ITS Undergraduate 17512 Paper 673599 PDF
ITS Undergraduate 17512 Paper 673599 PDF
1
Desa Munjungan dan Desa Punggul perencaan jembatan rangka busur di
Kabupaten Trenggalek. Proyek ini juga Indonesia.
merupakan salah satu bagian program Perencanaan jembatan baru tersebut
pembangunan yang ada di Propinsi Jawa mengacu pada peraturan SNI jembatan yaitu
Timur dan untuk kota Trenggalek pada RSNI T-02-2005 untuk menetukan
khususnya dalam meningkatkan citranya pembebanan yang bekerja pada struktur
sebagai salah satu kota pendukung jembatan dan berdasarkan SNI 03-1729-2002
perekonomian di Jawa Timur. untuk perhitungan struktur yang
Jembatan Gedangan Trenggalek menggunakan bahan baja, sedangkan untuk
merupakan perencanaan jembatan baru yang perencanaannya menggunakan rangka busur
melewati sungai Punggul penghubung ruas baja untuk lantai jembatannya menggunakan
jalan Punggul menuju jalan Munjungan atau Jembatan Type “Through Arch” dengan 1
menuju kota Trenggalek. Perencanaan bentang atau segmen yang terdiri dari 1 lajur 2
Jembatan ini mempunyai panjang bentang 60 arah dengan perkiraan panjang bentang ± 60
m dan lebar 8 m terbagi atas satu lajur dua m. Pada perencanaan struktur gelagar induk
arah. Peranan jembatan ini sangat vital sekali jembatan rangka baja dalam pemilihan
mengingat jembatan inilah sebagai dimensi penampang profil didasarkan pada
penghubung antara akses jalan Punggul hasil perhitungan statika dari beban standar
menuju jalan, Munjungan Trenggalek. yang bekerja dan pertimbangan fabrikasi, hal
Sebelum ada jembatan ini warga mengalami ini menimbulkan bermacam –macam variasi
kesulitan jika akan menuju jalan Munjungan gaya tekan maupun tarik efektif yang bekerja
atau sebaliknya menuju jalan Punggul maupun pada batang atas, batang bawah maupun
pusat kota Trenggalek karena jembatan diagonal sehingga menyebabkan nilai
eksisting yang ada sekarang hanya keandalan pada masing-masing batang
mempunyai lebar yang kecil dimana peranan bervariasi (Suprobo dan Winbadi, 2007)
jembatan ini sebagai akses jalan sangat Penggunaan rangka baja dikarenakan
penting. Saat ini terdapat jembatan yang strukturnya ringan dan memiliki kekuatan atau
menghubungkan kedua akses jalan tersebut usia yang tahan lama jika dipelihara dengan
dengan lebar 3 meter sehingga sulit jika baik serta mudah pada pengerjaan di lapangan.
dilewati oleh mobil dan kendaraan berat Sehingga diharapkan jembatan baru ini
lainnya yang akan melewatinya dan akan mampu menampung volume lalu lintas
direncanakan jembatan dengan sistem rangka kendaraan yang cukup padat
baja tepat disebelahnya. Maka dalam tugas
akhir ini akan direncanakan jembatan dengan 1.2 Perumusan Masalah
sisi atas rangka batang berbentuk busur. Dari uraian latar belakang diatas maka untuk
Dipilihnya konstruksi busur rangka perumusan masalah antara lain :
untuk jembatan ini adalah sebagai alternatif 1) Bagaimana menghitung dan
perencanaan mengingat bentang 60 – 600 merencanakan bangunan atas jembatan
meter adalah bentang efektif untuk pemilihan meliputi :
konstruksi jembatan bentang panjang sehingga a. Merencanakan gelagar-gelagar balok
kemiringan pelengkung sangat berpengaruh memanjang dan melintang
terhadap kekuatan lateral ( Sukrawa, dkk, b. Perhitungan lantai kendaraan
2007). Adapun pemberian bentuk busur itu c. Ikatan angin
sendiri dimaksudkan untuk mengurangi d. Merencanakan sambungan pada profil
momen lentur pada jembatan sehingga rangka baja
penggunaan bahan menjadi efisien, selain itu 2) Bagaimana menghitung dan
jembatan busur memiliki nilai lebih dalam merencanakan bangunan bawah
arsitekturalnya mengingat belum banyak jembatan meliputi :
a. Merencanakan abutment.
2
b. Merencanakan pondasi yang sesuai
dengan tanah setempat. 1.5 Manfaat
3) Bagaimana mengontrol kekuatan dan Manfaat dari penyusunan tugas akhir ini
kestabilan struktur. adalah :
4) Jenis pondasi apa yang sesuai dengan 1. Sebagai solusi untuk memperlancar arus
jembatan ini. lalu lintas pada ruas Jl. Punggul – Jl.
