Anda di halaman 1dari 22

PANDUAN PELAYANAN BEDAH

BAB I
DEFINISI

A. PELAYANAN BEDAH
Pelayanan bedah adalah standar pelayanan berdasarkan kompetensi yang
dimiliki oleh seorang dokter spesialis bedah, dan merupakan kewenangan
untuk melakukan tindakan pembedahan dan merupakan hak istimewah yang
diberikan kepada dokter spesialis bedah, oleh karena itu harus dikerjakan
secara bertanggung jawab berlandaskan etik dan moral.

Ilmu Bedah adalah ilmu yang mempelajari tentang usaha penyembuhan


dengan melakukan pengirisan, pemotongan, pengeratan untuk meniadakan
penyebab penyakit, dan memperbaiki jaringan yang rusak, serta mengubah
bentuk tubuh.

Dokter Spesialis Bedah didalam menjalankan dan mengamalkan


profesinya mempunyai wewenang sesuai dengan kompetensi yang didapat
selama pendidikan. Kompetensi tersebut meliputi penguasaan pengetahuan
dan teknologi dibidang ilmu bedah, kemampuan keterampilan dan sikap
perilaku.

Tujuan Pelayanan Bedah :


1. Melindungi pasien pada khususnya dan masyarakat pada umumnya
untuk mendapatkan pelayanan sesuai panduan yang berlaku.
2. Melindungi profesi dan tuntutan-tuntutan masyarakat yang tidak wajar.
3. Sebagai pedoman didalam pengawasan dan pembinaan praktek dokter
spesialis bedah untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
4. Sebagai acuan dan pelengkap rumah sakit didalam menjalankan
pelayanan kesehatan secara tepat guna.

1
5. Sebagai panduan sesama profesi dibidang spesialisasi bedah untuk saling
menghormati dan menghargai kewenangan bidang keahlian masing-
masing.

Panduan Pelayanan Bedah diartikan sebagai acuan yang harus


dipergunakan sebagai petunjuk didalam menjalankan profesi secara baik
dan benar. Didalam aplikasi pelaksanaannya akan sangat tergantung
kepada situasi dan kondisi setempat, khususnya menyesuaikan dengan
fasilitas dan sumber daya manusia. Karena itu Panduan Pelayanan Bedah
ini dibuat dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut sehingga
menghasilkan panduan yang lentur dan cukup sederhana untuk
memenuhi keinginan melayani masyarakat sebaik-baiknya.
Acuan ini merupakan prosedur untuk menangani kasus-kasus
yang akan ditangani oleh dokter spesialis bedah. Telah dicantumkan
batas-batas wewenang dari dokter spesialis bedah pada kasus-kasus
tertentu yang harus dirujuk atau yang dapat ditangani sendiri. Diharapkan
rumah sakit dapat menetapkan pelayanan kasus-kasus tersebut sesuai
dengan Panduan Pelayanan Bedah.
Dokter Spesialis Bedah didalam melaksanakan profesinya,
mampu bersikap dan berperilaku secara bertanggung jawab serta
mentaati semua ketentuan sesuai dengan Panduan Pelayanan Bedah
didalam menjaga mutu pelayanan. Sikap tersebut diatas perlu dilandasi
dengan etika dan moral yang baik terhadap pasien, sejawat dan mitra
kerja yang lain sesuai dengan lafal sumpah dokter.
Standar ini akan selalu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi,
sehingga secara berkala akan selalu dievaluasi dan disempurnakan sesuai
dengan perkembangan ilmu kedokteran.

B. ISTILAH –ISTILAH DALAM PELAYANAN BEDAH.


1. Pelayanan Bedah adalah salah satu kegiatan pelayanan rumah sakit yang
meliputi manajemen pra-operatif, manajemen intra operatif dan
manajemen post operatif.

