CR BP
CR BP
BRONKOPNEUMONIA
Oleh:
Pembimbing:
dr. Elvi Suryati, Sp.A
dr. Prambudi Rukmono, Sp.A(K)
KEPANITERAAN KLINIK
SMF ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDOEL MOELOEK
2016
BAB I
STATUS PASIEN
I. Anamnesis
Identitas Pasien
- Nama : An. Z
- Agama : Islam
- Suku : Lampung
Identitas Orangtua
- Umur : 32 tahun
- Pekerjaan : Buruh
- Pendidikan : SMP
2
- Umur : 29 tahun
- Pekerjaan : IRT
- Pendidikan : D3
3
RiwayatPenyakit
SMRS.
sepanjang hari, dan tidak disertai menggigil dan keringat dingin. Keesokan
rawat jalan. Namun tidak ada perbaikan dari kondisi pasien. 4 hari SMRS, Os
mengeluhkan sesak nafas yang semakin memberat dan os tampak agak tersengal
sengal. Sesak nafas tidak disertai pilek. Demam yang dirasakan juga tidak
kunjung turun Saat os demam tinggi, os tidak mengalami serangan kejang. Ibu os
juga mengeluhkan batuk-batuk terutama pada malam hari yang disertasi dahak.
Dahak berwarna putih, tidak terlalu kental dan tidak ditemukan darah. Os lalu
dirujuk ke IGD RSAM dengan keadaan anak semakin sesak, anak tampak rewel
dan gelisah, serta anak tidak nafsu makan dan lemas. Keluarga mengaku tidak ada
penurunan berat badan. Ibu os juga menyangkal adanya keluhan mual dan
muntah. Orang tua os mengaku tidak ada keluhan pada pola BAB dan BAK.
Keluhan seperti ini baru dirasakan pertama kali. Riwayat penyakit jantung
4
Riwayat Penyakit Dahulu :
Os tidak pernah mengeluhkan hal yang sama maupun dirawat di rumah sakit.
Keluarga tidak ada yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien. Keluhan
Riwayat Sosial :
Ayah bekerja sebagai buruh dan ibu sebagai ibu rumah tangga. Pendidikan
terakhir ayah os adalah SMP dan ibu os adalah D3. Keluarga mengaku rata-rata
sakit ditanggung oleh BPJS Jamkesmas. Os sehari hari tinggal dan diurus oleh ibu
makan yang tidak biasa, namun memiliki pola bermain bersama teman teman di
daerah yang berdebu. Orang tua os juga mengaku riwayat kontak dengan orang
Kunjungan ANC teratur dengan bidan, ibu tidak mengkonsumsi obat-obatan lain
kecuali vitamin dan zat besi selama masa kehamilan, ibu tidak pernah sakit
5
Riwayat Persalinan
Lahir dari ibu G2P1A0, persalinan normal tanpa menggunakan alat, ditolong oleh
bidan, lahir langsung menangis kuat, cukup bulan dan tidak ada kelainan bawaan.
Riwayat Makanan
0–6 bulan : minum ASI sejak lahir. Frekuensi pemberian tergantung permintaan
6–9 bulan : Susu formula frekuensi ±8x /hari. Sebanyak 60 ml botol susu tiap
9–12 bulan : Susu formula frekuensi ±6x /hari, sebanyak 120 ml botol susu tiap
12 bulan-sekarang: Susu formula frekuensi ±4x /hari, sebanyak 120 ml botol susu
tiap pemberian. Bubur nasi dengan komposisi bubur nasi, anak juga
lauk pauk seperti ayam, ikan, tempe atau telur. Diberikan 3x/hari.
6
Riwayat Imunisasi
Catatan imunisasi penderita tedapat dalam buku KMS. Pasien sudah mendapatkan
imunisasi BCG (umur 0 bulan), DPT 3 kali (umur 2, 3, dan 4 bulan), polio 4 kali
Vaksin I II III IV X
BCG
DPT
Polio
Campak
Hepatitis B
Kesan: Imunisasi dasar lengkap sesuai umur dan tidak ditemukan adanya
Riwayat Perkembangan
Orang tua pasien mengaku tidak ada keterlambatan dalam perkembangan, baik
dalam aspek personal sosial, adaptif-motorik halus, bahasa, dan motorik kasar.
