09 Paparan Ditjen Minerba PDF
09 Paparan Ditjen Minerba PDF
DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
POKOK BAHASAN
I. PENATAAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN (IUP)
II. OPTIMALISASI PNBP SDA MINERAL DAN BATUBARA
III. PENGAWASAN PRODUKSI DAN PENJUALAN
IV. PROGRES HILIRISASI (PELAKSANAAN UU NO. 4/2009)
V. PENGAWASAN LINGKUNGAN
VI. KEBIJAKAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN BATUAN DAN NON
LOGAM
VII. TINDAKLANJUT PENGELOLAAN PERTAMBANGAN PASCA UU NO.
23/2014 DAN PASCA KORSUP KPK
VIII. TANTANGAN DAN UPAYA TEROBOSAN
IX. PENUTUP
2
I. PENATAAN IUP
(1) REKAPITULASI IZIN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA NASIONAL
Per 15 MEI 2015
SEBELUM KORSUP SESUDAH KORSUP
CNC 1.524 2.056 1.473 988 6.041 1.504 2.211 1.349 1.085 6.149
NON CNC 1.442 1.974 1.063 398 4.877 1.236 1.845 848 350 4.279
4.877 Diserahkan
1.601 3.276
Batubara Mineral
98 Calon 259 Calon
CNC XVI CNC XVI
I. PENATAAN IUP
(2a) REKAPITULASI IZIN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
PROVINSI JATENG, JABAR, DIY, DAN JATIM
SEBELUM KORSUP
CNC NON CNC
JUMLAH
PROVINSI MINERAL BATUBARA MINERAL BATUBARA TOTAL
MINERAL BATUBARA
EKS OP EKS OP EKS OP EKS OP
DIY 0 1 0 0 9 6 0 0 16 0 16
CNC NON CNC
JUMLAH
PROVINSI MINERAL BATUBARA MINERAL BATUBARA TOTAL
MINERAL BATUBARA
EKS OP EKS OP EKS OP EKS OP
DIY 5 1 0 0 4 6 0 0 16 0 16
DI. YOGYAKARTA 16 6 0 0 0 6 6 2 2 0 10
• Monitoring dan evaluasi tindak lanjut koordinasi dan supervisi dengan 6, 20 dan 27 November 2014
KPK di 12 Provinsi
• Koordinasi dan supervisi dengan KPK atas pelaksanaan penataan IUP di 3‐4 Desember 2014
19 Provinsi
• Monitoring dan evaluasi tindak lanjut koordinasi dan supervisi dengan Maret‐Juni 2015
KPK di 19 Provinsi
3. Batas akhir penyelesaian penataan IUP, disarankan wilayah eks IUP Non CNC Juni 2015
ditetapkan menjadi Wilayah Pencadangan Negara (WPN) atau Wilayah Usaha
Pertambangan (WUP) diperlukan revisi Permen 02 tahun 2013 tentang
Pengawasan terhadap penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan
yang dilaksanakan oleh pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota
Dan surat edaran terkait CnC dan koordinasi dengan kementerian terkait
1 yang mensyaratkan CnC di dalam perijinannya
2
II. OPTIMALISASI PNBP PERTAMBANGAN MINERBA
(1) REALISASI DAN RENCANA PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) SDA MINERAL DAN
BATUBARA
II. OPTIMALISASI PNBP PERTAMBANGAN MINERBA
(2) REKAPITULASI PIUTANG NEGARA DARI PEMEGANG IUP
DI WILAYAH PROVINSI JATENG, JABAR, DIY, DAN JATIM DARI TH. 2011 SD. 2014
Per 08 Mei 2015
SEBELUM KORSUP SETELAH KORSUP
JUMLAH
JUMLAH IUP JUMLAH
NO. PROVINSI IUP
YANG IURAN TETAP ROYALTI JUMLAH IUP YANG IURAN TETAP ROYALTI JUMLAH
MINERBA
KURANG KURANG
BAYAR BAYAR
1 JAWA BARAT 154 126 6.262.532.720 3.114.083.380 9.376.616.100 111 7.544.985.124 3.114.083.380 10.659.068.505
JUMLAH 292 229 9.500.448.668 4807204883 14.307.653.551 217 11.833.095.374 4.807.204.883 16.640.300.256
II. OPTIMALISASI PNBP PERTAMBANGAN MINERBA
(3.a) TINDAKLANJUT OPTIMALISASI PENINGKATAN PNBP SDA MINERAL DAN BATUBARA
3.1. Peningkatan Royalti
1. Peningkatan tarif iuran produksi (royalti) mineral dan batubara:
a. Untuk Kontrak Karya (mineral) tarif pembayaran royalti disesuaikan dengan PP No 9 Tahun 2012
berubah dari tembaga 3,75%; emas 1%; dan perak 1% meningkat menjadi tembaga 4%; Emas 3,75%;
dan perak 3,25%.
