Anda di halaman 1dari 47

JEMBATAN WHEATSTONE

I.
TUJUAN PERCOBAAN
- Mempelajari rangkaian jembatanwheatstone sebagai pengukur hambatan.
- Mengukur besar hambatan dan membuktikan hukum hubungan seri dan
parallel.
- Menentukan hambatan jenis suatu kawat penghantar.
II.
PRINSIP DASAR
Hukum Kirchoff pertama menyatakan pada setiap titik percabangan jumlah aljabar arus
adalah nol :
ΣI n = 0
(1)
Disini In adalah arus yang menuju atau meninggalkan titik percabangan. Hal ini berarti

jumlah arus yang masuk sama dengan jumlah arus yang keluar.
Hukum Kirchoff kedua menyatakan di dalam suatu rangkaian tertutup dari suatu jaringan,
jumlah potensial sama dengan nol atau dapat ditulis :

Σv n = 0
(2)
Apabila terdapat titik-titik a,b,c,d,e,……, maka Vaa = Vab + Vbc + Vcd + …….+ V…a
Hukum Kirchoff II ini berlaku pada jaringan penghantar linear dan pada setiap kondisi
material tidak reaktif.
Ekspresi lain dari hukum Kirchoff dengan memperhatikan arus dan tegangan serta
konvensi tanda yang benar :
Σ(In.Rn - Vn) = 0

(3)
Disini Rs adalah hambatan dari penghantar ke-n dan Vn besar tegangan.
Skema jembatan Wheatstone :

C
X
R
A
B
D
Gambar 1. Rangkaian jembatan Wheatstone
G
Untuk rangkaian jembatan Wheatstone seperti gambar 1, diperoleh :
Rx = R. (R1/R2) = R (L1/L2)
(4)
Untuk suatu konduktor homogen dengan panjang L dan luas penampang A, besar
hambatan adalah :
R =ρ (L/A)
(5)
Dari hukum Ohm, hambatan total untuk rangkaian terhubung seri dapat ditulis :
Rtot =ΣR1
(6)
Sedangkan hambatan yang terhubung parallel adalah :
1/Rtot =Σ(1/R1)
(7)
III.
PERALATAN

- 1 kawat geser
- 1 resistor 100 ohm, 1k ohm
- 1 kawat penghantar

- 1 galvanometer

- 1 power supply
- 1 hantaran standar
- 1 set kabel penghubung

IV.
PROSEDUR PERCOBAAN

1. Buatlah rangkaian seperti gambar 1, tetapi jangan dihubungkan dahulu dengan sember tangannya, pilihlah
daya ukur galvanometer yang paling tidak peka.

2. Isilah gelas beaker dengan air panas yang suhunya 70oC dan aturlah kontak geser D sehingga galvanometer
menunjukkan nol. Kemudian ubahlah daya ukur galvanometer ke daerah yang lebih peka dan atur kembali
kedudukan nol.
3. Jika kedudukan nol telah tercapai dengan daya ukur yang paling
peka maka catatlah suhu dan kedudukan titik C.
4. Ulangi pengukuran seperti pada 1,2, dan 3 dengan perubahan
suhu kira-kira 5oC.
5. Hitunglah harga tahanan NTC pada tiap suhu pengukuran dan
buat dalan bentuk tabel yang jelas.
PERCOBAAN JEMBATAN WHEATSTONE

I. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Memahami prinsip kerja Jembatan Wheatstone.
2. Menyusun sendiri rangkaian Jembatan Wheatstone.
3. Menentukan besarnya hambatan yang belum diketahui dengan Jembatan
Weatstone.
4. Menghitung hambatan pengganti untuk rangkaian seri dan paralel.

II. Dasar Teori


hambatan listrik merupakan karakteristik suatu bahan pengantar listrik/
konduktor,yang dapat di gunakan untukmengatur besarnya arus listrik yang melewati
suatu rangkaian.
Hambatan sebuah konduktor di antara dua titik diukur dengan memasang sebuah beda
potensial diantara titik-titik tersebut dan membandingkannya dengan arus listrik yang
terukur. ( R=V/ I ). Cara pengukuran hambatan listrik dengan voltmeter dan ampermeter
dapat menggunakan rangkain sperti gambar (1) dan gambar (2).

R c
a b
A
IR
IR

Gambar 1. Pengukuran Hambatan cara pertama

1. Buktikan pengukuran gambar 1 menghasilkan harga R dalam persamaan (1)


Vac
R  RA
I ac
(1)
IV
V

A
a b
R IR
IA
Gambar 2. Pengukuran hambatan cara kedua
2. Buktikan pengukuran gambar 2 menghasilkan harga R dalam persamaan (2) !
V AB
R
V
I A  AB
RV
(2)

Metode jembatan Wheatstone dapat di gunakan untuk mengukur hambatan listrik.


Cara ini tidak memerlukan alat ukur voltmeter dan amperemater,cukup satu
Galvanometer untuk melihat apakah ada arus listrik yang melalui suatu rangkaian. Prinsip
dari rangkaian jembatan Wheatstone di perlihatkan pada gambar (3).

C
RX
Ra

R
RS
E
D
S
Gambar 3. Rangkaian Jembatan Wheatstone

Keterangan Gambar :
S: Saklar penghubung
G:Galvanometer
E: Sumber tegangan arus
Rs:Hambatan geser
Ra dan Rb:Hambatan yang sudah di ketahui nilainya.
Rx: Hambatan yang akan di tentukan nilainya.
Saat saklar S di tutup,maka arus akan melewati rangkaian.Jika jarum Galvanometer
menyimpang artinya ada arus yang melewatinya,yaitu antara titik C dan D ada beda
potensial.Dengan mengatur besarnya Ra dan Rb juga hambatan geser Rs akan dapat di
capai galvanometer G tak teraliri arus,artinya tak ada beda potensial antara titik C dan D.
Dengan demikian akan berlaku persamaan :
R
Rx  a RS (3)
RB

Untuk menyederhanakan rangkaian dan untuk menghubungkan besarnya R


bergantung pada panjang penghantar, maka rangkaian jembatan Wheatstone dapat di
ubah menggunakan kawat penghantar seperti gambar (4 ) di bawah ini:
Ra RX
G B
A
L1 L2

S
E

Gambar 4. Rangkaian Jembatan Wheatstone menggunakan kontak geser di


atas kawat penghantar

Pada kawat penghantar AB di berikan suatu kontak geser yang berasl dari ujung
Galvanometer. Gunanya untuk mengatur agar tercapai pengukuran panjang L1dan L2
yang akan menghasilkan arus di Galvanometer sama dengan NOL. Oleh karena itu pada
kawat AB perlu di lengkapi skala ukuran panjang.
Dengan menghubungkan persamaan (3) dengan persamaan (4) diperoleh hasil
sebagai berikut:

L2
Rx  Ra ………………………………………………………… (5)
L1

Peralatan yang diperlukan :


a. Satu set Rangakaian Jembatan Wheatstone, yang terdiri dari :
1. DC Power Supply
2. Galvanometer
3. 2 Hambatan Pembanding ( Ra )
4. Hambatan yang akan diukur ( tertutup gelangnya )

III. Metode Percobaan

Prosedur Percobaan

1. Susun rangkaian seperti pada gambar (4). Setelah rangkaian yang anda susun di
setujui assisten, hubungkan catu daya ke jaringan PLN.
2. Tempatkan kotak geser di tengah-tengah kawat hambatan.
3. ON kan posisi saklar catu daya.
4. Geser kotak gesernya sehingga arus yang melalui Galvanometer menjadi Nol.
5. Catat harga L1 dan L2 (sertakan ketidakpastiannya).
6. Ulangi langkah nomor 3-5 untuk harga Rx yang lain.
7. Ulangi langkah nomor 1-5 untuk Rx yang di hubungkan seri (gunakan hambatan
di atas ).
8. Ulangi langkah nomor 1-5 untuk hambatan Rx yang di hubungkan paralel
( gunakan hambatan di atas).

IV. Buku Acuan


Serway, R. “Physics for scientist & Engineers With Modern Physics” , James
Madison University Harrison burg, Virginia, 1989 Bab 28.
Resnick & Haliday, “ Fisika Jilid 2 ” (terjemahan) Bab 32.

BAB I
PENDAHULUAN

Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan ilmu yang sangat pesat dalam
perkembangannya sehingga dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif dalam
kehidupan manusia. Penemuan-penemuan baru bermunculan dalam upaya untuk mencari
kesejahteraan hidup bagi kita yang melangkah dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi yang menyangkut suatu teori dan praktik hendaknya mendapat dasar-dasar
aplikasi yang nantinya dapat dikembangkan. Hal ini merupakan pengalaman yang
berguna untuk melaksanakan praktikum fisika.
Ilmu fisika merupakan suatu ilmu yang sangat penting karena sering memudahkan
untuk mewakili suatu alat/sistem secara keseluruhan dengan suatu gejala fisis. Teknik
perwakilan secara mendekati untuk suatu peralatan fisis yang rumit dengan suatu model
yang relatif sederhana merupakan suatu bagian yang penting dalam teknik elektro. Salah
satu kelebihan model semacam itu adalah dapat diterima untuk dianalisis dengan
menggunakan metode matematika yang telah dikenal sebelumnya.
Oleh karena itu, untuk lebih memahami suatu konsep fisika, maka dilaksanakan
praktikum fisika yang bertujuan agar mahasiswa :
1. Dapat mengetahui sekaligus menggunakan secara langsung alat-alat tersebut
dalam laboratorium fisika.
2. Dengan mengikuti percobaan dari beberapa peralatan fisika dapat membuktikan
akan kebenaran teori yang didapat di bangku kuliah.
3. Dapat lebih mengerti dan mengetahui karakteristik dari beberapa permasalahan
yang ada pada percobaan tersebut.
4. Karena dalam praktikum ini dibutuhkan ketelitian maka mahasiswa dituntut
memberanikan diri agar lebih teliti dan berkonsentrasi penuh dalam percobaan.

BAB II
PEDOMAN DALAM
MELAKSANAKAN PRAKTIKUM
DAN CARA PENGOLAHAN DATA

2.1 Saat mengerjakan percobaan.


1.1 Hati-hati.
Kebanyakan percobaan fisika tidak berbahaya, tetapi ada yang berbahaya. Anda
juga harus bertanggungjawab atas alat yang mahal (misal : laser, osiloskop, dsb).
Alat yang jatuh adalah suatu kecelakaan akibat kurang waspada. Salah sambung
alat elektrik adalah penyebab lain.

1.2 Pahami tujuan percobaan.


Ingat terus tujuan tersebut, jangan sampai banyak hal yang kecil membuat anda
lupa hal yang besar.

1.3 Kalau mungkin, kerjakan seluruh percobaan secara kasar dulu.


Hasil sementara ini berfungsi untuk menyesuaikan diri dengan peralatan, dan
akan memberikan jangkauan nilai yang akan anda peroleh saat mengerjakan
secara sungguh-sungguh.

1.4 Rekam pengamatan anda dalam buku ini, bukan pada secarik buram.
Data anda adalah bahan yang paling berharga yang anda miliki, dan harus
disimpan dengan baik.

2.2 Laporan
Urutan penulisan dalam pembuatan laporan
 Lembar Persetujuan.
 Lembar Asistensi.
 Kata Pengantar
 Daftar Isi
 BAB I : Pendahuluan (latar belakang, maksud dan tujuan pratikum).
 BAB II : Kegiatan dalam melaksanakan praktikum (urutan kegiatan,
analisa alat, ralat data, dsb).
 BAB III : Percobaan yang anda lakukan (konsultasi dengan
pembimbing).
 BAB IV : Penutup (kesimpulan dan saran).
 Lampiran-lampiran :
 Kartu peserta praktikum (K.P.P).
 Data pengamatan praktikum.

2.3 Ralat
Dalam suatu pecobaan kita selalu melakukan pengukuran pada besaran (variable)
yang berkaitan. Nilai hasil suatu pengukuran pada dasarnya merupakan pendekatan
dari nilai sesungguhnya. Kita tidak akan pernah tahu besarnya nilai yang
sesungguhnya, yang dapat kita ketahui apakah suatu nilai pendekatan.
Sebagai contoh bila kita melakukan pengukuran diameter kawat dengan mikro
meter, dari beberapa kali pengukuran akan kita dapatkan hasil pengukuran yang
kadang-kadang sama dan kadang-kadang berbeda. Dengan kata lain yang variasi hasil
pengukur, akibatnya kita tidak tahu nilai yang sebenarnya dari hasil pengukuran kita
tersebut.
Selisih antara nilai pengukuran dengan nilai sesungguhnya disebut sebagai ralat
(ketidakpastian pengukuran).
2.3.1 Macam-macam ralat

Berdasarkan pada faktor-faktor penyebab timbulnya, ralat dapat digolongkan


menjadi 3 macam :
A. Ralat Sistematis.
Ralat Sistematis merupakan ralat yang tetap, yang disebabkan oleh faktor-faktor :

1. Alat
a) Kesalahan kalibrasi alat, seperti pembagian skala yang tepat atau
kesalahan posisi nol.
b) Interaksi antara alat dengan yang diukur. Misalnya pengukuran arus listrik
dengan menggunakan amperemeter mempengaruhi hasil ukur dalam hal
ini arus yang terukur bukan nilai sebenarnya.

2. Kesalahan Perseorangan.
Kesalahan ini merupakan kesalahan-kesalahn yang disebaban oleh kebiasaan
pengamat. Misalnya pembaca skala yang tidak tegak lurus (kesalahan
paralaks).

