Disusun oleh:
Kelas: Antasena 2
Polidaktili adalah terjadinya duplikasi jari-jari tangan dan kaki melebihi dari biasanya
(Muttaqin, 2008). Kelainan dapat terjadi mulai dari duplikasi yang berupa jaringan lunak sampai
duplikasi yang di sertai dengan metacarpal dan phalang sendiri.
Polidaktili merupakan kelainan pertumbuhan jari sehingga jumlah jari pada tangan atau kaki
lebih dari lima. Polidaktili adalah suatu kelainan yang diwariskan oleh gen autosomal dominan P
yang di maksud dengan sifat autosomal ialah sifat keturunan yang ditentukan oleh gen pada
autosom. Gen ini ada yang dominan dan ada pula yang resesif. Oleh karena laki-laki dan
perempuan mempunyai autosom yang sama, maka sifat keturunan yang ditentukan oleh gen
autosomal dapat dijumpai pada laki-laki maupun perempuan. Sehingga orang bisa mempunyai
tambahan jari pada kedua tangan atau kakinya
Jari-jari yang lebih dari 5 pada manusia adalah suatu ketidaknormalan, dan polidaktili
merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan duplikasi jari. Pada polidaktili, biasanya
terdapat 6 jari pada setiap jari tangan,terkadang bisa lebih seperti 7 atau 8 jari. ( genetika suryo,
2005 : 104 )
p ♀ pp x ♂ Pp
normal polidaktili
F1 Pp = polidaktili (50%)
pp = normal (50%)
Yang umum dijumpai ialah terdapatnya jari tambahan pada satu atau kedua tangannya.
Tempatnya jari tambahan itu berbeda-beda, ada yang terdapat didekat ibu jari dan ada pula yang
terdapat didekat jari kelingking.
B. Etiologi
C. Klasifikasi polidaktili
3. Polidaktili sentral
Duplikasi dari jari telunjuk, jari tengah dan jari manis dihubungkan pada polidaktili sentral
atau axial. Kelebihan jari tengah dan jari manis sering disembunyikan dalam jaringan antara
penghubung jari- jari yang normal. Tendon, nervus,dan pembuluh darah dari jari cadangan
biasanya tidak normal, sebagai epifise kelebihan jari. Epifise dari kelebihan jari biasanya
tidak tumbuh normal pada garis pertumbuhan,
D. Manifestasi klinis
E. Patofisiologi
Polidaktili, disebabkan kelainan kromosom pada waktu pembentukan organ tubuh janin. Ini
terjadi pada waktu ibu hamil muda atau semester pertama pembentukan organ tubuh.
Kemungkinan ibunya banyak mengonsumsi makanan mengandung bahan pengawet. Atau ada
unsur teratogenik yang menyebabkan gangguan pertumbuhan. Kelebihan jumlah jari bukan
masalah selain kelainan bentuk tubuh. Namun demikian, sebaiknya diperiksa kondisi jantung dan
paru bayi, karena mungkin terjadi multiple anomali.
Orang normalnya adalah yang memiliki homozigotik resesif pp. Pada individu heterozigotik
Pp derajat ekspresi gen dominan itu dapat berbeda-beda sehingga lokasi tambahan jari dapat
bervariasi. Bila seorang laki-laki polidaktili heterozigotik menikah dengan perempuan normal,
maka dalam keturunan kemungkinan timbulnya polidaktili adalah 50% (teori mendel). Ayah
polidaktili (heterozigot) Pp x, ibu normal homozigot (pp) maka anaknya polidaktili (heterozigot
Pp) 50%, normal (homozigot pp) 50%.
F. Penatalaksanaan
1. Tindakan pembedahan untuk mengangkat jari tambahan biasanya dilakukan untuk mengatasi
masalah yang mungkin timbul akibat jari tambahan tersebut. Pengangkatan jari tambahan di
jempol kaki merupakan prosedur tersering karena implikasi kosmetik dan kenyamanan saat
memakai sepatu.
