1. Jelaskan makna asersi dan jelaskan pula perannya dalam audit atas laporan keuangan!
Asersi merupakan pernyataan manajemen (secara tersirat) tentang transaksi atau
peristiwa, saldo akun, serta penyajian dan pengungkapan terkait dengan laporan
keuangan. Asersi manajemen berkaitan langsung dengan prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum, karena merupakan bagian dari kriteria yang digunakan manajemen untuk
mencatat dan mengungkapkan informasi dalam laporan keuangan.
Klasifikasi asersi (SA 315 par A111):
Asersi tentang golongan transaksi dan peristiwa untuk periode yang diaudit:
(i) Keterjadian (occurence): transaksi dan peristiwa yang telah terbukukan telah
terjadi dan berkaitan dengan entitas.
(ii) Kelengkapan (completeness): seluruh transaksi dan peristiwa yang seharusnya
terbukukan telah dicatat.
(iii) Keakurasian (accuracy): jumlah-jumlah dan data lainnya yang berkaitan dengan
transaksi dan peristiwa yang telah dibukukan telah dicatat dengan tepat.
(iv) Pisah batas (cut-off): transaksi dan peristiwa telah dibukukan dalam periode
akuntansi yang tepat.
(v) Klasifikasi (classification): transaksi dan peristiwa telah dibukukan dalam akun
yang tepat.
Klasifikasi asersi: (lanjutan…)
Asersi tentang saldo akun pada akhir periode:
(i) Eksistensi (existence): aset, liabilitas, dan ekuitas ada.
(ii) Hak dan kewajiban (rights and obligations): entitas memiliki atau mengendalikan
hak atas aset dan memiliki kewajiban atas liabilitas.
(iii) Kelengkapan (completeness): seluruh aset, liabilitas, dan ekuitas yang seharusnya
terbukukan telah dicatat.
(iv) Penilaian dan pengalokasian (valuation and allocation): aset, liabilitas, dan
ekuitas tercantum dalam laporan keuangan pada jumlah yang tepat dan penyesuaian
penilaian atau pengalokasian yang terjadi dibukukan dengan tepat.
Asersi tentang penyajian dan pengungkapan:
(i) Keterjadian serta hak dan kewajiban (occurrence and rights and obligations):
peristiwa, transaksi, dan hal-hal lainnya yang diungkapkan, telah terjadi dan berkaitan
dengan entitas.
(ii) Kelengkapan (completeness): seluruh pengungkapan yang seharusnya tercantum
dalam laporan keuangan telah disajikan.
(iii) Klasifikasi dan keterpahaman (classification and understandability): informasi
keuangan disajikan dan dijelaskan secara tepat, serta pengungkapan disajikan dengan
jelas.
(iv) Keakurasian dan penilaian (accuracy and valuation): informasi keuangan dan
informasi lainnya diungkapkan secara wajar dan pada jumlah yang tepat.
2. Jelaskan makna materialitas dan jelaskan pula perannya dalam audit atas laporan
keuangan?
Financial Accounting Standard Board (FASB) mendefinisikan materialitas sebagai suatu
besaran penyimpangan atau kesalahan penyajian atas informasi akuntansi dalam suatu
kondisi tertentu, yang memungkinkan keputusan dari orang yang mengandalkan
informasi tersebut berubah atau terpengaruh karena adanya penyembunyian atau
kesalahan penyajian tersebut (FASB Concepts Statement No.2, 1980).
Auditor harus mempertimbangkan materialitas untuk merencanakan audit dan merancang
prosedur audit. Dengan mempertimbangkan materialitas, auditor dapat merancang
prosedur audit secara efisien dan efektif. Laporan keuangan mengandung salah saji
material apabila laporan keuangan tersebut mengandung salah saji yang dampaknya,
secara individual atau keseluruhan, cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan
laporan keuangan tidak disajikan secara wajar, dalam suatu hal yang material sesuai
dengan prinsip akuntansi berterima umum.
