Anda di halaman 1dari 67

LAPORAN PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK

TENAGA AIR

Nama :- Febryan Kusuma (161724008)


Anggota Kelompok : Iqbalilah Ramdani (161724011)
R. Dimas Abimanyu (161724020)
Raka Muhammad Y. (161724023)
Rifanni Julianti (161724024)

Kelas/Prodi : 3C-Teknologi Pembangkit Tenaga Listrik


Dosen Pengajar: -Drs. Maridjo, MT.
-Drs. Djafar Sodiq, ST., MT.
-Ir. Wahyu Budi Mursanto, M. Eng.

PROGRAM STUDI D4 - TEKNOLOGI PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK


JURUSAN TEKNIK KONVERSI ENERGI
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2019
LAPORAN PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA AIR

Nama :- Iqbalilah Ramdani (161724011)


Anggota Kelompok : Febryan Kusuma (161724008)
R. Dimas Abimanyu (161724020)
Raka Muhammad Y. (161724023)
Rifanni Julianti (161724024)

Kelas/Prodi : 3C-Teknologi Pembangkit Tenaga Listrik


Dosen Pengajar: -Drs. Maridjo, MT.
-Drs. Djafar Sodiq, ST., MT.
-Ir. Wahyu Budi Mursanto, M. Eng.

PROGRAM STUDI D4 - TEKNOLOGI PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK


JURUSAN TEKNIK KONVERSI ENERGI
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2019
LAPORAN PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA AIR

Nama :- R. Dimas Abimanyu (161724020)


Anggota Kelompok : Febryan Kusuma (161724008)
Iqbalilah Ramdani (161724011)
Raka Muhammad Y. (161724023)
Rifanni Julianti (161724024)

Kelas/Prodi : 3C-Teknologi Pembangkit Tenaga Listrik


Dosen Pengajar: -Drs. Maridjo, MT.
-Drs. Djafar Sodiq, ST., MT.
-Ir. Wahyu Budi Mursanto, M. Eng.

PROGRAM STUDI D4 - TEKNOLOGI PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK


JURUSAN TEKNIK KONVERSI ENERGI
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2019
LAPORAN PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA AIR

Nama :- Raka Muhammad Y. (161724023)


Anggota Kelompok : Febryan Kusuma (161724008)
Iqbalilah Ramdani (161724011)
R. Dimas Abimanyu (161724020)
Rifanni Julianti (161724024)

Kelas/Prodi : 3C-Teknologi Pembangkit Tenaga Listrik


Dosen Pengajar: -Drs. Maridjo, MT.
-Drs. Djafar Sodiq, ST., MT.
-Ir. Wahyu Budi Mursanto, M. Eng.

PROGRAM STUDI D4 - TEKNOLOGI PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK


JURUSAN TEKNIK KONVERSI ENERGI
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2019
LAPORAN PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA AIR

Nama :- Rifanni Julianti (161724024)


Anggota Kelompok : Febryan Kusuma (161724008)
Iqbalilah Ramdani (161724011)
R. Dimas Abimanyu (161724020)
Raka Muhammad Y. (161724023)

Kelas/Prodi : 3C-Teknologi Pembangkit Tenaga Listrik


Dosen Pengajar: -Drs. Maridjo, MT.
-Drs. Djafar Sodiq, ST., MT.
-Ir. Wahyu Budi Mursanto, M. Eng.

PROGRAM STUDI D4 - TEKNOLOGI PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK


JURUSAN TEKNIK KONVERSI ENERGI
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
kebesaranNya kami dapat menyelesaikan laporan mengenai “Perancangan Pembangkit Listrik
Tenaga Mini Hidro” ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki.
Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai perancangan turbin. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga laporan ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.Sekiranya laporan
yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Bandung, 05 Juli 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan teknologi saat ini diiringi dengan meningkatnya kebutuhan akan listrik.
Pemenuhan listrik di Indonesia saat ini belum merata dikarenakan keterbatasan sumber energi
penghasil listrik.Produksi listrik saat ini sudah seharusnya tidak lagi menggunakan sumber
energi konvensional, tetapi berupa sumber energi terbarukan yang nyatanya lebih ramah
lingkungan.
Di Indonesia sendiri, terdapat sumber energi air penghasil tenaga listrik yang berlimpah
dan berpotensi untuk dibangun sebuah PLTMH.Sehingga dapat memenuhi kebutuhan listrik
masyarakat yang membutuhkan.
Untuk menghasilkan energi listrik sesuai yang diharapkan, maka proses perancangan
suatu pembangkit listrik tenaga air ini perlu diperhitungkan matang-matang. Hal tersebut
dikarenakan terdapat beberapa spesifikasi pembangunan dan perancangan yang harus
disesuaikan dengan daerah pembangkitan.Salah satunya mengenai perhitungan dan desain
turbin itu sendiri.
Berdasarkan data head dan debit air yang diperoleh, dapat diketahui bahwa jenis turbin
yang paling efektif dan efisien untuk digunakan berupa turbin air jenis Francis. Dengan data
head dan debit air tersebut, maka dapat diperoleh nilai-nilai (spesifikasi) dari setiap bagian
turbin yang perlu dibuat untuk pembangkitan nanti.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:


1. Bagaimana cara menghitung spesifikasi setiap bagian dari Turbin Francis sehingga
menghasilkan daya yang efektif sesuai sumber daya air yang ada?
2. Bagaimana cara merancang Turbin Francis sesuai dengan perhitungan spesifikasi alat
yang telah diperoleh?

1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro sebagai
berikut:

1. Turbin Francis dirancang untuk spesifikasi daerah pembangkitan dengan head (H)
setinggi 43meter dan laju aliran air (Q) sebesar 7,27 m3/detik.
2. Turbin Francis dirancang dengan kecepatan putaran design turbin sebesar 500 rpm
dengan efisiensi turbin sebesar 80%, efisiensi generator 90%
1.4 Tujuan
Tujuan dari pembuatan rancangan PLTM adalah sebagai berikut:
1. Untuk menghitung spesifikasi setiap bagian dari Turbin Francis sehingga
menghasilkan daya yang efektif sesuai sumber daya air yang ada.
2. Untuk merancang Turbin Francis sesuai dengan perhitungan spesifikasi alat yang
telah diperoleh.
3. Untuk memanfaatkan potensi energi air dengan menggunakan study meja

1.5 Manfaat

Adapun manfaat yang diharapkan dari perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Mini hidro
diantaranya:
1. Mampu memberikan pengetahuan tentang sumber daya yang dapat dimanfaatkan sebagai
Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro.
2. Mampu memberikan pengetahuan tentang konstruksi, spesifikasi, serta rancangan Turbin
Francis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Turbin Air Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hydro

Turbin secara umum dapat diartikan sebagai mesin penggerak mula dimana energi
fluida kerja yang digunakan langsung memutar roda turbin, fluida kerjanya dapat berupa
air, uap air dan gas.Dengan demikian turbin air dapat diartikan sebagai suatu mesin
penggerak mula yang fluida kerjanya adalah air.(wiranto, 1997 : 1).
Secara umum prinsip kerja dari turbin air ini adalah aliran air di dalam pipa pesat
yang mengandung energi diarahkan ke roda turbin melalui nozzle, kemudian energi
yang di dalam air ini pada roda turbin di ubah bentuknya menjadi energi mekanik berupa
putaran.Putaran roda turbin inilah yang dimanfaatkan untuk menggerakkan suatu beban,
salah satu contohnya adalah untuk menggerakkan generator pembangkit listrik.
Konstruksi dasar dari turbin air terdiri dari dua bagian utama yaitu rotor dan stator.
Rotor adalah bagian–bagian dari turbin yang bergerak atau berputar seperti roda turbin
(runner), poros, kopling, roda gaya, puly dan bagian–bagian dari turbin yang diam
seperti saluran masuk (pipa pesat), rumah–rumah, sudu antar, sudu pengarah (nozzle),
saluran buang dan lain–lain. (wiranto, 1997 :1).
Contoh sistem turbin air tersebut dapat dilihat seperti gambar 1 dari gambar turbin air
poros vertical tersebut dapat dilihat komponen utama yaitu :
1. Sudu tetap (nozzle), yang berfungsi untuk mengarahkan aliran fluida kerja
(air) masuk de dalam sudu gerak.
2. Sudu gerak, sudu gerak ini dipasang pada sekeliling roda turbin, yang mana
fungsinya adalah untuk menerima tekanan dari kecepatan fluida kerja air
masuk dan keluar sudu.
3. Rotor (roda turbin), suatu tempat dudukan sudu gerak, berfungsi untuk
meneruskan daya putar yang diterima dari sudu gerak keporos.
4. Poros, yang berfungsi untuk mentransmisikan daya atau tenaga bersama
–sama dengan putaran roda turbin dan juga dapat berfungsi untuk
mendukung suatu momen putar.
5. Stator (rumah turbin), berfungsi untuk melindungi atau untuk pengamanan
dari proses kerja turbin, dan juga untuk mendukung konstruksi turbin
secara keseluruhan.
6. Generator listrik, berfungsi untuk mengubah tenaga mekanis dari poros
turbin menjadi tenaga listrik.
Gambar 1 : Turbin air poros vertikal.

2.2 Prinsip Kerja Turbin Air


Pada roda turbin terdapat sudu yaitu suatu konstruksi lempengan dengan
bentuk dan penampang tertentu, air sebagai fluida kerja mengalir melalui ruang
diantara sudu tersebut, dengan demikian roda turbin akan dapat berputar dan pada
sudu akan ada suatu gaya yang bekerja.
Gaya tersebut akan terjadi karena ada perubahan momentum dari fluida kerja
air yang mengalir diantara sudunya. Sudu hendaknya dibentuk sedemikian rupa
sehingga dapat terjadi perubahan momentum pada fluida kerja air tersebut.
(wiranto,1997:4).

