Anda di halaman 1dari 12

Peran Data Geologi Untuk Mencegah Terjadinya Air Asam

Tambang di Tambang Batubara


Studi Kasus di PT. Indominco Mandiri
Pandu SETIANINGPRANGa1 dan Ika RIAWANb2
ab
Departemen Geologi, PT Indominco Mandiri, Bontang

Abstrak

Penambangan terbuka (open pit) merupakan metode penambangan yang paling


banyak di lakukan di Indonesia pada saat ini khususnya di tambang batubara. Proses
penambangan tersebut tentunya mempunyai beberapa konsekuensi,, salah satunya yaitu
tersingkapnya mineral – mineral sulphida akibat pembukaan lapisan tanah penutup
(overburden) yang berpotensi membentuk Air Asam Tambang (AAT).
Air asam tambang terbentuk ketika mineral sulphida tersingkap dan kontak dengan
air dan oksigen selama proses penambangan. Ketiga komponen tersebut merupakan
komponen utama pembentukan AAT yang berpotensi merusak peralatan dan infrastruktur di
areal penambangan karena bersifat korosif. Dampak yang lebih luas air asam tambang dapat
berdampak buruk yang luar biasa terhadap ekologi, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk
rehabilitasi ekologi sangat tinggi.
Banyak metode yang telah dikembangkan untuk mengurangi resiko yang diakibatkan
oleh terbentukan AAT baik yang sederhana sampai yang lebih komplek. Setiap metode
mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing sesuai dengan kondisi geologi,
lingkungan, metode penambangan, biaya dan lain-lain. Umumnya metode tersebut terdiri
dari prediksi lapisan penutup yang berpotensi pembentuk asam, kontrol peletakan
overburden, dan pengelolaan air asam tambang itu sendiri (AMD treatment). Metode –
metode tersbut terintegrasi dalam suatu sistem yang dikenal dengan Sistem AMD
Management.
Dalam tulisan ini akan diuraikan mengenai prediksi lapisan penutup yang berpotensi
membentuk asam (potential acid forming) yang merupakan tahapan awal dari sistem AMD
Management. Tahapan prediksi tersebut dimulai dengan penyelidikan geologi (perencanaan
pemboran, pelaksanaan pemboran, pengambilan pecontoh batuan, penanganan pecontoh
batuan, pemilihan tes batuan untuk analisa asam batuan) sampai pengolahan data dan
pembuatan model geologi.Studi kasus akan diuraikan untuk memberikan gambaran
mengenai hasil akhir yang diharapkan dari suatu prediksi AAT.
Program penyelidikan geologi dan pemodelan geologi dengan prosedur yang benar,
terarah dan komprehensif tentunya akan menjamin akurasi data-data geologi dan model
geologi guna mendapatkan hasil prediksi yang mempunyai akurasi yang tinggi. Dengan
prediksi tersebut, diharapkan proses perencanaan penambangan dapat dilakukan dengan
baik dan terencana untuk meminimalkan potensi AAT.

Kata kunci: penyelidikan geologi, pemodelan lapisan penutup

1 E-Mail : pandu_s@banpuindo.co.id
2 E-Mail : ika_r@banpuindo.co.id
1. Pendahuluan
PT Indominco Mandiri (IMM) berlokasi di Bontang, sekitar 210 km sebelah
utara dari Balikpapan, dan terletak 100m diatas permukaan laut, provinsi Kalimantan
timur, terdiri dari 2 blok yaitu blok barat dan blok timur. Saat ini, produksi batubara
IMM berasal dari blok barat, sedangkan blok timur masih dalam perencanaan
penambangan pada tahun 2009.
Proses penambangan di IMM saat ini dilakukan dengan metode konvensional
menggunakan truck dan shovel. Tentunya, proses tersebut akan memiliki dampak
jangka pendek maupun jangka panjang baik terhadap lingkungan, infrastruktur,
maupun beban biaya yang sangat besar untuk tindakan perbaikannya.
Air asam Tambang merupakan salah satu permasalahan yang merupakan
dampak langsung dari suatu aktivitas penambangan terbuka pada daerah yang
mengandung banyak mineral sulfida. Air asam tambang terbentuk ketika mineral
sulphida tersingkap dan kontak dengan air dan oksigen selama proses penambangan.
Dampak yang lebih luas air asam tambang dapat berdampak buruk yang luar biasa
terhadap ekologi, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk rehabilitasi ekologi sangat
tinggi.
PT Indominco Mandiri sudah membuat suatu prosedur prediksi Air Asam
Tambang (AAT), di mana data geologi merupakan kunci dari akurasi suatu prediksi.
Memprediksi lapisan penutup yang berpotensi memproduksi asam merupakan tahapan
awal dari sistem manajemen AMD (Acid Mine Drainage).

2. Prediksi Air Asam Tambang Menggunakan Data-data Geologi

Tahapan dalam memprediksi lapisan penutup yang berpotensi membentuk


asam dimulai dengan penyelidikan geologi hingga melakukan pemodelan.
2.1. Penyelidikan Geologi untuk Mengidentifikasi Karakteristik lapisan penutup
Penyelidikan geologi dilakukan untuk mengumpulkan data-data geologi yang
digunakan dalam memprediksi lapisan penutup yang berpotensi membentuk asam.
Penyelidikan geologi dimulai dengan perencanaan pengeboran, pengambilan dan
penanganan sampel, menyusun sampel hingga melakukan analisis di laboratorium dan
mengklasifikasikan lapisan penutup.

2.1.1. Perencanaan Pengeboran


Pengeboran untuk mendapatkan data AMD dilakukan pada waktu yang
bersamaan dengan pengeboran eksplorasi batubara dan atau pada pengeboran
batubara sebelum produksi. Pengeboran dilakukan untuk medapatkan data litologi
yang mencakup secara lateral maupun vertikal. Informasi lubang bor dapat untuk
mengetahui letak dan posisi lapisan penutup. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
perencanaan pengeboran adalah jumlah lubang bor, kecakupan data variasi stratigrafi,
dan letak lubang bor.
a. Jumlah Lubang Bor
Merencanakan jumlah lubang bor untuk pengaambilan sampel AMD
merupakan salah satu hal yang penting dalam perencanaan pengeboran.
Merujuk pada ketentuan yang telah disetujui di Pennsylvania pada tahun 1980
dalam hal menentukan jumlah lubang bor overburden sebaiknya menggunakan
ketentuan sebagai berikut:
Jumlah dari ac (ha) yang ditambang dari 100 ac (40.47 ha) + 2 = lubang bor
overburden(1)
Jika bagian pertama dari hasil persamaan dalam bentuk pecahan, hasil tersebut
dibulatkan ke nilai terdekat dari jumlah tersebut. Sebagai contoh :
145 ac 58.7 ha,  100 ac +2 = 3 or 40.5 ha + 2 = 3 lubang bor overburden
42 ac 17.2 ha,  100 ac +2 = 2 or 40.5 ha + 2 = 2 lubang bor overburden
181 ac 73.3 ha,  100 ac +2 = 4 or 40.5 ha + 2 = 4 lubang bor overburden
Metode ini memberikan asumsi sebagai berikut, sedikitnya 2 buah lubang
dibutuhkan untuk mendapatkan data AMD yang representatif. Di IMM, data
menunjukkan bahwa aktual pengeboran dengan jumlah pengambilan sampel pada
lubang bor yang telah dilakukan tes NAG adalah lebih besar dari ketentuan diatas.
Survei dari cakupan jumlah lubang bor overburden menyatakan bahwa rata-rata
terdapat 1 buah lubang bor tiap 61.98 ac (25.1 ha) setelah dilakukannya pengeboran
sebelum produksi. Tapi untuk pengeboran eksplorasi, masih memiliki jumlah kurang
dari ketentuan diatas yaitu 1 lubang untuk tiap 741.15 ac (300.0 ha). Seharusnya, ada
suatu kisaran data yang spesifik untuk tiap daerah yang memiliki stratigrafi yang
kompleks.
b. Kecakupan Data Variasi Stratigrafi
Kecakupan data variasi stratigrafi adalah hal yang penting untuk dapat
menggambarkan kondisi stratigrafi lapisan penutup. Untuk mendapatkan sampel yang
representatif, kedalaman dan jumlah lubang bor harus mewakili variasi litologi baik
secara vertikal maupun horizontal. Sampel yang representatif akan menggambarkan
tingkat kepercayaan data. Lubang-lubang bor dapat digunakan untuk mengkorelasi
tiap unit litologi dari subcrop sampai kearah kemiringan dari unit litologi tersebut.
c. Letak Lubang Bor
Lubang bor harus diletakkan pada posisi yang mampu menggambarkan
kondisi lapisan penutup. Lubang bor harus berada didalam area penambangan yang
telah direncanakan. Beberapa lubang diletakkan di maksimum highwall, dan lubang-
lubang yang lain sebaiknya diletakkan di lowwall.
2.1.2. Pengambilan Sampel dan Penanganan Sampel
Pengambilan sampel yang efektif sangat penting untuk mendapatkan data
AMD lapisan penutup. Jumlah sampel yang diperlukan, untuk cukup menilai suatu
area adalah hal yang khusus dan harus merefleksikan secara alami potensi
permasalahan air asam tambang yang akan dinilai. Biaya dan akurasi dari
pengumpulan sampel juga harus dipertimbangkan dalam menentukan metode
pengambilan sampel.
Dua tipe sampel yang digunakan untuk mendapatkan data AMD adalah :
a. Sampel Cutting (pecahan batuan)
Sampel cutting didapat dari sirkulasi udara yang berputar secara normal pada
alat pengeboran (RIG), metode ini mengunakan udara untuk mengeluarkan pecahan
batuan keatas permukaan, yang selanjutnya pecahan-pecahan tersebut akan
dikumpulkan untuk dijadikan sampel AMD. Sirkulasi udara yang berputar secara
normal saat pengeboran akan menghasilkan pecahan batuan yang berasal dari lapisan
yang dilewati oleh alat pengeboran. Kemungkinan lain adalah pecahan tersebut dapat
terkontaminasi oleh sekumpulan material yang diinjeksi didekat lubang bor. Metode
ini sangat murah dan memakan waktu yang cepat. Di IMM, sampel cutting
dikumpulkan setiap 1-2 meter di setiap litologi. Sifat fisik cutting dideskripsi secara
rinci dan ditangani mengikuti prosedur penanganan pengambilan sampel.
b. Sampel Batuan Inti (Core)
Sampel core diperoleh dari core barrels. Sampel core memberikan catatan
yang menerus mengenai keberadaan litologi dan memberikan informasi karakteristik
batuan yang lebih rinci kepada geologist dibandingkan informasi yang diperoleh dari
sampel cutting. Sampel core juga tidak terkontaminasi dan merupakan sumber data
litologi yang dapat dipercaya, namun pengambilan data core sangat memakan waktu
dan biaya.
2.1.3. Composite Sampel (menyusun sampel)
Tujuan dari composite sampel adalah untuk mengurangi jumlah sampel secara
keseluruhan dan mengurangi biaya saat pengujian di laboratorium. Dasar pemikiran
dalam composite sampel adalah melakukan composite berdasarkan kesamaan unit
litologi atau kesamaan unit stratigrafi. Ketebalan maksimum interval sampel adalah
10m, jika lebih besar dari 10m harus dibagi setiap 5m dan jika kurang dari 10m
sebaiknya disusun sebagai satu kesatuan. Menyusun sampel sebaiknya juga merujuk
pada data logging geofisika.
2.1.4. Analisis Laboratorium dan Klasifikasi Lapisan Penutup
Penambangan batubara di IMM beroperasi secara cepat, khususnya dalam hal
memindahkan lapisan penutup, sehingga dibutuhkan analisis laboratorium yang
akurat, cepat, dan murah dalam menghasilkan data. IMM mengidentifikasi material
asam berdasarkan data PH dan NAG yang berasal dari sampel cutting dan core.
Saat ini IMM melakukan pengklasifikasian lapisan penutup menggunakan
nilai NAG (Net Acid Generation ), yang secara sederhana dibagi ke dalam dua
kategori yaitu Non-acid forming (NAF) jika nilai NAG PH lebih besar dari 5 dan
Potentially Acid Forming (PAF) jika nilai NAG PH kurang dari 5.
Disamping melakukan pengklasifikasian lapisan penutup menggunakan nilai
NAG, IMM juga melakukan pengklasifikasian lapisan penutup menggunakan nilai
NAPP (Net Acid Producing Potential). Untuk melakukan klasifikasi berdasarkan nilai
NAPP, menggunakan rumus sebagai berikut :

Pengklasifikasian lapisan penutup berdasarkan nilai NAPP dibagi ke dalam


empat kategori yaitu : AF (Acid Forming) jika nilai NAPP lebih besar dari 5, PAF
(Potential Acid Forming) jika memiliki nilai NAPP antara 5 sampai -20, NAF (Non
Acid Forming) jika memiliki nilai NAPP antara -20 sampai -50 dan AC (Acid
Consuming) jika memiliki nilai NAPP lebih kecil dari -50.
Namun saat ini, laboratorium IMM belum mampu melakukan pengujian
sampel untuk mendapatkan nilai ANC dan % Sulfur. Sehingga IMM melakukan
pengujian sampel untuk mendapatkan nilai NAPP dengan mengirim sampel ke
laboratorium pihak kedua. Saat ini IMM sedang melakukan kalibrasi nilai NAG
dengan nilai NAPP (Gambar1). Dari hasil kalibrasi diperoleh persamaan sebagai
berikut :
Gambar 1 : Plotting Nilai NAG PH 4,5 dengan Nilai NAPP
2.2. Pemodelan Lapisan Penutup
Pemodelan lapisan penutup dimulai dengan manajemen pusat data geologi,
memprediksi AMD, hingga melakukan pemodelan lapisan penutup.
2.2.1. Manajemen Pusat Data Geologi
Dalam aktivitas geologi. dibutuhkan data geologi yang dapat memberikan
beberapa macam informasi. Seluruh data geologi harus disimpan secara aman dipusat
data yang disebut pusat data AMD dan harus di manage secara baik. Sistemasi pusat
data seharusnya dikembangkan dengan merujuk pada penggunaan keseluruhan data di
masa mendatang. Data harus terus diperbaharui pada setiap periode waktu tertentu
setelah pengeboran AMD selesai.
Data dapat berasal dari beberapa aktivitas, khususnya yang berhubungan
dengan manajemen AMD. Seperti yang ditunjukkan pada tabel 1, informasi AMD
dapat berasal dari pengeboran dan aktivitas pengambilan sampel, pengujian di
laboratorium, dan hasil pemodelan.
Tabel 1 : Data yang berasal dari aktifitas geologi
No. Aktivitas Hasil Data

1. Pengemboran & Sampling Litologi


Data kedalaman lubang bor
Data survei
Kedalaman sampel
2. Pengujian di laboratorium pH NAG
Nilai NAG
3. Pemodelan lapisan penutup Klasifikasi material (PAF & NAF)
Ketebalan
Volume
Kode lapisan penutup

2.2.2. Penggunaan Data Geologi dalam Memprediksi AMD


Dalam memprediksi AMD, hal-hal yang penting untuk dilakukan adalah
memperkirakan material PAF yang terdiri dari geometri, volume, dan kualitas NAG
itu sendiri. Integrasi data litologi, survei, dan kualitas dari pusat data geologi akan
disatukan kedalam pemodelan geologi untuk memprediksi lapisan PAF dibawah
pemukaan tanah.
Pembatasan dalam memprediksi AMD dimulai dari penilaian geologi untuk
mengetahui lingkungan pengendapan dari endapan lapisan penutup pada suatu area
tertentu. Pada bagian ini, seluruh informasi dari lubang bor meliputi karakteristik
litologi akan digunakan dalam memprediksi lingkungan pengendapan tempat dimana
mineral sulfida terbentuk. Hal ini akan memberikan pengetahuan yang baik mengenai
kondisi geologi pada area yang akan diprediksi.
Tahapan selanjutnya adalah penilaian geokimia yang akan dikembangkan
untuk mengetahui tingkat keasaman pada setiap sampel dan untuk mengklasifikasi
material kedalam PAF dan NAF. Proses selanjutnya adalah pemodelan geologi, untuk
mengetahui geometri, posisi dan kualitas NAG pada lapisan yang berpotensi
membentuk asam. Seluruh informasi mengenai material PAF akan digunakan dalam
manajemen AMD untuk pencegahan air asam tambang di tambang batubara.
2.2.3. Teknis Pemodelan Lapisan Penutup
Pemodelan lapisan penutup pada suatu area tertentu akan digambarkan dalam
bentuk 3 dimensi. Pemodelan menggunakan nilai x (kordinat bujur), y (kordinat
lintang) dan z (ketinggian) pada interval tertentu. Pemodelan lapisan penutup dibuat
setelah selesai dibuat pusat data AMD yang terdiri dari data litologi, data survei, dan
data kualitas NAG. Data kualitas terdiri dari hasil analisis geokimia yang berasal dari
sampel AMD dengan menggunakan pengujian NAG. AMD geologist akan
menggunakan data geologi tersebut dan dibantu dengan perangkat lunak komputer
akan membuat model lapisan penutup.
Pemodelan ini dimulai dengan mengklasifikasikan material yang berasal dari
lubang bor dan dimulai dari lubang bor yang memiliki data AMD. Data litologi,
logging geofisika, dan data kualitas material digunakan dalam proses pengklasifikasi.
Tiap material dari unit lapisan penutup akan diberi nama merujuk pada posisi
stratigrafi. Lapisan penutup dengan tipe material yang sama selanjutnya dikorelasi
dari suatu lubang bor ke lubang bor yang lainnya. Kode pada lapisan penutup dibuat
hanya pada lapisan yang terletak diatas atau dibawah lapisan batubara sampai lapisan
batubara yang akan ditambang. Kode lapisan penutup akan dideskripsi pada model
skema.
Prioritas pertama model stratigrafi yang akan dibuat yaitu membuat daftar
kualitas NAG. Kita membuat Grid dan Table file yang mengikuti skema, gridspec,
dan sheet model(2). Tahap selanjutnya adalah membuat tabel kualitas NAG dan
membuat penampang dan garis kontur untuk mengetahui distribusi lapisan PAF dan
NAF didalam pit tersebut. Kualitas NAG disusun terhadap lubang bor yang memiliki
data PH pada lapisan penutup. Penghitungan volume PAF dilakukan pada setiap area
poligon PAF hasil pemodelan.

3. Studi Kasus Prediksi AMD di PIT 8A Area Blok Timur

Studi AMD di Pit 8A dimulai pada tahun 2006. Dan juga dilakukan pada pit-
pit lain di area blok timur.
3.1 Investigasi AMD di PIT 8A

Sampel-sampel AMD (cutting dan core) berasal dari 15 lubang yang terdiri
dari 5 lubang yang keseluruhannya diambil sampel core dan 10 openhole dengan
jarak antar lubang 100-150m. Sampel-sampel tersebut dilakukan tes NAG untuk
mendapatkan data yang cukup untuk memodel lapisan penutup. Berdasarkan prosedur
IMM, pengklasifikasian batuan penutup secara sederhana dibagi menjadi 2 kategori
yaitu NAF (non-acid forming) jika nilai NAG pH > 5 dan PAF (Potentially Acid
Forming) jika nilai NAG pH < 5.

3.2 Kondisi Geologi

Lapisan penutup yang diendapkan di Pit 8A, secara umum berupa sikuen
batuan sedimen yang terdiri dari clay/mudstone dan siltstone. Carbonaceous
mudstone ditemukan sebagai atap dan alas lapisan batuabara (seam 8A). Mineral
sulfida ditemukan sebagai mineral utama pada carbonaceous mudstone.
Lingkungan pengendapan Pit 8A diinterpretasi sebagai daerah delta dimana
clay dan mudstone diendapkan pada kondisi air yang tenang. Air laut yang banjir
akibat perubahan pasang surut pada lingkungan delta memungkinkan mineral pirit
terbentuk dan berasosiasi dengan endapan clay dan mudstone.
Nilai sulfur yang tinggi pada batubara di Pit 8A juga mengindikasikan
lingkungan pengandapan Pit 8A dekat dengan laut, di daerah delta-laut.
3.3 Karakteristik Geokimia

Parameter yang dinilai adalah NAG pH dan nilai NAG menggunakan tes
NAG. Hasil tes dari 15 lubang menunjukkan bahwa dari 80 sampel teridentifikasi
sebagai PAF dan 57 sampel teridentifikasi sebagai NAF.
Sampel-sampel core dari 5 lubang AMD pada Pit 8A adalah 2097C, 2099C,
2093C, 2091C, dan 2119C yang telah dianalisa di laboratorium untuk mendapatkan
NAG pH dan nilai NAG (Kg H2SO4 / ton).
Sampel-sampel AMD terdiri dari beberapa macam litologi seperti Mudstone
(MS), carbonaceous mudstone (XM), Sandstone (SS), dan Soil (SO). Distribusi pH
NAG dari beberapa litologi ditunjukkan pada gambar 2.
Gambar 2 : NAG pH dari beberapa litologi di Pit 8A

Pada Pit 8A, carbonaceous mudstone memiliki NAG pH yang randah, hal ini
diinterpratasi bahwa XM mengandung banyak mineral sulfida. Sandstone yang
berasosiasi dengan clay dan carbonaceous, juga dapat menghasilkan nilai NAG pH
yang rendah
Hasil tes NAG pada 5 lubang di plot ke diagram untuk mendapatkan distribusi
pH dan material H2SO4. Material-material PAF dengan pH kurang dari 5 di plot pada
gambar 3. Gambar tersebut memberikan informasi hubungan antara NAG pH dan
H2SO4.
Dari diagram dibawah, menunjukkan bahwa nilai H2SO4 akan meningkat
mengikuti penurunan pH NAG. Kondisi saat kadar keasaman sedang tinggi, akan
membangkitkan kapasitas yang tinggi pada net acid saat reaksi kimia terjadi. Hasil ini
membuktikan bahwa terdapat hubungan antara pH NAG dan nilai NAG.

Gambar 3 : Hubungan antara NAG PH dan H2SO4

3.4 Pemodelan Lapisan Penutup

Pada model ini, kami menggunakan 433 lubang bor meliputi 53 lubang AMD
dengan luas daerah yang dimodel adalah 788 ha. 15 lubang AMD di pit 8A terdiri dari
5 lubang core dan 10 openhole.
Gambar 4: Distribusi lateral material PAF pada lapisan M81A, S81 dan M81B di PIT 8A

Gambar 5 : Penampang A-A’ melewati PIT 8A menunjukan distribusi vertikal material PAF
Gambar 6 : Penampang B - B’ melewati PIT 8A menunjukkan distribusi vertikal material PAF

Hasil model menunjukkan bahwa bagian dari lapisan M81A, S81, dan M81B
adalah PAF. Dari hasil perhitungan menunjukan 929.30 ribu bcm dari lapisan penutup
M81A, S81, dan M81B adalah PAF (potentially acid forming)

Table 2. Hasil Composite pH di PIT 8A

Table 3. Volume PAF di PIT 8A

4 Kesimpulan

Investigasi geologi yang dilakukan secara komprehensif dengan menggunakan


data-data geologi dapat digunakan untuk mengidentifikasi potensi air asam tambang
sebelum dimulainya aktivitas operasional penambangan sebagai upaya untuk
mencegah terjadinya air asam tambang di tambang batubara.
Dua aktivitas geologi yang berperan dalam memprediksi potensi air asam
adalah penyelidikan geologi untuk mengidentifikasi karakteristik lapisan penutup dan
pemodelan lapisan penutup.
Penyelidikan geologi adalah bagaimana mengumpulkan sampel-sampel dari
lapangan untuk kemudian dilakukan pengujian sampel di laboratorium, hingga
pengklasifikasian material lapisan penutup tersebut.
Pemodelan lapisan penutup harus terintegrasi dengan pemodelan perhitungan
sumberdaya batubara. Pengambilan keputusan dalam pemodelan di komputer dapat
dibuat berdasarkan peraturan-peraturan perundangan yang belaku, hipotesis, dan
konsep yang dapat diterima secara logika.

Referensi

[1] Joseph M. Tarantino, Dennis J. Shaffer; 1987; Planning the Overburden Analysis,
In Coal Mine Drainage Prediction and Pollution Prevention in Pennsylvania,
Pennsylvania Department of Environmental Protection.

[2] Mincom, 2006, Using Stratmodel, Jakarta (Unpublished)

Anda mungkin juga menyukai