5) Menuangkan hasil bentuk desain dan Munjungan
analisa ke dalam bentuk gambar teknik 2. Sebagai bahan rekomendasi dan evaluasi
bagi instansi terkait dalam pembangunan
1.3 Batasan Masalah Jembatan Gedangan di kabupaten
Mengingat keterbatasan waktu dalam Trenggalek.
penyusunan tugas akhir ini, maka batasan 3. Sebagai altrnatif perencanaan jembatan
masalah pada penulisan tugas akhir ini, dengan konstruksi rangka busur
antara lain :
1. Tidak merencanakan bangunan BAB II
pelengkap jembatan TINJAUAN PUSTAKA
2. Tidak merencanakan tebal perkerasan
dan desain jalan 2.1 Definisi Jembatan
3. Tidak menghitung aspek ekonomis dari Jembatan merupakan satu struktur yang
biaya konstruksi jembatan dibuat untuk menyeberangi jurang atau
4. Tidak merencanakan desain jalan rintangan seperti sungai, rel kereta api ataupun
pendekat (approach road) jalan raya. Jembatan dibangun untuk
5. Analisa struktur manual dan program membolehkan laluan pejalan kaki, pemandu
bantu SAP 2000 versi 14.2 kenderaan atau kereta api di atas halangan itu.
6. Penggambaran mengunakan program Jembatan rangka busur adalah suatu struktur
bantu Auto Cad versi 2007 jembatan yang rangkanya menyerupai
bentuk busur yang dapat memberikan reaksi
1.4 Tujuan horizontal akibat beban vertikal dari bangunan
Dari permasalahan yang ada di atas, atas yang bekerja.
adapun tujuan yang akan dicapai dalam Pada prinsipnya pada gelagar rangka
penyusunan tugas akhir ini adalah : terjadi gaya tarik dan tekan yang bekerja pada
1) Menghitung dan merencanakan titik simpul yang disambung berengsel atau
bangunan atas jembatan, meliputi : dianggap seperti dihubungkan secara
a. Merencanakan gelagar-gelagar induk demikian, dalam keadaan-keadaan dimana
b. Perhitungan lantai kendaraan gaya-gaya luar hanya bekerja pada titik-titik
c . Ikatan angin simpul.
d. Merencanakan sambungan pada profil Bahan baja masih menjadi pilihan utama
rangka baja untuk jembatan dengan bentang yang besar,
2) Menghitung dan merencanakan karena berbagai alasan, terutama setelah dapat
bangunan bawah jembatan meliputi: diatasi masalah karat pada baja. Dan
a. Merencanakan abutment. keuntungan yang lain yaitu baja kuat dan
b. Merencanakan pondasi sesuai dengan ekonomis, mudah dipasang dan dapat
tanah setempat. diproduksi secara massal, dengan bentuk dan
3) Mengontrol kekuatan dan kestabilan kualitas yang sama. (struyk dan van der veen
struktur 1984).
4) Menuangkan hasil desain dan analisa Struktur jembatan sistem rangka busur
yang telah dibuat ke dalam bentuk umumnya berbentang 60-250 meter,
gambar teknik. diaplikasikan sampai dengan 600 meter.
3
Untuk bentang 60-250 meter menggunakan • A Half – Through Arch
dinding penuh atau rangka, sedangkan untuk Merupakan salah satu jenis lainnya,
bentang 250-600 meter digunakan rangka. dimana lantai jembatan terletak di antara
Komponen rangka dibuat dari profil-profil springline dan bagian paling atas busur
yang dihubungkan dengan menggunakan pelat atau di tengah – tengah. Pada umumnya,
penyambung dan baut. Pekerjaan pemasangan jembatan busur banyak yang
harus dilaksanakan secara sistematis sesuai menggunakan tipe A Half – Through dan
dengan sistem kerangka struktur jembatan Through Arch untuk menghindari agar
serta sepenuhnya mengindahkan keamanan pangkal busurnya tidak terendam oleh
bagi para pekerja, lingkungan, dan jembatan air.
itu sendiri. Pemasangan disesuaikan dengan
kondisi di lapangan menggunakan sistem
perancah atau sistem kantilever, sehingga
penyediaan peralatan kelengkapan
penyelenggaraan pekerjaan dapat disesuaikan.
Pemilihan tipe jembatan tergantung pada
kondisi rintangan (contohnya sungai), biaya
konstruksi, kondisi tanah, dan fungsi dari Gambar 2.3 Jembatan tipe ” A Half –
jembatan tersebut. Jembatan pelengkung baja Through Arch “
atau steel arch truss. (Idwan Suhendra, 2008).
Berdasarkan lantai kendaraannya, ada
beberapa bentuk jenis yang umum dipakai 2.2. Analisa Keandalan Sistem Rangka
yaitu : Baja Pada Struktur Jembatan Rangka
• Deck Arch Busur
Salah satu jenis jembatan busur dimana Peraturan Perencanaan SNI Jembatan
letak lantainya menopang beban lalu – Bina Marga (RSNI T-02-2005) maupun
lintas secara langsung dan berada di Peraturan Pembebanan Jembatan Jalan Raya
bagian paling atas busur. (PPJJR'87), merupakan pegangan dalam
perencanaan jembatan di Indonesia. Peraturan
ini memberikan saran minimum dalam
perencanaan jembatan yang dapat menjamin
tingkat keamanan, kegunaan, dan tingkat
penghematan yang masih dapat diterima..