Gambar 2 : Roda Turbin


2.3 Klasifikasi Turbin Air
Turbin air juga dibedakan dalam dua golongan utama, yaitu dipandang dari
segi pengubahan momentum fluida kerjanya :
1. Turbin impuls
Turbin impuls disebut juga dengan turbin air tekanan sama karena tekanan air
yang keluar dari nozel tekanannya sama dengan tekanan atmosfir sekitarnya.
Sehingga energi tempat dan energi tekanan yang dimiliki oleh aliran air dirubah
semuanya menjadi energi kecepatan. Contoh dari turbin impuls ini adalah turbin
pelton, turbin crossflow dan lain–lain.(Fritz Dietzel, 1988 : 18)

Gambar 3 : Instalasi Turbin Impuls

a. Turbin Pelton
Turbin pelton merupakan turbin impuls. Turbin Pelton terdiri dari satu set sudu
jalan yang diputar oleh pancaran air yang disemprotkan dari satu atau lebih alat
yang disebut nozzle. Turbin Pelton adalah salah satu dari jenis turbin air yang
paling efisien. Turbin Pelton adalah turbin yang cocok digunakan untuk head
tinggi.

Gambar 4 : Turbin Pelton dengan Banyak Nozzle


Gambar 5 : Runner Turbin Pelton

Bentuk sudu turbin terdiri dari dua bagian yang simetris. Sudu dibentuk
sedemikian sehingga pancaran air akan mengenai tengah–tengah sudu dan pancaran
air tersebut akan berbelok ke kedua arah sehinga bisa membalikkan pancaran air
dengan baik dan membebaskan sudu dari gaya-gaya samping. Untuk turbin dengan
daya yang besar, sistem penyemprotan airnya dibagi lewat beberapa nozzle.Dengan
demikian diameter pancaran air bisa diperkecil dan ember sudu lebih kecil.
Turbin Pelton untuk pembangkit skala besar membutuhkan head lebih kurang 150
m tetapi untuk skala mikro head 20 m sudah mencukupi.

b. Turbin Turgo
Turbin Turgo dapat beroperasi pada head 30 s/d 300 m. Seperti turbin pelton
turbin turgo merupakan turbin impuls, tetapi sudunya berbeda.Pancaran air dari
nozzle membentur sudu pada sudut 20o.Kecepatan putar turbin turgo lebih besar dari
turbin Pelton. Akibatnya dimungkinkan transmisi langsung dari turbin ke generator
sehingga menaikkan efisiensi total sekaligus menurunkan biaya perawatan.

Gambar 6 : Sudu turbin Turgo dan nozzle


c. Turbin Crossflow
Salah satu jenis turbin impuls ini juga dikenal dengan nama Turbin Michell-Banki
yang merupakan penemunya. Selain itu juga disebut Turbin Osberger yang
merupakan perusahaan yang memproduksi turbin crossflow. Turbin crossflow dapat
dioperasikan pada debit 20 liter/sec hingga 10 m3/sec dan head antara 1 s/d 200 m.

Gambar 7 :Instalasi Turbin Crossflow


Turbin crossflow menggunakan nozzle persegi panjang yang lebarnya sesuai
dengan lebar runner. Pancaran air masuk turbin dan mengenai sudu sehingga terjadi
konversi energi kinetik menjadi energi mekanis. Air mengalir keluar membentur sudu
dan memberikan energinya (lebih rendah dibanding saat masuk) kemudian
meninggalkan turbin.Runner turbin dibuat dari beberapa sudu yang dipasang pada
sepasang piringan paralel.

Gambar 8 : Runner Turbin Crossflow


Turbin crossflow baik sekali digunakan untuk pusat tenaga air yang kecil dengan
daya kurang dari 750 kW. Pembuatan dan pemasangan konstruksi sangat sederhana,
dan biaya pembuatan murah. Konstruksi secara lengkap dapat dilihat pada gambar
2.9.
Gambar 9 : Konstruksi turbin crossflow

2. Turbin Reaksi
Turbin reaksi disebut juga dengan turbin tekanan lebih karena tekanan air sebelum
masuk roda turbin lebih besar dari pada tekanan air saat keluar roda turbin.Secara
umum dapat dikatakan bahwa aliran air yang masuk keroda turbin mempunyai energi
penuh, kemudian energi ini dipakai sebagian untuk menggerakkan roda turbin dan
sebagian lagi dipergunakan untuk mengeluarkan air kesaluran pembuangan. Jenis
turbin reaksi yang sering digunakan antara lain, turbin francis, turbin propeler atau
kaplan. (Fritz Dietzel, 1988:17)

Gambar 10 : Instalasi Turbin Reaksi


a. Turbin Francis

Turbin francis merupakan salah satu turbin reaksi. Turbin dipasang


diantara sumber air tekanan tinggi di bagian masuk dan air bertekanan rendah di
bagian keluar. Turbin Francis menggunakan sudu pengarah. Sudu pengarah
mengarahkan air masuk secara tangensial. Sudu pengarah pada turbin francis
dapat merupakan suatu sudu pengarah yang tetap ataupun sudu pengarah yang
dapat diatur sudutnya. Untuk penggunaan pada berbagai kondisi aliran air
penggunaan sudu pengarah yang dapat diatur merupakan pilihan yang tepat.

Gambar .11 : Runner Turbin Francis

b. Turbin Kaplan & Propeller

Turbin Kaplan dan propeller merupakan turbin rekasi aliran aksial. Turbin ini
tersusun dari propeller seperti pada perahu.. Propeller tersebut biasanya
mempunyai tiga hingga enam sudu.

Gambar 12 : Runner Turbin Kaplan


2.4 Kandungan Energi Dalam Zat Cair
Energi dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan usaha. Energi
tidak dapat diciptakan maupun dihilangkan tapi hanya dapat dirubah. Begitu juga
dengan air yang mengalir dari ketinggian tertentu, dimana aliran tersebut
mengandung energi yang dapat dimanfaatkan untuk memutar roda turbin. (Fritz
Dietzel, 1988:3)
Menurut Bernoulli apabila air dialirkan dalam pipa dari ketinggian tertentu dan selisih
ketinggian antara permukaan atas dan bawah adalah z dan tidak terdapat energi yang
masuk atau keluar, maka besar energi yang dikandung oleh air tersebut adalah :

W= Energi Tempat + Energi Tekanan + Energi Kecepatan

P c2
W  mgz  m  m (1.1)
 2

Dimana : W = Energi yang dikandung air (Nm)


m = Massa zat cair (kg)
g = Grafitasi bumi (m/s2)
z = Ketinggian suatu tempat yang dipakai sebagai standar (m)
P = Tekanan (N/m2)
 = Massa jenis zat cair (kg/m3)
c = Kecepatan aliran zat cair (m/s)
(Fritz Dietzel, 1988:4)

2.5 Kavitasi
Kavitasi adalah suatu peristiwa terjadinya gelembung-gelembung uap di dalam
cairan (air) yang mengalir apabila tekanan di tempat tersebut sama dengan tekanan
uapnya. Bila gelembung-gelembung tersebut terjadi maka akan bersama-sama
terbawa aliran dan pada daerah yang lebih tinggi tekanannya, gelembung-gelembung
tersebut akan pecah dengan tiba-tiba. Pecahnya gelembung-gelembung ini akan
menghasilkan tekanan yang sangat tinggi bisa mencapai 100 atm.
Dengan tekanan yang begitu tinggi akan mudah merusak material atau komponen-
komponen yang dipakai pada instalasi turbin.
Akibat kavitasi adalah sebagai berikut :
1. Menimbulkan suara yang sangat bising dan getaran-getaran
2. Mengikis bagian dalam pipa-pipa dan permukaan propeler
3. Menurunkan effisiensi dan daya turbin
Untuk mencegah terjadinya kavitasi ini, maka perlu diambil langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Meletakkan turbin pada tempat yang sebaik-baiknya antara runner dan draft tube
2. Memperkecil jarak vertikal antara roda turbin dan permukaan air bawah (tinggi
isap diperkecil).
3. Memperbaiki konstruksi atau menggunakan material yang kuat.
4. Mengurangi belokan-belokan atau bentuk-bentuk yang tajam.
(Syahril, 1979: 65)

2.6 Dasar–Dasar Perencanaan Turbin


Dalam merencanakan sebuah turbin air, ada beberapa hal mendasar yang perlu
diketahui, sehingga dengan didapatnya harga–harga ini barulah perencanaan
konstruksi turbin air bisa dilakukan.
2.6.1 Daya Turbin
Dengan adanya gaya tangensial yang bekerja pada runner turbin, maka runner
turbin akan mengalami momen puntir.

Mt = Fu.r
Mt = Q.  r1 w 1 cos 1  r2 w 2 cos  2  (1.2)
atau:
Mt = Q.  r1c1 cos 1  r2 c 2 cos  2  (1.3)
Apabila kecepatan tangensial yang bekerja (u) = 𝜋.D.n dan kecepatan sudut
(w) = u / r maka daya yang dihasilkan oleh turbin adalah :
P = Mt .w
P = Q.  u 1 w 1 cos 1  u 2 w 2 cos  2  (1.4)
P = Q.  u 1c1 cos 1  u 2 c 2 cos  2  (1.5)
Dimana :
P = Daya Turbin (Watt)
Mt = Momen Puntir (Nm)
Fu = Gaya tangensial yang dihasilkan turbin (N)
c1 = Kecepatan mutlak air masuk sudu turbin (m/s)
c2 = Kecepatan mutlak air keluar sudu turbin (m/s)
w1 = Kecepatan relatif air masuk sudu turbin (m/s)
w2 = Kecepatan relatif air keluar sudu turbin (m/s)
u1 = Kecepatan tangensial air masuk sudu turbin (m/s)
u2 = Kecepatan tangensial air keluar sudu turbin (m/s)
r1 = Jari – jari diameter luar runner turbin (m)
r2 = Jari – jari diameter dalam runner turbin (m)
w= Kecepatan sudut (m/s)
Q = Debit air yang digunakan (m3/s)
 = Massa jenis air (kg/m3)
Apabila ditinjau dari kapasitas dan tinggi jatuh air, daya turbin yang
direncanakan dapat ditentukan dengan persamaan 1.6 :

P =  g Q He  t (1.6)

Dimana : P = Daya turbin (W)


 = Massa jenis air ( kg/m3)
g = Percepatan grafitasi (m/s2)
Q = Debit aliran air (m3/s)
He = Tinggi jatuh air efektif (m)
 t = Effisiensi turbin. Untuk turbin air harga effisiensi berkisar antara
84% - 94%.( wiranto, 1997:1)

