Anda di halaman 1dari 7

Tanda dan Gejala Utama Pada Penyakit Pernapasan

Penyakit paru-paru dapat menimbulkan tanda-tanda serta gejala-gejala umum pada pernapasan.
Yang termasuk tanda-tanda dan gejala-gejala pernapasan contohnya seperti batuk, ludah yang
berlebihan atau abnormal, hemoptisis, dispnea dan rasa sakit di dada. Yang termasuk tanda-
tanda umum adalah sianosis, pembengkakan jari-jari, dan manifestasi lain yang berhubungan
dengan pertukaran gas yang tidak adekuat.

1. Batuk
Merupakan suatu reflex pelindung yang disebabkan karena iritasi percabangan
trakeobronkial. Kemampuan untuk batuk merupakan mekanisme yag penting untuk
membersihkan saluran-saluran udara bagian bawah. Banyak orang dewasa normal batuk
beberapa kali setelah mereka bangun dipagi hari untuk membersihkan trachea dan
pharynx, dari sekret yang terhimpun selama mereka tidur. Batuk juga merupakan gejala
yang paling umum dari penyakit pernapasan. Segala jenis batuk yang berlangsung lebih
dari tiga minggu harus diselidiki untuk memastikan penyebabnya.
Rangsangan yang biasanya menimbulkan batuk adalah rangsangan mekanik, kimia, dan
peradangan. Inhalasi debu, asap dan benda-benda asing kecil merupakan penyebab
paling sering dari batuk. Perokok sering kali menderita batuk kronik karena terus-
menerus menghisap benda asing (asap) dan salurang udaranya sering
mengalamiperadangan kronik. Rangsangan mekanik dari tumor, baik yang ekstrinsik
maupun yang instrinsik terhadap saluran udara merupakan penyebab lain yang dapat
menimbulkan batuk (tumor yang paling sering menimbulkan batuk adalah karsinoma
bronkogenik). Setiap proses peradangan saluran udara dengan atau tanpa eksudat dapat
mengakibatkan batuk. Bronchitis kronik, tuberculosis dan pneumonia merupakan
penyakit yag khas dengan gejala batuk yang mencolok. Batuk dapat merupakan proses
yang produktif, berupa batuk yang pendek dan tidak produktif, keras dan parau (seperti
trakea tertekan), sering, jarang atau paroksismal (serangan batuk yang terjadi
intermiten).
2. Sputum
Orang dewasa normal membentuk mukus sekitar 100 mL dalam saluran pernapasannya
per hari. Mukus ini titik transpor menuju pharynx oleh gerakan pembersihan normal
dari silia yang membatasi saluran pernapasan. Kalau terbentuk mukus yang berlebihan,
maka proses normal pembersihan mungkin tidak efektif lagi, sehingga akhirnya mucus
terhimpun. Bila hal ini terjadi, maka membran mukosa terangsang, dan mukus itu
dibatukkan keluar sebagai sputum. Pembentukan ukus yang berlebihan,mungkin
disebabkan oleh ganguan fisik atau kimia, atau infeksi pada membran mukosa.
Kalau pasien membentuk sputum, maka perlu dipelajari sumber, warna, volume,dan
konsistensinya. Sputum yang banyak sekali dan purulent menyatakan adanya proses
supuratif, seperti abses paru-paru. Sedangkan pembentukan sputum yang terus
meningkat dengan perlahan-lahan dalam jangka waktu bertahun-tahun merupakan tanda
adanya bronkitis kronik, atau bronkiektasis
Warna sputum juga penting. Sputum yang berwarna kekuning-kuningan merupakan
tanda adanya infeksi. Sputum yang berwarna hijau merupakan petunjuk adanya
penimbunan nanah. Warna hijau timbul karena adanya verdoperoksidase yag
dikeluarkan oleh leukosit polimorfonuklear (PMN) dalam sputum. Sputum yang
berarna hijau sering ditemukan pada brokiektasis karena penimbunan nanah dalam
bronkiolus yang melebar dan terkena infeksi. Banyak pasien yang menderita infeksi
pada saluran pernapasan bagian bawah mengeluarkan sputum yang berwarna hijau pada
pagi hari, tetapi makin siang menjadi kuning. Mungkin ini disebabkan karena
penimbunan sputum yang purulent dimalam hari, disertai pengeluaran pedoperoksidase.
Sifat dan konsistensi sputum juga dapat memberikan informasi yang berguna. Sputum
yang berwarna merah muda dan berbusa merupakan tanda dari oedema paru-paru akut.
Sputum yang berlendir, lekat dan berwarna abu-abu atau putih merupakan tanda
bronkitis kronik. Sedangkan sputum yang berbau busuk merupakan tanda abses paru-
paru atau bronkiektasis.
3. Hemoptisis
Sputum mungkin bercampur dengan darah. Mungkin juga seluruh cairan yang
dikeluarkan dari paru-paru berupa darah. Hemoptisis merupakan istilah yang digunakan
untuk menyatakan batuk darah, atau sputum yang berdarah. Setiap proses yang
mengakibatkan terganggunya kontinuitas aliran pembuluh darah paru-paru dapat
mengakibatkan perdarahan. Batuk darah merupakan suatu gejala yang serius. Mungkin
ini merupakan manifestasi yang paling dini dari tuberculosis aktif. Sebab-sebab lain dari
gejala hemoptisis adalah: karsinoma bronkogenik, infarksi dan apses paru-paru. Sputum
yang mengandung darah (sehingga berwarna seperti karat) merupakan ciri khas yang
sering terdapat pada penyakit pneumonia pneumokokus. Kalau dikeluarkan darah atau
sputum yang mengandung darah, maka perlu sekali ditentukan apakah sumbernya
memang berasal dari saluran pernapasan bagian bawah dan bukan diakibatkan oleh
