Anda di halaman 1dari 27

BAB II

KAJIAN ASPEK PERENCANAAN STRUKTUR

1. Jenis Perkerasan yang digunakan

Pemilihan jenis perkerasan untuk jalan baru didasarkan pada volume lalu lintas, umur

rencana dan kondisi fondasi jalan. Jenis perkerasan yang digunakan pada proyek

Pembangunan Infrastruktur Penataan Kawasan pesisir Pantai Guridam 12 kota

Tanjungpinang terdiri atas dua jenis perkerasan yaitu perkerasan kaku dan Perkerasan

lentur.

a. Perkerasan Kaku ( Zona 2B dan Zona 2C)

Perkerasan kaku adalah suatu struktur perkerasan yang umumnya terdiri dari tanah

dasar, lapis pondasi bawah dan lapis beton semen dengan atau tanpa tulangan

(Pedoman XX-2002). Ketebalan perkerasan beton biasanya berkisar antara 6 inci

sampai 13 inci, digunakan untuk memikul beban-beban lalu lintas berat (Heavy

Traffic Load), tetapi perkerasan kaku juga telah digunakan untuk jalan-jalan

pemukiman dan jalan-jalan lokal (Lulie,2004).

Perkerasan kaku yang digunakan dalam proyek Pembangunan Infrastruktur

Penataan Kawasan pesisir Pantai Guridam 12 kota Tanjungpinang setebal 20 cm.

b. Perkerasan Lentur ( Zona 1 dan Zona 2A)

Perkerasan lentur membentang sepanjang tanah timbunan yaitu dari Zona 1

sampai Zona 2A.

2. Fondasi Jalan

Penentuan daya dukung tanah dasar secara akurat dan desain fondasi perkerasan

merupakan syarat penting untuk menghasilkan perkerasan berkinerja baik sehingga


mencapai kekuatan yang seharusnya sampai pada umur rencana yang sudah

ditentukan.

a. Fondasi Tanah Timbunan

Fondasi tanah timbunan pada Pembangunan Infrastruktur Penataan Kawasan

Pesisir Pantai Gurindam 12 kota Tanjungpinang tebentang dari Zona 1 sampai

pada Zona 2A dan terdiri atas beberapa lapisan yang bisa dilihat pada gambar

berikut :

1. Lapisan Batu Kosong

Pekerjaan Pasangan Batu Kosong (Breakwater) dapat dibedakan menjadi dua

macam yaitu pemecah gelombang sambung pantai dan lepas pantai. Tipe

pertama banyak digunakan pada perlindungan perairan pelabuhan, sedangkan

tipe kedua untuk perlindungan pantai terhadap erosi.

Secara umum kondisi perencanaan kedua tipe adalah sama, hanya pada tipe

pertama perlu ditinjau karakteristik gelombang di beberapa lokasi di sepanjang

pemecah gelombang, seperti halnya pada perencanaan groin dan jetty.

Breakwater atau dalam hal ini pemecah gelombang lepas pantai adalah

bangunan yang dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis

pantai. Pemecah gelombang dibangun sebagai salah satu bentuk perlindungan

pantai terhadap erosi dengan menghancurkan energi gelombang sebelum

sampai ke pantai, sehingga terjadi endapan dibelakang bangunan. Endapan ini

dapat menghalangi transport sedimen sepanjang pantai.

Seperti disebutkan diatas bahwa pemecah gelombang lepas pantai dibuat

sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai, maka tergantung

pada panjang pantai yang dilindungi, pemecah gelombang lepas pantai dapat

dibuat dari satu pemecah gelombang atau suatu seri bangunan yang terdiri dari
beberapa ruas pemecah gelombang yang dipisahkan oleh Breakwater ini

