Anda di halaman 1dari 15

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

PENDATAAN PHBS TATANAN RUMAH TANGGA


UPTD PUSKESMAS CIBITUNG

DINAS KESEHATAN
KABUPATEN SUKABUMI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa, atas segala rahmat
dan hidayahNya, sehingga penyusunan Kerangka Acuan Kegiatan pendataan PHBS di
tatanan rumah tangga ini dapat diselesaikan dengan baik.
Pendataan PHBS rumah tangga merupakan indicator dari kegiatan Program
Promkes dipuskesmas,untuk itu perlu adanya suatu panduan pelaksanaan,pedoman ini
dibuat sebagai acuan program promkes di puskesmas dalam pelaksanaan tindakan demi
meningkatkan mutu pelayanan.
Kami menyadari bahwa pedoman pelayanan ini masih jauh kesempurnaaan dan
masih banyak kekurangan, untuk itu masukan dan saran sangat kami harapkan untuk
kesempurnaannya dimasa yang akan datang.
Harapan kami semoga Pedoman ini dapat bermanfaat bagi para petugas
kesehatan dalam melaksanakan pelayanan yang optimal di Puskemas Cibitung
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu
diwujudkan sesuai dengan cita- cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam UUD 1945 melalui.Pembangunan N asional yang berkesinambungan
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Keberhasilan pembangunan kesehatan
sangat dipengaruhi oleh tersedianya sumber daya manusia yang sehat, terampil
dan ahli, serta disusun dalam satu program kesehatan dengan perencanaan terpa
du yang didukung oleh data dan informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan
bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden).
Penyakit menular masih merupakan masalah, sementara penyakit degeneratif
juga muncul sebagai masalah. Penyakit menular tidak mengenal batas wilayah
administrasi, sehingga menyulitkan pemberantasannya. Dengan tersedianya
vaksin yang dapat mencegah penyakit menular tertentu, maka tindakan
pencegahan untuk mencegah berpindahnya penyakit dari satu daerah a tau
negara ke negara lain dapat dilakukan dalam waktu relatif singkat dan dengan
hasil yang efektif. Menurut Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009,
“Paradigma Sehat” dilaksanakan melalui beberapa kegiatan antara lain
pemberantasan penyakit. Salah satu upaya pemberantasan penyakit menular
adalah upaya pengebalan (imunisasi).
Program imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat yang terbukti
paling cost efective dan telah diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956.
Dengan program ini, Indonesia dinyatakan bebas cacar sejak tahun 1974, selain
itu dengan telah diperluasnya program imunisasi menjadi Program
Pengembangan Imunisasi sejak tahun 1977, angka kesakitan dan kematian akibat
PD3I sudah dapat ditekan.
Upaya imunisasi perlu terus ditingkatkan untuk mencapai tingkat population
immunity ( kekebalan masyarakat ) yang tinggi sehingga PD3I dapat dibasmi,
dieliminasi atau dikendalikan. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
upaya imunisasi dapat semakin efektif, bermutu dan efisien.
Upaya penyelenggaran imunisasi dapat dilakukan di seluruh wilayah
Indonesia. Penyelengara kegiatan imunisasi disetiap daerah dilakukan oleh
Puskesmas dimasing-masing daerah yang ada.
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan di masyarakat
menyelenggarkan program imunisasi, yang dilakukan untuk bayi 0 sd 12 bulan,
balita, calon pengantin dan ibu hamil serta anak sekolah dasar. Agar
penyelenggaran progam imunisasi dapat berjalan dengan efektif dan efisien dan
bermutu maka diperlukan pedoman imunisasi yang digunakan oleh petugas dalam
menjalankan pelayanan imunisasi.
B. TUJUAN PEDOMAN
Tujuan Khusus
Sebagai dasar dan acuan dalam penyelenggaran progam imunisasi di
wilayah kerja Puskesmas tanjungsari
Tujuan Umum
1. Terpantaunya pelayanan imunisasi pada bayi, balita , wus dan anak usia
sekolah
2. Pelaksanaan imunisasi sesuai standar
3. Terpantaunya KIPI