3. Kondisi Percobaan.
Ini merupakan kesalahan oleh kondisi percobaan yang tidak sama dengan
kondisi ketika alat dikalibrasikan. Misalnya penimbangan benda di Malang
dengan menggunakan timbangan pegas yang dikalibrasi di London, maka
hasil penimbangan akan salah apabila tidak dilakukan koreksi terhadap
percepatan gravitasi.

4. Teknik pengukuran yang kurang sempurna.


Kesalahan ini dilakukan karena cara pengukuran yang salah. Misalnya dalam
pengukuran kalor listrik, penetapan selisih suhu awal dengan suhu kamar
tidak sama dengan selisih suhu akhir dengan suhu kamar.
Ralat-ralat sistematis seperti diuraikan diatas dapat dihindari dengan koreksi-
koreksi terhadap hasil pengukuran atau dilakukan dengan menghilangkan
penyebab timbulnya ralat.

B. Ralat Kebetulan
Ralat Kebetukan merupakan ralat yang ditimbulkan oleh faktor-faktor:

1. Kesalahan menaksir.
Pada setiap alat ukur, selalu ada pembagian skala terkecil dan penafsiran
terhadap pembagian skala terkecil dapat berlainan dari waktu ke waktu oleh
bermacam-macam sebab dan pengamat.

2. Kondisi pengukuran yang berfluktuasi.


Dalam pengukuran sering kali kondisi sekitar (pengukuran) berubah-ubah
tetapi dalam skala yang kecil, sehingga tidak dapat dirasakan secara langsung
oleh pengukur. Misalnya perubahan tekanan udara oleh suatu pengukuran titik
didih air, atau mungkin perubahan suhu udara sekitar.

3. Gangguan.
Gangguan ini merupakan faktor luar yang mempengaruhi pengukuran alat,
maupun obyek ukur. Misalnya dalam pengukuran arus listrik karena ada
getaran dari luar (kendaraan, suara, dll.), penunjuk jarum amperemeter
bergoyang, akibatnya pembacaan arus ikut berubah-ubah.

4. Definisi.
Yang dimaksud ralat jenis ini adalah keadaan obyek ukur yang dianggap
homogen. Misalnya dalam suatu pengukuran diameter pipa, karena pipanya
kurang sempurna mengakibatkan pengukuran diameter akan berbeda
tergantung posisi pengukuran.

Ralat kebetulan ini akan selalu ada dalam suatu pengukuran (tidak dengan
pengukuran yang berulang-ulang).
C. Ralat Kesalahan Tindakan Pengukuran.
Ralat jenis ini terjadi karena kesalahan yang dilakukan oleh pengukur.
Misalnya dalam mencatat waktu ayunan sebanyak 10 ayunan terjadi kesalahan
menghitung hanya sebanyak 9 ayunan.

2.4 Analisa Data.


A. Angka penting.
Adalah merupakan angka pengukuran yang diperoleh dari batas pengukuran
pada batas angka perkiraan sampai desimal tertentu, yang merupakan angka
penting dalam percobaan.

Contoh 1

Pada pembacaan skala termometer celcius ingin diperoleh data pada ketelitian
sampai dua desimal.

Termometer menunjukan angka 37,2537°C

Maka angka 3,7 dan 2 masih terbaca dengan tepat, maka disebut angka pasti,
sedangkan angka 5 adalah angka perkiraan atau angka penting. Karena penting
sekali dalam perhitungan, jadi pembacaan termometer adalah 37,25°C.

Contoh 2

Pembacaan alat ukur amperemeter 8,4246 mA (2 desimal), maka pembacaan


amperemeter adalah : 8,424 mA.

Catatan penulisan bilangan angka penting.

1. Jika bilangan itu salah satu dari : 4, 5, 6, 7, 8 dan 9 maka ditulis satu angka
saja.
2. Jika bilangan itu salah satu dari : 1, 2, dan 3 maka ditulis 2 angka.

B. Pengoperasian Bilangan
 Penulisan ilmiah
Penulisan ilmiah dari hasil ukur suatu pengoperasian bilangan misalnya
pembagian, pengurangan dan perkalian ditulis dengan penulisan sebagai
berikut:

13250 mA ditulis 1,325 . 104 atau bisa ditulis dengan pembulatan 1,33 .
104 mA.

 Pembulatan Angka Penting.

Pembulatan angka penting dengan menentukan hasil ukur, maka dengan


menaikan satu angka atau bilangan itu atau tetap. Jika di belakang angka
penting adalah angka 5 ke atas, tetapi jika angka itu di bawah angka 5, maka
bilangannya ditulis tetap.

C. Analisa Daya Statistik


Penyimpangan yang terjadi karena pengamatan, kondisi alat maupun kondisi obyek
atau situasi tempat (suhu, tekanan, dan kelembaban) dapat diperhitungkan secara
analisa data statistik.

Misal nilai pengukuran data hasil : X1, X2 ,X3, ……, Xn.

Maka dapat dianalisa sebagai berikut :

No X1 X X  X X  X ²
1. X1 X1  X X1  X ²

n
i  1
X

n
2. X2 X2  X X 2  X ²

3. dst.

i=n Xi n n n
i  1

X
i 1

Xi  x
i  1
Xi  x

n ²
Dari data di atas diketahui :

n X
1) Harga rata-rata : X 
i 1 n
2) Penyimpangan (deviasi) X = X  X (harga mutlak)

n X X
3) Rata-rata penyimpangan X  i  1 n
X X
4) Kesalahan relatif tiap percobaan Kr  x100%
x

n Kr
5) Kesalahan relatif rata-rata Kr  i  1 n
X
6) Kesalahan mutlak pengukuran Km  x100%
X

7) Penyimpangan standart (deviasi standart)


2
n X1  x
SD  i  1 n
 ±

SD
8) kesalahan yang diperbolehkan = Kd  x100%
x
9) pengukuran terbaik : pt  x ± SD

2.5 GRAFIK
Grafik adalah cara terbaik untuk mempresentasikan data anda, sebab realisasi
antara peubah akan langsung jelas. Kalau seandainya ada satu, dua titik yang keliru
akan langsung kelihatan juga. Teori grafik terlalu banyak untuk diberikan di sini.

