Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan yang dapat
meningkatkan kepuasan masyarakat, dalam penyelenggaraannya sesuai
dengan standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan. Pasien atau
masyarakat melihat layanan kesehatan yang bermutu sebagai suatu layanan
kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan dan diselenggarakan dengan cara
yang sopan dan santun, tepat waktu, tanggap dan mampu menyembuhkan
keluhan.
Bimbingan merupakan proses pembelajaran untuk mengembangkan
kapasitas seseorang, yang umum digunakan dalam bidang profesionalisme
seseorang dalam bidang pekerjaannya. Bimbingan juga merupakan bentuk
kegiatan untuk meningkatkan kinerja dalam memberikan pelayanan
profesional berdasarkan ilmu pengetahuan, sikap dan keterampilan. Coaching
banyak digunakan dalam manajemen untuk meningkatkan kemampuan
profesional individu-individu dalam rumah sakit atau tempat pelayanan
kesehatan. Seseorang yang melakukan coaching disebut coach (pengajar) dan
orang yang dibimbing disebut coachee (mahasiswa). Tujuan yang diperoleh
dari coaching pada umumnya untuk meningkatkan kinerja individu itu sendiri.
Orang yang melakukan coaching terikat dalam satu kerjasama yang baik
dengan coacheenya sehingga melalui proses ini terjalin sebuah kedekatan dan
saling pengertian yang lebih mendalam. Coaching dapat dikatakan sebagai
suatu metode pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan
kualitas sumber daya dalam bidang kesehatan yang pada akhirnya akan
meningkatkan kualitas asuhan kesehatan yang diberikan pada pasien.
Berdasarkan penjelasan tentang deskripsi pekerjaan tugas atasan
(manajer/supervisor) sesuai dengan fungsi-fungsi manajemen maka dapat
dikategorikan bahwa salah satu dari fungsi tersebut adalah penggerakan
(actuiting) yaitu memberikan bimbingan pada bawahan untuk mencapai
standar operasional. Salah satu bentuk model keterampilan atasan dalam
melakukan bimbingan dikenal dengan coaching.
Masalah kesehatan di Indonesia merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang perlu mendapat perhatian utama, Karena mempunyai
dampak besar terhadap kualitas pembangunan nasional yang ditujukan guna
mewujudkan manusia yang sehat, cerdas, produktif dan mempunyai daya
juang tinggi menuju tercapainya bangsa yang maju, mandiri serta sejahtera
lahir dan batin, keberhasilan ini dapat dilihat dari masalah tingginya AKI dan
AKB.
Masa Nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu (Prawirohardjo, 2002 : N-23).
Pada wanita atau ibu nifas penjelasan mengenai tanda-tanda bahaya
masa nifas sangat penting dan perlu, oleh karena masih banyak ibu pada masa
nifas belum mengetahui tentang tanda-tanda bahaya masa nifas,
baikitutentangperdarahan post partum,lochea yang berbaubusuk
(baudarivagina,pengecilanrahim yang terganggu,nyeripadaperutdan pelvis,
pusinglemas yang berlebihan,suhutubuhibu yang meningkat,
danpenyulitdalammenyusuiterutamabendungan ASI dan mastitis
(Prawirohardjo, 2005).
Dan penyebab lain adalah infeksi nifas diantaranya adalah persalinan
berlangsung lama sampai terjadi persalinan terlantar, tindakan operasi
persalinan, tertinggalnya plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah, ketuban
pecah dini atau pada pembukaan masih kecil melebihi 6 jam, keadaan yang
dapat menurunkan keadaan umum yaitu perdarahan antepartum dan post
partum, anemia pada sat kehamilan, malnutrisi, kelelahan, dan ibu hamil
dengan penyakit infeksi (Manuaba, 2002).
Asuhan masa nifas sangat di perlukan dalam periode ini karena masa
nifas merupakan masa kritis untuk ibu dan bayi. Dengan demikian di perlukan
suatu upaya untuk mencegah terjadinya tanda bahaya masa nifas. Untuk itu di
perlukan suatu peran serta dari masyarakat terutama ibu nifas untuk memiliki
pengetahuan tentang tanda-tanda bahaya masa nifas. Selain itu juga di
perlukan peran serta dari tenaga kesehatan dengan memberikan konseling
selama kehamilan, setelah persalinan, dan melakukan kunjungan rumah yaitu
KN.1 dan KN.2 sesuai standar pelayanan. Dari upaya tersebut di
harapkandapat mengetahui dan mengenal secara dini tanda-tanda bahaya masa
nifas, sehingga bila ada kelainan dan komplikasi dapat segera terdeteksi
(Prawirohardjo, 2005).