Langkah-langkah penerapan materialitas sebagaimana disampaikan oleh Elder, Beasley,
Arens (2008) dapat disarikan sebagai berikut:
https://wikipajak.com/kajian-materialitas-dalam-sudut-pandang-akuntansi-dan-audit/
4. Sebutkan alasan perusahaan melakukan penyajian kembali atas laporan keuangan tahun
sebelumnya yang dijadikan sebagai informasi komparatif untuk laporan keuangan tahun
ini! Apakah yang ada lakukan sebagai auditor, jika perusahaan melakukan hal tersebut?
Berikan ilustrasinya?
SA 710
SA 508
SPAP SA Seksi 323 (PSA No. 56) Perikatan Audit Tahun Pertama – Saldo Awal mengatur dengan cukup
jelas mengenai hal ini.
Dalam par. 02 dijelaskan bahwa laporan keuangan tidak hanya menyajikan posisi keuangan dan hasil
usaha tahun berjalan, namun juga mencerminkan dampak dari : (a) Transaksi yang dimasukkan dalam
saldo yang dibawa ke tahun berikutnya dari tahun-tahun sebelumnya, serta (b) kebijakan akuntansi yang
diterapkan dalam tahun-tahun sebelumnya.
Oleh karena itu, auditor yang mengaudit laporan keuangan tahun berjalan harus memperoleh bukti audit
kompeten yang cukup untuk meyakini bahwa :
a. Saldo awal tidak mengandung salah saji yang mempunyai dampak material terhadap laporan
keuangan tahun berjalan;
b. Saldo penutup tahun sebelumnya telah dibawa dengan benar ke tahun berjalan atau telah dinyatakan
kembali, jika semestinya dilakukan;
c. Kebijakan akuntansi yang semestinya telah diterapkan secara konsisten.
Sifat dan luas bukti audit yang harus diperoleh auditor berkaitan dengan saldo awal laporan keuangan
yang akan diaudit tergantung pada : (a) Kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh perusahaan, (b)
apakah laporan keuangan tahun sebelumnya telah diaudit, dan jika demikian, apa opini yang diberikan
oleh auditor ? (c) sifat akun dan risiko salah saji dalam laporan keuangan tahun berjalan.
Bila laporan keuangan tahun sebelumnya telah diaudit oleh auditor independen lain, auditor tahun
berjalan dapat memperoleh keyakinan mengenai saldo awal dengan cara me-review kertas kerja auditor
pendahulu. Disamping itu, ia juga harus mempertimbangkan kompetensi dan independensi profesional
auditor pendahulu. Jika laporan auditor tahun sebelumnya berisi pendapat selain pendapat wajar tanpa
pengecualian, maka auditor tahun berjalan harus memperhatikan bidang yang relevan yang dikecualikan
dalam audit tahun berjalan. Misalnya jika auditor sebelumnya melakukan pengecualian atas akun
persediaan yang tidak bisa dilakukan penghitungan fisik maka auditor pengganti harus memperhatikan
apakah dalam tahun berjalan prosedur tersebut juga tidak bisa diterapkan serta bagaimana pengaruhnya
terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan yang akan diauditnya.
Selain me-review kertas kerja auditor pendahulu, auditor pengganti juga harus melakukan komunikasi
dengan auditor sebelumnya sesuai dengan pengaturan dalam SA Seksi 315 (PSA No. 16) Komunikasi
antara Auditor Pendahulu dengan Auditor Pengganti.
Bagaimana jika sekiranya laporan keuangan tahun sebelumnya tidak diaudit ? Atau jika auditor tidak
dapat memperoleh keyakinan memadai dari hasil review atas kertas kerja auditor pendahulu ? Apakah
ada prosedur alternatif yang bisa dilakukan ?
Dalam par. 09 SPAP Seksi 323 dijelaskan bahwa jika laporan keuangan tahun sebelumnya tidak diaudit
atau jika auditor tidak dapat memperoleh keyakinan dengan me-review kertas kerja auditor pendahulu, ia
harus memperoleh bukti audit kompeten yang cukup untuk mendukung asersi yang terkandung dalam
saldo awal, sepanjang saldo-saldo tersebut berdampak terhadap laporan keuangan tahun berjalan.