2.6.2 Debit Air


Debit air merupakan hal yang sangat menentukan dalam perencanaan turbin
air, karena daya yang dihasilkan oleh turbin sangat tergantung pada debit air yang
tersedia. Menurut persamaan kontinuitas debit air yang mengalir dalam pipa
bertekanan dapat ditentukan dengan persamaan :

Q = V. A (1.7)

Dimana
Q = Debit air (m3/s)
V = Kecepatan aliran air (m/s)
A = Luas penampang pipa (m2)
(Suryono,1991:1)

2.6.3 Kecepatan Spesifik


Kecepatan spesifik dapat didefinisikan sebagai jumlah putaran roda turbin
dimana dapat dihasilkan daya 1 Hp untuk setiap jatuh air 1 ft. (wiranto,1997:67).
Dalam bentuk persamaan kecepatan spesifik dapat dirumuskan sebagai :

Q
n s  n1 (1.8)
He
3
4

Dimana :
Q = Debit air yang dibutuhkan (m3/s)
He = tinggi jatuh air effektif (m)
n1 = Kecepatan putaran turbin (rpm)
(Fritz Dietzel,1988,20)
Harga dari kecepatan putaran turbin (n1) biasanya berkisar antara 125–750 rpm
(wiranto,1997:68)
2.6.4 Tinggi Jatuh Air
Ada dua macam tinggi jatuh air pada suatu instalasi pembangkit listrik yaitu :
tinggi jatuh air aktual dan tinggi jatuh air efektif. Untuk jenis turbin air tekanan
sama tinggi jatuh air aktualnya dihitung dari permukaan air di kolam penampung
sampai ke tengah–tengah pancaran air dari nozzle. Sedangkan untuk jenis air
tekanan lebih tinggi jatuh air aktual dihitung dari permukaan air di kolam
penampung sampai ke permukaan air bawah.

Gambar 13 : Tinggi Jatuh Air Aktual untuk turbin tekanan sama


TPA (Tinggi Permukaan Air Atas)
TPB (Tinngi Permukaan air Bawah)

Gambar.14 : Tinggi jatuh air aktual untuk turbin tekanan lebih

Yang dimaksud dengan tinggi jatuh air efektif adalah tinggi jatuh air aktual
dikurangi total kerugian energi (Head losses) disepanjang saluran. Dalam
persamaan 1.9 dapat dinyatakan :
He = Ha -  Hl (1.9)

Dimana :
He = Tinggi jatuh air efektif (m)
Ha = Tinggi jatuh air aktual (m)
Hl =Head losses (m)
Kerugian energi (head losses) yang terjadi di dalam pipa dapat di
kelompokkan atas dua bagian :
1. Kerugian terjadi sebagai akibat dari gesekan air disepanjang pipa (Head
losses mayor), menurut Strickler kerugian ini dapat dihitung dengan persamaan
1.10 :

Q2 L
Hlf = 10,249 (1.10)
2
k D 5,33

Dimana : Hlf = Head losses mayor (m)


Q = Debit air (m3/s)
k = Angka gesek Strickler
D = Diameter dalam pipa (m)
(Suryono, 1991:34)

Tabel 1 : Angka Gesek Stricker


Macam bahan Angka Gesek, k
Pipa Pesat
70 80 90 100 110 120 130 140

Beton
Baja bersambungan keling

Besi tuang dilapisi tir

Baja bersambungan las


Asbes semen

Plastik

(Sumber : Suryono, 1991 :39)

Secara empiris head losses mayor ini dapat dicari dengan persamaan 1.11
Hazen – Williams :

10,666 Q1,85
Hlf = 1,85 4,85 L (1.11)
C D
Dimana : Q = Debit air (m3/s)
D = Diameter dalam pipa (m)
L = Panjang pipa (m)
C = Koefisien kekasaran
(Sularso,1987 :31)

Tabel 2 : Angka koefisien (C) Hazen – Wiliams

No Bahan Pipa C
1 Beton (tidak terpengaruh oleh umur) 130
2 Besi Tuang
Baru 130
Umur 5 Tahun 120
Umur 20 Tahun 100
3 Baja Las, Baru, Papan Kayu (tidak terpengaruh oleh 120
4 umur) 110
5 Lempung, Baja Keling, baru 100
6 Gorong – gorong Beton 140
Semen asbes
(Sumber : Ray K. Linsley,1985: 270)

2. Kerugian yang terjadi diawal pipa, belokan pipa, perubahan penampang,


dan lain – lain (Head losses minor). Kerugian ini dapat dinyatakan
dengan persamaan 2.12:

V2
Hlm = f 2g
` (1.12)

Dimana : Hlm = Head losses minor (m)


V = Kecepatan air dalam pipa (m/s)
 f = Total koefisien kerugian
(Suryono,1991:40)
Gambar 15 : Koefisien kerugian di ujung masuk pipa
(Sumber : Sularso, 1987 : 34)
(i) f = 0.5
(ii) f = 0.25
(iii) f = 0.06 (untuk r kecil) sampai 0.005 (untuk r besar)
(iv) f = 0.56
(v) f = 3.0 (untuk sudut tajam) sampai 1.3 (untuk sudut 450)
(vi) f = f1 + 0.3 cos θ+ 0.2 cos2 θ


 15 0 22,5 0 30 0 45 0 60 0 90 0
Sambungan
Jumlah
1 1 2 2 3 3
sambungan

0,08 0,10 0,12 0,18 0,25 0,31

Gambar 16 : Koefisien kerugian pada belokan pipa


(Sumber: Suryono, 1991 :41)

2.7 Pemilihan Jenis Turbin


Jenis turbin yang digunakan sangat tergantung dari besarnya debit air (Q) dan
tinggi jatuh air yang tersedia, besarnya harga dari debit dan tinggi jatuh air ini didapat
dari hasil survey ke lapangan.Secara teoritis dalam perencanaan pemilihan jenis
turbin ditentukan berdasarkan kecepatan spesifik (ns) dan tinggi jatuh air efektif (He).
2.7.1 Pemilihan berdasarkan kecepatan spesifik
Kecepatan spesifik adalah kecepatan turbin dimana dapat dihasilkan 1 HP untuk
setiap tinggi jatuh air (H) = 1 Ft. kecepatan spesifik dari suatu turbin dapat diketahui
dengan mempergunakan persamaan (2.8) dan kondisi yang diketahui.
Setelah dihitung atau didapatkan nilai ns dengan mempergunakan persamaan
(1.8), maka dapat dipilih jenis turbin dengan menggunakan tabel di bawah ini :
Tabel 3 : Pemilihan jenis turbin berdasarkan kecepatan spesifik
No Kecepatan spesifik (rpm) Type / Jenis turbin
1 10 sampai 35 Turbin Pelton dengan Nozzel tunggal
2 35 sampai 60 Turbin Pelton dengan dua Nozzel atau lebih
3 60 samapi 300 Turbin Francis
4 300 sampai 1000 Turbin Kaplan
(Sumber : R.S. Khurmi, 1982 : 616)

2.7.2 Pemilihan berdasarkan tinggi jatuh air


Pemilihan dengan berdasarkan tinggi jatuh air diperoleh, maka dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 4 : Pemilihan jenis turbin berdasarkan tinggi jatuh air
No Tinggi jatuh air / head (m) Type / Jenis Turbin
1 0 sampai 25 Kaplan atau Francis
(lebih cocok Kaplan)
2 25 sampai 50 Kaplan atau Francis
(lebih cocok francis)
3 50 sampai 150 Francis
4 150 sampai 250 Francis atau pelton
(lebih cocok francis)
5 250 sampai 300 Francis atau pelton
(lebih cocok pelton)
6 Di atas 300 Pelton

(Sumber : R.S. Khurmi, 1982 : 617)

2.8 Pipa Pesat


Pipa pesat adalah pipa yang dipakai untuk mengalirkan air ke turbin. Ada beberapa
hal yang perlu diperhitungkan pada pipa pesat antara lain:
2.8.1 Panjang pipa pesat
Panjang pipa pesat sangat tergantung dari tinggi jatuh air aktual dan sudut
kemiringan pemasangan pipa pesat. Setelah harga – harga ini didapat, panjang pipa
pesat dapat dihitung dengan menggunakan rumus phitagoras.
2.8.2 Kecepatan air dalam pipa pesat
Kecepatan air dalam pipa pesat dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
(1.7), disamping persamaan tersebut kecepatan air dalam pipa juga dapat dihitung
berdasarkan persamaan Hazen – Williams :

V = 0.85. C. R0.63. S0.54 (1.13)


Dimana : V = Kecepatan air dalam pipa (m/s)
C = Koefisien gesekan (tabel 2)
R = Jari – jari hidrolik (m)
S = Gradien hidrolik (m)
(Ray K. Linsley,1985 :308)
Harga R = 0.25 D
Head Loss Mayor Hlf 
Harga S =
Panjang Pipa L 
10,666 Q1,85
1,85 4 ,85
L
S= C D
L
10,666 Q1,85
S = 1,85 4,85
C D
(Sularso,1987 :31)

2.8.3 Diameter dalam pipa pesat


Apabila persamaan (1.7) dan persamaan (1.13) digabungkan maka kita dapat
mengetahui besarnya diameter dalam pipa :
0 , 54
 10,666 Q1,85 
 0,85 C 0,25 D 
Q 0 , 63
 1,85 
A  C D 4,85 
0 , 54
 10,666 Q1,85 
Q  0,85 C  0,25 D   1,85 4,85 
0 , 63

0,785 D 2 
 C D 
0,63 0,999 -0,999 -2,619
Q = (0,85 C) (0,42D ) (3,59 Q C D ) (0,785 D2)
0,001 0,011 0,999
Q = 1,006 C D Q
Q
D0,011 = 0 , 001
1,006 C Q 0,999
Q 0, 001
D  0, 011 (1.14)
1,006 C 0, 001

2.9 Komponen Transmisi Daya


Komponen transmisi daya ini berfungsi untuk mentransmisikan daya yang
dihasilkan oleh roda turbin ke generator pembangkit listrik. Komponen tersebut
antara lain poros turbin, dimana putaran yang dihasilkan oleh roda turbin diteruskan
ke poros turbin, untuk memindahkan daya dari poros turbin ke poros generator
pembangkit dibutuhkan komponen tambahan seperti Pully, kopling, atau roda gigi.
Komponen tambahan yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis turbin dan
berapa besar daya yang di transmisikan.