sumber yang berpangkal pada gangguan saluran hidung atau saluran cerna.
4. Dispnea
Suatu istilah yang menggambarkan suatu persepsi subjektif mengenai ketidaknyamanan
bernapas yang terdiri dari berbagai sensasi yang berbeda intensitasnya. Merupakan hasil
interaksi berbagai fartor fisiologi, psikologi, sosial dan lingkungan dan danpat
menginduksi respon fisiologi dan perilaku sekunder. Dyspnea secara umum disebut
dengan tidak bisa menghirup cukup udara, udara tidak masuk sempurna, rasa penuh
didada, dada terasa berat, sempit, rasa tercekik, napas pendek dan napas berat.
Dyspnea dibagi menjadi 2 yaitu: dyspnea akut dandispnea kronik. Dispnea kut
merupakan sesak napas yang berlangsung kurang dari 1 bulan sedangkan dyspnea
kronik adalah sesak napas yang berlangsung lebih dari 1 bulan.
5. Sakit Dada
Ada berbagai penyebab rasa sakit dada, tetapi yang merupakan ciri paling khas sakit
akibat penyakit paru-paru adalah akibat radang pleura (pleurisy). Hanya lapisan
parietalis pleura saja yang merupakan sumber rasa sakit seadngkan pleura vseralis dan
parenkin paru-paru dianggap sebagai organ yang tidak sensitive.
Jenis peradangan pleura ini dapat timbul perlahan, tapi biasanya timbul secara tiba-tiba.
Rasa sakit terjadi pada tempat peradangan dan biasanya tempat peradangan dapat
diketahui dengan tepat. Rasa sakit itu bagaikan teriris-iris dan tajam, diperberat lagi
dengan batuk, bersin dan napas yang dalam, sehingga pasien sering kali bernapas cepat
dan dangkal, serta menghindari gerakan yang tidak diperlukan. Rasa sakit dapat sedikit
mereda dengan menekan daerah yang terkena peradangan tersebut. penyebab utama
sakit pleuritik ini adalah infeksi paru-paru atau infark meskipun keadaan seperti itu
dapat juga diderita tanpa timbulnya rasa sakit.
6. Pembangkakan jari-jari (digital clubbing)
Pembengkakan jari-jari merupakan suatu perubahan bentuk ujung jari-jari tangan dan
kaki sehingga tampak menggelembung. Merupakan tanda fisik yang nyata dan penting
karena merupakan tanda dari beberapa keadaan yang cukup serius. Penyakit paru=paru
(seperti karsinoma bronkogenik, bronkiektasis, apses paru-paru dan tuber kulosis paru-
paru) merupakan penyebab utama pembengkakan jari-jari (10-15% kasus). Sedangkan
5-10% kusus pembengkakan jari-jari disebabkan oleh penyakit kronis sistem
gastrointenstinal, termasuk hati. Patogenesis pembengkakan jari-jari ini beum diketahui.
Hipotasis yang popular mengkaitkannya dengan hipoksia, tapi penjelasan ini tidak dapat
menerangkan mengapa gejala tersebut timbul pada banyak keadaan. Pembengkakan ini
terjadi pada tahap dini penyakit karsinoma bronkogenik dan tidak ada kaitannya dengan
desatrasi arteri. Memang mengherankan bahwa hipoksia kronik dan emfisema jarang
mengakibatkan pembengkakan jari-jari, sedangkan hipoksia pada tetralogi Fallot sering
berkaitan dengan pembengkakan yang parah.
Penting sekali mendeteksi pembengkakan ini sedini mungkin karena gejala ini
mempunyai nilai diagnostic yang penting. Tanda yang paling dini adalah hilangnya
sudut antara kuku dan bagian dorsal phalanx terminal;sudut ini normal sebesar 1600.
Pada pembengkakan dini, kulit pada dasar kuku tampak berkilat. Kalau bagian akar
kuku ditekan perlahan-lahan, akan terasa bagaikan busa (kuku seakan-akan
mengapung). Dalam keadaan normal kuku melekat kuat pada tulang. Pembengkakan
dini harus dibedakan dengan bentuk kuku melengkung normal yang sering dimiliki
orang yang berkulit hitam. Kalau kita memandang kulit normal yang melengkung dari
samping, maka sudut pada dasar kuku itu tetap masih sekitar 1600. Pada pebengkakan
dini sudut pada dasar kuku menjadi lebih besar dari 1600. Bila keadaan makin parah,
jaringan pada akar kuku tertumpuk dan lengkung kuku semakin jelas sampai jaringan
lunak ujung kuku menggelembung, sehingga tampak seperti tongkat pemukul drum.
TANDA-TANDA PERTUKARAN GAS YANG KURANG MEMADAI
1. SIANOSIS
Sianosis adalah arna kebiru-biruan kulit dan selaput lender yang terjadi akibat
peningkatan julahabsolut hemoglobin tereduksi (hemoglobin yang tidak terikat
dengan oksigen). Munkin ini merupakan tanda insufisiensi pernapasan, meskipun
bukan merupakan tanda yang dapat diandalkan. Ada dua jenis sianosis, yaitu
sianosis sentral dan sianosis perifer. Sianosis sentral diakibatkan karena insufisiensi
oksigenasi hemoglobin dalam paru-paru. Jenis sianosis ini paling mudah diketahui
pada wajah, bibir dan cuping telinga, dan bagian bawah lidah. Sianosis biasanya tak
diketahui sebelum jumlah absolut hemoglobin tereduksi mencapai 5 g per 100 mL
atau lebih, pada seorang dengan konsentrasi hemoglobin yang normal. Jumlah
normal hemoglobin tereduksi dalam jaringan kapiler adalah 2,5 g per 100 mL. pada
orang dengan konsentrasi hemoglobinnya normal , kejenuhan oksigen besarnya
sekitar 75 persen dari PaO2 50 mmHg atau kurang, pada saat sianosis ditemukan
untuk pertama kali. Penderita anemia (konsentrasi hemoglobin rendah) mungkin tak