Anak diakui dapat melakukan hal hal sederhana sesuai dengan umurnya (16
7
II. PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
Suhu : 39,2 oC
Panjang Badan : 77 cm
Status Gizi:
Kesan:
2. PB/U : Normal
3. BB/PB : Normal
Status Generalis
8
Perdarahan : Tidak ada
Turgor : Baik
KEPALA
cahaya (+/+)
LEHER
THORAKS
Bentuk : normothoraks
9
JANTUNG
PARU-PARU
Anterior Posterior
Pergerakan
Pergerakan Pergerakan Pergerakan
Inspeksi nafas =
nafas = dextra nafas = sinistra nafas = dextra
sinistra
10
ABDOMEN
Perkusi : Timpani
GENITALIA EKSTERNA
ANUS, REKTUM
EKSTREMITAS
NEUROLOGIS
Kekuatan : 5/5/5/5
Gerakan : Aktif
Tonus : normotonus
Klonus :-
Reflek Fisiologis
Bisep : +/+
11
Trisep : +/+
Achilles : +/+
Patella : +/+
Reflek Patologis
Babinski :-
Chaddock :-
Gordon :-
Gonda :-
Schaefer :-
Sensorik
Anestesi :-
Hipoestesi :-
Brudzinsky I : negatif
Brudzinsky II : negatif
Otonom
Miksi : normal
12
Defekasi : normal
A. Darah lengkap
B. Foto Thorax
13
RESUME
mengalami demam tinggi. Demam dirasakan terus menerus sepanjang hari, tidak
puskesmas terdekat lalu dan dirawat jalan yang diberikan obat paracetamol namun
tidak ada perbaikan dari kondisi pasien. 4 hari SMRS, Os mengeluhkan sesak
nafas yang semakin memberat dan os tampak agak tersengal sengal. Sesak nafas
tidak disertai pilek. Ibu os juga mengeluhkan batuk-batuk terutama pada malam
hari yang disertasi dahak. Dahak berwarna putih, tidak terlalu kental dan tidak
selama 3 hari, lalu os dirujuk ke IGD RSAM dengan keadaan anak semakin sesak,
anak tampak rewel dan gelisah, serta anak tidak nafsu makan dan lemas. Keluarga
mengaku tidak ada penurunan berat badan. Ibu os juga menyangkal adanya
keluhan mual dan muntah. Orang tua os mengaku tidak ada keluhan pada pola
BAB dan BAK. Keluhan seperti ini baru dirasakan pertama kali. Riwayat
orangtua.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum pasien tampak sakit sedang dan
°C, sianosis (-), nafas cuping hidung (+), pembesaran KGB (-), pergerakan
simetris kanan dan kiri, perkusi redup, auskultasi didapatkan bunyi nafas menurun
14
dan terdengar bunyi tambahan rhonki basah halus dan wheezing pada kedua
lapang paru.
leukosit 14.100 /uL dan LED 43 mm/jam. Pada foto thorax AP didapatkan kesan
bronkopneumonia bilateral.
Bronkiolitis
V. DIAGNOSIS KERJA
Bronkopneumonia
VI. PENATALAKSANAAN
jam
15
8. Paracetamol syr 90mg/6 jam
VII. PROGNOSIS
16
FOLLOW UP
S O A P
Keluhan Status Assesment Penatalaksanaan
Susp. - O2 1 lt/menit
21/10/2016 KU :Tampak Sakit Sedang, Bronkopneum - IVFD KAEN 3A
sianosis (-), tampak onia v gtt/menit infus
Sesak nafas sesak makro
(+) KS : Compos Mentis - Inj. Cefotaxim
Batuk HR : 120 x/menit 250mg/8jam
berdahak RR : 46 x/menit - Inj. Gentamicin
T : 39,2°C 25mg/hari
BBS : 8,9 kg - Nebulisasi
Status gizi: PB : 77 cm Salbutamol 1
BB/U = -2 SD nep/6 jam
s.d -1 SD (Z- Kepala - Inj. Dexametaxone
score) (gizi Muka : Simetris 1,7mg/8 jam
