Mini Project Penyakit Tidak Menular
Mini Project Penyakit Tidak Menular
BAB 1
PENDAHULUAN
sampai akhirnya penderita (yang tidak merasa menderita) jatuh ke dalam kondisi
darurat, dan bahkan terkena penyakit jantung, stroke atau rusak ginjalnya.
Komplikasi ini yang kemudian banyak berujung pada kematian sehingga yang
tercatat sebagai penyebab kematian adalah komplikasinya.4
Menurut Komisi Pakar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang
Pengendalian Hipertensi menjelaskan bahwa hipertensi merupakan gangguan
pembuluh darah jantung (kardiovaskular) paling umum yang merupakan
tantangan kesehatan utama masyarakat yang sedang mengalami perubahan
sosioekonomi dan epidemiologi. Hipertensi merupakan salah satu faktor utama
risiko kematian karena gangguan kardiovaskular yang mengakibatkan kematian
20-50% dari seluruh kematian.5
Menurut Sherwood (2001), tekanan darah arteri rata-rata adalah gaya
utama yang mendorong darah ke jaringan. Menurut Tom Smith (1991) dalam
Kamaruzaman (2010), tekanan darah adalah ukuran dari tekanan sistolik yang
berpengaruh pada darah karena kontraksi otot jantung dan kekuatan atau tekanan
diastolik pada dinding pembuluh darah yang lebih kecil yang mengalirkan darah
dan yang mempercepatkan jalan darah pada waktu jantung mengendur antar
denyut.
Tekanan darah dipengaruhi oleh kontraksi pada ventrikel kiri, resistensi
pada arteriol dan kapiler, elastisitas dinding arteri, dan viskositas serta volume
darah. Sehingga, dapat dikatakan dua penentu utama tekanan darah arteri rata-rata
adalah curah jantung dan resistensi perifer total (Sherwood, 2001).
Dikatakan normal bila tekanan darah sistolik kurang dari 120 mmHg dan
diastolik kurang dari 80 mmHg. Normal tinggi jika tekanan darah darah sistolik
130 - 139 mmHg dan diastolik 85 - 89 mmHg. Apabila tekanan darah sistolik 140
mmHg atau lebih dan diastolik 90 mmHg atau lebih, maka termasuk tinggi (JNC,
2003).
Di seluruh dunia, hampir 1 miliar orang atau sekitar seperempat dari
seluruh populasi orang dewasa menyandang hipertensi. Di Inggris (United
Kingdom), penyakit ini diperkirakan mengenai lebih dari 16 juta orang. Di Inggris
(England), 34% pria dan 30% wanita menyandang hipertensi. Pada populasi usia
3
lanjut, angka penyandang hipertensi lebih banyak lagi yaitu dialami oleh lebih
dari separuh populasi orang yang berusia di atas 60 tahun.7 Hipertensi membunuh
hampir 8 juta orang setiap tahun, di seluruh dunia dan hampir 1,5 juta orang setiap
tahun di Asia Tenggara. Sekitar sepertiga dari populasi orang dewasa di daerah
Asia Tenggara memiliki tekanan darah tinggi.6
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007
menunjukan prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7%. Prevalensi ini
jauh lebih tinggi dibanding Singapura (27,3%), Thailand (22,7%), dan Malaysia
(20%).5 Sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdeteksi. Keadaan
ini tentunya sangat berbahaya yang dapat menyebabkan kematian mendadak pada
masyarakat.7
Di Indonesia, penderita hipertensi diperkirakan sebesar 15 juta tetapi
hanya 4% yang hipertensi terkendali. Yang dimaksud dengan hipertensi terkendali
adalah mereka yang menderita hipertensi dan tahu bahwa mereka menderita
hipertensi dan sedang berobat untuk itu. Sebaliknya sebesar 50% penderita tidak
menyadari diri sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk
menderita hipertensi yang lebih berat.1
Menurut Depkes RI (2010) mengemukakan bahwa hipertensi merupakan
penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni dengan PMR
(Proportional Mortality Rate) mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua
umur di Indonesia. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang
menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal, yaitu 140/90 mmHg.7
