I.
TUJUAN PERCOBAAN
- Mempelajari rangkaian jembatanwheatstone sebagai pengukur hambatan.
- Mengukur besar hambatan dan membuktikan hukum hubungan seri dan
parallel.
- Menentukan hambatan jenis suatu kawat penghantar.
II.
PRINSIP DASAR
Hukum Kirchoff pertama menyatakan pada setiap titik percabangan jumlah aljabar arus
adalah nol :
ΣI n = 0
(1)
Disini In adalah arus yang menuju atau meninggalkan titik percabangan. Hal ini berarti
jumlah arus yang masuk sama dengan jumlah arus yang keluar.
Hukum Kirchoff kedua menyatakan di dalam suatu rangkaian tertutup dari suatu jaringan,
jumlah potensial sama dengan nol atau dapat ditulis :
Σv n = 0
(2)
Apabila terdapat titik-titik a,b,c,d,e,……, maka Vaa = Vab + Vbc + Vcd + …….+ V…a
Hukum Kirchoff II ini berlaku pada jaringan penghantar linear dan pada setiap kondisi
material tidak reaktif.
Ekspresi lain dari hukum Kirchoff dengan memperhatikan arus dan tegangan serta
konvensi tanda yang benar :
Σ(In.Rn - Vn) = 0
(3)
Disini Rs adalah hambatan dari penghantar ke-n dan Vn besar tegangan.
Skema jembatan Wheatstone :
C
X
R
A
B
D
Gambar 1. Rangkaian jembatan Wheatstone
G
Untuk rangkaian jembatan Wheatstone seperti gambar 1, diperoleh :
Rx = R. (R1/R2) = R (L1/L2)
(4)
Untuk suatu konduktor homogen dengan panjang L dan luas penampang A, besar
hambatan adalah :
R =ρ (L/A)
(5)
Dari hukum Ohm, hambatan total untuk rangkaian terhubung seri dapat ditulis :
Rtot =ΣR1
(6)
Sedangkan hambatan yang terhubung parallel adalah :
1/Rtot =Σ(1/R1)
(7)
III.
PERALATAN
- 1 kawat geser
- 1 resistor 100 ohm, 1k ohm
- 1 kawat penghantar
- 1 galvanometer
- 1 power supply
- 1 hantaran standar
- 1 set kabel penghubung
IV.
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Buatlah rangkaian seperti gambar 1, tetapi jangan dihubungkan dahulu dengan sember tangannya, pilihlah
daya ukur galvanometer yang paling tidak peka.
2. Isilah gelas beaker dengan air panas yang suhunya 70oC dan aturlah kontak geser D sehingga galvanometer
menunjukkan nol. Kemudian ubahlah daya ukur galvanometer ke daerah yang lebih peka dan atur kembali
kedudukan nol.
3. Jika kedudukan nol telah tercapai dengan daya ukur yang paling
peka maka catatlah suhu dan kedudukan titik C.
4. Ulangi pengukuran seperti pada 1,2, dan 3 dengan perubahan
suhu kira-kira 5oC.
5. Hitunglah harga tahanan NTC pada tiap suhu pengukuran dan
buat dalan bentuk tabel yang jelas.
PERCOBAAN JEMBATAN WHEATSTONE
I. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Memahami prinsip kerja Jembatan Wheatstone.
2. Menyusun sendiri rangkaian Jembatan Wheatstone.
3. Menentukan besarnya hambatan yang belum diketahui dengan Jembatan
Weatstone.
4. Menghitung hambatan pengganti untuk rangkaian seri dan paralel.
R c
a b
A
IR
IR
A
a b
R IR
IA
Gambar 2. Pengukuran hambatan cara kedua
2. Buktikan pengukuran gambar 2 menghasilkan harga R dalam persamaan (2) !
V AB
R
V
I A AB
RV
(2)
C
RX
Ra
R
RS
E
D
S
Gambar 3. Rangkaian Jembatan Wheatstone
Keterangan Gambar :
S: Saklar penghubung
G:Galvanometer
E: Sumber tegangan arus
Rs:Hambatan geser
Ra dan Rb:Hambatan yang sudah di ketahui nilainya.
Rx: Hambatan yang akan di tentukan nilainya.