pernah mengalami sianosis walaupun mereka menderita hipoksia jaringan yang
berat karena jumlah absolut hemoglobin tereduksi kemungkna tidak dapat mencapai
jumlah 5 g per 100 ml. Sebaliknya, orang yang menderita polisitemia (konsentrasi
hemoglobin yang tinggi) dengan mudah mempunyai kadar hemoglobin tereduksi 5
g per 100 ml walaupun mereka menderita hipoksia yang ringan sekali. Factor-faktor
lain yang menyebabkan sianosi sukar dikenali adalah variasi ketebalan kulit,
pigmentasi dan keadaan penerangan.
Selain sianosis yang disebabkan karena insufisiensi pernapasan(sianosis sentral)
sianosi perifer akan terjadi apabila aliran darah yang kurang menyebabkan
pengurangn yang besar pada saturasi vena, itu kan menyebabkan daerah itu menjadi
biru. Sianosis perifer dapat terjadi akibat insufisiensi jantung, sumbatan pada aliran
darah atau vasokontriksi pembuluh darah akibat suhu yang dingin.
Sianosi juga dapat terjadi karena terdapat sedikit methemoglobin atau
sulfhemoglobin yang bersirkulasi, walaupun penyebab ini jarang terjadi. Karena
banyaknya penyebab sianosis ditambah dengan sulitnya mengetahui sianosis, maka
menyebabkan gejala sinosis bukan merupakan tanda yang dapat diandalkan sebagai
petunjuk insufisiensi pernapasan.
2. Hipoksemia dan hipoksia
Istilah hipoksemia menyatakan bahwa nilai PaO2 yang rendah seringkali dikaitkan
dengan hipoksia, atau oksigenasi jaringan yang in adekuat. Hipoksemia tidak perlu
terlalu disertai hipoksia jaringan. seseorang masih dapat mempunyai oksigenasi
jaringan yang normal, tapi menderita hipoksemia; seperti juga seseorang masih
dapat memiliki PaO2 normal tetapi menderita hipoksia jaringan (karena gangguan
pengiriman oksigen dan penggunaan oksigen oleh sel-sel). Tetapi ada hubungan
antara nilai PaO2 dan hipoksia jaringan, meskipun nilai PaO2 yang tepat dimana
akan mengakibatkan gangguan penggunaan oksigen oleh jaringan berbeda-beda,
kalau semua dianggap sama, maka makin cepat menimbulkan hipoksemia semakin
berat pula kelainan jaringan yang diderita pada umumnya nilai PaO2 yang terus-
menerus kurang dari 50 mmHg dikaitkan dengan hipoksia jaringan dan asidosis
(yang disebabkan karena metabolism anaerobik). Karena hipoksia dapat terjadi
dimana nilai PaO2 normal atau rendah, maka evaluasi pengukuran gas darah harus
terus dikaitkan dengan pengamatan klinik dari pasien yang bersangkutan. Seperti
yang telah disimpulkan sebelum ini, merupakan suatu tanda hipoksia yang tidak
dapat diandalkan karena kejenuhan oksigen harus lebih rendah dari 75% pada orang
dengan kadar hemoglobin normal sebelum tanda itu dapat diketahui.
3. Hiperkapnia dan Hipokapnia
Ventilasi juga dianggap memadai bila suplai O2 seimbang dengan kebutuhan O2,
maka demikian juga pembuangan CO2 melalui paru-paru harus seimbang dengan
pembentukan CO2 agar ventilasi memadai. Karena CO2 mudah mengalami difusi,
maka tekanan CO2 dalam udara alveolus maupun dalam darah arteri adalah sama.
Dengan demikian PaCO2 merupakan gambaran ventilasi alveolus yang langsung dan
cepat dalam kaitannya dengan kecepatan metabolisme. Venntilasi yang memadai
dapat mempertahankan kadar PaCO2 sebesar 40 mmHg. Hiperkapnia didefinisikan
sebagai peningkatan PaCO2 sampai diatas 44 mmHg, sedangkan hipokapnia terjadi
apabila PaCO2 kurang dari 36 mmHg. Penyebab langsung retensi CO2 adalah
hipoventilasi alveolar (ventilasi kurang memadai, tidak dapat mengimbangi
pembentukan CO2). Hiperkapnia selalu disertai oleh hipoksia dengan derajat
tertentu apabila pasien yang bersangkutan bernapas dengan udara yang terdapat
dalam ruangan.
Penyebab utama dari hiperkapnia adalah penyakit obstruktif saluran udara, obat
penekan fungsi pernapasan, kelemahan atau paralisis otot pernapasan, trauma dada
atau pembedahan abdominal yang menyebabkan pernapasan dangkal, dan
kehilangan jaringan paru-paru. Tanda klinik yang dikaitkan dengan hiperkapnia
adalah: kekacauan mental yang berkembang menjadi koma, sakit kepala (akibat
vasodilatasi serebal), asteriksis atau flapping tremor, dan volume denyut nadi yag
besar disertai tangan dan kaki yang terasa panas serta berkeringat (akibat
vasodilatasi perifer karena hiperkapnia). Hiperkapnia kronis yang diakibatkan oleh
penyakit paru-paru kronik dapat mengakibatkan pasien sangat toleran terhadap
PaCO2 yang tinggi, sehingga pernapasan terutama dikendalikan oleh hipoksia.
Dalam keadaan ini, bila diberi oksigen kadar tinggi, akan menghambat pernapasan
itu sendiri sehingga hiperkapnia bertambah.
Kehilangan CO2 dari paru-paru berlebihan, hipokapnia, akan terjadi apabila terjadi
hiperventilasi (ventilasi dalam keadaan kebutuhan metabolisme meningkat untuk
membuang CO2). Tanda-tanda dan gejala-gejala yang sering berkaitan dengan
hipokapnia adalah sering mendesah dan menganga, pusing, palpitasi, tangn dan kaki
semutan dan baal serta kedutan otot. Hipokapnia hebat (PaCO2 (25 mmHg)) dapat
mengakibatkan kejang.