b. Royalti nickel matte dari semula 0,9% menjadi 2% dan logam nikel dari semula 0,7% menjadi 1,5%, Tarif
royalti akan ditingkatkan sejalan dengan peningkatan harga logam.
c. Rencana peningkatan royalti batubara yang berasal dari Izin Usaha Pertambangan (IUP) berdasarkan
kualitas batubara yang dihasilkan dan metode penambangannya:
− Tambang bawah tanah: untuk kalori di bawah 5.100 k.kl/kg semula 3% menjadi 5%, batubara 5.100
– 6.100 k.kal/kg semula 5% menjadi 7% dan batubara di atas 6.100 k.kal/kg semula 7% menjadi 9%.
− Tambang permukaan: untuk kalori di bawah 5.100 k.kl/kg semula 3% menjadi 7%, batubara 5.100 –
6.100 k.kal/kg semula 5% menjadi 9% dan batubara di atas 6.100 k.kal/kg semula 7% menjadi 13,5%.
2. Peningkatan nilai tambah mineral dan batubara, yang akan meningkatkan harga jual, royalti dikenakan
kepada hasil pemurnian.
II. OPTIMALISASI PNBP PERTAMBANGAN MINERBA
(3.b) TINDAKLANJUT OPTIMALISASI PENINGKATAN PNBP SDA MINERAL DAN BATUBARA
3.2. Perbaikan Tata Kelola
1. Penetapan harga batubara acuan dan harga patokan mineral. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya
transfer of pricing.
2. Peningkatan kerjasama dengan Instansi terkait (Pemda, BPKP, BPK, Kemendag, Kemenkeu).
a. Audit Kewajiban PNBP SDA Pertambangan Umum (Tim OPN-BPKP, BPK, Itjen-KESDM)
b. Rekonsiliasi produksi, penjualan dan PNBP IUP Mineral dan Batubara
c. Kerjasama informasi data ekspor Mineral dan Batubara dengan Kemendag, Kemenhub dan Ditjen Bea dan
Cukai Kemenkeu
3. Pengendalian produksi dan pengaturan tata niaga mineral dan batubara:
a. Mengatur pasokan mineral dan batubara di pasar internasional untuk mempertahankan harga jual yang
kompetitif;
b. Inisiasi pembentukan bursa komoditas mineral dan batubara (contoh Inatin untuk bursa komoditas timah).
4. Penerapan Tata Cara Penyetoran Kewajiban PNBP dibayar di depan sebelum melakukan pengapalan.
Pembayaran yang dilakukan selama ini adalah 1 bulan setelah pengapalan.
5. Terintegrasinya Sistem Informasi Mineral dan Batubara secara Nasional (Pemda Provinsi/Kabupaten/Walikota
dan seluruh instansi terkait).
6. Penataan Pelabuhan Induk Penjualan Batubara.
7. Penataan Fungsi Surveyor.
8. Pemberian sanksi berupa penghentian pengapalan dan pencabutan izin bagi perusahaan yang masih
mempunyai tunggakan kewajiban PNBP.
