Kelompok 2-Pakenjeng
Kelompok 2-Pakenjeng
TENAGA AIR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
kebesaranNya kami dapat menyelesaikan laporan mengenai “Perancangan Pembangkit Listrik
Tenaga Mini Hidro” ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki.
Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai perancangan turbin. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga laporan ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.Sekiranya laporan
yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Kemajuan teknologi saat ini diiringi dengan meningkatnya kebutuhan akan listrik.
Pemenuhan listrik di Indonesia saat ini belum merata dikarenakan keterbatasan sumber energi
penghasil listrik.Produksi listrik saat ini sudah seharusnya tidak lagi menggunakan sumber
energi konvensional, tetapi berupa sumber energi terbarukan yang nyatanya lebih ramah
lingkungan.
Di Indonesia sendiri, terdapat sumber energi air penghasil tenaga listrik yang berlimpah
dan berpotensi untuk dibangun sebuah PLTMH.Sehingga dapat memenuhi kebutuhan listrik
masyarakat yang membutuhkan.
Untuk menghasilkan energi listrik sesuai yang diharapkan, maka proses perancangan
suatu pembangkit listrik tenaga air ini perlu diperhitungkan matang-matang. Hal tersebut
dikarenakan terdapat beberapa spesifikasi pembangunan dan perancangan yang harus
disesuaikan dengan daerah pembangkitan.Salah satunya mengenai perhitungan dan desain
turbin itu sendiri.
Berdasarkan data head dan debit air yang diperoleh, dapat diketahui bahwa jenis turbin
yang paling efektif dan efisien untuk digunakan berupa turbin air jenis Francis. Dengan data
head dan debit air tersebut, maka dapat diperoleh nilai-nilai (spesifikasi) dari setiap bagian
turbin yang perlu dibuat untuk pembangkitan nanti.
Adapun batasan masalah dalam perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro sebagai
berikut:
1. Turbin Francis dirancang untuk spesifikasi daerah pembangkitan dengan head (H)
setinggi 43meter dan laju aliran air (Q) sebesar 7,27 m3/detik.
2. Turbin Francis dirancang dengan kecepatan putaran design turbin sebesar 500 rpm
dengan efisiensi turbin sebesar 80%, efisiensi generator 90%
1.4 Tujuan
Tujuan dari pembuatan rancangan PLTM adalah sebagai berikut:
1. Untuk menghitung spesifikasi setiap bagian dari Turbin Francis sehingga
menghasilkan daya yang efektif sesuai sumber daya air yang ada.
2. Untuk merancang Turbin Francis sesuai dengan perhitungan spesifikasi alat yang
telah diperoleh.
3. Untuk memanfaatkan potensi energi air dengan menggunakan study meja
1.5 Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Mini hidro
diantaranya:
1. Mampu memberikan pengetahuan tentang sumber daya yang dapat dimanfaatkan sebagai
Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro.
2. Mampu memberikan pengetahuan tentang konstruksi, spesifikasi, serta rancangan Turbin
Francis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Turbin secara umum dapat diartikan sebagai mesin penggerak mula dimana energi
fluida kerja yang digunakan langsung memutar roda turbin, fluida kerjanya dapat berupa
air, uap air dan gas.Dengan demikian turbin air dapat diartikan sebagai suatu mesin
penggerak mula yang fluida kerjanya adalah air.(wiranto, 1997 : 1).
Secara umum prinsip kerja dari turbin air ini adalah aliran air di dalam pipa pesat
yang mengandung energi diarahkan ke roda turbin melalui nozzle, kemudian energi
yang di dalam air ini pada roda turbin di ubah bentuknya menjadi energi mekanik berupa
putaran.Putaran roda turbin inilah yang dimanfaatkan untuk menggerakkan suatu beban,
salah satu contohnya adalah untuk menggerakkan generator pembangkit listrik.
Konstruksi dasar dari turbin air terdiri dari dua bagian utama yaitu rotor dan stator.
Rotor adalah bagian–bagian dari turbin yang bergerak atau berputar seperti roda turbin
(runner), poros, kopling, roda gaya, puly dan bagian–bagian dari turbin yang diam
seperti saluran masuk (pipa pesat), rumah–rumah, sudu antar, sudu pengarah (nozzle),
saluran buang dan lain–lain. (wiranto, 1997 :1).
Contoh sistem turbin air tersebut dapat dilihat seperti gambar 1 dari gambar turbin air
poros vertical tersebut dapat dilihat komponen utama yaitu :
1. Sudu tetap (nozzle), yang berfungsi untuk mengarahkan aliran fluida kerja
(air) masuk de dalam sudu gerak.
2. Sudu gerak, sudu gerak ini dipasang pada sekeliling roda turbin, yang mana
fungsinya adalah untuk menerima tekanan dari kecepatan fluida kerja air
masuk dan keluar sudu.
3. Rotor (roda turbin), suatu tempat dudukan sudu gerak, berfungsi untuk
meneruskan daya putar yang diterima dari sudu gerak keporos.
4. Poros, yang berfungsi untuk mentransmisikan daya atau tenaga bersama
–sama dengan putaran roda turbin dan juga dapat berfungsi untuk
mendukung suatu momen putar.
5. Stator (rumah turbin), berfungsi untuk melindungi atau untuk pengamanan
dari proses kerja turbin, dan juga untuk mendukung konstruksi turbin
secara keseluruhan.
6. Generator listrik, berfungsi untuk mengubah tenaga mekanis dari poros
turbin menjadi tenaga listrik.
Gambar 1 : Turbin air poros vertikal.
a. Turbin Pelton
Turbin pelton merupakan turbin impuls. Turbin Pelton terdiri dari satu set sudu
jalan yang diputar oleh pancaran air yang disemprotkan dari satu atau lebih alat
yang disebut nozzle. Turbin Pelton adalah salah satu dari jenis turbin air yang
paling efisien. Turbin Pelton adalah turbin yang cocok digunakan untuk head
tinggi.
Bentuk sudu turbin terdiri dari dua bagian yang simetris. Sudu dibentuk
sedemikian sehingga pancaran air akan mengenai tengah–tengah sudu dan pancaran
air tersebut akan berbelok ke kedua arah sehinga bisa membalikkan pancaran air
dengan baik dan membebaskan sudu dari gaya-gaya samping. Untuk turbin dengan
daya yang besar, sistem penyemprotan airnya dibagi lewat beberapa nozzle.Dengan
demikian diameter pancaran air bisa diperkecil dan ember sudu lebih kecil.
Turbin Pelton untuk pembangkit skala besar membutuhkan head lebih kurang 150
m tetapi untuk skala mikro head 20 m sudah mencukupi.
b. Turbin Turgo
Turbin Turgo dapat beroperasi pada head 30 s/d 300 m. Seperti turbin pelton
turbin turgo merupakan turbin impuls, tetapi sudunya berbeda.Pancaran air dari
nozzle membentur sudu pada sudut 20o.Kecepatan putar turbin turgo lebih besar dari
turbin Pelton. Akibatnya dimungkinkan transmisi langsung dari turbin ke generator
sehingga menaikkan efisiensi total sekaligus menurunkan biaya perawatan.
2. Turbin Reaksi
Turbin reaksi disebut juga dengan turbin tekanan lebih karena tekanan air sebelum
masuk roda turbin lebih besar dari pada tekanan air saat keluar roda turbin.Secara
umum dapat dikatakan bahwa aliran air yang masuk keroda turbin mempunyai energi
penuh, kemudian energi ini dipakai sebagian untuk menggerakkan roda turbin dan
sebagian lagi dipergunakan untuk mengeluarkan air kesaluran pembuangan. Jenis
turbin reaksi yang sering digunakan antara lain, turbin francis, turbin propeler atau
kaplan. (Fritz Dietzel, 1988:17)
Turbin Kaplan dan propeller merupakan turbin rekasi aliran aksial. Turbin ini
tersusun dari propeller seperti pada perahu.. Propeller tersebut biasanya
mempunyai tiga hingga enam sudu.
P c2
W mgz m m (1.1)
2
2.5 Kavitasi
Kavitasi adalah suatu peristiwa terjadinya gelembung-gelembung uap di dalam
cairan (air) yang mengalir apabila tekanan di tempat tersebut sama dengan tekanan
uapnya. Bila gelembung-gelembung tersebut terjadi maka akan bersama-sama
terbawa aliran dan pada daerah yang lebih tinggi tekanannya, gelembung-gelembung
tersebut akan pecah dengan tiba-tiba. Pecahnya gelembung-gelembung ini akan
menghasilkan tekanan yang sangat tinggi bisa mencapai 100 atm.
Dengan tekanan yang begitu tinggi akan mudah merusak material atau komponen-
komponen yang dipakai pada instalasi turbin.
Akibat kavitasi adalah sebagai berikut :
1. Menimbulkan suara yang sangat bising dan getaran-getaran
2. Mengikis bagian dalam pipa-pipa dan permukaan propeler
3. Menurunkan effisiensi dan daya turbin
Untuk mencegah terjadinya kavitasi ini, maka perlu diambil langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Meletakkan turbin pada tempat yang sebaik-baiknya antara runner dan draft tube
2. Memperkecil jarak vertikal antara roda turbin dan permukaan air bawah (tinggi
isap diperkecil).
3. Memperbaiki konstruksi atau menggunakan material yang kuat.
4. Mengurangi belokan-belokan atau bentuk-bentuk yang tajam.
(Syahril, 1979: 65)
Mt = Fu.r
Mt = Q. r1 w 1 cos 1 r2 w 2 cos 2 (1.2)
atau:
Mt = Q. r1c1 cos 1 r2 c 2 cos 2 (1.3)
Apabila kecepatan tangensial yang bekerja (u) = 𝜋.D.n dan kecepatan sudut
(w) = u / r maka daya yang dihasilkan oleh turbin adalah :
P = Mt .w
P = Q. u 1 w 1 cos 1 u 2 w 2 cos 2 (1.4)
P = Q. u 1c1 cos 1 u 2 c 2 cos 2 (1.5)
Dimana :
P = Daya Turbin (Watt)
Mt = Momen Puntir (Nm)
Fu = Gaya tangensial yang dihasilkan turbin (N)
c1 = Kecepatan mutlak air masuk sudu turbin (m/s)
c2 = Kecepatan mutlak air keluar sudu turbin (m/s)
w1 = Kecepatan relatif air masuk sudu turbin (m/s)
w2 = Kecepatan relatif air keluar sudu turbin (m/s)
u1 = Kecepatan tangensial air masuk sudu turbin (m/s)
u2 = Kecepatan tangensial air keluar sudu turbin (m/s)
r1 = Jari – jari diameter luar runner turbin (m)
r2 = Jari – jari diameter dalam runner turbin (m)
w= Kecepatan sudut (m/s)
Q = Debit air yang digunakan (m3/s)
= Massa jenis air (kg/m3)
Apabila ditinjau dari kapasitas dan tinggi jatuh air, daya turbin yang
direncanakan dapat ditentukan dengan persamaan 1.6 :
P = g Q He t (1.6)
Q = V. A (1.7)
Dimana
Q = Debit air (m3/s)
V = Kecepatan aliran air (m/s)
A = Luas penampang pipa (m2)
(Suryono,1991:1)
Q
n s n1 (1.8)
He
3
4
Dimana :
Q = Debit air yang dibutuhkan (m3/s)
He = tinggi jatuh air effektif (m)
n1 = Kecepatan putaran turbin (rpm)
(Fritz Dietzel,1988,20)
Harga dari kecepatan putaran turbin (n1) biasanya berkisar antara 125–750 rpm
(wiranto,1997:68)
2.6.4 Tinggi Jatuh Air
Ada dua macam tinggi jatuh air pada suatu instalasi pembangkit listrik yaitu :
tinggi jatuh air aktual dan tinggi jatuh air efektif. Untuk jenis turbin air tekanan
sama tinggi jatuh air aktualnya dihitung dari permukaan air di kolam penampung
sampai ke tengah–tengah pancaran air dari nozzle. Sedangkan untuk jenis air
tekanan lebih tinggi jatuh air aktual dihitung dari permukaan air di kolam
penampung sampai ke permukaan air bawah.
Yang dimaksud dengan tinggi jatuh air efektif adalah tinggi jatuh air aktual
dikurangi total kerugian energi (Head losses) disepanjang saluran. Dalam
persamaan 1.9 dapat dinyatakan :
He = Ha - Hl (1.9)
Dimana :
He = Tinggi jatuh air efektif (m)
Ha = Tinggi jatuh air aktual (m)
Hl =Head losses (m)
Kerugian energi (head losses) yang terjadi di dalam pipa dapat di
kelompokkan atas dua bagian :
1. Kerugian terjadi sebagai akibat dari gesekan air disepanjang pipa (Head
losses mayor), menurut Strickler kerugian ini dapat dihitung dengan persamaan
1.10 :
Q2 L
Hlf = 10,249 (1.10)
2
k D 5,33
Beton
Baja bersambungan keling
Plastik
Secara empiris head losses mayor ini dapat dicari dengan persamaan 1.11
Hazen – Williams :
10,666 Q1,85
Hlf = 1,85 4,85 L (1.11)
C D
Dimana : Q = Debit air (m3/s)
D = Diameter dalam pipa (m)
L = Panjang pipa (m)
C = Koefisien kekasaran
(Sularso,1987 :31)
No Bahan Pipa C
1 Beton (tidak terpengaruh oleh umur) 130
2 Besi Tuang
Baru 130
Umur 5 Tahun 120
Umur 20 Tahun 100
3 Baja Las, Baru, Papan Kayu (tidak terpengaruh oleh 120
4 umur) 110
5 Lempung, Baja Keling, baru 100
6 Gorong – gorong Beton 140
Semen asbes
(Sumber : Ray K. Linsley,1985: 270)
V2
Hlm = f 2g
` (1.12)
15 0 22,5 0 30 0 45 0 60 0 90 0
Sambungan
Jumlah
1 1 2 2 3 3
sambungan
w = 2.π.n (1.16)
1
5,1 K t C b M p 3
d = (1.18)
a
2.11 Pasak
Pasak adalah suatu elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan bagian – bagian
mesin seperti roda gigi, sprocket, puli, kopling dan lain – lain pada poros. Momen
diteruskan dari poros ke naf atau dari naf ke poros. Sementara pasak yang ada pada
turbin berfungsi untuk menetapkan runner pada poros.
Pasak pada umumnya dapat digolongkan atas beberapa macam sebagai berikut :
gambar 2.17. menurut letaknya pada poros dapat dibedakan antara pasak pelana,
pasak rata, pasak benam, dan pasak singgung, yang umumnya berpenampang segi
empat. Dalam arah memanjang dapat berbentuk prismatis atau berbentuk tirus. Pasak
benam prismatis ada yang khusus dipakai sebagai pasak luncur. Disamping macam
di atas ada pula pasak tembereng dan pasak jarum.
Yang paling umum dipakai adalah pasak benam yang dapat meneruskan momen
yang besar.Untuk momen dengan tumbukan, dapat dipakai pasak singgung.Untuk
pasak umumnya dipilih bahan yang mempunyai kekuatan tarik lebih dari 60
(kg/mm2), lebih kuat dari pada porosnya. Kadang – kadang sengaja dipilih bahan
yang lemah untuk pasak, sehingga pasak akan lebih dahulu rusak dari pada poros atau
nafnya. Ini disebabkan harga pasak yang murah serta mudah menggantinya.
2.12 Bantalan
Bantalan adalah komponen turbin yang berfungsi untuk menumpu poros berbeban,
sehingga putaran atau gerakan bolak–baliknya dapat berlangsung secara halus, aman,
dan panjang umur.Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta
komponen turbin lainya bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan
baik maka prestasi seluruh sistem turbin akan menurun atau tidak dapat bekerja
secara semestinya.
Klasifikasi bantalan
a. Atas dasar gerakan bantalan terhadap poros
1. Bantalan luncur
Pada bantalan ini terjadi gesekan antara poros dan bantalan karena
permukaan poros ditumpu oleh permukaan batalan dengan perantaraan
lapisan pelumas.
2. Bantalan gelinding
Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar
dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola (peluru), rol atau
rol jarum, dan rol bulat.
b. Atas dasar arah beban terhadap poros
1. Bantalan radial, arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah tegak lurus
sumbu poros.
2. Bantalan aksial, arah beban bantalan ini sejajar dengan sumbu poros.
3. Bantalan gelinding khusus, bantalan ini dapat menumpu beban yang
arahnya sejajar dan tegak lurus sumbu poros.
Gaya gesekan juga akan bertambah karena pengaruh bentuk baji, yang akan
menghasilkan transmisi daya yang besar pada tegangan yang relatif rendah. Hal ini
merupakan salah satu keunggulan sabuk–V dibandingkan dengan sabuk rata.
Alat ini dilengkapi dengan fly ball, untuk memperoleh gaya setrifugal dari putaran
poros turbin untuk menghasilkan gerak translasi, apabila putaran turbin bertambah
tinggi (akibat beban turun) fly ball akan berputar dan bergerak ke arah luar, sehingga
menarik tuas dan membuka katup pada distributor valve kemudian minyak ditekan
dari pipa ke oil sump.
Dari oli sump melalui pipa-pipa masuk ke katup distribusi menuju servo motor,
sehingga menggeser piston ke atas (ke kanan) dimana regulation rod akan memutar
regulating ring ke kanan. Pada regulating ring terikat sudu-sudu penggerakdengan
demikian merobah kedudukan sudu pengarah sampai posisi tertentu untuk mencapai
kedudukan yang tepat. Bila kedudukannya telah tepat maka putaran akan turun
kembali pada putaran yang normal.
BAB III
METODOLOGI
3.1.2 Debit
𝑄 = 𝐴𝑥v
Dimana:
A = Luas penampang (m2)
v = Kecepatan aliran air rata-rata pada luas penampang (m/detik)
𝑊𝐻𝑃 = 𝜌 𝑥 𝑔 𝑥 𝐻 𝑥 𝑄
Dimana:
P = Daya Hidrolis Air (watt)
ρ = Densitas air (𝑘𝑔/𝑚3 )
g = Percepatan gravitasi (𝑚/𝑠 2 )
H = Debit air (𝑚3 /𝑠)
Q = Head (m)
3.1.4 Daya Turbin
𝑃𝑇 = 𝜌 𝑥 𝑔 𝑥 𝐻 𝑥 𝑄 𝑥 𝜂𝑇
Dimana:
PT = Daya turbin (watt)
ηT = Efisiensi turbin (0.9)
0,8–0,85 untuk turbin pelton
0,8 – 0,9 untuk turbin francis
0,8 – 0,9 untuk turbin propeler / kapan
0,7 –0,8 untuk turbin crossflow
3.2. Analisa Sipil
Tentukan
a. Bendung
b. Intake
Merupakan saluran yang mengalirkan air dari bendungan ke waterway.
Umumnya terletak pada bagian sisi kiri atau kanan bendugan. Ukuran dan jumlah
gerbangnya disesuaikan denga luas dari waterway-nya.
c. Waterway
Merupakan saluran yang membawa air dari bendungan ke penstock.
Luasnya diperhitungkan menggunakan rumus dengan menentukan kecepatan aliran
air pada water way. Kecepatan air ditentukan dari pemilihan bahan waterway yang
dilampirkan pada gambra berikut.
v (kecepatan air) dipilih dari rentan sesuai dengan bahan yang dipilih
𝑄
A=𝑣
A = L x T’
Anggap L = T’, sehingga
T’ = √A
L = Lebar Penampang
T = T’ + X
d. Sandtrap
Biasanya pada sandtrap terdapat flushing gate yang berfungsi untuk mengalirkan air
bersama dengan lumpur yang diendapkan ke sungai kembali. Flushing Gate
disesuaikan dengan ukuran sand trap.
e. Penstock
𝑄
A =𝑉
Do= √A
Dari rumus di atas, bisa ditentukan diameter dalamnya (inner diameter) sesuai
dengan ketebalan yang dikehendaki. Panjang pipa dihitung dari aplikasi google map.
g. Jalan Akses
Jalan akses merupakan jalan yang digunakan untuku parak teknisi
pembangkit untuk menuju ke pembangkit dari pemukiman warga. Panjang dan lebar
jalan ditentukan dengan aplikasi google maps. Kemudian bahu jalan ditentukan
berdasarkan ukuran dan jumlah kendaraan maksimum yang diperbolehkan melewati
jalan itu.
3.2. Analisa Mekanikal
3.2.1 Pemilihan jenis turbin berdasarkan kecepatan spesifik:
√PT
𝑁𝑠 = 𝑛 𝑥 5/4
𝐻
Dimana:
Ns = Putaran spesifik turbin (rpm)
n = putaran poros turbin (rpm)
Asumsi putaran poros turbin yang diinginkan adalah 400 rpm. Maka besarnya
putaran spesifik turbin adalah :
Tabel 1. Kisaran Kecepatan Spesifik Beberapa Turbin Air
Jenis Turbin Kisaran kecepatan spesifik
Pelton 12 ≤ Ns ≤ 25
Francis 60 ≤Ns≤ 300
Cross Low 40 ≤Ns≤ 200
Propeller dan Kaplan 250 ≤Ns≤ 1000
3.2.2 Menghitung Kecepatan Tangensial Masuk Sudu Pada Sisi Luar Sudu (U1)
Untuk menghitung besaran ini, dapat menggunakan persamaan berikut:
U1 = 𝑢1* x √2 x g x H
Grafik Kecepatan Spesifik Berdasarkan Debit Aliran Berupa Harga untuk Menentukan
Ukuran-Ukuran Utama Turbin
3.2.3 Menghitung Kecepatan Tangensial Masuk Sudu Pada Leher Poros
Untuk mendapatkan nilai Kecepatan tangensial masuk sudu pada leher poros
(U2i) padapembangkit dapat menggunakan persamaan berikut:
U2i = 𝑢*2i x √2 x g x H
60 x U1
D1 = 𝜋𝑥𝑛
Keterangan :
U1 = Kecepatan tangensial masuk sudu pada sisi luar sudu
n = Putaran poros yang direncanakan
3.2.5 Menghitung Diamter Leher Poros (D2i)
Untuk mendapatkan nilai diameter leher poros dapat menggunakan
persamaan berikut :
60 x U2i
D2i = 𝜋𝑥𝑛
D1 D2i
Bx = −
2 2
u2a = u*2a x √2 x g x H
u2i = u*2i x √2 x g x H
u2i x u2a
Uavr= 2
C2 =C 2 x √2 x g x H
*
W1 =√Uavr 2 xC22
C2
Sin-1𝛽 = W1
3.2.10 Menghitung Lebar Roda (B1)
Untuk menghitungnya gunakan persamaan berikut
𝑄
B1 = 𝐷1 𝑥 𝜋 𝑥 𝐶𝑚1 𝑋 𝑇
Z min = 2 x 𝜋 𝑥 tan 𝛼
D2i x π
t= Z min
3.2.13 Perancangan Spiral Casing Berdasarkan Pandangan Atas
F 72,17
= 1,45 +
D1 Ns
Ukuran pada bagian G
G 41,63
= 1,29 +
D1 Ns
Ukuran pada bagian H
H 31,86
= 1,13 +
D1 Ns
Ukuran bagian M
M 1
=
D1 2,06 + 1,20 x Ns x 10−4
Ukuran pada bagian L
L
= 0,74 + 8,7 x 10−4 x Ns
D1
BAB IV
ANALISA DAN PERHITUNGAN
4.2. Studi Potensi
Studi potensi merupakan kajian awal untuk mencari data dan informasi yang dibutuhkan
untuk proses perancangan yang lebih lanjut. Dalam kasus ini, kami melakukan studi potensi di
daerah sungai Cikandang – Pakenjeng yang terletak di desa Talagawangi, Kec. Pakenjeng, Kab.
Garut.
Kajian awal yang pertama dilakukan adalah berupa Desk Study (Studi Meja) dimana data
data primer yang dibutuhkan dikumpulkan terlebih dahulu kemudian di analisa untuk mencari
potensi yang baik untuk membangun PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro)
Data Primer yang kami gunakan sebagai Desk Study adalah sebagai berikut :
Loksi penelitian yang dilakukan berapada di sungai Cikandang – Pakanjeng yang terletak
di desa Talagawangi, Kec. Pakanjeng, Kab. Garut. Daerah ini terletak di daerah selatan Pulau
Jawa dan juga daerah selatan di Provinsi Jawa Barat. Daerah ini berjaral ± 110 km dari Politeknik
Negeri Bandung dan membutuhkan waktu sekitar 4 jam untuk mencapai lokasi
FDC
Probabilitas Q
(%) (m^3)
5 7.27
10 7.27
15 7.27
20 7.27
25 7.27
30 7.27
35 7.27
40 7.27
45 7.27
50 7.27
55 7.27
60 7.27
65 7.27
70 6.94
75 6.62
80 6.29
85 5.97
90 5.64
95 5.32
100 4.99
60,00
40,00
20,00
0,00
0,000 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 80,000 90,000 100,000
Probailitas (%)
PERHITUNGAN DAYA & PRODUKSI ENERGI TAHUNAN BERDASARKAN DESAIN PLTMH UNTUK SUNGAI PAKENJENG
Energi
Probabilitas Q Waktu Energi Utility per Energi Distribusi
No PDIS (W) Produksi
(%) (m^3/s) Operasi (jam) tahun (MWh) (EDIS) (MWh)
(MWh)
1 5 7,27 2452857 438 10,95 1074 1063
2 10 7,27 2452857 438 10,95 1074 1063
3 15 7,27 2452857 438 10,95 1074 1063
4 20 7,27 2452857 438 10,95 1074 1063
5 25 7,27 2452857 438 10,95 1074 1063
6 30 7,27 2452857 438 10,95 1074 1063
7 35 7,27 2452857 438 10,95 1074 1063
8 40 7,27 2452857 438 10,95 1074 1063
9 45 7,27 2452857 438 10,95 1074 1063
10 50 7,27 2452857 438 10,95 1074 1063
11 55 7,27 2452857 438 10,95 1074 1063
12 60 7,27 2452857 438 10,95 1074 1063
13 65 7,27 2452857 438 10,95 1074 1063
14 70 6,94 2343013 438 10,95 1026 1015
15 75 6,62 2233168 438 10,95 978 967
16 80 6,29 2123323 438 10,95 930 919
17 85 5,97 2013479 438 10,95 882 871
18 90 5,64 1903634 438 10,95 834 823
19 95 5,32 1793790 438 10,95 786 775
20 100 4,99 1683945 438 10,95 738 727
Jumlah 45981495 8760 219,00 20140 19921
Flow Duration Curve
70,00
60,00
50,00
Debit (m^3/s)
40,00
30,00
20,00
10,00
0,00
0,000 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 80,000 90,000 100,000
Probailitas (%)
Diketahui:
𝐻 43 m
nturbin 500 rpm
𝜌 998 kg/m3
𝑔 9,81 m/s2
𝑄 7,27 m3/s
ηT 0,8
4.5.1. MenghitungDayaTurbin
Pt = 𝜌 × 𝑔 × 𝑄 × 𝐻 x ῃturbin
Pt = 998 kg/m3× 9,81 m/s2× 7,27 m3/s × 43 m x 0,8
Pt = 2448,46 KW
Pt = 3283,43 HP
4.5.2. MenghitungKecepatanPutaranSpesifikTurbin
√𝑃𝑡
NS = n 5
𝐻4
√3283,43
NS = 500 5
434
NS = 260,19 rpm
JenisTurbin Kisarankecepatanspesifik
Pelton 12 ≤ Ns ≤ 25
Francis 60 ≤Ns≤ 300
Cross Low 40 ≤Ns≤ 200
Propeller dan
250 ≤Ns≤ 1000
Kaplan
*Maka Dipilih Turbin Francis
√7,27
Nq = 500 3
434
Nq =80,29 L/menit
𝑢1∗ =0,86
𝑢∗2𝑎 =0,88
𝑢*2𝑖 =0,44
c*2 =0,31
c*m1 =0,26
4.6.3. Menghitung Kecepatan Tangensial Masuk Sudu Pada Sisi Luar Sudu
𝑢1 =𝑢1*× √2gH
𝑢1 = 0,86.√2 . 9,81 . 43
𝑢1 = 24,98m/s
𝑢2𝑖 = 12,78m/s
4.6.5. Menghitung Diameter Luar Runner
60 𝑢1
𝐷1 =
𝜋𝑛
60 . 24,98
𝐷1 =
𝜋 . 500
𝐷1 = 0,95m
𝐷𝑋 = 0,23 + 0,49
𝐷𝑋 = 0,72 m
C1 = √𝐶𝑢12 + 𝐶𝑚12
C1 = √12,512 + 7,552
C1 = 15,48 m/s
𝐶𝑚1
Sin-1 α = 𝐶1
7,55
Sin-1 α = 15,48
Sin-1 α = 29,21o
𝑢2𝑖 = 𝑢∗2𝑖 × √2 × 𝑔 × 𝐻
𝑈2𝑖+𝑈2𝑎
𝑈𝑎𝑣𝑟 = 2
12,78+25,56
𝑈𝑎𝑣𝑟 = 2
𝐶2 = 𝐶∗2 × √2 × 𝑔 × 𝐻
𝐶2 = 0,31 × √2 × 9,81 × 43
𝐶2 = 9,00 m/s
𝐶2
Sin-1 β = 𝑊2
9,00
Sin-1 β = 15,83
Sin-1 β = 34,66o
Zmin = 2 × π × tan α
Zmin = 2 × π × tan 29,21o
Zmin = 3,51
Zmin = 4 blade
𝐴 = 1,16 m
𝐵 = 1,30 m
𝐶 = 1,47 m
𝐷 = 1,66 m
4.8.5. Ukuran pada bagian (E)
𝐸 = 𝐷1(1,21 + 2,71 × 10-4 × 𝑁𝑆)
𝐸 = 1,22 m
72,17
𝐹 = 0,95(1,45 +260,19)
𝐹 = 1,65 m
41,63
𝐺 = 0,95(1,29 +260,19)
𝐺 = 1,38 m
31,86
𝐻 = 0,95(1,13 + 260,19)
𝐻 = 1,20 m
4.9. Menghitung Perencanaan Spiral Casing Berdasarkan Pandangan Samping
31,80
𝐼 = 0,95(0,45 + 260,19)
𝐼 = 0,55 m
𝐿 = 0,92 m
4.10. Data-data Teknis Perancangan Pembangkit Listrik MicroHidro (PLTMH)
4.10.3. Tabel Data Ukuran Bagian-bagianSpiral Casing Pada Pandangan Atas dan
Samping
No Besaran Nilai Satuan
1 Ukuran di bagian A 1,16 m
2 Ukuran di bagian B 1,30 m
3 Ukuran di bagian C 1,47 m
4 Ukuran di bagian D 1,66 m
5 Ukuran di bagian E 1,22 m
6 Ukuran di bagian F 1,65 m
7 Ukuran di bagian G 1,38 m
8 Ukuran di bagian H 1,20 m
9 Ukuran di bagian I 0,55 m
10 Ukuran di bagian M 0,46 m
11 Ukuran di bagian L 0,92 m
4.11. Hasil Design Turbin Francis
1) Bendung
Dari berbagi tipe bendungan di atas kami memilih tipe broad; sharp edges
karena lebih sederhana dan tidak memerlukan perhitungan sudut (sudut yaitu 90o).
Kemudian lebar bendungan ditentukan berdasarkan dari lebar sungai yang dikurangi
oleh tebal tembok sisi bendung x 2, yaitu bagian kiri dan kanan. Kami menentukan
tebal taip tembok yaitu 1m. Pada Bendungan dipasang flushing gate di tembok
depan bendungan dengan ukuran dan jumlah sesuai kebutuhan. Total ukuran gate
ini tidak boleh melebih lebar bendungan.
Tipe : Broad; round edges type
Lebar : 18 m
Tinggi :4m
Elevasi : 660 mdpl
Flushing Gate : 3m x 3m x 3 buah
2) Intake
Merupakan saluran yang mengalirkan air dari bendungan ke waterway.
Umumnya terletak pada bagian sisi kiri atau kanan bendugan. Ukuran dan jumlah
gerbangnya disesuaikan denga luas dari waterway-nya.
3) Waterway
Merupakan saluran yang membawa air dari bendungan ke penstock.
Luasnya diperhitungkan menggunakan rumus dengan menentukan kecepatan aliran
air pada water way. Kecepatan air ditentukan dari pemilihan bahan waterway yang
dilampirkan pada gambar berikut.
Kami memilih bahan clay loam, sehingga perhitungan luas waterway adalah sebagai
berikut
T’ = √10.385 𝑚2 = 3.22 m
T’ = 3.22 m
L = 3.22 m
X =1m
T = T’ + X
= 4.22 m
L = Lebar Penampang
4) Sandtrap
= 2 x 3.22 m = 6.44 m
= 10 x 3.22 m = 30.22 m
Biasanya pada sandtrap terdapat flushing canal yang berfungsi untuk mengalirkan
air bersama dengan lumpur yang diendapkan ke sungai kembali. Flushing Canal
disesuaikan dengan ukuran sand trap.
Q = 7.27m3/s
Karena menggunakan 2 penstock maka Debit nya dibagi dua yaitu debit pada
penstock 1 dan debit pada penstock 2, Maka Q = 3,635 m3/s
V = 3.9 m/s
𝑄
A =
𝑉
3,635 𝑚/𝑠
= = 0,932 𝑚2
3.9 𝑚/𝑠
4 𝑥 0,932
Do= √ 3.14
Do=1.09𝑚
Penstock yang dibuat adalah dua buah agar daya air bisa dipakai secara maksimal
7) Jalan Akses
Panjang jalan akses : 476 m
Lebar Jalan : 2.1m
Bahu Jalan : 2 x 0.4m
1101,6 kW
= 0,8
= 1377 kVA
Maka dipilih jenis generator dengan spesifikasi sebagai berikut:
1000000𝑉𝐴
𝐼= = 91,64 𝐴 ≈ 92 𝐴
√3 × 6300
Diperoleh data arus rating generator = 92 A
Kabel yang dipilih harus mempunyai kemampuan hantar arus (KHA) yang lebih besar
dari arus ratingnya, maka:
125% x 92 A = 115 A
Dari perhitungan arus di atas maka dapat dipilih kabel sebagai berikut:
Karena tidak ada kabel yang memiliki kemampuan daya hantar 115 A maka dipilih
kabel yang mendekati 115 yaitu 138 A.
Dalam perancangan pltm cipelah ini dilakukan studi potensi dari data klimatologi
BMKG, data badan pusat statistic dan stasiun curah hujan disekitar kawasan kawasan
potensi pltm, serta data debit sungai di sekitar Sungai Pakenjeng. Probabilitas desain pltm
ini dipilih sebesar 65% agar kelangsungan air sepanjang tahun tetap ada. Pada probabilitas
65% ini diperoleh debit desain pltmh sebesar 7.27 m3/s. Head maksimum yang mampu
dimanfaatkan adalah 43 m (h gross) dan panjang penstock design sebesar 177 m.
Dalam pengerjaan perancangan turbin ini kami menggunakan turbin jenis francis,
hal ini kita pilih karena melihat dari kecepatan spesifik (ns) dan kecepatan putar generator
air yang diperoleh, yaitu putaran spesifik sebesar 260,19 rpm dan diketahui bahwa putaran
rancangan turbin adalah sekitar 500 rpm. Dari kecepatan turbin tersebut diketahui bahwa
turbin yang digunakan adalah turbin Francis. Daya keluaran turbin dan putaran turbin
digunakan untuk menentukan desain generator. Berdasarkan parameter tersebut diperoleh
data spesifikasi generator dengan putaran 500 rpm dan daya 1 MW dengan jenis generator
Pindad Electric, Siemens AG-Berlin WG dengan tipe synchronous brushless generator.
Setelah itu kami mulai mencari diameter penstock dan kecepatan aliran pada pipa
menggunakan persamaan Gordon & Penman. Kemudian menghitung potensial daya turbin,
dan putaran spesifik berdasarkan debit. Dari data yang telah diperoleh kita bisa
menggunakan tabel Nq untuk mendapatkan nilai sisi masuk roda turbin (u1), diameter roda
turbin (D1), segitiga kecepatan masuk (cu), hal tersebut kita bisa mendapatkan segitiga
kecepatan.
Lalu kita juga menghitung sisi keluaran roda turbin dengan melihat tabel Nq. Setelah
itu kita menghitung lebar dari runner (Bx), diameter tengah runner (Dx). Lalu kita
menghitung jumlah blade yang akan digunakan pada turbin francis, dan juga jarak antara
blade kami perhitungkan. Lalu kami menghitung spiral casing yang akan digunakan untuk
turbin.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada perancangan turbin air jenis turbin francis untuk potensi head 43 m,
debit 7,27 m3/s, rancangan putaran turbin 500 rpm dan asumsi efisiensi turbin tetap di 0,8
diperoleh desain Turbin Francis dengan jumlah blade 4 , dengan spesifikasi ukuran seperti
terlihat pada tabel 4.1.18.2. dan 4.1.18.3. Daya yang dihasilkan dari pembangkitan adalah
sebesar 2 MW.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2009b. Buku 2B Pedoman Studi Kelayakan Sipil. Jakarta: Direktorat Jenderal Listrik
dan Pemanfaatan Energi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.
Arismunandar, A & Kuwahara, S. 1988. Teknik Tenaga Listrik Jilid I. Jakarta: PT. Pradnya
Paramita.
Harvey, Adam.1993. MICRO HYDRO DESIGN MANUAL A guide to small scale-water power
schemes.Southampton Row :Intermediate Technology Publication.
Jorde, Klaus. 2010. Baik & Buruk Mini/Mikro Hidro, Jilid I, Cetakan I, terjemahan Ini
Anggraeni. Jakarta: IMIDAP.
Ramos, Helena. 2000. Guidelines for Design of Small Hydropower Plants. Ireland: CEHIDRO.
Link:
https://www.scribd.com/doc/77468524/BAB-III-Turbin-Francis