INSUFISIENSI PERNAPASAN DAN KEGAGALAN PERNAPASAN


INSUFISIENSI PERNAPASAN
Insufisiensi pernapasan dapat didefinisikan sebagai gangguan kemampuan normal
untuk mengoksigenasi darah arteri atau membuang karbon dioksida sehingga tidak
mampu mempertahankan gas-gas darah arteri normal pada keadaan kebutuhan
meningkat, yaitu kegiatan fisik. Usaha untuk meningkatkan pernapasan untuk
mempertahankan ventilasi dan oksigenasi yang memadai pada keadaan istirahat
mungkin juga nyata. Insufisiensi pernapasan disebabkan karena penyakit paru-paru
obstruktif kronik. Pada stadium awal penyakit, gangguan gas darah dapat diperbaiki
dengan meningkatkan ventilasi, dengan restribusi ventilasi dan perfusi. Tetapi jika
penyakit tersebut semakin lanjut, atau mengalami komplikasi oleh infeksi paru-paru
lain. Mekanisme konpensasi ini tak memadai lagi dan terjadi kelainan nyata pada
gas-gas pada waktu pasien dalam keadaan istirahat. Ini merupakan pertanda bahwa
insufisiensi pernapasan telah berkelanjutan menjadi kegagalan pernapasan.

KEGAGALAN PERNAPASAN

Anda mungkin juga menyukai