Anda di halaman 1dari 83

PANDUAN

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
PROFILAKSIS DAN EMPIRIS

RSUD TOBELO
HALMAHERA UTARA
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa


karena berkat rahmat dan karuniaNya maka Komite Pengendalian
Resistensi Antimikroba dapat menyelesaikan penyusunan Panduan
Penggunaan Antibiotik Profilaksis dan Empirik di RSUD Tobelo.
Panduan Penggunaan Antibiotik Profilaksis dan Empirik adalah acuan
bagi seluruh petugas yang terkait dengan pemberian antibiotik.
Terjadinya resistensi antibiotik karena penggunaan antibiotik
yang tidak rasional meliputi pemilihan jenis antibiotik, penentuan
dosis, cara pemberian, dan lama terapi, sehingga akan berdampak
pada keberhasilan terapi dan besarnya biaya pengobatan. Tujuan
implementasi panduan ini adalah terwujudnya penggunaan antibiotik
yang rasional sehingga akan meningkatkan mutu pelayanan dan
mengoptimalkan kendali biaya di RSUD Tobelo.
Kami menyampaikan terima kasih kepada tim penyusun dan
semua pihak yang telah berkontribusi di dalam penyusunan panduan
ini. Saran dan kritik dari semua pihak sangat penting dalam
penyempurnaan dan perbaikan di masa mendatang.

Tobelo, Juni 2019


Direktur RSUD Tobelo,

Drg. Irwanto Tandaan, MPH


NIP. 19670805 199301 100

2
PEMERINTAH KABUPATEN HALMAHERA UTARA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TOBELO

JL. Landbouw Gamsungi Kec. Tobelo, 97762 TLP.(0924) 2621556

Email: rsud.halut@gmail.com web: www.rsudtobelo.com

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TOBELO

TENTANG

PEMBERLAKUAN PANDUAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK


PROFILAKSIS DAN EMPIRIS DI RSUD TOBELO

NOMOR : 440/1074.b/SK/VI/2019

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TOBELO,

Menimbang : a. bahwa peningkatan kejadian dan penyebaran


mikroba yang resisten terhadap antimikroba di
rumah sakit disebabkan oleh penggunaan
antibiotik yang tidak bijak;
b. bahwa untuk meningkatkan ketepatan
penggunaan antibiotik dalam pelayanan
kesehatan diperlukan suatu panduan yang
sesuai dengan pelayanan di RSUD Tobelo;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan
huruf b, perlu ditetapkan Keputusan Direktur
Rumah Sakit Umum Daerah Tobelo tentang
Pemberlakuan Panduan Penggunaan Antibiotik
Profilaksis dan Empiris di Rumah Sakit Umum
Daerah Tobelo.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004,


tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara

3
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4431);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5063);
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
HK.02.02/Menkes/068/I/2010 tentang
Kewajiban Menggunakan Obat Generik di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah;
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
2406/Menkes/PER/XII/2011 tentang Pedoman
Umum Penggunaan Antibiotik
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 8 Tahun 2015 Tentang
Program Pengendalian Resistensi Antimikroba
Di Rumah Sakit;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun
2017 tentang Akreditasi Rumah Sakit;

Memutuskan :

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR TENTANG


PEMBERLAKUAN PANDUAN PENGGUNAAN
ANTIBIOTIK PROFILAKSIS DAN EMPIRIS DI RSUD
TOBELO

Kesatu : Panduan Penggunaan Antibiotik Profilaksis dan


Empiris di Rumah Sakit Umum Daerah Tobelo
sebagaimana terlampir dalam keputusan ini;

4
Kedua : Isi Panduan Penggunaan Antibiotik Profilaksis dan
Empiris di Rumah Sakit Umum Daerah Tobelo
akan ditinjau dan disempurnakan secara terus
menerus oleh Komite Pengendalian Resistensi
Antimikroba RSUD Tobelo untuk disesuaikan
dengan kebutuhan dan perkembangan terkini ;

Ketiga : Mewajibkan semua tenaga medis untuk menulis


resep antibiotik sesuai yang tercantum dalam
Panduan Penggunaan Antibiotik Profilaksis dan
Empiris RSUD Tobelo;

Keempat : Keputusan ini berlaku sejak penetapan dan


apabila dikemudian hari didapatkan kekeliruan,
akan diperbaiki sebagaimana mestinya;

Ditetapkan di : Tobelo

Pada tanggal : 11 Juni 2019

DIREKTUR RSUD TOBELO

drg. Irwanto Tandaan, MPH

NIP. 19670805 1993011003

5
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................... 2


SK Pemberlakuan Panduan Penggunaan Antibiotik ................... 3
Daftar Isi ................................................................................... 6
Bab I Pendahuluan ................................................................... 7
1.1. Latar Belakang ............................................................... 7
1.2. Tujuan ........................................................................... 8
1.3. Definisi .......................................................................... 8
1.4. Masa Berlaku ................................................................. 9
1.5. Kelebihan dan keterbatasan ........................................... 9
Bab II Penggunaan Antibiotik Rasional ...................................... 11
Bab III Penggunaan Antibiotik Profilaksis .................................. 21
1.1. Bedah ......................................................................... 24
1.2. Obstetri dan Ginekologi ................................................ 29
Bab IV Penggunaan Antibiotik Terapi Empiris ........................... 40
1.1. Daftar Diagnosis Klinis Dan Terapi Antibiotik Empiris Pada
Pasien Dewasa ............................................................. 40
1.2. Daftar Diagnosis Klinis Dan Terapi Antibiotik Empiris Pada
Pasien Anak ................................................................. 48
1.3. Daftar Diagnosis Klinis Dan Terapi Antibiotik Empiris Pada
Pasien Neonatus........................................................... 52
1.4. Daftar Diagnosis Klinis Dan Terapi Antibiotik Empiris Pada
Pasien Penyakit Mata ................................................... 55
1.5. Daftar Diagnosis Klinis Dan Terapi Antibiotik Empiris Pada
Pasien Penyakit Gigi Dan Mulut ................................... 62
BAB V Lampiran ....................................................................... 64
BAB VI Penutup ........................................................................ 69

6
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah


kesehatan masyarakat yang penting, khususnya di Negara
berkembang. Salah satu obat andalan untuk mengatasi mengatasi
masalah tersebut adalah antimikroba antara lain antibiotik (anti
bakteri), anti jamur, anti virus, anti protozoa. Antibiotik merupakan
obat yang paling banyak digunakan pada infeksi yang disebabkan
oleh bakteri. Berbagai studi menemukan bahwa sekitar 40-62%
antibiotic digunakan secara tidak tepat antara lain untuk penyakit-
penyakit yang yang sebenarnya tidak memerlukan antibiotik. Pada
penelitian kualitas penggunaan antibiotik diberbagai rumah sakit
ditemukan 30% sampai dengan 80% tidak ada indikasi (Hadi,
2009). Data surveilans penggunaan antibiotik di RSUD Dr. Soetomo
tahun 2017 terdapat 47% pasien rawat inap yang mendapat terapi
antibiotik dan 39% inappropriately yaitu penggunaan yang tidak
ada indikasi, tidak tepat jenis pemilihan antibiotik dan terlalu
lamanya pemberian.

Intensitas penggunaan antibiotik yang relative tinggi


menimbulkan berbagai permasalahan dan merupakan ancaman
global bagi kesehatan terutama resistensi bakteri terhadap
antibiotik. Selain berdampak pada morbiditas dan mortalitas, juga
memberi dampak negatif terhadap ekonomi dan social yang sangat
tinggi. Pada awalnya resistensi ditemukan di tingkat rumah sakit,
tetapi lambat laun juga berkembang di lingkungan masyarakat,

7
khususnya Streptococcus pneumonia, Staphylococcus aereus, dan
Escherichia coli. Beberapa bakteri resisten antibiotik sudah banyak
ditemukan di seluruh dunia yaitu Methicillin-Resistant
Staphylococcus aeureus (MRSA), Vancomycin-Resistant Enterococci
(VRE), Penicillin-Resistant Pneumococci, Klebsiella pneumonia, yang
menghasilkan Extended-Spectrum Beta-Lactamase (ESBL),
Carbapenem-Resistant baumannii. Data surveilans nasional tahun
2016 menunjukkan prevalensi bakteri penghasil ESBL pada 8
rumah sakit rujukan mencapai rata-rata 60%. Peningkatan
prevalensi resistensi antimikroba ini terjadi akibat pengunaan
antibiotik yang tidak bijak dan penerapan kewaspadaan standar
(standard precaution) yang belum optimal.

Untuk meningkatkan penerapan penggunaan antibiotik secara


bijak perlu disusun Panduan Penggunaan Antibiotik Profilaksis
(PPAB) dengan harapan dapat digunakan sebagai acuan para klinisi
DPJP dalam menetapkan pilihan jenis antibiotik dengan tepat, juga
sebagai acuan dalam monitoring dan evaluasi secara berkala.

1.2. Tujuan

Panduan penggunaan Antibiotk Profilaksis dan Terapi (PPAB)


RSUD bertujuan sebagai panduan para klinisi DPJP dalam
menetapkan pilihan jenis antibiotik, rejimen dosis, dan lama
pemberian antibiotik yang tepat.

1.3. Defenisi

1. Antibiotik Profilaksis
Prosedur antibiotik sebelum, saat dansetelah
proseduroperasi pada kasus yang secara klinis tidak didapatkan

8
tanda-tanda infeksi dengan tujuan untuk mencegah terjadi
infeksi daerah operasi (IDO)
2. Antibiotik Empiris
Penggunaan antibiotik pada kasus infeksi yang belum di
ketahui jenis bakteri penyebabnya.
3. Antibiotik Defenitif
Pangunaan antibiotik pada kasus infeksi yang sudah di
ketahui jenis bakteri penyebab dan pola resistensinya.
4. Resistensi Antimikroba
Kemampuan mikroba untuk bertahan hidup terhadap efek
antimikroba, sehingga tidak efektif dalam penggunaan klinis
5. Bakteri resisten
Bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik yang pada
awalnya efekif untuk mengobati infeksi yang di sebabkan oleh
bakteri tersebut.

1.4 Masa Berlaku

Masa berlaku panduan penggunaan antibiotik profilaksis


dan empiris di rsud tobelo selama 3 tahun.

1.5 Kelebihan dan Keterbatasan

1. Kelebihan
a) Panduan ini menunjuk pada Pedoman Umum
Penggunaan Antibiotik Kementerian Kesehatan RI dan
Formularium Nasional.
b) Panduan ini merujuk pada Kebijakan Pengendalian
Penggunaan Antibiotik RSUD Tobelo.

9
c) Panduan ini mengikuti perkembangan evidence base
medicine (EBM) terkini.

2. Keterbatasan
a) Panduan ini hanya digunakan sebagai acuan
profilaksis/bedah antibiotik.
b) Panduan ini perlu dilakukan evaluasi berkala dengan
mempertimbangkan perubahan pola bakteri dan EBM,
serta dilakukan kajian oleh tim reviewer KPRA.

10
BAB II

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK RASIONAL

1. Definisi Umum Antibiotik

Antibiotik berasal dari bahasa Yunani: anti (lawan), Bios (hidup),


yang berarti suatu zatkimia yang dihasilkan oleh bakteri ataupun
jamur yang berkhasiat sebagai obat apabila digunakan dalam dosis
tertentu dan berkhasiat mematikan atau menghambat
pertumbuhan kuman dan toksisitasnya tidak berbahaya bagi
manusia. Antibiotik adalah segolongan molekul, baik alami
maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau
menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme,
khususnya proses infeksi oleh bakteri.

2. Indikasi Penggunaan Antibiotik

Berdasarkan penggunaannya, antibiotik dibagi menjadi dua


yaitu antibiotik terapi dan antibiotik profilaksis. Antibiotik terapi
digunakan pada pasien dengan kasus infeksi dan penggunaannya
dapat bersifat empiris atau definitif.
Terapi empiris merupakan terapi inisial yang diberikan pada kasus
infeksi yang belum diketahui jenis kumannya, sedangkan terapi
definitif merupakan terapi yang diberikan pada kasus infeksi yang
telah diketahui kuman penyebabnya berdasarkan hasil
laboratorium mikrobiologi. Antibiotik profilaksis adalah antibiotik
yang diberikan pada jaringan tubuh dengan dugaan kuat akan

11
terkena infeksi, seperti pada operasi pembedahan. Antibiotik
profilaksis biasanya diberikan secara intravena.
Penelitian AMRIN di Indonesia menginvestigasi penggunaan dan
resistensi antibiotik pada dua wilayah yang berbeda di Pulau Jawa,
yakni di Surabaya dan Semarang. Studi ini terdiri dari dua fase,
fase awal meneliti situasi di beberapa tempat pelayanan kesehatan
setempat terkait kondisi resistensi antibiotik, penggunaan
antibiotik serta pengendalian infeksi. Kemudian, fase kedua
melakukan intervensi di beberapa tempat pelayanan kesehatan
setempat berdasarkan hasil survei yang didapat dari fase pertama.

Sampel dibagi menjadi tiga grup, yaitu grup A terdiri dari pasien
yang berada dalam perawatan rumah sakit, grup B terdiri dari
pasien yang datang ke Puskesmas, grup C terdiri dari kerabat
pasien dari grup A. Hasilnya, secara keseluruhan proporsi
pengguna antibiotik baik di Semarang maupun Surabaya tidaklah
berbeda. Amoxicillin atau Ampicillin menjadi antibiotik yang paling
banyak dikonsumsi, yakni sebanyak 71%.16
Seiring dengan meningkatnya resistensi kuman terhadap
antibiotik, maka penggunaan antibiotik harus dikendalikan agar
hasilnya optimal. Menurut WHO 2001, untuk membatasi resistensi
kuman terhadap antibiotik, harus ada suatu perbaikan dalam
kualitas penggunaan antibiotik. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam menggunakan antibiotik, antara lain jenis
antibiotik, dosis antibiotik, lama pemberian antibiotik, rute
pemberian antibiotik. Antibiotik yang diberikan sebaiknya
berspektrum sempit, dosis harus adekuat dengan durasi yang

12
sebisa mungkin dibuat singkat serta rute pemberian yang sesuai
dengan indikasi.
Secara keseluruhan, yang menjadi masalah utama dalam
penggunaan antibiotik adalah indikasi pemberian antibiotik,
misalnya pada kasus demam, dokter kurang mengetahui indikasi
pemberian antibiotik yang tepat sehingga setiap pasien demam
diberikan peresepan antibiotik dengan dugaan mengarah ke infeksi
bakterial walaupun sebenarnya tidak menutup kemungkinan
bahwa demam juga dapat disebabkan oleh infeksi virus.

3. Peggunaan Antibiotik
a) Ketentuan Umum
- Penerapan penggunaan antibiotik secara bijak.
- Penggunaan antibiotik meliputi indikasi profilaksis pada
pembedahan dan indikasi terapi.
- Antibiotik indikasi terapi terdiri dari terapi empiris dan terapi
definitif.
- Jenis antibiotik yang digunakan untuk indikasi profilaksis
pada pembedahan tidak digunakan untuk indikasi terapi,
begitu juga sebaliknya
b) Ketentuan Khusus
- Antibiotik Terapi Empiris dan Definitif
I. Pemilihan terapi antibiotik empiris berdasarkan
panduan penggunaan antibiotik (PPAB) disusun
berdasarkan pola mikroba dan pola sensitivitas
antibiotik di RSUD Tobelo, farmakokinetik-
farmakodinamik serta kajian evidence base medicine
(EBM)

13
II. Terapi antibiotik empiris diberikan selama 3 hari untuk
dilakukan evaluasi respon klinis dan/atau hasil
laboratorium.
III. Terapi antibiotik definitif didasarkan hasil
pemeriksaan mikrobiologi sesuai prinsip penggunaan
antibiotik secara bijak. Penetapan jenis antibiotik
harus mempertimbangkan kendali mutu dan kendali
biaya meliputi: aspek efektivitas, keamanan,
ketersediaan, biaya dan legalitas.
- Antibiotik Profilaksis pada Pembedahan
I. Antibiotik profilaksis digunakan pada kategori opersi
bersih berisiko infeksi dan bersih kontaminasi.
II. Pemberian antibiotik profilaksis ditujukan untuk
mencegah kejadian infeksi darah operasi (IDO),
menurunkan morbiditas dan mortalitas pasca operasi.
III. Saat pemberian 30-60 menit sebelum insisi, sekali
pemberian atau dosis tunggal dalam waktu 15-30
menit secara drip intravena (dilarutkan dalam 100 ml
normal saline pada pasien dewasa) dan pemberian di
kamar operasi.
IV. Pemberian antibiotik profilaksis diulang bila terjadi
pendarahan lebih dari 1500 ml atau lebih dari 30%
Estimated blood volume=EBV (pada pasien anak > 15%
EBV) atau lam operasi lebih dari 3 jam , lama
pemberian maksimal 24 jam sejak pemberian
antibiotik profilaksis pertama, kecuali pada kasus-
kasus tertentu (sesuai Panduan Pratek Klinik=PPK)

14
V. Rekomendasi jenis antibiotik profilaksis adalah
Cephalosporin generasi 1 (Cefazoline) atau generasi II
(Cefuroxime), kecuali pada kasus-kasus tertentu.

4. Pertimbangan Penggunaan Antibiotik

a. Rasionalitas Penggunaan Antibiotik dari Segi Kuantitas


Kuantitas dari penggunaan antibiotik dapat diukur
dengan dua macam pendekatan, yaitu secara retrospektif
dengan melihat rekam medik yang ada di rumah sakit dan
secara prospektif dengan melakukan wawancara interpersonal
dengan pasien mengenai antibiotik apa yang diminum selama
masa perawatan kemudian membandingkannya dengan hasil
wawancara dari petugas kesehatan. Kelemahan dari pendekatan
retrospektif adalah ketidaklengkapan data dari rekam medik
mengenai terapi antibiotik, sedangkan pada pendekatan
prospektif, terkadang pasien lupa jenis maupun jumlah
antibiotik yang telah diminum.
Kuantitas dari penggunaan antibiotik diukur berdasarkan
perhitungan persentasi pasien yang menggunakan antibiotik
atau jumlah anitbiotik yang dinyatakan dalam suatu unit yang
disebut Defined Daily Doses (DDD) tiap 100 populasi setiap
harinya. DDD dari suatu obat diasumsikan sebagai rata-rata
dosis pemeliharaan per hari dari suatu obat yang digunakan
sebagai indikasi suatu penyakit pada orang dewasa atau biasa
ditulis dengan DDD/100 patient-days.

b. Rasionalitas Penggunaan Antibiotik dari Segi Kualitas

15
Kualitas dari penggunaan antibiotik dapat diukur dari
pendekatan retrospektif dengan melihat dara-data relevan yang
diambil dari rekam medik.17 Ada beberapa kriteria yang
digunakan untuk mengevaluasi kualitas penggunaan antibiotik,
yaitu kriteria Kunin dan Jones, dan kriteria Gyssens. Kriteria
Kunin terbagi menjadi 5 kategori, dengan pembagian sebagai
berikut:

Kategori I : reviewer setuju dengan penggunaan terapi


antimikroba profilaksis
Kategori II : reviewer setuju dengan penggunaan terapi
antimikroba /profilaksis, tetapi infeksi bakteri
yang fatal tak dapat disingkirkan
Kategori III : reviewer setuju dengan penggunaan terapi
antimikroba /profilaksis, tetapi jenis antimikroba
lain telah direkomendasikan
Kategori IV : reviewer setuju dengan penggunaan terapi
antimikroba /profilaksis, tetapi dosis obat
sebaiknya disesuaikan
Kategori V : reviewer tidak setuju dengan penggunaan
antimikroba /profilaksis

Kategori I dan II mengindikasikan terapi yang tepat,


sedangkan kategori III dan IV mengindikasikan ada suatu
kekurangan/kesalahan dalam pemilihan/peresepan antibiotik
oleh tenaga medis.
Adapun kategori hasil penilaian menurut kriteria Gyssens
adalah sebagai berikut:

16
Kategori I : penggunaan antibiotik tepat (rasional)
Kategori IIA : tidak rasional oleh karena dosis yang tidak tepat
Kategori IIB : tidak rasional oleh karena dosis interval yang
tidak tepat
Kategori IIC : tidak rasional oleh karena rute pemberian yang
salah

Kategori IIIA : tidak rasional karena pemberian antibiotik


terlalu lama

Kategori IIIB : tidak rasional karena pemberian antibiotik


terlalu singkat

Kategori IVA : tidak rasional karena ada antibiotik lain yang


lebih efektif

Kategori IVB : tidak rasional karena ada antibiotik lain yang


kurang toksik
Kategori IVC : tidak rasional karena ada antibiotik lain yang
lebih murah
Kategori IVD : tidak rasional karena ada antibiotik lain yang
spektrumnya lebih sempit
Kategori V : tidak rasional karena tidak ada indikasi
penggunaan antibiotik
Kategori VI : data tidak lengkap atau tidak dapat dievaluasi

5. Pengertian farmakokinetik
Farmakokinetik mempelajari dinamika obat melewati sistem
biologi meliputi absorpsi, distribusi, metabolisme dan eliminasi
obat.Informasi farmakokinetik berguna untuk memperkirakan

17
dosis obat dengan tepat dan frekuensi pemberiannya, juga untuk
mengatur dosis obat pada penderita dengan gangguan fungsi
ekskresi.
Profil farmakokinetik antibiotik dinyatakan dalam konsentrasi di
serum dan jaringan terhadap waktu dan mencerminkan proses
absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Karakteristik
penting farmakokinetik meliputi peak & trough konsentrasi di
serum, waktu paruh (T1/2), bersihan (clearance) dan volume
distribusi.Data farmakokinetik berguna untuk memperkirakan
dosis antibiotik yang tepat, frekuensi pemberian dan mengatur
dosis pada pasien dengan gangguan fungsi ekskres.
Absorpsi antibiotik menunjukkan nilai dan besarnya
bioavailability obat setelah pemberian secara oral atau
suntikan.Bioavailability diartikan sebagai besarnya persentase
dosis obat yang mencapai sirkulasi sistemik dari tempat
masuknya.Obat harus melewati beberapa membran untuk
mencapai tempat kerjanya.Membran-membran yang spesifik
tersebut bergantung pada tempat kerja dan route of
administration.Absorpsi obat melewati membran dipengaruhi oleh
ukuran molekul, kelarutan dalam lemak, derajat ionisasi dan
pH.Sebagian besar obat larut dalam air dan juga lemak.Dikatakan
bahwa semakin tinggi ratio kelarutan dalam lemak dibanding air
semakin cepatlah absorpsi pasif obat tersebut.Kelarutan obat
dalam lemak disebut lipophilicity sedangkan kelarutan dalam air
disebut hydrophilicity. Di dalam larutan, obat berada dalam bentuk
yang disebut interchangeable forms yaitu larut-air (bentuk ion) dan
larut-lemak (nonion). Semakin lipophilic suatu obat, semakin
mudah menembus membran. Sedangkan yang hydrophilicakan

18
cenderung berada dalam darah. Ketika dilarutkan, sebagian
molekul obat akan terionisasi yang persentasenya ditentukan oleh
keasaman obat dan keasaman pelarutnya serta pKa yaitu pH saat
50% molekul obat terionisasi. Persentase molekul nonionized
menentukan jumlah molekul yang diabsorpsi sehingga
menentukan rate of absorption.
Antibiotik mengalami eliminasi di hati, ginjal atau keduanya
baik dalam bentuk yang tidak berubah atau metabolitnya.Untuk
antibiotik yang eliminasinya terutama di ginjal, bersihan suatu obat
berkorelasi linear dengan creatinine clearance.Sedangkan antibiotik
yang eliminasinya terutama di hati tidak ada petanda yang bisa
dipakai untuk mengatur dosis pada pasien dengan penyakit hati
(Archer, 2005).Pada pasien dengan insufisiensi ginjal dibutuhkan
pengaturan dosis.Penggunaan antibiotik aminoglikosida,
vankomisin atau flusitosin harus lebih hati-hati karena eliminasi
obat tersebut di ginjal dan toksisitasnya seiring dengan
konsentrasinya di plasma dan jaringan.Obat-obat yang
metabolisme atau ekskresinya oleh hepar (eritromisin,
kloramfenikol, metronidazol, klindamisin) dosisnya harus
diturunkan pada pasien dengan kegagalan fungsi hepar.

6. Pengertian farmakodinamik
Farmakodinamik mempelajari efek biokimia dan fisiologi obat
serta mekanisme kerjanya melalui interaksi antara obat dengan sel
target atau reseptor. Farmakodinamik antibiotik mempelajari
hubungan antara konsentrasi antibiotik di serum dan jaringan
serta minimum inhibitory concentration (MIC) pertumbuhan bakteri.

19
Berdasarkan sifat farmakodinamik dan konsentrasi
penghambatan minimal (MIC), antibiotik dibagi menjadi dua
kelompok besar yaitu time-dependent atau concentration-
independent dan concentration-dependent. Pada antibiotik
kelompok time-dependent seperti β-laktam, glikopeptide, makrolide,
klindamisin dengan meningkatnya konsentrasi antibiotik hanya
menunjukkan sedikit atau tidak ada peningkatan efek terapi
sedangkan antibiotik kelompok concentration-dependent seperti
aminoglikosida dan quinolon menunjukkan peningkatan aktivitas
seiring dengan peningkatan konsentrasi. International Society for
Anti-infective Pharmacology (ISAP) membuat definisi parameter
farmakokinetik (PK) dan farmakodinamik (PD). Untuk kelompok
time-dependent biasanya menggunakan parameter farmakolog t >
MIC yaitu persentase kumulatif waktu selama periode 24 jam saat
konsentrasi obat diatas MIC, sedangkan kelompok concentration-
dependent biasanya menggunakan parameter AUC/MIC (area
dibawah kurva konsentrasi-waktu selama 24 jam dibagi MIC) dan
Cmax/MIC (kadar konsentrasi puncak dibagi MIC).
Antibiotik juga memiliki perbedaan sifat postantibiotik effect
(PAE). Pada umumnya, golongan concentration-dependent
mempunyai PAE lebih lama dibanding golongan time-dependent.
Untuk antibiotik concentration-dependent rasio Cmax/ MIC kurang
lebih sepuluh dikaitkan dengan keberhasilan klinis. Oleh karena
itu, konsentrasi yang tinggi menjadi tujuan terapi. Hal ini dapat
dicapai melalui pemberian dosis tinggi sekali sehari. Antibiotik
concentration-independent akan lebih efektif jika durasi konsentrasi
di serum lebih tinggi dari MIC pathogen dengan interval dosis yang
proporsional. Pemberian dosis yang sering atau dengan infus

20
kontinyu dapat meningkatkan t > MIC. Optimalisasi pemberian
regimen antibiotik berdasarkan prinsip farmakodinamik dapat
menurunkan terjadinya resistensi antibiotik

21
BAB III

PENGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS

Infeksi Daerah Operasi (IDO) atau Surgical site infection (SSI)


adalah infeksi pada tempat operasi merupakan salah satu komplikasi
utama operasi yang meningkatkan mobiditas dan biaya perawatan
penderita di rumah sakit, bahkan meningkatkan mortalitas penderita.
Angka kejadian IDO pada suatu institusi penyedia layanan kesehatan
mencerminkan kualitas pelayanan institusi tersebut.

Faktorfaktor yang dapat mempengaruhi (faktor risiko) terjadinya


IDO antara lain :

1. Sifat operasi (derajat kontaminasi operasi),


2. Nilai ASA (American Society of Anesthesiologist),
3. Komorbiditas DM (Diabetes Mellitus),
4. Suhu praoperasi,
5. Jumlah lekosit,
6. Operasi yang lama (Prolonged Operation),
7. Obesitas,Malnutrisi,
8. Penggunaan kotrikosteroid jangka panjang,
9. Rematoid arthritis,
10. Rokok,
11. Infeksi nasokomial,
12. Kehilangan banyak darah durante operasi (Massive Blood Loss)

Kategori atau kelas operasi berdasarkan klasifikasi Mayhall, sebagai


berikut:

Tabel. 1 Kategori/kelas operasi (Mayhall Classification)

22
Kelas Operasi Definisi Penggunaan Antibiotik

Operasi bersih Operasi yang Kelas operasi bersih


dilakukan pada terencana umumnya
daerah dengan tidak memerlukan
kondisi pra- antibiotik profilaksis
bedah tanpa kecuali pada beberapa
infeksi, tanpa jenis operasi, misalnya
membuka mata, jantung dan sendi
traktus
(respiratorius,
gastrointestinal,
urinarius, bilier),
operasi
terencana, atau
penutupan kulit
primer dengan
atau tanpa
digunakan drain.

Operasi bersih- Operasi yang Pemberian antibiotik


kontaminasi dilakukan pada profilaksis pada kelas
traktus operasi bersih
(digestivus,bilier, kontaminasi perlu
urinarius, dipertimbangkan
respiratorius, manfaat dan risikonya
reproduksi karena bukti ilmiah
kecuali ovarium) mengenai efektivitas
atau operasi antibiotik profilaksis
tanpa disertai belum ditemukan
kontaminasi
nyata

Operasi kontaminasi Operasi yang Kelas operasi


membuka kontaminasi
saluran cerna, memerlukan antibiotik
saluran empedu,

23
saluran kemih, terapi (bukan
saluran nafas profilaksis)
sampai orofaring,
saluran
reproduksi
kecuali ovarium
atau operasi yang
tanpa
pencemaran
nyata (Gross
spillage)

Operasi Kotor Adalah operasi Kelas operasi kotor


pada perforasi memerlukan antibiotik
saluran cerna, terapi (bukan
saluran profilaksis)
urogenital atau
saluran napas
yang terinfeksi
ataupun operasi
yang melibatkan
daerah yang
purulent
(inflamasi
bacterial). Dapat
pula operasi pada
luka terbuka
lebih dari 4 jam
setelah kejadian
atau terdapat
jaringan non-
vital yang luas
atau nyata kotor

24
1.1 Bedah

Kelas Jenis dan KET


Operasi Rejimen
Jenis/Prosedur Operasi Durasi (level of
Dosis
B/BK Antibiotik evidence)

Herniotomy B Cefazolin 1-2 Dosis A


gram, iv drip tunggal
open/laparoscopi
15 menit,30-
60 menit
sebelum insisi

Appendicitis tanpa BK Cefazolin 1-2 Dosis A


komplikasi gram, iv drip tunggal
→(open/laparoscop) 15 menit +
Metronidazole
500 mg iv drip,
30-60 menit
sebelum insisi

Small Intestine procedur BK Cefazolin 1-2 Dosis A


gram, iv drip tunggal
15 menit, 30-
60 menit
sebelum insisi

Obstructed BK Cefazolin 1-2 Dosis A


gram, iv drip tunggal
15 menit +
Metronidazole
500 mg iv drip,
30-60 menit
sebelum insisi

Colorectal procedure BK Cefazolin 1-2 Dosis A


gram, iv drip tunggal
15 menit +

25
Metronidazole →max
500 mg iv drip, 24 jam
30-60 menit
sebelum insisi

*B = Operasi Bersih, BK = Operasi Bersih Kontaminasi, T = Operasi


Terkontaminasi

Kelas Jenis dan KET


Jenis/Prosedur Operasi Rejimen Durasi (level of
Operasi Dosis
B/BK Antibiotik evidence)

Eksisi tumor B Cefazolin 1-2 Dosis A


mamma gram, iv drip tunggal
15 menit,
Ginekomastia
30-60 menit
Mama aberans sebelum
insisi

Mastektomi B Cefazolin 1-2 Dosis A


gram, iv drip tunggal
15 menit,
30-60 menit
sebelum
insisi

Operasi lain pada B Cefazolin 1-2 Dosis A


payudara gram, iv drip tunggal
15 menit,
30-60 menit
sebelum
insisi

Sentinel node B Tanpa Dosis A


biopsy Antibiotik tunggal

26
Eksisi luas lesi B Cefazolin 1-2 Dosis A
kulit gram, iv drip tunggal
15 menit,
30-60 menit
sebelum
insisi

Skin plasty dan B Cefazolin 1-2 Dosis A


repair luka gram, iv drip tunggal
15 menit,
30-60 menit
sebelum
insisi

Flap atau graft B Cefazolin 1-2 Dosis A


pedikel gram, iv drip tunggal
15 menit,
30-60 menit
sebelum
insisi

Tumor otot, B Cefazolin 1-2 Dosis A


tendon, fasia gram, iv drip tunggal
15 menit,
30-60 menit
sebelum
insisi

Amputasi dan B Cefazolin 1-2 Dosis A


disartikulasi gram, iv drip tuggal
ekstremitas 15 menit,
30-60 menit
sebelum
insisi

Mastektomi + BK Cefazolin 1-2 Dosis A


inflamasi gram, iv drip tunggal
15 menit,

27
30-60 menit → max 24
sebelum jam
insisi

Eksisi luas lesi BK Cefazolin 1-2 Dosis A


kulit + inflamasi gram, iv drip tunggal
15 menit, → max 24
30-60 menit jam
sebelum
insisi