Profil Kesehatan Sumatera Utara (2001) melaporkan bahwa prevalensi
hipertensi di Sumatera Utara sebesar 91 per 100.000 penduduk, sebesar 8,21%
pada kelompok umur di atas 60 tahun untuk penderita rawat jalan. Berdasarkan
penyakit penyebab kematian pasien rawat inap di Rumah Sakit Kabupaten/ Kota
Provinsi Sumatera Utara, hipertensi menduduki peringkat pertama dengan
proporsi kematian sebesar 27,02% (1.162 orang), pada kelompok umur ≥ 60 tahun
sebesar 20,23% (1.349 orang).8
Data dari rumah sakit, di RSUP H. Adam Malik Medan dilaporkan adanya
peningkatan jumlah kasus hipertensi rawat inap pada tahun 1997-2001 yaitu tahun
4
1997 sebanyak 14 kasus (0,8%), tahun 1998 sebanyak 78 kasus (1,05%), tahun
1999 sebanyak 102 kasus (1,23%), tahun 2000 sebanyak 114 kasus (1,56%) dan
tahun 2001 sebanyak 128 kasus (1,78%).11 Di Puskesmas Parsoburan Kecamatan
Siantar Marihat Kota Pematangsiantar, hipertensi ada di urutan kedua dari sepuluh
penyakit terbesar pada tahun 2010. Jumlah kunjungannya yaitu sebesar 1.362
kunjungan (18,50%).9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
2.1.1. Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah yang kuat dan konstan memompa darah
melalui pembuluh darah.7 Terjadi bila darah memberikan gaya yang lebih tinggi
dibandingkan kondisi normal secara persisten pada sistem sirkulasi.10
Hipertensi adalah keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar
dari 140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat /
tenang.14 Menurut WHO (2011) batas normal tekanan darah adalah kurang dari
atau 120 mmHg tekanan sistolik dan kurang dari atau 80 mmHg tekanan diastolik.
Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya lebih dari
140/90 mmHg.6
Stadium hipertensi yang mencerminkan beratnya penyakit, menurut The
Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood
Pressure (JNC-VII) tahun 2003 hipertensi dibedakan berdasarkan Tekanan Darah
Sistolik (TDS) dan Tekanan Darah Diastolik (TDD) sebagai berikut:11
a. Normal bila tekanan darah sistolik <120 mmHg dan diastolik <80 mmHg
b. Prehypertension bila tekanan darah sistolik 120-139 mmHg dan diastolik 80-
89 mmHg
c. Hipertensi stadium 1 bila tekanan darah sistolik 140-159 mmHg dan diastolik
90-99 mmHg
d. Hipertensi stadium 2 bila tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan diastolik
≥100 mmHg
Menurut petunjuk WHO-ISH klasifikasi hipertensi menyerupai JNC VI,
yaitu:12
a. Optimal bila tekanan sistolik <120 mmHg dan tekanan darah diastolik <80
mmHg
7
b. Normal bila tekanan sistolik <130 mmHg dan tekanan darah diastolik <85
mmHg
c. Normal tinggi bila tekanan sistolik 130-139 mmHg dan tekanan darah
diastolik 85-89 mmHg
d. Hipertensi derajat 1 (ringan) bila tekanan sistolik 140-159 mmHg dan tekanan
darah diastolik 90-99 mmHg
e. Hipertensi derajat 2 (sedang) bila tekanan sistolik 160-179 mmHg dan tekanan
darah diastolik 100-109 mmHg
f. Hipertensi derajat 3 (berat) bila tekanan sistolik ≥180 mmHg dan tekanan
darah diastolik ≥110 mmHg
g. Hipertensi sistolik (Isolated Sistolic Hypertension) bila tekanan sistolik ≥140
mmHg dan tekanan darah diastolik <90 mmHg
Etiologi hipertensi tidak diketahui pada lebih dari 95% kasus kenaikan tekanan
darah. Kajian epidemiologi selalu menunjukkan adanya hubungan yang penting
dan bebas antara tekanan darah dan berbagai kelainan, terutama penyakit jantung
koroner, stroke, gagal jantung, dan kerusakan fungsi ginjal.5
menghasilkan gaya dorong yang cukup. Kedua, tekanan tidak boleh terlalu tinggi,
sehingga menimbulkan beban kerja tambahan bagi jantung dan meningkatkan
resiko kerusakan pembuluh serta kemungkinan rupturnya pembuluh-pembuluh
halus. Dua penentu utama tekanan darah arteri rata-rata adalah curah jantung dan
resistensi perifer total.