Untuk jembatan rangka baja melengkung
atau jembatan busur. Hasil analisis
Gambar 2.1 Jembatan tipe ” Deck Arch ”
menunjukkan bahwa kemiringan sangat
• Through Arch berpengaruh terhadap kekakuan lateral
Merupakan jenis lainnya, dimana letak struktur, semakin miring pelengkung semakin
daripada lantai jembatan terdapat tepat besar kekakuannya. Semakin miring
di springline busurnya. pelengkung maka gaya-gaya pada ikatan angin
semakin mengecil. Hal sebaliknya terjadi pada
balok dimana gaya-gaya pada balok semakin
membesar dengan bertambahnya kemiringan
pelengkung (Sukriwa, dkk, 2007).
Kesimpulan penelitian menghasilkan
nilai keandalan dari batang bawah, batang
diagonal, dan batang atas berkisar antara
Gambar 2.2 Jembatan tipe “ Through Arch 3.801 satnpai 7.702 . Sedang keandalan sistem
” rangka baja sebesar 4.1 ( Mean Value ) dan
4
3.32 ( Cara Advanced ) dari beban PPJJR '87 . yang ditumpu pada gelagar
Untuk beban BMS'92 diperoleh nilai 4.3 ( pemikul utama. Di atas
Mean Value ) dan 3.23 (cara Advanced ) . perletakan, berfungsi sebagai
Keandalan jembatan sebesar 2.97 , lendutan pengaku dan pembagi beban atau
dari gelagar rangka baja sebesar 5.4917 cm reaksi.
lebih kecil dari lendutan ijin sebesar 12 cm ( b. Trotoar
Beban PPJJR ' 87 ), faktor beban diperoleh Berfungsi sebagai tempat untuk pejalan
nilai sebesar 1.022 ( Beban Mati ) 1.118 ( kaki.
Beban Hidup ) dan faktor reduksi sebesar c. Gelagar Pemikul Utama
0.727. (Suprobo dan Wimbadi,2005) Dapat berupa balok atau rangka batang
yang berfungsi meneruskan beban yang
2.3 Optimasi Rangka Batang berasal dari atas lantai kendaraan ke
Variabel utama pada desain rangka tumpuan/perletakan.
batang adalah ukuran penampang batang. d. Ikatan-Ikatan
Sehingga masalahnya dipakai sebagai • Ikatan Angin, menerima gaya
optimasi penampang batang. Syarat-syarat horizontal tegak lurus sumbu
kekuatan, kekakuan, dan stabilitas dari suatu memanjang jembatan.
struktur harus dipenuhi dalam perencanaan
bawah.
struktur. Namun syarat-syarat lain seperti Jembatan tertutup:dipasang ikatan
estetika, arsitektur, dan keekonomisan angin atas + ikatan angin bawah +
terkadang juga menjadi pertimbangan penting. portal akhir.
Syarat kekuatan, kekakuan, dan stabilitas bisa • Ikatan Rem, menerima gaya
diperoleh dari perhitungan konvensional, horizontal sejajar sumbu memanjang
sementara syarat estetika, arsitektur, dan jembatan.
keekonomisan suatu struktur bisa ditinjau dari e. Ikatan Tumbuk (khusus untuk jembatan
berbagai aspek. Jadi kesimpulan yang dapat kereta api).
diambil yaitu Volume minimum dapat dicapai f. Sambungan-sambungan
dengan meminimumkan batang tarik atau (struyk dan van der veen, 1984).
batang tekan pada struktur rangka dengan
memberikan hasil lebih baik dari ukuran 2 Perletakan (Bearings)
penampang. (Wibowo,2006) Jenis-jenis dari perletakan dapat berupa
sendi, rol, maupun rubber bearing pad.
2.4 Struktur Jembatan Umumnya pembangunan jembatan sekarang
1. Bangunan Atas (Upper Structure) telah banyak menggunakan perletakan dari
a. Lantai Kendaraan rubber bearing pad. Perletakan ini berbahan
• Pelat Lantai Kendaraan, berfungsi karet dan di dalamnya terdapat lempengan
sebagai penerima beban baja. Rubber bearing pad dapat berfungsi
kendaraan untuk struktur atas sebagai setengah sendi dan setengah rol,
jembatan sehingga dapat menampung pergerakan
• Balok Memanjang, sebagai balok struktur baik translasi maupun rotasi.
yang ditumpu di atas gelagar → Fungsi utama dari perletakan :
melintang. Lantai kendaraan yang - Menerima beban berat sendiri jembatan dan
mempunyai gelagar pembagi lalu lintas, melalui balok pemikulnya.
beban, tidak ditumpu oleh gelagar - Meneruskan beban tersebut ke bangunan
pembagi beban. Gelagar pembagi bawah, tanpa menimbulkan kerusakan
beban mempengaruhi pembagian padanya.
beban antara gelagar memanjang.