baik) Mata : Konjungtiva anemis (-), - Inj. Ranitidine
TB/U = -2 SD sklera ikterik (-), refleks 10mg/12 jam
s.d -1 SD (Z- cahaya +/+ - Paracetamol syr
score) Hidung : Septum deviasi (-), NCH 90mg/6 jam
(normal) (+), sekret (-/-) - Ambroxol syr ½
BB/PB = -2 Mulut : stomatitis (-), cth /8 jam
SD s.d -1 SD Candidiasis (-), kering (-
(Z-score) )
(normal) - Cek DL
Paru - Foto Thorax AP
I : Simetris, retraksi
subcostal-intercostal-
substernal (+)
P : Ekspansi simetris
A : Vesikuler menurun,
Ronkhi basah halus +/+
Wheezing +/+
Jantung
I : Ictus cordis tidak terlihat
P : Ictus cordis teraba
A : BJ I/II Reguler
Abdomen
I : Simetris, datar
P : Hepar dan lien tidak
teraba, dinding perut
lemas, turgor kulit baik
P : Timpani (+)
A : Bising usus (+) 8x/mnt
17
Ekstremitas :
Superior : oedem -/-, sianosis -/-,
akral hangat
Inferior : oedem-/-, sianosis -/-,
akral hangat
Bronkopneumo - O2 1 lt/menit
22/10/2016 KU :Tampak Sakit Sedang, nia - IVFD KAEN 3A
sianosis (-), tampak v gtt/menit infus
Sesak nafas sesak makro
berkurang KS : Compos Mentis - Inj. Cefotaxim
Batuk HR : 102 x/menit 250mg/8jam
berdahak RR : 46 x/menit - Inj. Gentamicin
T : 37,5°C 25mg/hari
BBS : 8,9 kg - Nebulisasi
Status gizi: PB : 77 cm Salbutamol 1
BB/U = -2 SD nep/6 jam
s.d -1 SD (Z- Kepala: - Inj. Dexametaxone
score) (gizi DBN, Nafas cuping hidung (-) 1,7mg/8 jam
baik) - Inj. Ranitidine
TB/U = -2 SD Paru: 10mg/12 jam
s.d -1 SD (Z- Retraksi subcostal-intercostal- - Paracetamol syr
score) substernal (+), Ronkhi basah 90mg/6 jam
(normal) halus +/+ (berkurang) - Ambroxol syr ½
BB/PB = -2 Wheezing -/- cth /8 jam
SD s.d -1 SD
(Z-score) Jantung:
(normal) DBN
Abdomen:
DBN
Ekstremitas :
DBN, Siaonosis (-)
DL:
Hb 10,4; Leu 12; Eri 4,1; Ht 33;
Trombo 483.000; MCV 65; MCH
21; MCHC 32; LED 43.
Foto Thorax: Bronkopneumonia
bilateral
- IVFD KAEN 3A
24/10/2016 KU : Tampak Sakit Sedang, Bronkopneum v gtt/menit infus
sianosis (-) onia Perbaikan makro
Sesak nafas (-) KS : Compos Mentis - Inj. Cefotaxim
Batuk HR : 132 x/menit 250mg/8jam
18
berdahak RR : 36 x/menit - Inj. Gentamicin
berkurang T : 37,0°C 25mg/hari
BBS : 8,9 kg - Nebulisasi
PB : 77 cm Salbutamol 1
Status gizi: nep/6 jam
BB/U = -2 SD Kepala: - Inj. Dexametaxone
s.d -1 SD (Z- DBN, Nafas cuping hidung (-) 1,7mg/8 jam
score) (gizi - Inj. Ranitidine
baik) Paru: 10mg/12 jam
TB/U = -2 SD Retraksi subcostal-intercostal- - Paracetamol syr
s.d -1 SD (Z- substernal (-), Ronkhi basah 90mg/6 jam
score) halus +/+ (minimal) - Ambroxol syr ½
(normal) Wheezing -/- cth /8 jam
BB/PB = -2
SD s.d -1 SD Jantung:
(Z-score) DBN - Cek DL
(normal) - Besok Pulang
Abdomen:
DBN
Ekstremitas :
DBN, Siaonosis (-)
19
Ekstremitas :
DBN, Siaonosis (-)
Laboratorium:
DL
Hb 9,9; Leu 11.400; Trombo
575.000; Eri 4,7; Ht 31; LED 32
20
BAB II
ANALISIS KASUS
dapatkan keluhan berupa sesak nafas yang semakin memberat sejak 4 hari
malam hari disertai dahak, dahak berwarna putih, tidak terlalu kental.
