Anda di halaman 1dari 9

Apakah Diare itu?

Pada umumnya kita semua sudah tahu apa itu diare atau yang biasa disebut 'mencret'.
Menurut definisi Badan Kesehatan Dunia (WHO), Diare adalah buang air besar dengan
frekuensi lebih sering (lebih dari 3 kali sehari) dan bentuk tinja lebih cair dari biasanya.

Penyebab Diare pada Bayi dan Anak Balita

Ada beberapa penyebab anak terkena diare, antara lain:

 Bayi/balita diberikan makanan dan atau minuman yang tidak bersih sehingga
saluran pencernaannya terinfeksi virus, bakteri atau parasit penyebab diare.
 Alergi susu formula atau susu lainnya.
 Bayi diberi makanan yang tidak sesuai dengan umurnya.
 Keracunan makanan.

Sumber/cara penularan diare antara lain:

 Penggunaan sumber air yang sudah tercemar mikroba dan tidak memasaknya
sampai mendidih.
 Bayi/balita bermain di tempat kotor atau bermain mainan yang kotor, kemudian
menghisap jari tangannya atau memasukkan mainan yang kotor kemulutnya.
 Pencucian alat-alat makan dan minum (piring dan sendok) memakai air yang
tidak bersih; botol susu tidak direbus/diseduh sebelum dipakai.
 Tidak mencuci tangan dengan bersih dan sabun setelah buang air besar.
 dan lain-lain.

Tanda-tanda Dehidrasi pada Bayi dan Anak Balita

Ketika diare, anak mengalami kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui
pembuangan tinja yang cair. Bila hilangnya cairan dan elektrolit ini tidak mendapat
penggantian secara adekuat maka anak akan mengalami kekurangan cairan dan
elektrolit yang disebut 'Dehidrasi'. Ada 3 jenis dehidrasi: ringan, sedang dan berat.

Orang tua harus dapat menilai ada tidaknya tanda-tanda dehidrasi pada bayi dan anak
balita yang terkena diare. Perhatikan adakah tanda-tanda dehidrasi. Bayi dan anak
balita telah mengalami dehidrasi bila menunjukkan adanya dua atau lebih tanda-tanda
dehidrasi dibawah ini, yaitu:
 Pada dehidrasi ringan sampai sedang: Anak tampak rewel atau gelisah, anak
kehausan dan minum dengan lahap, tes cubitan dikulit perut (torgor) kembalinya
lambat, mata tampak lebih cekung daripada biasanya.
 Pada dehidrasi berat: kesadaran berkurang atau anak tidak sadar, mata cekung,
anak tampak sangat lesu/lemah, tidak bisa minum atau malas minum, tes
cubitan pada kulit perut (turgor) kembalinya sangat lambat (2 detik atau lebih), air
kencing sedikit atau anak tidak kunjung kencing.
 Pada bayi (usia kurang dari 12 bulan), ubun-ubun kepala terlihat/teraba cekung
pada dehidrasi berat.

Gambar cara pemeriksaan turgor pada kulit perut anak.

Sumber: WHO, 2009, Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit.

Jenis-jenis diare dan tanda-tandanya yaitu:

 Diare cair akut: diare lebih dari 3 kali perhari dan berlangsung kurang dari 14
hari.
 Kolera: diare dimana tinja yang keluar seperti air cucian beras, jumlah banyak
dan sering serta cepat menimbulkan dehidrasi berat.
 Disentri: diare disertai darah dan atau lendir.
 Diare persisten: diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
 Diare dengan gizi buruk: diare jenis apapun yang disertai keadaan gizi buruk.
 Diare terkait antibiotik: diare yang berhubungan/disebabkan oleh pemberian
antibiotik oral spektrum luas.

Bagaimana cara mencegah diare pada bayi dan anak balita?

 Berikan Air Susu Ibu (ASI) saja sampai bayi berusia 6 bulan.
 Setelah anak berumur 6 bulan, disamping ASI diberikan juga makanan
pendamping ASI (MP-ASI) secara bertahap dalam jumlah maupun
kelembutannya. Bayi yang menginjak usia 6 bulan diberikan
makanan lembek (setengah cair) dalam jumlah sedikit-sedikit, kemudian
ditingkatkan jumlahnya secara bertahap dan kelembutannya juga ditingkatkan
secara bertahap minggu demi minggu. Semua ini dimaksudkan untuk memberi
kesempatan pencernaan bayi menyesuaikan diri.
 Masaklah air untuk diminum sampai mendidih.
 Biasakan mencuci tangan memakai sabun dan air bersih yang mengalir
sebelum menyiapkan makanan bayi dan anak balita, sebelum memegang bayi,
setelah buang air besar, dan setelah membersihkan bayi dan anak balita dari
buang air besar.
 Biasakan mencuci alat-alat makan dan minum dengan air bersih serta membilas
dengan air matang sebelum dipakai, merebus/menyeduh botol susu bayi dan
balita sebelum dipakai.
 Biasakan buang air besar di WC/jamban.
 Biasakan membuang sampah pada tempatnya.
 Membuang air limbah rumah tangga pada sarana/saluran pembuangan limbah
yang tersedia.
 Hindari menghaluskan makanan bayi memakai mulut orang tua seperti banyak
terjadi di beberapa provinsi tertentu di Indonesia.
 Jangan biasakan anak-anak bermain di tempat yang kotor.
 Ajari dan biasakan anak balita mencuci tangan memakai air bersih dan sabun
sebelum makan.
 Tutup makanan dan minuman dan ditaruh ditempat yang aman dan bersih
sehingga terhindar dari berbagai binatang.
 Hindari memberi makanan yang sudah basi/agak basi/berjamur/bulukan kepada
anak. Hangatkan terlebih dahulu lauk-pauk yang sudah disimpan sejak kemarin.
 Bila memakai air minum kemasan, jangan memilih yang kualitas/kebersihannya
diragukan.
 dan lain-lain

Penanganan Diare pada Bayi dan Anak Balita


Tindakan yang perlu dilakukan di tingkat rumah tangga bila bayi atau anak balita
terkena diare adalah:

 Berikan Air Susu Ibu (ASI) lebih sering.


 Makan seperti biasa dan minum lebih sering.
 Berikan segera cairan oralit setiap kali bayi atau anak balita buang air besar. Bila
tidak ada oralit, berikan air matang, kuah sayur atau air tajin.
 Jika bayi atau anak balita muntah, tunggu 10 menit kemudian lanjutkan lagi
pemberian cairan oralit sedikit demi sedikit.
 Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.
 Jangan berikan obat apapun kecuali obat dari petugas kesehatan atau dokter.
Pemberian obat anti diare dapat membahayakan bayi dan anak balita.
 Bila diare terus berlanjut segera bawa bayi/anak balita berobat ke petugas
kesehatan.

Pemberian tablet Zinc selama anak diare

Zinc (atau bahasa Indonesianya Seng) merupakan zat mikronutrien yang penting untuk
kesehatan, antara lain berguna untuk perkembangan tubuh balita, meningkatkan daya
tahan (imunitas) tubuh, dan mempercepat penyembuhan luka. Ketika anak diare,
'zinc' juga ikut hilang dalam jumlah besar bersama dengan tinja. Oleh karena itu sangat
perlu bagi anak yang menderita diare diberikan asupan Zinc untuk mengganti zinc yang
hilang selama diare.

Hasil riset telah membuktikan bahwa pemberian zinc kepada anak yang menderita
diare bermanfaat untuk: mempercepat proses penyembuhan diare, mengurangi
lamanya diare, mengurangi tingkat keparahan diare, menurunkan kejadian diare pada
2-3 bulan setelah diare dan menjaga anak tetap sehat pada bulan-bulan berikutnya.
Mintalah/ingatkan petugas kesehatan untuk memberikan tablet zinc bagi anak yang
menderita diare. Petugas kesehatan akan memberikan tablet zinc dengan dosis:

 Untuk anak berusia < 6 bulan: 1/2 (setengah) tablet atau 10 mg perhari selama
10 hari.
 Untuk anak berusia lebih dari 6 bulan: 1 tablet atau 20 mg perhari selama 10
hari.

Gangguan gizi selama anak diare

Selama anak diare, terjadi penurunan asupan makanan, penurunan penyerapan zat-zat
makanan (nutrisi), dan peningkatan kebutuhan nutrisi. Hal ini secara bersama-sama
seringkali menyebabkan penurunan berat badan anak selama diare dan setelah
diarenya selesai, selanjutnya dapat menyebabkan kegagalan atau
tertahannya pertumbuhan anak atau anak mengalami gangguan gizi.
Gangguan gizi dapat menyebabkan diare menjadi lebih lama, lebih parah, dan lebih
sering dibandingkan diare yang terjadi pada anak tanpa gangguan gizi. Oleh karena itu
anak perlu diberikan makanan yang kaya gizi selama diare dan ketika anak sehat.

DEHIDRASI

1. Pengertian Dehidrasi
Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Hal ini terjadi karena
pengeluaran air lebih banyak daripada pemasukan (misalnya minum). Gangguan kehilangan cairan
tubuh ini disertai dengan gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh. Dehidrasi, yang berarti
kekurangan cairan tubuh (yang berfungsi membantu kerja organ tubuh). Kehilangan cairan tubuh dapat
bersifat :
a. Normal
Hal tersebut terjadi akibat pemaakaian energi tubuh. Kehilangan cairan sebesar 1 ml terjadi pada
pemakaian kalori sebesar 1 kal.
b. Abnormal
Terjadi karena berbagai penyakit atau keadaan lingkungan seperti suhu lingkungan yang terlalu tinggi
atau rendah. Pengeluaran cairan yang banyak dari dalam tubuh tanpa diimbangi pemasukkan cairan
yang memadai dapat berakibat dehidrasi. Dehidrasi adalah keadaan dimana tubuh kehilangan cairan
elektrolit yang sangat dibutuhkan organ-organ tubuh untuk bisa menjalankan fungsinya dengan baik.
Saat dehidrasi, tubuh dengan terpaksa menyedot cairan baik dari darah maupun organ-organ tubuh
lainnya. Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh total. Proses terjadinya kulit wajah dehidrasi yaitu
sekelompok kelenjar lemak/minyak produksinya berkurang akibatnya setiap keringat yang keluar
langsung teruapkan, sehingg cairan dalam tubuh berkurang. Dehidrasi dapat dikategorikan berdasarkan
tosinitas/ kadar cairan yang hilang yaitu :
1. Dehidrasi hipertonik yaitu berkurangnya cairan berupa hilangnya air lebih banyak dari natrium
(dehidrasi hipertonik). Dehidrasi hipertonik ditandai dengan tingginya kadar natrium serum (lebih dari
145 mmol/liter) dan peningkatan osmolalitas efektif serum (lebih dari 285 mosmol/liter).
2. Dehidrasi isotonik atau hilangnya air dan natrium dalam jumlah yang sama. Dehidrasi isotonik
ditandai dengan normalnya kadar natrium serum (135-145 mmol/liter) dan osmolalitas efektif serum
(270-285 mosmol/liter).
3. Dehidrasi hipotonik hilangnya natrium yang lebih banyak dari pada air. Dehidrasi hipotonik ditandai
dengan rendahnya kadar natrium serum (kurang dari 135 mmol/liter) dan osmolalitas efektif serum
(kurang dari 270 mosmol/liter.

Sedangkan penggolongan dehidrasi berdasarkan banyaknya cairan yang hilang yaitu :


- Dehidrasi ringan ( < 5 %) kehilangan cairan dan elektrolit Dehidrasi ringan (jika penurunan cairan tubuh
5 persen dari berat badan),
- Dehidrasi sedang ( 5- 8 %) kehilangan cairan dan elektrolit dehidrasi sedang (jika penurunan cairan
tubuh antara 5-10 persen dari berat badan)
- Dehidrasi berat ( > 8 %) kehilangan cairan dan elektrolit dehidrasi berat (jika penurunan cairan tubuh
lebih dari 10 persen dari berat badan).

2. Penyebab Dehidrasi
Penyebab timbulya dehidrasi bermacam-macam, selain penyebab timbulnya dehidrasi dapat dibedakan
menjadi 2 hal yaitu :
a. Eksternal (dari luar tubuh )
Penyebab dehidrasi yang berasal luar tubuh yaitu :
a. Akibat dari berkurangya cairan akibat panas yaitu kekurangan zat natrium;kekurangan air;kekurangan
natrium dan air.
b. Latihan yang berlebihan yang tidak dibarengi dengan asupan minuman juga bias.
c. Sinar panas matahari yang panas.
d. Diet keras dan drastis.
e. Adanya pemanas dalam ruangan.
f. Cuaca/musim yang tidak menguntungkan (terlalu dingin).
g. Ruangan ber AC , walaupun dingin tetapi kering.
h. Obat-obatan yang digunakan terlalu lama.

b. Internal (dari dalam tubuh)


Sedangkan penyebab terjadinya dehidrasi yang berasal dari dalam tubuh disebabkan terjadinya
penurunan kemampuan homeostatik. Secara khusus, terjadi penurunan respons rasa haus terhadap
kondisi hipovolemik dan hiperosmolaritas. Disamping itu juga terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus,
kemampuan fungsi konsentrasi ginjal, renin, aldosteron, dan penurunan respons ginjal terhadap
vasopresin. Selain itu fungsi penyaringan ginjal melemah, kemampuan untuk menahan kencing
menurun, demam, infeksi, diare, kurang minum, sakit, stamina fisik menurun.

3. Tanda-tanda Dehidrasi
Gejala klasik dehidrasi seperti rasa haus, lidah kering, penurunan turgordan mata cekung sering tidak
jelas. Gejala klinis paling spesifik yang dapat dievaluasi adalah penurunan berat badan akut lebih dari
3%. Tanda klinnis obyektif lainya yang dapat membantu mengindentifikasi kondisi dehidrasi adalah
hipotensi ortostatik. Berdasarkan studi di Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM,
bila ditemukan aksila lembab/basah, suhu tubuh meningkat dari suhu basal, diuresis berkurang, berat
jenis (bj) urin lebih dari atau sama dengan 1,019 (tanpa adanya glukosuria dan proteinuria), serta rasio
blood urea nitrogen/kreatinin lebih dari atau sama dengan 16,9 (tanpaadanya perdarahan aktif saluran
cerna) maka kemungkinan terdapat dehidrasi pada usia lanjut adalah 81%. Kriteria ini dapat dipakai
dengan syarat: tidak menggunakan obat – obat sitostatik, tidak ada perdarahan saluran cerna, dan tidak
ada kondisi overload (gagal jantung kongensif, sirosis hepatis dengan hipertensi portal, penyakit ginjal
kronik stadium terminal, sindrom nefrotik).
1. Defisit cairan (litar) = cairan badan total (CBT) yang diinginkan – CBT saat ini
2. CBT yang diinginkan = kadar na serum X CBT saat ini
140
3. CBT saat ini (pria) = 50% X berat badan (kg)
4. CBT saat ini (perempuan) = 45% berat badan (kg).
Berikut ini adalah berbagai gejala dehidrasi sesuai tingkatannya :
- Dehidrasi ringan
a. Muka memerah
b. Rasa sangat haus
c. Kulit kering dan pecah-pecah
d. Volume urine berkurang dengan warna lebih gelap dari biasanya
e. Pusing dan lemah, lemas, dan mulai terasa pening dan mual
f. Kram otot terutama pada kaki dan tangan
g. Kelenjar air mata berkurang kelembabannya
h. Sering mengantuk
i. Mulut dan lidah kering dan air liur berkurang
j. Tiba tiba jantung berdetak lebih kencang
k. Suhu badan meningkat
- Dehidrasi sedang
a. Tekanan darah menurun
b. Pingsan
c. Kontraksi kuat pada otot lengan, kaki, perut, dan punggung
d. Kejang
e. Perut kembung
f. Gagal jantung
g. Ubun-ubun cekung
h. Denyut nadi cepat dan lemah

- Dehidrasi Berat
a. Kesadaran berkurang bahkan bias kehilangan kesadaran
b. Tidak buang air kecil
c. Tangan dan kaki menjadi dingin dan lembab
d. Denyut nadi semakin cepat dan lemah hingga tidak teraba
e. Tekanan darah menurun drastis hingga tidak dapat diukur
f. Ujung kuku, mulut, dan lidah berwarna kebiruan

4. Cara Penanganan Dehidrasi


Cara penanganan kepada orang yang mengalami dehidrasi adalah beristirahat lalu diberikan rehidrasi
atau penggantian cairan. Jenis cairan kristaloid yang digunakan untuk rehidrasi tergantung dari jenis
dehidrasinya. Pada dehidrasi isotonik dapat diberikan cairan Na Cl 0,9% atau dekstrosa 5 % dengan
kecepatan 25 – 30 % dari defisit cairan total per hari. Pada dehidrasi hipertonik cairan NaCl 0,45%.
Dehidrasi hipotonik ditatalaksana dengan mengatasi penyebab yang mendasari, penambahan diet
natrium, dan bila perlu pemberian cairan hipertonik. Sealian pemebrian cairan seperti diatas untuk
mengembalikan cairan tubuh yang hilang, kita harus banyak minum minimal 8 gelas (± 2 liter ) air setiap
hari yang bisa didapat dari :
- Air putih yang higienis/air mineral
Air putih mengandung beberapa zat penting untuk tubuh seperti oksigen, magnesium, sulfur, dan
klorida.
- Air berion
Air berion tidak hanya menghilangkan dahaga melainkan juga berfungsi sebagai sumber energi seperti
halnya karbohidrat, lipid, dan protein. Air berion bekerja sebagai perantara dalam reaksi-reaksi biokimia
dan berperan dalam proses metabolisme tubuh sehingga dapat mengembalikan kesegaran otot tubuh
setelah beraktivitas mengeluarkan keringat dengan cepat.
- Jus buah
Selain rasanya nikmat dan segar, jus buah mengandung beragam vitamin dan mineral yang
menyehatkan. Menurut penelitian, jus jambu biji mengandung vitamin C sebanyak 3-6 kali lebih tinggi
dibandingkan jus jeruk, 10 kali lebih tinggi dibandingkan pepaya, dan 10-30 kali lebih tinggi dibanding
pisang. Namun, atlet kurang disarankan meminum jus buah saat berolahraga karena cairan padatnya
tidak mudah terserap tubuh.
5. Pencegahan Dehidrasi
Bentuk pencegahan yang dapat dilakukan agr dehidrasi tidak terjadi pada seseorang dapt dilakuka
dengan berbagi cara yaitu :
a. Perbanyak minum air putih, minimal 8 gelas sehari; Yang paling aman tentu saja dengan mencegah
terjadinya dehidrasi. Cara terbaik untuk menghindari dehidrasi adalah dengan usaha dalam menjaga
tubuh tetap diberi asupan cairan yang memadai
b. Banyak makan buah-buahan dan sayuran yang mengandung air.
c. Kurangi minum kopi dan minuman yang beralkohol. Jangan minum soft drink seperti coca cola, sprite,
fanta, dll karena mengandung glukosa dan maltodekstrin (mengandung Gula/manis) yang justru
menghambat penyerapan air yang kita konsumsi. Yang dibutuhkan adalah pengganti Elektrolit, karena
kerja Jantung sangat membutuhkan elektrolit.
d. Minumlah minuman rendah gula 15 menit sebelum melakukan kegiatan. Jika aktivitas berlangsung
lebih dari 1 jam, air yang dipilih sebaiknya yang mengandung 6% gula (untuk 100 ml. air tambahkan 1
sendok teh madu atau 5 g gula pasir).
Selain itu berikut ini terdapat beberapa hal yang harus diketahui untuk mencegah terjadinya dehidrasi:
1. Kenali gejala munculnya dehidrasi, seperti pusing, tidak mampu berkonsentrasi, atau terasa letih. Bila
mulai merasakan hal-hal tersebut, sebaiknya jangan memaksakan diri untuk terus berolahraga. Patut
diketahui pula, bila kita merasa haus sebenarnya tubuh sudah mengalami dehidrasi. Oleh karena itu,
tidak perlu menunggu rasa haus datang untuk menenggak segelas air putih.
2. Minumlah air yang banyak, baik sebelum, saat, maupun sesudah berolahraga. Itu sebabnya, anjuran
untuk minum air putih minimal delapan gelas sehari sangat penting untuk dilakukan. Salah satu cara
untuk mengetahui kebutuhan air dalam tubuh adalah dengan menimbang berat badan sebelum dan
sesudah berolahraga. Perubahan berat badan tersebut sebenarnya disebabkan karena banyaknya air
yang terbuang. Oleh karena itu, harus segera mendapat asupan air baru untuk menjaga kebugaran.
3. Mengingat iklim Indonesia yang cukup panas, bila ingin berolahraga di luar ruangan sebaiknya
dilakukan pada pagi atau sore hari. Sinar matahari yang terik dapat mempercepat terjadinya dehidrasi
ketika berolahraga.
4. Gunakan pula baju olahraga yang tidak terlalu ketat, dengan bahan ringan dan berwarna terang agar
tidak menyerap sinar matahari.
5. Warna urin juga bisa dijadikan indikator untuk mengetahui kondisi tubuh, mengalami dehidrasi atau
tidak. Apabila berwarna kuning jernih, berarti kandungan air dalam tubuh sudah cukup. Sebaliknya jika
warna kuningnya, cukup pekat, hal ini menandakan bahwa tubuh Anda memerlukan air yang lebih
banyak.

Anda mungkin juga menyukai