• Balok Melintang, terletak di
tengah lapangan, sebagai balok
5
Contoh gambar perletakan : BAB III
METODOLOGI
Start
a. Rol
7 Kelengkapan Jembatan
Untuk kelengkapan jembatan antara lain
terdiri dari sandaran, lampu penerangan, Gambar 3.1 Metodologi Pengerjaan Tugas
saluran air/kabel. Akhir
6
3.2 Pengumpulan Data • Tinggi Tampang Busur :
3.2.1 Data – Data Teknis Jembatan • dinding penuh 1/80 ≤ h/L ≤ 1/70
Adapun data-data yang digunakan • Rangka batang 1/40 ≤ h/L ≤ 1/25
dalam perencanaan adalah sebagai berikut:
1. Nama Jembatan : Jembatan Gedangan • Tinggi Tampang Busur :
2. Lokasi : Desa Punggul dan Desa
- Dinding penuh dengan batang tarik lemah
Munjungan, kabupaten Trenggalek,
propinsi Jawa Timur 1/80≤ h/L ≤1/70
3. Panjang jembatan eksisting : 54 m
4. Panjang jembatan rencana : 60 m - Dinding penuh dengan batang tarik kuat
5. Lebar jembatan : 8 m (termasuk kerb
1/150≤ h/L ≤1/140
2x60cm)
6. Struktur utama: Rangka Baja - Dinding penuh dengan batang tarik tidak
7. Tipe jembatan : Jembatan busur dipengaruhi batang tarik
rangka “ Through Arch ”
1/80≤ h/L ≤1/70
• - Lebar Jembatan : b/L ≤ 1/20
3.3.2 Bahan yang akan digunakan
dalam perencanaan jembatan:
- Beton
Kekuatan tekan beton (f”c) = 35 MPa
lokasi
Tegangan leleh (fy) = 360 Mpa
- Baja
Mutu profil baja BJ 50 dengan :
Tegangan leleh (fy) = 290 MPa
Tegangan putus(fu) = 500 Mpa
Gambar 3.2 Peta Lokasi Jembatan Gedangan • Direncanakan bangunan atas jembatan
menggunakan Rangka Baja Type B
3.3 Preliminary Desain standart fabrikasi.
3.3.1 Penentuan Dimensi Jembatan • Penentuan dimensi tebal minimum plat
Busur dengan beton bertulang berdasar BMS
1992 pasal 5.3.2 hlm 5.4
Pengambilan rumus berdasarkan 200 ≤ D ≥ 100 + 0,04 L ( D dan L dalam
referensi dari buku struyk dan van der veen, mm )
1984. • Profil Lantai direncanakan yang sudah
• Tinggi portal akhir : 1/10L – 1/12 L digalvanis dengan grade 42 sesuai
ASTM A572
• Tinggi tampang busur (h) ; 1/33L
• Tinggi fokus : 1/6L – 1/8L. 3.4 Bangunan Atas Jembatan
3.4.1 Pembebanan Pada Struktur
Kontrol terhadap dimensi jembatan diambil Utama Jembatan
dari diktat Konstruksi Jembatan Bentang
Panjang. 1. Aksi dan Beban Tetap : Beban mati
jembatan terdiri dari berat masing-masing
• Penentuan dimensi busur : 1/6 ≤ f/L ≤ 1/70 bagian struktural dan elemen-elemen non
structural
7
2. Beban Lalu Lintas 3. Aksi Lingkungan
• Beban lajur “D” • Beban Angin
1. Beban terbagi rata (UDL) dengan Kecepatan angin rencana dan type jembatan
intensitas q kPa, dengan q tergantung merupakan faktor utama yang berpengaruh
pada panjang yang dibebani total (L) pada intensitas beban angin. Kecepatan angin
sebagai berikut: rencana ditentukan oleh letak geografis dari
L ≤ 30m, q = 8 kPa pantai. Perhitungn beban angin sesuai dengan
L > 30m, q = 15 RSNI T-02-2005 pasal 7.6 hlm 34
8 × 0.5 + kPa
L • Beban Gempa
2. Beban garis (KEL) sebesar p kN/m, Pengaruh beban gempa hanya ditinjau pada
ditempatkan dalam kedudukan keadaan batas ultimate. Pada metode beban
sembarang sepanjang jembatan dan statis ekivalen untuk beton rencana gempa
tegak lurus pada arah lalu lintas. minimum sesuai RSNI T-02-2005 pasal 7.7.1
P = 44 KN/m hlm 35. dipakai rumus : TEQ = Kh I WT
3 Beban Truk “T”
Beban truk “T” adalah kendaraan berat Dimana : Kh = C . S
tunggal dengan tiga gandar yang
TEQ = Gaya geser dasar total dalam arah
ditempatkan dalam kedudukan
yang ditinjau (KN)
sembarang pada lajur lalu lintas rencana.
Tiap gandar terdiri dari dua pembebanan Kh = Koefisien gempa horisontal
bidang kontak yang dimaksud agar
mewakili pengaruh roda kendaraan WT = Berat total nominal bangunan yang
berat. Hanya satu truk “T” boleh mempengaruhi percepatan gempa,
ditempatkan per lajur lalu lintas rencana. diambil sebagai beban mati ditambah
Beban “T” merupakan muatan untuk beban mati tambahan (KN)
lantai kendaraan. I = Faktor kepentingan
Muatan “T” = 100% ⇒ P = 10 ton C = Koefisien gempa dasar untuk daerah
waktu kondisi setempat yang sesuai
S = Faktor tipe bangunan (1-3)
5m 8m
• Gaya Rem
50 kN 200 kN
225 kN
200 kN
225 kN
0.50 1.75 m 0.50
Pengaruh gaya rem dan percepatan lalu
2.75 m lintas harus dipertimbangkan sebagai gaya
125 mm 25 kN
112,5
kN kN
100 100 kNkN
memanjang. Gaya ini tidak tergantung
500 mm 500 mm
112,5
200 mm
200 mm 200 mm
200 mm 200 mm 2.75 m
125 mm
200 mm
25 kN 500 mm 112,5
100 kN kN 500 mm 112,5
100 kNkN pada lebar jembatan. Untuk panjang
struktur tertahan, gaya rem diberikan
Gambar 3.3 Beban Truk “T” (BDM 1992 hlm 2.21) :
- L ≤ 80: gaya rem S.L.S = 250 KN
4 Beban Untuk Pejalan Kaki
- 80 ≤ L ≤ 180 : gaya rem S.L.S = (2.5 L
Semua elemen dari trotoar atau jembatan
+ 50) KN
penyeberangan yang langsung memikul
- L ≤ 180 : gaya rem S.L.S = 500 KN
pejalan kaki harus direncanakan untuk
beban nominal 5 kPa
3.4.2 Desain Struktur
• Analisa pembebanan menurut yang ada
pada struktur jembatan tersebut.
