Zulfiqar Rusretin DCS Elektro ITS PDF
Zulfiqar Rusretin DCS Elektro ITS PDF
TE091468
Sistem Kontrol Flow dan Temperatur pada Proses Pengolahan
Bahan Semen di PT. Semen Indonesia Unit Tuban 2
OLEH
MUHAMAD ZULFIQAR RUSRETIN
(2214105047)
DAFTAR ISI
BAB I.........................................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................2
1.2 Deskripsi Sistem..........................................................................................................2
1.3 Proses Raw Mill................................................................................................................4
1.3.1 Diagram Fungsional................................................................................................4
1.3.1 Deskripsi Proses.......................................................................................................5
1.4 Diagram P&ID (Piping and Instrumentation Diagram)..................................................6
1.3 Alarm...........................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................8
P a g e 1 | 12
BAB I
PENDAHULUAN
P a g e 2 | 12
Secara umum, beberapa proses pembuatan semen bisa dilihat pada Gambar 1 diatas
dengan penjelasan ringkas seperti dibawah ini :
a. Unit Crusher
Unit penyediaan bahan baku (crusher). Bahan baku semen yang digunakan terdiri
dari bahan baku utama (berupa batu kapur (limestone), tanah liat (clay), pasir
silika, pasir besi) dan bahan tambahan berupa gypsum (berupa batuan gips ini
ditambah setelah campuran bahan mentah dibakar menjadi terak yang bertujuan
untuk memperlambat pengerasan semen saat penggilingan terak dan trass yaitu
bahan hasil letusan gunung berapi dalam bentuk butiran halus yang digunakan
untuk produksi semen jenis PPC). Bahan-bahan tersebut mengalami proses
pencampuran (crusher).
b. Unit SILO per bahan pembuatan
Merupakan tempat penyimpanan bahan pembuatan semen setelah melalui proses
crusher, sebelum dikirim menuju raw mill.
c. Raw Mill
Material-material dari crusher ke dalam raw mill bersamaan dengan gas panas
dari suspension preheater. Selama proses pencampuran bahan pada raw mill
terjadi juga proses pengeringan dimana keluaran material yang diharapkan
berukuran 90 mikron dengan kadar air yang dimiliki 1%.
d. Homogenizing SILO
Proses Basah, slurry dicampur di mixing basin,kemudian slurry dilairkan ke
tabung koreksi; proses pengoreksian. Sedangkan pada proses kering terjadi di
blending silo dengan sistem aliran corong.
e. Rotary Kiln
Tahap paling rumit dalam produksi semen portland adalah proses pembakaran,
dimana terjadi proses konversi kimiawi sesuai rancangan dan proses fisika untuk
mempersiapkan campuran bahan baku membentuk klinker. Proses ini dilakukan
di dalam rotary kiln dengan menggunakan bahan bakar fosil berupa padat
(batubara), cair (solar), atau bahan bakar alternatif. Batubara adalah bahan bakar
yang paling umum dipergunakan karena pertimbangan biaya. Pada proses ini
akan mempengaruhi produksi kualitas semen dengan memperhatikan temperatur
yang telah ditentukan pada setiap bagian di dalamnya.
f. Grater Cooller
Reaksi-reaksi yang terjadi:
Reaksi alite dengan air :
P a g e 3 | 12
Reaksi ini relatif lambat, dan berperan untuk meningkatkan penguatan
setelah satu minggu. Hidrasi trikalsium aluminat dikontrol oleh penambahan
kalsium sulfat, yang dengan seketika menjadi cairan pada saat penambahan air.
Pertama-tama, etringit dibentuk dengan cepat, menyebabkan hidrasi yang
lambat.
Reaksi ini akan sempurna setelah 1-2 hari. Kalsium aluminoferit bereaksi
secara lambat karena adanya hidrasi besi oksida.