Lemas, rewel, tidak nafsu makan. Keluhan pilek disangkal. Mual dan
simetris kanan dan kiri, perkusi redup, auskultasi didapatkan bunyi nafas
menurun dan terdengar bunyi tambahan rhonki basah halus dan wheezing
pada kedua lapang paru. pada bagian leher, jantung, abdomen dan
batuk produktif dengan dahak purulen bahkan bisa berdarah, sesak napas,
21
demam, kesulitan makan/ minum, tampak lemah. pada anamnesis juga
1. Batuk
2. Demam
3. Sesak
Keluhan sesak nafas juga ditemukan pada, bronkitis dan bronkiolitis akut.
demam yang tidak terlalu tinggi, pasien juga dapat mengalami takipnea
dan sianosis. Bronkiolitis akut juga sering timbul gejala rinore (nasal
yang mirip dengan pneumonia yang didahului dengan ISPA, seperti pilek
ringan, batuk, dan demam, disusul dengan batuk disertai sesak nafas,
wheezing. Pada pasien ditemukan suara ronki basah halus yang merupakan
salah satu tanda khas pada pneumonia terutama terdengar sangat jelas pada
22
Pada pemeriksaan penunjang laboratorium darah lengkap pasien
ini didapatkan hasil leukosit 14.100 /uL dan LED 43 mm/jam. Biasanya
bakteri sesuai dengan gambaran klinis yang muncul dan sesuai dengan
literatur.
23
(Supriyatno, 2006)
gambaran klinis yang muncul, yaitu demam >38,5oC, nafas cuping hidung,
batuk, dan sesak yang berat. Sesuai dengan British Thoracic Society
Jadi penegakan diagnosis pada pasien ini sudah tepat sesuai karena sesuai
24
2. Apakah tatatalaksana pada kasus ini sudah tepat ?
Penatalaksaan Umum :
B. Penatalaksanaan khusus :
25
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan terapi :
tidak ada kuman yang dicurigai, berikan antibiotik awal (24-72 jam
a. ampicillin + aminoglikosid
c.amoksisillin + aminoglikosid
c. golongan sefalosporin
d. kotrimoksazol
e. makrolid (eritromisin)
26
azitromisin)
1. O2 1 lt/menit
310 × 20
𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑓𝑢𝑠 = = 4,3 ≈ 5 𝑡𝑒𝑡𝑒𝑠 𝑚𝑎𝑘𝑟𝑜
24 × 60
27
Pemberian antibiotik pada pasien ini sudah tepat, karena dasar pemberian
antibiotik awal di atas adalah coba-coba (trial and error) maka harus
sampai hari ketiga. Bila penyakit bertambah berat atau tidak menunjukkan
perbaikan yang nyata dalam 24-72 jam à ganti dengan antibiotik lain yang
lebih tepat sesuai dengan kuman penyebab yang diduga (sebelumnya perlu
diyakinkan dulu ada tidaknya penyulit seperti empyema, abses paru yang
sampai sesak nafas hilang. Beri oksigen pada semua anak dengan
untuk terapi oksigen (berikan pada anak dengan saturasi oksigen < 90%,
bila tersedia oksigen yang cukup). Lakukan periode uji coba tanpa oksigen
setiap harinya pada anak yang stabil. Hentikan pemberian oksigen bila
saturasi tetap stabil > 90%. Pemberian oksigen setelah saat ini tidak
oksigen pada bayi muda. Masker wajah atau masker kepala tidak
dinding dada bagian bawah ke dalam yang berat atau napas > 70/menit)
28
Kebutuhan kalori pada pasien tidak diperhitungkan dengan baik. Kecukupan
Kecukupan Energi inilah yang akan menjadi acuan dalam diet sehari sehari.
Pada kasus ini Daily Dietary Intakes tidak dipenuhi secara benar. Pada
29
Lemak = 155,8 Kal ≈ 17 gr
kecil
Pada pasien ini diberikan pemberian injeksi dexametasone yang tidak ada
30
regulasi yang berlebihan dari respon sitokin dimana dalam hal ini dapat
mg/kgBB yang terbagi dalam 12 atau 8 jam pada kasus ini diharapkan
Pada pasien ini diberikan juga injeksi ranitidine yang bersifat H-2 bloker.
stres ulserasi dan perdarahan gaster. Dosis dalam pemberian ranitidine yaitu
31
3. Bagaimanakah prognosis pada pasien ini ?
Secara umum, prognosis pada kasus ini baik. Banyak kasus dari
kedua kematian pada anak kurang dari 5 tahun. Kebanyakan anak diterapi
secara rawat jalan dan sembuh total. Tetapi pada bayi dan anak dengan
paparan dari asap rokok, dan proteksi awal seperti cuci tangan (Bennett,
2016).