C. SASARAN PEDOMAN
1. Dokter
2. Bidan
3. Perawat
4. Petugas Chold chain

D. RUANG LINGKUP PEDOMAN


Pedoman ini menngatur tentang ruang lingkup penyelenggaraan imunisasi
meliputi:
1. Pelayanan imunisasi dasar kepada bayi (hepatitis b, BCG, Polio, DPT-HB-Hib,
dan campak)
2. Pelayanan imunisasi tambahan pada balita backlog figting/ crash progam
campak (DPT-HB-Hib, campak)
3. Pelayanan imunisasi lanjutan anak sekolah (Dt, Td) dan wanita subur (TT)
4. Kegiatan PIN atau Sub PIN

E. BATASAN OPERASIONAL
Terselenggaranya imunisasi dasar/ wajib, tambahan dan lanjutan di wilayah kerja
Puskesmas Tanjungsari baik didalam gedung maupun luar gedung (Kelurahan
Tanjungsari, Sono kwijenan, Putat Gede)

F. LANDASAN HUKUM
1. UndangUndangnomor 36tahun 2009 tentangKesehatan
2. PeraturanMenteriKesehatannomor42 Tahun 2013 tntang Pedoman dan
Penyelenggaraan Imunisasi
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia (SDM)


Pola ketenagaan dan kualifikasi sumber daya manusia progam imunisasi :
No Nama Jabatan Kualifikasi Formal Keterangan
1 Tenaga Teknis imunisasi Perawat ( DIII) -
2 Tenaga Pelaksana Dokter -
Bidan (DIII)
Perawat (DIII)

Tugas dan Tanggung Jawab tenaga teknis, tenaga pelaksana


1. Melaksanakan kegiatan teknis Imunisasi
2. Melaksanakan kegiatan pencatatan dan pelaporan
3. Melaksanakan kegiatan penerimaan vaksin, perawatan Cold Chain,
penyimpanan vaksin serta distribusi vaksin baik ke pelayanan Puskesmas dan
Klinik Swasta
4. Melakukan konsultasi dengan tenaga kesehatan lain

B. Distribusi Ketenagaan
Distribusi tenaga pelayanan progam imunisasi terdiri dari :
1. Puskesmas Induk
1 orang tenaga teknis
1 orang atau lebih pelaksana
2. Puskesmas Pembantu
1 orang pelaksana
3. Posyandu
2 orang pelaksana Posyandu