Menurut Nadesul (2007), tekanan darah idealnya diukur saat bangun tidur
pagi hari saat belum melakukan aktivitas fisik. Mengukur setelah beraktivitas fisik
akan menghasilkan nilai yang lebih tinggi dari seharusnya. Oleh karena itu perlu
baring 5 menit sebelum tekanan darah diukur.
c. Hipertensi stadium 1 bila tekanan darah sistolik 140-159 mmHg dan diastolik
90-99 mmHg
d. Hipertensi stadium 2 bila tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan diastolik
≥100 mmHg
b. Jenis Kelamin
Pada usia dini tidak terdapat bukti nyata tentang adanya perbedaan tekanan
darah antara laki-laki dan wanita. Akan tetapi, mulai pada masa remaja, pria
cenderung menunujukkan aras rata-rata yang lebih tinggi. Perbedaan ini lebih
jelas pada orang dewasa muda dan orang setengah baya. Perubahan pada masa tua
antara lain dapat dijelaskan dengan tingkat kematian awal yang lebih tinggi pada
pria pengidap hipertensi.6 Menurut Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan
Departemen Kesehatan, komplikasi hipertensi meningkat pada laki-laki.16
c. Status sosioekonomi
Di negara-negara yang berada pada tahap pasca-peralihan perubahan
ekonomi dan epidemiologi selalu dapat ditunjukkan bahwa aras tekanan darah dan
prevalensi hipertensi yang lebih tinggi terdapat pada golongan sosioekonomi
11
rendah. Hubungan yang terbalik itu ternyata berkaitan dengan tingkat pendidikan,
penghasilan, dan pekerjaan. Akan tetapi, dalam masyarakat yang berada dalam
masa peralihan atau pra-peralihan, aras tinggi tekanan darah dan prevalensi
hipertensi lebih tinggi terdapat pada golongan sosioekonomi yang lebih tinggi.5
d. Genetika
Sekitar 20-40% variasi tekanan darah di antara individu disebabkan oleh
faktor genetik. Penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah seorang anak akan
lebih mendekati tekanan darah orangtuanya bila mereka memiliki hubungan darah
dibanding dengan anak adopsi. Hal ini menunujukkan bahwa gen yang
diturunkan, dan bukan hanya faktor lingkungan (seperti makanan dan status
sosial), berperan besar dalam menentukan tekanan darah.5
g. Konsumsi Garam
Penelitian menunjukkan adanya kaitan antara asupan natrium yang
berlebihan dengan tekanan darah tinggi pada beberapa individu.Asupan natrium
yang meningkat menyebabkan tubuh meretensi cairan, yang meningkatkan
volume darah.Di samping itu, diet tinggi garam dapat mengecilkan diameter dari
arteri.Jantung harus memompa lebih keras untuk mendorong volume darah yang
meningkat melalui ruang sempit.Akibatnya adalah hipertensi. Hal ini sebaliknya
juga terjadi, ketika asupan natrium berkurang maka begitu pula volume darah dan
tekanan darah pada beberapa individu.18
h. Alkohol
Alkohol juga mempengaruhi tekanan darah. Orang-orang yang minum
alkohol terlalu sering atau yang terlalu banyak memiliki tekanan darah yang lebih
tinggi dari pada individu yang tidak minum atau minum sedikit alkohol.28 Lebih
dari dua minuman keras sehari akan menimbulkan peningkatan signifikan.