Beberapa petunjuk saja :

a) Setiap grafik harus diberi judul, juga keterangan lengkap pada setiap sumbu yaitu
peubah dan satuan.
b) Peubah mandiri harus diletakkan di sumbu horisontal, sedangkan peubah yang
tegantung diberi pada sumbu vetikal. Ini tidak boleh terbalik, sebab memberi hasil
yang aneh. Perubah yang mandiri (x) adalah peubah yang anda ubah-ubah,
sedangkan yang tergantung (y) adalah peubah yang anda ukur, untuk menyelidiki
pengaruh akibat perubah x. misalnya dalam membukti hukum Newton, anda
merubah gaya f dan menyelidiki pengaruhnya terhadap percepatan (a), dalam hal
ini F adalah peubah mandiri, sedangkan (a) adalah peubah tergantung. Grafik F
melawan (a) mempunyai kemiringan 1/m.
c) Pilih skala tepat. Buatlah skala sederhana (jangan 3 kotak untuk 5 unit misalnya).
Isilah seluruh lembar dengan titik data. Skala tidak harus mulai dari nol.
d) Tariklah garis mulus melalui titik data. Jangan sambungkan titik data dengan
garis zig-zag.
e) Usahakan data dalam bentuk sedemikian rupa. Sehingga akan dihasilkan garis
lurus, misalnya kalau realisasi teoritis adalah y = x², jangan digrafikan x vs y,
tetapi x² vs y atau lebih baik lagi x vs y .
BAB III
HAMBATAN DALAM CEL

3.1 Tujuan percobaan


1. Memahami hukum Kirchoff I dan II.
2. Menentukan besarnya hamabatan dalam cel.
3. Memahami Hukum Ohm.
3.2 Teori Dasar
Untuk menentukan besar hambatan dalam cel atau dapat dibuat rangkaian
sebagai berikut:
Di mana : A = Amperemeter
V = Volt meter
Rs= Hambatan geser
r = Hambatan cel
I = kuat arus
Pada rangkaian di atas jika saklar S dibuka maka arus dari sumber
tegangan baterai I akan mengalir ke ampere meter A dan tegangan terukur
voltmeter V (volt).
Maka rangkaian berlaku:
V
r  Rs ohm r = hambatan cel
I
I = Kuat arus
V = Voltmeter
Rs = hambatan geser
3.3 Alat Percobaan
1. Amperemeter
2. Voltmeter
3. Baterai dan Kabel-kabel
4. Hambatan geser
5. Stop kontak

3.4 Tata Laksana


1. Susun set alat seperti gambar di atas.
2. Konsultasikan kepada pembimbing.
3. Atur hambatan pada nilai paling kecil ohm-nya, stop kontak dibuka, catat
penunjukkan nilai R, V dan I.
4. Geser hambatan untuk nilai agak besar ohm-nya, stop kontak dibuka
BAB IV
JEMBATAN WHEASTONE

4.1 Tujuan Percobaan


1. Memahami dasar pengukuran hambatan dengan metode arus nol.
2. Menentukan besar hambatan suatu penghantar sistem jembatan dengan metode
rangkaian Jembatan Weastone.

4.2 Teori Dasar


Salah satu cara yang paling sederhana untuk menentukan tahanan suatu
penghantar pada suatu rangkaian jembatan adalah dengan sistem Jembatan
Wheastone.

R R
G
s x

L L
1 2
+ _

E
Di mana : Rs = tahanan standart (ada harganya)
L1 dan L2 = tahanan kawat
Rx = tahanan yang dicari harganya.

Dengan mengetahui harga tahanan variable dari L1 dan L2 sedemikian


sehingga arus yang mengalir lewat Galvanometer (G) atau Digit tester menjadi
nol, maka keadaan ini menunjukkan rangkaian dalam keadaan seimbang, arus
saling meniadakan sesuai dengan Hukum Kirchoff I (I = 0).
Sehingga didapat hubungan :
L2  R s
Rx  ohm
L1
catatan : penentuan harga hambatan kawat L1 dan L2 dapat ditentukan atas
perbandingannya.
Misal : panjang kawat seluruhnya 1 meter = 100 ohm maka jika L 1 = 40 cm =
(40/100) x 100 = 40 ohm dan panjang L 2 = 100 cm – 40 cm = 60 cm,
berarti = 60 ohm.

4.3 Alat Percobaan


1. Tahanan standart
2. Tahanan kawat
3. Galvanometer atau digit meter
4. Sumber tegangan DC (power supply 220/12 V)
5. Set tahanan kawat
6. Rool meter dan kabel secukupnya.

R R
G
s x

L L
1 2
+ _
E
Gambar Percobaan Jembatan Wheastone
4.4 Langkah Kegiatan
1. Susunlah alat percobaan seperti gambar diatas
2. Tentukan hambatan standart, konsultasikan pembimbing.
3. Atur hambatan kawat/geser kawat kiri sehingga angka Galvanometer/digit meter
menunjukkan angka nol.
4. Catat harga hambatan kawat L1 dan L2.
5. Ulangi untuk harga hambatan standart yang lain 4 kali lagi dan datakan.

4.5 Data Pengamatan

No. L1 (mm) L2 (mm) Rs (ohm) Rx (ohm)


1 575 425 270 199,56
2 672 328 390 190,35
3 713 287 470 189,18
4 790 210 680 180,76
5 820 180 820 180,00

4.6 Tugas dan Pertanyaan


1. Tentukan persamaan terpakai dalam menentukan Rx.
2. Mengapa pada percobaan Galvanometer harus nol, terangkan secara singkat.
3. Tentukan harga Rx pada percobaan.
4. Hitung kesalahan relatif tiap percobaan
5. Hitung standart deviasinya dan kesalahan mutlaknya.
6. Pada rangkaian di bawah ini tentukan besar hambatan total system jembatan
v

7. Apakah besar tegangan memepengaruhi Rx, jelaskan.


8. Kesimpulan percobaan

4.7 Penyelesaian Tugas Jembatan Wheat stone


1. Penurunan persamaan terpakai dalam menentukan Rx
Rs Rx

L1 L2
_
+

V
I .............. Sesuai hukum Ohm
R
I  I1  I 2 ........... Sesuai hukum kirchoff I

L L L
I ; R AD  1 ; R DC  2
A A A
i AB  i1 * R ; VAD  i 2 * R AD

Maka perbandingannya adalah :


R AD : R OC  L1 : L 2
VA  VB  i1 * R
VA  VD  i1 * R _
VD  VB  i1 * R  i 2 * R AD
i G  0  VB  VD
0  i1 * R  i 2 * R AD
i 2 * R AD  i1 * R
………………………………………(I)

VB  VC  i1 * R X
VD  VDC  i 2 * R DC _

0 = i1 – i2 * RDC
i2 * RDC = i1 * RX ………………………………………(II)
( I ) i2 * RAD i *R
  1
( II ) i2 * RDC i1 * RX
L1 R , maka

L2 RX
R * L2
Rx  (terbukti)
L1
2. Penjelasan Galvanometer harus nol :
Galvanometer harus nol disebabkan geometri medan tempat
kumparannya bergerak maka defleksi galvanometer D Arsonval bukan
berbanding lurus dengan arus dalam kumparan galvanometer, kecuali untuk
sudut defleksi yang relatif kecil. Karena itu alat ini dipakai sebagai alat nol ;
artinya yang dipakai berhubungan dengan rangkaian seperti jembatan
Wheatstone atau potensial potensio meter, di mana ada elemen-elemen
lainnya yang harus disetel sedemikian rupa sehingga arus galvanometer
manjadi nol