Misalnya : untuk memperoleh keyakinan atas saldo awal Piutang, maka auditor bisa melakukan
pengiriman konfirmasi ataupun melakukan pemeriksaan terhadap bukti-bukti penerimaan kas dari hasil
penagihan piutang tersebut. Demikian juga untuk saldo awal Hutang dapat diyakini kewajarannya dengan
memeriksa ke bukti-bukti pembayarannya.
Untuk aktiva tetap, jika sekiranya auditor tahun berjalan tidak bisa memperoleh keyakinan memadai dari
hasil review kertas kerja auditor sebelumnya atau jika laporan keuangan tahun sebelumnya tidak di audit,
maka harus dilakukan pemeriksaan ke bukti-bukti pendukung perolehan aktiva tetap tahun-tahun
sebelumnya, terutama untuk nilai perolehan yang material.
Jika setelah melaksanakan prosedur pemeriksaan yang diperlukan, auditor tidak dapat memperoleh
keyakinan memadai serta bukti audit kompeten yang cukup berkenaan dengan saldo awal, maka ia harus
memberikan pendapat wajar dengan pengecualian atau menyatakan tidak memberikan pendapat, karena
adanya batasan atas lingkup auditnya.
Jika kebijakan akuntansi tahun berjalan tidak diterapkan secara konsisten dalam hubungannya dengan
saldo awal dan jika perubahan tersebut tidak dipertanggungjawabkan dan diungkapkan sebagaimana
mestinya serta dampaknya material, maka dalam hal ini auditor harus memberikan pendapat wajar
dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar seperti yang diatur dalam par. 14 SPAP Seksi 323.
http://auditme-post.blogspot.com/2008/08/koreksi-atau-penyajian-kembali-laporan.html
Jelaskan dalam masing-masing situasi bagaimana seorang auditor memberikan opini tidak wajar
atau tidak memberikan pendapat?
Pada saat auditor menyimpulkan berdasarkan bukti audit yang diperoleh bahwa laporan
keuangan secara keseluruhan tidak bebas dari salah saji yang meterial serta auditor tidak
memperoleh bukti audit secara memadai, maka auditor harus melakukan modifikasi terhadap
opininya. Berdasarkan SA 705, terdapat tipe modifikasi terhadap opini auditor, antara lain:
Opini tersebut dinyatakan jika Auditor setelah memperoleh bukti audit yang cukup tepat, auditor
menyimpulkan bahwa kesalahan penyajian, secara keseluruhan adalah material, namun tidak
mempengaruhi keseluruhan laporan keuangan. Selain itu opini wajar dengan pengecualian dapat
diberikan ketika auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup tepat, tetapi auditor
menyimpulkan bahwa kemungkinan dampak penyajian yang tidak terdeteksi dapat bersifat
material tetapi tidak berdampak material pada laporan keuangan.
Auditor harus menyatakan suatu opini tidak wajar ketika auditor setelah mendapatkan bukti audit
yang cukup dan tepat, menyimpulkan bahwa kesalahan penyajian atas laporan keuangan adalah
bersifat material dan mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan.
Auditor tidak boleh menyatakan pendapat ketika auditor tidak dapat memperoleh bukti audit
yang cukup dan tepat yang mendasari opini, dan auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan
dampak kesalahan penyajian yang tidak terdeteksi dapat bersifat material dan mempengaruhi
laporan keuangan secara keseluruhan. Meskipun telah memperoleh bukti audit yang cukup dan
tepat tentang setiap ketidakpastian tersebut, auditor tidak dapat merumuskan suatu opini atas
laporan keuangan karena interaksi yang potensial dari ketidakpastian tersebut dan kemungkianan
dampak kumulatif dari ketidakpastian tersebut terhadap laporan keuangan.
Ketika menyatakan suatu opini tanpa modifikasi, laporan auditor harus mencakup suatu bagian
dengan judul “opini”, sedangakan apabila auditor memodifikasi opini audit, auditor dalan
laporan audit harus menggunakan subjudul “Opini Wajar dengan Pengecualian”, “Opini
TidakWajar”, atau “Opini Tidak Menyatakan Pendapat”, sesuai dengan opininya pada paragraf
opini.