Skin graft BK Cefazolin 1-2 Dosis A


gram, iv drip tunggal
15 menit, → max 24
30-60 menit jam
sebelum
insisi

skin plasty atau BK Cefazolin 1-2 Dosis A


repair luka + gram, iv drip tunggal
inflamasi 15 menit, → max 24
30-60 menit jam
sebelum
insisi

Tumor otot, BK Cefazolin 1-2 Dosis A


tendon, fasia + gram, iv drip tunggal
inflamasi 15 menit, → max 24
30-60 menit jam
sebelum
insisi

Ovarektomi BK Cefazolin 1-2 Dosis A


bilateral, gram, iv drip tunggal
salfingoovarektomi 15 menit, → max 24
bilateral 30-60 menit jam

28
sebelum
insisi

Amputasi dan BK Cefazolin 1-2 Dosis A


disartikulasi gram, iv drip tunggal
ekstremitas + 15 menit, → max 24
inflamasi 30-60 menit jam
sebelum
insisi

Kelas KET
Jenis/Prosedur Opera Jenis dan Rejimen
Durasi (level of
Operasi si Dosis Antibiotik eviden
B/BK ce)

Operasi Bersih B Cefazolin 1-2 gram, iv Dosis C


drip 15 menit, 30-60 tunggal
menit sebelum insisi
Meliputi tangan,
lutut atau kaki dan
tidak meliputi
implantasi benda
asing

29
Kelas KET
Jenis/ Prosedur Operas Jenis dan Rejimen (level of
i Durasi
Operasi Dosis Antibiotik eviden
B/BK ce)

Traktus urinarius BK Cefazolin 1-2 gram, Dosis A


dengan segmen iv drip 15 menit, 30- tunggal →
saluran cerna 60 menit sebelum max 24 jam
insisi

Traktus urinarius B Cefazolin 1-2 gram, Dosis A


tanpa segmen iv drip 15 menit, 30- tunggal
saluran cerna 60 menit sebelum
insisi

Implant/prosthesis BK Cefazolin 1-2 gram, Dosis A


; penis, sfingter iv drip 15 menit, 30- tunggal →
60 menit sebelum max 24 jam
insisi

Intervensi lain di BK Cefazolin 1-2 gram, Dosis A


luar traktus iv drip 15 menit, 30- tunggal →
urinarius 60 menit sebelum max 24 jam
insisi

*B = Operasi bersih, BK = Operasi Bersih Kontaminasi, T = Operasi


Terkontaminasi

30
1.7 Obstetri dan Ginekologi

Kelas Jenis dan KET


Operas Rejimen
Jenis Prosedur operasi Durasi (level of
i Dosis eviden
B/BK Antibiotik ce)

Kuretase (abortus inkomplit / BK Tanpa - IA


‘missed abortion’) Antibiotik

Kuretase (biopsi endometrium) BK Tanpa - IIID


Antibiotik

Kuretase(‘induced abortion’) BK Doksisikli max 5 IA


n 100 mg hari
p.o 1 jam
pre op &
200 mg 1
jam post
op

Alternatif:

Metronidaz
ole 500 mg
p.p 1 jam
pre op, tiap
12 jam

Pemasangan IUD BK Tanpa - IA


Antibiotik

Seksio cesarea BK Cefazolin Dosis IA


i.v drip 15 tunggal
menit

31
Dosis: 2gr → max
(<120kg) 24 jam
atau 3gr
(≥120kg)
Diberikan
30-60
menit
sebelum
insisi

Histerektomi (abdominam, BK Cefazolin Dosis IA


vaginam, laparoskopi) i.v drip 15 tunggal
menit → max
24 jam
Dosis: 2gr
(<120kg)
atau 3gr
(≥120kg)
Diberikan
30-60
menit
sebelum
insisi

Operasi uroginekologia, BK Cefazolin Dosis IIIB


i:prolapse organ 1-2 gram, tunggal
pelvikdanataustress inkontinens iv drip 15 → max
(TVT atau TOT) menit, 30- 24 jam
60 menit
sebelum
insisi

Histeroskopidiagnostik / operatif B Tanpa - IIA


Antibiotik

*B = Operasi bersih, BK = Operasi Bersih Kontaminasi, T = Operasi


Terkontaminasi

32
Bakteri Nama dan
Diagnosis Pathogen Regimen
Durasi Ket
Infeksi penyebab Dosis
tersering Antibiotik

Infeksi
saluran kemih
:

 Sistitis E.coli Cotrimoxazole 3 hari


po 500 mg,
tiap 8
jam/hari

 Pielonefritis E.coli Pilihan 1 : 7 hari

Ciprofloxacin
po 500 mg
tiap 12 jam
atau

Cotrimoxsazol 7 hari
po 400 mg
tiap 12 jam

Pilihan II :

Ceftriaxon iv 1
gram tiap 12
jam

33
Leptospirosis Pilihan I : 10
hari

Penicillin
Procain im 1,2
juta unit tiap
6 jam

Atau
7 hari

Doxicyin
peroral 100
mg tiap 12
jam

Pilihan II :
7 hari

Ceftriaxon iv,
1 gram tiap 12
jam

Demam tifoid Salmonella Pilihan I :


thypi

Ciprofloxacin 7 hari
PO 500 mg
tiap 12 jam

34
Atau

Cotrimoxazole
PO 2 tablet
7 hari
forte tiap 12
jam

Atau

Ceftriaxone iv
1 gram tiap 12
jam 7 hari

Pilihan II :

Levofloxacin
inf 750 mg
7 hari
tiap 24 jam

Diabetic food Bakteri gram Pilihan I :


infection negative

Ciprofloxacin 10
iv 400 mg tiap hari
12 jam

plus

35
Metronidazole
iv 500 mg tiap
8 jam

Pilihan II :

10
Ceftriaxone iv
hari
1 gram tiap 12
jam

plus

Metronidazole
iv 500 mg tiap
8 jam

Diare akut Shigella, Ciprofloxacin 3 hari


karena infeksi per-oral 500
E.coli
bakteri mg tiap 12
jam atau 200
mg iv tiap 12
jam

Ciprofloxacin
per-oral 500
Salmonella 7 hari
mg tiap 12
jam atau 200
mg iv tiap 12
jam

36
Ciprofloxacin
per-oral 500
mg tiap 12
Vibrio jam atau 200 3 hari
cholera mg iv tiap 12
jam

Dysentri Entamoeba Metronidazole 10


amoeba histolytica per-oral, 700 hari
mg tiap 8 jam

Sepsis Bakteri gram Pilihan I :


negatif dan
atau gram
positif Ampicillin- 5 hari
sulbactam
500 mg IV tiap
6 jam

Pilihan II :

Cefoperazone- 5 hari
sulbuctam
500 mg IV tiap
8 jam

Septik syok Bakteri gram Pilihan I :


negatif dan
atau positif
Cefoperazone- 5 hari -
sulbactam

37
500 mg IV tiap
8 jam

Pilihan II :

