakit
b) Cek keakuratan umpan balik untuk memastikan bahwa pasien memahami penanganan
yang dianjurkan dan informasi yang relevan lainnya
c) Lakukan penilaian tingkat pengetahuan pasien dan pahami isinya
d) Tentukan motivasi pasien untuk mempelajari informasi khusus

b. Pasca Operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (pembedahan)
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1X24 jam, diharapkan nyeri klien
berkurang bahkan hilang
Intervensi :
a) Kaji skala nyeri klien
b) Ajarkan strategi relaksasi (nafas dalam)
c) Atur posisi yang nyaman untuk mengurangi rasa nyeri
d) Berikan terapi analgesik

2) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif


Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1X24 jam, diharapkan klien melaporkan
factor resiko yang berkaitan dengan infeksi dan kewaspadaan yang diperlukan
Intervensi :
a) Kaji tanda-tanda infeksi
b) Lakukan perawatan luka post operasi guna mencegah infeksi
c) Kolaborasi mengenai pemberian antibiotic.
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. (2008). Asuhan Keperawatan dengan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal.
Jakarta : EGC.

Carpenito, Lynda Juall. (1997). Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinik, Edisi
Keenam. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.

Price, Sylvia A. (1995). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 4. Jakarta.
Buku Kedokteran EGC

Doengoes, Marlynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta . Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai