2015
Lestari
Universitas Sumareta Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/14287
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
54
TESIS
Oleh
LESTARI
137046006/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
TESIS
Oleh
LESTARI
137046006/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Telah diuji
Tahun : 2015
ABSTRAK
Perawat palliative care berfungsi sebagai perantara penting antara dokter, pasien
dan keluarga. Perawat yang merawat klien kanker nasofaring harus mempunyai
hidup terbaik bagi pasien dan keluarga mereka, terlepas dari tahap penyakit atau
untuk terapi lain. Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi secara mendalam
paliatif pada klien dengan kanker nasofaring di Medan. Penelitian ini merupakan
pada perawat yang menanggani klien terminal dan untuk meningkatkan akses
Name : Lestari
ABSTRACT
patients and families. Nurses who take care of nasopharyngeal cancer clients must
have the expertise to prevent, alleviate suffering and support the best quality of
life for patients and their families regardless of the stage of disease or for other
therapies. The purpose of this research is to explore in depth how the image
study. Data were collected by in depth interview, and field note. The obtained data
were analyzed with Colaizzi approach. Results of the research found six themes,
treatment and the hope of improving palliative care nursing care better. It is
suggested that nurses perform palliative nursing care training for terminal clients
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini tidak akan dapat diselesaikan
tanpa bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan
2. Bapak Setiawan, SKp, MNS, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Magister
3. Ibu Dra. Nurmaini, MKM, Ph.D, selaku dosen pembimbing I yang telah
4. Ibu Ns.Nunung Febriany Sitepu, S.Kep, MNS selaku dosen pembimbing II,
yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan ilmu yang
5. Bapak Prof. Dr. dr. Abdul Rahman Saragih, Sp.THT (KL) selaku Penguji I,
yang telah memberikan kritik dan saran demi sempurnanya tesis ini.
6. Ibu Ns.Yesi Ariani, S.Kep, M.Kep, selaku Penguji II, yang telah meluangkan
waktu untuk mengkoreksi dan memberikan masukan agar sempurna tesis ini.
7. Bapak Direktur Utama RSUP Haji Adam Malik Medan beserta jajarannya
yang telah memberikan izin dan bantuan pada penulis untuk melakukan
8. Bapak Ibu dosen pengajar dan seluruh staff administrasi di Program Studi
serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak
Semoga Allah SWT membalas semua amal baik yang sudah Bapak Ibu
dan saudara saudari berikan dengan kebaikan yang lebih besar. Amin.
Penulis menyadari bahwasanya tesis ini masih jauh dari kesempurnaan dan
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan tesis ini dan harapan penulis semoga tesis ini dapat bermanfaat
Lestari
RIWAYAT HIDUP
Nama : Lestari
1980
No. Hp : 08126499949
Riwayat pendidikan :
Riwayat Pekerjaan :
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ……………………………………………………………….. i
ABSTRACT……………………………………………………………….. iii
KATA PENGANTAR …………………………………………………... v
RIWAYAT HIDUP………………………………………………………. vii
DAFTAR ISI …………………………………………………………….. ix
DAFTAR TABEL ……………………………………………………...... xii
DAFTAR SKEMA …................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xiv
LAMPIRAN.................................................................................................. 119
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Klasifikasi Histopatologi NPC ………………………… 10
Tabel 2.2. TNM Klasifikasi Klinis Untuk Tumor Nasofaring ……. 13
Tabel 2.3. Penilaian Spiritual ……………………………………….. 30
Tabel 2.4. Skala Kinerja Paliatif ……….......................................... 30
Tabel 2.5. Faktor-faktor Penting untuk Pasien Terminal dan 32
Intervensi Keperawatan ……………………………….....
Tabel 2.6. Perbandingan Tiga Metode Fenomenologis Analitik ...... 34
Tabel 4.1. Karakteristik ……………………………………………. 55
Tabel 4.2. Pengalaman Perawat Dalam Melakukan Pengkajian
Keperawatan Pada Klien Terminal Kanker
Nasofaring………………………………………………... 60
Tabel 4.3. Pengalaman Perawat Dalam Menegakkan Diagnosa
Keperawatan Pada Klien Terminal Kanker Nasofaring...... 62
Tabel 4.4. Pengalaman Perawat Dalam Menentukan Intervensi Pada
Klien Terminal Kanker Nasofaring………………………. 78
Tabel 4.5. Pengalaman Perawat Dalam Memanagement Berkabung
Pada Klien Terminal Kanker Nasofaring……………........ 81
Tabel 4.6. Tantangan Dalam Memberikan Asuhan Perawatan Pada
Klien Kondisi Terminal Kanker Nasofaring……………... 86
Tabel 4.7. Harapan Meningkatkan Pelayanan Asuhan Keperawatan
Pada Klien Kondisi Terminal Kanker Nasofaring Yang
Lebih Baik……….………………………………………. 91
DAFTAR SKEMA
Halaman
Analysis …………………....................................................... 36
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
BAB 1
PENDAHULUAN
tepat di atas mulut dan tenggorokan (National Cancer Centre Singapore, 2014).
Penyakit ini tergolong dalam penyakit kronik dan mengancam kehidupan karena
juta orang didunia mengalami kanker setiap tahunnya. Angka ini terus meningkat
setiap tahun dan diperkirakan penderita kanker akan mencapai angka 26 juta
orang pada tahun 2030. Angka kejadian kanker diseluruh dunia bervariasi sesuai
dengan ras dan status negara tersebut, kanker lebih banyak terjadi pada negara-
negara dengan tingkat ekonomi rendah hingga menengah yaitu sekitar 70 % dari
dunia. Insiden tertinggi (25-30/100 000 orang pertahun) di bagian selatan Cina
dan Hong Kong, tingkat sedang (5-15/100 000 orang pertahun) di Asia Selatan
Eropa dan Amerika. Tingkat kejadian NPC di Turki lebih rendah daripada di
Timur dan negara-negara Asia, sekitar 1 kasus per 100.000 orang (Demirci et al.,
2011).
kanker payudara, paru, kolorektal dan perut. Insiden NPC di Indonesia terjadi
2010). Klinik hematologi dan onkologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tercatat
sebanyak 123 orang pasien NPC selama tahun 2012, sementara selama bulan
Januari hingga Juli 2013 tercatat sebanyak 73 orang pasien NPC (Sinuhaji, 2014).
Klien yang berobat ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam
Malik Medan selama tahun 2014 mencapai 181.329 orang. Data dari Medical
Record (MR) RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2014 terdapat 459 orang
penderita NPC. NPC lebih sering pada laki-laki dibanding perempuan dan dapat
mengenai semua umur, dengan insidens meningkat setelah usia 30 tahun dan
seperti mengkonsumsi ikan asin yang merupakan salah satu faktor karsinogenik
dengan kelompok etnik atau gen (Tong et al., 2010). Penelitian menemukan
adanya perubahan genetik pada ras Cina yang dihubungkan dengan karsinoma
menghasilkan spektrum yang luas dari efek samping termasuk xerostomia (mulut
atau gejala lain (Huang et al., 2000; Wu et al., 2007; Tong et al., 2009).
sebagai peran paling penting yang mempengaruhi kualitas hidup mereka (Lovell
et al., 2005).
retensi oral bolus makanan, regurgitasi nasal (yaitu makanan atau cairan diarahkan
ke dalam rongga hidung dari faring saat menelan), tersedak dan aspirasi
(Ballantyne, 1975; Dusun et al., 1988; Schwarz et al., 1999; Wu et al., 2000).
Literatur yang ada meliputi enam penelitian yang meneliti gejala disfagia pada
pengobatan pasien NPC (Marshall et al., 1998; Hughes et al., 2000; Wu et al.,
2000; Mok et al., 2001; Chang et al., 2003; Ku et al., 2007) dan studi
2005).
kepala dan leher banyak mengeluhkan masalah gizi, seperti penurunan berat
badan, malnutrisi, disfagia, xerostomia, dan perubahan rasa. Keluhan ini hadir dan
NPC. Hasil penelitian Yang, Li, Hong dan Kao, (2010) dalam menangani
perawatan pasien NPC, menunjukkan tulisan tangan kaligrafi Cina dan latihan
bertahap menurunkan tekanan darah sistolik dan tingkat respirasi dalam langkah-
dengan ukuran efek kecil dibandingkan dengan relaksasi. Kaligrafi dan relaksasi
dapat memperbaiki suasana hati pada pasien NPC. Relaksasi efektif dan kaligrafi
manajemen rasa sakit dan gejala pasien, menekankan komunikasi dengan pasien
mengetahui bahwa peningkatan kualitas hidup sangat penting untuk pasien dengan
perawatan fisik, psikologis, dan spiritual. Perawat merupakan bagian integral dari
palliative care menunjukkan bahwa di antara pasien kanker yang dirujuk ke klinik
kesejahteraan spiritual.
hidup pasien dan keluarga mereka dalam menghadapi masalah yang berhubungan
awal, penilaian dalam pengobatan nyeri serta masalah lainnya seperti fisik,
dokter, pasien dan keluarga. Perawat khusus ini memiliki keahlian untuk
psikologis dan spiritual beragam pada pasien terminal. Mereka juga memikul
tanggung jawab profesional yang unik untuk mengatasi semua aspek perawatan
pasien terminal.
attitudes, and practices) dokter dan perawat yang bekerja di spesialisasi yang
perawat bedah dan dokter mengenai persepsi mereka tentang pasien dan keluarga,
pertanyaan, dan kekhawatiran dengan cara yang negatif. Hasil ini dapat dikaitkan
perawat untuk berurusan dengan emosi dalam situasi stres yang sulit. Perawat
kritis akut dan onkologi ditemukan memiliki nilai praktek lebih rendah dari
Hasil penelitian Mok dan Chiu (2004), perawatan paliatif berfokus pada
peduli dan kepercayaan, kepercayaan merupakan tujuan dari hubungan pasien dan
mengurangi rasa sakit dan akhirnya mengalami kematian yang damai. Hubungan
parah dan sekarat, perawat bersikap jujur dan peduli, yang dapat dicapai dengan
menyisihkan asumsi mereka sendiri dan melalui komunikasi yang terbuka dan
jujur terhadap otonomi pasien dan mengidentifikasi preferensi mereka. Studi ini
menunjukkan bahwa perasaan dan kualitas yang baik tetapi juga dapat
untuk memungkinkan pasien untuk hidup sampai mereka mati dan mendukung
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan jumlah tenaga perawat 717
orang yang terdiri 2 orang Megister, 184 orang Sarjana Keperawatan, 14 orang
DIV, 471 orang Akademi Keperawatan dan 48 orang SPK. Peneliti telah
RA3 menanyakan apa yang saudara lakukan pada klien penderita kanker
dikarenakan beban kerja yang berat, dan banyaknya jumlah pasien yang dihadapi
perawat. Perawat banyak melakukan kolaborasi dengan dokter, hampir tidak ada
penelitian kuantitatif.
1.2 Permasalahan
untuk meremehkan keparahan gejala yang dilaporkan oleh pasien (Baile et al.,
dilakukan oleh spesialis perawatan paliatif gagal untuk mendeteksi masalah yang
kesibukan dari lingkungan klinik semua bisa berkonspirasi untuk hasil penelitian
ini. Perawat merupakan ahli yang mungkin dapat mengidentifikasi dan membantu
mengelola berbagai masalah rumit yang terkait dengan penyakit progresif tidak
dengan tugas rutin seorang perawat misalnya injeksi, memasang infus, memasang
asuhan keperawatan seperti management nyeri, memberi rasa nyaman pada klien,
perawatan spiritual dan memfasilitasi hubungan klien dengan orang lain. Tampak
nasofaring di medan?
kanker nasofaring.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
dari mukosa rongga nasofaring. NPC biasanya adanya rasa sakit dan benjolan di
leher (Alan & Kin, 2013). Karsinoma nasofaring (NPC) adalah neoplasma epitel
dengan distribusi ras dan geografis yang luar biasa. Ini adalah kanker langka di
sebagian besar dunia dengan kejadian kurang dari 1 kasus per 100.000 orang-
tahun, tapi agak umum di Cina Selatan, Asia Tenggara (Luo et al., 2007).
terakhir merupakan jenis dominan NPC di daerah endemik. Atas dasar elektron
mikroskop, jenis NPC dianggap sebagai varian dari karsinoma sel skuamosa. Ini
Virus Epstein Barr (EBV), faktor genetik, dan faktor lingkungan yang
Epstein-Barr Virus (EBV) merupakan salah satu faktor etiologi dari NPC
infeksi EBV atau pemeliharaan terus-menerus dari siklus laten. Ekspresi gen
laten dalam sel EBV terinfeksi dapat meningkatkan kapasitas transformasi, dan
2. Faktor Genetik
Penelitian menemukan adanya perubahan genetik pada ras orang Cina yang
kanker secara tidak terkontrol. Beberapa perubahan genetik ini sebagian besar
akibat mutasi, putusnya kromosom, dan kehilangan sel-sel somatik. Teori tersebut
3. Faktor Lingkungan
China, Greenland dan Tunisia, NPC dikaitkan dengan status sosial ekonomi
rendah (SES), yang mungkin memiliki hubungan dengan tempat tinggal yang
penuh sesak, kurangnya ventilasi, kebersihan yang buruk, dan gaya hidup yang
ditandai dengan pola makan yang monoton dan konsumsi makanan yang
diawetkan, yang di antara yang paling makanan mahal yang tersedia di populasi
ini.
melibatkan banyak faktor genetik dan lingkungan. Salah satu faktor lingkungan
meliputi peran Epstein-Barr virus (EBV), tetapi tingkat infeksi yang tinggi virus
ini di seluruh dunia tidak bisa menjelaskan agregasi penyakit di beberapa daerah
dan sub populasi di Asia Tenggara, dan tingkat infeksi 100% di Cina Selatan tidak
menunjukkan bahwa konsumsi ikan asin dan jenis lain dari makanan yang
diawetkan, terutama pada usia dini, mungkin merupakan penyebab penting untuk
2.1.4 Stadium
Union Against Cancer (UICC), adalah sistem yang paling umum digunakan.
Sistem stadium ini didasarkan terutama anatomi, di mana T mengacu pada sejauh
lokal dari tumor primer, N mengacu pada tingkat node keterlibatan regional dan
M mengacu pada penyebaran jauh (metastasis) dari tumor. Skor TNM kemudian
Jarang, NPC dapat terdeteksi sebagai karsinoma pra-invasif di situ (Tis, N0, M0).
Tabel 2.2 TNM klasifikasi klinis untuk tumor nasofaring (American Joint
Committe on Cancer Staging [AJCC], 2010):
Primer (T)
T1: Tumor terbatas pada nasofaring, atau meluas ke orofaring dan/atau rongga hidung
tanpa ekstensi parapharyngeal.
T2: Tumor dengan ekstensi parapharyngeal (infiltrasi posterolateral tumor).
T3: Tumor melibatkan struktur tulang dan/atau sinus paranasal.
T4: Tumor dengan ekstensi intrakranial dan/atau keterlibatan, saraf kranial, hipofaring,
orbit, atau dengan ekstensi ke fosa infratemporal/ruang masticator.
Regional Kelenjar Getah Bening/Lymph Nodes (N)
N0: Tidak regional metastasis getah bening.
N1: Metastasis unilateral dalam kelenjar getah bening cervical(s), 6 cm atau kurang
dalam dimensi terbesar, di atas fossa supraklavikula, dan/atau unilateral atau
bilateral, kelenjar getah bening retropharyngeal, 6 cm atau kurang, dalam dimensi
terbesar.
N2: Metastasis bilateral di kelenjar getah bening cervial(s), 6 cm atau kurang dalam
dimensi terbesar, di atas fossa supraklavikula.
N3: Metastasis di kelenjar getah bening(s) lebih besar dari 6 cm dan/atau fossa supraklavikula
(N3a: Lebih dari 6 cm dalam dimensi, N3b: Perpanjangan ke fossa supraklavikula)
2.1.5 Gejala
posterior, yang bernoda darah, dan sekitar 30% dari pasien datang dengan gejala-
gejala ini (Skinner et al., 1991). Beberapa pasien mungkin mengalami epistaksis
dan batuk dahak bernoda darah di pagi hari sekunder untuk postnasal menetes,
membingungkan yang disebabkan oleh sinusitis atau rhinitis. Ketika gejala seperti
sebagai akibat dari efusi telinga tengah disebabkan oleh penyumbatan dari tabung
Karena otitis media serius relatif jarang terjadi pada orang dewasa jika
jika otitis media serius tidak jelas dalam 2-3 minggu pada pasien dewasa. Gejala
umum lainnya termasuk tinnitus, yang dapat terjadi pada sekitar 1/3 pasien
dengan NPC, tinnitus dalam NPC biasanya unilateral. Dalam kasus di mana ada
infiltrasi saraf glossopharyngeal oleh NPC, otalgia unilateral berat dapat terjadi.
3. Gejala neurologis
sejauh mana keterlibatan tumor primer, salah satu saraf kranial, saraf simpatis
servikal atas, saraf oksipital lebih rendah, dan saraf auricular lebih besar dapat
terlibat. Saraf kranial yang paling sering terlibat adalah V dan saraf kranial VI (Li
et al., 2006; Stanley & Fong, 1997). Penurunan fungsi saraf ini akan
menghasilkan paresthesia atau mati rasa pada wajah dan diplopia, masing-masing.
Keterlibatan mereka adalah hasil invasi tumor dari dasar tengkorak ke dalam sinus
yang paling dekat dengan atap nasofaring). Saraf kranial lainnya di sinus
kavernosus seperti III saraf mungkin terlibat dalam kasus-kasus yang lebih maju
tapi terisolasi III kelumpuhan saraf tidak akan terjadi sendiri tanpa keterlibatan
kelumpuhan saraf VI akibat infiltrasi tumor dari sinus kavernosa. Dalam keadaan
yang sangat jarang terjadi, proptosis dapat terjadi sebagai akibat dari infiltrasi dari
tumor orbital.
5. Sakit Kepala
Sakit kepala dapat terjadi pada pasien NPC dan biasanya menunjukkan
adanya keterlibatan dasar tengkorak. Sakit kepala ini biasanya lokasi unilateral
neuralgic dan karena iritasi dari cabang meningeal dari divisi kedua saraf V.
Pasien mungkin mengalami rasa sakit yang disebabkan oleh mengangkat kepala
Durasi rata-rata sakit kepala sebelum NPC diagnosis adalah 7,9 bulan.
Lokasi sakit kepala yang paling sering digambarkan di daerah parietal dengan
berbagai pola nyeri. Enam pasien (43%) mengalami sakit kepala unilateral selama
serangan sementara pasien yang tersisa melaporkan nyeri bilateral atau difus. Dari
selama atau setelah perawatan; kebanyakan dari mereka melaporkan lega tak lama
dan gejala awal yang halus, dan kadang-kadang tanpa disadari oleh pasien.
Beberapa tanda-tanda awal dan tahap pertengahan gejala, misalnya, nyeri wajah,
(TMD). Oleh karena itu, dokter dapat memainkan peran penting pada tahap ini
kemasukan benda asing, tinnitus, penurunan pendengaran, tuli, massa leher rahim
atrofi otot pengunyahan, mati rasa wajah dan defisit saraf kranial lain (terutama
dari kranial saraf V dan VI) merupakan tahap lanjutan yang disebabkan oleh
2.1.6 Diagnosis
Limfadenopati servikal pada leher bagian atas merupakan keluhan yang paling
alat endoskopi, CT scan, atau MRI nasofaring dan sekitarnya. Diagnosis pasti
dua cara, yaitu dari hidung atau dari mulut. Pemeriksaan lain seperti foto paru,
kemungkinan adanya metastasis di organ - organ tersebut (Lu, Cooper & Le,
2010).
spektrum yang luas dari efek samping termasuk xerostomia (mulut kering),
lain (Huang et al., 2000; Wu et al., 2007; Tong et al., 2009). Komplikasi akhir
radiasi, mayoritas pasien dinilai kesulitan menelan sebagai isu yang paling penting
yang mempengaruhi kualitas hidup mereka (Lovell et al., 2005). Menurut Gaziano
transportasi bolus dari rongga mulut ke perut. Proses ini meliputi mulut, faring
dan esofagus fase menelan. Disfagia akut karena mucositis adalah pengalaman
disfagia kronis yang mengikuti pada pasien NPC diobati. Gejala utama pasca-
regurgitasi nasal (yaitu makanan atau cairan diarahkan ke dalam rongga hidung
dari faring saat menelan), tersedak dan aspirasi (Ballantyne, 1975; Dusun et al.,
arti setiap bentuk perawatan medis atau perawatan yang berkonsentrasi pada
memberikan menyembuhkan.
pasien dan keluarga yang menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan
meringankan penderitaan dan untuk mendukung kualitas hidup terbaik bagi pasien
dan keluarga mereka, terlepas dari tahap penyakit atau untuk terapi lain.
dan/atau praktek perawat bersama dengan dukungan dari satu atau lebih pekerja
sosial dan pemuka agama. Selain itu, tim dapat menggunakan jasa rekan
berkonsultasi biasanya dilakukan oleh dokter atau perawat yang akan menilai
kebutuhan pasien dan keluarga dan membuat rekomendasi kepada dokter utama
pengentasan gejala klien, bukan pada obat. The National Hospice and Palliative
meliputi peningkatan kualitas hidup dari orang-orang yang sakit parah dan
membantu keluarga selama dan setelah perawatan yang mereka terima. Melalui
pengaturan perawatan dan membahas kebutuhan keluarga serta klien. Bahwa klien
memiliki pilihan adalah fokus utama dalam konsep perawatan paliatif (Black &
Hawks, 2009).
pada kenyamanan klien, salah satu yang paling terkenal model perawatan paliatif
adalah rumah sakit (Hospice care) atau kehidupan akhir perawatan yang dapat
dipilih bila tidak ada kemungkinan lebih lanjut dari obat yang ada. Bahkan lebih
biasanya, rumah sakit dan perawatan paliatif telah memikirkan secara khusus
untuk klien kanker. Hal ini disebabkan keterbatasan manfaat rumah sakit
Medicare bahwa klien harus terdiagnosa memiliki tidak lebih dari 6 bulan untuk
menyaksikan tidak hanya gejala yang menyertai penyakit tetapi juga tahap akhir
hidup atau proses kematian. Proses kematian biasanya disertai dengan segudang
bekerja dalam tim interdisipliner untuk memberikan dukungan yang optimal dan
manajemen gejala untuk klien sekarat dan keluarganya merupakan aspek utama
dari peran perawat yang dimiliki dalam perawatan paliatif (Black & Hawks,
2009).
mereka daripada profesional kesehatan lainnya dan berada dalam posisi yang
paling cepat untuk memberikan perawatan, kenyamanan, dan nasihat pada akhir
kehidupan, ketika keputusan penting harus dicapai dan perawatan penuh kasih dan
awal dalam perawatan klien sehingga klien memiliki kesempatan untuk menerima
manfaat dari tindakan kenyamanan seluruh perawatan dan terutama pada akhir
kandidat untuk perawatan kenyamanan disediakan pada rumah sakit atau unit
Empat kategori utama muncul dari perspektif pasien dan perawat dalam
terbentuk, dan perawat tidak hanya dianggap sebagai profesional kesehatan, tetapi
juga menjadi bagian dari keluarga atau teman baik. Perawat yang
teman dan keluarga, dan 4) kepuasan diri. Kualitas hidup didefinisikan sebagai
pernyataan pribadi dari positif atau negatif atribut yang menjadi ciri kehidupan.
karena karakteristik serupa yang ada untuk keduanya. Selain itu, kualitas hidup
secara individual didefinisikan oleh klien dengan kedekatan harapan klien dan
realitas yang ada. Jika kesenjangan antara kedua konsep ini besar, klien dapat
melihat kualitas hidup mereka sebagai kurang dari mereka yang telah mampu
kualitas perawatan hidup dan menyatakan bahwa klien harus memiliki kualitas
distress dan makna bahwa orang tersebut terhadap sensasi fisik yang dialami.
kelelahan, sembelit, dan mual, harus memahami bahwa setiap klien merespon
secara berbeda. Pengaruh gejala pada rutinitas hidup bervariasi dari klien ke klien,
dukungan sosial. Sebuah rencana perawatan paliatif harus didasarkan tidak hanya
pada manajemen gejala tetapi juga pada efek gejala dan beban intervensi pada
kualitas keseluruhan klien hidup serta harapan (Black & Hawks, 2009).
hidup (QOL). Kualitas hidup merupakan hasil dari pemberian perawatan paliatif,
tetapi sering dilaporkan rendah oleh klien (Daniels dan Linnane, 2001).
Perawatan Paliatif
rumah sakit adalah model khusus untuk pengiriman perawatan paliatif sangat
baik, filosofi rumah sakit jelas dalam pengakuan atas kematian. Tidak ada upaya
memastikan bahwa klien dan keluarga mereka bisa memiliki perawatan yang tepat
bukan alternatif kualitas hidup yang ditawarkan oleh rumah sakit. Perawatan
biotechnical agresif pada akhir kehidupan, dan memungkinkan klien untuk mati di
menyatakan bahwa ada 3650 Total program hospice nasional pada tahun 2004.
Pada bulan Januari 2006 Medicare mengidentifikasi 2.884 organisasi rumah sakit.
parah di Amerika pada usia lanjut. Hampir, 65% dari rumah sakit klien yang
berusia di atas 75 tahun, sebuah angka yang telah terus meningkat. Meskipun
banyak orang Amerika masih meninggal di rumah sakit atau panti jompo daripada
di tempat tidur rumah mereka sendiri, NHPCO melaporkan bahwa lebih dari 40%
orang yang meninggal pada tahun 2004 layanan perawatan rumah sakit yang
masih terbatas, lebih banyak orang Amerika menyadari perawatan di rumah sakit
prognosis memiliki 6 bulan atau kurang, pemimpin lain di bidang kesehatan ini
Konsep kematian yang baik adalah salah satu yang tercatat lebih dalam
kematian yang sehat, dan kematian yang bermartabat. Banyak definisi yang ada
untuk menggambarkan kematian yang baik, yang sebagian besar referensi yang
nyaman, dengan keluarga, meninggal dengan martabat, dan memiliki kontrol atas
yang baik untuk orang yang dicintai berarti keluarga melakukan apa yang
seharusnya untuk anggota keluarga mereka. Budaya Barat fokus terutama pada
penyediaan kematian yang baik untuk klien dan tidak mengakui pentingnya untuk
rasa peningkatan harga diri jika mereka telah membantu orang mati untuk
memiliki kematian yang baik dan damai. Dalam lingkungan perawatan intensif di
telah mulai memeriksa kematian yang baik untuk klien tersebut setelah tekad telah
Proses sekarat dapat menjadi waktu krisis emosional bagi banyak klien dan
keluarga mereka. Perawat memainkan peran penting dalam mendukung klien dan
keluarga selama proses sekarat. Sebuah diskusi terbuka dan peduli tentang apa
ketika berkomunikasi dengan klien sekarat dan keluarga mereka. Pemeriksaan diri
dan artikulasi perasaan pribadi tentang kematian dan sekarat sangat penting untuk
klien dan keluarga untuk menyelesaikan isu-isu penting dan mencapai penutupan
yang sehat. Klien dan keluarga menghadapi hari-hari terakhir kehidupan harus
isu-isu yang penting yang paling penting bagi mereka. Perawat dapat berfungsi
sebagai pendengar, teman, dan advokat bagi klien. Menjadi fasilitator tidak
menghakimi dan tidak mengancam klien dan keluarga, tetapi klien dan keluarga
dapat percaya perawat. Setelah kepercayaan didirikan dan klien percaya bahwa
perawat secara efektif akan mengelola gejalanya, klien dapat mulai membuka
Setiap individu adalah unik, dan begitu pula percakapan yang terjadi antara
budaya, spiritualitas, gaya hidup, dan hubungan emosional sangat penting ketika
mendukung klien dan keluarga mereka di akhir kehidupan (Black & Hawks,
2009).
utama dalam lingkungan perawatan di rumah dan sering sangat terlibat dalam
interdisipliner. Tugas bagi keluarga merawat orang yang dicintai yang sedang
tentang proses berduka yang normal dan tugas pekerjaan kesedihan. Kesedihan
adalah reaksi normal dan didasarkan pada kerugian. Anggota keluarga akan
berduka kehilangan orang yang mereka cintai. Salah satu peran dari tim perawatan
kesehatan; berduka adalah proses yang diperlukan bahwa keluarga harus dilalui
dan untuk dapat bergerak di dalam kehidupan mereka. Perawat perlu memvalidasi
mereka yang bekerja dengan berduka untuk memahami tugas-tugas dari proses
berduka. Empat tugas berduka yang harus dicapai untuk berduka untuk mencapai
pergi, 4) Menemukan cara untuk mengingat almarhum saat bergerak maju dalam
2.2.7 Spiritual
perawatan jiwa atau roh, penting untuk kualitas perawatan paliatif, tujuannya
ingin kebutuhan rohani mereka ditujukan pada akhir kehidupan dan merasa bahwa
rohani mereka (Gallop, 1997). Selain itu, individu tua yang sekarat
terutama manusia, dan memiliki kesempatan untuk berdoa sendiri atau dengan
penting untuk mengingat prinsip-prinsip berikut (Doka & Morgan, 1993 dalam
mungkin berbeda untuk setiap individu tergantung pada/latar belakang agama atau
praktik keagamaan, praktek sekuler, simbol, ritual, bentuk seni, doa dan meditasi,
2.3.1 Pengkajian
paliatif yang efektif dan salah satu pilar untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien, karena itu penting untuk membahas dampak dan manajemen gejala umum.
1. Nyeri
2. Kelelahan
yang efektif kelelahan terkait kanker dapat didasarkan pada jawaban yang
3. Spiritual
penyakit terminal. Salah satu model untuk penilaian spiritual menggunakan FICA
(Campbell, 2009).
Kinerja Paliatif (PPS) (Tabel 2.4). Skala ini nilai kondisi umum pasien sebagai
diri, asupan, dan tingkat kesadaran. Skala telah divalidasi dengan pasien dengan
kanker (semua jenis), pasien dalam pengaturan akut tersier rumah sakit,
2.3.3 Intervensi
Sebuah studi besar pasien sakit terminal tentang kebutuhan dan sesuatu
yang dapat lakukan. Pasien terminal dari enam wilayah geografis dari Amerika
Serikat yang memiliki ketahanan hidup yang diharapkan kurang dari 6 bulan
disajikan dalam bentuk informasi yang mendetail dan ditempatkan pada situasi
yang alamiah (Cresswel, 1998). Salah satu metode yang digunakan pada
penemuan fakta terhadap suatu fenomena sosial dan berusaha memahami tingkah
yang bertujuan untuk menggambarkan fenomena atau tampilan dari sesuatu sesuai
bahwa fenomenologi adalah penelitian mengenai esensi, dan yang terkait, seluruh
1999). Menurut Wagner, 1983 dalam Streubert & Carpenter, 2011 fenomenologi
adalah suatu cara untuk menilai diri sendiri, menilai orang lain, dan segala sesuatu
yang berhubungan dan kontak langsung dengan kita dalam kehidupan dunia.
metode Colaizzi (1978), Giorgi (1985), dan Van Kaam (1966), yang semuanya
dalam analisis data menggunakan pendekatan Colaizzi itu. Analisis Giorgi yang
hanya mengandalkan para peneliti. Pandangannya adalah bahwa hal itu tidak
pantas baik untuk kembali kepada peserta untuk memvalidasi temuan atau
yang signifikan
Pada pasien terminal dokter tidak fokus pada mereka, jadi diserahkan
sakit parah dan bagaimana mereka dapat berkontribusi pada akhir damai hidup.
Fokusnya adalah bukan pada kematian tetapi pada hidup damai dan berarti
selama hari-hari terakhir yang tersisa untuk pasien, bagi orang lain yang
signifikan, dan anggota keluarga. Hal ini juga mencerminkan kompleksitas yang
terlibat dengan mengurus pasien yang sakit parah dan kebutuhan untuk memiliki
pengetahuan tentang nyeri dan manajemen gejala (Ruland dan Moore 1998).
Perawat perlu memiliki sikap peduli, kesadaran, kepekaan dan kasih sayang bagi
pasien pada kondisi End of Life dengan tenang. Teori Ruland and Moore yang
mengembangkan Peaceful End of Life (EOL), dengan teory dan konsep utamanya
telah sesuai dengan tujuan dan prinsip perawatan paliatif yang meliputi:
dalam teori EOL. Rasa sakit lebih lanjut digambarkan sebagai pengalaman yang
jaringan aktual dan potensial (Ruland & Moore, 1998), dengan cara
2. Kenyamanan
(1991) dalam Ruland & Moore (1998) yaitu terbebas dari ketidaknyamanan,
3. Menghargai Martabat
Konsep ini mengacu kepada penghargaan, yang diekpresikan dengan prinsip etik,
autonomi atau respek pada manusia, dimana individu diperlakukan sebagai agen
persetujuan klien, komunikasi efektif dengan klien dan keluarga serta penuh
bijaksana.
4. Kedamaian
& Moore, 1998). Kondisi damai secara fisik, fisiologis dan dimensi spiritual.
orang lain yang memberikan perawatan (Ruland & Moore, 1998). Kedekatan
Keperawatan paliatif
1. Peran perawat
2. Fokus pada kualitas
hidup
3. Perawatan rumah sakit
(Hospice care) sebagai
model perawatan paliatif
4. Komunikasi
5. Perawatan untuk
pengasuh
6. Dukungan pada keluarga
berduka
7. Spiritual
1. Bebas nyeri
2. Kenyamanan
3. Respek dan menghargai
4. Kedamaian Pasien Peaceful
5. Hubungan dekat dengan menderita
Perawat Onkologi orang lain kanker end of
(Ruland & Moore, 1998
nasofaring life
dalam Toomey & Alligood,
2006)
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
(Polit & Beck, 2012). Penelitian ini merupakan jenis kualitatif dengan
Pada studi fenomenologi, terdapat dua langkah utama yang terdiri dari
mengumpulkan dan menganalisa data, pada tahap ini peneliti bersikap netral dan
mengidentifikasi dan menahan diri dari prasangka, keyakinan, dan opini tentang
fenomena yang diteliti. Bracketing tidak pernah dapat dicapai secara total, namun
peneliti berusaha untuk keluar dari dunianya dan setiap prasangka dalam upaya
pertanyaan yang menggiring opini saat wawancara agar data-data yang diberikan
Intuiting merupakan tahap dimana peneliti harus masuk secara total dan
menyatu dengan fenomena yang diteliti dan peneliti mulai mengetahui tentang
fenomena sesuai yang dijelaskan oleh partisipan. Proses intuitif ini menghasilkan
fenomena dengan menggali data dasar dan bagaimana data ditampilkan. Peneliti
data.
tahap ini peneliti membuat narasi yang mendalam serta luas tentang fenomena
pada klien dengan kanker nasofaring. Waktu penelitian dimulai dari minggu
pertama bulan Juni sampai minggu kedua Juli 2015. Penulisan proposal penelitian
dimulai bulan Januari sampai dengan minggu pertama Mei 2015. Tahap awal
adalah mengurus perizinan studi pendahulan penelitian, dan setelah proposal lulus
uji selanjutnya mengurus uji etik dan melakukan uji coba pedoman wawancara,
data dilakukan selama enam minggu. Penyusunan laporan hasil penelitian dari
Jumlah partisipan saat proses pengambilan data adalah 22 orang perawat di RA3
sesuai dengan tujuan penelitian (Polit & Beck, 2012), dan memenuhi kriteria
Polit dan Beck (2012) dalam studi fenomenologi cenderung menggunakan jumlah
partisipan yang sedikit, biasanya hanya 10 orang atau kurang. Pada penelitian ini
data yang dideskripsikan partisipan memiliki kesamaan atau mencapai titik jenuh
meskipun dilihat dari berbagai perspektif (Streubert & Carpenter, 2011). Pada
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri dengan alat dan metode
adalah Voice Recorder Digital, kuesioner data demograpi, field note atau catatan
tentang asuhan perawatan paliatif pada klien dengan kanker nasofaring. Alat bantu
lebih terfokus. Voice Recorder Digital digunakan untuk merekam ungkapan atau
respon verbal partisipan, sedangkan field note digunakan sebagai panduan dalam
and Moore, 1998. Panduan wawancara tersebut berisi 10 pertanyaan terbuka yang
dibuat oleh peneliti sendiri. Hal-hal yang ditanyakan berupa pengalaman perawat
kepada 3 orang expert keperawatan. Tujuan dari langkah ini adalah untuk menilai
relevansi dari setiap item dengan ukuran yang diinginkan. Hasil content validity
index (CVI) untuk panduan wawancara > 0,8, hal ini bermakna bahwa panduan
kepada partisipan. Hal ini hanya untuk memudahkan peneliti dalam melakukan
keterangan lulus uji etik dan ijin penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas
penelitian.
study dilakukan pada 1 partisipan. Setelah itu hasil wawancara dari pilot study
wawancara yang telah ada. Pertanyaan awal yang ditanyakan kepada partisipan
pertanyaan seperti apakah ada hal lain lagi yang ingin disampaikan?. Setelah
baik secara langsung atau via telepon jika partisipan merasa perlu menceritakan
transkrip. Peneliti juga melakukan analisis terhadap data yang didapat bersamaan
dengan proses bimbingan dengan dosen. Pencarian informasi dari partisipan lain
terus dilakukan sesuai dengan prosedur dan dihentikan setelah tercapai saturasi
dengan partisipan dan jarak sekitar satu meter, alat perekam diletakan ditengah-
data dalam penelitian ini dilakukan setelah selesai proses setiap wawancara, yaitu
bersamaan dengan dibuatnya transkrip data. Menurut Polit & Beck (2012), proses
pengelompokan data ini disebut dengan reduksi dimana data diubah menjadi
yang sederhana, jelas dan sistematis Speziale & Carpenter, 2003 dan metode ini
penelitian (Polit & Beck 2012). Tahapan analisis data secara rinci dilakukan
partisipan.
yang berbeda. Dalam tahap analisis ini, Colaizzi (1978) menyarankan agar
kategori.
tema. Kumpulan makna dalam hal ini adalah kategori yang terbentuk dari
kata-kata kunci, pada tahap ini kumpulan makna atau kategori yang
kembali apakah tema atau hasil temuan yang peneliti temukan melalui
satu proses wawancara dibuat transkrip data. Hasil transkrip kemudian yang
Lincoln dan Guba (1985) dalam Polit & Beck (2012) menyarankan empat
menyediakan platform awal di mana banyak kontroversi saat ini pada kekakuan
dengan subjektif dan selengkap mungkin. Lincoln dan Guba menunjukkan bahwa
waktu pada tiap kondisi. Untuk mencapai dependability adalah dengan inquiry
audit yaitu dengan melibatkan penelaah eksternal untuk penelaahan data serta
persetujuan antara dua orang atau lebih tentang relevansi dan arti dari data (Polit
& Beck, 2012). Peneliti menunjukkan transkrip hasil wawancara serta catatan
lapangan, tabel kategori, sub tema dan tema pada pembimbing sebagai penelaah
eksternal.
Digunakan uji ini karena dapat diterapkan pada subjek yang lain mempunyai
karakteristik yang sama dengan subjek penelitian yang diambil. Supaya orang lain
Authenticity mengacu pada sejauh mana peneliti secara adil dan setia
consent adalah suatu izin yang berarti peserta memiliki informasi yang cukup
Prinsip etik yang diterapkan pada penelitian ini akan dikaji dengan teliti
untuk mendapat ethical clearance setelah disetujui oleh Komite Etik Penelitian
dengan memberikan hak untuk menentukan pilihan dan hak mendapat penjelasan
menentukan pilihan untuk ikut serta sebagai partisipan atau tidak tanpa paksaan,
bahwa tidak akan keberatan jika dalam proses wawancara partisipan memutuskan
bahwa penelitian yang akan dilakukan bebas dari bahaya fisik maupun emosional
dan eksploitasi serta memberikan manfaat bagi partisipan. Pada saat wawancara
partisipan tiga saat wawancara karena kurang sehat, kemudian sesuai permintaan
dirahasiakan atau tidak dipublikasikan kepada pihak yang tidak terkait. Hak
Prinsip Justice merupakan hak mendapatkan perlakuan yang adil dan hak
norma yang berlaku. Untuk memenuhi prinsip ini maka peneliti memperlakukan
semua partisipan secara adil dengan tidak membeda-bedakan dan memberikan hak
BAB 4
HASIL PENELITIAN
kanker nasofaring penelitian yang dibahas adalah karakteristik partisipan dan tema
dalam penelitian ini telah memenuhi kriteria dan bersedia untuk diwawancarai.
partisipan pada penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, agama, pendidikan
terakhir dan masa kerja di RA3 . Dari kesepuluh partisipan mayoritas partisipan
berusia antara 45 - 49 tahun (n=4, 40%), beragama kristen (n=8, 80%), pendidikan
terakhir S1 keperawatan (n=7, 70%), masa kerja 1- 5 tahun (n=6, 60%) dan semua
diperoleh dari hasil wawancara, yang dianalisis sesuai dengan metode Collaizi.
ditemukan ada 6 tema yaitu (1) Pengalaman perawat dalam melakukan pengkajian
(3) Pengalaman perawat dalam menentukan intervensi pada klien terminal kanker
pada klien kondisi terminal kanker nasofaring dan (6) Harapan meningkatkan
pelayanan asuhan keperawatan pada klien terminal kanker nasofaring yang lebih
baik.
Tidak ada tema – tema yang sesuai berdasarkan dengan teori kerangka
konsep yang sudah dijelaskan. Sedangkan temuan baru yang didapatkan setelah
(3) Pengalaman perawat dalam menentukan intervensi pada klien terminal kanker
pada klien kondisi terminal kanker nasofaring dan (6) Harapan meningkatkan
kanker nasofaring yaitu (1) Mengkaji status nutrisi, (2) Mengkaji nyeri, (3)
tidak ada nafsu makan. Kekurangan nutrisi merupakan penurunan berat badan
“Bau luka kanker itu bau banget, bau itu juga menurut saya
bisa mengurangi nafsu makan klien, pada klien NPC kulit
tampak kering”
(Partisipan 6)
klien mengeluhkan nyeri. Nyeri merupakan sensori subyektif dan emosional yang
tidur adalah klien mengeluhkan susah tidur. Hal ini sesuai dengan pernyataan
berikut:
psikologis adalah klien mengeluhkan kecemasan dan pasrah. Hal ini sesuai
pernafasan adalah klien mengeluhkan sesak nafas. Hal ini sesuai dengan
pernyataan berikut:
mobilitas fisik adalah klien total care. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut:
Tabel 4.2.
Matriks Tema
Pengalaman Perawat Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan Paliatif Pada
Klien Kanker Nasofaring
No Tema 1: Pengalaman perawat dalam melakukan pengkajian keperawatan
pada klien terminal kanker nasofaring
1 Sub Tema: Kategori :
Pengumpulan data – a. Mengkaji status nutrisi
data /informasi klien b. Mengkaji nyeri
terminal kanker c. Mengkaji gangguan tidur
nasofaring d. Mengkaji gangguan psikologis
e. Mengkaji gangguan pernafasan
f. Mengkaji hambatan mobilitas fisik
“Mual”
(Partisipan 7)
“Mobilitas fisik”
(Partisipan 10)
Tabel 4.3.
Matriks Tema
Pengalaman Perawat Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan Paliatif Pada
Klien Kanker Nasofaring
No Tema 2: Pengalaman perawat dalam menegakkan diagnosa keperawatan
pada klien terminal kanker nasofaring.
1 Sub Tema: Kategori :
Daftar diagnosa a. Ketakutan
keperawatan pada b. Kecemasan
klien terminal kanker c. Pola nafas tidak efektif
nasofaring. d. Bersihan jalan nafas
e. Mual
f. Nyeri
g. Menarik diri
h. Gangguan citra diri
i. Gangguan Mobilitas fisik
kanker nasofaring.
dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang diinginkan dalam
perawat dalam menentukan intervensi pada klein kanker yaitu (1) Perawat yang
nasofaring.
kanker nasofaring
pada klien terminal kanker nasofaring adalah dengan meningkatkan kualitas hidup
hidup pada klien kanker nasofaring yang terdiri dari (1) Memperhatikan kondisi
kondisi spiritual klien, (4) Respek/menghargai dan (5) Kematian yang damai.
memperhatikan kondisi fisik klien adalah peduli dengan kondisi klien. Perawatan
ini tidak dibatasi pada perawatan diakhir kehidupan, dan meliputi manajemen
gejala dengan memperhatikan semua keluhan yang menonjol dari kondisi klien.
NPC seperti (1) Menggurangi rasa nyeri, (2) Mengatasi gangguan pernafasan, (3)
Perawatan luka, (4) Mengatasi masalah perdarahan, (5) Mengatasi mual dan
muntah, (6) Peduli, (7) Mengatasi gangguan tidur, (8) Penurunan kesadaran, (9)
Komunikasi, (10) Observasi, (11) Edukasi, (12) Perawatan oleh pengasuh, (13)
Sumbatan pada hidung, (14) Kolaborasi dan (15) Perawatan saat meninggal.
pada sesuatu selain pada nyeri. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut:
pernafasan dengan memberikan posisi yang nyaman untuk klien. Perawat bertugas
untuk memenuhi kebutuhan dasar klien secara holistic memiliki tanggung jawab
untuk membantu pemenuhan kebutuhan oksigen klien yang tidak adekuat. Hal ini
NPC dilakukan dengan sangat hati-hati. Perawatan luka merupakan suatu teknik
aseptik yang bertujuan membersihkan luka dari debris untuk mempercepat proses
pada klien NPC dengan melakukan penekanan pada daerah perdarahan. Hal ini
yang meranggsang mual dan muntah. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut:
1.6 Peduli
bahwa perawat yang akan merawatnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut:
terganggu, mengakibatkan kurang atau kualitas tidur yang buruk. Hal ini sesuai
merupakan dimana penderita tidak sadar dalam arti tidak terjaga/tidak terbangun
secara utuh sehingga tidak mampu memberikan respons yang normal terhadap
1.9 Komunikasi
informasi terkait dengan kondisinya. Sebuah diskusi terbuka dan peduli tentang
1.10 Observasi
dengan menanyakan keluhan klien, reaksi obat dan memantau tanda-tanda vital.
Penkes kepada pasien dan keluarga pasien. Salah satu pemberian Penkes yang
tindakan yang dilakukan pada klien dan cara pemenuhan nutrisi. Hal ini sesuai
adalah merawat klien bersama dengan keluarga klien. Keluarga klien yang sakit
mengakibatkan gangguan pernafasan pada klien. Hal ini sesuai dengan pernyataan
berikut:
1.14 Kolaborasi
interaksi, kompromi beberapa elemen yang terkait klien yang menerima akibat
dan manfaat dari tujuan kolaborasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut:
adalah melakukan tindakan melepaskan alat-alat medis yang melekat pada klien
“Kita hanya melepas sepertti infus, kalo dia pakai NGT kita
lepas, kalo dia pakai trakeostomi kita lepas.”
(Partisipan 6)
“Pak, Bapak gak usah kecil hati, kalo orang meninggal itu
yang sehat juga meninggal, kalo yang masih gini Bapak ya
kita harus rajin berdoa, terus kita harus rajin berobat, terus
beribadah, karena orang sakit ini makin banyak kita
peluangnya untuk beribadah gitu, jadi harus kita dekatkan
diri sama Allah,’ Kalau sama yang Kristen sama Tuhan gitu,
jadi kita beri motivasi sebelah bapak itu lebih parah lagi
daripada Bapak, tapi mereka rajin untuk berobat, makan
obat, banyak makan yang sehat-sehat”
(Partisipan 9)
4. Respek/menghargai
tersebut dimaknai seperti peduli pada pasien dan membantu memenuhi kebutuhan
“Kebutuhannya itu apa saat itu yah kita penuhi kan gitu. Itu
aja sih”
(Partisipan 5)
sebagai kematian yang nyaman terbebas dari rasa nyeri. Pada klien dengan
dengan kematian yang tenang. Hal ini sejalan dengan pernyataan berikut:
kanker nasofaring.
menyuruh keluarga klien melakukan suction dan perawatan trakeostomi, (2) Tidak
pemuka agama, (4) Perawat tidak megerti perawatan kritis dan (5) Perawat tidak
trakeostomi.
yang jarang bekerja dengan klien kondisi terminal akan sulit mempertahankan dan
pernyataan berikut:
nyeri dalam skala nyeri 1-3 saja diatas itu dikolaborasikan dengan dokter. Hal ini
pemuka agama apabila di minta oleh klien. Hal ini sejalan dengan pernyataan
berikut:
perawatan yang dilakukan cukup di panggil oleh klien jika diperlukan. Hal ini
marah cukup di panggil satpam. Hal ini sejalan dengan pernyataan berikut:
Tabel 4.4.
Matriks Tema
Pengalaman Perawat Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan Paliatif Pada
Klien Kanker Nasofaring
No Tema 3: Pengalaman perawat dalam menentukan intervensi pada klien
terminal kanker nasofaring.
1 Sub Tema: Kategori :
1.1 Perawat yang a. Memperhatikan kondisi fisik klien
memahami b. Memperhatikan kondisi psikologis klien
tindakan c. Memperhatikan kondisi spiritual klien
keperawatan d. Respek/menghargai
klien terminal e. Kematian yang damai.
kanker
nasofaring
1.2 Perawat yang a. Perawat menyuruh keluarga klien
tidak melakukan suction dan perawatan
memahami trakeostomi
tindakan b. Tidak mengetahui management nyeri
keperawatan c. Perawat tidak melakukan koordinasi
klien terminal dengan pemuka agama
kanker d. Perawat tidak mengerti perawatan klien
nasofaring. terminal
e. Perawat tidak mengetahui cara mengatasi
masalah psikologis
1. Antisipasi berkabung
dan (2) Pemuka agama. berhubungan dengan nilai dan kepercayaan menjelang
kematian pasien.
menyuruh kepada klien dan keluarga untuk selalu berdoa. Hal ini sesuai dengan
“Kita jangan kita lupa ya satu kita harus mohon ampun itu
jangan lupa mohon ampun sama Allah’ gitu ya, keluarga pun
harus kita suruh baca yasin, baca yasiin ini bukan untuk
orang yang meninggal aja ini untuk yang sakit pun ada, nanti
saya dibacakan yasiin seolah-olah itukan orangnya mau
meninggal gitu, itu gak juga, jadi itu bukan karena untuk
orang yang meninggal aja orang yang sakit dibacakan yasiin
terus diingat-ingatkan, kalo orang yang kristen kalo
keluarganya suruhlah berdoa itulah.”
(Partisipan 8)
berzikir ajalah dalam hati, tapi kalo yang kristen yaa suruh
berdoalah ya”
(Partisipan 9)
dukungan spiritual sesuai den kepercayaan klien. Pemuka agama dapat membantu
dalam hal support emosional klien. Hal ini sesuai dengan pernyataan dibawah ini:
penolakan karena merasa kehilangan. Hal ini sesuai dengan pernyataan dibawah
ini:
Tabel 4.5.
Matriks Tema
Pengalaman Perawat Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan Paliatif Pada
Klien Kanker Nasofaring
No Tema 4: Pengalaman perawat dalam memanagement berkabung pada
klien terminal kanker nasofaring.
1 Sub Tema: Kategori :
1.1 Antisipasi a. Antisipasi berkabung dari perawat.
berkabung b. Antisipasi berkabung dari pemuka agama
1.2 Dukungan saat a. Dukungan saat berkabung yang dilakukan
berkabung perawat
asuhan keperawatan pada klien terminal kanker nasofaring yaitu (1) Hambatan
Berdasarkan hasil analisa data didapat hambatan pasien dan keluarga yaitu
tuntutan dari keluarga. Hal ini sesuai dengan pernyataan dibawah ini:
Klien yang dirawat dirumah sakit biasa timbul masalah psikologis seperti
sedih, cemas, takut, marah, dan pasrah, masalah psikologis bisa memperlambat
“Saya gini gini aja pun tinggal nunggu matinya aja ini, 'bu,
udahlah gak usah berobat lagi, udah capek saya, udah
berapa kali kek gini gini gini gini' gitu, udah capek.”
(Partisipan 9)
asuhan keperawatan dari tim medis yaitu (1) Perawat yang mengalami kejenuhan,
(2) Jumlah pasien tidak sebanding dengan jumlah perawat, (3) Kolaborasi dengan
asuhan keperawatan paliatif bisa juga didapatkan pada perawat yang mengalami
kejenuhan akan rutinitas. Hal ini sesuai dengan pernyataan dibawah ini:
kalau jumlah perawat tidak sebanding dengan jumlah klien. Hal ini sesuai dengan
“Kami gini kalo misalnya dia terminal itu karena kami kan
satu kalo misalnya jaga sore itu 3 orang, 3 orang itu adek
siswa, satu harus liat itu nanti kalo perawatnya disitu aja
jadi pasien ini sebanyak 40, 40 orang sementara kakaknya
itu 3, 3 orang, jadi kalo misalnya satu disitu ajakan apa gak
cukup waktunya itu karena kalo kuncikan kalo kuncikan
kakak perawat, nanti ngikuti dokter visit, cuman kadang kalo
sore ini banyak kali dokter visit, dokter konsul semua gitu
jadi adek siswa yang disuruh stand by liat pasien itu nanti
kakaknya sambil lalu lalang lihaat, nanti kan sambil kan
kesana kesini terus liaat tapi adek siswa tetap satu orang
disitu.”
(Partisipan 9)
asuhan keperawatan pada klien terminal berkolaborasi dengan dokter . Hal ini
“Disini tidak ada dokter stand by, kalo disini pasien masing-
masing, kalo pasien penyakit dalam, penyakit dalam kita
hubungi, kalo pasien THT, bidang THT gitu.”
(Partisipan 10)
“Ada tim ustadz tapi udah lama saya gak liat lagi, kalo dulu
sering datang jadi lupa aku mau bilangkan lagi apa ini
ustadz ini, ustadz ini dulu ada, entah berapa hari berkunjung,
berkunjung disini jadi dia ditanya kalo misalnya Kristen
pendeta aaa gitu, ini udah berapa berapa lama udah tidak
ada lagi, dulu suka datang berdoa, jadi dia tanya itu sama
kita ‘bu mana yang muslim’ nanti ustadz itu nerangkan
mengenai agama ini sama pasiennya, ada keluarganya disitu
ceramah dia kan.”
(Partisipan 9)
“Kadangkan dirumah sakit ini cuma jam kerja aja yang ada,
kalo hari libur gak ada.”
(Partisipan 10)
Tabel 4.6.
Matriks Tema
Pengalaman Perawat Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan Paliatif Pada
Klien Kanker Nasofaring
No Tema 5: Tantangan dalam memberikan asuhan perawatan pada klien
kondisi terminal kanker nasofaring
1 Sub Tema: Kategori :
1.1 Hambatan a. Tuntutan keluarga
pasien dan b. Klien pasrah
keluarga
1.2 Hambatan dari a. Perawat yang mengalami
tim medis kejenuhan
b. Jumlah pasien tidak sebanding
dengan jumlah perawat
c. Kolaborasi dengan dokter
d. Hambatan dari pemuka agama.
perawatan klien kondisi terminal yang lebih baik dalam memberikan asuhan
dari (1) Harapan kepada perawat , (2) Penambahan jumlah dokter dan (3) Klien
Berdasarkan hasil analisa data harapan kepada perawata yaitu (1) Perawat
lebih peduli, (2) Peningkatan pendidikan perawat, (3) Menambah jumlah perawat
kondisi klien. Sikap caring perawat murpakan sikap yang berdasarkan nilai
humanistik dan altruistik. Hal ini sesuai dengan pernyataan dibawah ini:
Rasio perawat dan pasien sebesar 4:1 maka klien akan mengalami peluang
kematian sebesar 62%. Hal ini sesuai dengan pernyataan dibawah ini:
(Partisipan 5)
terminal mempunyai ruangan khusus. Pada stadium lanjut suatu penyakit tidak
hanya pemenuhan atau pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan
membutuhkan ruangan khusus untuk klien dengan terminal. Hal ini sesuai dengan
Tabel 4.7.
Matriks Tema
Pengalaman Perawat Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan Paliatif Pada
Klien Kanker Nasofaring
No Tema 6: Harapan meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan pada
klien kondisi terminal kanker nasofaring yang lebih baik.
1 Sub Tema: Kategori :
1.1 Harapan a. Perawat lebih peduli
kepada b. Peningkatan pendidikan perawat
perawat c. Menambah jumlah perawat
d. Memberikan pelatihan kepada
perawat
a. Ruangan khusus klien terminal
1.2 Harapan klien NPC
terminal
kanker
nasofaring
mempunyai
ruangan
khusus
1.3 Harapan a. Menambah dokter spesialis
kepada dokter
Pengalaman perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien terminal kanker nasofaring
Tema Pengalaman perawat dalam Pengalaman perawat dalam Pengalaman perawat dalam
melakukan pengkajian pada menegakkan diagnosa menentukan intervensi pada klien
klien terminal kanker nasofaring keperawatan pada klien kanker kanker nasofaring
nasofaring
Sub Tema Pengumpulan data – data Daftar diagnosa keperawatan Perawat yang memahami Perawat yang tidak memahami
/informasi klien terminal pada klien kanker nasofaring tindakan keperawatan klien tindakan keperawatan klien
kanker nasofaring
terminal kanker nasofaring terminal kanker nasofaring.
Kematian
yang damai
Pengalaman perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien terminal kanker nasofaring
Pengalaman perawat dalam memberikan asuhan keperawatan paliatif pada klien kanker nasofaring
PEMBAHASAN
Hasil penelitian sejalan dengan hasil penelitian Doyle et, al. (2001) pada
stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami berbagai
masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan
fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan
perawatan paliatif.
memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mengetahui pasien dan keluarganya
yang menyebabkan dia menjadi kurang gizi. Perawat kemudian perlu melihat
meningkatkan asupan gizi pasien dan memulai proses penyembuhan luka yang
dikutip dari Betz & Sowden (2002) nyeri adalah apa yang dikatakan oleh orang
yang mengalami nyeri dan bila yang mengalaminya mengatakan bahwa rasa itu
ada. Definisi ini tidak berarti bahwa klien harus mengatakan bila sakit. Nyeri
terbuka dan tertutup untuk memperoleh informasi masalah pasien. Selain itu,
perhatikan juga faktor-faktor seperti tempat wawancara, sikap yang suportif dan
tidak menghakimi, tanda-tanda verbal dan nonverbal, dan meluangkan waktu yang
cukup. Penggunaan PQRST (Provokatif Quality Region Severity Time) juga akan
tidur menjadi sekunder untuk kondisi medis, psychiatric, lingkungan dan perilaku
yang mendasari atau efek samping obat, seperti nyeri, kecemasan atau penurunan
aktivitas.
napas aman pada klien dan keadaan klinis merupakan keterampilan wajib bagi staf
perawatan kritis. Pengkajian Airway harus memastikan apakah ada obstruksi jalan
napas yang disebabkan oleh hal-hal seperti benda asing, muntah atau lidah.
perkusi dan auskultasi. Ini berarti perawat harus memperhatikan, merasakan dan
mendengarkan pernapasan.
pengkajian hambatan mobilitas fisik terdiri dari penurunan waktu reaksi, kesulitan
efektif, dan distress spiritual. Diagnosis ini diakui, sebagai komponen sakit fisik
yang berat sering dikaitkan dengan kanker stadium akhir dan dikonfirmasi oleh
untuk melanjutkan kegiatan sebelumnya, lekas marah, focus pada diri sendiri, dan
mencakup hubungan dengan orang lain, proses keluarga terganggu dan berpotensi
kerja keperawatan (Ferrell & Coyle, 2008), distress spiritual merupakan diagnosis
prioritas.
nasofaring yaitu (1) Perawat yang memahami tindakan keperawatan klien terminal
kanker nasofaring dan (2) Perawat yang tidak memahami tindakan keperawatan
nasofaring.
Hal ini sejalan dengan WHO (2010) mengatakan bahwa perawatan paliatif
suatu perawatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga
yang menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan mengurangi rasa sakit,
berpijak pada pola sebagai berikut (1) Meningkatkan kualitas hidup dan
menganggap kematian sebagai proses yang normal, (2) Tidak mempercepat atau
menunda kematian, (3) Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang mengganggu,
penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya, (6) mengusahakan dan membantu
mengatur perawatan rumah sakit untuk sakit parah, dan menegaskan sangat
Perawatan harus memberikan bantuan dari rasa sakit dan gejala menyedihkan
pendukung untuk keluarga, sehingga mereka dapat mengatasi penyakit pasien dan
Hasil penelitian ini didukung juga oleh teori Ruland dan Moore (1998
dengan orang lain. Intervensi yang diberikan terdiri dari mengkaji nyeri,
pada tindakan kuratif seperti penatalaksanaan nyeri dan gejala lain, tetapi juga
Menurut Potter & Perry (2009), perawatan paliatif merupakan intervensi untuk
orang-orang yang menghadapi penyakit kronis yang mengancam jiwa atau yang
2009).
masalah psikologis klien seperti kecemasan, ketakutan dan klien mudah marah.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Fallowfield et al., (2001) Psikologis dan
kejiwaan merupakan masalah umum pasien kanker serta keluarga mereka, kerabat
dan teman-teman, dan depresi telah ditemukan untuk menjadi sangat umum bagi
Mok dan Chiu (2004) bahwa hubungan emosional merupakan konsep yang
dalam merawat pasien. Klien berterimakasih pada perawat bahwa yang telah
membangun kembali klien dengan diri sendiri, orang lain, alam, musik,
kematian adalah bebas dari penderitaan fisik dan psikososial. Intervensi termasuk
kanker nasofaring.
bahwa perawat yang tidak memahami tindakan keperawatan klien terminal kanker
pada skala nyeri 1 sampai dengan skala 3, 1 partisipan mengatakan perawat tidak
Hal ini didukung oleh Neilson (2010) beberapa perawat yang jarang
memberikan perawatan paliatif telah menerima dan belajar berbagai keadaan atau
merawat pasien yang sekarat dan keluarga mereka dapat mengurangi kepuasan
keperawatan pada klien dengan skala nyeri 1-3 sedangkan skala nyeri 4-10 di
kolaborasikan dengan dokter. Hasil ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Coni et
mengelola rasa sakit sudah efektif. Oleh karena itu, memastikan bahwa perawat
Terapi fisik dapat membantu pasien memaksimalkan (kapasitas sisa organ untuk
sakit, termasuk memungkinkan pasien untuk lebih siap akan kematian, menjadi
Hasil penelitian ini tindakan perawat tidak sesuai dengan SOP asuhan
keluarga dan memotivasi mereka agar tetap semangat dan berdoa. Partisipan juga
keberadaan mereka, dan bagi mereka mungkin ada kebutuhan untuk mendapatkan
diberikan dalam perawatan paliatif, yaitu orangtua dan keluarga yang kehilangan
anak akan beresiko mengalami kesedihan. Reaksi kesedihan yang ditahan dan
untuk penyembuhannya.
Hal ini sejalan dengan pendapat Kubler-Ross (1969 dalam Terry dan
Potter, 2004) yang menjelaskan bahwa proses berduka dimulai dengan tahap
kepada keluarga, perawat, dokter atau Tuhan, tahap ketiga tawar menawar dimana
seseorang ingin melakukan apa saja untuk menghindari kehilangan, tahap depresi
dan kematian.
dengan memberikan penjelasan pada keluarga tentang kondisi paliatif pada klien,
dan saat anak meninggal dunia partisipan juga memberikan dukungan, penguatan,
medis.
keterbatasan waktu partisipan serta faktor lainnya karena rumah sakit belum
kanker nasofaring adalah hambatan dari pasien/keluarga dan hambatan dari tim
psikologis dan emosional untuk kesedihan yang kesedihan didominasi intens dan
dimana perawat mempunyai potensi yang sangat besar dalam berubah kearah
perawatan paliatif yang lebih optimal. Sedangkan menurut Meier dan Weissman
berbagai latar pendidikan yang berbeda, pemahaman yang masih kurang di salah
satu tim, pengalaman merawat anak dengan kondisi paliatif, sehingga perlu
diadakan pertemuan rutin di tim paliatif atau melalui pelatihan khusus perawatan
paliatif.
penting dalam penentuan sikap yang utuh (total attitude). Sikap dapat diubah
Setiap hari perawat bekerja sesuai standar – standar yang ada seperti
pemerataan dan distribusi pasien dalam unit khusus, standar pendidikan bagi
perawat professional sebagai persyaratan agar dapat masuk dan praktek dalam
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik). Modul - modul tersebut terdiri dari
modul untuk dokter, modul untuk perawat, modul untuk tenaga kesehatan lainnya,
modul untuk tenaga non medis. Pelatih dalam pelatihan adalah Pakar perawatan
ruangan khusus, hal ini di dukung dengan pernyataan Wallerstedt dan Andershed
(2007) bahwa sulit bagi perawat untuk merawat pasien yang sakit parah sekaligus
merawat pasien dengan penyakit dapat disembuhkan. Salah satu kesulitan terletak
pada tanggung jawab untuk pengobatan pasien dan orang yang mereka cintai,
BAB 6
6.1 Kesimpulan
Keenam tema tersebut adalah yaitu (1) Pengalaman perawat dalam melakukan
kesamaan antara teoritis dan kenyataan yang dijumpai pada pengalaman perawat
pengalaman perawat.
6.2 Saran
perawatan paliatif melaksanakan kebijakan yaitu untuk setiap staf (perawat) yang
perawatan paliatif.
nasofaring.
yang baik.
sudah didapatkan.
kuantitatif
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. (2003). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya (edisi 2). Pustaka
pelajar: Yogyakarta
Baile, W. F., Palmer, J. L., Bruera, E., & Parker, P. A. (2010). Assessment of
palliative care cancer patients most important concerns. Support Care
Cancer, 19, 475–481. Doi: 10.1007/s00520-010-0839-4.
Barni, S., Maltoni, M., Tuveri, G., Pronzato, P., Cortesi, E., Massidda, B., et al.
(2011). Attitude of Italian medical oncologists toward palliative care for
patients with advanced cancer: results of the SIO project. Support Care
Cancer, 19, 381–389. DOI 10.1007/s00520-010-0831-z.
Benasso, M., Sanguineti G., Amico, M. D., Corvò R., Ricci I., Numico G., et al.
(2000). Induction chemotherapy followed by alternating chemo-
radiotherapy in stage IV undifferentiated nasopharyngeal carcinoma.
British Journal of Cancer, 83 (11), 1437–1442. Doi: 10.1054/
bjoc.2000.1485.
Bischoff, K., Weinberg, V., & Rabow, M.W (2013). Palliative and oncologic co-
management: symptom management for outpatients with cancer. Support
Care Cancer, 21, 3031–3037. Doi 10.1007/s00520-013-1838-z
Black, J. M., & Hawks, J. K. (2009). Medical-surgical nursing: clinicial
management for positive outcomes. (8thed). Missouri: Elseiver Saunders.
Bowker, L., Price, J., & Smith, S. (2006). Oxford handbook of geriatric medicine.
Oxford University Press: New York NY
Counsel & Care. (2008). Terminal illness-caring and coping. London: Twyman
House.
Demirci, S., Kamer, S., Kara, G., et al. (2011). Does the prognosis of
nasopharyngeal cancer differ among endemic and nonendemic regions?
Acta Otolaryngol, 131, 852-60.
Djauzi, S., Nuhonni, S.A., Toha, M.A., & Yunihastuti. (2003). Perawatan paliatif
dan bebas nyeri pada penyakit kanker: YPI. Press, Jakarta.
Eriksson, L., & Grundin, R. D. (2010). Nursing students’ knowledge and attitudes
towards people with HIV/AIDS. India: The Red Cross University College.
Fallowfield, L., Ratcliffe, D., Jenkins, V., Saul, J. (2001). Psychiatric morbidity
and its recognition by doctors in patients with cancer. Br J Cancer 84,
1011–1015.
Ferrell, B. R., & Coyle, N. (2008). The nature of suffering and the goals of
nursing. Oncology Nursing Forum, 35(2), 241–247.
Field, D., & Copp, D. (1999). Communication and awareness about dying in the
1990s. Palliat Med, Nov;13(6), 459-68.
Himelstein, B.P., Hilden, J.M., Boldt, A.M., & Weissma, D. (2004). Pediatric
palliative care. The new England journal of medicine, vol 350, p 52-62.
Johnston, B., Rogerson, L., Macijauskiene, J., Blaževičienė, A., & Cholewka, P.
(2014). An exploration of self-management support in the context of
Lee, Y. L., & Ho, C. Y. (2012). Headache as the sole symptom of nasopharyngeal
carcinoma and its clinical implications. The Scientific World Journal.
Doi:10.1100/2012/143829.
Lewis, S. L., Heitkemper, M. M., Dirksen, S. R., O’Brien, P. G., & Bucher, L.
(2007).Medical surgical nursing; assessment and management of clinical
problems. (7thed). Philadelphia: Elsevier Mosby.
Lovell, S. J., Wong, H. B., Loh, K. S., Ngo, R. Y., & Wilson, J. A. (2005). Impact
of dysphagia on quality-of-life in nasopharyngeal carcinoma. Journal
Head and Neck, 27, 864–872.
Luo, J., Chia, K. S., Chia, S. E., Reilly, M., Tan, C. S., and Ye, W. (2007). Secular
trends of nasopharyngeal carcinoma incidence in singapore, Hong Kong
And Los Angeles Chinese Populations, 1973–1997. Springer Science, 22,
513–521. Doi 10.1007/s10654-007-9148-8.
Matzo, M. L., & Sherman, D. W. (2010). Palliative care nursing: quality care to
the end of life. New York: Springer Publishing Company.
National Quality Forum. (2012). NQF Endorses palliative and end-of-life care
measures. Diunduh dari http://
www.qualityforum.org/News_And_Resources /Press_Releases/2012/
NQF_Endorses_Palliative_and_End-of-Life_Care_Measures.aspx.
Neilson, J., Kai, J., MacArthur, C., & Greenfield, S. (2010). Exploring the
experiences of community-based children’s nurses providing palliative
care. Pediatric nursing, vol 22(3) : p31-36.
Petit, L., Azad, N., Byszewski, A., Sarazan, F.,F., & Power, B. (2003). Non-
pharmacological management of primary and secondary insomnia among
older people: review of assessment tools and treatments. Age & Ageing,
32, 19–25.
Polit, D. F., & Beck, C. T. (2012). Nursing research: generation and assessing
evidence for nursing practice. (9th ed). Philadelphia: Lippincott Williams
& Wilkins.
Polit, D.F., & Hungler, B.P. (2004). Nursing research: Principle and methods.
Philadelphia: Lippincot.
Ramage & Morin, P. (2008). Chronic pain in canadian seniors. Health Reports.19,
1, 37-52
Reynolds, S., Heffner, J. (2005). Airway management of the critically ill patient:
rapid-sequence intubation. Chest, 127,(4): 1397–412.
Sadhu, S., Salins, N. S., & Kamath, A. (2010). Palliative care awareness among
Indian undergraduate health care students: A needs-sssessment study to
determine incorporation of palliative care education in undergraduate
medical, nursing and allied health education. Indian Journal of Palliative
Care, 16, 154-159. Doi: 10.4103/0973-1075.73645
Sheldon, L. K., (2014). Implementing the new commission on cancer standard on
palliative care services. Clinical Journal of Oncology Nursing, 18 (1), 37-
38. Doi: 0.1188/14.CJON.S1.
Simen, A. S., Liv, W. S., Inger, S. B., & Anners, L. (2011). Agreement in
documentation of symptoms, clinical signs, and treatment at the end of
life: a comparison of data retrieved from nurse interviews and electronic
patient records using the Resident Assessment Instrument for Palliative
Care. Journal of Clinical Nursing,21, 1416–1424, doi: 10.1111/j.1365-
2702.2011.03867.x
Sinuhaji, R. L., (2014). Dukungan sosial pada penderita kanker nasofaring
berdasarkan gender. Tesis: Universitas Pendidikan Indonesia.
Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2010). Brunner &
Suddarth’s Textbook of medical-surgical nursing. (12thed). Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
Smith, T. J., Temin, S., Alesi, E. R., Abernethy, A. P., Balboni, T. A., Basch, E.
M., et al. (2012). American society of clinical oncology provisional
clinical opinion: The integration of palliative care into standard oncology
care. Journal of Clinical Oncology. Doi: 10.1200/JCO.2011.38.5161.
Stevens, E., Jackson, S., & Milligan, S. (2009). Palliative Nursing: Across the
Spectrum of Care. United Kingdom; Blackwell Publishing.
Tong, M. C. F., Lee, K. Y. S., Yuen, M. T. Y., & Lo, P. S. Y. (2011). Perceptions
and experiences of post-irradiation swallowing difficulties in
nasopharyngeal cancer survivors. European Journal of Cancer Care, 20,
170–178. Doi: 10.1111/j.1365-2354.2010.01183.x.
Wenzel, J., Shaha, M., Klimmek, R., & Krumm, S. (2011). Working through grief
and loss: Oncology nurses’ perspectives on professional bereavement
[Online exclusive]. Oncology Nursing Forum, 38, E272–E282.
doi:10.1188/11.
WHO. (1996). What quality of life? The world health organization quality of life
assessment. World health Forum, 17,354-356.
Zhang, Z., Chen, F., Kuang, H., & Huang, G. (2012). Epigenetics of
Nasopharyngeal Carcinoma. Di unduh dari http//:www.intechopen.com.
Yudiyanta., Novita, K., & Ratih, W., N. (2015). Assessment nyeri. Departemen
Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,
CDK-226/42:3 214-234.
Kode :
Jika Anda memiliki pertanyaan, saran atau tidak dapat berkontribusi untuk penelitian ini,
Anda dapat menghubungi saya melalui telepon atau alamat berikut:
Hp +628126499949
Email: lestari_bani@ymail.com
Kode :
Usia : ..............................................
Agama : ...............................................
Alamat : ..............................................
Tlp : ................................................
Kode :