B. Rumusan Masalah
Bagaimana perencanaan dalam pembelajaran praktik klinik nifas
dengan metode coaching ?

C. Tujuan
Dapat mengetahui perencanaan dalam pembelajaran parktik klinik
nifas dengan metode coaching.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Coaching
Coaching sebagai sarana pengembangan muncul dari dunia olahraga menjadi
suatu alat penting untuk pengembangan pribadi dalam pekerjaan dan untuk
mencoba mengkaji dalam pilihan hidup. Coaching juga tumbuh dalam bidang
kehidupan, pasarnya sendiri bahkan lebih beragam, berkisar dari coach yang
bekerja dalam bidang kesehatan seperti penghentian merokok, manajemen stres
dan diet, sampai gaya hidup. Pada bidang kesehatan ini para coach secara khusus
dilatih dengan latar belakang pelayanan kesehatan atau psikologi. Dalam bidang
kesehatan coaching merupakan alternatif untuk konseling (Passmore, 2010).
Coaching merupakan proses untuk mencapai suatu prestasi kerja dimana ada
seorang yang mendampingi, memberikan tantangan, menstimulasi dan
membimbing untuk terus berkembang sehingga seseorang bisa mencapai suatu
prestasi yang diharapkan. Seseorang yang melakukan coaching disebut coach dan
orang yang dicoaching disebut coachee. Proses coaching akan sangat menolong
seseorang untuk mengaktualisasikan dirinya, yaitu untuk mencapai satu titik
dimana dia tidak hanya dapat mengetahui keberadaannya saat itu tetapi juga
mengetahui potensi kemampuan yang seharusnya dapat dicapai. Orang yang
melakukan coaching terikat dalam satu kerjasama yang baik dengan coacheenya
sehingga melalui proses ini terjalin satu kedekatan dan saling pengertian yang
lebih mendalam (Riandi & Supriatno, 2009).
Proses coaching sering diartikan sebagai sarana untuk membantu mengatasi
dan memecahkan masalah pada individu, memberikan motivasi dan dukungan
semangat dalam melaksanakan tugasnya. Kesempatan untuk peningkatan kerja
bisa diperoleh melalui keterampilan. Untuk memperoleh bantuan yang nyata dapat
diberikan dari dukungan individu atau organisasi.
B. Perencanaan Pembelajaran Praktik Klinik Nifas dengan metode Coaching
Proses pembelarjan Coaching merupakan proses untuk mencapai suatu
prestasi kerja dimana ada seorang yang mendampingi, memberikan tantangan,
menstimulasi dan membimbing untuk terus berkembang sehingga seseorang bisa
mencapai suatu prestasi yang diharapkan. Seseorang yang melakukan coaching
disebut coach dan orang yang dicoaching disebut coachee.
Melakukan proses perencanaan yaitu dengan cara membuat strategi
pembelajaran yang akan digunakan untuk memberi pengajaran kepada mahasiswa
didik guna mencapai suatu prestasi yang diharapkan.
Untuk perencanaan pembelajaran praktik klinik khususnya nifas yaitu dengan
melakukan bimbingan dengan tehnik pelatihan. Misalnya pelatihan perawatan
payudara pada masa nifas. Pendidik harusnya merencanakan praktik klinik
dengan menggunakan phantom payudara untuk melatih mahasiswa didik dengan
dilakukannya simulasi perawatan payudara tersebut sehingga dalam pelatihan ini
mahasiswa didik dapat lebih memahami bagaimana cara mempraktikannya
terhadap pasien sungguhan.