Diperkirakan 5-10% hipertensi pada laki-laki Amerika disebabkan langsung oleh
konsumsi alkohol.19
Berdasarkan laporan Komisi Pakar WHO mengatakan bahwa pada
beberapa populasi, konsumsi minuman keras selalu berkaitan dengan tekanan
darah tinggi. Jika minuman keras diminum sedikitnya dua kali per hari, TDS naik
kira-kira 1,0 mmHg dan TDD kira-kira 0,5 mmHg per satu kali minum. Peminum
harian ternyata mempunyai aras TDS dan TDD lebih tinggi, berturut-turut 6,6
mmHg dan 4,7 mmHg dibandingkan dengan peminum sekali seminggu.5
i. Rokok
Rokok menyebabkan peningkatan denyut jantung, tekanan darah, dan juga
menyebabkan pengapuran sehingga volume plasma darah berkurang karena
tercemar nikotin, akibatnya viskositas darah meningkat sehingga timbul
13
j. Stress
Tekanan darah lebih tinggi telah dihubungkan dengan peningkatan stress,
yang timbul dari tuntutan pekerjaan, hidup dalam lingkungan kriminal yang
tinggi, kehilangan pekerjaan dan pengalaman yang mengancam nyawa terpapar ke
stress bisa menaikkan tekanan darah dan hipertensi dini cenderung menjadi
reaktif. Aktivasi berulang susunan saraf simpati oleh stress dapat memulai tangga
hemodinamik yang menimbulkan hipertensi menetap.20
l. Status Olahraga
Orang dengan gaya hidup yang tidak aktif akan lebih rentan terhadap
tekanan darah tinggi. Melakukan olahraga secara teratur tidak hanya menjaga
bentuk tubuh dan berat badan, tetapi juga dapat menurunkan tekanan darah.Jenis
latihan yang dapat mengontrol tekanan darah adalah berjalan kaki, bersepeda,
berenang, dan aerobik.21
2.5. Komplikasi
Tekanan darah secara alami berfluktuasi sepanjang hari.Tekanan darah
tinggi menjadi masalah hanya bila tekanan darah tersebut persisten. Tekanan
seperti membuat sistem sirkulasi dan organ yang mendapat suplai darah (termasuk
jantung dan otak) menjadi tegang.7 Bila tekanan darah tinggi tidak dapat dikontrol
dengan baik, maka dapat terjadi serangkaian komplikasi serius dan penyakit
kardiovaskular seperti angina atau rasa tidak nyaman di dada dan serangan
jantung, stroke, gagal jantung, kerusakan ginjal, gagal ginjal, masalah mata,
hipertensif encephalopathy sering dirujuk pada penyakit organ akhir.22
Stroke dapat terjadi akibat hemoragi tekanan tinggi di otak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan
tinggi.Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran darah ke
area otak yang diperdarahi berkurang. Arteri otak yang mengalami arterosklerosis
dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.23
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk
trombus yang menghambat aliran darah melewati pembuluh darah. Pada
hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen miokardum mungkin
15
tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan
infark.23
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah ke unit
fungsional ginjal, yaitu nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi
hipoksi dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar
melalui urine sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan
menyebabkan edema, yang sering dijumpai pada hipertensi kronis.23
Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi
maligna (hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya).Tekanan yang sangat
tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan
mendorong cairan ke ruang interstisial diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-
neuron di sekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian.23
penunjang yang rutin bisa dilakukan pada penderita hipertensi yang bertujuan
mendeteksi penyakit yang bisa diobati dan menilai fungsi jantung serta ginjal.32
Pencegahan bagi mereka yang terancam dan menderita hipertensi adalah
sebagai berikut:10,21
a. Pemeriksaan berkala
a.1. Pemeriksaan/pengukuran tekanan darah secara berkala oleh dokter secara
teratur merupakan cara untuk mengetahui apakah kita menderita hipertensi atau
tidak
a.2. Mengendalikan tensi secara teratur agar tetap stabil dengan atau tanpa
obat-obatan anti hipertensi
b. Pengobatan/perawatan
b.1. Pengobatan yang segera sangat penting dilakukan sehingga penyakit
hipertensi dapat segera dikendalikan
b.2. Menjaga agar tidak terjadi komplikasi akibat hiperkolesterolemia, diabetes
mellitus dan lain-lain
b.3. Menurunkan tekanan darah ke tingkat yang wajar sehingga kualitas hidup
penderita tidak menurun
b.4. Mengobati penyakit penyerta seperti dibetes mellitus, kelainan pada ginjal,
hipertiroid, dan sebagainya yang dapat memperberat kerusakan organ
BAB3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
Hipertensi
Program
Pengelolaan
Penyakit Kronis
BAB 4
METODE PENELITIAN
tentang penelitian ini dan cara mengisi kuesioner kepada responden sebelum
kuesioner diberikan. Selanjutnya, responden diminta mengisi kuesioner. Setelah
selesai, kuesioner dikumpulkan.
4.4.2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan dari rekam medis Puskesmas Amplas
yang berisikan data jumlah pasien Puskesmas Amplas.
5.1. Hasil
Perempuan 14 35,9
Total 39 100,0
Dari tabel 5.1.1 dapat dilihat bahwa distribusi proporsi penderita hipertensi
berdasarkan jenis kelamin yang terbesar adalah laki-laki yaitu sebesar 61,5% (25 orang)
dan perempuan sebesar 38,5% (14 orang).
Dari tabel 5.1.2 dapat dilihat bahwa distribusi proporsi penderita hipertensi
berdasarkan umur yang terbesar adalah ≥40 tahun yaitu sebesar 87,2% (34 orang) dan
<40 tahun yaitu sebesar 12,8% (5 orang).
Dari tabel 5.1.3 dapat dilihat bahwa distribusi proporsi penderita hipertensi
berdasarkan pendidikan terakhir responden yang terbesar adalah SD yaitu sebanyak
22
41,0% (16 orang), SMP sebanyak 30,8 % (12 orang), SMA sebanyak 17,9% (7 orang)
dan Perguruan Tinggi yaitu sebesar 10,3% (4 orang).
Dari tabel 5.1.4 dapat dilihat bahwa distribusi proporsi penderita hipertensi
berdasarkan pendapatan responden yang terbesar adalah ≤ Rp 1.000.000 yaitu sebanyak
64,1% (25 orang), Rp 1.000.000 - Rp 2.000.000 sebanyak 23,1% (9 orang), Rp
2.000.000 - Rp 3.000.000sebanyak 17,9% (5 orang) sedangkan penghasilan ≥ Rp
3.000.000 tidak dijumpai..
Dari tabel 5.1.5 dapat dilihat bahwa distribusi proporsi penderita hipertensi
berdasarkan jumlah tanggungan responden yang terbesar adalah ≤ 2 orang yaitu
sebanyak 51,3% (20 orang), ≥ 4 orang 33,3% (13 orang), dan 3 orang sebanyak 15,4%
(6 orang).
23
Pensiunan 14 35.9
Lain-lain 22 56,4
Total 39 100,0
Dari tabel 5.1.6 dapat dilihat bahwa distribusi proporsi penderita hipertensi
berdasarkan pekerjaan responden yang terbesar adalah lain-lain yaitu sebanyak 56,4%
(22 orang), Pensiunansebanyak 35,9% (14 orang), dan PNS/pegawai swasta 7,7% (13
orang).