berfungsi untuk melindungi pantai yang terletak dibelakangnya dari serangan

gelombang yang dapat mengakibatkan erosi pada pantai. Perlindungan oleh

pemecahan gelombang lepas pantai terjadi karena berkurangnya energi

gelombang yang sampai di perairan di belakang bangunan. Karena pemecah

gelombang ini dibuat terpisah ke arah lepas pantai, tetapi masih di dalam zona

gelombang pecah (breaking zone). Maka bagian sisi luar pemecah gelombang

memberikan perlindungan dengan meredam energi gelombang sehingga

gelombang dan arus di belakangnya dapat dikurangi. Gelombang yang

menjalar mengenai suatu bangunan peredam gelombang sebagian energinya

akan dipantulkan (refleksi), sebagian diteruskan (transmisi) dan sebagian

dihancurkan (dissipasi) melalui pecahnya gelombang, kekentalan fluida,

gesekan dasar dan lain-lainnya. Pembagian besarnya energi gelombang yang

dipantulkan, dihancurkan dan diteruskan tergantung karakteristik gelombang

datang (periode, tinggi, kedalaman air), tipe bangunan peredam gelombang

(permukaan halus dan kasar, lulus air dan tidak lulus air) dan geometrik

bangunan peredam (kemiringan, elevasi, dan puncak bangunan) Berkurangnya

energi gelombang di daerah terlindung akan mengurangi pengiriman sedimen

di daerah tersebut. Maka pengiriman sedimen sepanjang pantai yang berasal

dari daerah di sekitarnya akan diendapkan dibelakang bangunan. Pantai di

belakang struktur akan stabil dengan terbentuknya endapan sediment tersebut.

Terkait dalam pekerjan Penataan Kawasan Pantai Gurindam 12 kota

Tanjungpinang ini. Ukuran batu yang digunakan sebagai breakwaternya

ukuran 30 – 50 kg, 100 – 300 kg dan 150 – 250 kg dengan berat jenis yang

diijinkan 2.3 kg/m3. Pekerjan Breakwater ini dikawasan Pantai Gurindam 12


Kota Tanjungpinang ini si sesuaikan dengan Methode yang diserahkan.

Berdasarkan Methode yang diserahkan pekerjaan Pemsangan Timbunan Batu

Kosong (Breakwater) mulai dilaksanakan di area Trestel Temporary Jetty.

Penimbunan dimulai dri arah darat.Volume batu kosong yang diperlukan

untuk Trestle Jembatan Sementara . Volume batu untuk trestle Jembatan

Sementaraini sebesar 828,799 m3. Sebelum pekerjaan timbunan batu kosong

di mulai, dilakukan terlebih dahulu pengecekan quarry batu yang ada di

Galang Batang. Selain memastikan ketersediaan material yang ada di quarry,

juga diadakan pengujian laboratorium untuk berat jenis batu. Dimana Berat

jenis batu yang disyaratkan berdasarkan spesifikari adalah minimal 2.3

ton/m3. Dari hasil pengujian di laboratorium, dapat dipastikan bahwa batu

yang berada di quarry ini memenuhi syasat dari spesifikasi yang diterapkan.

Gambar lapisan batu kosong

2. Lapisan Pasir

Pelaksanaan pekerjaan timbunan pasir pada zona 1 dan zona 2A, dilakukan

menggunakan pasir urug laut. Timbunan pasir pada reklamasi pantai ini quarry

pasir lautnya terletak di sekitar perairan ex Rempang Batam. Quarry yang

digunakan dipastikan memiliki ijin pertambangan sesuai dengan yang di

syaratkan. Pengujian pasir laut ini dilakukan di Laboratorium Bahan Dasar


Konstruksi dan Peralatan , Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan

Perencanaan , Provinsi KEPRI.

Adapun Metoda pelaksanaan timbunan pasir digambarkan secara

ringkas,sebagai berikut :

a. Pengambilan pasir dari querry dengan menggunakan Kapal Dregging

b. Pasir yang telah disedot diloading ke dalam ponton, lalu dibawa dengan

tug boat ke lokasi penimbunan.

c. Setiba dilokasi penimbunan pasir diloading ke dump truck dengan

menggunakan hexavator

d. Pasir yang sudah diloading ke dump Truck di bawa ke lokasi penimbunan.

Geotextile type PEC50 akan diletakkan sebagai separator antara existing sea

bed dengan timbunan pasir. tiap over lapping dari geotextile disambung

dengan metoda jahitan menggunakan mesin portable. Untuk mencegah

geotextile terseret oleh proses pasang surut laut maka diberikan pemberat

karung pasir dan ditambatkan pada patok patok kayu yang telah disiapkan

sebelumnya.

Gambar lapisan pasir urug


3. Lapisan Tanah Pilihan

Sebelum melakukan pengujian tanah timbunan pilihan ini terlebih dahulu

kontraktor mengajukan approval quarry tanah yang akan di uji. Tanah yang

akan di uji labotatorium berlokasi di Tanjung Kuku Kabupaten Kijang.

Pengujian tanah dalam Spesifikasi Umum mencakup pekerjan galian dan

timbunan meliputi pemeriksaan Analisa Saringan, Berat Isi, Kadar Air, Berat

Jenis, pemadatan dan CBR Laboratorium. Dari hasil pengetesan tersebut dapat

disimpulkan bahwa Material Tanah Timbunan quarry ini memiliki nilai CBR

14.40 % d dan dapat dikategorikan sebagai tanah timbunan Pilihan yang

memiliki batas bawah CBR 10 %. Tanah timbunan pilihan akan dipadatkan

dan struktur perkerasan jalan akan diletakan diatasnya.

Gambar lapisan tanah timbunan pilihan

b. Fondasi Tiang Pancang

Pondasi tiang pancang (pile foundation) adalah bagian dari struktur yang

digunakan untuk menerima dan menyalurkan beban dari struktur atas ke tanah

penunjang yang terletak pada kedalaman tertentu. Pemancangan tiang pancang

dilakukan dengan hammer dengan jumlah pukulan tertentu sehigga masuk ke

dalam tanah.
Tiang pancang memiliki keuntungan antara lain :

a. Dari segi waktu dapat dilaksanakan dengan cepat.

b. Kualitas bahan lebih terkontrol karena tiang telah di pracetak sesuai dengan

kebutuhan spesifikasi.

c. Dapat dipancang pada daerah dengan elevasi muka air tanah yang tinggi

seperti untuk struktur lepas pantai.

d. Pemancangan tiang pada tanah pasiran menyebabkan pemadatan tanah

sehingga dapat meningkatkan daya dukung tiang.

e. Pekerjaan lebih bersih karena tidak ada lumpur hasil pekerjaan tiang.

Sebaliknya tiang pancang juga memiliki kekurangan antara lain :

a. Menimbulkan getaran yang dapat mengganggu lingkungan.

b. Tidak dapat menembus lensa pasir padat kecuali didahului oleh pemboran

(pre-drilling).

c. Ada potensi terjadinya heaving (pergeseran atau retak) pada tanah maupun

tiang pada sekitar tiang yang dipancang.

d. Ada potensi terjadinya peningkatan tekanan air pori pada tanah lempung lunak

yang dapat menjalar dan menyebabkan dorongan dan kerusakan pada

infrastruktur.

Jenis Pancanng yang digunakan dalam proyek Pembangunan Infrastruktur

Penataan Kawasan Pesisir Pantai Gurindam 12 kota Tanjungpinang adalah tiang

pancang beton pratekan berbentuk lingkaran (spun pile) dengan lubang (hollow).

Tiang pancang beton pratekan memiliki kekuatan yang lebih tinggi dan

memperkecil kemungkinan kerusakan saat pengangkatan dan pemancangan. Tiang

jenis ini sangat cocok untuk kondisi dimana dibutuhkan tiang yang panjang dan
memiliki daya dukung yang tinggi. Bagian tengah tiang dapat dibuat berlubang

untuk menghemat berat tiang itu sendiri.

Gambar Tiang Pancang Beton Pratekan Berbentuk Lingkaran Dengan Lubang

3. Desain dan Struktur Berdasarkan Zona

Secara umum pekerjaan Pembangunan Infrastruktur Penataan Kawasan Pantai

Gurindam 12 Kota Tanjungpinang ini terdiri dari 3 zona yaitu :

1. Zona 1

Zona 1 dengan panjang 850, 38 m terdiri dari 135, 35 m (ROW 24 zona1A ),

143,36 m( ROW 24 zona 1B),dan 350.000 m (ROW 50) dari timbunan pasir dan

tanah pilihan dengan pasangan batu kosong disisi luarnya.

Struktur yang ada pada Zona 1, dapat dibedakan berdasarkan pembagian

yang ada :

 Pasangan Batu Kosong dengan perbandingan 1:1 selebar lebar 3 m.


 Timbunan di Atas Geotekstile terdiri dari timbunan pasir dan tanah

pilihan.

 Struktur jalan diatas tanah timbunan terdiri dari 4 lajur dengan lebar

masing masingnya 3,5 m ditambah median jalan 2 m.

 Antara pasangan Batu kosong dengan jalan dihubungkan tangga yang

ditopang pondasi minipile 20 x 20.


2. Zona 2A

Zona 2A,dengan panjang 1079.67 m dengan menggunakan sheetpile dan

timbunan batu pada bagian sisi luar. Timbunan terdiri timbunan tanah biasa,

timbunan tanah pilihan (bouksit) ,dan timbunan pasir.

Secara umum struktur jalan pada Zona 2 A adalah sebagai berikut :

 Sheetpile beton CCSP W325 B dengan Panjang 12 m.

 Pasangan Batu Kosong dengan perbandingan 1:2 selebar lebar 2 m.

 Timbunan di Atas Geotekstile terdiri dari timbunan pasir dan tanah

pilihan.

 Struktur jalan diatas tanah timbunan terdiri dari 4 lajur dengan lebar

masing masingnya 3,5 m ditambah median jalan 2 m.


3. Zona 2B

Zona 2B ini berupa jembatan layang sepanjang 1112.13 m dengan menggunakan

pondasi slab on pile, tidak terdapat rest area. Jembatan terdiri dari 4 jalur (2

sebelah kiri dan 2 sebelah kanan) tanpa jalur sepeda.

Pada Zona 2 B terdapat struktur Jembatan Layang sepanjang 1.112.13 m dan

strukturnya terdiri atas :

 Pondasi Tiang Pancang .Beton diameter 600 mm type C.

 Dimensi tipikal Caping Beam 21 x 1.25 x 0.6 m.

 Lantai Jembatan full Slab Precast.

 Jembatan 4 lajur dengan lebar masing masingnya 5 m, 1.150 m pedestrian

tanpa median.
4. Struktur Jembatan

Struktur jembatan membentang sepanjang Zona 2B dan Zona 2C.

a. TIANG PANCANG (SPUN PILE TIPE C)

Pondasi tiang pancang adalah pondasi yang memanfaatkan suatu tiang yang

dipancangkan sebagai penahan utamanya. Tiang tersebut ditancapkan sedemikian

rupa kedalam tanah hingga mencapai lapisan tanah keras yang memiliki daya

dukung kuat. Prinsip kerja tiang pancang yaitu beban struktur yang diterima tiang

kemudian disalurkan kelapisan tanah keras.

Tiang pancang (Spun Pile) yang dipakai pada proyek Pembangunan Infrastruktur

Penataan Kawasan Pesisir Pantai Gurinam 12 Kota Tanjungpinang adalah tiang

pancang yang berdiameter 600 mm..

Sebelum dilakukan pemancangan, tiang pancang diberi marking atau tanda cat

merah, untuk keperluan pemantauan sehingga kedalaman tiang dapat diketahui.

Konfigurasi tiang yang dipilih oleh kontraktor adalah 12 m – 10 m – 10 m, yakni

section 12 m adalah bottom yang dilengkapi dengan end steel toe dan section 10

m adalah middle dengan plat penyambung di kedua sisi tiang.

Pemancangan dimulai saat posisi koordinat rencana telah dikunci oleh section

bottom sesuai arahan tim survey Gunakarya Nusantara, Manajemen Konstruksi,

PU dan tidak lagi mengalami pergeseran.

Tiap section tiang dilaksanakan penyambungan menggunakan electrode las yang

memiliki spesifikasi untuk high tensile, pengelasan dilaksanakan minimal dalam 2

kali putaran atau lebih hingga pihak kontraktor dapat menyakinkan kesempurnaan

pengelasan pada pengawas. Masing – masing sambungan diproteksi dengan

menggunakan cat epoxy yang memiliki kategori untuk penggunaan di area

perairan laut (marine).


Kelurusan tiang senantiasa dipantau oleh tim survey dan dilakukan koreksi bila

diperlukan. Pukulan diesel hammer dihentikan saat target final set diperoleh

minimal 10mm/10 pukulan akhir melalui kontrol kalendering.


b. CAPING BEAM

Penyambungan Pelat dan tiang pancang (slab on pile) akan dihubungkan

menggunakan Caping Beam. Struktur Caping Beam dengan ukuran 750x750x700

mm direncanakan menggunakan mutu beton K-350, jumlah cap sebanyak 21 unit

dimana pembesian menggunakan besi D16 U39 sebagai tulangan utama.

Gambar tampak atas Caping Beam

Balok utama (B1) memiliki dimensi 300x600mm, menggunakan mutu beton

K350, Penulangan menggunakan D16 pada tulangan utama dan tulangan ekstra

serta D10 untuk tulangan sengkang.

Gambar potongan pembesian B1 padan tumpuan dan lapangan

Balok anak (B2) memiliki dimensi 200x400mm, menggunakan mutu beton

K350, penulangan menggunakan D16 pada tulangan utama dan tulangan

ekstra serta D10 untuk tulangan sengkang.


Gambar potongan pembesian B2 padan tumpuan dan lapangan

Gambar potongan pembesian balok B1 dan B2

Pengerjaan pengecoran caping beam dilaksanakan setelah seluuruh kegiatan instal

besi tulangan dan bekisting selesai dan telah dicek sesuai dengan gambar rencana.
c. ABUTMENT JEMBATAN

Abutment adalah bangunan bawah jembatan yang terletak pada kedua ujung pilar-

pilar jembatan, berfungsi sebagai pemikul seluruh beban yang bekerja (beban

hidup dan beban mati) pada jembatan. Beban yang diterima abutment selanjutnya

disalurkan ke lapisan tanah dasar.

Abutment pada proyek Pembangunan Infrastruktur Penataan Kawasan Pesisir

Pantai Gurindam 12 Kota Tanjungpinang terletak di awal Zona B. Berikut adalah

gambar rencana dan potongan dimensi abutment :


5. Analisis Perhitungan Pegujian Lapangan

1. SAND CONE TEST (Uji Kerucut Pasir)

Pengujian kerucut pasir (sand cone test) merupakan salah satu jenis pengujian

yang dilakukan dilapangan untuk menentukan berat isi kering (kepadatan) tanah

asli ataupun hasil suatu pekerjaan pemadatan yang dilakukan baik pada tanah

kohesif maupun tanah non kohesif. Pengujian ini biasanya dilakukan untuk

mengevaluasi hasil pekerjaan pemadatan di lapangan yang dinyatakan dalam

derajat pemadatan (degree of compaction), yaitu perbandingan antara yd lapangan

(kerucut pasir) dengan yd maksimal hasil percobaan pemadatan di laboratorium

dalam persentase lapangan.

Hasil pengujian sand cone pada proyek Pembangunan Infrastruktur Penataan

Kawasan Pesisir Pantai Gurindam 12 kota Tanjungpinang pada STA 0+000 yang

diambil sebagai sampel dapat dilihat pada lampiran :

Dari hasil pengujian lapangan didapat derajat kepadatan sebesar 93,66 %.

Penetuan persentase kadar air aktual di lapangan dilakukan dengan menggunakan

Speedy Test.Prinsip kerja alat speedy ini dengan melakukan pembacaan dial

indikator yang bergerak berdasarkan tekanan dari gas asetilin didalam alat

tersebut. Gas asetilin ini diakibatkan oleh reaksi kimia antara benda uji dengan

kalsium karbida (CaC2).


2. PRELIMINARY LOADING TEST (PDA)

Pile Driving Analyzer (PDA) adalah suatu sistem pengujian dengan menggunakan

data digital computer yang diperoleh dari strain transculer dan accelerometer

beruntuk memperoleh kurva gaya dan kecepatan ketika tiang dipakai

mengggunakan hammer dengan .berat tertentu. Program PDA menghitung hasil

dari sinyal kecepatan dan gaya yang diperoleh dari accelerometers dan strain

transduser yang terpasang pada tiang uji. Sensor dapat berupa smart sensor

(mengirim data menggunakan Wireless Transmitter) atau traditional sensor

(mengirim data melalui kabel ) Analisa Program CAPWAP dari data PDA sangat

penting untuk metoda pengetesan beban dinamis. Program ini menyediakan

distribusi tanah sepanjang tahanan pondasi dan mensimulasikan tes beban statis.