Pada kasus ini pasien memiliki orang tua dengan latar belakang pendidikan
SMP dan D3, diharapkan dengan ini orang tua pasien dapat diedukasi
dengan baik mengenai pencegahan dan terapi rawat jalan yang diberikan.
Tidak diketahui berapa pendapatan total per bulan oleh keluarga os, tetapi
32
manifestasi klinis dari infeksi. Namun os tinggal di lingkungan yang
33
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Bronkopneumonia
dan balita, yang disebabkan oleh bermacam- macam etiologi seperti bakteri,
oleh mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah penyebab non infeksi yang
tetapi bisa juga sebagai infeksi primer yang biasanya kita jumpai pada anak-
jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat (Bradley et al., 2011).
34
B. Epidemiologi
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak
. C. Etiologi
35
pemberian makanan seperti minyak ikan pada anak yang sedang
C. Klasifikasi
Pneumonia atipikal
persisten.
36
D. Patogenesis
anatomis dan mekanis, dan faktor imun lokal dan sistemik. Mekanisme
pertahanan awal berupa filtrasi bulu hidung, refleks batuk dan mukosilier
Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau
nafas bagian bawah melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari
saluran nafas bagian atas, dan jarang melalui hematogen. Virus dapat
yaitu:
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan
37
Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan
dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan.
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah
merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai
bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh
warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada
stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak
selama 48 jam.
diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit,
warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi
mengalami kongesti.
Disebut juga stadium resolusi, yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi
38
E. Manifestasi Klinik
saluran nafas bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara
yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnu, pernafasan cepat dan dangkal
mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana pada awalnya berupa batuk
terpengaruh pada dinding dada, yaitu jaringan ikat inter dan subkostal, dan
positif. Retraksi lebih terlihat pada bayi baru lahir dimana jaringan ikat
interkostal lebih tipis dan lebih lemah dibandingkan anak yang lebih tua.
39
Kontraksi yang terlihat dari otot sternokleidomastoideus dan pergerakan
dapat dipercaya akan adanya sumbatan jalan nafas. Pada infant, kontraksi
otot ini terjadi akibat “head bobbing”, yang dapat diamati dengan jelas
ketika anak beristirahat dengan kepala disangga tegal lurus dengan area
suboksipital. Apabila tidak ada tanda distres pernapasan yang lain pada
napas atas dan keseluruhan. Selain itu dapat juga menstabilkan jalan napas
kecil pada paru yang terkena tidak menghilangkan getaran fremitus selama
jalan napas masih terbuka, namun bila terjadi perluasan infeksi paru
40
frekuensi yang mendominasi), keras atau lemah (tergantung dari
tersebar di pinggir lapang paru. Bayangan bercak ini sering terlihat pada
41
F. Kriteria Diagnosis
al., 2011):
dinding dada
2. Panas badan
predominan)
G. Penatalaksanaan
A. Penatalaksaan Umum :
B. Penatalaksanaan khusus :
42
1. Mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak
tidak ada kuman yang dicurigai, berikan antibiotik awal (24-72 jam
a. ampicillin + aminoglikosid
c.amoksisillin + aminoglikosid
43
2. Bayi dan anak usia pra sekolah (2 bl-5 thn)
c. golongan sefalosporin
d. kotrimoksazol
e. makrolid (eritromisin)
azitromisin)
Karena dasar antibiotik awal di atas adalah coba-coba (trial and error) maka
sekali sampai hari ketiga. Bila penyakit bertambah berat atau tidak
antibiotik lain yang lebih tepat sesuai dengan kuman penyebab yang diduga
44
DAFTAR PUSTAKA
http://emedicine.medscape.com/article/967822-overview.
Bradley, J.S., Byington, C.L., Shah, S.S., Alverson, B., Carter, E.R., Harrison, C.,
Harris, M., Clark, J., Coote, N., Fletcher, P., Harnden, A., McKean, M., et
Lavi, E., Shoseyov, D., Simanovsky, N. & Brooks, R.(2015). Systemic Steroid
Pediatrics.
45
Prevention of GI Bleeding in Neonatal Intensive Care Units. Iranian Journal
Sjarif, D.R., Gultom, L.C., Hendarto, A., Lestari, E.D., Sidiartha, I.G.L. &
pp.100–106.
Weiss, A.K., Hall, M., Lee, G.E., Kronman, M.P., Sheffler-Collins, S. & Shah,
46