III. PENGAWASAN PRODUKSI DAN PENJUALAN
(1) TATA NIAGA EKSPOR PRODUK PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
Mineral Batubara
Rekomendasi ET Rekomendasi PE Rekomendasi ET
KK 11 KK 2 PKP2B 40
IUP OP 71 IUP OP 3 IUP OP 206
IUP OPK 16 IUP OPK 1 IUP OPK 63
IUI ‐ IUI 1
JUMLAH 98 JUMLAH 7 JUMLAH 309
1
8
III. PENGAWASAN PRODUKSI DAN PENJUALAN
(2) TINDAKLANJUT PENGAWASAN PRODUKSI SEBAGAI BAGIAN DARI RENAKSI KPK
1. SK Menteri ESDM No. 666.K/30/DJB/2015 tgl 30 April 2015 tentang Persetujuan Penunjukkan dan
Penetapan PT. Surveyor Indonesia sebagai Surveyor Pemerintah (Witness Surveyor); SK Menteri
ESDM No. 668.K/30/DJB//2015 tgl 30 April 2015 tentang Persetujuan Penunjukkan dan Penetapan
Puslitbang Tekmira sebagai Surveyor Pemerintah (Witness Surveyor); SK Menteri ESDM No.
669.K/30/DJB//2015 tgl 30 April 2015 tentang Tim Counterpart Terkait Kegiatan Verifikasi Analisa
Kualitas dan Kuantitas penjualan Batubara serta Kegiatan Witness Surveyor.
2. Sampai saat ini telah ditetapkan 6 (enam) perusahaan surveyor yaitu : PT Sucofindo, PT
Geoservices, PT Surveyor Indonesia, PT Carsurin, PT Anindya Wira Putra Konsult dan PT. Surveyor
Carbon Consulting Indonesia sesuai keputusan Direktur Jenderal Mineral dan Batubara No. 1029-
1052 K/30/DJB/2014.
3. Telah terbit Peraturan Direktur Jenderal Mineral dan Batubara No. 665.K/30/DJB/2015 tanggal 30
April 2015 Tentang Tata Cara Penunjukan dan Penetapan Surveyor Pelaksana (Superintending
Surveyor) dan Surveyor Pemerintah (Witness Surveyor) dalam Verifikasi Kegiatan Penjualan
Batubara.
IV. PROGRES HILIRISASI (PELAKSANAAN
PETA PENGEMBANGAN UU INDUSTRI
WILAYAH KAWASAN NO. 4/2009)
(1) PETA PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN INDUSTRI
PT Adiguna Usaha
Semesta PT Jogja Magasa Iron
PT Sumber Suryadaya
Prima
PT Megatop Inti Selaras
: Komoditas Nikel
: Komoditas Tembaga
IV. PROGRES HILIRISASI (PELAKSANAAN UU NO. 4/2009)
(3) TINDAKLANJUT PENINGKATAN NILAI TAMBAH (PNT)
1. PERLU KEBIJAKAN DALAM HAL PENETAPAN BATAS WAKTU
KEWAJIBAN PELAKSANAAN PNT MINERAL BAGI IUP
2. PERLU DUKUNGAN KONKRIT KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR,
ENERGI DAN PEMBIAYAAN
SEBELUM KORSUP SESUDAH KORSUP
JUMLAH
NO PROVINSI
IUP
JAMREK PASCA TAMBANG JAMREK DAN PASCA TAMBANG
TOTAL 1247 57 15
VI. KEBIJAKAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN
MINERAL BATUAN DAN NON LOGAM (1)
Penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang pertambangan mineral dan batubara dibagi antara
pemerintah pusat dan provinsi, urusan pemerintahan bidang mineral dan batubara tidak lagi
menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kota sejak 2 Oktober 2014 yang diperjelas dengan SE
Mendagri No.120/253/SJ tanggal 16 Januari 2015 dan Edaran Menteri ESDM No. 04.E/30/DJB/2015
tanggal 30 April 2015
Kewenangan Pusat:
1. Penerbitan IUP Mineral logam, batubara, mineral bukan logam dan batuan pada :
a. Wil Izin Usaha Pertambangan yg berada pada wil lintas daerah lintas Provinsi
b. Wil Izin Usaha Pertambangan yg berbatasan langsung dgn neg lain dan
c. Wil laut lbh dari 12 mil.