2. Pemeriksaan rontgen mungkin diperlukan untuk menentukan apakah jari tambahan
mengandung struktur tulang, dan untuk menentukan perubahan yang dapat terjadi saat
operasi.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA POLIDAKTILI
1. Pengkajian
a. Pola Kesehatan Persepsi Kesehatan
Pengakajian meliputi kebiasaan hidup pasien seperti penggunaan obat steroid,
pengonsumsi alcohol, yang bisa menganggu keseimbangan dan apakah klien
melakukan olahraga atau tidak.
b. Pola Nutrisi dan Metabolik
Pengakajian meliputi antropometri, biochemical, clinical sign, diit
c. Pola Eliminasi
Biasanya pada kasus ini tidak ditemukan gangguan pola eliminasi. Tapi walaupun
begitu perlu juga dikaji tentang frekuensi, konsistensi, warna,serta bau untuk BAB.
Untuk BAK dikaji frekuensi, jumlah, warna, bau, dan kepekatan.
d. Pola Tidur dan Istirahat
Pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur,
dan kesulitan tidur.
e. Pola aktivitas dan latihan
Pada kasus ini biasanya tidak ada gangguan dalam pola aktivitas latihan. Perlu dikaji
status kekuatan otot untuk mengetahui kekuatan otot.
f. Pola hubungan peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan masyarakat maupun di lingkungan
sekolah karena klien harus mengalami rawat inap.
g. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya pada kasus ini klien merasa kurang percaya diri dengan kondisinya.
h. Pola sensori dan kognitif
Pada kasus ini klien tidak mengalami gangguan pada panca indera dan tidak ada
gangguan kognitif
i. Pola pola reproduksi dan seksual
Klien tidak mengalami gangguan pada fungsi seksualnya.
j. Pola mekanisme koping dan stress
Keluarga klien mendukung untuk proses kesembuhan klien. Klien tidak cemas
dengan kondisinya sekarang.
k. Pola nilai dan keyakinan
Klien yakin sembuh terhadap penyakitnya dan klien beribadah sesuai agamanya.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operasi
1) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan anomali kongenital / perubahan bentuk
tubuh (kaki/tangan)
2) Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga mengenai penyakit
atau pengobatan.
b. Pasca Operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (pembedahan)
2) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
3. Intervensi Keperawatan
a. Pre Operasi
1) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan anomali kongenital / perubahan
bentuk tubuh (kaki/tangan)
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat menunjukkan harga
diri dengan mengungkapkan penerimaan diri secara verbal.
Intervensi :
a) Dorong individu mengekspresikan perasaan, khususnya mengenai bagaimana individu
merasakan, memikirkan atau memandang dirinya.
b) Dorong individu untuk bertanya menegenai masalah,penanganan, perkembangan,
prognosis kesehatan.
c) Beri informasi yang dapat dipercaya dan perkuat informasi yang sudah diberikan
d) Hindari kritik negative
e) Beri privasi dan keamanan lingkungan
f) Dorong interaksi dengan teman sebaya dan orang dewasa yang mendukung
g) Perjelas adanya kesalahan konsep individu mengenai diri, perawatan atau pemberi
perawatan
b. Pasca Operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (pembedahan)
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1X24 jam, diharapkan nyeri klien
berkurang bahkan hilang
Intervensi :
a) Kaji skala nyeri klien
b) Ajarkan strategi relaksasi (nafas dalam)
c) Atur posisi yang nyaman untuk mengurangi rasa nyeri
d) Berikan terapi analgesik
Muttaqin, Arif. (2008). Asuhan Keperawatan dengan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal.
Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Juall. (1997). Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinik, Edisi
Keenam. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
Price, Sylvia A. (1995). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 4. Jakarta.
Buku Kedokteran EGC
Doengoes, Marlynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta . Buku Kedokteran EGC.