2
2. Tim Bedah adalah suatu kesatuan operasional dalam melakukan suatu
tindakan operasi yang terdiri dari operator, asisten operator, dokter
anestesi dan perawat.
3. Sign in adalah verifikasi pasien operatif yang dilakukan sebelum pasien
dilakukan induksi oleh dokter anestesi.
4. Time out adalah verifikasi pasien operatif yang dilakukan sebelum pasien
dilakukan insisi oleh operator.
5. Sign out adalah verifikasi pasien operatif yang dilakukan sebelum tim
operasi menutup luka operasi.
6. Informed consent adalah suatu pernyataan persetujuan tindakan medis
yang ditandatangani oleh dokter pemberi informasi dan pasien yang
setuju terhadap tindakan yang akan dilakukan.
7. Recovery room adalah suatu ruangan observasi pasien post operasi yang
merupakan ruangan transit sebelum dipindahakan ke ruang perawatan
atau pulang.
8. Wrong site, wrong procedure dan wrong person surgery adalah suatu
kejadian tidak diharapkan ( KTD ) yang dapat dicegah dengan
memastikan tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien yang akan
dilakukan tindakan operasi.
9. Manajemen pra operatif adalah suatu pengelolaan bedah dalam
melakukan persiapan baik terhadap persiapan alat maupun persiapan
pasien sebelum dilakukan operasi.
10. Manajemen intra operatif adalah suatu pengelolaan bedah dalam
melakukan tindakan operasi didalam kamar operasi.
11. Manajemen post operatif adalah suatu pengelolaan bedah yang
dilakukan saat operasi selesai baik untuk pengelolaan pasien diruangan
pemulihan dan pembersihan alat serta kamar operasi.

3
BAB II
RUANG LINGKUP

A. PELAYANAN BEDAH
1. Instruksi dan persiapan pre-operatif.
2. Evaluasi dan pemeriksaan pre-operatif yang memadai oleh dokter
bedah, sebelum dilakukan tindakan pembedahan.
3. Tindakan operatif sesuai indikasi medis.
4. Rencana tindakan operatif dibuat oleh dokter bedah dan didiskusikan
dengan pasien kemudian mendapat persetujuan pasien, dicatat diberkas
rekam medis pasien.
5. Tindakan operatif dilakukan oleh dokter bedah, sebelumnya
dikonsulkan kepada dokter anestesi untuk dinilai apakah layak
dilakukan tindakan operatif dengan pemilihan jenis anestesi lokal,
anestesi spinal dan anestesi umum.

B. PEMBAGIAN PELAYANAN BEDAH


1. Bedah Kebidanan dan Kandungan : tindakan bedah yang hanya dapat
dilakukan seorang dokter spesialis kebidanan dan kandungan.
2. Bedah Umum : tindakan bedah yang hanya dapat dilakukan seorang
dokter spesialis bedah umum di Kamar Operasi.
Tindakan bedah umum yang dapat dilakukan adalah dari semua jenis
tindakan sesuai standar profesinya dan berdasarkan kompetensi yang
dimiliki oleh seorang dokter bedah.
3. Bedah THT : tindakan bedah yang hanya dapat dilakukan seorang
dokter spesialis THT pada area telinga, hidung, tenggorokan, kepala
dan leher.
4. Bedah Mata : tindakan bedah yang hanya dapat dilakukan seorang
dokter spesialis mata.
5. Bedah Orthopaedi : tindakan bedah yang hanya dapat dilakukan
seorang dokter spesialis bedah tulang pada area tulang dan sendi.
6. Bedah Gigi dan Mulut : tindakan bedah yang hanya dapat dilakukan

4
seorang dokter spesialis gigi dan mulut.

C. JENIS OPERASI

I. Kebidanan dan Kandungan :


1. Sectio
II. Caesaria
Bedah Umum:
2.
1. Dilatasi dan Kuretase
Appendectomy
3.
2. Laparatomi
HerniotomyKebidanan
dan Tension Free Hernioraphy
4.
3. Incisi / ekstirpasi / marsupialisasi
Haemorrhoidectomy
5.
4. Minilap / Pomoroy
Laparatomi dewasa
6.
5. Hidrotubasi
Laparascopy
7.
6. Aff IUD / incisi / mastektomi
Ekstirpasi
8.
7. Pemasangan laminaria
Isthmulobektomy
9.
8. Laparoscopi
Repair luka
10. Eksplorasi perdarahan / re-hecting / plasenta manual
III. THT :
1. Tonsilektomi
2. FESS
3. Irigasi sinus

IV. MATA :
1. Katarak
2. Incisi

V. Bedah lain – lain :


1. Bedah Orthopaedi
2. Bedah Gigi dan Mulut
Penggunaan Kamar Operasi :
Kamar operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit, tempat untuk
melakukan tindakan pembedahan, baik elektif maupun cito / emergency,
yang membutuhkan keadaan suci hama (steril). Penggunaan kamar
pembedahan RS Bakti Timah untuk tindakan bedah elektif / berencana dan
operasi cito / emergency.