C. Pelaksanaan Pembelajaran Praktik Klinik Nifas dengan motode Coaching


Melakukan pelaksanaan praktik klinik ini berdasarkan apa yang sudah di
rencakanan oleh pengarjar atau pelatih. Proses pelaksaan adalah saat dimana
pendidik menerapkan strategi pembelajaran yang sudah direncakan sebelumnya
sehingga apa yang diinginkan dapat terlaksana.
Pelaksanaan praktik klinik dengan tehnik coaching ini yaitu dengan
melakukan simulasi kepada mahasiswa didik, dimana apabila mahasiswa didik
belum memahami atau belum mampu melakukan praktik secara mandiri maka
pelatih akan membimbing lagi secara sabar.

D. Tujuan pemebelajaran metode coaching pada masa nifas


Tujuan yang umum diperoleh dari metode coaching di terapkan pada saat
melakukan perawatan payudara masa nifas ini adalah dapat meningkatkan
kemampuan dan keterampilan mahasiswa untuk melaukan perawatan payudara
pada masa nifas, keseimbangan yang lebih baik antara pembelajaran dengan
penerapan ilmu di lapangan, motivasi yang lebih tinggi terhadap minat untuk
belajar, pemahaman diri yang lebih baik, dan pengambilan keputusan yang lebih
baik.
Tujuan khususnya yaitu:
- Agar mahasiswa paham mengenai pengertian dari masa nifas.
- Agar mahasiswa lebih cermat mengambil keptusan dengan keadaan yang ada di
lahan praktik.
- Agar mahasiswa terampil mekakukan perawatan pada masa nifas di lahan
praktik dengan ilmu yang telah diajarkan oleh penajar.

E. Proses pemebelajaran metode coaching pada masa nifas


Proses coaching adalah untuk menetapkan dan menjelaskan arah dan tujuan
serta untuk mengembangkan rencana-rencana kerja untuk mencapai tujuan. Selain
itu dijelaskan juga satu pengertian mengenai hal-hal yang penting dalam
kehidupan bahwa kita diberikan kemampuan untuk mengambil dan melaksanakan
tanggung jawab yang telah diberikan dan membangun serta melakukan setiap
rencana kerja. Secara sederhana proses coaching akan membantu untuk
menciptakan visi yang terbaik dan terbaru yang dimiliki dalam rangka mencapai
suatu keberhasilan. Dimana keberhasilan adalah saat kita dapat mencapai tujuan
secara kontinyu.
Seorang pengajar akan membantu mahasiswa di dalam suatu proses
pembelajaran, tetapi pengajar disini bukanlah hanya dimaksudkan untuk seorang
tenanga pengajar atau dosen, bisa jadi mahasiswi yang sudah lebih pandai dari
pada mahasiswa lainnya untuk mengajarkan teman-temannya. Tetapi yang
terpenting adalah seorang pengajar akan lebih mengobservasi mengenai pola,
menetapkan tahap-tahap tindakan atau action yang lebih baik yang akan
dikerjakan. Dimana proses ini melibatkan proses pembelajaran melalui berbagai
teknik coaching seperti:
a. Mendengarkan apa yang ingin di sampaikan mahasiswa.
b. Refleksi, menanyakan pertanyaan dan menyediakan informasi.
c. Seorang pengajar akan menolong mahasiswa untuk menjadi seorang yang
mampu mengoreksi dirinya sendiri dan membangkitkan diri sendiri. Sehingga
dia dapat belajar untuk memperbaiki sikap dan tingkah lakunya,
membangkitkan pertanyaan-pertanyaan dan menemukan jawabannya.
Misalnya mahasiswa yang belum paham terhadap metode perawatan payudara
pada masa nifas.

Dalam proses coaching dalam perawatan payudara masa nifas, pengajar


melaksanakan hal berikut ini:
a. Menjelaskan kepada mahasiswa langkah-langkah perawatan payudara masa
nifas.
b. Memeragakan keterampilan pemijatan payudara dengan cara yang sistematis,
efektif, dengan menggunakan alat bantu latihan seperti phantom.
c. Mengamati secara saksama simulasi ulang oleh mahasiswa dan meng-
kondisikan seperti kenyataan.