Dalam SA 705, auditor harus memodifikasi opini dalam laporan auditor ketika auditor
menyimpulkan bahwa berdasarkan bukti audit yang diperoleh, laporan keuangan secara
keseluruhan tidak bebas dari salah saji yang material. Selain itu auditor tidak dapat memperoleh
bukti audit yang cukup kuat dan tepat untuk menyimpulkan bahwa laporan keuangan secara
keseluruhan bebas dari salah saji yang material. Berikut merupakan ilustrasi bagaimana
pertimbangan auditor tentang sifat hal-hal yang menimbulkan modifikasi terhadap opini audit.
Pada saat auditor menyatakan suatu opini tidak menyatakan pendapat, auditor harus mengubah
paragraf pendahuluan dalam laporan auditor untuk menyatakan bahwa auditor ditugaskan untuk
mengaudit laporan keuangan. Auditor juga harus mengubah penjelasan tentang tanggung jawab
auditor dan ruang lingkup audit dalam laporan auditor independen.
Jelaskan bilaman kita menggunakan SA 800 sebagai dasar dalam penyusunan opini auditor?
Sebutkan dimanakah perbedaan opini yang menggunakan SA 800 dibandingkan dengan yang
menggunakan SA 700?
http://briyanworld.blogspot.com/2017/04/resume-standar-audit-800-pertimbangan.html
Ketika merumuskan suatu opini dan melaporkan laporan keuangan bertujuan khusus, auditor
harus menerapkan ketentuan dalam SA 700.
a. SA 700 mengharuskan auditor untuk mengevaluasi apakah laporan keuangan mengacu atau
menjelaskan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku secara memadai.aDalam hal laporan
keuangan disusun sesuai dengan klausul suatu kontrak, auditor harus mengevaluasi apakah
laporan keuangan menjelaskan secara memadai setiap interpretasi signifikan atas kontrak yang
mendasari penyusunan laporan keuangan.
b. SA 700 mengatur bentuk dan isi laporan auditor. Hal-hal yang harus diperhatikan auditor
dalam hal laporan auditor atas laporan keuangan bertujuan khusus adalah sebagai berikut;
1) Laporan auditor harus menjelaskan tujuan disusunnya laporan keuangan, dan jika
diperlukan, pengguna yang dituju, atau pengacuan pada suatu catatan atas laporan keuangan
yang berisi informasi tentang hal tersebut.
2) Jika manajemen memiliki suatu pilihan atas kerangka pelaporan keuangan dalam
penyusunan laporan keuangan tersebut, penjelasan tentang tanggung jawab manajemen atas
laporan keuangan juga harus dibuat sebagai suatu acuan pada tanggung jawabnya untuk
menentukan bahwa kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dapat diterima sesuai dengan
kondisinya.
c. Laporan auditor atas laporan keuangan bertujuan khusus harus mencantumkan suatu
paragraf Penekanan suatu Hal yang memperingatkan pengguna laporan auditor bahwa laporan
keuangan disusun sesuai dengan suatu kerangka bertujuan khusus dan bahwa, sebagai akibatnya,
laporan keuangan belum tentu sesuai untuk tujuan lain.
Berdasarkan SA 700 terdapat 2 tipe opini yang dinyatakan oleh auditor, yaitu opini tanpa
modifikasian dan opini dengan modifikasi. Auditor harus meyatakan opini tanpa
modifikasian apabila auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan disusun dalam semua
hal yang material telah sesuai dengan pelaporan keuangan yang berlaku. Namun jika
auditor menyimpulkan bahwa berdasarkan bukti audit yang diperoleh, laporan keuangan
secara keseluruhan tidak terbebas dari salah saji yang material, serta auditor tidak
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk menyimpulkan bahwa laporan
keuangan bebas dari salah saji yang material, maka auditor harus memodifikasi opininya.
Apakah perbedaaan antara penugasaan kompilasi dan reviu laporan keuangan? Bilamana
masing-masing penugasan tersebut harus dilakukan? Referensi apakah yang digunakan sebagai
panduan dalam melaksanakan penugasan tersebut?