Saat saklar S di tutup,maka arus akan melewati rangkaian.Jika jarum Galvanometer
menyimpang artinya ada arus yang melewatinya,yaitu antara titik C dan D ada beda
potensial.Dengan mengatur besarnya Ra dan Rb juga hambatan geser Rs akan dapat di
capai galvanometer G tak teraliri arus,artinya tak ada beda potensial antara titik C dan D.
Dengan demikian akan berlaku persamaan :
R
Rx a RS (3)
RB
S
E
Pada kawat penghantar AB di berikan suatu kontak geser yang berasl dari ujung
Galvanometer. Gunanya untuk mengatur agar tercapai pengukuran panjang L1dan L2
yang akan menghasilkan arus di Galvanometer sama dengan NOL. Oleh karena itu pada
kawat AB perlu di lengkapi skala ukuran panjang.
Dengan menghubungkan persamaan (3) dengan persamaan (4) diperoleh hasil
sebagai berikut:
L2
Rx Ra ………………………………………………………… (5)
L1
Prosedur Percobaan
1. Susun rangkaian seperti pada gambar (4). Setelah rangkaian yang anda susun di
setujui assisten, hubungkan catu daya ke jaringan PLN.
2. Tempatkan kotak geser di tengah-tengah kawat hambatan.
3. ON kan posisi saklar catu daya.
4. Geser kotak gesernya sehingga arus yang melalui Galvanometer menjadi Nol.
5. Catat harga L1 dan L2 (sertakan ketidakpastiannya).
6. Ulangi langkah nomor 3-5 untuk harga Rx yang lain.
7. Ulangi langkah nomor 1-5 untuk Rx yang di hubungkan seri (gunakan hambatan
di atas ).
8. Ulangi langkah nomor 1-5 untuk hambatan Rx yang di hubungkan paralel
( gunakan hambatan di atas).
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan ilmu yang sangat pesat dalam
perkembangannya sehingga dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif dalam
kehidupan manusia. Penemuan-penemuan baru bermunculan dalam upaya untuk mencari
kesejahteraan hidup bagi kita yang melangkah dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi yang menyangkut suatu teori dan praktik hendaknya mendapat dasar-dasar
aplikasi yang nantinya dapat dikembangkan. Hal ini merupakan pengalaman yang
berguna untuk melaksanakan praktikum fisika.
Ilmu fisika merupakan suatu ilmu yang sangat penting karena sering memudahkan
untuk mewakili suatu alat/sistem secara keseluruhan dengan suatu gejala fisis. Teknik
perwakilan secara mendekati untuk suatu peralatan fisis yang rumit dengan suatu model
yang relatif sederhana merupakan suatu bagian yang penting dalam teknik elektro. Salah
satu kelebihan model semacam itu adalah dapat diterima untuk dianalisis dengan
menggunakan metode matematika yang telah dikenal sebelumnya.
Oleh karena itu, untuk lebih memahami suatu konsep fisika, maka dilaksanakan
praktikum fisika yang bertujuan agar mahasiswa :
1. Dapat mengetahui sekaligus menggunakan secara langsung alat-alat tersebut
dalam laboratorium fisika.
2. Dengan mengikuti percobaan dari beberapa peralatan fisika dapat membuktikan
akan kebenaran teori yang didapat di bangku kuliah.
3. Dapat lebih mengerti dan mengetahui karakteristik dari beberapa permasalahan
yang ada pada percobaan tersebut.
4. Karena dalam praktikum ini dibutuhkan ketelitian maka mahasiswa dituntut
memberanikan diri agar lebih teliti dan berkonsentrasi penuh dalam percobaan.
BAB II
PEDOMAN DALAM
MELAKSANAKAN PRAKTIKUM
DAN CARA PENGOLAHAN DATA
1.4 Rekam pengamatan anda dalam buku ini, bukan pada secarik buram.
Data anda adalah bahan yang paling berharga yang anda miliki, dan harus
disimpan dengan baik.
2.2 Laporan
Urutan penulisan dalam pembuatan laporan
Lembar Persetujuan.
Lembar Asistensi.
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I : Pendahuluan (latar belakang, maksud dan tujuan pratikum).
