Anda di halaman 1dari 5

LIMFOMA MALIGNA

Sel limfosit dari kelenjar limfe berasal dari sel sel induk multipotensial di
dalam sumsum tulang. Sel induk akan bertransformasi menjadi sel progenitor
limfosit yang kemuadian akan berdiferensiasi melalui dua jalur. Sebagian akan
mengalami pematangan di dalam kelenjar timus menjadi limfosit T. Sebagian
lagi akan menuju kelenjar limfe ataupun tetap berada di sumsum tulang dan
berdiferensiasi menjadi limfosit B. Apabila ada rangsangan antigen yang sesuai
maka limfosit T akan aktif berpoliferasi sebagai respon sistem imun seluler.
Sedangkan limfosit B akan aktif menjadi imunoblas yang kemudian menjadi sel
plasma dan akan membentuk imunoglobulin. Terjadi perubahan pada sitoplasma
sel plasma menjadi lebih banyak dari pada sitoplasma sel B. Sedangkan limfosit
T yang aktif akan berukuran lebih besar dari pada sel T yang belum aktif.
Perubahan sel limfosit normal menjadi sel limfoma (abnormal)
merupakan akibat terjadinya mutasi gen pada salah satu sel dari kelompok sel
limfosit yang belum aktif yang tengah berada dalam proses transformasi menjadi
imunoblas akibat respon dari adanya antigen. Beberapa perubahan pada sel
limfosit inaktif ialah ukurannya semakin lebih besar, kromatin inti menjadi lebih
halus, nukleolinya terlihat dan protein permukaan sel mengalami perubahan.
Mekanisme yang berperan dalam timbulnya gejala adalah adanya respon
sistemik yang diperantarai oleh tumor induced distant hormonal factor (axis
neuroendokrin), adanya respon non spesifik terhadap faktor-faktor yang
dilepaskan oleh tumor, adanya respon inflamasi sistemik yang diperantarai oleh
sitokin yang diproduksi oleh makrofag. Sitokin adalah kelompok berbagai
soluble glycoprotein dan low molecular weight peptides yang mengatur interaksi
antar sel serta fungsi sel dan jaringan. Dalam kaitannya dengan cachexia pada
LNH, sitokin mengatur motilitas dan pengosongan lambung melalui saluran
gastrointestinal atau susunan saraf pusat dengan cara mengganggu sinyal eferen
yang mengatur satiety. Beberapa hormon dan sitokin yang berperan dalam
gangguan metabolisme adalah :
 TNF mensupresi aktivitas lipoprotein lipase di adiposit, sehingga
mengganggu kliren triglicerida dari plasma dan menyebabkan
hypertriglyceridemia;
 IL-1 menyebabkan anorexia melalui blocking neuropeptide Y (NPY)
induced feeding, NPY adalah suatu potent feeding stimulatory peptide yang
diaktivasi oleh penurunan kadar leptin;
 TNF dan IL-1 meningkatkan kadar corticotrophin releasing hormone yang
merupakan neurotransmitter di saraf sentral dan pelepasan glucose sensitive
neurons menyebabkan penurunan intake makanan, IL-6 dan, leukemia
inhibitor factor (LIF) yang diproduksi oleh sel kanker terutama otot skeletal
menyebabkan efek cachectic yang poten;
 IFN-γ juga menyebabkan cachexia; lipid mobilizing factor menyebabkan
lipolisis dan penurunan BB;
 Proteolysis Inducing Factor (PIF) menyebabkan degradasi protein dalam
otot skeletal melalui peningkatan pengaturan jalur ubiquitin proteasome
proteolytic, menurunkan sintesis protein dan meningkatkan sitokin dan
acute phase protein;
 Leptin mengontrol intake makanan dan energy expenditure melalui
neuropeptic effector moleculs dalam hipotalamus, leptin merangsang jalur
katabolik dan menghambat jalur anabolik, TNF, IL-1 dan LIF meningkatkan
kadar leptin menyebabkan anorexia dengan cara mencegah mekanisme
kopensasi normal terhadap penurunan intake makanan; uncoupling protein
(UPC) 1, 2 dan 3 yang berperan dalam pembentukan energi dan ATP yang
berpengaruh terhadap energy expenditure, ekspresinya dipengaruhi oleh
produk dari tumor (sitokin).
 Hemostasis glukosa : glukosa adalah sumber energi utama bagi sel tumor
dan host, peningkatan penggunaannya akan disertai peningkatan pelepasan
laktat yang kemudian diregenerasi menjadi glukosa oleh Liver melalui
coricycle. Peningkatan coricycle ini akan meningkatkan kehilangan energi
sekitar 300 kcal perhari. Glukoneogenesis meningkat untuk
mempertahankan hemostasis glukosa. Asam amino, gliserol dan fat
breakdown digunakan untuk proses glukoneogenesis di Liver untuk
membentuk glukosa (kadar plasma alanine, glycine dan glutamine
menurun). Produksi glukosa, intoleransi glukosa dan resistensi insulin
meningkat. Dilepaskannya counter regulatory hormone seperti
glucocorticoid dan glucagons meningkatkan resistensi insulin sehingga
penggunaan glukosa oleh otot skeletal menurun.
 Metabolisme protein: katabolisme otot meningkat (muscle wasting)
menyebabkan asthenia atau menurunnya kekuatan yang disebabkan oleh
peningkatan pemecahan protein dan penurunan sintesis protein otot,
peningkatan sintesis protein Liver (acute phase protein) dan tumor.
Terjadi negative nitrogen balance dimana terjadi peningkatan whole body
protein turnover dan gangguan aminoacid turnover.
 Metabolisme lemak : penderita akan mengalami kehilangan jaringan lemak
karena terjadi peningkatan lipolisis dan penurunan lipogenesis. Turnover
glycerol dan free fathy acid (FFA) meningkat, penurunan kadar lipoprotein
lipase menyebabkan klirens triglyceride dari plasma menurun, kadar
triglyceride meningkat, high dan low density lipoprotein menurun.

a. Klasifikasi
Limfoma malignant secara umum dapat dibagi menjadi 2 kategori yaitu: (1).
Limfoma Hodgkin; dan (2). Limfoma non-Hodgkin.
Klasifikasi WHO membagi limfoma non-Hodgkin atas tipe sel-B dan sel-T. Di
Amerika Serikat yang terbanyak adalah Limfoma sel-B, sekitar 10% limfoma
sel-T dan sedikit tipe sel-Null.
Limfoma Hodgkin (LH)
Limfoma hodgkin terjadi karena mutasi sel B pada sistem limfatik, dengan hasil
deteksi yaitu adanya sel abnormal Reed-Stenberg dalam sel kanker. Limfoma
Hodgkin diketahui memiliki 5 jenis subtipe. Limfoma Hodgkin sendiri
merupakan jenis yang paling bisa disembuhkan dan biasanya menyerang
kelenjar getah bening yang terletak di leher dan kepala. Umumnya pasien
didiagnosis pada saat usia 20 sampai 30 tahun dan juga pada usia lebih dari 60
tahun.
Limfoma Non-Hodgkin (LNH)
Limfoma non-hogkin terjadi karena adanya mutasi DNA pada sel B dan sel T
pada sistem limfatik, merupakan tumor ganas yang berbentuk padat dan berasal
dari jaringan limforetikuler perifer dan memiliki 30 subtipe yang masih terus
berkembang. Limfoma non-hodgkin yang pertumbuhannya lambat disebut
indolent/low-grade dan untuk yang pertumbuhannya cepat disebut
aggressive/high grade. Limfoma non-hodgkin lebih sering terjadi pada usia lebih
dari 60 tahun.
DAFTAR PUSTAKA

Chandrasoma P, Taylor CR. 1995.Sistim Limfoid: Limfoma maligna. Alih bahasa. Dalam:
Chandrasoma P, Taylor CR. Patologi Anatomi. Edisi ke-2. Jakarta: EGC,
Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. 2004. Neoplasia. In: Robbins SL, Cotran RS, Robbins
SL, eds. Basic Pathology. 7thed. Philadelphia: WB Saunders
Laksmi K. Wardhani, Widodo Ario Kentjono. 2011. Aliran Limfatik Daerah Kepala &
Leher Serta Aspek Klinisnya. Diakses dari http://journal.unair.ac.id/download-
fullpapers-thtklcf24d49744full.pdf pada 15 Januari 2019
Steward Keneddy Mengko, Bakti Surarso. 2009. Patogenesis Limfoma Non Hodgkin
Ekstra Nodal Kepala dan Leher. Diakses dari
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-thtkl9655bb74e1full.pdf pada 15
Januari 2019

Anda mungkin juga menyukai