2. Penerbitan Izin UsahaPertambangan dlm rangka PMA.
3. Pemberian Izin Usaha pertambangan khusus mineral dan batu bara.
Kewenangan Provinsi:
1. Penerbitan Izin Usaha Pertambangan Mineral logam, bkn logam ,batu bara dan batuan dlm
rangka PMDN pd WIUP Daerah yg berada dlm 1 Daerah Prov termasuk wil laut sd 12 mil laut.
2. Penerbitan Izin Pertambangan rakyat utk komoditas mineral logam, batubara, mineral bkn
logam dan batuan dlm wil pertambangan rakyat.
1. Meminta Gubernur untuk mencabut IUP Non CNC yang tidak memenuhi kewajiban,
Pemerintah Pusat akan mengeluarkan kebijakan terkait dengan tindak lanjut ini;
2. Meminta Bupati/Walikota segera menyerahterimakan dokumen perizinan IUP yang ada
di Kabupaten/Kota kepada Gubernur sesuai UU Nomor 23 Tahun 2014;
3. Penyerahan pengelolaan IUP PMA dan IUP BUMN dari Bupati/Walikota/Gubernur
kepada Menteri, berikut dokumen pendukung (sesuai Edaran Menteri ESDM No.
01.E/30/DJB/2015 dan 02..E/30/DJB/2015 tanggal 07 April 2015)
4. Pemerintah Provinsi membentuk Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dan payung
hukum perizinan untuk mempermudah perizinan pasca UU No. 23/2014 dengan tetap
melibatkan Pemerintah Kab/Kota.
5. Gubernur dapat membentuk UPTD di kabupaten/kota untuk pelayanan yang lebih
efektif dan efisien.
6. Gubernur mulai mengembangkan dan memperkuat database pertambangan minerba
dan selalu koordinasi dengan Pusat dalam rangka rekonsiliasi data IUP
7. Meminta Kementerian Dalam Negeri untuk menyelesaikan permasalahan batas
wilayah administrasi kabupaten/kota.
VIII. TANTANGAN DAN UPAYA TEROBOSAN
NO TANTANGAN UPAYA TEROBOSAN
1. Koordinasi Pusat dan Daerah Revisi UU No 4/2009 beserta peraturan pelaksananya
sebagai tindak lanjut Provinsi harus membentuk pelayanan yang mudah dan
UU No 23/2014 aman bagi penerbitan IUP di Provinsi dengan
melibatkan kabupaten/kota
2. Peningkatan kualitas pelayanan a. Membentuk Unit Pelaksana Teknis yang khusus
publik menangani Pelayanan Terpadu Satu Pintu
b. Meminta dukungan Menteri ESDM untuk melakukan
harmonisasi pelayanan publik (reformasi perizinan)
dengan sektor lain, terutama dengan Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (contoh Izin Pinjam
Pakai Kawasan Hutan agar jangka waktu penerbitan izin
dapat di atur)
c. Pembayaran PNBP secara online
3. Pemberianm C&C untuk IUP yang Tidak perlu sertifikat C&C namun perlu dibuat aturan yang
terbit setelah WP mendasari supaya mempunyai kekuatan hukum dan
menjadi dasar bagi instansi lain dalam pemberian syarat
terhadap suatu perizinan
IX. PENUTUP
• Apabila wilayah eks IUP Non CNC dicabut, akan ditetapkan menjadi
Wilayah Pencadangan Negara (WPN) atau Wilayah Usaha
Pertambangan (WUP).
3
0
Nota Kesepakatan Rencana Aksi Bersama
tentang Gerakan Nasional Penyelamatan SDA Indonesia
20 Kementerian, 7 Lembaga dan 34 Provinsi
Jakarta, 19 Maret 2015
www.minerba.esdm.go.id