5
Secara umum lingkungan kamar operasi terdiri dari 3 area :
1. Area bebas terbatas (unrestricted area).
Pada area ini petugas dan pasien tidak perlu menggunakan pakaian
khusus kamar operasi,transfer pasien dilakukan pada area ini.Area ini
ditandai dengan garis hijau
2. Area semi ketat (semi restricted area).
Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus kamar
operasi yang terdiri atas topi, masker, baju operasi dan celana
operasi.Area ini ditandai dengan garis kuning.
3. Area ketat / terbatas (restricted area).
Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus kamar
operasi lengkap dan melaksanakan prosedur aseptic. Area ini ditandai
dengan garis merah.

D. KELOMPOK POPULASI PASIEN BEDAH


Pelayanan bedah diperuntukkan untuk kelompok pasien dewasa, anak,
pediatrik, bayi maupun usia lanjut.

E. TEMPAT PELAYANAN BEDAH


Pelayanan bedah dapat dilakukan di Kamar Bedah, unit bedah sehari (day
surgery), poliklinik gigi, ruang tindakan poliklinik, Instalasi Gawat
Darurat maupun ruang Intensif Care Unit.

F. WAKTU PELAYANAN BEDAH


Elektif / terencana : 07.00 – 14.00 WIB
Emergency : tersedia 24 jam

6
BAB III
TATA LAKSANA

A. STANDAR DAN KETENAGAAN


Tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan bedah meliputi :
1. Dokter Spesialis Bedah
Dokter spesialis bedah umum, spesialis obstetri dan ginecology,
spesialis bedah gigi dan mulut, spesialis bedah orthopaedi, spesialis
bedah THT, spesialis Mata, yang berpraktik di RS Medika Stannia
Sungailiat, merupakan anggota PABI dan IDI yang mempunyai
Surat Tanda Registrasi (STR) yang dikeluarkan Konsil Kedokteran
Indonesia dan Surat Ijin Praktik (SIP).
Dengan standar kompetensi :
Mampu melakukan pengelolaan perioperatif, yang mencakup
a. Mampu melakukan evaluasi dan terapi pre-operatif.
b. Mampu melakukan penatalaksanaan medis pasien dan
prosedur - prosedur pelayanan bedah.
c. Mampu melakukan evaluasi dan terapi pasca-operatif
d. Mampu melakukan tindakan resusitasi.
e. Mampu melakukan pengelolaan kardiopulmoner.
f. Mampu melakukan penatalaksanaan nyeri.
g. Mampu melakukan pengelolaan trauma dan
kedaruratan.
Dokter spesialis bedah wajib mengikuti CPD (Continuing
Professional Development) setiap tahun sesuai ketentuan PABI
dan memperbaharui STR sesuai undang-undang yang berlaku.

2. Perawat Kamar Bedah


Perawat kamar bedah adalah perawat dengan kualifikasi bedah
dengan kemampuan perawatan bedah.

7
Tugas perawat kamar bedah :
a. Membantu dokter spesialis bedah dalam hal menyiapkan alat
dan obat, memberikan obat, memantau pasien, melakukan RJP
dan lain-lain bila diperlukan.
b. Tugas mandiri, melakukan asuhan keperawatan bedah, yaitu
mempersiapkan pasient greeting, memasang kateter, memasang
infus intravena, dan memberikan cairan infus. Juga
mempersiapkan alat-alat bedah dan obat-obat anestesi.

3. Dokter umum dan dokter gigi


Dokter yang berpraktek di RS Medika Stannia Sungailiat,
merupakan anggota IDI / PDGI yang mempunyai Surat Tanda
Registrasi (STR) yang dikeluarkan Konsil Kedokteran Indonesia
dan Surat Ijin Praktik (SIP).

B. STANDAR PENUNJANG UTAMA PELAYANAN KAMAR BEDAH


1.1 Standar Peralatan Bedah Besar
a. Satu meja operasi khusus
b. Satu lampu operasi
c. Satu mesin anestesi dengan saluran gas medik
d. Peralatan monitor bedah
e. Instrument trolley untuk peralatan bedah

1.2 Standar Peralatan Bedah Umum


a. Satu Meja operasi khusus
b. Satu set lampu operasi terdiri atas lampu utama dan lampu satelit
c. Satu mesin anestesi dengan saluran gas medik
d. Peralatan monitor bedah
e. Instrument trolley untuk peralatan bedah