Kompilasi Reviu
Definisi Review atas laporan keuangan
adalah pelaksanaan prosedur
permintaan keterangan dan
analisis yang menghasilkan
dasar memadai bagi akuntan
untuk memberikan keyakinan
terbatas bahwa tidak terdapat
modifikasi material yang
harus dilakukan atas laporan
keuangan agar laporan
tersebut sesuai dengan PABU.
Ruang Lingkup Suatu proses menyusun Jasa yang memungkinkan
pembukuan manual ataupun praktisi akuntansi dalam
telah diotomatisasi, membuat memberikan pernyataan
jurnal, membukukan ayat tentang dasar prosedur namun
jurnal penyesuaian, serta tidak memerlukan bukti secara
menyiapkan dan menyusun keseluruhan seperti jasa audit.
laporan keuangan. Jasa Artinya, ruang lingkup dari
kompilasi bukanlah assurance jasa review lebih sempit dan
services melainkan kurang detail seperti audit,
nonassurance services karena sehingga jasa review hanya
tidak memberikan pernyataan memberikan analasis dari
keyakinan kepada manajemen. ringkasan temuan dan
Namun demikain, hasil dari rekomendasi terkait dari
kompilasi tetap dapat temuan tersebut.
memberikan mutu informasi
yang berguna dalam
pengambilan keputusan.
Tujuan Menyajikan laporan keuangan Memberikan keyakinan
bukan memberikan keyakinan terbatas bahwa laporan
tertentu keuangan tidak membutuhkan
modifikasi material agar
sesuai dengan PABU.
Dasar penggunaan Jika perusahaan saat ini masih Jika perusahaan sudah
belum memiliki laporan memiliki laporan keuangan,
keuangan, maka perusahaan ada 2 jasa yang bisa diambil
bisa memilih jasa kompilasi oleh perusahaan antara lain
Laporan Keuangan. Dalam auditor ataupun jasa review.
jasa ini, konsultan akan Pada dasarnya, auditor
membantu perusahaan untuk maupun review adalah proses
melakukan kompilasi atas melakukan pemeriksaan
bukti transaksi yang ada laporan keuangan.
sehingga dapat menjadi Perbedaannya adalah hasil
laporan keuangan guna laporan akhir yang
keputusan manajemen di dikeluarkan oleh masing-
kemudian hari. masing jasa.
Berbeda dengan review di
mana auditor tidak
mengeluarkan sebuah opini,
namun hanya
menginformasikan hasil
temuan dan juga memberikan
rekomendasi terhadap hasil
temuan tersebut. Jasa review
ini bisa keseluruhan laporan
keuangan, maupun sebagian
akun-akun yang terdapat
dalam laporan keuangan.
https://slideplayer.info/slide/2569143/
Berkaitan dengan tanggung jawabnya dalam penerbitan laporan keuangan atas suatu
kompilasi dan review, akuntan diwajibkan untuk mengikuti pedoman berdasarkan standar
yang sesuai seksi review dan kompilasi laporan keuangan (SAR). Akuntan juga tidak boleh
mengijinkan penggunaan namanya dihubungkan dengan dokumen atau komunikasi tertulis
yang memuat laporan keuangan yang tidak diaudit, kecuali ia melakukan kompilasi atau
review atau laporan keuangan disertai petunjuk bahwa akuntan belum melakukan kompilasi
atau review dan akuntan tidak bertanggungjawab terhadap laporan tersebut. Selain itu,
akuntan dilarang menyerahkan laporan keuangan tidak diaudit kepada kliennya atau pihak
lain.
Jelaskan hal-hal yang dipertimbangkan dalam menentuan jumlah sample dalam pemeriksaaan
substantive! Berikan contoh perhitungannya?
