Panduan Pel. Bedah
Panduan Pel. Bedah
BAB I
DEFINISI
A. PELAYANAN BEDAH
Pelayanan bedah adalah standar pelayanan berdasarkan kompetensi yang
dimiliki oleh seorang dokter spesialis bedah, dan merupakan kewenangan
untuk melakukan tindakan pembedahan dan merupakan hak istimewah yang
diberikan kepada dokter spesialis bedah, oleh karena itu harus dikerjakan
secara bertanggung jawab berlandaskan etik dan moral.
1
5. Sebagai panduan sesama profesi dibidang spesialisasi bedah untuk saling
menghormati dan menghargai kewenangan bidang keahlian masing-
masing.
2
2. Tim Bedah adalah suatu kesatuan operasional dalam melakukan suatu
tindakan operasi yang terdiri dari operator, asisten operator, dokter
anestesi dan perawat.
3. Sign in adalah verifikasi pasien operatif yang dilakukan sebelum pasien
dilakukan induksi oleh dokter anestesi.
4. Time out adalah verifikasi pasien operatif yang dilakukan sebelum pasien
dilakukan insisi oleh operator.
5. Sign out adalah verifikasi pasien operatif yang dilakukan sebelum tim
operasi menutup luka operasi.
6. Informed consent adalah suatu pernyataan persetujuan tindakan medis
yang ditandatangani oleh dokter pemberi informasi dan pasien yang
setuju terhadap tindakan yang akan dilakukan.
7. Recovery room adalah suatu ruangan observasi pasien post operasi yang
merupakan ruangan transit sebelum dipindahakan ke ruang perawatan
atau pulang.
8. Wrong site, wrong procedure dan wrong person surgery adalah suatu
kejadian tidak diharapkan ( KTD ) yang dapat dicegah dengan
memastikan tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien yang akan
dilakukan tindakan operasi.
9. Manajemen pra operatif adalah suatu pengelolaan bedah dalam
melakukan persiapan baik terhadap persiapan alat maupun persiapan
pasien sebelum dilakukan operasi.
10. Manajemen intra operatif adalah suatu pengelolaan bedah dalam
melakukan tindakan operasi didalam kamar operasi.
11. Manajemen post operatif adalah suatu pengelolaan bedah yang
dilakukan saat operasi selesai baik untuk pengelolaan pasien diruangan
pemulihan dan pembersihan alat serta kamar operasi.
3
BAB II
RUANG LINGKUP
A. PELAYANAN BEDAH
1. Instruksi dan persiapan pre-operatif.
2. Evaluasi dan pemeriksaan pre-operatif yang memadai oleh dokter
bedah, sebelum dilakukan tindakan pembedahan.
3. Tindakan operatif sesuai indikasi medis.
4. Rencana tindakan operatif dibuat oleh dokter bedah dan didiskusikan
dengan pasien kemudian mendapat persetujuan pasien, dicatat diberkas
rekam medis pasien.
5. Tindakan operatif dilakukan oleh dokter bedah, sebelumnya
dikonsulkan kepada dokter anestesi untuk dinilai apakah layak
dilakukan tindakan operatif dengan pemilihan jenis anestesi lokal,
anestesi spinal dan anestesi umum.
4
seorang dokter spesialis gigi dan mulut.
C. JENIS OPERASI
IV. MATA :
1. Katarak
2. Incisi
5
Secara umum lingkungan kamar operasi terdiri dari 3 area :
1. Area bebas terbatas (unrestricted area).
Pada area ini petugas dan pasien tidak perlu menggunakan pakaian
khusus kamar operasi,transfer pasien dilakukan pada area ini.Area ini
ditandai dengan garis hijau
2. Area semi ketat (semi restricted area).
Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus kamar
operasi yang terdiri atas topi, masker, baju operasi dan celana
operasi.Area ini ditandai dengan garis kuning.
3. Area ketat / terbatas (restricted area).
Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus kamar
operasi lengkap dan melaksanakan prosedur aseptic. Area ini ditandai
dengan garis merah.
6
BAB III
TATA LAKSANA
7
Tugas perawat kamar bedah :
a. Membantu dokter spesialis bedah dalam hal menyiapkan alat
dan obat, memberikan obat, memantau pasien, melakukan RJP
dan lain-lain bila diperlukan.
b. Tugas mandiri, melakukan asuhan keperawatan bedah, yaitu
mempersiapkan pasient greeting, memasang kateter, memasang
infus intravena, dan memberikan cairan infus. Juga
mempersiapkan alat-alat bedah dan obat-obat anestesi.