2.10 Poros Turbin


Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa poros turbin berfungsi untuk
memindahkan daya dari putaran turbin. Beban yang diterima oleh poros turbin antara
lain beban puntir dan beban lentur, sehingga dengan adanya beban ini maka akan
terjadi tegangan puntir dan tegangan lentur sebagai akibat dari adanya momen puntir
dan momen lentur (Sularso, 1994 17). Momen puntir pada turbin dapat dinyatakan
dengan persamaan 1.15 :
P
Mp = (1.15)
w

Dimana : Mp = Momen puntir (N.mm)


P = Daya yang ditransmisikan (KW)
w = Kecepatan sudut (rpm)

w = 2.π.n (1.16)

n = Kecepatan putaran turbin (rpm)


(Stolk,1993 :170)

Tegangan puntir dapat dinyatakan dengan persamaan 2.17 :


b
a  (1.17)
Sf 1 Sf 2

Dimana :  a = Tegangan izin poros (N/mm2)


 b = Tegangan tarik bahan poros (N/mm2)
Sf1 = Faktor kelelahan puntir
Sf2 = Faktor keamanan karena poros dibuat bertingkat dan diberi
pasak
Harga Sf1 untuk bahan poros SF = 5,6 dan untuk bahan poros S-C = 6, sedangkan
harga dari Sf2berkisar sekitar 1,3 sampai 3 (Sularso,1994 :8).

Untuk diameter poros turbin dapat dinyatakan dalam persamaan 1.18 :

1
 5,1 K t C b M p  3
d =  (1.18)
 a 

Dimana : d = Diameter poros (m)


 a = Tegangan izin poros (N/mm2)
Mp = Momen torsi yang diterima poros (N.mm)
Kt = Faktor koreksi untuk momen puntir
Cb= Faktor koreksi untuk beban lentur
(Sularso,1994 :8)
Untuk beban yang dikenakan secara halus harga Kt = 0,1 untuk beban yang
digunakan sedikit kejutan dan tumbukan harga Kt = 1,0 – 1,5 dan jika beban yang
dikenakan dengan kejutan atau tumbukan harga Kt = 1,3 – 3, karena poros juga
menerima beban lentur dari berat turbin maka diperlukan faktor koreksi untuk beban
lentur (Cb) yang harganya antara 1,2 – 2,3 (Sularso,1994 : 17).
Disamping hal–hal diatas, pemilihan bahan poros juga merupakan hal yang sangat
penting dalam perencanaan poros.

2.11 Pasak
Pasak adalah suatu elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan bagian – bagian
mesin seperti roda gigi, sprocket, puli, kopling dan lain – lain pada poros. Momen
diteruskan dari poros ke naf atau dari naf ke poros. Sementara pasak yang ada pada
turbin berfungsi untuk menetapkan runner pada poros.
Pasak pada umumnya dapat digolongkan atas beberapa macam sebagai berikut :
gambar 2.17. menurut letaknya pada poros dapat dibedakan antara pasak pelana,
pasak rata, pasak benam, dan pasak singgung, yang umumnya berpenampang segi
empat. Dalam arah memanjang dapat berbentuk prismatis atau berbentuk tirus. Pasak
benam prismatis ada yang khusus dipakai sebagai pasak luncur. Disamping macam
di atas ada pula pasak tembereng dan pasak jarum.

Gambar 17 Macam – macam pasak

Yang paling umum dipakai adalah pasak benam yang dapat meneruskan momen
yang besar.Untuk momen dengan tumbukan, dapat dipakai pasak singgung.Untuk
pasak umumnya dipilih bahan yang mempunyai kekuatan tarik lebih dari 60
(kg/mm2), lebih kuat dari pada porosnya. Kadang – kadang sengaja dipilih bahan
yang lemah untuk pasak, sehingga pasak akan lebih dahulu rusak dari pada poros atau
nafnya. Ini disebabkan harga pasak yang murah serta mudah menggantinya.
2.12 Bantalan
Bantalan adalah komponen turbin yang berfungsi untuk menumpu poros berbeban,
sehingga putaran atau gerakan bolak–baliknya dapat berlangsung secara halus, aman,
dan panjang umur.Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta
komponen turbin lainya bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan
baik maka prestasi seluruh sistem turbin akan menurun atau tidak dapat bekerja
secara semestinya.
Klasifikasi bantalan
a. Atas dasar gerakan bantalan terhadap poros
1. Bantalan luncur
Pada bantalan ini terjadi gesekan antara poros dan bantalan karena
permukaan poros ditumpu oleh permukaan batalan dengan perantaraan
lapisan pelumas.
2. Bantalan gelinding
Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar
dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola (peluru), rol atau
rol jarum, dan rol bulat.
b. Atas dasar arah beban terhadap poros
1. Bantalan radial, arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah tegak lurus
sumbu poros.
2. Bantalan aksial, arah beban bantalan ini sejajar dengan sumbu poros.
3. Bantalan gelinding khusus, bantalan ini dapat menumpu beban yang
arahnya sejajar dan tegak lurus sumbu poros.

2.12.1 Perbandingan antara bantalan luncur dan bantalan gelinding


Bantalan luncur mampu menumpu poros berputar tinggi dengan beban
besar.Bantalan ini sederhana konstruksinya dan dapat dibuat serta dipasang dengan
mudah.Karena gesekannya yang besar pada waktu mulai jalan, bantalan luncur
memerlukan momen awal yang besar dan pelumasan pada bantalan ini tidak begitu
sederhana. Panas yang timbul dari gesekan yang besar,terutama pada beban besar,
memerlukan pendinginan khusus. Sekalipun demikian, karena adanya lapisan
pelumas, bantalan ini dapat meredam tumbukan dan getaran sehingga hampir tidak
bersuara.Tingkat ketelitian yang diperlukan tidak setinggi bantalan gelinding
sehingga dapat lebih murah.
Bantalan gelinding pada umumnya lebih cocok untuk beban kecil dari pada
bantalan luncur, tergantung pada bentuk elemen gelindingnya. Putaran pada bantalan
ini dibatasi oleh gaya sentrifugal yang timbul pada elemen gelinding tersebut. Kerena
konstruksinya yang sukar dan ketelitiannya yang tinggi, maka bantalan gelinding
hanya dapat dibuat oleh pabrik–pabrik tertentu saja.Keunggulan pada bantalan
gelinding adalah pada gesekannya yang sangat rendah.Pelumasannya cukup dengan
gemuk, pada macam yang memakai sil sendiri tidak perlu pelumasan lagi.Meskipun
ketelitiannya sangat tinggi, namun karena adanya gerakan elemen gelinding dan
sangkar, pada putaran tinggi bantalan ini agak gaduh dibandingkan dengan bantalan
luncur.
Pada waktu pemilihan bantalan, ciri masing–masing harus dipertimbangkan sesuai
dengan pemakaian, lokasi dan macam beban yang akan dialami.
2.12.2 Jenis–jenis bantalan gelinding
Bantalan gelinding mempunyai keuntungan dari gesekan gelinding yang sangat
kecil dibandingkan dengan bantalan luncur.Seperti gambar 18, elemen gelinding
seperti bola atau rol, dipasang antara cincin luar dan cincin dalam. Dengan memutar
salah satu cincin tersebut, bola atau rol akan membuat gerakan gelinding sehingga
gesekan diantaranya akan lebih kecil. Untuk bola atau rol, ketelitian tinggi dalam
bentuk dan ukuran merupakan keharusan, karena luas bidang kontak antara bola atau
rol dengan cincinnya sangat kecil maka besarnya beban persatuan luas atau
tekanannya menjadi sangat tinggi.Dengan demikian bahan yang dipakai harus
mempunyai ketahanan dan kekerasan yang tinggi.
Bantalan gelinding, seperti pada bantalan luncur, dapat diklasifikasikan atas :
bantalan radial, yang terutama membawa beban radial dan sedikit beban aksial, dan
bantalan yang membawa beban yang sejajar sumbu poros. Menurut bentuk elemen
gelindingnya, dapat pula dibagi atas bantalan bola dan bantalan rol.Demikian pula
dapat dibedakan menurut banyaknya baris dan konstruksi dalamnya.Bantalan yang
cincin luarnya dapat saling dipisahkan disebut macam pisah.

Gambar 18 : Macam–macam bantalan gelinding


Menurut diameter luar atau diameter dalamnya, bantalan gelinding dapat dibagi
atas :
a. Diameter luar lebih dari 800 (mm) Ultra besar
b. Diameter luar 180 – 800 (mm) Besar
c. Diameter luar 80 – 180 (mm) Sedang
d. Diameter dalam 10 (mm) atau lebih, dan luar sampai 80 (mm) Kecil
e. Diameter dalam kurang dari 10 (mm), dan diameter luar
9 (mm) atau lebih Diameter kecil
f. Diameter luar kurang dari 9 (mm) Miniatur
Menurut pemakaiannya, dapat digolongkan atas bantalan otomobil, bantalan
mesin, dan bantalan intrumen.Bantalan gelinding biasa terdapat dalam ukuran metris
dan inchi.
2.13 Transmisi Sabuk–V
Jarak yang jauh antara dua buah poros sering tidak memungkinkan transmisi
langsung dengan roda gigi. Dalam hal demikian, cara transmisi putaran atau daya
yang lain dapat diterapkan, dimana sebuah sabuk luwes atau rantai dibelitkan
sekeliling puli atau sprocket pada poros.
Transmisi sabuk–V pada turbin berfungsi untuk meneruskan daya berbentuk
putaran dari suatu poros yang lainnya (poros generator) untuk menghasilkan energy
listrik.
Sabuk–V tersebut dari karet dan mempunyai penampang trapesium.Tenunan
tetoron atau semacamnya dipergunakan sebagai inti sabuk untuk membawa tarikan
yang besar (gambar 18).sabuk–V dibelitkan disekeliling alur puli yang berbentuk V
pula. Bagian sabuk yang sedang membelit pada puli ini mengalami lengkungan
sehingga bagian dalamnya akan bertambah besar.

Gambar 19 : Konstruksi sabuk–V

Gaya gesekan juga akan bertambah karena pengaruh bentuk baji, yang akan
menghasilkan transmisi daya yang besar pada tegangan yang relatif rendah. Hal ini
merupakan salah satu keunggulan sabuk–V dibandingkan dengan sabuk rata.

2.14 Turbin Governor


Turbin governor berfungsi untuk mengatur putaran turbin agar selalu serempak
dengan frekuensi generator (putaran turbin dan frekuensi) dapat berubah-ubah
dengan terjadinya perubahan pemakaian beban listrik.
Untuk mengatur perubahan beban tidak dapat kita lakukan dengan manual, karena
adanya kesulitan-kesulitan sebagai berikut :
a. Perubahan beban tidak dapat diduga sesuai dengan pemakaian listrik
b. Konstruksi relative besar
c. Menambah biaya operasional
2.14.1 Sistem Pengaturan
Apabila beban turun dari rated horse power maka putaran turbin akan selalu
bertambah tinggi. Dengan menggunakan governor dimana prinsip kerjanya
berdasarkan gaya setrifugal dimana gaya tersebut dapat diperoleh dari putaran turbin.
Gaya sentrifugal yang terjadi akan menimbulkan gerak translasi dengan bantuan
alat mekanik lainya. Gerak translasi ini akan menggerakkan posisi sudu pengarah
sesuai dengan kebutuhan dan beban serta putaran turbin.
2.14.2 Cara Kerja Governor dan Servomotor
Pada gambar 20 menunjukan cara kerja governor dan servomotor pada turbin axial.
Gambar Skema governor

Alat ini dilengkapi dengan fly ball, untuk memperoleh gaya setrifugal dari putaran
poros turbin untuk menghasilkan gerak translasi, apabila putaran turbin bertambah
tinggi (akibat beban turun) fly ball akan berputar dan bergerak ke arah luar, sehingga
menarik tuas dan membuka katup pada distributor valve kemudian minyak ditekan
dari pipa ke oil sump.
Dari oli sump melalui pipa-pipa masuk ke katup distribusi menuju servo motor,
sehingga menggeser piston ke atas (ke kanan) dimana regulation rod akan memutar
regulating ring ke kanan. Pada regulating ring terikat sudu-sudu penggerakdengan
demikian merobah kedudukan sudu pengarah sampai posisi tertentu untuk mencapai
kedudukan yang tepat. Bila kedudukannya telah tepat maka putaran akan turun
kembali pada putaran yang normal.
BAB III
METODOLOGI

3.1 . Potensi Aliran Air Sungai


3.1.1 Head
Head merupakan tinggi jatuh air atau dari permukaan air ke dasar terdalam.
Potensi headyang dimiliki sungai adalah 3m.

3.1.2 Debit
𝑄 = 𝐴𝑥v
Dimana:
A = Luas penampang (m2)
v = Kecepatan aliran air rata-rata pada luas penampang (m/detik)

3.1.3 Daya Hidrolis Air

𝑊𝐻𝑃 = 𝜌 𝑥 𝑔 𝑥 𝐻 𝑥 𝑄
Dimana:
P = Daya Hidrolis Air (watt)
ρ = Densitas air (𝑘𝑔/𝑚3 )
g = Percepatan gravitasi (𝑚/𝑠 2 )
H = Debit air (𝑚3 /𝑠)
Q = Head (m)
3.1.4 Daya Turbin

𝑃𝑇 = 𝜌 𝑥 𝑔 𝑥 𝐻 𝑥 𝑄 𝑥 𝜂𝑇
Dimana:
PT = Daya turbin (watt)
ηT = Efisiensi turbin (0.9)
0,8–0,85 untuk turbin pelton
0,8 – 0,9 untuk turbin francis
0,8 – 0,9 untuk turbin propeler / kapan
0,7 –0,8 untuk turbin crossflow
3.2. Analisa Sipil
Tentukan

1. Net Head ( Dari data )


2. Gross Head ( Dari data )
3. Debit ( Dari data )
4. Tipe Pembangkit ( Dari data)
5. Kapasitas Pembangkit ( Dari data)
6. Energi Produksi ( Kapasitas Produksi / Total Waktu Operasi)

a. Bendung

Gambar Tipe Bendung


Tentukan tipe bendungan yang ingin dibangun. Kmeudian tentukan lebar
bendungan sesuai dengan data lebar sungainya, tinggi berdasarkan tinngi sungai dan
elevasi dari data. Dari data lebar sungai, bisa diestimasi ukuran dan jumlah flushing
gate yang kompatibel.

b. Intake
Merupakan saluran yang mengalirkan air dari bendungan ke waterway.
Umumnya terletak pada bagian sisi kiri atau kanan bendugan. Ukuran dan jumlah
gerbangnya disesuaikan denga luas dari waterway-nya.
c. Waterway
Merupakan saluran yang membawa air dari bendungan ke penstock.
Luasnya diperhitungkan menggunakan rumus dengan menentukan kecepatan aliran
air pada water way. Kecepatan air ditentukan dari pemilihan bahan waterway yang
dilampirkan pada gambra berikut.

v (kecepatan air) dipilih dari rentan sesuai dengan bahan yang dipilih

𝑄
A=𝑣
A = L x T’
Anggap L = T’, sehingga

T’ = √A

T’ = Tinggi penampang basah

L = Lebar Penampang

X = merupakan pertambahan tinngi dari T, untuk meyakinkan bahwa air dalam


waterway terjaga dan tidak tumpah

T = T’ + X

d. Sandtrap

Merupakan sebuah kolam kecil penenang yang digunakan untuk


mengendapkan pasir yang ada pada air. Berikut adalah perhitungan dimensinya

C (Lebar) = (2-3) x L; pilih koefisen dari 2-3


D (Tinggi) =(1.1- 2) x T’ ; pilih koefisien dari 1.1 – 2

P (Panjang)= (8-12) x L ; pilih koefisien dari 8-12

Biasanya pada sandtrap terdapat flushing gate yang berfungsi untuk mengalirkan air
bersama dengan lumpur yang diendapkan ke sungai kembali. Flushing Gate
disesuaikan dengan ukuran sand trap.

e. Penstock

Merupakan pipa untuk menjatuhkan air dengan ketinggian tertentu. Luas


pipa ini ditentukan dengan ketentuan kecepatan air yang mengalir dalam pipa.
Kecepatan harus ≤ 4m/s dengan debit yang sudah ditentukan, sehingga
perhitunganya adalah sebagai berikut

𝑄
A =𝑉

Do= √A

Dari rumus di atas, bisa ditentukan diameter dalamnya (inner diameter) sesuai
dengan ketebalan yang dikehendaki. Panjang pipa dihitung dari aplikasi google map.

Gambar skema PLTMH

f. Power house & tail race


Ukuran dan bahan konstruksinya tidak ditentukan berdasarkan
perhitungan. Ukuran ditentukan agar kompatibel dengan jumlah dan ukuran turbin
dan generator. Koordinat power house ditentukan dengan aplikasi google maps.
Gambar Skematik PLTMH

g. Jalan Akses
Jalan akses merupakan jalan yang digunakan untuku parak teknisi
pembangkit untuk menuju ke pembangkit dari pemukiman warga. Panjang dan lebar
jalan ditentukan dengan aplikasi google maps. Kemudian bahu jalan ditentukan
berdasarkan ukuran dan jumlah kendaraan maksimum yang diperbolehkan melewati
jalan itu.
3.2. Analisa Mekanikal
3.2.1 Pemilihan jenis turbin berdasarkan kecepatan spesifik:
√PT
𝑁𝑠 = 𝑛 𝑥 5/4
𝐻
Dimana:
Ns = Putaran spesifik turbin (rpm)
n = putaran poros turbin (rpm)
Asumsi putaran poros turbin yang diinginkan adalah 400 rpm. Maka besarnya
putaran spesifik turbin adalah :
Tabel 1. Kisaran Kecepatan Spesifik Beberapa Turbin Air
Jenis Turbin Kisaran kecepatan spesifik
Pelton 12 ≤ Ns ≤ 25
Francis 60 ≤Ns≤ 300
Cross Low 40 ≤Ns≤ 200
Propeller dan Kaplan 250 ≤Ns≤ 1000

3.2.2 Menghitung Kecepatan Tangensial Masuk Sudu Pada Sisi Luar Sudu (U1)
Untuk menghitung besaran ini, dapat menggunakan persamaan berikut:

U1 = 𝑢1* x √2 x g x H

Keterangan : g = percepatan gravitasi (m/s2)


H = head (m)

Grafik Kecepatan Spesifik Berdasarkan Debit Aliran Berupa Harga untuk Menentukan
Ukuran-Ukuran Utama Turbin
3.2.3 Menghitung Kecepatan Tangensial Masuk Sudu Pada Leher Poros
Untuk mendapatkan nilai Kecepatan tangensial masuk sudu pada leher poros
(U2i) padapembangkit dapat menggunakan persamaan berikut:

U2i = 𝑢*2i x √2 x g x H

3.2.4 Menghitung Diamater Luar Runner (D1)


Untuk mendapatkan diameter luar runner (D1) pada pembangkit dapat
menggunakan persamaan berikut :

60 x U1
D1 = 𝜋𝑥𝑛

Keterangan :
U1 = Kecepatan tangensial masuk sudu pada sisi luar sudu
n = Putaran poros yang direncanakan
3.2.5 Menghitung Diamter Leher Poros (D2i)
Untuk mendapatkan nilai diameter leher poros dapat menggunakan
persamaan berikut :
60 x U2i
D2i = 𝜋𝑥𝑛

3.2.6 Menghitung Lebar Runner (Bx)


Untuk menghitung lebar Runner gunakan persamaan berikut :

D1 D2i
Bx = −
2 2

3.2.7 Menghitung Diameter Tengah Runner (Dx)


Untuk menghitung lebar runner gunakan persamaan berikut :
Dx = Bx + D2i
3.2.8 Menghitung Segitiga Kecepatan Masuk
Untuk mendapatkan nilai segitiga kecepatan masuk pada turbin gunakan
beberapa persamaan sebagai berikut
H
 Cu1 = nt x g x U1
 Cm1= 0,28 x √2 g H
 C1 = √Cu12 + Cm12
Cm1
 Sin-1 α = C1
Cm1
 Sin-1β = x

3.2.9 Menghitung Segitiga Kecepatan Keluar


Untuk Menghitung nilai segitiga kecepatan keluar pada turbin dapat
beberapa persamaan sebagai berikut

 u2a = u*2a x √2 x g x H
 u2i = u*2i x √2 x g x H
u2i x u2a
 Uavr= 2
 C2 =C 2 x √2 x g x H
*

 W1 =√Uavr 2 xC22
C2
 Sin-1𝛽 = W1
3.2.10 Menghitung Lebar Roda (B1)
Untuk menghitungnya gunakan persamaan berikut

𝑄
B1 = 𝐷1 𝑥 𝜋 𝑥 𝐶𝑚1 𝑋 𝑇

3.2.11 Mengitung Jumlah Blade


Untuk menghitung jumlah blade yang dibutuhkan (Z min) gunakan persamaan :

Z min = 2 x 𝜋 𝑥 tan 𝛼

3.2.12 Menghitung Jarak antar Blade (t)


Untuk mendapatkan nilai jaraj antar blade (t) pada turbin, dapat menggunakan persamaan
berikut :

D2i x π
t= Z min
3.2.13 Perancangan Spiral Casing Berdasarkan Pandangan Atas

 Ukuran pada bagian A


𝐴
= 0,4 𝑥 𝑁𝑠0,2
𝐷1

 Ukuran pada bagian B


B
= 1,26 + 3,79 x 10−4 xNS
D1
 Ukuran pada bagian C
𝐶
= 1,46𝑥3,24𝑥10−4 𝑥𝑁𝑠
𝐷1

 Ukuran pada bagian D


D
= 1,59 x 5,74 x 10−4 xNs
D1

 Ukuran pada bagian E


E
= 1,21 + 2,71 x 10−4 x Ns
D1

 Ukuran pada bagian F

F 72,17
= 1,45 +
D1 Ns
 Ukuran pada bagian G
G 41,63
= 1,29 +
D1 Ns
Ukuran pada bagian H
H 31,86
= 1,13 +
D1 Ns

3.2.14 Perancangan Spiral Casing Berdasarkan Pandangan Atas

 Ukuran pada bagian I


I 31,80
= 0,45 +
D1 Ns

 Ukuran bagian M
M 1
=
D1 2,06 + 1,20 x Ns x 10−4
 Ukuran pada bagian L
L
= 0,74 + 8,7 x 10−4 x Ns
D1
BAB IV
ANALISA DAN PERHITUNGAN
4.2. Studi Potensi

Studi potensi merupakan kajian awal untuk mencari data dan informasi yang dibutuhkan
untuk proses perancangan yang lebih lanjut. Dalam kasus ini, kami melakukan studi potensi di
daerah sungai Cikandang – Pakenjeng yang terletak di desa Talagawangi, Kec. Pakenjeng, Kab.
Garut.

Kajian awal yang pertama dilakukan adalah berupa Desk Study (Studi Meja) dimana data
data primer yang dibutuhkan dikumpulkan terlebih dahulu kemudian di analisa untuk mencari
potensi yang baik untuk membangun PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro)

Data Primer yang kami gunakan sebagai Desk Study adalah sebagai berikut :

a. Data Curah Hujan


Data ini di dapatkan dari website resmi Pemerintah Kabupaten Garut pada
dapertemen Klimatologi nya. Curah hujan rata-rata tahunan di sekitar Garut berkisar
antara 2.589 mm dengan bulan basah 9 bulan dan bulan kering 3 bulan, sedangkan di
sekeliling daerah pegunungan mencapai 3500-4000 mm. Variasi temperatur bulanan
berkisar antara 24ºC - 27ºC. Besaran angka penguap keringatan (evapotranspirasi)
menurut Iwaco-Waseco (1991) adalah 1572 mm/tahun.
b. Data Gambar
Pada bagian ini studi dilakukan dengan menganalisa daerah penelitian dengan
menggunnakan google maps dan google earth, dari studi akan didapatkan data kontur,
topografi daerah, panjang sungai, kedalaman dan ketinggian daerah dll. Dari studi ini
juga dapat ditentukan nya rancangan rancangan sementara berupa water way, bak
penampung, penstock, power house dll. Tanpa harus mendatangi lokasi secara langsung.
Dengan melakukan analisa pada google earth juga dapat diketahui keadaan jalan,
perumahan masyarakat dan infrastruktur penunjang lainnya agar analisa juga ditekankan
pada aspek ekonomis dan argonomisnya.
c. Data Debit Sungai Cikandang – Pakanjeng
Data yang diperolah dari PSDA (Pusat Sumber Daya Air) ini kemudian dilakukan
perhitungan untuk menenttukan FDC. FDC dilakukan untuk setiap masing-masing tahun
data.Selanjutnya FDC dilakukan untuk keselurahan tahun data. Probabilitas dilakukan
pada0%, 10%, hingga 100%. Selanjutnya, debit andalan digunakan dengan probabilitas
70%

4.3. Lokasi Penelitian

Loksi penelitian yang dilakukan berapada di sungai Cikandang – Pakanjeng yang terletak
di desa Talagawangi, Kec. Pakanjeng, Kab. Garut. Daerah ini terletak di daerah selatan Pulau
Jawa dan juga daerah selatan di Provinsi Jawa Barat. Daerah ini berjaral ± 110 km dari Politeknik
Negeri Bandung dan membutuhkan waktu sekitar 4 jam untuk mencapai lokasi

Gambar Peta Lokasi Studi Potensi Sungai Cikandang Pakenjeng


4.4. Perhitungan FDC

FDC

Probabilitas Q
(%) (m^3)

5 7.27
10 7.27
15 7.27
20 7.27
25 7.27
30 7.27
35 7.27
40 7.27
45 7.27
50 7.27
55 7.27
60 7.27
65 7.27
70 6.94
75 6.62
80 6.29
85 5.97
90 5.64
95 5.32
100 4.99

Flow Duration Curve


80,00
Debit (m^3/s)

60,00

40,00

20,00

0,00
0,000 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 80,000 90,000 100,000

Probailitas (%)
PERHITUNGAN DAYA & PRODUKSI ENERGI TAHUNAN BERDASARKAN DESAIN PLTMH UNTUK SUNGAI PAKENJENG

Putility 25000 W ηTurbin 0,8


g 9,81 m/s^2 ηGenerator 0,9
ρ 1000 kg/m^3 EDIS : Energi Hasil Pembangkit
H 43 m Eproduksi : Energi Netto Hasil Pembangkit
Putility 25000 W Eutility : Energi yang dipakai Operasional Pembangkit
CF 65% 7,27 m^3/s

Energi
Probabilitas Q Waktu Energi Utility per Energi Distribusi
No PDIS (W) Produksi
(%) (m^3/s) Operasi (jam) tahun (MWh) (EDIS) (MWh)
(MWh)
1 5 7,27 2452857 438 10,95 1074 1063
2 10 7,27 2452857 438 10,95 1074 1063
3 15 7,27 2452857 438 10,95 1074 1063
4 20 7,27 2452857 438 10,95 1074 1063
5 25 7,27 2452857 438 10,95 1074 1063
6 30 7,27 2452857 438 10,95 1074 1063
7 35 7,27 2452857 438 10,95 1074 1063
8 40 7,27 2452857 438 10,95 1074 1063
9 45 7,27 2452857 438 10,95 1074 1063
10 50 7,27 2452857 438 10,95 1074 1063
11 55 7,27 2452857 438 10,95 1074 1063
12 60 7,27 2452857 438 10,95 1074 1063
13 65 7,27 2452857 438 10,95 1074 1063
14 70 6,94 2343013 438 10,95 1026 1015
15 75 6,62 2233168 438 10,95 978 967
16 80 6,29 2123323 438 10,95 930 919
17 85 5,97 2013479 438 10,95 882 871
18 90 5,64 1903634 438 10,95 834 823
19 95 5,32 1793790 438 10,95 786 775
20 100 4,99 1683945 438 10,95 738 727
Jumlah 45981495 8760 219,00 20140 19921
Flow Duration Curve
70,00

60,00

50,00
Debit (m^3/s)

40,00

30,00

20,00

10,00

0,00
0,000 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 80,000 90,000 100,000

Probailitas (%)

4.5. Menentukan Jenis Turbin

Diketahui:
𝐻 43 m
nturbin 500 rpm
𝜌 998 kg/m3
𝑔 9,81 m/s2
𝑄 7,27 m3/s
ηT 0,8

4.5.1. MenghitungDayaTurbin
Pt = 𝜌 × 𝑔 × 𝑄 × 𝐻 x ῃturbin
Pt = 998 kg/m3× 9,81 m/s2× 7,27 m3/s × 43 m x 0,8

Pt = 2448,46 KW

Pt = 3283,43 HP
4.5.2. MenghitungKecepatanPutaranSpesifikTurbin
√𝑃𝑡
NS = n 5
𝐻4
√3283,43
NS = 500 5
434

NS = 260,19 rpm

JenisTurbin Kisarankecepatanspesifik
Pelton 12 ≤ Ns ≤ 25
Francis 60 ≤Ns≤ 300
Cross Low 40 ≤Ns≤ 200
Propeller dan
250 ≤Ns≤ 1000
Kaplan
*Maka Dipilih Turbin Francis

4.6. Menghitung Dimensi Turbin

4.6.1. MenghitungKecepatanSpesifikBerdasarkan Debit Aliran Air


√𝑄
Nq =n 3
𝐻4

√7,27
Nq = 500 3
434

Nq =80,29 L/menit

4.6.2. MenghitungBagianSisiMasuk dan KeluarRodaTurbin


Berdasarkangrafikdibawahini, diperolehbeberapa parameter yang
dapatdigunakanuntukmenghitungsisimasuk dan keluarturbin.
Berdasarkantabeldiatas, untukN𝑞 = 80,29 Liter/menitdiperoleh :

 𝑢1∗ =0,86
 𝑢∗2𝑎 =0,88
 𝑢*2𝑖 =0,44
 c*2 =0,31
 c*m1 =0,26

4.6.3. Menghitung Kecepatan Tangensial Masuk Sudu Pada Sisi Luar Sudu
𝑢1 =𝑢1*× √2gH

𝑢1 = 0,86.√2 . 9,81 . 43

𝑢1 = 24,98m/s

4.6.4. Menghitung Kecepatan Tangensial Masuk Sudu Pada Leher Poros


𝑢2𝑖 = 𝑢∗2𝑖 × √2gH

𝑢2𝑖 = 0,88× √2 . 9,81 . 2 . 9,81 . 43

𝑢2𝑖 = 12,78m/s
4.6.5. Menghitung Diameter Luar Runner
60 𝑢1
𝐷1 =
𝜋𝑛
60 . 24,98
𝐷1 =
𝜋 . 500
𝐷1 = 0,95m

4.6.6. Menghitung Diameter Leher Poros


60 𝑢2𝑖
𝐷2𝑖 =
𝜋𝑛
60 . 12,78
𝐷2𝑖 =
𝜋 500
𝐷2𝑖 = 0,49 m

4.6.7. Menghitung Lebar Runner


𝐷1 𝐷2𝑖
Bx = −
𝟐 2
0,95 0,49
Bx = −
𝟐 2
Bx = 0,23 m
4.6.8. Menghitung Diameter Tengah Runner
𝐷𝑋= 𝐵𝑋 + 𝐷2𝑖

𝐷𝑋 = 0,23 + 0,49

𝐷𝑋 = 0,72 m

4.6.9. Menghitung Segitiga Kecepatan Masuk


𝐻
Cu1 = ῃt × g ×
𝑢1
43
Cu1 = 0,8 × 9,81 ×
24,98
Cu1 = 13,51 m/s
Cm1 = c*m1× √2𝑔H
Cm1 = 0,26 × √2 x 9,81 x 43
Cm1 = 7,55 m/s

C1 = √𝐶𝑢12 + 𝐶𝑚12
C1 = √12,512 + 7,552
C1 = 15,48 m/s

𝐶𝑚1
Sin-1 α = 𝐶1

7,55
Sin-1 α = 15,48

Sin-1 α = 29,21o

4.6.10. Menghitung Segitiga Kecepatan Keluar


𝑢2𝑎 = 𝑢∗2𝑎 × √2 × 𝑔 × 𝐻

𝑢2𝑎 = 0,88 × √2 × 9,81 × 43

𝑢2𝑎 = 25,56 m/s

𝑢2𝑖 = 𝑢∗2𝑖 × √2 × 𝑔 × 𝐻

𝑢2𝑖 = 0,44 × √2 × 9,81 × 43

𝑢2𝑖 = 12,78 m/s

𝑈2𝑖+𝑈2𝑎
𝑈𝑎𝑣𝑟 = 2

12,78+25,56
𝑈𝑎𝑣𝑟 = 2

𝑈𝑎𝑣𝑟 = 13,02 m/s

𝐶2 = 𝐶∗2 × √2 × 𝑔 × 𝐻
𝐶2 = 0,31 × √2 × 9,81 × 43
𝐶2 = 9,00 m/s

W2= √𝑈𝑎𝑣𝑟2 + 𝐶22


W2=√13,022 + 9,002
W2= 15,83 m/s

𝐶2
Sin-1 β = 𝑊2
9,00
Sin-1 β = 15,83

Sin-1 β = 34,66o

4.7. Menghitung Jumlah Blade

Zmin = 2 × π × tan α
Zmin = 2 × π × tan 29,21o
Zmin = 3,51
Zmin = 4 blade

4.7.1. Menghitung Jarak Antar Blade


𝐷2𝑖 . 𝜋
𝑡=
𝑧
0,49 . 𝜋
𝑡=
4
𝑡 = 0,44 𝑚
4.8. Menghitung Perencanaan Spiral Casing Berdasarkan Pandangan Atas

4.8.1. Ukuran pada bagian (A)


𝐴 = 𝐷1 × 0,40 × 𝑁𝑆0,20

𝐴 = 0,95 × 0,40 × 260,190,20

𝐴 = 1,16 m

4.8.2. Ukuran pada bagian (B)


𝐵 = 𝐷1(1,26 + 3,79 × 10-4 × 𝑁𝑆)

𝐵 = 0,95(1,26 + 3,79 × 10-4 × 260,19)

𝐵 = 1,30 m

4.8.3. Ukuran pada bagian (C)


𝐶 = 𝐷1(1,46 + 3,24 × 10-4 × 𝑁𝑆)

𝐶 = 0,95(1,46 + 3,24 × 10-4 × 260,19)

𝐶 = 1,47 m

4.8.4. Ukuran pada bagian (D)


𝐷 = 𝐷1(1,59 + 5,74 × 10-4 × 𝑁𝑆)

𝐷 = 0,95(1,59 + 5,74 × 10-4 × 260,19)

𝐷 = 1,66 m
4.8.5. Ukuran pada bagian (E)
𝐸 = 𝐷1(1,21 + 2,71 × 10-4 × 𝑁𝑆)

𝐸 = 0,95(1,21 + 2,71 × 10-4 × 260,19)

𝐸 = 1,22 m

4.8.6. Ukuran pada bagian (F)


72,17
𝐹 = 𝐷1(1,45 + )
𝑁𝑠

72,17
𝐹 = 0,95(1,45 +260,19)

𝐹 = 1,65 m

4.8.7. Ukuran pada bagian (G)


41,63
𝐺 = 𝐷1(1,29 + )
𝑁𝑠

41,63
𝐺 = 0,95(1,29 +260,19)

𝐺 = 1,38 m

4.8.8. Ukuran pada bagian (H)


31,86
𝐻 = 𝐷1(1,13 + )
𝑁𝑠

31,86
𝐻 = 0,95(1,13 + 260,19)

𝐻 = 1,20 m
4.9. Menghitung Perencanaan Spiral Casing Berdasarkan Pandangan Samping

4.9.1. Ukuran pada bagian (I)


31,80
𝐼 = 𝐷1(0,45 + )
𝑁𝑠

31,80
𝐼 = 0,95(0,45 + 260,19)

𝐼 = 0,55 m

4.9.2. Ukuran pada bagian (M)


1
𝑀 = 𝐷1 ( )
2,06 + 1,20 . 10−4 𝑁𝑠
1
𝑀 = 0,95 ( )
2,06 + 1,20 . 10−4 260,19
𝑀 = 0,46 𝑚

4.9.3. Ukuran pada bagian (L)


𝐿 = 𝐷1(0,74 + 8,7 × 10-4 × 𝑁𝑆)

𝐿 = 0,95(0,74 + 8,7 × 10-4 × 260,19)

𝐿 = 0,92 m
4.10. Data-data Teknis Perancangan Pembangkit Listrik MicroHidro (PLTMH)

4.10.1. Tabel Data Potensi


No Besaran Simbol Nilai Satuan
1 Head H 43 m
2 Debit Air Q 7,27 m2/s
3 EfisiensiTurbin ῃt 0,8
4 DayaTurbin Air Pt 2448,46 KW

4.10.2. Tabel Data Teknis Runner Turbin Francis


No Besaran Simbol Nilai Satuan
1 Kecepatanspesifik Ns 260,19 rpm
2 Diameter luar runner D1 0,95 m
3 Diameter leherporos D2i 0,49 m
4 Lebar runner Bx 0,23 m
Diameter tengah
5 Dx 0,72 m
runner
6 Jumlah blade Zmin 3,51 buah
7 Jarakantar blade t 0,44 m
8 Putaranturbin n 500 rpm

4.10.3. Tabel Data Ukuran Bagian-bagianSpiral Casing Pada Pandangan Atas dan
Samping
No Besaran Nilai Satuan
1 Ukuran di bagian A 1,16 m
2 Ukuran di bagian B 1,30 m
3 Ukuran di bagian C 1,47 m
4 Ukuran di bagian D 1,66 m
5 Ukuran di bagian E 1,22 m
6 Ukuran di bagian F 1,65 m
7 Ukuran di bagian G 1,38 m
8 Ukuran di bagian H 1,20 m
9 Ukuran di bagian I 0,55 m
10 Ukuran di bagian M 0,46 m
11 Ukuran di bagian L 0,92 m
4.11. Hasil Design Turbin Francis

4.11.1. Turbin Francis

4.11.2. Spiral Casing


4.12. Analisa Sipil

1) Bendung

Dari berbagi tipe bendungan di atas kami memilih tipe broad; sharp edges
karena lebih sederhana dan tidak memerlukan perhitungan sudut (sudut yaitu 90o).
Kemudian lebar bendungan ditentukan berdasarkan dari lebar sungai yang dikurangi
oleh tebal tembok sisi bendung x 2, yaitu bagian kiri dan kanan. Kami menentukan
tebal taip tembok yaitu 1m. Pada Bendungan dipasang flushing gate di tembok
depan bendungan dengan ukuran dan jumlah sesuai kebutuhan. Total ukuran gate
ini tidak boleh melebih lebar bendungan.
 Tipe : Broad; round edges type
 Lebar : 18 m
 Tinggi :4m
 Elevasi : 660 mdpl
 Flushing Gate : 3m x 3m x 3 buah
2) Intake
Merupakan saluran yang mengalirkan air dari bendungan ke waterway.
Umumnya terletak pada bagian sisi kiri atau kanan bendugan. Ukuran dan jumlah
gerbangnya disesuaikan denga luas dari waterway-nya.

 Gerbang : 0.9 m x 1,3 m x 2 buah


 Layar gerbang : 0.98 m x 1.39 m x 2 buah

3) Waterway
Merupakan saluran yang membawa air dari bendungan ke penstock.
Luasnya diperhitungkan menggunakan rumus dengan menentukan kecepatan aliran
air pada water way. Kecepatan air ditentukan dari pemilihan bahan waterway yang
dilampirkan pada gambar berikut.