P a g e 4 | 12
1.3.1 Deskripsi Proses
Blending Silo
Raw
Mill
Preheater
Proses raw mill dilengkapi dengan beberapa proses di dalamnya sebagai berikut :
a. Grinding Table
Berbentuk seperti piring, dipinggirnya terdapat lubang-lubang sebagai tempat
dihembuskannya udara panas untuk pengeringan material.
b. Grinding roller
Bagian ini berfungsi untuk menggiling dengan memanfaatkan adanya daya tekan ke
bawah dan gaya putar antara roller dan grinding table.
c. Clasiffier
Terletak dibagian atas mill berfungsi mengatur kehalusan produk atau untuk
memisahkan antara material yang sudah halus dari material yang masih kasar.
d. ID Fan Mill
Bagian ini digunakan untuk menarik material dari dalam mill sehingga bercampur
dengan udara lalu masuk ke cyclone separator.
e. Cyclone Separator
Berfungsi untuk memisahkan produk dari udara dengan cara berputar.
Material limestone/Clay Mix dan pasir besi sebagai umpan dengan laju alir 570 ton/jam
masuk melalui cerobong feed pada raw mill kemudian material jatuh ditengah-tengah
grinding table. Pada saat yang bersamaan gas panas masuk ke raw mill melalui celah-celah
grinding table. Kebutuhan gas panas untuk pengeringan material di raw mill dipasok oleh
sisa gas dari preheater dengan suhu 330oC. Sistem penggilingan ini dilengkapi dengan
pemanas udara. Jika panas yang dibawa gas dari preheater tidak mencukupi, gas dapat
dipanaskan lebih dahulu dengan pemanas udara, kurangnya panas yang diperoleh gas dari
preheater dapat terjadi karena berhentinya proses kiln. Gas panas ini akan mengeringkan
material yang ada diatas grinding table. Kehalusan produk ini diatur oleh classifier yang
berputar dengan kecepatan 900 rpm sehingga akan dihasilkan produk dengan kehalusan 90
P a g e 5 | 12
mikron dan kandungan air maksimal 1%. Material yang halus akan ditarik keatas menuju
cyclone separator oleh ID Fan Mill yang berrfungsi untuk mengalami pemisahan antara
material dan gas. Sedangkan material yang belum halus karena pengaruh gaya beratnya akan
turun kebawah dan diumpan lagi ke raw mill untuk digiling kembali. Proses selanjutnya
Material akan masuk ke dalam blending silo.
Gambar 4 P&ID Laju Alir dan Suhu pada Proses Pengolahan Bahan
Keterangan :
TC : Temperature Controller
FC : Flow Controller
TT : Temperature Transmitter
FT : Flow Transmitter
: Electric Line
: Pneumatic Line
Secara garis besar diagram blok pada proses ini sebagai berikut :
Gambar 5 Diagram Blok Single Loop Pengaturan Laju Aliran Material Mentah
P a g e 6 | 12
Gambar 6 Diagram Blok Sistem Single Loop Pengaturan Temperature Penghasil Gas Panas
Laju alir yang masuk ke dalam raw mill memiliki set point sebesar 570 ton/jam dan
set point suhu dari preheater sebesar 330ºC. Saat laju alir material dari proses crusher yang
masuk ke dalam proses ini perlu dijaga agar diperoleh komposisi produk raw mill yang sesuai
dengan standar umpan klin. Material pada raw mill akan mengalami size reduction dan
penguapan air. Dalam proses ini untuk pengeringan raw material yang digiling menggunakan
sisa udara panas dari preheater. Keluaran bahan material tersebut sangat berpengaruh pada
suhu yang diatur.
1.3 Alarm
Fungsi dari adanya alarm adalah saat suhu dari preheater kurang dari set point yang telah
ditetapkan yaitu sebesar 330ºC. Dengan demikian keluaran bahan material tersebut sesuai
dengan standar umpan kiln.
