Anda di halaman 1dari 6

TUGAS SENI BUDAYA

Melukis Ornamen Pada Gerabah

Disusun oleh:

12MIA7
- Lilyana Cindy Meliani C.
- Meika Putri Hanisa
- Silvi Yulianti
- Suci Triyas Ramadani

SMAN 1 KABUPATEN TANGERANG

TAHUN AJARAN 2018-2019


Gerabah

Gerabah adalah perkakas yang terbuat dari tanah liat yang dibentuk kemudian dibakar untuk
kemudian dijadikan alat-alat yang berguna membantu kehidupan manusia.

Arti gerabah adalah jenis tembikar kuno yang dibuat manusia dari tanah liat yang dicampur
pasir kemudian dibakar pada suhu 800 hingga 1000 derajat Celcius. Karakteristik gerabah
adalah keras, rapuh, berpori dan mudah pecah.

Definisi gerabah adalah jenis keramik bakaran rendah yang pada umumnya ditandai dengan
sisi dinding yang berpori sehingga air di dalamnya bisa merembes keluar melalui pori-pori
kecil di dindingnya. Contoh gerabah adalah kendi air yang terbuat dari tanah liat merah.

Pengertian gerabah adalah keramik rakyat, hal ini dikarenakan gerabah mempunyai ciri
pemakaian tanah liat bakaran rendah serta teknik pembakaran yang sangat sederhana.

 Sejarah gerabah

Gerabah diperkirakan telah ada sejak masa pra sejarah, tepatnya setelah manusia hidup
menetap dan mulai bercocok tanam. Situs-situs arkeologi di indonesia, telah ditemukan
banyak tembikar yang berfungsi sebagai perkakas rumah tangga atau keperluan religius
seperti upacara dan penguburan. tembikar yang paling sederhana dibentuk dengan hanya
menggunakan tangan, yang berciri adonan kasar dan bagian pecahannya dipenuhi oleh jejak-
jejak tangan (sidik jari), selain itu bentuknya kadang tidak simetris. selain dibuat dengan
teknik tangan, tembikar yang lebih modern dibuat dengan menggunakan tatap-batu dan roda
putar.

 Macam-macam gerabah

 Piring  Kuali
 Kendi  Celengan
 Guci  Pot
 Tempayan  Gerabah hiasan
 Anglo

 Teknik pembuatan gerabah

1. Teknik Lempeng (Slabing)

Teknik lempeng (slabing) merupakan teknik yang digunakan untuk membuat benda gerabah
berbentuk kubistis dengan permukaan rata. Teknik ini diawali dengan pembuatan lempengan
tanah liat dengan menggunakan rol kayu penggilas.Setelah menjadi lempengan dengan
ketebalan yang sama, Anda dapat memotong dengan pisau atau kawat sesuai dengan ukuran
yang Anda inginkan. Selanjutnya, Andadapat membuat menjadi bentuk kubus atau persegi.
Kemudian, tahap akhir diberi hiasan dengan cara ditoreh pada saat tanah setengah kering.
2. Teknik Pijat (Pinching)

Teknik pijat (pinching) merupakan teknik membuat keramik dengan cara mem?at tanah liat
langsung menggunakan tangan. Tujuan dari penggunaan teknik ini adalah agar tanah liat
lebih padat dan tidak mudah mengelupas sehingga hasilnya akan tahan lama.

3. Teknik Pilin (Coiling)

Teknik pilin (coiling) adalah cara membentuk tanah liat dengan bentuk dasar tanah liat yang
dipilin atau dibentuk seperti tali. Cara melakukan teknik ini adalah segumpal tanah liat
dibentuk pilinan dengan kedua telapak tangan. Ukuran tiap pilinan disesuaikan dengan
ukuran yang Anda inginkan. Panjangnya pilinan juga disesuaikan dengan kebutuhan.
Kemudian, pilinan tanah liat tersebut Anda susun secara melingkar sehingga menjadi bentuk
yang Anda inginkan. Jangan lupa tiap susunan ditekan dan tambahkan air agar menempel.

4. Teknik Putar (Throwing)

Untuk membuat gerabah dengan teknik putar (throwing), Anda memerlukan alat bantu
berupa subang pelarik atau alat putar elektrik.Cara melakukan teknik ini adalah dengan
mengambil segumpal tanah liatyang plastis dan lumat. Setelah itu, taruhlah tanah liat di atas
meja putar tepat di tengah- tengahnya. Lalu, tekan tanah liat dengan kedua tangan sambil
diputar. Bentuk tanah liat sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Teknik putar umumnya
menghasilkan benda berbentuk bulat atau silindris.

5. Teknik Cetak Tekan (Press)

Teknik cetak tekan dilakukan dengan menekan tanah liat yang bentuknya disesuaikan dengan
cetakan. Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan hasil dengan waktu yang cepat.

6. Teknik Cor atau Tuang

Teknik cor atau tuang digunakan untuk membuat gerabah dengan menggunakan acuan alat
cetak. Tanah liat yang digunakan untuk teknik ini adalah tanah liat cair. Cetakan ini biasanya
terbuat dari gips. Bahan gips digunakan karena gips dapat menyerap air lebih cepat sehingga
tanah liat menjadi cepat kering.

Ornamen

Ornamen merupakan dekorasi yang digunakan untuk memperindah bagian dari sebuah
bangunan atau objek. Ornamen arsitektural dapat diukir dari batu, kayu atau logam mulia,
dibentuk dengan plester atau tanah liat, atau terkesan ke permukaan sebagai ornamen terapan;
dalam seni terapan lainnya, bahan baku objek, atau yang berbeda dapat digunakan. Berbagai
macam gaya dekoratif dan motif telah dikembangkan untuk arsitektur dan seni terapan,
termasuk tembikar, mebel, logam. Dalam tekstil, kertas dinding dan benda-benda lain di
mana hiasan mungkin jadi pembenaran utama keberadaannya, pola istilah atau desain lebih
mungkin untuk digunakan.
Kendi

Kendi adalah tempat air seperti teko yang terbuat dari tanah liat. Kendi dikenal di seluruh
dunia dan berkembang di Mesir, China, Jepang, Thailand, dan Indonesia.

Sebutan 'kendi' pada umumnya dikenal di seluruh Asia Tenggara. Kata kendi berasal dari
bahasa Sansekerta (dari India) yakni kundika yang artinya 'wadah air minum'. Dalam
ikonografi Hindu, 'kundika' merupakan atribut dari Dewa Brahma dan Dewa Siwa.
Sedangkan pada agama Budha, 'kundika' merupakan atribut Awalokiteswara dan peziarah
Budha juga membawa 'kundika' yang dianggap sebagai salah satu dari delapan belas wadah
suci yang dibawa seorang rahib dalam perjalanannya mencari kitab suci. Sebutan kendi di
Indonesia bermacam-macam khususnya untuk kendi tanpa corot (kendi seperti buah
labu/botol).

 Cara pembuatan gerabah/kendi

1. Pengambilan tanah liat. Tanah liat diambil dengan cara menggali secara langsung ke
dalam tanah yang mengandung banyak tanah liat yang baik. Tanah liat yang baik
berwarna merah coklat atau putih kecoklatan. Tanah liat yang telah digali kemudian
dikumpulkan pada suatu tempat untuk proses selanjutnya.
2. Persiapan tanah liat. Tanah liat yang telah terkumpul disiram air hingga basah merata
kemudian didiamkan selama satu hingga dua hari. Setelah itu, kemudian tanah liat
digiling agar lebih rekat dan liat. Ada dua cara penggilingan yaitu secara manual dan
mekanis. Penggilingan manual dilakukan dnegan cara menginjak-injak tanah liat
hingga menjadi ulet dan halus. Sedangkan secar mekanis dengan menggunakan mesin
giling. Hasil terbaik akan dihasilkan dengan menggunakan proses giling manual.
3. Proses pembentukan. Setelah melewati proses penggilingan, maka tanah liat siap
dibentuk sesuai dengan keinginan. Aneka bentuk dan disain depat dihasilkan dari
tanah liat. Seberapa banyak tanah liat dan berapa lama waktu yang diperlukan
tergantung pada seberapa besar gerabah yang akan dihasilkan, bentuk dan disainnya.
Perajin gerabah akan menggunakan kedua tangan untuk membentuk tanah liat dan
kedua kaki untuk memutar alat pemutar (perbot). Kesamaan gerak dan konsentrasi
sangat diperlukan untuk dapat melakukannya. Alat-alat yang digunakan yaitu alat
pemutar (perbot), alat pemukul, batu bulat, kain kecil. Air juga sangat diperlukan
untuk membentuk gerabah dengan baik.
4. Penjemuran. Setelah bentuk akhir telah terbentuk, maka diteruskan dengan
penjemuran. Sebelum dijemur di bawah terik matahari, gerabah yang sudah agak
mengeras dihaluskan dengan air dan kain kecil lalu dibatik dengan batu api. Setalah
itu baru dijemur hingga benar-benar kering. Lamanya waktu penjemuran disesuaikan
dengan cuaca dan panas matahari.
5. Pembakaran. Setalah gerabah menjadi keras dan benar-benar kering, kemudian
banyak gerabah dikumpulkan dalam suatu tempat atau tungku pembakaran. Gerabah-
gerabah tersebut kemudian dibakar selama beberapa jam hingga benar-benar keras.
Proses ini dilakukan agar gerabah benar-benar keras dan tidak mudah pecah. Bahan
bakar yang digunakan untuk proses pembakaran adalah jerami kering, daun kelapa
kering ataupun kayu bakar.
6. Penyempurnaan. Dalam proses penyempurnaan, gerabah jadi dapat dicat dengan cat
khusus atau diglasir sehingga terlihat indah dan menarik sehingga bernilai jual tinggi.
Alat dan Bahan

1. Kendi
2. Kuas
3. Cat putih
4. Cat warna
5. Amplas kasar dan halus
6. Pilox
7. Palet
8. Pensil

Cara Pembuatan

1. Gerabah (kendi) kita amplas menggunakan amplas kasar


2. Kemudian kita cet menggunakan warna putih
3. Setelah itu kita jemur dibawah sinar matahari
4. Kemudian amplas dan cet lagi sampai 3 kali pengulangan
5. Setelah dicat putih, kita membuat pola atau motif pohon pada gerabah sesuai dengan
yang kita inginkan
6. Kemudian mewarnai background atau latarnya dengan warna oren karena kita
memilih tema senja
7. Lalu mewarnai pola atau motifnya dengan warna coklat pada bagian batang pohon
dan warna yellow chore pada daunnya
8. Setelah itu kita memberi warna kuning dengan usapan jari untuk memberi kesan senja
pada gerabah
9. Tahap akhir gerabah kita pilox.

Konsep Pembuatan

Konsep yang kami gunakan yaitu konsep senja musim semi. Mengapa kami memilih konsep
ini? Karena senja itu penuh dengan keindahan, kala langit berubah menjadi jingga. Cahaya
redup dari matahari senja, tak begitu menyilaukan mata bahkan terlihat begitu anggun dan
menawan. Cahaya jingga yang menghiasi langit-langit ufuk barat, seakan melukiskan sebuah
ketenangan bagi yang melihatnya. Sedangkan musim semi juga menggambarkan makna
bahagia dan juga ketenangan. Untuk penggambarannya digunakan gambar gambar dengan
menggunakan motif naturalis. Motif naturalis yaitu motif yang penggambaran atau objeknya
mengambil dari contoh alam seperti gunung, awan, sungai, hewan, dan lain sebagainya.
Warna yang kami gunakan untuk dasar atau warna awalnya yaitu warna oranye karena senja
identic dengan warna oranye dan sedikit di beri gradasi warna kuning, tujuan nya untuk
menambah kesan senja tersebut. Kemudian pada gambar batang pohon nya kita beri warna
coklat gelap, dan dedaunan nya berwarna hijau gelap mendekati cream. Mengapa tidak
memilih warna warna yang terang? Karena warna warna senja itu warna yang gelap, apabila
warna nya terang maka situasinya sedang siang bukan nya senja. Pada pewarnaan dedaunan
digunakan teknik mewarnainya teknik pointilis, yaitu titik titik.
Alasan kenapa memilih kendi dalam karya kami

Kami memilih kendi karena menurut kami, kendi tersebut harganya ekonomis, serta mudah
ditemui di daerah sekitar kami. Kendi tersebut juga lebih mudah untuk dicat daripada kendi
yang berukuran lebih kecil, karena bentuknya lebih besar, ruang pada kendi tersebut pun
lebih luas dan memudahkan kami untuk menggambar pola juga memudahkan kami
mewarnainya menggunakan cat. Kendi juga tidak memiliki banyak lekukan seperti kendil.
Jadi pada saat memberi gradasi pada kendi pun lebih mudah dibanding memberi gradasi pada
kendil, karena pada kendil terdapat moncong tempat keluarnya air, yang membuat proses
pembuatan gradasi pada karya menjadi kurang mudah untuk dilakukan.

Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan : lebih mudah dibuat karena motif atau pola sederhana sehingga dalam proses
pembuatan gambar mudah. Dan warna-warna yang dipakai tidak terlalu banyak namun tetap
dapat mewakili tema

Kekurangan : warna kuningnya kurang mencolok dan daunnya kurang terlihat karena kecil
sehingga jika dilihat dari jauh kurang terbaca gambarnya yang ada pada kendi tersebut.

Kemudahan dan Kesulitan

Kemudahan : karena desainnya mudah, menentukan warna dan mengecatnya pun mudah
tidak memerlukan waktu yang lama

Kelemahan : sulit untuk melukis dan mengecat dibagian ranting pohon karena kecil
bagiannya supaya tetap terlihat seperti ranting.

Anda mungkin juga menyukai