<120/80 mmHg 0 0
120-139/80-89 mmHg 0 0
Dari tabel 5.1.7 dapat dilihat bahwa distribusi proporsi penderita hipertensi
berdasarkan tekanan darah pada saat kunjungan yang terbanyak adalah 140-159/90-99
mmHg (hipertensi stage 1) yaitu sebanyak 61,5% (24 orang), dan>160/100
mmHg(hipertensi stage 2) yaitu sebanyak 38,5% (15 orang).
24
≤5 tahun 20 51.3
>5 tahun 19 48.7
Total 39 100,0
Dari tabel 5.1.8 dapat dilihat bahwa distribusi proporsi penderita hipertensi
berdasarkan lamanya menderita hipertensi yang terbanyak adalah ≤5 tahun yaitu
sebanyak 51,3% (20 orang), dan >5 tahun yaitu sebanyak 48,7% (19 orang).
5.2. Pembahasan
Data yang didapat di Puskesmas Amplas pada tanggal 29 April – 17 Mei 2013
didapati proporsi penduduk laki-laki lebih tinggi dari proporsi penduduk perempuan yaitu
sebesar 64,1% (25 orang) pada laki-laki dan perempuan sebesar 35,9% (14 orang).
Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Herke J.O. Sigarlaki tahun 2006 di
Desa Bocor, Jawa Tengah yang menemukan proporsi tertinggi penderita hipertensi pada
perempuan yaitu sebesar 54,5%. Hal ini mungkin berpengaruh pada jumlah kunjungan
pasien laki-laki yang lebih banyak dibandingkan perempuan.
yaitu sebesar 55,8%. Halini terjadi karena arteri besar kehilangankelenturannya dan
menjadi kaku karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui
pembuluhyang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.
(hipertensi stage 1) yaitu sebanyak 61,5% (24 orang), dan >160/100 mmHg
(hipertensi stage 2) yaitu sebanyak 38,5% (15 orang). Hal ini sejalan dengan dengan
penelitian Herke J.O. Sigarlaki tahun 2006 di Desa Bocor, JawaTengah yang
menemukan proporsi tertinggi yaitu hipertensi stage 1 sebanyak 53,3%.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai karakteristik
penderita hipertensi yang berobat di Puskesmas Amplas Kota Medan pada tanggal
29 April – 17 Mei 2013 dapat diambil kesimpulan:
1. Distribusi proporsi tertinggi responden /penderita hipertensi berdasarkan
sosiodemografinya yaitu: jenis kelamin laki-laki (64,1%) ,umur ≥40 tahun
(87,2% ), pendidikan terakhir SD (41,0%), pendapatan ≤ Rp 1.000.000 yaitu
sebanyak 64,1%,pekerjaan responden lain-lain yaitu sebanyak 56,4%.
2. Distribusi proporsi tertinggi responden /penderita hipertensi berdasarkan
jumlah tanggungan responden adalah ≤ 2 orang yaitu sebanyak 51,3%.
27
6.2. Saran
Dari hasil penelitian yang didapat, maka beberapa saran peneliti adalah:
1. Diharapkan pihak Puskesmas dapat meningkatkan penanggulangan dan
pengobatan penderita hipertensi ke arah yang lebih baik.
2. Diharapkan penderita hipertensi lebih sering kontrol berobat ke Puskesmas
atau ke dokter atau ke Rumah Sakit agar tekanan darahnya lebih terkontrol
dan tidak jatuh ke komplikasi hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA
Bustan, M.N, 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta. Jakarta.
Depkes RI, 2008. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta.
28
Gray, Huon H, dkk., 2003. Lecture Notes: Kardiologi Edisi Keempat. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Sheerwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta:
EGC, 327-34.