8
• Analisa struktur dengan manual dan lintas kemungkinan akan bekerja pada
program Bantu seperti SAP 2000 bagian daerah keruntuhan aktif teoritis .
• Perhitungan plat kendaraan, trotoar Besarnya beban tambahan ini bekerja secara
dan kerb: merata pada bagian tanah yang dilewati oleh
Perhitungan trotoar menggunakan beban lalu – lintas tersebut
rumus : Gaya vertikal akibat DL gelagar dan
Luas areal yang dibebani pejalan LL (UDL x kejut, KEL x kejut)
kaki Gaya horisontal akibat beban gempa
A = Lebar trotoar x panjang dan REM
jembatan Momen yang terjadi akibat gaya
Perhitungan kerb menggunakan vertikal dan horisontal
rumus : 2. Penulangan abutment
Mu = gaya horizontal x tinggi kerb
(yang direncanakan) 3.6.2. Perencanaan Pondasi Tiang
Perhitungan plat lantai kendaraan 3.6.2.1 Pemilihan Tiang Pancang
Tebal minimum plat lantai Untuk memilih bentuk pondasi yang
kendaraan adalah : memadai, perlu diperhatikan apakah pondasi
ts ≥ 200 mm itu cocok untuk berbagai keadaan di lapangan
ts ≥ (100 + (40 x L)) mm dan apakah pondasi itu memungkinkan untuk
Dimana : L = Bentang dari plat diselesaikan secara ekonomis sesuai dengan
lantai kendaraan antara pusat jadwal kerjanya. Bila keadaan tersebut ikut
tumpuan (m) dipertimbangkan dalam menentukan macam
pondasi, hal-hal berikut ini perlu
3.5 Sambungan dipertimbangkan.
Setiap struktur adalah gabungan dari 1. Keadaan tanah pondasi
bagian-bagian tersendiri atau batang-batang 2. Batasan-batasan akibat konstruksi di
yang harus disambung bersama ( biasanya di atasnya (superstructure)
ujung batang ) dengan beberapa cara. Salah 3. Batasan-batasan dari sekelilingnya
satu cara yang digunakan adalah pengelasan, 4. Waktu dan biaya pekerjaan
cara lain ialah menggunakan alat penyambung Berikut ini diuraikan jenis-jenis
seperti paku keling dan baut. pondasi sesuai dengan keadaan tanah pondasi
yang bersangkutan.
3.6. Bangunan Bawah Jembatan 3.7 Tahap Pelaksanaan
3.6.1 Perencanaan Abutmen
1. Perencanaan abutment Metode pelaksanaan yang akan
Beban dari bangunan atas dibahas di sini lebih ditekankan pada metode
Berat sendiri abutment pelaksanaan struktur busur / lengkung baja
Beban tekanan tanah aktif yang memang merupakan bagian yang paling
Koefisen tekanan tanah nominal harus penting dari steel arch bridge. Sebelum
dihitung dari sifat – sifat tanah yang pelaksanaan untuk struktur busurnya,
ditentukan berdasarkan pada kepadatan, didahului dengan pelaksanaan struktur
kadar kelembaban, kohesi sudut geser dalam pendukungnya meliputi bagian – bagian :
dan sebagainya. Dan sifat – sifat tanah • Approach bridge.
tersebut dapat diperoleh dari hasil • Abutment dan pondsi di kedua sisinya.
pengukuran dan pengujian tanah. Untuk tahap pelaksanaan dari struktur busur
Untuk bagian tanah di belakang dinding digunakan sistem perancah gantung.
penahan harus diperhitungkan adanya beban
tambahan yang bekerja apabila beban lalu –
9
BAB V
BAB IV PERENCANAAN GELAGAR
PERENCANAAN LANTAI KENDARAAN JEMBATAN
DAN TROTOAR
Untuk perencanaan gelagar jembatan ini
4.1 Perencanaan Lantai Kendaraan menggunakan profil baja dengan mutu BJ 50,
Untuk tebal minimum pelat minimum dengan ketentuan sebagai berikut :
pelat lantai kendaraan harus memenuhi -Tegangan leleh → fy = 290 Mpa
persyaratan sebagai berikut : -Tegangan ultimate → fu = 500 MPa
Aspal
-Modulus Elastisitas → E = 2 x 106 kg/cm2
Beton Gelagar Memanjang
d4 d4
d3
d3
Balok Memanjang
150
λ= 500cm
500
Balok Melintang
Gambar 5.1 Detail Perencanaan Gelagar
10
4
= 5 20 ,25 x ( 500 ) + 1 17.199 x (500 )3
P = 112,5 (1 + 30%) . Lf = 263,25 kN
384 2,1 x 10 6 x 46 .800 48 2,1 x 10 6 x 46.800
= 26.325 kg
= 0,16 + 0,45 = 0,61 cm Karena momen terbesar adalah saat truk
• ∆ o (udl + kel ) ≤ ∆ ijin pada kondisi (a) yaitu saat terdapat 2
truk sejajar :
0,61 ≤ 0,625 ⇒ OK !
2 2
5.2 Perencanaan Gelagar Melintang • ∆ o ( T1 ) = P(a .b )
Untuk perencanan awal gelagar 3EI.L
melintang dipilih profil : = 26325 (1752.6252 )
WF 900 x 300 x 16 x 28
Balok M elintang
3.(2.106 ).(5,48X105 ). 800
Balok M emanjang
= 0,13 cm
∆ o ( T2 ) = P (a .b )
2 2
3EI. L
800
= 26325 (3502.4502 )
3.(2.106 ).(5,48X105 ). 800
= 0,24 cm
500
∆ o ( T1, 2 ) = 0,13 + 0,24 = 0,37 cm
Gambar 5.2 Beban yang diterima satu balok Karena ada 2 truk maka :
melintang o
Persyaratan untuk lendutan (L = 8,00 m) ∆ ( Ttotal ) = 2 . ∆ ( T1, 2 )
o
= 2 . 0,37 = 0,74 cm
∆ ijin = 1 λ = 1 x 800 = 1.00 cm o
800 800 ∆ ( Ttotal ) ≤ ∆ ijin
a. Lendutan akibat beban hidup (UDL + KEL)
3 0,74 ≤ 1,00 ⇒ OK !!
∆o = 5 Q L λ 4 + 1 P1 L
(udl + kel )
384 E I tr 48 E I tr 5.3 Perhitungan Shear Connector
= 5 4
+ 1 3 Untuk jarak perhitungan shear connector
182 ,16 x (800) 11466 x (800)
(BMS 7.6.8.3) tidak boleh melebihi nilai
384 2x 10 6 x 7,667 x10 5 48 2 x 10 6 x 7,667 x105 sebagai berikut
= 0,63 + 0,079 • 600 mm
= 0,709 cm ≤ 1,00 cm OK • 2 x tebal lantai
• 4 x tinggi shear connector
b Lendutan akibat beban truck : Tinggi minimum dari paku shear connector
175
100
175
adalah 75 mm dan jarak antara paku shear
connector dengan ujung flens gelagar tidak
T CL T
boleh kurang dari 25 mm. Untuk diameter
A B
paku shear connector tidak boleh melebihi :
175 • 1,5 x tebal plat flens bila plat
350
memikul tegangan tarik.
625
450
• 2,0 x tebal plat flens bila tidak
terdapat tegangan tarik.
800
Digunakan shear connector jenis paku / stud
Gambar 5.3 Lendutan akibat Pembebanan dengan data – data sebagai berikut :
Truk (kondisi a)
11
• Diameter = 25 mm < 1,5 x 34 Data Perencanaan Jembatan :
=25 mm < 51 mm L= 60 m
• Tinggi total = 100 mm f = 10 m (tinggi fokus / penggantung
• Jarak melintang antar stud = 130 mm terpanjang)
• Kuat beton f’c= 35 MPa λ = 5 m ( jarak gelagar melintang )
σc= 0,4 f’c b = 1,8 m (tinggi penampang busur )
σC= 0,4 x 35 = 14 Mpa t = 6,7 m (portal akhir
• Jumlah stud Connector ( n ) - Batang Penggantung
Vh 8 . 984 . 200 Direncanakan profil WF 400 x 200 x 7 x 11
= = 36 , 65 ≈38
Qn 245087 , 45 - Rangka Busur (zone profil kecil )
Jadi jumlah shear connector stud yang Direncanakan profil WF 400 x 400 x 15x15
dibutuhkan sepanjang balok adalah : - Batang tarik
2n = 2 x 38 = 76 buah Direncanakan profil WF 400 x 400 x 30 x 50
Jarak shear connector = 900/38 = 23,7 cm ≈ - Rangka Vertikal dan Diagonal
24 cm Direncanakan profil WF 400 x 200 x 7 x 11
- Rangka Busur (zone profil besar)
BAB VI Direncanakan profil WF 400 x 400 x 30 x 50
KONSTRUKSI PEMIKUL UTAMA
6.2 Konstruksi Busur
6.1 Umum
6.2.1 Bentuk Geometrik Busur
Konstruksi pemikul utama merupakan
Persamaan parabola :
bagian terakhir dari kostruksi bagian atas
Yn1 = 4.f .X (Panjang Rangka
jembatan yang menerima seluruh beban yang (L − X)
ada pada lantai kendaraan kemudian L2
diteruskan ke tumpuan. Penggantung )
• Perencanaan Tinggi Busur Yn2 = Panjang penampang busur
- Tinggi Busur (f) L = 60 m (Panjang total jembatan)
f = 10 m (Tinggi Fokus)
f = 10 m → syarat : 1 ≤ f ≤ 1 2
6 L 5 Sn = (∆y n + ∆X 2 ) ( Panjang Busur )
untuk f = 10 m = 0,17 ≤ 0,2 Sn atas = Panjang profil busur atas
L 60 m Sn bawah = Panjang profil busur bawah
0,167 ≤ 0,17 ≤ 0,2 K OK
Dn = Panjang Rangka Diagonal
2
- Tinggi tampang busur (t) = (∆yn + ∆X2 )
t=1,8m→syarat: 1 t 1
≤ ≤
40 L 25
6.3 Pembebanan
untuk h = 1,8m = 0,03 6.3.1 Beban Angin
L 60m Menurut RSNI T-02-2005 gaya nominal
0,025 ≤ 0 ,03 ≤ 0 ,04 K OK ultimate pada bangunan atas :
TEW = 0,0006 x CW x VW2 x Ab ..(kN)
b Dimana :
CW = Koefisien seret (tabel 2.9 BMS, PPTJ
t f hal 2-44)
λ
= 1,5 (b/d = 2, bangunan atas masif)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
L VW = Kecepatan angin rencana = 30 m/det.