1.3 Standar Peralatan Alat Kesehatan Lain


a. Bag valve mask bayi, anak dan dewasa

8
b. Autoclave; Capnograf
c. Laryngoscope bayi / dewasa
d. ETT Non Kin-King ( No : 2, 5, 3, 3, 5, 4 )
e. LMA Proseal ( No : 1, 5, 2, 2, 5 ) ; Mandrin ETT Bayi / Dewasa
f. Masker Anestesi ( No : 2, 4, 5 ), ukuran O, ukuran O+Boring,
ukuran Oa.
g. Oropharyngeal Airway ; Oxigen Transport ; Set Bedah anak
h. Set Curet ; Set Histerectomy ; Set SC,Set Bedah Umum,Set Bedah
Anak, Set THT, set mata, orthopedic set, laparoscopi set,
i. Dan lain-lain yang sesuai standar peralatan yang dibutuhkan
dikamar operasi yang berlaku di RS Medika Stannia.

1.4 Peralatan-peralatan yang harus segera tersedia jika diperlukan


sewaktu- waktu, yaitu :
a. LMA untuk menanggulangi kesulitan intubasi.
b. Peralatan untuk infus cairan secara cepat.
c. Peralatan untuk melakukan blok subaraknoid dan epidural.

1.5 Kebutuhan lainnya untuk keamanan tindakan anestesi meliputi:


a. Penerangan yang cukup untuk melakukan pemantauan klinis
pasien.
b. Penerangan darurat dan sumber listrik darurat.
c. Telepon / interkom untuk berkomunikasi dengan orang di luar
kamar operasi.
d. Alat pendingin untuk penyimpanan cairan, obat-obatan dan produk
biologik.
e. Alat pengatur suhu ruangan untuk mempertahankan suhu kamar
operasi antara 18-28°C.
f. Troli atau tempat tidur transfer pasien.

1.6 Peralatan di Ruang Pemulihan :

9
a. Kebutuhan Per-ruangan : Troli Emergency dan Troli Patient
Monitor.
b. Kebutuhan Per-tempat tidur : Bedside Cabinet, Matras tempat
tidur, Tiang Infus, Walloutlet + Humidifier (oksigen central).

C. STANDAR OBAT DI KAMAR BEDAH


1. Obat-obat Anestesi : Propofol ; Midazolam ; Ketamin ; Petidin;
Morfin ; Fentanil ; N2O ; Sevofluran.
2. Obat Penunjang Anestesi : Atrophine Sulfat ; Prostigmin ; Nalokson
; Furosemid ; Analgetik ; Dextrose 40% ; Pitosin ; Metergin ; Adona ;
Transamin ; Dexametason.
3. Obat Emergensi : Adrenalin ; Aminophillin Inj. ; Cordaron Inj. ;
Dexamethason Inj. ; Diazepam Inj. ; Midazolam ; Dopamin Inj. ;
Epinefrin Inj. ; Kalsium Glukonas Inj. ; Lidocain Inj. ; Norephineprin
Inj. ( Naloxon ); Atropin Sulfas Inj; .

D. STANDAR PELAKSANAAN
A. Tahapan Pelayanan di Instalasi Kamar Operasi
1. Pre Operative, meliputi :
 Persiapan Administrasi
- Surat ijin operasi, surat ijin tindakan anestesi
- Surat rawat/ pengantar
- Persetujuan tindakan medik
- Registrasi rawat inap
- Penjadwalan operasi & kolaborasi dengan dokter
- Konsultasi spesialis lain dan pemeriksaan penunjang
- DPJP
• Persiapan Pasien
- Penerimaan pasien
- Penanganan cemas
- Puasa
- Pelepasan protesa