Korelasi antara program simulasi CAPWAP dan actual tes beban statis . korelasi

antara Program stimulasi CAPWAP dan actual tes beban statis telah membuktikan

keandalan dari metoda ini dalam menentukan kapasitas tiang.

Pegujian PDA ini berdasarkan dengan ASTM D4945 atau sesuai dengan

spesifikasi lainnya. Untuk pelaksanaan Pile Driving Analysis (PDA) dilakukan

oleh PT. Megah Adhi Karya selaku rekanan spesialis dari PT. Gunakarya

Nusantara. PDA yang dilakukan pada periode ini adalah tahap pertama dari

rangkaian test berikutnya hingga memenuhi keseluruhan volume kontrak.

Data tiang uji dapat dilihat pada tabel berikut :

Panjang dibawah Gages Panjang Tertanam


Rincian Tiang Tanggal test
Nama Pile/ Length Embedment Length Penetration Hammer
Pile Descpripton Date of Testing
Pile Name (m) (m)

No 5 Sta 0+225 Spun 60 27,5 23 Diesel 5,5T 26/02/2019

Adapun peralatan yang digunakan dilapangan meliputi :

a. PDA-8G (Pile Driving Analyzer)


b. 2 buah strain transducer untuk mengukur gaya pada tiang uji

c. 2 buah accelerometer untuk mengukur cepat rambat gelombang

d. Kabel / Pengirim signal tanpa kabel

e. Alat bor, angkur, baut, safety equipment

Pada dasarnya pengujian dinamis dilakukan untuk menghitung aksial tekan dan

kapasitas daya dukung tiang tersebut. Jika terjadi bending maka data yang

direkam akan tidak simetris sementara lentur yang parah dapat menyebabkan rata

– rata strain yang akan terdistorsi. Oleh karena itu instrument yang dipasang (

transducer dan accelerometer) pada tiang uji harus dipastikan terpasang dengan

baik sehingga efek bending dapat terhindarkan pada saat pengujian dilakukan.

Pengetesan dinamis pada tiang pancang ini menggunakan konsep 1 dimensi

gelombang yang diakibatkan oleh pukulan terhadap tiang tersebut. Dengan

demikian tiang yang dipukul akan memberikan energi tertentu yang menghasilkan

kapasitas (daya dukung) tiang tersebut. Kualitas dari catatan tergantung dari

instalasi instrument serta kinerja computer dna system elektronik. Masalah dapat

dideteksi dengan memeriksa data tampilan dilayar. Selama pelaksanaan pengujian

di proyek ini, semua system elektronik bekerja dengan baik.

Hasil pembacaan energi dan tegangan pada material tiang sebagai berikut :

Hammer Tegangan/Stress

NamaTiang/ Berat Tinggi Jatuh Energi Pukulan


CSK TSX Keterangan
Pile Name Weight Stroke of Ram Energy Maximum
(Mpa) (Mpa) Remark
(ton) (m) (ton m)

No 5 Sta 0+225 5,3 3 1,42 10,9 7,5

Sementara daya dukung tiang yang terjadi adalah sebagai berikut :


CAPWAP

Gaya Ujung Penurunan Elastis Penurunan


Daya Dukug Daya Dukung Gaya Gesek
Nama tiang/ (End (Elastic Maksimum
(Bearing (Bearing (Friction)
Pile Name Bearing) Displacement) (Displacement
Capacity) Capacity) (SF)
(EB) (Dy) Maximum)
(ton) (ton) (ton)
(ton) (mm) (mm)

No 5 Sta
271 261 193 68 15,62 15,69
0+225

Pelaksanaan pengujian preliminary loading test ( PDA ) proyek Gurindam 12

pada periode ini telah berhasil dilakukan dan memberikan hasil pembacaan data

yang akurat dengan kapasitas (daya dukung) tiang no.5 mencapai 271 ton >

kapasitas rencana yang mengindikasikan pemancangan telah dilaksanakan dengan

benar dan peralatan pemancangan dalam kondisi layak.

Anda mungkin juga menyukai