5 hari Sebagai
Meropenem terapi
500 mg IV tiap definitif
8 jam sesuai hasil
kultur dan
atau
persetujuan
KPRA

Pneumonia Pilihan I :
komunitas
Erythromycin 5 hari
(CAP), rawat
500 mg PO
jalan tanpa
tiap 8 jam
komorbid
Pilihan II :
5 hari
Klaritromisin
500 mg PO
tiap 12 jam

Pilihan III :

Azitromisin
500 mg PO 3 hari
tiap 24 jam

Pneumonia Pilihan I :
komunitas
levofloxacin 5 hari
(CAP), rawat
500 mg PO
jalan dengan
tiap 12 jam
komorbid

38
Pilihan II :

Moksifloksasin
400 mg PO
5 hari
tiap 24 jam

Pneumonia Pilihan I :
komunitas
levofloxacin 5 hari
(CAP), Rawat
750 mg IV tiap
inap non ICU
24 jam

Pilihan II :

Moksifloksasin
400 mg IV tiap 5 hari
24 jam

Pneumonia Pilihan I :
komunitas
levofloxacin 5 hari
(CAP), Rawat
750 mg IV tiap
inap ICU
24 jam

Pilihan II :

Moksifloksasin
400 mg IV tiap 5 hari
24 jam

Hospital Pilihan I :
acquired
Ciprofloxacin 5 hari
pneumonia
400 mg IV tiap
(HAP)
8 jam

atau
5 hari

39
Levofloxacin
750 mg IV tiap
24 jam

Pilihan II :
5 hari
Cefoperazon-
sulbactam 1
gram IV tiap 8
jam

Ventilator Pilihan I :
associated
Cefoperazon- 5 hari
pneumonia
sulbactam 1
(VAP)
gram IV tiap 8
jam

Pilihan II :

Amiksin 750 5 hari


mg IV tiap 24
jam

Meningitis :

Immuno- S. pneumo, N. Pilihan I :


competent * meningi, H.
Ceftriaxone 2 14
Usia <50 influenza
gram IV tiap hari
tahun
12 jam

Pilihan II :

(Jika terjadi
reaksi alergi)
Moxifloxacin 14
400 mg IV tiap hari
24 jam

40
Pilihan I :

S. pneumo, Ceftriaxone 2
Listeria, gram IV tiap
12 jam PLUS
H. influenza,
Imunno- Ampicillin 2
competent N. mening, gram IV tiap 4
jam 14
*Usia >50 grup B
hari
tahun streptococci
Pilihan II :

(jika terjadi
reaksi alergi)
Moxifloxacin
400 mg IV tiap
24 jam

Pilihan I :

Cefepime 2
gram IV tiap 8
jam PLUS
Ampicillin 2
gram IV tiap 4
S. pneumo, N. jam
mening, H.
influenza,
Listeria,
(Gram
14
Imunno- negative)
hari
compromised
(transplan
organ solid,

41
leukemia atau
neoutropenia)

Meningitis S. pneumo Pilihan I : 14


post (jika CSF hari
Cefepime 2
neurosurgery bocor), H.
gram tiap 8
atau trauma influenza,
jam
penetrasi Staphylococci,
kepala Gram- Pilihan II :
negatives 14
(jika terjadi hari
reaksi alergi)

Ciprofloxacin
400 mg IV tiap
8-12 jam

Shunt yang S. aureus, Pilihan I :


terinfeksi coagulase-
Cefepime 2 7-14
negatif
gram tiap 8 hari
staphylococci,
jam

Pilihan II :
Gram-
(jika terjadi
negative
reaksi alergi)
(jarang)
Ciprofloxacin
400 mg IV tiap
8-12 jam

Abses Cerebri S. aureus, Pilihan I :


Streptococci,
Sumber tidak Ceftriaxone 2 14-21
Gram-
diketahui gram tiap 12 hari
negative,
jam PLUS
Anaerob
Metronidazole

42
400 mg IV tiap
6 jam

Pilihan II :

Ciprofloxacin
400 mg IV tiap
8 jam PLUS
Metronidazole
400 mg IV tiap
6 jam

43
BAB IV

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK TERAPI EMPIRIS

Penggunaan antibiotik terapi empiris adalah penggunaan


antibiotic pada kasus infeksi yang belum diketahui jenis bakteri
penyebabnya. Tetapi antibiotik empiris diberikan selama 3-5 hari
untuk dilakukan evaluasi respon klinis dan/ atau perkembangan hasil
laboratorium. Setelah ada hasil pemeriksaan mikrobiologi maka segera
disesuaikan antibiotik defenitif sesuai hasil atibiogramnya.

Yang dimaksud antibiotik pilihan pertama adalah antibiotik


yang menjadi pilihan pertama untuk terapi empiris. Antibiotik pilihan
kedua adalah antibiotik yang digunakan jika antibiotik pilihan
pertama tidak dapat digunakan dengan alas an kondisi khusus,
misalnya tidak memberikan respon perbaikan klinis, terjadi efek
samping obat/reaksi alergi, kontra indikasi, terkait ketersediaan obat.
Antibiotik pilihan ketiga adalah antibiotik yang digunakan jika
antibiotik pilihan pertama dan antibiotic pilihan kedua tidak dapat
digunakan karena kondisi khusus.

2.1 Daftar diagnosis klinis infeksi dan terapi antibiotik empiris pada
pasien dewasa

Bakteri Nama dan


Diagnosis Pathogen Regimen Duras
Ket
Infeksi penyebab Dosis i
tersering Antibiotik

Infeksi
saluran
kemih :

44
 Sistitis E.coli Cotrimoxazole 3 hari
po 500 mg,
tiap 8
jam/hari

 E.coli Pilihan 1 : 7 hari


Pielonefriti
s
Ciprofloxacin
po 500 mg
tiap 12 jam
atau

Cotrimoxsazol 7 hari
po 400 mg
tiap 12 jam

Pilihan II :

Ceftriaxon iv
1 gram tiap
12 jam

Leptospirosis Pilihan I : 10
hari

Penicillin
Procain im
1,2 juta unit
tiap 6 jam

45
Atau

7 hari

Doxicyin
peroral 100
mg tiap 12
jam

Pilihan II :

7 hari
Ceftriaxon iv,
1 gram tiap
12 jam

Demam tifoid Salmonella Pilihan I :


thypi

Ciprofloxacin 7 hari
PO 500 mg
tiap 12 jam

Atau

Cotrimoxazole
PO 2 tablet 7 hari
forte tiap 12
jam

46
Atau

Ceftriaxone iv
1 gram tiap
7 hari
12 jam

Pilihan II :