( > 5 km dari pantai)
Gambar 6.1 Sketsa Konstruksi Pemikul Ab = Luas ekivalen bagian samping jembatan
Utama (m2).
12
Sedangkan gaya nominal ultimate pada Kontrol Lendutan dilakukan dengan program
kendaraan sepanjang jembatan (bekerja pada SAP 2000 v 14.2
lantai kendaraan) hanya dipikul oleh ikatan Adapun hasilnya adalah :
angin bawah : Lendutan maksimum = lendutan di tengah
TEW = 0,0012 x CW x VW2 x Ab ..(kN) bentang (Joint G)
Bidang vertikal muatan hidup ditetapkan = 7,351 cm < ∆ijin = 7,5 cm ..(OK)
sebagai suatu bidang vertikal yang
mempunyai tinggi menerus sebesar 5m di atas
lantai kendaraan.
TEW1a
TEW1a
TEW1
TEW1 + 0.5Tew2
Gambar 6.3 Lendutan pada program SAP
2000 v14.2
TEW2
6000
500 500 500 500 500 500
Syarat lendutan rangka batang pada BMS 7- 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500
13
Digunakan profil WF 400 x 400 x 30 x 50 BAB VIII
Mutu baja BJ 50 PERHITUNGAN SAMBUNGAN DAN
7.3 Ikatan Angin Bawah PERLETAKAN
Sebagai batang horizontal adalah
gelagar memanjang sedangkan untuk batang 8.1 Sambungan Gelagar Memanjang –
vertikal ialah gelagar melintang. Gelagar Melintang
P/2 P P P P P P P P P P P P/2
Alat sambung yang digunakan adalah
baut mutu BJ 50 yang perencanaannya
800 berdasarkan SNI 03-1729-2002.
• Kekuatan geser baut (SNI 03-1729-
500 500 500
6000 2002.. ps 13.2.2.1 )
Vd = φf x Vn
Gambar 7.3 Ikatan Angin bawah
b
Dimana → Vn= r1 x f u x m x Ab
Dimensi batang diagonal Keterangan :
Profil yang dipakai : : WF 200 x 200 x 10 x 16 r1 = Untuk baut tanpa ulir
• Sambungan batang diagonal ke pelat pada bidang geser ( = 0,5 )
simpul r1 = Untuk baut dengan ulir
Pakai baut pada bidang geser( = 0,4 )
d = 24 mm → BJ 50 φf = Faktor reduksi kekuatan
Tebal pelat untuk fraktur ( = 0,75 )
t = 16 mm → BJ 50
• Sambungan pelat simpul ke gelagar f ub = Tegangan tarik putus baut.
melintang Ab = Luas bruto penampang baut
Gelagar melintang → WF 900 x 300 x pada daerah tak berulir.
16 x 28 • Kekuatan tumpu (SNI 03-1729-
Pakai baut 2002.. 13.2.2.4 )
d = 24 mm → BJ 50 Rd = φf x Rn
Tebal pelat Dimana → Rn= 2,4 x db x tp x fu
t = 16 mm → BJ 50 Keterangan :
φf = Faktor reduksi kekuatan
7.4 Perhitungan Pipa Sandaran untuk fraktur ( = 0,75 )
Data - data perencanaan : db = Diameter baut nominal
• Diameter = 60,5 mm pada daerah tak berulir.
• Tebal pipa = 2,3 mm Tp = Tebal pelat.
• Berat pipa = 3,30 kg/m Fu = Tegangan tarik putus
• Fy = 350 Mpa yang terendah dari baut
• Kontrol Kekuatan Pipa : atau pelat.