Langkah-langkah proses coaching dalam perawatan payudara masa nifas, yaitu:


a. Sebelum praktik sebaiknya mahasiswa mengadakan pertemuan untuk
mereview kegiatan, termasuk langkah-langkah yang perlu mendapat
penekanan.
b. Pengajar merencanakan skenario pembelajaran secara rinci dan menyiapkan
seluruh instrumen bimbingan termasuk instrumen evaluasi.
c. Instrumen evaluasi disampaikan dan dibahas bersama dengan mahasiswa.
d. Pengajar menyiapkan ruangan simulasi beserta kelengkapan alat-alatnya.
e. Pelajari kemampuan dasar yang telah dimiliki oleh setiap mahasiswa yang
dibimbing, sehingga pengajar dapat memusatkan dan menyesuaikan
bimbingan dengan kemampuan yang telah dimiliki agar bimbingan berjalan
secara efektif dan efisien.
f. Pengajar merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses bimbingan
dan memberikan umpan balik sesuai dengan tingkat pencapaian kompetensi
setiap mahasiswa.
g. Mahasiswa melakukan re-demonstrasi, pengajar mengamati dan memberikan
umpan balik saat mereka melakukan langkah-langkah kegiatan. Mahasiswa
mencoba kembali tanpa bimbingan, pengajar memberikan umpan balik dan
penguatan.
h. Umpan balik harus disampaikan sesegera mungkin dan lebih sering dilakukan
pada awal latihan kemudian berkurang secara bertahap sesuai dengan tingkat
perkembangan masing-masing mahasiswa. Umpan balik menggunakan
penuntun belajar atau check list yang telah disiapkan.
i. Setelah mahasiswa dinilai kompeten yaitu dapat melakukan prosedur secara
mandiri dengan benar di dalam pembelajaran simulasi, selanjutnya mahasiswa
diberikan kesempatan untuk melakukan prosedur nyata di lahan kepada klien
yang sebenarnya dengan pengawasan dan bimbingan. Pengajar melakukan
evaluasi terhadap penampilan atau kinerja mahasiswa.
j. Apabila bimbingan berupa manajemen, maka setelah pembelajaran
laboratorium maka dilanjutkan pula pada pembimbingan di lapangan misalnya
penyusunan SOP, perencanaan pelayanan di ruang perawatan, memimpin
rapat koordinasi, melakukan monitoring dan evaluasi, melakukan supervisi
kepada staf kebidanan.
k. Bimbingan dilakukan sampai mahasiswa dinilai kompeten dalam
melaksanakan keterampilan melakukan perawatan masa nifas.
l. Penajar memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan refleksi
dan pengajar menyampaikan umpan balik dalam melaksanakan praktik.
m. Hasil evaluasi penampilan mahasiswa digunakan sebagai salah satu bahan
untuk menetapkan tingkat kompetensi atau keberhasilan mahasiswa sesuai
dengan standar pelatihan yang telah ditetapkan.
F. Teknik Pembelajaran Praktik Klinik Nifas dengan motode Coaching
Adapun teknik pembelajaran praktik klinik nifas dengan motode coaching,
yaitu:
1. Tahap Orientasi
Tahap ini merupakan tahap perkenalan dan tahap pengkondisian agar
tercipta suasana yang saling mempercayai. Misalnya dengan memperkenalkan
alat-alat peraga dan alat-alat yang perlu disiapkan pada saat simulasi masa
nifas, khususnya pada saat melakukan perawatan payudara masa nifas.
2. Tahap Klarifikasi
Pada tahap ini dilakukan analisis permasalahan. Masalah yang akan
dipecahkan diuraikan sehingga jelas mana permasalahan utama dan juga
permasalahan mana yang akan dipecahkan terlebih dahulu. Disini kita
melakukan analisis masalah yang ditemukan atau kesulitan apa yang terjadi
pada saat dilakukannya simulasi yang disampaikan pengajar terhadap
mahasiswa.
3. Tahap Pemecahan (Perubahan)
Pada tahap ini mahasiswa dengan bantuan pengajar berusaha mencari
solusi terhadap permasalahan yang dihadapi. Pengajar berusaha memberikan
saran dan alternatif-alternatif, namun mahasiswa sendirilah yang harus
mengembangkan solusi permasalahan yang dihadapi.
4. Tahap Penutup
Pada tahap ini dilakukan evaluasi terhadap apa yang telah dicapai
mahasiswa dari proses coaching. Hal-hal yang pada tahap pendahuluan
disepakati untuk diubah atau diperbaiki akan dinilai apakah tujuan tersebut
telah tercapai atau belum.