3. Perhitungan harga RX :
L2  RS
RX 
L1
425  270
RX !   199,56
575
328  390
RX 2   190,35
672
287  470
RX 3   189,18
713
210  680
RX 4   180,76
790
180  820
RX 5   180,00
820

R Xrata rata 
199,56  190,35  189,18  180,76  180  187.97
5

4. Perhitungan kesalahan relatif tiap percobaan


R X  R Xraea rata
RX   100%

199,56  187,97
K r1   100%  6,17%
187,97

190,35  187,97
Kr2   100%  1,27%
187,97
189,18  187,97
K r3   100%  0,64%
187,97

180,76  187,97
K e4   100%  3,84%
187,97

180  187,97
K r5   100%  4,24%
187,97

6,17  1,27  0,64  3,84  4,24


K r ratarata   100%  3.23%
5
5. Perhitungan standar deviasi (SD)

2
No RX NRX RX  NRX R X  NRX

1 199,56 187,97 11,59 134,33


2 190,35 187,97 2,38 5,66
3 189,18 187,97 1.21 1,46
4 180,76 187,97 7,21 51,98
5 180,00 187,97 7,97 63,52

6. Perhitungan hambatan total rangkaian jembatan :

(R 1  R3) (R3  R6)


Ra  Rb  (R1 * R6)
R1  R 3  R 6 R1  R3  R6
c R 
R1  R3  R6
RA = R ! + R 2
RB =R3 + R4
Maka Rtotal (Rt) = 1/RA + !/RB +R5
= (1/R1+R2) + (1/R3+R4) +R5
7. Besar tegangan tidak mempengaruhi harga Rx karena pada rangkaian Jembatan
Wheatstonei ini arus yang mengaliri melalui Galvanometer harus menunjukan
angka nol sehingga harga Rx disini ditentukan oleh nilai tahanan kawat dan
tahanan standar.
8. Kesimpulan percobaan
a. Nilai hambatan setiap komponen dapat dihitung dengan menggunakan
cara Jembatan Wheatstone.
b. Jembatan Wheatstone adalah meerupakan metode pengukuran tahanan
listrik dengan ketelitian yang tinggi.
c. Apabila harga Rs semakin besar maka besarnya nilai Rx yang kita cari
akan semakin kecil.

BAB V
KONSTANTA PEGAS

4.1 Tujuan Percobaan


1. Menentukan harga konstanta pegas dengan metode pembebanan.
2. Menenyukan harga konstanta pegas dengan metode geraran selaras.
3. Menentukan hubungan pegas dengan periode getar.

4.2 Teori Dasar


Bila sebuah pegas digantung vertikal dengan panjang (L0) kemudian pegas diberi
beban dengan massa (m), maka pegas panjangnya menjadi (L), atau pegas mengalami
pertambahan panjang : X  L  L 0
m* g
Maka harga konstanta pegas dapat di tentukan : k 
X
Tetapi jika pegas digantung vertikan ke bawah kemudian pegas diberi beban dan
digetarkan, maka pegas mengalami getaran selaras yang dapat ditentukan oleh
periode getaranya (T)
t
Periode getar dapat dicari hubungannya dengan waktu : T  , di mana t adalah
n
waktu untuk n kali getaran melalui titik setimbang. Maka besarnya konstanta pegas

4 2 * m
dapat ditentukan dengan persamaan : k ,
T2

Di mana k = konstanta pegas


m = massa beban
T = periode
g = konstanta gravitasi bumi (980 cm/det2)

4.3 Alat percobaan


1. Statip tegak
2. Pegas atau pir
3. Stop watch
4. Rool meter
5. Neraca lengan
6. Beban atau massa

4.4 Langkah percobaan


1. Gantungkan pegas dan ukur panjang mula-mula (L0).
2. Timbang massa beban (m) dan gantungkan pada pegas.
3. Ukur panjang pegas setelah diberi beban (L).
4. Ulangi untuk massa beban yang berbeda 4 kali lagi, kemudian datakan.
5. Ambil massa beban (m) gantungkan massa pegas beri tanda letak titik
setimbangnya, pegas simpangkan supaya terjadi getaran.
6. Hitung banyaknya getaran (selama beban melewati titik setimbang) sebanyak n
kali dalam waktu t detik.
7. Ulangi untuk simpangan-simpangan yang berbeda 4 kali lagi, kemudian datakan

lo
t (detik)
l
n (kali)

a. Sistem pembebanan b. Sistem getaran


b.

4.5 Data pengamatan


a. Sistem pembebanan
No m (gr) l0 (cm) l(cm) x(cm)
1 50 19,7 23,5 3,8
2 100 19,7 27,5 7,8
3 150 19,7 31,5 11,8
4 200 19,7 35,5 15,8
5 250 19,7 39,5 19,8

b. Sistem getaran
No m(gr) n(kali) s(detik) T(detik)
1 200 5 4,29 0,858
2 200 8 6,57 0,821
3 200 11 9,16 0.832
4 200 14 11,8 0.842
5 200 17 14,06 0.827

4.6 Tugas dan Pertanyaan


1. Turunkan persamaan untuk menghitung konstanta pegas berdasarkan teori
pembebanan dan teori sistem getaran.
2. Pada kedua metode yang digunakan, manakah hasil yang paling tepat digunakan
untuk menentukan harga konstanta pegas.
3. Apa hubungan nilai konstanta pegas dengan nilai elastisitas, jelaskan arti
keduanya.
4. Nilai apa yang mempengaruhi harga konstanta pegas, dilihat dari nilai renggangan
dan tegangan (strains dan stress bahan), jelaskan.
5. Tentukan harga konstanta pegas sistem pembebanan dan sistem getaran, hitung
juga rata-ratanya.
6. Bandingkan harga kedua sistem, jelaskan.
7. Tentukan kesalahan relatifnya kedua sistem.
8. Hitung standart deviasinya.
9. Kesimpulan percobaan.