NO Type Alarm Kondisi Status
1 Low Suhu pada proses preheater < 330ºC. Low Temperature
Temperature Yellow Lamp : ON
2 Normal Suhu pada proses preheater Low Temperature
Temperature 330ºC < X < 350ºC Green Lamp : ON
3 High Suhu pada proses preheater > 350ºC. High Temperature
Temperature Red Lamp : ON
4 Low Flow Suhu pada proses preheater < 145 Low Flow
kg/detik . Yellow Lamp : ON
5 Normal Suhu pada proses preheater Low Flow
Flow 152 < X < 160 kg/detik. Green Lamp : ON
6 High Flow Suhu pada proses preheater > 165 High Flow
kg/detik . Red Lamp : ON
P a g e 7 | 12
BAB II
PERANCANGAN SISTEM
1 Temperature Indicator Control (Indikator Kontrol Suhu)
Temperatur pada sistem akan diatur pada proses rawmill untuk menjaga bahan
campuran semen sesuai standar yang diumpankan menuju rotary kiln yaitu sebesar 90
mikron.
TIC Pada Rawmill
Suhu pada sistem rawmill ini memiliki range normal antara 335 – 350 derajat celcius.
Dengan skala pembacaan antara 0 – 400 derajat celcius. Pengaturannya dilakukan secara
otomatis dengan menggunakan 2 titik alarm yang mewakili 2 titik temperatur kritis pada
rawmill, sehingga perlu adanya aksi. Titik tersebut adalah sebagai berikut :
Range 1 (LL) : sinyal untuk menaikkan suhu pemanasan (temperatur range 0 – 330
derajat celcius)
Range 2 (HH) : sinyal untuk menurunkan suhu pemanasan (temperatur range 350 –
370 derajat celcius)
Suhu normal pada proses rawmill ini adalah 335 – 350 derajat celcius.
Sensor yang digunakan untuk pembacaan suhu dari preheater adalah Thermocouple
Jumlah : 1 buah
Bahan : Copper-Nikel
Range Suhu : 0 - 750 oC
Tipe : Type J
Media : steam bersuhu 0 - 350 oC
2 Flow Indicator Control (Indikator Kontrol Aliran)
Laju material yang masuk pada rawmill harus dijaga pada range 550 – 570 ton per
jam atau setara 152 – 160 kg/detik. Laju material perlu dijaga agar proses memiliki efisiensi
waktu dan memiliki biaya produksi yang optimal.
TIC Pada Rawmill
Laju material pada sistem rawmill ini memiliki range normal antara 152 – 160 kg/detik.
Dengan skala pembacaan antara 0 – 200 kg/ detik. Pengaturannya dilakukan secara
otomatis dengan menggunakan 2 titik alarm yang mewakili 2 titik laju aliran kritis pada
rawmill, sehingga perlu adanya aksi. Titik tersebut adalah sebagai berikut :
Range 1 (LL) : sinyal untuk menaikkan laju aliran (laju aliran < 145 kg/detik.)
Range 2 (HH) : sinyal untuk menurunkan laju aliran (laju aliran > 165 kg/detik.)
Suhu normal pada proses rawmill ini adalah 152 – 160 kg/detik.
P a g e 8 | 12
Sensor yang digunakan untuk pembacaan laju aliran dari crusher adalah Clamp on flowmeter
Jumlah : 1 buah
Bahan : Metal
Range laju aliran : 0 – 500 kg/detik
Media : cairan, sludge dengan laju aliran 150 – 160 kg/detik.
Langkah – langkah mendesain project pada software DCS Yokogawa Centum3000
1 Buat project baru pada sistem view di oracle virtual box dan buat project default.
P a g e 9 | 12
6 HMI pada DCS Yokogawa
P a g e 10 | 12
DAFTAR PUSTAKA
[1] PT Semen Indonesia, Sejarah PT Semen Indonesia , http:// www.semenindonesia.com/, 30
Maret 2016.
[2] Sigit, Proses Pembuatan Semen, http://vampiregiet.blogspot.co.id/, 30 Maret 2016.
[3] Pasha, Proses Pada Vertical Raw Mill, http://www.slideshare.net/mkpasha/vrm, 24 Maret
2016
P a g e 11 | 12