BAB II : Kegiatan dalam melaksanakan praktikum (urutan kegiatan,
analisa alat, ralat data, dsb).
BAB III : Percobaan yang anda lakukan (konsultasi dengan
pembimbing).
BAB IV : Penutup (kesimpulan dan saran).
Lampiran-lampiran :
Kartu peserta praktikum (K.P.P).
Data pengamatan praktikum.
2.3 Ralat
Dalam suatu pecobaan kita selalu melakukan pengukuran pada besaran (variable)
yang berkaitan. Nilai hasil suatu pengukuran pada dasarnya merupakan pendekatan
dari nilai sesungguhnya. Kita tidak akan pernah tahu besarnya nilai yang
sesungguhnya, yang dapat kita ketahui apakah suatu nilai pendekatan.
Sebagai contoh bila kita melakukan pengukuran diameter kawat dengan mikro
meter, dari beberapa kali pengukuran akan kita dapatkan hasil pengukuran yang
kadang-kadang sama dan kadang-kadang berbeda. Dengan kata lain yang variasi hasil
pengukur, akibatnya kita tidak tahu nilai yang sebenarnya dari hasil pengukuran kita
tersebut.
Selisih antara nilai pengukuran dengan nilai sesungguhnya disebut sebagai ralat
(ketidakpastian pengukuran).
2.3.1 Macam-macam ralat
1. Alat
a) Kesalahan kalibrasi alat, seperti pembagian skala yang tepat atau
kesalahan posisi nol.
b) Interaksi antara alat dengan yang diukur. Misalnya pengukuran arus listrik
dengan menggunakan amperemeter mempengaruhi hasil ukur dalam hal
ini arus yang terukur bukan nilai sebenarnya.
2. Kesalahan Perseorangan.
Kesalahan ini merupakan kesalahan-kesalahn yang disebaban oleh kebiasaan
pengamat. Misalnya pembaca skala yang tidak tegak lurus (kesalahan
paralaks).
3. Kondisi Percobaan.
Ini merupakan kesalahan oleh kondisi percobaan yang tidak sama dengan
kondisi ketika alat dikalibrasikan. Misalnya penimbangan benda di Malang
dengan menggunakan timbangan pegas yang dikalibrasi di London, maka
hasil penimbangan akan salah apabila tidak dilakukan koreksi terhadap
percepatan gravitasi.
B. Ralat Kebetulan
Ralat Kebetukan merupakan ralat yang ditimbulkan oleh faktor-faktor:
1. Kesalahan menaksir.
Pada setiap alat ukur, selalu ada pembagian skala terkecil dan penafsiran
terhadap pembagian skala terkecil dapat berlainan dari waktu ke waktu oleh
bermacam-macam sebab dan pengamat.
3. Gangguan.
Gangguan ini merupakan faktor luar yang mempengaruhi pengukuran alat,
maupun obyek ukur. Misalnya dalam pengukuran arus listrik karena ada
getaran dari luar (kendaraan, suara, dll.), penunjuk jarum amperemeter
bergoyang, akibatnya pembacaan arus ikut berubah-ubah.
4. Definisi.
Yang dimaksud ralat jenis ini adalah keadaan obyek ukur yang dianggap
homogen. Misalnya dalam suatu pengukuran diameter pipa, karena pipanya
kurang sempurna mengakibatkan pengukuran diameter akan berbeda
tergantung posisi pengukuran.
Ralat kebetulan ini akan selalu ada dalam suatu pengukuran (tidak dengan
pengukuran yang berulang-ulang).
C. Ralat Kesalahan Tindakan Pengukuran.
Ralat jenis ini terjadi karena kesalahan yang dilakukan oleh pengukur.
Misalnya dalam mencatat waktu ayunan sebanyak 10 ayunan terjadi kesalahan
menghitung hanya sebanyak 9 ayunan.
Contoh 1
Pada pembacaan skala termometer celcius ingin diperoleh data pada ketelitian
sampai dua desimal.
Maka angka 3,7 dan 2 masih terbaca dengan tepat, maka disebut angka pasti,
sedangkan angka 5 adalah angka perkiraan atau angka penting. Karena penting
sekali dalam perhitungan, jadi pembacaan termometer adalah 37,25°C.