Beban sandaran ( w’ ) = 3,30 kg/m Data – data perencanaan :
• Profil gelagar melintang WF 900 x
300 x 16 x 28
t • Profil gelagar memanjang WF 450 x
de 300 x 10 x 15
• Pelat penyambung
L100.100.10 . tp = 10 mm ; BJ 41
• Baut → db = 20 mm ; BJ 50
Gambar 7.4 Perencanaan Tiang Φ lubang = 20 + 1,5 = 21,5
Sandaran mm (dibor)
14
•
Sambungan pada gelagar Syarat :
memanjang (2 bidang geser) S ≥ 2,5 D
8.2 Perencanaan Perletakan ≥ 2,5 x 0,6 = 1,5 m <
Direncanakan perletakan baja 1,8 m………………OK
Mutu baja = BJ 50
Mutu beton= f’c 35 Mpa = 350 kg/cm Effisiensi kelompok menggunakan persamaan
Dari hasil perhitungan didapatkan : Converse Labbare
S1 = tinggi pelat penumpu atas sendi = 10 cm
S2 = tebal pelat pemumpu perletakan= 5 cm
S3 = tebal pelat penyokong Vertikal= 3 cm (n − 1)m + (m − 1)n
Ek = 1 − θ
S4 = tebal pelat vertikal penumpu = 3,5 cm 90mn
S5 = tebal pelat lengkung penumpu= 5 cm
L
Dimana :
- m : (jumlah tiang dalam kolom) = 6
S1
S4 S3 S3 S3
h
S2
L b 1,8 m
Letak Abutment di Pilecap
Gambar 8.1 Perencanaan perletakan sendi
J/1
Tiang Pancang Ø 60 cm
J/2
J/2
15
9.2 Perencanaan Anchor 2 Lantai kendaraan berupa balok komposit
dengan dimensi profil untuk gelagar
Untuk perencanaan Anchor pada melintang berupa WF 900 x 300 x 16 x
abutment direncanakan berdasarkan gaya 28 dan gelagar memanjang yaitu WF
maksimum yang terjadi Pmax yang terjadi pada 450 x 300 x 10 x 15 dengan
tiap perletakan = 216,077 kg maka akan menggunakan mutu baja BJ 50.
direncanakan Tulangan anchor untuk 3 Struktur utama busur berupa profil WF
abutment 400 x 400 x 30 x 50 dan WF 400 x 400 x
15 x 15 kabel penggantung
menggunakan profil WF 400 x 200 x 7 x
11 dengan mutu baja BJ 50.
4 Struktur sekunder berupa ikatan angin
atas dengan dimensi profil yaitu WF 200
x 200 x 10 x 16 (horizontal) dan WF 250
x 250 x 11 x 11 (diagonal), ikatan angin
Gambar 9.2 Jenis anchor bawah menggunakan profil WF 200 x
200 x 10 x 16 (diagonal), sedangkan
untuk dimensi portal akhir berupa profil
WF 400 x 400 x 30 x 50 (balok) dan
busur (kolom) dengan menggunakan
mutu baja BJ 50.
5 Perletakan berupa sendi-rol
6 Beban gempa menggunakan Analisa
Dinamic (Respon Spectrum)
7 Stabitas struktur bangunan bawah
Gambar 9.3 Sistem pemasangan diperhitungkan untuk beban layan
anchor (service load) dan juga dikontrol
terhadap beban-beban selama masa
Direncanakan : pelaksanaan
• Pmax dari SAP = 216.077 kg 8 Perletakan berupa sendi-rol
Direncanakan 4 anchor untuk tiap 9 Beban gempa menggunakan Analisa
perletakan, maka : Dinamic (Respon Spectrum)
• Pmax 1 anchor = 216.077 : 10 Stabitas struktur bangunan bawah
4 = 54.019 kg diperhitungkan untuk beban layan
• V 1 anchor = 152.290 : 4 = (service load) dan juga dikontrol
38.072,5 kg terhadap beban-beban selama masa
• Diameter tul anchor = 32 mm pelaksanaan
• Panjang anchor = 1000 mm
• Jenis anchor yang digunakan DAFTAR PUSTAKA
adalah tipe L Bridge Management System. Peraturan
Perencanaan Teknik Jembatan. BMS
BAB X 1992. Departemen PU Dirjen Bina
KESIMPULAN Marga..
1 Dimensi melintang lantai kendaraan Gunawan, R. 1987. Tabel Profil Konstruksi
lengkap dengan trotoar adalah 8 m untuk Baja. Kanisius, Yogyakarta.
jalan 2 jalur 2 arah. Tinggi fokus busur Irawan, Djoko. (1998). Diktat Kuliah
adalah 10 m. Jembatan. Jurusan Teknik Sipil FTSP
ITS, Surabaya.
16
Marwan dan Isdarmanu (1998). Diktat
Struktur Baja I. Jurusan Teknik Sipil
FTSP ITS, Surabaya.
Standard Nasional Indonesia. Standard
Pembebanan untuk Jembatan. RSNI T-
02-2005. Departemen PU Dirjen Bina
Marga.
Standard Nasional Indonesia. Perencanaan
Struktur Baja untuk Jembatan. RSNI T-
03-2005. Departemen PU Dirjen Bina
Marga.
Standard Nasional Indonesia. Standar
Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
Jembatan. SNI 2833:2008. Departemen
Pekerjaan Umum
Standard Nasional Indonesia. Perencanaan
Struktur Beton untuk Gedung SNI 03-
2847-2002
Struyk, H.J., dan K.H.C.W. Van der Veen.
1984. Jembatan. Pradnya Paramita,
Jakarta.
Untung , D. Diktat Teknik Pondasi. Jurusan
Teknik Sipil FTSP ITS, Surabaya.
17