10
- Pencukuran dan huknah
- Pemasangan infuse
- Penggantian pakaian

 Penandaan Lokasi operasi


Penandaan lokasi operasi adalah proses kegiatan pemberian
tanda pada lokasi operasi pasien sebelum dilakukan insisi.
Pelaksana adalah operator (dokter yang akan melakukan operasi)
Penandaan lokasi operasi harus dilakukan sebelum pasien masuk
kamar operasi / ruang tindakan. Bila terhadap pasien akan
langsung dilakukan tindakan segera (cito) / pada hari yang sama,
maka operator langsung menandai lokasi atau tempat yang akan
dioperasi. Bila terhadap pasien akan dilakukan tindakan elektif,
maka penandaan lokasi operasi dilakukan pada saat pasien
datang di ruang perawatan atau di ruang induksi. Penandaan
dilakukan di tempat atau dekat lokasi operasi. Tanda dibuat
melingkari lokasi, dan seterusnya yang akan dilakukan operasi
dengan jelas. Penandaan dilakukan pada semua kasus termasuk
sisi (Laterality), struktur multiple (jari tangan, jari kaki, lesi) atau
multiple level (tulang belakang). Penandaan menggunakan spidol
hitam permanen. Penandaan dilakukan pada saat pasien sadar,
belum dilakukan pembiusan (jika memungkinkan)
Penandaan lokasi operasi tidak dilakukan pada kasus
a. Sectio Caesaria, operasi jantung, laparotomi
b. Kasus intervensi dimana menggunakan kateter / instrumen
yang diinsersi (contoh kateterisasi jantung)
c. Pada kasus dimana lokasi operasi tidak dapat ditandai,
misalnya operasi gigi, penandaan lokasi operasi dilakukan
pada foto rontgen gigi / panoramik dengan cara melingkari
bagian gigi yang akan di operasi pada foto rontgen
d. Kasus luka bakar
e. Operasi THT seperti tonsilektomi

11
f. Bayi prematur karena menyebabkan tanda yang permanen

• Persiapan Medis
- Pengkajian riwayat penyakit
- Pengkajian riwayat pemakaian obat
- Pengkajian riwayat alergi dan asma
- Pengkajian Operasi dan Anestesi
- Pengkajian riwayat kebiasaan
- Pemeriksaan tanda-tanda vital
- Medikasi Pra bedah
- Premedikasi Anestesi

 Penjadwalan Operasi dari Poliklinik


1. Pasien diantar oleh perawat Poliklinik dengan membawa surat
pengantar (surat pengajuan operasi) DPJP, kemudian dikirim
minimal 6 (enam) jam sebelum operasi ke IGD disertai surat
persetujuan operasi dan tindakan medik yang sudah ditanda
tangani oleh dokter DPJP, pasien, saksi keluarga dan perawat.
2. Perawat poliklinik menghubungi perawat IBS untuk
penjadwalan operasi.
3. Perawat kamar operasi menulis di daftar penjadwalan sesuai
dengan permintaan DPJP.
4. Bila pasien bayi / anak pada saat pendaftaran berat badan dan
umur harus ditulis dibuku penjadwalan
5. Pasien dianjurkan datang 1 hari sebelum operasi, bila pasien
rencana operasi pagi hari, anjurkan datang pada malam harinya,
jika pasien rencana operasi sore hari anjurkan datan pada pagi
harinya. (sesuaikan jam Chek in Rumah sakit)
6. Surat pengantar harus dibaca dengan benar agar sesuai dengan
instruksi dari dokter.

12
7. Lakukan kolaborasi dengan dokter operator dan lakukan
konsultasi ke dokter anestesi sesuai dengan prosedur oleh dokter
jaga.
8. Pada saat menulis penjadwalan operasi, lihat apakah ada jam
operasi bersamaan, (hindari kejadian tersebut dari saat pasien
berada di poliklinik, lakukan konfirmasi sebelumnya oleh
perawat poliklinik ke OK) berikan jarak waktu antara operasi
satu dengan lainnya.
9. Ingatkan pasien untuk membawa perlengkapan secukupnya saat
masuk RS.

 Penjadwalan Operasi Elektif dari Ruangan Rawat Inap


1. Perawat ruangan melaporkan kepada perawat OK untuk
mendaftarkan pasiennya tentang rencana operasi (tanggal, jam
operasi dan dokter operator).
2. Perawat OK menulis jadwal operasi dibuku rencana operasi.
3. Perawat OK memberitahukan kepada dokter tentang rencana
operasi.
4. Perawat OK mengingatkan perawat ruangan untuk menyiapkan
pasiennya (puasa, lavement, tanda tangan SIO, laboratorium,
dll)
5. Satu jam sebelum operasi, pasien harus sudah berada dikamar
persiapan operasi dengan diantarkan oleh perawat ruangan.