Contoh 2
1. Jika bilangan itu salah satu dari : 4, 5, 6, 7, 8 dan 9 maka ditulis satu angka
saja.
2. Jika bilangan itu salah satu dari : 1, 2, dan 3 maka ditulis 2 angka.
B. Pengoperasian Bilangan
Penulisan ilmiah
Penulisan ilmiah dari hasil ukur suatu pengoperasian bilangan misalnya
pembagian, pengurangan dan perkalian ditulis dengan penulisan sebagai
berikut:
13250 mA ditulis 1,325 . 104 atau bisa ditulis dengan pembulatan 1,33 .
104 mA.
No X1 X X X X X ²
1. X1 X1 X X1 X ²
n
i 1
X
n
2. X2 X2 X X 2 X ²
3. dst.
i=n Xi n n n
i 1
X
i 1
Xi x
i 1
Xi x
n ²
Dari data di atas diketahui :
n X
1) Harga rata-rata : X
i 1 n
2) Penyimpangan (deviasi) X = X X (harga mutlak)
n X X
3) Rata-rata penyimpangan X i 1 n
X X
4) Kesalahan relatif tiap percobaan Kr x100%
x
n Kr
5) Kesalahan relatif rata-rata Kr i 1 n
X
6) Kesalahan mutlak pengukuran Km x100%
X
SD
8) kesalahan yang diperbolehkan = Kd x100%
x
9) pengukuran terbaik : pt x ± SD
2.5 GRAFIK
Grafik adalah cara terbaik untuk mempresentasikan data anda, sebab realisasi
antara peubah akan langsung jelas. Kalau seandainya ada satu, dua titik yang keliru
akan langsung kelihatan juga. Teori grafik terlalu banyak untuk diberikan di sini.
a) Setiap grafik harus diberi judul, juga keterangan lengkap pada setiap sumbu yaitu
peubah dan satuan.
b) Peubah mandiri harus diletakkan di sumbu horisontal, sedangkan peubah yang
tegantung diberi pada sumbu vetikal. Ini tidak boleh terbalik, sebab memberi hasil
yang aneh. Perubah yang mandiri (x) adalah peubah yang anda ubah-ubah,
sedangkan yang tergantung (y) adalah peubah yang anda ukur, untuk menyelidiki
pengaruh akibat perubah x. misalnya dalam membukti hukum Newton, anda
merubah gaya f dan menyelidiki pengaruhnya terhadap percepatan (a), dalam hal
ini F adalah peubah mandiri, sedangkan (a) adalah peubah tergantung. Grafik F
melawan (a) mempunyai kemiringan 1/m.
c) Pilih skala tepat. Buatlah skala sederhana (jangan 3 kotak untuk 5 unit misalnya).
Isilah seluruh lembar dengan titik data. Skala tidak harus mulai dari nol.
d) Tariklah garis mulus melalui titik data. Jangan sambungkan titik data dengan
garis zig-zag.
e) Usahakan data dalam bentuk sedemikian rupa. Sehingga akan dihasilkan garis
lurus, misalnya kalau realisasi teoritis adalah y = x², jangan digrafikan x vs y,
tetapi x² vs y atau lebih baik lagi x vs y .
BAB III
HAMBATAN DALAM CEL
R R
G
s x
L L
1 2
+ _
E
Di mana : Rs = tahanan standart (ada harganya)
L1 dan L2 = tahanan kawat
Rx = tahanan yang dicari harganya.
R R
G
s x
L L
1 2
+ _
E
Gambar Percobaan Jembatan Wheastone
4.4 Langkah Kegiatan
1. Susunlah alat percobaan seperti gambar diatas
2. Tentukan hambatan standart, konsultasikan pembimbing.
3. Atur hambatan kawat/geser kawat kiri sehingga angka Galvanometer/digit meter
menunjukkan angka nol.
4. Catat harga hambatan kawat L1 dan L2.
5. Ulangi untuk harga hambatan standart yang lain 4 kali lagi dan datakan.
L1 L2
_
+
V
I .............. Sesuai hukum Ohm
R
I I1 I 2 ........... Sesuai hukum kirchoff I
L L L
I ; R AD 1 ; R DC 2
A A A
i AB i1 * R ; VAD i 2 * R AD
VB VC i1 * R X
VD VDC i 2 * R DC _
0 = i1 – i2 * RDC
i2 * RDC = i1 * RX ………………………………………(II)
( I ) i2 * RAD i *R
1
( II ) i2 * RDC i1 * RX
L1 R , maka
L2 RX
R * L2
Rx (terbukti)
L1
2. Penjelasan Galvanometer harus nol :
Galvanometer harus nol disebabkan geometri medan tempat
kumparannya bergerak maka defleksi galvanometer D Arsonval bukan
berbanding lurus dengan arus dalam kumparan galvanometer, kecuali untuk
sudut defleksi yang relatif kecil. Karena itu alat ini dipakai sebagai alat nol ;
artinya yang dipakai berhubungan dengan rangkaian seperti jembatan
Wheatstone atau potensial potensio meter, di mana ada elemen-elemen
lainnya yang harus disetel sedemikian rupa sehingga arus galvanometer
manjadi nol
3. Perhitungan harga RX :
L2 RS
RX
L1
425 270
RX ! 199,56
575
328 390
RX 2 190,35
672
287 470
RX 3 189,18
713
210 680
RX 4 180,76
790
180 820
RX 5 180,00
820
R Xrata rata
199,56 190,35 189,18 180,76 180 187.97
5
199,56 187,97
K r1 100% 6,17%
187,97
190,35 187,97
Kr2 100% 1,27%
187,97
189,18 187,97
K r3 100% 0,64%
187,97
180,76 187,97
K e4 100% 3,84%
187,97
180 187,97
K r5 100% 4,24%
187,97
2
No RX NRX RX NRX R X NRX
BAB V
KONSTANTA PEGAS
4 2 * m
dapat ditentukan dengan persamaan : k ,
T2
lo
t (detik)
l
n (kali)
b. Sistem getaran
No m(gr) n(kali) s(detik) T(detik)
1 200 5 4,29 0,858
2 200 8 6,57 0,821
3 200 11 9,16 0.832
4 200 14 11,8 0.842
5 200 17 14,06 0.827
4.6 Penyelesaian
1. Penurunan persamaan terpakai
a. Sistem pembebanan
F. = m.g
F. = k . x
m.g
Sehingga, k .x m.g k
x
dimana : k = Konstanta pegas
F = Gaya
x = Selisih panjang (m)
m = Massa beban (gr)
g = Gravitasi bumi
b. Sistem getaran
x A x A cos t ………………… .(1)
d 2x
a A 2 cos t ..................................... 5
dt 2
persamaan (1) dan (5) di substitusikan ke persamaan (4)
m A 2 cos t k . cos t
2
m. 2 k 2
k
k T m
2
m 4 2 k
2
T2 m
T 4 m
2
k
T2
Jadi :
4 2 m
k
T2
4. Nilai yang mempengaruhi harga konstanta pegas terhadap nilai regangan dan
tegangan :
a. Nilai massa yang diperlukan ( m )
b. Waktu periode yang terjadi ( T )
c. Nilai elastisitas pegas yang diperlukan
5. Perhitungan harga konstanta pegas :
a. sistem Pembebanan
K = mg/x
50 980
K 1 = 12894,74 gr/ dt 2
3,8
100 980
K 2 = 12564,10 gr/ dt 2
7,8
150 980
K 3 = 12457.63 gr/ dt 2
11,8
200 980
K 4 = 12405,06 gr/ dt 2
15,8
250 980
K 5 = 12373,74 gr/ dt 2
19,8
K ratat rata =
12894,74 12564,10 12457,63 12405,06 12373,74
gr/ dt 2
5
= 12539,05 gr/ dt 2
b. Sistem Getaran
K = 4 2 m T 2
4(3,14) 2 200
K1 10714,57 gr/ dt 2
(0,858) 2
4(3,14) 2 200
K2 11702 ,08 gr/ dt 2
(0,821) 2
4(3,14) 2 200
K3 11394 ,69 gr/ dt 2
(0,832) 2
4(3,14) 2 200
K4 11125 ,64 gr/ dt 2
(0,842) 2
4(3,14) 2 200
K5 11532,89 gr/ dt 2
(0,827) 2
K rata rata
10714,57 11702,08 11394,69 11125,64 11532,89
gr/ dt 2
5
= 11293,97 gr/ dt 2
6. Perbandingan kedua sistem
Harga konstanta pegas dalam metode pembebanan dipengaruhi oleh panjang
mula-mula pegas, setelah diberi beban dan penambahan panjang.