Kami memilih bahan clay loam, sehingga perhitungan luas waterway adalah sebagai
berikut

v (kecepatan air) dipilih dari rentan 0.8 – 1.8 m/s


v = 0.9 m/s
Q = 7.27 m3/s
𝑄
A=𝑣
7.27
= = 10.385 m2
0,7
L x T = 10.385 m2
Anggap L = T’, sehingga

T’ = √10.385 𝑚2 = 3.22 m

T’ = 3.22 m
L = 3.22 m

X =1m

T = T’ + X

= 4.22 m

T’ = Tinggi penampang basah

L = Lebar Penampang

X = merupakan pertambahan tinngi dari T, untuk meyakinkan bahwa air dalam


waterway terjaga dan tidak tumpah

4) Sandtrap

Merupakan sebuah kolam kecil penenang yang digunakan untuk


mengendapkan pasir yang ada pada air. Berikut adalah perhitungan dimensinya

C (Lebar) = (2-3) x L; pilih koefisen dari 2-3

= 2 x 3.22 m = 6.44 m

D (Tinggi) =(1.1- 2) x T ; pilih koefisien dari 1.1 – 2

=1.5 x 4.22 m = 6.33 m

P (Panjang)= (8-12) x L ; pilih koefisien dari 8-12

= 10 x 3.22 m = 30.22 m

Biasanya pada sandtrap terdapat flushing canal yang berfungsi untuk mengalirkan
air bersama dengan lumpur yang diendapkan ke sungai kembali. Flushing Canal
disesuaikan dengan ukuran sand trap.

Flushing Canal : 4.90 m x 0.95 m


5) Penstock
Merupakan pipa untuk menjatuhkan air dengan ketinggian tertentu. Luas
pipa ini ditentukan dengan ketentuan kecepatan air yang mengalir dalam pipa.
Kecepatan harus ≤ 4m/s dengan debit yang sudah ditentukan, sehingga
perhitunganya adalah sebagai berikut

Q = 7.27m3/s
Karena menggunakan 2 penstock maka Debit nya dibagi dua yaitu debit pada
penstock 1 dan debit pada penstock 2, Maka Q = 3,635 m3/s
V = 3.9 m/s
𝑄
A =
𝑉
3,635 𝑚/𝑠
= = 0,932 𝑚2
3.9 𝑚/𝑠
4 𝑥 0,932
Do= √ 3.14
Do=1.09𝑚

o Pipe Length : 177 m


o Outer diameter (Do) : 1.09 m
o Inner diameter : 1,0848 m
o Thickness : 52 mm

Penstock yang dibuat adalah dua buah agar daya air bisa dipakai secara maksimal

Gambar skematik PLTMH


6) Power house & tail race
• Bangunan : 20.0 m x 13.0 m
• Konstruksi : Steel dan reinforced concrete
• Posisi : 7o27’28.29’’ Lintang selatan & 107o44’54.43’’ Bujur Timur

7) Jalan Akses
 Panjang jalan akses : 476 m
 Lebar Jalan : 2.1m
 Bahu Jalan : 2 x 0.4m

4.13. Menentukan Jenis Generator

Daya yang dibangkitkan satu generator:

Pout turbin = Pin Generator

= ρairx g x Hnetx Qdesignx Ƞturbin


= 998 m3/detik x 9,81 m/s2 x 43 m x 3,635 m3/detik x 0.8
= 1.224.228, 276 W= 1.224 kW=1,224 MW

Pout Gen = Pin Turbin x Ƞgen

Pout Gen = 1,224 MW x 0,9

Pout Gen = 1101,6


Pout gen
Sout gen = 𝑃𝐹

1101,6 kW
= 0,8

= 1377 kVA
Maka dipilih jenis generator dengan spesifikasi sebagai berikut:

A. Menentukan Jenis Kabel

Tegangan output generator adalah 220Y/380Y V. Karena tegangan output


generator kurang dari 600 V makakabel yang digunakan adalah kabel tegangan
rendah.Untuk menentukan luas penampang yang sesuai maka dihitung terlebih dahulu
arus ratingnya.

1000000𝑉𝐴
𝐼= = 91,64 𝐴 ≈ 92 𝐴
√3 × 6300
Diperoleh data arus rating generator = 92 A
Kabel yang dipilih harus mempunyai kemampuan hantar arus (KHA) yang lebih besar
dari arus ratingnya, maka:
125% x 92 A = 115 A
Dari perhitungan arus di atas maka dapat dipilih kabel sebagai berikut:

Karena tidak ada kabel yang memiliki kemampuan daya hantar 115 A maka dipilih
kabel yang mendekati 115 yaitu 138 A.

Produsen : SUTRADO KABEL


Tipe Kabel : NFA2X (Twist Aluminium)
Nom Cross Section Area : 4 x 35 mm2
Resistansi Konduktor Max : 0,524 ohm/km
(DC pada 20°C)
Resistansi Konduktor Max : 0,669 ohm/km
(AC pada 70°C)
Induktansi : 0,233 mH/km
Max Current Carrying
capacity at (30°C) : 138 A
Max. Short Circuit
current at 1 Second : 5,01 kA
Keterangan : di udara

Gambar Penampang Kabel


Tabel Spesifikasi Kabel
BAB V
PEMBAHASAN
Sungai Pakenjeng yang bertempat di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut ini
memiliki potensi mini hidro yang cukup menjajikan sehingga dapat dimungkinkan untuk
mendirikan sebuah minihidro di area ini. Akses ke lokasi yang mudah dan dekatnya lokasi
sungai dengan pemukiman penduduk menjadikan nilai plus tersendiri. Selain itu,
pembangunan pembangkit juga tidak mengganggu pemukiman dan aktivitas warga.

Dalam perancangan pltm cipelah ini dilakukan studi potensi dari data klimatologi
BMKG, data badan pusat statistic dan stasiun curah hujan disekitar kawasan kawasan
potensi pltm, serta data debit sungai di sekitar Sungai Pakenjeng. Probabilitas desain pltm
ini dipilih sebesar 65% agar kelangsungan air sepanjang tahun tetap ada. Pada probabilitas
65% ini diperoleh debit desain pltmh sebesar 7.27 m3/s. Head maksimum yang mampu
dimanfaatkan adalah 43 m (h gross) dan panjang penstock design sebesar 177 m.

Dalam pengerjaan perancangan turbin ini kami menggunakan turbin jenis francis,
hal ini kita pilih karena melihat dari kecepatan spesifik (ns) dan kecepatan putar generator
air yang diperoleh, yaitu putaran spesifik sebesar 260,19 rpm dan diketahui bahwa putaran
rancangan turbin adalah sekitar 500 rpm. Dari kecepatan turbin tersebut diketahui bahwa
turbin yang digunakan adalah turbin Francis. Daya keluaran turbin dan putaran turbin
digunakan untuk menentukan desain generator. Berdasarkan parameter tersebut diperoleh
data spesifikasi generator dengan putaran 500 rpm dan daya 1 MW dengan jenis generator
Pindad Electric, Siemens AG-Berlin WG dengan tipe synchronous brushless generator.

Setelah itu kami mulai mencari diameter penstock dan kecepatan aliran pada pipa
menggunakan persamaan Gordon & Penman. Kemudian menghitung potensial daya turbin,
dan putaran spesifik berdasarkan debit. Dari data yang telah diperoleh kita bisa
menggunakan tabel Nq untuk mendapatkan nilai sisi masuk roda turbin (u1), diameter roda
turbin (D1), segitiga kecepatan masuk (cu), hal tersebut kita bisa mendapatkan segitiga
kecepatan.

Lalu kita juga menghitung sisi keluaran roda turbin dengan melihat tabel Nq. Setelah
itu kita menghitung lebar dari runner (Bx), diameter tengah runner (Dx). Lalu kita
menghitung jumlah blade yang akan digunakan pada turbin francis, dan juga jarak antara
blade kami perhitungkan. Lalu kami menghitung spiral casing yang akan digunakan untuk
turbin.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada perancangan turbin air jenis turbin francis untuk potensi head 43 m,
debit 7,27 m3/s, rancangan putaran turbin 500 rpm dan asumsi efisiensi turbin tetap di 0,8
diperoleh desain Turbin Francis dengan jumlah blade 4 , dengan spesifikasi ukuran seperti
terlihat pada tabel 4.1.18.2. dan 4.1.18.3. Daya yang dihasilkan dari pembangkitan adalah
sebesar 2 MW.
DAFTAR PUSTAKA

Warnick. C. C. 1984. HydropowerEngineering.Professor of Civil Engineering.Universty of


Indaho Moscow, Indaho.

Anonim.2009a. Buku 2A Pedoman Studi Kelayakan Hidrologi. Jakarta: Direktorat Jenderal


Listrik dan Pemanfaatan Energi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.

Anonim.2009b. Buku 2B Pedoman Studi Kelayakan Sipil. Jakarta: Direktorat Jenderal Listrik
dan Pemanfaatan Energi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.

Anonim.2009c. Buku 2C Pedoman Studi Kelayakan Elektrikal Mekanikal. Jakarta: Direktorat


Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.

Anonim. 2009d. Manuals Guidelines for Micro-hydropower Development in Rural


Electrification Volume I. Japan: Departement of Energy.

Arismunandar, A & Kuwahara, S. 1988. Teknik Tenaga Listrik Jilid I. Jakarta: PT. Pradnya
Paramita.

Harvey, Adam.1993. MICRO HYDRO DESIGN MANUAL A guide to small scale-water power
schemes.Southampton Row :Intermediate Technology Publication.

Jorde, Klaus. 2010. Baik & Buruk Mini/Mikro Hidro, Jilid I, Cetakan I, terjemahan Ini
Anggraeni. Jakarta: IMIDAP.

Montarcih, Lily. 2009. Hidrologi Teknik Terapan. Malang: CV. Asrori.

Ramos, Helena. 2000. Guidelines for Design of Small Hydropower Plants. Ireland: CEHIDRO.

Link:

https://www.scribd.com/doc/77468524/BAB-III-Turbin-Francis

(Diakses pada 11 April pukul 15.00)

Anda mungkin juga menyukai