 Penjadwalan Operasi Cito


1. Perawat OK menerima laporan bahwa akan ada operasi cito
baik dari rungan kebidanan, IGD, Poliklinik, RS luar maupun
dari DPJP.
2. Tim OK harus menyiapkan ruangan serta persiapan operasi
lainnya.
3. Satu orang perawat lainnya menghubungi dokter anestesi dan
dokter pendamping operasi ( jika dibutuhkan misalnya pada

13
operasi sectio caesaria membutuhkan pendampingan dokter
spesialis anak untuk melakukan reusitasi pada bayi).
4. Apabila pasien berasal dari ruangan kebidanan, maka bidan
segera menyiapkan pasiennya. Sedangkan bila pasien berasal
dari IGD, Rawat inap maka segera persiapkan pasien dan yang
bertanggung jawab adalah perawat.
5. Operasi darurat harus dilaksanakan 30 menit sejak
diputuskannya tindakan operasi

 Penerimaan Pasien Rencana Operasi Elektif di Kamar Operasi


1. Pasien / keluarga pasien datang ke RS untuk melakukan
registrasi ulang
2. DPJP membuat orderan penjadwalan operasi kedalam status
rekam medis. Kemudian perawat pendamping menghubungi
OK untuk mendaftar jadwal operasi.
3. Pasien diterima oleh perawat OK dari ruangan rawat inap dan
dilakukan anamnesa keperawatan dan anestesi serta
pemeriksaan fisik.

4. Lengkapi persiapan operasi ;


a) Surat persetujuan operasi, tindakan medik, hasil
konsultasi dokter anestesi, DPJP dan buku rawat inap,
pengantar PA,
b) Status anestesi, lembar kassa dan surgical check list
c) Status bayi
d) Lakukan pemasangan gelang pasien dengan penulisan
identitas sesuai dengan prosedur.
e) Jika pasien rencana operasi Histrektomi vaginal dan
laparatomi lakukan huknah tinggi sesuai dengan prosedur,
dan operkan keruangan untuk huknah dan cukur daerah
operasi.

14
f) Ingatkan pasien untuk puasa sesuai dengan usia pasien
(bila masih lama dari jadwal tindakan maka anjurkan
pasien untuk makan dahulu).
g) Laporkan kepada tim operasi mengenai kedatangan
pasien rencana operasi sesuai dengan prosedur.
h) Laksanakan instruksi dokter sebelum operasi bila ada,
atau lakukan persiapan- persiapan khusus sesuai dengan
indikasi (rekam EKG, pemberian antibiotika, persiapan
darah, dan lain-lain)
i) Lengkapi Berkas Rekam Medis pasien pre operasi
j) Laksanakan asuhan keperawatan pada pasien sesuai
dengan Standar yang berlaku, (hilangkan kecemasan
pasien)
k) Pindahkan pasien ke ruang perawatan sesuai dengan kelas
pasien, dan lakukan serah terima dengan teliti ke
Ruangan.
l) Pindahkan kembali pasien ke ruang persiapan operasi 1
jam sebelum operasi.
m) Saat pasien pindah ke OK, lakukan serah terima dengan
menggunakan chek list dokumantasi perioperatif.( tulis
nama perawat ruangan dan perawat RR / anestesi )
n) Perawat OK mengecek kembali identitas kesesuaian
pasien kemudian memperkenalkan diri sesuai dengan
tugasnya.
o) Lakukan penggantian baju OK 1 jam sebelum operasi
p) Anjurkan keluarga pasien untuk menemani pasien
sebelum operasi.
q) Masukkan pasien pre operasi ke kamar operasi sesuai
dengan prosedur (15-30 menit sebelum op, anjurkan
berdoa, dan jelaskan nama tim operasi)

 Penerimaan Pasien Operasi Cito di Kamar Operasi

15
1. Perawat / bidan OK menerima laporan tindakan operasi CITO,
baik dari kamar bersalin, Rawat jalan, IGD, maupun ruang
rawat inap.
2. Tim perawat OK bertugas untuk menyiapkan ruangan beserta
peralatan yang akan digunakan
3. Satu orang perawat menyiapkan administrasi pasien (informed
consent, Laboratorium, dll)
4. Perawat lainnya menghubungi Tim Operasi sesuai jenis
operasinya, yang meliputi :
 Dokter Operator
 Dokter Anestesi
 Dokter pendamping jika dibutuhkan
5. Apabila pasien berasal dari instalasi kamar bersalin, maka
bidan yang menyiapkan pasiennya sedangkan apabila pasien
berasal dari Rawat Jalan, IGD, RS luar, maka yang menyiapkan
pasien adalah perawat OK
6. Apabila berkaitan dengan kasus obstetri, maka bidan Kamar
Bersalin yang akan melakukan pemeriksaan kebidanan
7. Operasi darurat harus dapat dilaksanakan dalam waktu 30
menit sejak diputuskan untuk tindakan operasi

2. Intra-Operative, meliputi :
 Sebelum Induksi (Sign In)
Dilakukan sebelum induksi anastesi, minimal dihadiri oleh perawat
dan dokter anastesi.
Dibacakan oleh perawat sirkulasi.
a. Pembacaan nilai kritis hasil pemeriksaan penunjang (tanda-tanda
vital, laboratorium, dan lain-lain)
b. Pasien dikonfirmasi identitas, area operasi dan lembar persetujuan
c. Pengecekan penandaan area operasi
d. Pengecekan mesin anastesi, obat-obatan dan kelengkapan alat-alat
operasi termasuk, pulse oxymetri.

16
e. Menanyakan riwayat alergi pada pasien
f. Apakah ada penyulit atau risiko aspirasi pada pasien
g. Pengecekan kembali jika membutukan pemasangan implan.
h. Kemungkinan risiko kehilangan darah > 500 ml atau 7 cc/kgBB
(anak)
i. Mengisi formulir check list keselamatan operasi dan diperiksa oleh
DPJP anastesi

 Sebelum Incisi (Time Out)


Dilakukan sebelum incisi kulit, diisi oleh perawat, dokter anastesi dan
operator, didahului oleh doa dan dibacakan perawat sirkulasi.
a. Mengkonfirmasi/ membacakan tim operasi sudah lengkap (contoh
untuk operasi sectio caesaria : dokter operator, asisten, dokter
anak, dan anastesi.
b. Mengkonfirmasi / membacakan nama pasien, jenis tindakan dan
area yang akan di operasi
c. Mengkonfirmasi pemberian antibiotik profilaksis sudah diberikan
minimal 60 menit sebelum tindakan.
d. Antisipasi kejadian kritis :
1. Dokter operator : tindakan darurat adalah prosedur diluar
standar operasi yang akan dilakukan, waktu operasi, dan
antisipasi kehilangan darah.
2. Dokter anastesi : hal-hal khusus yang harus diperhatiakn pada
pasien saat pembiusan.
3. Perawat : memastikan alat sudah disterilisasi, apakah ada
perhatian khusus pada alat-alat.

 Sebelum menutup luka operasi (sign out)


Dilakukan sebelum pasien meninggalkan OK, diisi oleh perawat, dokter
anastesi dan operator, dibacakan oleh perawat sirkulasi.
a. Perawat sirkulasi membacakan :
1. Nama pasien
2. Jenis tindakan,

17
3. Kecocokan jumlah instrumen, kassa, jarum, sebelum dan sesudah
operasi
4. Label dan spesimen (membacakan identitas pasien, jenis
spesimen, register, ruangan yang tertera pada label)
5. Masalah pada alat-alat yang digunakan
b. Pendapatan apakah ada yang menjadi perhatian khusus pada saat
pemulihan (recovery)

3. Post-Operative, meliputi :
Kegiatan post-operative adalah memantau status fisiologis pasien
selama masa pemulihan pasca anestesi sampai pasien pindah ruangan
atau pasien pulang.
Kriteria penilaian pasien pasca anestesi :
 Aldrete Score adalah penilaian pemulihan pasien saat dipindahkan dari
ruang pemulihan ke ruang rawat inap setelah memenuhi criteria Aldrete
Score ≥ 8 untuk pasien dewasa.
 Steward Score adalah penilaian pemulihan pasien saat dipindahkan
dari ruang pemulihan ke ruang rawat inap setelah memenuhi criteria
Aldrete Score ≥ 5 untuk pasien bayi / anak.
 Bromage Score adalah penilaian pemulihan pasien saat dipindahkan
dari ruang pemulihan ke ruang rawat inap setelah memenuhi criteria
Bromage Score nilai 2.

18
BAB IV
DOKUMENTASI

A. DOKUMENTASI
Dokumentasi atau pencatatan / pelaporan merupakan suatu faktor
dalam pengelolaan yang berkualitas dan menjadi tanggung jawab
dokter spesialis bedah. Meskipun merupakan suatu proses
berkesinambungan, biasanya pelayanan bedah dianggap terdiri dari
komponen-komponen pra-operatif, peri-operatif, dan pasca operatif.
Pengelolaan dokter operatif dan dokter anestesi serta perawat kamar
operasi dan tim operator yang terlibat, hendaknya didokumentasikan
untuk mencerminkan komponen-komponen dan memudahkan untuk
dipelajari kembali.
Rekam medis bedah hendaknya mencakup dokumentasi tentang :
2. Evaluasi Pra-operatif :
a. Anamnesis pasien untuk mempelajari : Riwayat medis, riwayat
alergi, riwayat asma atau obat-obatan, riwayat anestesi dan
masalahnya, riwayat medikasi dan kebiasaan/habituasi.
b. Pemeriksaan fisis yang tepat, penandaan lokasi operasi.
c. Kajian data diagnostik obyektif ( misalnya : laboratorium, EKG,
sinar X )
d. Penentuan status fisis ASA. Klasifikasi status fisis ASA telah
terbukti secara umum berkorelasi dengan laju mortalitas
perioperatif.
e. Diskusi tentang rencana anestesi dengan pasien dan / atau orang
dewasa yang bertanggung jawab dan dibuat surat persetujuan
tindakan medik sesuai ketentuan yang berlaku.
f. Pemeriksaan kelengkapan anestesi : mesin anestesi, obat-
obatan.

19
2. Peri-operatif :
a. Kaji ulang segera sebelum dimulainya prosedur anestesi :
re evaluasi pasien ( tepat nama pasien), pengecekan
perlengkapan, obat-obatan dan pasokan gas medis.
b. Pemantauan pasien ( pencatatan tanda-tanda vital ).
c. Posisi pasien untuk rencana tindakan, tepat lokasi operasi.
d. Jenis, jumlah dan waktu pemberian semua obat dan bahan yang
digunakan.
e. Jenis, jumlah dan waktu pemberian cairan intra vena, mencakup
darah dan produk darah serta jumlah urine yang keluar.
e. Teknik yang digunakan, tepat prosedur.
f. Peristiwa tidak lazim selama periode anestesi.
g. Kondisi pasien pada akhir anestesi.
3. Pasca-operatif :
a. Evaluasi pasien pada saat masuk dan keluar dari ruang pulih sadar.
b. Catat tanda-tanda vital dan tingkat kesadaran secara kronologis.
c. Catat semua jenis dan dosis obat yang diberikan.
d. Catat jenis dan jumlah cairan intravena yang diberikan, termasuk
darah dan produk darah.
e. Catat peristiwa tidak lazim yang mencakup komplikasi pasca
anestesi atau pasca tindakan.
f. Catat intervensi tindakan medis lain yang dilakukan
B. PENCATATAN DAN PELAPORAN
1. Statistik harian kamar bedah meliputi :
a. Data Jenis Operasi.
b. Data Perencanaan Operasi.
c. Data Jenis Anestesi yang digunakan.
d. Data utilisasi kamar operasi yang digunakan.
e. Data utilisasi alat yang digunakan.
f. Data komplikasi yang terjadi.
2. Buku pencatatan kerusakan alat kesehatan dan umum.
3. Buku pencatatan maintenance dan kalibrasi alat kesehatan.

20
C. PELAKSANAAN PENCATATAN DAN PELAPORAN
1. Kegiatan, perubahan-perubahan dan kejadian yang terkait dengan
persiapan dan pelaksanaan pengelolaan pasien selama pra operatif,
pemantauan selama operasi dan paska operatif di ruang pulih dicatat
secara kronologis dalam catatan bedah yang disertakan dalam berkas
rekam medis pasien.
2. Catatan operasi dilakukan sesuai ketentuan perundang-undangan,
diverifikasi dan ditandatangani oleh dokter spesialis bedah yang
melakukan tindakan operasi dan bertanggung jawab atas semua yang
dicatat tersebut.
3. Penyelenggaraan pelaporan pelayanan bedah di rumah sakit
sekurang-kurangnya meliputi teknik bedah dan jumlahnya, seperti
tindakan bedah umum, tindakan bedah tulang, tindakan bedah THT,
tindakan bedah mata, tindakan obgyn, tindakan laparascopy, dan
bedah gigi dan mulut sesuai indikasi medis yang dapat dilakukan di
kamar bedah sesuai standar Rumah Sakit Medika Stannia.

REFERENSI

21
1. Pedoman Tehknis Ruang Operasi Rumah Sakit
Kemenkes-RI Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan. Direktorat Bina
Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan. 2012
2. National Course (HIPKABI) PP-HIPKABI Jakarta,
Cetakan ke-15 Januari 2014.
3. Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran (Konsil
Kedokteran Indonesia 2006).

22

Anda mungkin juga menyukai