Harga konstanta pegas dengan metode getaran selaras dipengaruhi oleh
banyak getaran dan waktu yang diperlukan getaran sebanyak n kali dan
periode.
12894,74 12539,05
Kr1 = 100% 2,84 %
12539,05
12564,10 12539,05
Kr2 = 100% 0,20 %
12539,05
12457,63 12539,05
Kr3 = 100% 0,65 %
12539,05
12405,06 12539,05
Kr4 = 100% 1,07 %
12539,05
12373,74 12539,05
Kr5 = 100% 1,32%
12539,05
b. Sistem getaran
10714,57 11293,97
100
Kr1 = 11293,97 % = 5,13 %
11702,08 11293,97
100
Kr2 = 11293,97 % = 3,61 %
11394,69 11293,97
100
Kr3 = 11293,97 % = 0,89 %
11125 ,64 11293,97
100
Kr4 = 11293,97 %= 1,49 %
11532 ,89 11293,97
100
Kr5 = 11293,97 % = 2,12 %
(5,13 3,61 0,89 1,49 2,12)
Kr rata-rata = % = 2,65 %
5
179052,82
SD = = 189,24
5
b.Sistem getaran.
No. K k |K.- k | |K.- k |2
1. 10718,57 11293,97 575,40 331085,16
2. 11702,08 11293,97 408,11 166553,77
3. 11394,69 11293,97 100,72 10144,52
4. 11125,64 11293,97 168,33 28334,99
5. 11532,89 11293,97 238,92 57082,77
593201,21
593201,21
SD = = 344,44
5
9. Kesimpulan percobaan
a. Makin besar massa yang dipergunakan maka pertambahan panjang pada
sistem pembebanan akan semakin besar.
b. Semakin banyak getaran yang dilakukan pad sistem getaran, waktu yang
diperlukan semakin banyak sehingga periodenya semakin besar.
c. Pada sistem pembebanan nilai k. ditentukan oleh massa gravitasi dan
pertambahan panjang.
d. Pada sistem getaran nilai k. ditentukan banyaknya getaran, massa,dan
periode.
BAB V
DIFRAKSI CAHAYA
LAYAR
S P
I
N Q
A Y1
R R Y2
Y3
Y
sin B Y 2 A2
Y A2
2
Y
B
LAYAR
KISI
LASER
2. Ukur jarak kisi / celah ke layar , sebagai jarak A (cm).
3. Hubungkan laser dengan sumber tegengan , maka akan terlihat pola
difraksi , tentukan dulu titik orde n=0 (titik tengah), kemudian ukur jarak Y (cm)
Yang merupakan jarak titik terang nol ke titik terang pertama (n=1).
4. Ulangi kegiatan diatas 4 kali lagi untuk jarak A yang beda dan ukur
pusat titik terang berikutnya.
5. Konsultasikan data pengamatan pada pembimbing , datakan.
Catatan :
Jangan sekali-kali mengintip / melihat berkas celah laser secara langsung,
karena dapat merusak retina mata.
s d . sin
dengan beda fase q . Oleh karena itu s = d.sin , dan q = ,maka:
d . sin d . sin
Q=nn= ,
n
1,001.10 3.0,068
1 6,806.10 5 cm
1
1,001.10 3.0,133
2 . 6,656.10 5 cm
2
1,001.10 3.0,198
3 . 6,606.10 5 cm
3
1,001.10 3.0,262
4 6,556 10 5 cm
4
1,001.10 3.0,330
5 6,606.10 5 cm
5
rata rata
6, ,806 6,656 6,606 6,556 6,60610 5 6,646.10 5 cm
5
6,806.10 5 6,646.10 5
100% 2,40%
Kr1 = 6,646.10 5
6,656.10 5 6,646.10 5
100% 0,15%
Kr2 = 6,646.10 5
6,606.10 5 6,646.10 5
100% 0,60%
Kr3 = 6,646.10 5
6,556.10 5 6,646.10 5
100% 1,35%
Kr4 = 6,646.10 5
6,606.10 5 6,646.10 5
100% 0,60%
Kr5 = 6,646.10 5
No. rata-rata n n
2
8.Kesimpulan percobaan
a. Untuk menentukan panjang gelombamg besar percobaan :
Difraksi cahaya yaitu, di mana sinar laser dilewatkan pada sebuah kisi atau
celah sempit maka sebagian diteruskan dan lainnya didifraksikan membentuk
muka gelombang baru.