8
b. Autoclave; Capnograf
c. Laryngoscope bayi / dewasa
d. ETT Non Kin-King ( No : 2, 5, 3, 3, 5, 4 )
e. LMA Proseal ( No : 1, 5, 2, 2, 5 ) ; Mandrin ETT Bayi / Dewasa
f. Masker Anestesi ( No : 2, 4, 5 ), ukuran O, ukuran O+Boring,
ukuran Oa.
g. Oropharyngeal Airway ; Oxigen Transport ; Set Bedah anak
h. Set Curet ; Set Histerectomy ; Set SC,Set Bedah Umum,Set Bedah
Anak, Set THT, set mata, orthopedic set, laparoscopi set,
i. Dan lain-lain yang sesuai standar peralatan yang dibutuhkan
dikamar operasi yang berlaku di RS Medika Stannia.
9
a. Kebutuhan Per-ruangan : Troli Emergency dan Troli Patient
Monitor.
b. Kebutuhan Per-tempat tidur : Bedside Cabinet, Matras tempat
tidur, Tiang Infus, Walloutlet + Humidifier (oksigen central).
D. STANDAR PELAKSANAAN
A. Tahapan Pelayanan di Instalasi Kamar Operasi
1. Pre Operative, meliputi :
Persiapan Administrasi
- Surat ijin operasi, surat ijin tindakan anestesi
- Surat rawat/ pengantar
- Persetujuan tindakan medik
- Registrasi rawat inap
- Penjadwalan operasi & kolaborasi dengan dokter
- Konsultasi spesialis lain dan pemeriksaan penunjang
- DPJP
• Persiapan Pasien
- Penerimaan pasien
- Penanganan cemas
- Puasa
- Pelepasan protesa
10
- Pencukuran dan huknah
- Pemasangan infuse
- Penggantian pakaian
11
f. Bayi prematur karena menyebabkan tanda yang permanen
• Persiapan Medis
- Pengkajian riwayat penyakit
- Pengkajian riwayat pemakaian obat
- Pengkajian riwayat alergi dan asma
- Pengkajian Operasi dan Anestesi
- Pengkajian riwayat kebiasaan
- Pemeriksaan tanda-tanda vital
- Medikasi Pra bedah
- Premedikasi Anestesi
12
7. Lakukan kolaborasi dengan dokter operator dan lakukan
konsultasi ke dokter anestesi sesuai dengan prosedur oleh dokter
jaga.
8. Pada saat menulis penjadwalan operasi, lihat apakah ada jam
operasi bersamaan, (hindari kejadian tersebut dari saat pasien
berada di poliklinik, lakukan konfirmasi sebelumnya oleh
perawat poliklinik ke OK) berikan jarak waktu antara operasi
satu dengan lainnya.
9. Ingatkan pasien untuk membawa perlengkapan secukupnya saat
masuk RS.
13
operasi sectio caesaria membutuhkan pendampingan dokter
spesialis anak untuk melakukan reusitasi pada bayi).
4. Apabila pasien berasal dari ruangan kebidanan, maka bidan
segera menyiapkan pasiennya. Sedangkan bila pasien berasal
dari IGD, Rawat inap maka segera persiapkan pasien dan yang
bertanggung jawab adalah perawat.
5. Operasi darurat harus dilaksanakan 30 menit sejak
diputuskannya tindakan operasi
14
f) Ingatkan pasien untuk puasa sesuai dengan usia pasien
(bila masih lama dari jadwal tindakan maka anjurkan
pasien untuk makan dahulu).
g) Laporkan kepada tim operasi mengenai kedatangan
pasien rencana operasi sesuai dengan prosedur.
h) Laksanakan instruksi dokter sebelum operasi bila ada,
atau lakukan persiapan- persiapan khusus sesuai dengan
indikasi (rekam EKG, pemberian antibiotika, persiapan
darah, dan lain-lain)
i) Lengkapi Berkas Rekam Medis pasien pre operasi
j) Laksanakan asuhan keperawatan pada pasien sesuai
dengan Standar yang berlaku, (hilangkan kecemasan
pasien)
k) Pindahkan pasien ke ruang perawatan sesuai dengan kelas
pasien, dan lakukan serah terima dengan teliti ke
Ruangan.
l) Pindahkan kembali pasien ke ruang persiapan operasi 1
jam sebelum operasi.
m) Saat pasien pindah ke OK, lakukan serah terima dengan
menggunakan chek list dokumantasi perioperatif.( tulis
nama perawat ruangan dan perawat RR / anestesi )
n) Perawat OK mengecek kembali identitas kesesuaian
pasien kemudian memperkenalkan diri sesuai dengan
tugasnya.
o) Lakukan penggantian baju OK 1 jam sebelum operasi
p) Anjurkan keluarga pasien untuk menemani pasien
sebelum operasi.
q) Masukkan pasien pre operasi ke kamar operasi sesuai
dengan prosedur (15-30 menit sebelum op, anjurkan
berdoa, dan jelaskan nama tim operasi)
15
1. Perawat / bidan OK menerima laporan tindakan operasi CITO,
baik dari kamar bersalin, Rawat jalan, IGD, maupun ruang
rawat inap.
2. Tim perawat OK bertugas untuk menyiapkan ruangan beserta
peralatan yang akan digunakan
3. Satu orang perawat menyiapkan administrasi pasien (informed
consent, Laboratorium, dll)
4. Perawat lainnya menghubungi Tim Operasi sesuai jenis
operasinya, yang meliputi :
Dokter Operator
Dokter Anestesi
Dokter pendamping jika dibutuhkan
5. Apabila pasien berasal dari instalasi kamar bersalin, maka
bidan yang menyiapkan pasiennya sedangkan apabila pasien
berasal dari Rawat Jalan, IGD, RS luar, maka yang menyiapkan
pasien adalah perawat OK
6. Apabila berkaitan dengan kasus obstetri, maka bidan Kamar
Bersalin yang akan melakukan pemeriksaan kebidanan
7. Operasi darurat harus dapat dilaksanakan dalam waktu 30
menit sejak diputuskan untuk tindakan operasi
2. Intra-Operative, meliputi :
Sebelum Induksi (Sign In)
Dilakukan sebelum induksi anastesi, minimal dihadiri oleh perawat
dan dokter anastesi.
Dibacakan oleh perawat sirkulasi.
a. Pembacaan nilai kritis hasil pemeriksaan penunjang (tanda-tanda
vital, laboratorium, dan lain-lain)
b. Pasien dikonfirmasi identitas, area operasi dan lembar persetujuan
c. Pengecekan penandaan area operasi
d. Pengecekan mesin anastesi, obat-obatan dan kelengkapan alat-alat
operasi termasuk, pulse oxymetri.
16
e. Menanyakan riwayat alergi pada pasien
f. Apakah ada penyulit atau risiko aspirasi pada pasien
g. Pengecekan kembali jika membutukan pemasangan implan.
h. Kemungkinan risiko kehilangan darah > 500 ml atau 7 cc/kgBB
(anak)
i. Mengisi formulir check list keselamatan operasi dan diperiksa oleh
DPJP anastesi
17
3. Kecocokan jumlah instrumen, kassa, jarum, sebelum dan sesudah
operasi
4. Label dan spesimen (membacakan identitas pasien, jenis
spesimen, register, ruangan yang tertera pada label)
5. Masalah pada alat-alat yang digunakan
b. Pendapatan apakah ada yang menjadi perhatian khusus pada saat
pemulihan (recovery)
3. Post-Operative, meliputi :
Kegiatan post-operative adalah memantau status fisiologis pasien
selama masa pemulihan pasca anestesi sampai pasien pindah ruangan
atau pasien pulang.
Kriteria penilaian pasien pasca anestesi :
Aldrete Score adalah penilaian pemulihan pasien saat dipindahkan dari
ruang pemulihan ke ruang rawat inap setelah memenuhi criteria Aldrete
Score ≥ 8 untuk pasien dewasa.
Steward Score adalah penilaian pemulihan pasien saat dipindahkan
dari ruang pemulihan ke ruang rawat inap setelah memenuhi criteria
Aldrete Score ≥ 5 untuk pasien bayi / anak.
Bromage Score adalah penilaian pemulihan pasien saat dipindahkan
dari ruang pemulihan ke ruang rawat inap setelah memenuhi criteria
Bromage Score nilai 2.
18
BAB IV
DOKUMENTASI
A. DOKUMENTASI
Dokumentasi atau pencatatan / pelaporan merupakan suatu faktor
dalam pengelolaan yang berkualitas dan menjadi tanggung jawab
dokter spesialis bedah. Meskipun merupakan suatu proses
berkesinambungan, biasanya pelayanan bedah dianggap terdiri dari
komponen-komponen pra-operatif, peri-operatif, dan pasca operatif.
Pengelolaan dokter operatif dan dokter anestesi serta perawat kamar
operasi dan tim operator yang terlibat, hendaknya didokumentasikan
untuk mencerminkan komponen-komponen dan memudahkan untuk
dipelajari kembali.
Rekam medis bedah hendaknya mencakup dokumentasi tentang :
2. Evaluasi Pra-operatif :
a. Anamnesis pasien untuk mempelajari : Riwayat medis, riwayat
alergi, riwayat asma atau obat-obatan, riwayat anestesi dan
masalahnya, riwayat medikasi dan kebiasaan/habituasi.
b. Pemeriksaan fisis yang tepat, penandaan lokasi operasi.
c. Kajian data diagnostik obyektif ( misalnya : laboratorium, EKG,
sinar X )
d. Penentuan status fisis ASA. Klasifikasi status fisis ASA telah
terbukti secara umum berkorelasi dengan laju mortalitas
perioperatif.
e. Diskusi tentang rencana anestesi dengan pasien dan / atau orang
dewasa yang bertanggung jawab dan dibuat surat persetujuan
tindakan medik sesuai ketentuan yang berlaku.
f. Pemeriksaan kelengkapan anestesi : mesin anestesi, obat-
obatan.
19
2. Peri-operatif :
a. Kaji ulang segera sebelum dimulainya prosedur anestesi :
re evaluasi pasien ( tepat nama pasien), pengecekan
perlengkapan, obat-obatan dan pasokan gas medis.
b. Pemantauan pasien ( pencatatan tanda-tanda vital ).
c. Posisi pasien untuk rencana tindakan, tepat lokasi operasi.
d. Jenis, jumlah dan waktu pemberian semua obat dan bahan yang
digunakan.
e. Jenis, jumlah dan waktu pemberian cairan intra vena, mencakup
darah dan produk darah serta jumlah urine yang keluar.
e. Teknik yang digunakan, tepat prosedur.
f. Peristiwa tidak lazim selama periode anestesi.
g. Kondisi pasien pada akhir anestesi.
3. Pasca-operatif :
a. Evaluasi pasien pada saat masuk dan keluar dari ruang pulih sadar.
b. Catat tanda-tanda vital dan tingkat kesadaran secara kronologis.
c. Catat semua jenis dan dosis obat yang diberikan.
d. Catat jenis dan jumlah cairan intravena yang diberikan, termasuk
darah dan produk darah.
e. Catat peristiwa tidak lazim yang mencakup komplikasi pasca
anestesi atau pasca tindakan.
f. Catat intervensi tindakan medis lain yang dilakukan
B. PENCATATAN DAN PELAPORAN
1. Statistik harian kamar bedah meliputi :
a. Data Jenis Operasi.
b. Data Perencanaan Operasi.
c. Data Jenis Anestesi yang digunakan.
d. Data utilisasi kamar operasi yang digunakan.
e. Data utilisasi alat yang digunakan.
f. Data komplikasi yang terjadi.
2. Buku pencatatan kerusakan alat kesehatan dan umum.
3. Buku pencatatan maintenance dan kalibrasi alat kesehatan.
20
C. PELAKSANAAN PENCATATAN DAN PELAPORAN
1. Kegiatan, perubahan-perubahan dan kejadian yang terkait dengan
persiapan dan pelaksanaan pengelolaan pasien selama pra operatif,
pemantauan selama operasi dan paska operatif di ruang pulih dicatat
secara kronologis dalam catatan bedah yang disertakan dalam berkas
rekam medis pasien.
2. Catatan operasi dilakukan sesuai ketentuan perundang-undangan,
diverifikasi dan ditandatangani oleh dokter spesialis bedah yang
melakukan tindakan operasi dan bertanggung jawab atas semua yang
dicatat tersebut.
3. Penyelenggaraan pelaporan pelayanan bedah di rumah sakit
sekurang-kurangnya meliputi teknik bedah dan jumlahnya, seperti
tindakan bedah umum, tindakan bedah tulang, tindakan bedah THT,
tindakan bedah mata, tindakan obgyn, tindakan laparascopy, dan
bedah gigi dan mulut sesuai indikasi medis yang dapat dilakukan di
kamar bedah sesuai standar Rumah Sakit Medika Stannia.
REFERENSI
21
1. Pedoman Tehknis Ruang Operasi Rumah Sakit
Kemenkes-RI Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan. Direktorat Bina
Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan. 2012
2. National Course (HIPKABI) PP-HIPKABI Jakarta,
Cetakan ke-15 Januari 2014.
3. Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran (Konsil
Kedokteran Indonesia 2006).
22