C. JADWAL KEGIATAN
1.Jadwal kegiatan didalam Gedung dilaksanakan setiap hari apabila ada warga
masyarakat yang menginginkan bayi/balitanya di imunisasi.
2. Jadwal kegiatan diluar Gedung dilaksanakan diposyandu sesuai jadwal
posyandu masing-masing
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Standar Fasilitas
Standar Sarana
1. Ruangan Imunisasi menjadi satu dengan ruangan KIA
2. Penempatan vaksin dalam chold chain berada terpisah dengan ruangan
imunisasi. (Ruangan Chold Chain berada di ruangan Apotek).
Lingkup ini ruangan KIA adalah:
1. Ruangan KIA berukuran 3 X3.5 meter persegi, terdiri dari 3 bagian , bagian
konsultasi, bagian periksa dan bagian tindakan.
2. Langit langit berwarna terang dan mudah dibersihkan.
3. Dinding berwarna terang, berbahan keras, tidak berpori pori, kedap air, dan
mudah dibersihkan serta tahan terhadap bahan kimia ( keramik).
4. Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin, tidak berpori, warna terang, dan
mudah dibersihkan.
Lingkup ruangan chold chain adalah:
1. Jarak lemari es dengan dinding belakang adalah 10 – 15 cm, atau sampai
pintu lemari es dapat dibuka
2. Ruangan mempunyai sirkulasi udara yangcukup
3. Lemari es tidak terkena sinar matahari secara langsung
4. Lemari es menggunakan satu stop kontak
5. Ada alat pemantau suhu lemari es terdiri dari : 1 buah termometer dalam
lemari es, 1 buah freeztag, buku grafik dan lembar pencatatan suhu
3. Tempat pelayanan
Tempat pelayanan dalam gedung
a. Puskesmas induk terdiri dari 1 ruang poli kesehatan ibu dan anak
b. Puskesmas pembantu terdiri dari 1 ruang untuk pemeriksaan kesehatan
ibu dan anak
c. Poskeskel terdiri dari 1 ruang untuk pemeriksaan kesehatan ibu dan anak
Tempat pelayanan luar gedung
a. Posyandu
1 meja pelayanan di Posyandu (meja ke-5)
b. Sekolah
Ruangan UKS
Standar Fasilitas
1. Peralatan
Peralatan Imunisasi terdiri dari sejumlah alat medis yang digunakan untuk
melaksanakan kegiatan imunisasi:
a. Kit imunisasi
1. Pinset 2 buah
2. Vaksin cariier … buah
3. Lemari es biasa 1 buah
4. Lemari es vaksin 1 buah
5. Temometer muller buah
6. Freeze tag buah
b. Peralatan surveillans
komputer dan printer 1 buah
c. Mebelair
1. Meja kerja 1 buah
2. Kursi kerja 1 buah
3. Kursi hadap 2 buah
d. Penunjang
1. Tempat sampah medis 1 buah
2. Tempat sampah non medis 1 buah
e. Bahan habis pakai
1. ADS 0,05 ml, o,5 ml, 5 ml Sesuai kebutuhan
2. Kapas Sesuai kebutuhan
3. Vaksin (Hb, BCG.polio, DPT-HB-hib, Sesuai kebutuhan
dan campak)
4. Safety box Sesuai kebutuhan
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN
Kegiatan pelayanan imunisasi terdiri dari:
1. Perencanaan
a. Perencanaan sasaran
b. Perencanaan target cakupan
c. Perencanaan kebutuhan vaksin
2. Pelaksanaan
a. Persiapan petugas
b. Persiapan masyarakat
c. Pemberian layanan imunisasi
a) Pelayanan imunisasi dasar dan lanjutan (imunisasi TT) di dalam
gedung (Puskesmas tanjungsari, Puskesmas Pembantu Talagamurni
dan Puskesmas pembantu Banyuwangi)
b) Pelayanan imunisasi dasar dan tambahan luar gedung backlog
fighting/ crash progam ( 24 Posyandu)
c) Pelayanan imunisasi dasar lanjutan anak sekolah (…. SD…. SMPN)
d) Kegiatan imunisasi masal untuk antigen tertentu dalam waktu tertentu
dan dalam wilayah tertentu (PIN, Sub Pin).
d. Koordinasi
3. Pengelolaan rantai vaksin
4. Pengelolaan limbah
5. Pencatatan dan pelaporan

B. LANGKAH KEGIATAN
Langkah-langkah kegiatan imunisasi:
1. Perencanaan
Perencanaan sasaran dilakukan di setiap tahun kegiatan
BAB V
LOGISTIK
Logistik dalam pelayanan Imunisasi meliputi :
A. Vaksin
No Nama Vaksin Satuan Jenis Vaksin
1 Vaksin BCG Strain Danish Vial Vaksin BCG
1331
2 Vaksin Pentabio Vial Vaksin DPT-HB-Hib
3 Vaksin Jerap Tetanus Vial Vaksin Tetanus Toksoid
4 Vaksin Jerap DT Vial Vaksin Difteri Tetanus
5 Vaksin Oral Polio Vaccine Vial Vaksin Polio
(BOPV)
6 Meales Vaccine Dilvent Vial Vaksin Campak Kering
7 Vaksin Hepatitis B PID Vial Vaksin Hepatitis B

B. Bahan habis pakai


No Nama Barang Satuan
1 Pelarut Vaksin Campak Vial
2 Pelarut Vaksin BCG Vial
3 Drooper Biji
4 Kapas Biji
5 ADS (Auto Distruct Syringe)0,05 ml, 0,5 ml, 5,0 Dos
ml
6 Safety Box Volume 5 ltr Biji
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGAM
A. Pengertian
Keselamatan Pasien (Patient Safety) adalah suatu sistem dimana puskesmas
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
1. Asesmen Resiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien
3. Pelaporan Dan Analisis Insiden
4. Kemampuan Belajar Dari Insiden Dan Tindak Lanjutnya
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
1. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
2. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya tidak diambil
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di puskesmas
2. Meningkatnya akuntabilitas puskesmas terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di puskesmas
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)

KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN (KTD)


Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien.
Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis
karena tidak dapat dicegah.