Teknik yang efektif bisa digunakan untuk mempercepat proses


pembelajaran, teknik yang terbaik adalah dengan memiliki koneksi dengan
mahasiswa dan dengan teknik yang sederhana seperti mendengarkan,
mengajukan pertanyaan, mengklarifikasi dan memberi umpan balik
merupakan teknik-teknik dasar utama dalam coaching.

A. Evaluasi Pembelajaran Praktik Klinik Nifas dengan metode Coaching


Evaluasi merupakan salah satu fungsi dalam pelaksanaan proses
pembimbingan klinik di lahan praktik. Evaluasi praktik klinik menekankan pada
pencapaian kompetensi dan kualitas pencapaian pembelajaran setelah selesai
melaksanakan praktik. Pembimbing klinik mengadakan umpan balik tentang hasil
yang telah dicapai, meminta pendapat kepada mahasiswa mengenai proses
pembimbingan dan segala hal yang dihadapinya yang menyangkut faktor-
faktor pendukung, faktor penghambat serta kekurangan-kekurangan yang
ditemukan.
Tujuan evaluasi antara lain:
1. Memperoleh informasi kemajuan proses belajar dalam melaksanakan praktik
klinik
2. Menentukan tingkat pencapaian tujuan praktik klinik yang telah dirumuskan
institusi
3. Mengetahui kesulitan mahasiswa dalam pembimbingan praktik
4. Memberikan nilai keterampilan kepada setiap mahasiswa
5. Pertanggungjawaban pembimbing klinik kepada institusi terhadap proses hasil
bimbingan
6. Untuk memperbaiki proses pembimbingan klinik yang akan datang
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam bidang kesehatan coaching merupakan alternative untuk
konseling. Coaching merupakan proses untuk mencapai suatu prestasi kerja
dimana ada seorang yang mendampingi, memberikan tantangan, menstimulasi
dan membimbing untuk terus berkembang sehingga seseorang bisa mencapai
suatu prestasi yang diharapkan. Seseorang yang melakukan coaching disebut
coach dan orang yang dicoaching disebut coachee. Proses coaching akan
sangat menolong seseorang untuk mengaktualisasikan dirinya, yaitu untuk
mencapai satu titik dimana dia tidak hanya dapat mengetahui keberadaannya
saat itu tetapi juga mengetahui potensi kemampuan yang seharusnya dapat
dicapai. Orang yang melakukan coaching terikat dalam satu kerjasama yang
baik dengan coacheenya sehingga melalui proses ini terjalin satu kedekatan
dan saling pengertian yang lebih mendalam. Tujuannya adalah dapat
meningkatkan kinerja individu dan organisasi, keseimbangan yang lebih baik
antara pekerjaan dengan kehidupan, motivasi yang lebih tinggi, pemahaman
diri yang lebih baik, pengambilan keputusan yang lebih baik dan peningkatan
pelaksanaan manajemen perubahan.
Masa Nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu (Prawirohardjo, 2002 : N-23).
Pada wanita atau ibu nifas penjelasan mengenai tanda-tanda bahaya
masa nifas sangat penting dan perlu, oleh karena masih banyak ibu pada masa
nifas belum mengetahui tentang tanda-tanda bahaya masa nifas,
baikitutentangperdarahan post partum,lochea yang berbaubusuk (bau dari
vagina, pengecilan rahim yang terganggu,nyeri pada perut dan pelvis,
pusinglemas yang berlebihan,suhu tubuh ibu yang meningkat, dan penyulit
dalam menyusui terutama bendungan ASI dan mastitis (Prawirohardjo, 2005).

B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, begitu juga
dengan kelompok kami. Bila dalam pembuatan makalah ini ada kekurangan,
kami mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca guna penyempurnaan
makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai