Penelitian Anastesi A30 UMM
Penelitian Anastesi A30 UMM
Oleh:
Pembimbing :
terhadap Perubahan Tekanan Darah” telah di periksa dan disetujui sebagai salah
satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan Dokter Muda di bagian
Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha
Tujuan dari pembuatan penelitian ini selain untuk menambah wawasan bagi
penulis dan pembacanya, juga ditujukan untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik
anestesiologi.
kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran selalu kami harapkan. Semoga penelitian
ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya serta penyusun pada khususnya.
Penulis,
Kelompok A30
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Istilah anestesia ini pertama kali digunakan oleh Oliver Wendell Holmes pada
tahun 1846. Menurut asal katanya, anestesia berasal dan kata “An” yang berarti “tidak”
dan “Aestesia” yang berarti “rasa”. Secara umum berarti suatu tindakan
menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur
lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
Anastesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasari berbagai
tindakan meliputi pemberian anastesi maupun analgetik, pengawasan keselamatan
pasien di operasi maupun tindakan lainnya, bantuan hidup (resusitasi), perawatan
intensif pasien gawat, pemberian terapi inhalasi dan penanggulangan nyeri menahun.
Pengelolaan anestesi pada pasien diawali dengan persiapan preoperatif
psikologis, dan bila perlu, pengobatan preoperatif. Beberapa macam obat dapat
diberikan sebelum dimulainya operasi.Obat-obatan tersebut disesuaikan pada setiap
pasien. Seorang ahli anestesi harus menyadari pentingnya mental dan kondisi fisik
selama visite preoperatif. Sebab hal tersebut akan berpengaruh pada obat-obatan
preanestesi, tehnik yang digunakan, dan keahlian seorang ahli anestesi. Persiapan yang
buruk akan berakibat pada berbagai permasalahan dan ketidaksesuaian setelah operasi.
Kebutuhan premedikasi bagi masing-masing pasien dapat berbeda. Rasa takut
dan nyeri harus diperhatikan betul pada kunjungan pra-anestasi. Dengan memberikan
rasa simpati dan pengertian kepada pasien tentang masalah yang dihadapi, maka
pasien dapat dibantu dalam menghadapi rasa sakit dan khawatir menghadapi
operasi.
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anestesi
Anestesi merupakan hilangnya rasa nyeri yang disertai atau tidak disertai
dengan hilangnya kesadaran. Secara garis besar, anestesi dibagi 2, yaitu
anestesi umum dan lokal. Anestesi umum bekerja di susunan saraf pusat
sedangkan anestesi lokal bekerja di serabut saraf perifer. Anestesi umum
terjadi karena adanya perubahan neurotransmisi di berbagai bagian SSP.
Anestesi lokal terjadi karena obat anestesi lokal mencegah pembentukan dan
konduksi impuls saraf.
Tujuan Pre-medikasi :
1. Menimbulkan rasa nyaman bagi pasien, yang meliputi : bebas dari
rasa takut, tegang dan khawatir, bebas dari rasa nyeri dan mencegah
mual-muntah
2
4. Mengurangi dosis obat anestesi
1. Golongan Narkotika
menjadi 3 kelompok :
c. Derivat sintetik :
Morfinans : lavorvanol
Propionanilides : metadon
Tramadol
a. Reseptor Mu
Morfin bekerja secara agonis pada reseptor ini, stimulasi pada reseptor
respirasi
b. Reseptor Kappa
3
Stimulasi reseptor ini menimbulkan analgesia, sedasi dan anestesia.
c. Reseptor Sigma
d. Reseptor Delta
Pada manusia peran reseptor ini belum diketahui dengan jelas. Diguga
memperkuat reseptor Mu
4
Morfin memiliki kekuatan 10 kali dibanding petidin, ini berarti bahwa dosis
morfin sepersepuluh dari petidin, sedangkan fentanil 100 kali dari petidin
Kontraindikasi :
Pemberian narkotik harus hati – hati pada pasien orang tua atau bayi dan
keadaan umum yang buruk. Tidak boleh diberikan pada pasien yang
berwarna
mengandung 50 ug
5
Dalam aplikasi sehari-hari, ketiga golongan obat – obat premedikasi ini
suntikan berulang.