1. KONSEP DASAR
2. SAMPLING PPS (PROBABILITY PROPORTIONAL TO SIZE)
3. SAMPLING VARIABEL KLASIK
4. SAMPLING NONSTATISTIK DALAM PENGUJIAN SUBSTANTIF
KONSEP DASAR
Sampling audit adalah penerapan prosedur audit yang kurang dari 100% pada item-item dalam
populasi, seperti saldo akun atau kelompok transaksi, yang bertujuan untuk mengevaluasi
beberapa karakteristik populasi tersebut. Rencana sampling untuk pengujian substantif dapat
dirancang untuk :
1. Memperoleh bukti bahwa saldo akun tidak mengandung salah saji yang material
2. Membuat estimasi independen mengenai jumlah tertentu
Tujuan rencana sampling PPS pada umumnya adalah untuk memperoleh bukti bahwa saldo akun
yang dicatat tidak salah saji secara material
n = BV X RF
TM – (AM X EF)
Dalam pendekatan ini, teori distribusi normal digunakan dalam pengevaluasian karakteristik
populasi berdasarkan hasil sampel yang digambarkan dari populasinya. Sampling variabel klasik
bermanfaat bagi auditor pada saat tujuan audit berkaitan dengan kemungkinan kurang saji atau
lebih saji dari saldo akun, dan keadaan lain ketika sampling PPS tidak tepat atau tidak efektif.
SAMPLING NONSTATISTIK DALAM PENGUJIAN SUBSTANTIF
Pertimbangan yang hati-hati dalam perancangan sampel harus dilakukan untuk memperoleh
sampel-sampel yang efisien dan efektif. Hal ini dihasilkan dalam sampel statistik yang secara
eksplisit menspesifikasi faktor-faktor penting dan menghubungkannya ke model matematika.
Pertimbangan faktor-faktor yang sama dalam sampel-sampel nonstatistik dapat membantu
menghasilkan sampel yang lebih efisien dan efektif, sekalipun faktor-faktor ini tidak secara
eksplisit dikuantifikasikan
Rencana sampling dalam pengujian subtantif dirancang untuk: mendapatkan bukti bahwa
suatu saldo rekening tidak salah saji secara material(sebagai contoh, mislanya nilai buku
rekening piutang dagang), atau membuat suatu estimasi independen tentang suatu jumlah
(sebagai contoh, misalkan nilai persediaan yang tidak ada catatan nilai bukunya).
Auditor dimungkinkan untuk menerima sejumlah ketidakpastian dalam pengujian
subtantif, apabila waktu dan biaya untuk memeriksa unsur-unsur dalam populasi menurut
pertimbangannya akan lebih besar daripada akibat kemungkinan menyatakan pendapat yang
keliru dari hasil pemeriksaan hanya pada data sampel.
Sampling audit dalam pengujian subtantif dipengaruhi baik oleh risiko sampling maupun
risiko nonsampling. Risiko sampling yang berkaitan dengan pengujian subtantif adalah: Risiko
keliru menerima (biasa disebut risiko beta) yaitu risiko mengambil kesimpulan, berdasarkan hasil
sampel, bahwa saldo rekening tidak berisi salah saji material, padahal kenyataannya saldo
rekening telah salah saji secara material. Risiko keliru menolak (biasa disebut risiko alpha) yaitu
risiko mengambil kesimpulan, berdasarkan hasil sampel, bahwa saldo rekening berisi salah saji
secara material, pada kenyataannya saldo rekening tidak berisi salah saji secara material
Ukuran sampel dapat ditentukan melalui penerapan suatu formula berbasis statistik atau
melalui pertimbangan profesional.
Penentuan ukuran sampel ditentukan oleh faktor-faktor di bawah ini (SA 530 Lampiran 3):
a. Risiko yang telah dinilai oleh auditor atas risiko kesalahan penyajian material.
b. Penggunaan prosedur substantif lain yang diarahkan ke asersi yang sama.
c. Tingkat asurans yang diharapkan oleh auditor bahwa kesalahan penyajian yang
dapat diterima tidak melebihi kesalahan penyajian aktual dalam populasi
d. Jumlah kesalahan penyajian yang diharapkan akan ditemukan oleh auditor dalam
populasi
e. Stratifikasi populasi
f. Jumlah unit sampling dalam populasi.
Jika kondisinya sama, dampak faktor-faktor tersebut terhadap ukuran sampel akan sama tanpa
mempertimbangkan pendekatan yang dipilih, apakah pendekatan statistik atau nonstatistik.