Perhitungan λ dengan formulasi sebagai berikut
d sin
n
b. Proses difraksi cahaya adalah pembiasan suatu sinar dari sumber sinar yang
ditembakkan ke kisi/celah sehingga bayangan pada layer di mana bayangan
tadi membentuk beberapa orde 1, 2, 3 dan seterusnya.
BAB VII
PEMBENTUKAN BAYANGAN OLEH LENSA POSITF
1 1 1 1 S S' S S'
f
f S S' f S S' S S'
lampu layar
Lensa +
Benda
S S’
7.7 LembarPenyelesaian
1. Menentukan focus lensa (f)
1 1 1 1 S S' SS '
f
f S S' f S * S' S S'
15 23,6
f1 9,17 Cm
15 23,6
20 19
f1 9,74 Cm
20 19
25 16
f3 9,75 Cm
25 16
30 15
f4 10 Cm
30 15
35 14
f5 10 Cm
35 14
f Rata rata
9,17 9,74 9,75 10 10 9,73 cm
5
1
2
Keterangan :
1. Sinar datang sejajar sumbu utama, dibiaskan melalui titik fokus (f)
2. Sinar datang melalui melalui pusat optis diteruskan
3. Sinar datang melalui titik fokus (f), dibiskan sejajar sumbu utama
3. Menghitung kesalahan relatif
f f Rata rata
Kr 100%
f Rata rata
(9,17 9,73
K r1 x100% 5,76%
9,73
9,74 9.73
Kr2 100% 0,10%
9,73
(9,75 9,73
K r3 100% 0,21%
9,73
10 9,73
Kr4 100% 2,78%
9,73
10 9,73
K r5 100% 2,78%
9,73
K rata rata
5,76 0,10 0,21 2,78 2,78 % 2,326%
5
BAB VIII
PENUTUP
8.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan:
1. Hasil-hasil yang diperoleh dalam praktikum tidak ada yang sama persis
dengan perhitungan teori.
2. Hasil-hasil yang diperoleh sedikit banyak dipengaruhi oleh berbagai macam
hal, baik itu praktikum sendiri maupun alat yang dipakai, secara garis besar
dapat dikatakan berdasarkan beberapa praktek :
Ketelitian pengamatan praktikum.
Ketelitian alat yang dipakai.
Keadaan dan situasi praktikum.
8.2 Saran-saran
Untuk mendapatkan data yang akurat, dari praktikum tersebut yang akurat, dari
praktikum tersebut yang sesuai dengan yang diinginkan, maka ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan, antara lain:
Penguasaan teori dasar
Prosedur kerja
Penguasaan alat yang tepat
Pembuatan laporan yang selayaknya ada pedoman termasuk format
pengetikan sehingga terwujud keberagaman dalam laporan. Hal-hal tersebut
merupakan kendala bagi manusia, sehingga perlu perhatian khusus, maka
kami sarankan untuk memahami apa yang diperoleh pada perkuliahan agar
dapat memecahkan kesulitan dalam melaksanakan praktikum terutama dalam
menghadapi alat-alat praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
1. Jakarta, New York, Jakarta, 1962
2. Search Zemansky, Fisika Untuk Universitas, Yayasan Buku Dana Indonesia,
Jakarta , New York, Jakarta, 1962
3. Kasdoen Samsuatmojo Search Zemansky, Fisika Untuk Universitas, Yayasan Buku
Dana Indonesia,, Fisika II Listrik, Malang, 1991.
Nor Azmar dan Farid Madji, Penuntun Praktikum Fisika Dasar, Malang