KEJADIAN NYARIS CEDERA (KNC)


Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambill (omission), yang dapat
mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi :
1. Karena “keberuntungan”
2. Karena “pencegahan”
3. Karena “peringanan”

KESALAHAN MEDIS
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan
atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.
C. Tata Laksana
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada
pasien
2. Melaporkan pada dokter
3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter
4. Mengobservasi keadaan umum pasien
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “Pelaporan Insiden
Keselamatan”.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
I. Pendahuluan
HIV/AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV
menjadi lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejala. Setiap hari
ribuan anak berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 – 49
tahun terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara-negara
berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan
yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan
kasus yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV/AIDS terjadi akibat masuknya
kasus secara langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara
potensi penularan dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks
bebas tanpa pelindung, pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum
ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan
menembus kulit : tatii, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui
tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa
menurut data PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor
sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat
menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat
dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat
keinginan untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa
melindungi semua pihak dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran
infeksi dikenal melalui “Kewaspadaan Umum” atau “Universal Precaution” yaitu
dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi
petugas kesehatan.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan
kontak langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus
tentunya mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan
wajib menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya dari resiko tertular penyakit
agar dapat bekerja maksimal.
II. Tujuan
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya
dapat melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran
infeksi.
b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya
mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkunagn
tempat kerjanya, untuk menghindarkan paparan tersebut setiap petugas
harus menerapkan prinsip “Universal Precation”.

III. Tindakan Yang Beresiko Terpajan


a. Cuci tangan yang kurang benar.
b. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
d. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
e. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
f. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

IV. Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan
kerja adalah menjaga hygiene sanitasi individu, hygienie sanitasi ruangan dan
sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan
pokok yaitu:
a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang.
b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna
mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai.
d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan.
e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di Puskesmas Cibitung dalam memberikan


pelayanan imunisasi adalah kejadian abses pasca imunisasi suntik 0%.
Dalam pelaksanaan indicator mutu menggunakan buku monitoring dan evaluasii
indicator mutu pelayanan dan dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada tim mutu dan
direktur pelayanan.
BAB IX
PENUTUP

Buku Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Imunisasi ini merupakan kumpulan


dari beberapa reverensi buku panduan pelayanan imunisasi di Puskesmas, diharapkan
dapat membantu penyelenggaraan imunisasi di puskesmas agar pelayanan imunisasi
dapat berjalan dengan baik sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
khususnya bayi, balita dan apras secara optimal.
Pedoman penyelenggaraan pelayanan imunisasi merupakan acuan puskesmas
dalam membuat standart operasional prosedur (SOP) imunisasi. Diharapkan standar ini
bermanfaat dan dapat membantu petugaas pemberi pelayanan dalam melaksanakan
asuhan kebidanan/keperawatan baik di dalam gedung maupun diluar gedung, yang pada
akhirnya diharapkan agar kualitas dan efektivitas pelayanan imunisasi diPuskesmas
terus meningkat.
Penyusunan pedoman penyelenggaraan pelayanan imunisasi ini telah diusahakan
sebaik-baiknya. Namun demikian tentu masih terdapat kekurangan dn kekeliruan dalam
penyusunan pedoman ini, untuk itu saran perbaikan dan penyempurnaan pedoman
penyelenggaraan pelayanan imunisasi ini kami harapkan dari berbagai pihak yang terkait
demi kesempurnaan pedoman ini.

Anda mungkin juga menyukai