4.6 Penyelesaian
1. Penurunan persamaan terpakai
a. Sistem pembebanan

F. = m.g

F. = k . x
m.g
Sehingga, k .x  m.g k 
x
dimana : k = Konstanta pegas
F = Gaya
x = Selisih panjang (m)
m = Massa beban (gr)
g = Gravitasi bumi
b. Sistem getaran
x  A x  A cos t    ………………… .(1)

Hukum Hooke : F = k .x ……………………(2)


Hukum Newton II : F = m . a ……………………(3)

Dari persamaan (1) dan (2) maka didapat :


M .a =-k . x
d 2t
m   k .x........................................................... 4 
dt 2
dx
v  A sin  t   
dt

d 2x
a   A 2 cos t   ..................................... 5
dt 2
persamaan (1) dan (5) di substitusikan ke persamaan (4)
 
m  A 2 cos t     k . cos t   
2
m. 2  k  2
 k
  
k  T m
2 
m 4 2 k
2

 T2 m
T 4 m
2
k
T2
Jadi :

4 2 m
k 
T2

Keterangan : k = Konstanta (N/m)


m = Massa benda (kg)
T = Priode (s)
 = Kecepatan anguler (rad/s)
f = Frekwensi
2. Pada kedua metode di atas harga yang paling tepat untuk menentukan
konstanta pegas adalah metode pembebanan, karena metode ini, kita dapat
langsung tambahkan panjang, sedangkan kalau dengan metode getaran kita
harus menghitung priode yang memungkinkan kesalahan besar.
3. Hubungan nilai konstanta pegas dengan nilai elastisitas adalah nilai konstanta
pegas akan mempengaruhi nilai elastisitas, karena apabila nilai konstanta pegas
naik maka nilai elastisitas naik pula, begitu pula kalau nilainya turun. Terbukti
dengan persamaan seperti berikut :
F
k
x
F  k .x
 F F .l
E  
e A l. A
l
l
k .x.l
E
l . A
Dimana : k = konstanta pegas (N/m)
F = gaya (N)
E = elastisitas (Nm-2)
A = luas penampang (m2)

4. Nilai yang mempengaruhi harga konstanta pegas terhadap nilai regangan dan
tegangan :
a. Nilai massa yang diperlukan ( m )
b. Waktu periode yang terjadi ( T )
c. Nilai elastisitas pegas yang diperlukan
5. Perhitungan harga konstanta pegas :
a. sistem Pembebanan
K = mg/x
50  980
K 1 =  12894,74 gr/ dt 2
3,8

100  980
K 2 =  12564,10 gr/ dt 2
7,8

150  980
K 3 =  12457.63 gr/ dt 2
11,8

200  980
K 4 =  12405,06 gr/ dt 2
15,8

250  980
K 5 =  12373,74 gr/ dt 2
19,8

K ratat  rata =
12894,74  12564,10  12457,63  12405,06  12373,74
gr/ dt 2
5
= 12539,05 gr/ dt 2

b. Sistem Getaran
K = 4 2  m T 2
4(3,14) 2  200
K1   10714,57 gr/ dt 2
(0,858) 2

4(3,14) 2  200
K2   11702 ,08 gr/ dt 2
(0,821) 2

4(3,14) 2  200
K3   11394 ,69 gr/ dt 2
(0,832) 2

4(3,14) 2  200
K4   11125 ,64 gr/ dt 2
(0,842) 2

4(3,14) 2  200
K5   11532,89 gr/ dt 2
(0,827) 2

K rata rata 
10714,57  11702,08  11394,69  11125,64  11532,89
gr/ dt 2
5
= 11293,97 gr/ dt 2
6. Perbandingan kedua sistem
 Harga konstanta pegas dalam metode pembebanan dipengaruhi oleh panjang
mula-mula pegas, setelah diberi beban dan penambahan panjang.
 Harga konstanta pegas dengan metode getaran selaras dipengaruhi oleh
banyak getaran dan waktu yang diperlukan getaran sebanyak n kali dan
periode.

7. Kesalahan relatif kedua sistem.


a. Sistem Pembebanan
kr  k
Kr =  100 %
k

12894,74  12539,05
Kr1 =  100%  2,84 %
12539,05

12564,10  12539,05
Kr2 =  100%  0,20 %
12539,05

12457,63  12539,05
Kr3 =  100%  0,65 %
12539,05

12405,06  12539,05
Kr4 =  100%  1,07 %
12539,05

12373,74  12539,05
Kr5 =  100%  1,32%
12539,05

2,84  0,20  0,65  1,07  1,32


Kr rata-rata = = 1,22%
5

b. Sistem getaran
10714,57  11293,97
 100
Kr1 = 11293,97 % = 5,13 %
11702,08  11293,97
 100
Kr2 = 11293,97 % = 3,61 %
11394,69  11293,97
 100
Kr3 = 11293,97 % = 0,89 %
11125 ,64  11293,97
 100
Kr4 = 11293,97 %= 1,49 %
11532 ,89  11293,97
 100
Kr5 = 11293,97 % = 2,12 %
(5,13  3,61  0,89  1,49  2,12)
Kr rata-rata = % = 2,65 %
5

8. Perhitungan standart Deviasi


a. sistem pembebanan
No. K k |K.- k | |K.- k |2
1 12894,74 12539,05 355,69 126515,38
2 12564,10 12539,05 25,05 627,50
3 12457,63 12539,05 81,42 6629,22
4 12405,06 12539,05 133,99 17953,32
5 12373,74 12539,05 165,31 27327,40
179052,82

179052,82
SD = = 189,24
5

b.Sistem getaran.
No. K k |K.- k | |K.- k |2
1. 10718,57 11293,97 575,40 331085,16
2. 11702,08 11293,97 408,11 166553,77
3. 11394,69 11293,97 100,72 10144,52
4. 11125,64 11293,97 168,33 28334,99
5. 11532,89 11293,97 238,92 57082,77
593201,21

593201,21
SD = = 344,44
5
9. Kesimpulan percobaan
a. Makin besar massa yang dipergunakan maka pertambahan panjang pada
sistem pembebanan akan semakin besar.
b. Semakin banyak getaran yang dilakukan pad sistem getaran, waktu yang
diperlukan semakin banyak sehingga periodenya semakin besar.
c. Pada sistem pembebanan nilai k. ditentukan oleh massa gravitasi dan
pertambahan panjang.
d. Pada sistem getaran nilai k. ditentukan banyaknya getaran, massa,dan
periode.

BAB V
DIFRAKSI CAHAYA

5.1 Tujuan Percobaan


1. menentukan panjang cahaya laser.
2. memahami proses difraksi cahaya oleh celah sempit dan menentukan lebar
celah dan jarak antara celah dengan menggunakan laser He-Ne.

5.2 Teori Dasar


Salah satu alat menghasilkan garis spektrum adalah kisi atau celah sempit
yang merupakan sebaris celah yang sangat berdekatan.
Jika seberkas sinar dilewatkan sebuah kisi maka perjalanan gelombang
cahaya terganggu oleh bagian celah yang tak tembus cahaya, sebagian muka
gelombang cahaya diteruskan (seperti gambar).

LAYAR

S P
I
N Q
A Y1
R R Y2
Y3

Percobaan Difraksi Cahaya

Pada gambar terlihat bahwa P, Q, R merupakan celah sempit, dimana


gelombang datang (dari laser) setelah lewat kisi didifraksikan membentuk muka
gelombang baru dengan sudut α1 ; α2 dan seterusnya, muka gelombang baru
tersebut merupakan daerah terang dan tak terlihat merupakan daerah gelap. Untuk
daerah terang pertama ke gelap pertama dikatakan mempunyai orde pertama
(n=1) dan seterusnya. Daerah gelap atau terang kedua mempunyai orde kedua
(n=2) dan seterusnya.
Maka panjang gelombang cahaya laser dapat ditentukan dengan
persmaaan sebagai berikut:
Dimana :
λ = panjang gelombang
λ = d Sin α d = panjang kisi atau celah
n
α = sudut difraksi

Catatan : untuk menentukan nilai sudut difraksi

Y
sin   B  Y 2  A2
Y  A2
2

Y

B

5.3 Alat Percobaan


1. Sumber cahaya laser
2. Kisi difraksi
3. Layar dan rool meter
4. Bangku optik
5. Sumber tegangan 220 V

5.4 Langkah Kegiatan


1. Susunlah alat seperti pada gambar dibawah ini, laser jangan di
hubungkan dengan sumber tegangan terlebih dahulu.

LAYAR

KISI

LASER
2. Ukur jarak kisi / celah ke layar , sebagai jarak A (cm).
3. Hubungkan laser dengan sumber tegengan , maka akan terlihat pola
difraksi , tentukan dulu titik orde n=0 (titik tengah), kemudian ukur jarak Y (cm)
Yang merupakan jarak titik terang nol ke titik terang pertama (n=1).
4. Ulangi kegiatan diatas 4 kali lagi untuk jarak A yang beda dan ukur
pusat titik terang berikutnya.
5. Konsultasikan data pengamatan pada pembimbing , datakan.

Catatan :
Jangan sekali-kali mengintip / melihat berkas celah laser secara langsung,
karena dapat merusak retina mata.

5.5 Data Pengamatan


No. n A (cm) Y (cm) B= Y 2  A 2 (cm)  (cm) Sin 
1. 1 220 15 220,51 6,806.10-5 0,068
2. 2 230 31 232,08 6,656.10-5 0,133
3. 3 240 48,5 244,85 6,606.10-5 0,198
4. 4 250 68 259,08 6,55610-5 0,262
5. 5 260 91 275,46 6,606.10-5 0,330

5.6 Tugas Dan Pertanyaan


1. Turunkan persamaan terpakai untuk menghitung panjang gelombang cahaya laser.
2. Apa kegunaan kisi atau celah pada percobaan, jelaskan.
3 Apa yang dimaksud pola gelap terang yang menunjukan nilai orde (daerah) pada
percobaan.
4. Ukur jarak λ (cm) yang merupakan jarak titik terang nol ke titik terang pertama
(n=1).
5. Hitung kesalahan relatip tiap percobaan (Kr).
6. Hitung standart deviasi (SD) dan kesalahan mutlaknya (Km).
7. Berapa harga pengukuran terbaik untuk panjang gelombang.
8. Kesimpulan percobaan.

5.7 Lembar Penyelesaian


1.Penurunan persamaan terpakai ()
Berkas sinar didatangkan tegak lurus pada bidang bercelah tunggal. Karena
membelokan arah perambatan cahaya, maka terbentuk sudut pembelokan . Dua
lintasan cahaya yang melalui A dan B mempunyai selisih jarak / panjang lintasan y

s d . sin 
dengan beda fase q  . Oleh karena itu s = d.sin , dan q = ,maka:
 
d . sin  d . sin 
Q=nn= , 
 n

2.Kegunaan kisi difraksi adalah:

Untuk menghasilkan garis spektrum orde dengan cara melewatkan seberkas


cahaya pada celah sempit, sehingga perjalanan cahaya akan terganggu dan akan
menghasilkan pola difraksi dari sinar tunggal ke sinar banyak.
3. Pengertian pola gelap terang untuk daerah (orde) adalah
Pola Terang
Apabila dua buah gelombang cahaya bersama-sama sampai pada titik layar
dengan fase yang sama, maka kedua gelombang akan saling memperkuat dan
menghasilkan gelombang cahaya baru yang terang pada layar.
Pola Gelap
Apabila dua buah golombang cahaya bersama-sama sampai pada titik layar
dengan fase yang berbeda, maka kedua gelombang tersebut akan saling
memperkuat dan menghasilakn gelombang cahaya baru yang gelap pada layar.
4. Perhitungan panjang gelombang pola Difraksi () :
d .Sin 1
= d   1,001.10 3
n 999

1,001.10 3.0,068
1   6,806.10 5 cm
1

1,001.10 3.0,133
2  .  6,656.10 5 cm
2

1,001.10 3.0,198
3  .  6,606.10 5 cm
3

1,001.10 3.0,262
4   6,556  10 5 cm
4

1,001.10 3.0,330
5   6,606.10 5 cm
5

rata  rata 
 6, ,806  6,656  6,606  6,556  6,60610 5  6,646.10 5 cm
5

5. Perhitungan kesalahan relatif tiap percobaan (Kr)


 
Kr =  100 %

6,806.10 5  6,646.10 5
 100%  2,40%
Kr1 = 6,646.10 5

6,656.10 5  6,646.10 5
 100%  0,15%
Kr2 = 6,646.10 5
6,606.10 5  6,646.10 5
 100%  0,60%
Kr3 = 6,646.10 5

6,556.10 5  6,646.10 5
 100%  1,35%
Kr4 = 6,646.10 5

6,606.10 5  6,646.10 5
 100%  0,60%
Kr5 = 6,646.10 5

(2,40  0,15  0,60  1,35  0,60).10 5


%  1,02%
Kr rata-rata = 5

6. Perhitungan standart deviasi (SD) dan kesalahan mutlak (Km)


2
 n  
SD =
n

No.   rata-rata n   n  
2

1. 6,806.10-5 6,646 10-5 0,16.10-5 0,0256.10-14


2. 6,656.10-5 6,.646.10-5 0,01.10-5 1.10-14
3. 6,606.10-5 6,646.10-5 0,04.10-5 0,16.10-14
4. 6,556.10-5 6,646.10-5 0,09.10-5 0,81.10-14
5. 6,606.10-5 6,646.10-5 0,04.10-5 0,16.10-14
2,1556.10-14
2,1556.10 14
SD = =  0,65 .10-7
5

7.Harga pengukuran terbaik


Pt = λrata-rata  SD
Pt =6,646.10-5 + 0,65.10-7
= 6, 6525.10-5

8.Kesimpulan percobaan
a. Untuk menentukan panjang gelombamg besar percobaan :
Difraksi cahaya yaitu, di mana sinar laser dilewatkan pada sebuah kisi atau
celah sempit maka sebagian diteruskan dan lainnya didifraksikan membentuk
muka gelombang baru.
Perhitungan λ dengan formulasi sebagai berikut
d sin 

n
b. Proses difraksi cahaya adalah pembiasan suatu sinar dari sumber sinar yang
ditembakkan ke kisi/celah sehingga bayangan pada layer di mana bayangan
tadi membentuk beberapa orde 1, 2, 3 dan seterusnya.