adalah
c. Mencegah bradikardi
oleh serabut saraf otonom parasimpatis atau serabut saraf yang mempunyai
secara kompetitif yang ditimbulkan oleh asetil kolin pada sel efektor organ
terutama pada kelenjar eksokrin, otot polos dan otot jantung. Efek atropin
lebih dominan pada otot jantung, usus dan bronkus sedangkan skopolamin
6
Efek obat pada beberapa sistem :
induksi
Kontraindikasi :
7
Pasien demam, takikardi, glaukoma dan tirotoksikosis
Dikemas dalam bentuk ampul 1 ml mengandung 0,25 dan 0,50 mg, tidak
Obat golongan sedatif adalah obat – obat yang berguna untuk anti cemas
dan menimbulkan rasa kantuk. Tujuan pemberian obat golongan ini adalah
untuk memberikan suasanya nyaman bagi pasien prabedah, bebas dari rasa
lingkungannya.
digunakan adalah :
a. Derivat fenothiazin
8
Tabel 2.4 efek obat derivat fenothiazin
sebelum induksi
sebelum induksi
b. Derivat benzodiazepin
9
Sistem saraf pusat Menyebabkan sedasi dan anticemas yang
bekerja pada sistem limbik dan pada
ARAS sehingga bisa menimbulkan
amnesia anterograd. Sebagai anti kejang
yang bekerja pada kornu anterior medula
spinalis dan hubungan saraf otot, pada
dosis kecil sebagai sedatif, dosis tinggi
sebagai hipnotik
Sistem respirasi Pada dosis kecil IV menimbulkan depresi
ringan yang tidak serius, namun jika
dikombinasikan dengan narkotik
menimbulkan depresi nafas yang lebih
berat
Sistem Pada dosis kecil tidak ada efek, namun
Kardiovaskuler pada dosis besar menimbulkan hipotensi
yang disebabkan oleh efek dilatasi
pembuluh darah
Saraf otot Menimbulkan penurunan tonus otot
rangka yang bekerja di tingkat supra spinal
dan spinal, sehingga sering digunakan
pada pasien menderita kekakuan otot
rangka seperti tetanus
Tabel 2.5 efek obat derivat benzodiazepin
dicampur dengan obat lain karena bisa terjadi presipitasi. Jalur vena
bersifat asam. Kemasan oral dalam bentuk tablet 2 dan 5 mg. Kemasan
midazolam yang ada dipasaran adalah hanya dalam bentuk larutan tidak
berwarna, mudah larut dalam air dan kemasan dalam ampul 3 dan 5 ml
mengandung 5 mg/ml
c. Derivat butirofenon
3. Antihipertensi
4. Anti muntah
5. Suplemen anestesi
d. Derivat barbiturat
12
Pada dosis lazim, menimbulkan depresi ringan pada respirasi dan
mg/kgBB
e. Antihistamin
13
BAB 3
3.1 Hasil
Premed OK Anestesi
14
21 Non Tua Slamet 160/90 - 170/90 130/70
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.00.
b. Computed only for a 2x2 table
3.2 Pembahasan
15
Berdasarkan data diatas dapat dijelaskan bahwa terdapat hubungan antara
pasien yang di premedikasi dan non premedikasi terhadap perubahan tekanan darah
morfin, sulfas atropine, dan midazolam. Sedangkan pada pasien yang tidak
premedikasi terhadap perubahan tekanan darah pada semua kategori usia sampel
yang digunakan (remaja, dewasa, dan tua) menggunakan Uji Korelasi Chi Square
16
BAB 4
KESIMPULAN
1.1 KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
Bharti N, Batra YK, Kaur H. Paediatric perioperative cardiac arrest and its mortality:
Anaesthesiol. 2009;26(6):490–5.
Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Postanesthesia care. Dalam: Morgan GE,
Katzung, B.G., 2014, Farmakologi : Dasar dan Klinik, Buku 2, Edisi 8,Penerbit
Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. 2010. Anestesiologi, Edisi Kedua . Jakarta:
Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
18
Larson, M. (2009). History of Anesthetic practice. Dalam Miller R, penyunting.
Mecca, R S. Postoperative Recovery. Dalam: Barash PG, Cullen BF, Stoelting RK,
Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. 2013. Clinical Anesthesiology, 5th ed.
Simanjutak, Vick Elmore., Ezra Oktaliansah., Ike Sri Redjeki., 2013. Perbandingan
Waktu Induksi, Perubahan Tekanan Darah, dan Pulih Sadar antara Total
19