BAB VII
PEMBENTUKAN BAYANGAN OLEH LENSA POSITF

7.1 Tujuan Percobaan


1. Menentukan letak bayangan benda.
2. Menentukan fokus darilensa positif.
3. Memahami jalannya sinar pada lensa positif.

7.2 Teori Dasar


Suatu benda diletakkan relatif agak jauh atau di depan lensa positif, maka
bayangan benda yang dibentuk oleh lensa dapat diamati atau dapat ditangkap pada layar
yang di belakang lensa.
Maka cara menentukan bayangan adalah yaitu dengan jalan menggeser layar pada
kedudukan tertentu, maju atau mundur sehingga diperoleh bayangan benda paling jelas,
yang berarti bayangan benda berada tepat pada jarak fokus benda, sehingga berlaku
persamaan untuk lensa :

1 1 1 1 S  S' S  S'
     f 
f S S' f S  S' S  S'

Dimana : f = Jarak fokus lensa


S = Jarak benda dengan lensa
SI = Jarak bayangan dengan lensa

7.3 Alat-alat percobaan


1. lensa positif
2. Bangku optik
3. Layar
4. Benda
5. Sumber cahaya

7.4 Langkah kegiatan


1. Susun set percobaan seperti gambar di bawah ini :

lampu layar
Lensa +
Benda

S S’

2. Bentuk bayangan benda B oleh lensa L denagn menggeser letak layar T.


3. Ubah kedudukan benda terhadap lensa dan tentukan lagi bayangan benda 4 kali
lagi
4. Datakan hasil percobaan di lembar data percobaan

7.5 Data percobaan


Jarak benda Jarak bayangan Fokus lensa
No
(S) (SI) (f)
1 15 23,6 9,17
2 20 19 9,74
3 25 16 9,75
4 30 15 10
5 35 14 10

7.6 Tugas dan Pertanyaan


1. Tentukan jarak fokus lensa fositif.
2. Untuk mencari bayangan suatu benda digunakan 3 sinar istimewa gambarkan
ketiga sinar istimewa itu.
3. Hitung kesalahan relatif tiap percobaan.
4. Tentukan kesalahan standartnya.
5. Jelaskan sifat-sifat dari lensa positif.
6. Kesimpulan dari percobaan.

7.7 LembarPenyelesaian
1. Menentukan focus lensa (f)
1 1 1 1 S  S' SS '
     f 
f S S' f S * S' S  S'

15  23,6
f1   9,17 Cm
15  23,6

20  19
f1   9,74 Cm
20  19
25  16
f3   9,75 Cm
25  16
30  15
f4   10 Cm
30  15
35  14
f5   10 Cm
35  14

f Rata rata 
 9,17  9,74  9,75  10  10  9,73 cm
5

2. Gambar 3 sinar istimewa pada lensa positif

1
2

Keterangan :
1. Sinar datang sejajar sumbu utama, dibiaskan melalui titik fokus (f)
2. Sinar datang melalui melalui pusat optis diteruskan
3. Sinar datang melalui titik fokus (f), dibiskan sejajar sumbu utama
3. Menghitung kesalahan relatif
f  f Rata  rata
Kr   100%
f Rata  rata

(9,17  9,73
K r1  x100%  5,76%
9,73
9,74  9.73
Kr2   100%  0,10%
9,73
(9,75  9,73
K r3   100%  0,21%
9,73
10  9,73
Kr4   100%  2,78%
9,73
10  9,73
K r5  100%  2,78%
9,73

K rata rata 
 5,76  0,10  0,21  2,78  2,78 %  2,326%
5

4. Menghitung Standard Deviasi (SD)


2
No. F F F- F F F

1 9,17 9,73 0,56 0,3136


2 9,74 9,73 0,01 0,0001
3 9,75 9,73 0,02 0,0004
4 10 9,73 0.027 0,0729
5 10 9,73 0.027 0,0729
0,04599
Kesalahan standar :
0,04599
SD   0,3032
5

5. Sifat-sifat lensa positif


 Dapat mengumpulkan sinar ( konvergen )
 Apabila benda terletak antara O dan F, sifat bayangan: tegak, maya,
diperbesar
 Apabila benda terletak tepat di F, bayangan terbentuk di tempat jauh,
sebab sinar – sinar bias merupakan berkas sinar yang sejajar
 Apabila benda terletak di antara F dan 2F, sifat bayangan: Terbalik, nyata,
diperbesar
 Apabila benda terletak di 2F, sifat bayangan: Terbalik, nyata, sama besar
6. Kesimpulan
a. Lensa adalah benda bening tembus cahaya yang permukaannya
merupakan lensa lengkung bola.
b. Bayangan benda tidak dapat ditangkap layar dengan jelas bila benda tidak
berada di titik fokus lensa
c. Berdasarkan hasil percobaan kita dapat mengetahui sifat–sifat lensa
positif, juga jarak fokus lensa dengan jalan menggerakkan benda.
d. Fokus lensa yang dipakai memiliki jarak fokus 9.98 cm dari lensa ke
benda.

BAB VIII
PENUTUP
8.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan:
1. Hasil-hasil yang diperoleh dalam praktikum tidak ada yang sama persis
dengan perhitungan teori.
2. Hasil-hasil yang diperoleh sedikit banyak dipengaruhi oleh berbagai macam
hal, baik itu praktikum sendiri maupun alat yang dipakai, secara garis besar
dapat dikatakan berdasarkan beberapa praktek :
 Ketelitian pengamatan praktikum.
 Ketelitian alat yang dipakai.
 Keadaan dan situasi praktikum.

8.2 Saran-saran
Untuk mendapatkan data yang akurat, dari praktikum tersebut yang akurat, dari
praktikum tersebut yang sesuai dengan yang diinginkan, maka ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan, antara lain:
 Penguasaan teori dasar
 Prosedur kerja
 Penguasaan alat yang tepat
 Pembuatan laporan yang selayaknya ada pedoman termasuk format
pengetikan sehingga terwujud keberagaman dalam laporan. Hal-hal tersebut
merupakan kendala bagi manusia, sehingga perlu perhatian khusus, maka
kami sarankan untuk memahami apa yang diperoleh pada perkuliahan agar
dapat memecahkan kesulitan dalam melaksanakan praktikum terutama dalam
menghadapi alat-alat praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
1. Jakarta, New York, Jakarta, 1962
2. Search Zemansky, Fisika Untuk Universitas, Yayasan Buku Dana Indonesia,
Jakarta , New York, Jakarta, 1962
3. Kasdoen Samsuatmojo Search Zemansky, Fisika Untuk Universitas, Yayasan Buku
Dana Indonesia,, Fisika II Listrik, Malang, 1991.
Nor Azmar dan Farid Madji, Penuntun Praktikum Fisika Dasar, Malang

Anda mungkin juga menyukai