Levofloxacin
inf 750 mg 7 hari
tiap 24 jam

Diabetic food Bakteri gram Pilihan I :


infection negative

Ciprofloxacin 10
iv 400 mg tiap hari
12 jam

plus

Metronidazole
iv 500 mg tiap
8 jam

Pilihan II :

47
Ceftriaxone iv 10
1 gram tiap hari
12 jam

plus

Metronidazole
iv 500 mg tiap
8 jam

Diare akut Shigella, Ciprofloxacin 3 hari


karena infeksi per-oral 500
E.coli
bakteri mg tiap 12
jam atau 200
mg iv tiap 12
jam

Ciprofloxacin
per-oral 500
Salmonella 7 hari
mg tiap 12
jam atau 200
mg iv tiap 12
jam

Ciprofloxacin
per-oral 500
mg tiap 12
Vibrio jam atau 200 3 hari
cholera mg iv tiap 12
jam

48
Dysentri Entamoeba Metronidazole 10
amoeba histolytica per-oral, 700 hari
mg tiap 8 jam

Sepsis Bakteri gram Pilihan I :


negatif dan
atau gram
positif Ampicillin- 5 hari
sulbactam
500 mg IV
tiap 6 jam

Pilihan II :

Cefoperazone- 5 hari
sulbuctam
500 mg IV
tiap 8 jam

Septik syok Bakteri gram Pilihan I :


negatif dan
atau positif
Cefoperazone- 5 hari -
sulbactam
500 mg IV
tiap 8 jam

Pilihan II :

5 hari Sebagai
terapi

49
Meropenem definitif
500 mg IV sesuai
tiap 8 jam hasil
kultur dan
atau
persetujua
n KPRA

Pneumonia Pilihan I :
komunitas
Erythromycin 5 hari
(CAP), rawat
500 mg PO
jalan tanpa
tiap 8 jam
komorbid
Pilihan II :
5 hari
Klaritromisin
500 mg PO
tiap 12 jam

Pilihan III :

Azitromisin
500 mg PO 3 hari
tiap 24 jam

Pneumonia Pilihan I :
komunitas
levofloxacin 5 hari
(CAP), rawat
500 mg PO
jalan dengan
tiap 12 jam
komorbid
Pilihan II :

Moksifloksasi
n 400 mg PO 5 hari
tiap 24 jam

50
Pneumonia Pilihan I :
komunitas
levofloxacin 5 hari
(CAP), Rawat
750 mg IV
inap non ICU
tiap 24 jam

Pilihan II :

Moksifloksasi
n 400 mg IV 5 hari
tiap 24 jam

Pneumonia Pilihan I :
komunitas
levofloxacin 5 hari
(CAP), Rawat
750 mg IV
inap ICU
tiap 24 jam

Pilihan II :

Moksifloksasi
n 400 mg IV 5 hari
tiap 24 jam

Hospital Pilihan I :
acquired
Ciprofloxacin 5 hari
pneumonia
400 mg IV
(HAP)
tiap 8 jam

atau
5 hari
Levofloxacin
750 mg IV
tiap 24 jam

Pilihan II :

Cefoperazon-
sulbactam 1 5 hari

51
gram IV tiap 8
jam

Ventilator Pilihan I :
associated
Cefoperazon- 5 hari
pneumonia
sulbactam 1
(VAP)
gram IV tiap 8
jam

Pilihan II :

Amiksin 750 5 hari


mg IV tiap 24
jam

Meningitis :

Immuno- S. pneumo, Pilihan I :


competent * N. meningi,
Ceftriaxone 2 14
Usia <50 H. influenza
gram IV tiap hari
tahun
12 jam

Pilihan II :

(Jika terjadi
reaksi alergi)
Moxifloxacin 14
400 mg IV hari
tiap 24 jam

Pilihan I :

Ceftriaxone 2
S. pneumo, gram IV tiap
Listeria, 12 jam PLUS
Ampicillin 2
H. influenza,

52
Imunno- N. mening, gram IV tiap 4
competent grup B jam
14
*Usia >50 streptococci
Pilihan II : hari
tahun
(jika terjadi
reaksi alergi)
Moxifloxacin
400 mg IV
tiap 24 jam

Pilihan I :

Cefepime 2
gram IV tiap 8
jam PLUS
Ampicillin 2
gram IV tiap 4
S. pneumo, jam
N. mening, H.
influenza,
Listeria,
(Gram
negative)
14
Imunno-
hari
compromised
(transplan
organ solid,
leukemia
atau
neoutropenia)

Meningitis S. pneumo Pilihan I : 14


post (jika CSF hari
neurosurgery bocor), H.

53
atau trauma influenza, Cefepime 2
penetrasi Staphylococci gram tiap 8
kepala , Gram- jam
negatives 14
Pilihan II :
hari
(jika terjadi
reaksi alergi)

Ciprofloxacin
400 mg IV
tiap 8-12 jam

Shunt yang S. aureus, Pilihan I :


terinfeksi coagulase-
Cefepime 2 7-14
negatif
gram tiap 8 hari
staphylococci
jam
,
Pilihan II :

(jika terjadi
Gram-
reaksi alergi)
negative
(jarang) Ciprofloxacin
400 mg IV
tiap 8-12 jam

Abses Cerebri S. aureus, Pilihan I :


Streptococci,
Sumber tidak Ceftriaxone 2 14-21
Gram-
diketahui gram tiap 12 hari
negative,
jam PLUS
Anaerob
Metronidazole
400 mg IV
tiap 6 jam

Pilihan II :

Ciprofloxacin
400 mg IV

54
tiap 8 jam
PLUS
Metronidazole
400 mg IV
tiap 6 jam

55
2.2 Daftar diagnosis klinis infeksi dan terapi antibiotik empiric pada
pasien anak

Bakteri
Nama dan
Diagnosis Pathogen Dura
Regimen Dosis Ket
Infeksi penyebab si
Antibiotik
tersering

Bullous Cloxacillin PO 10-14


impetigo, atau IV 15 hari
Cellulitis of mg/kgBB/dosis
unknown tiap 8 jam
etiologi,
Cellulitis
buccal,
pyoderma,
staphylococca
I scalded skin
syndrome

Leptospirosis, Leptospira Ceftriaxone IV 50 7 hari


pasien rawat mg/kgBB/hari,
inap tiap 24 jam

Doxicyclin peroral
4 mg/kgBB/hari 7-10
Leptospirosis,
(maks hari
pasien rawat
200mg/hari), tiap
jalan
12 jam

(usia > 7
tahun )

56
Typhoid fever Salmonella Pilihan I :

Typhosa

Chloramphenicol 7-10 bila


1 PO atau IV 50- hari intoleran
100 mg/kg/hari, si
tiap 6 jam dengan
Chloram
p
Pilihan II :

Cotrimoxazole PO
8 mg/kg/hari dari
TMP tiap 12 jam
10
hari
Pilihan III : bila tifoid
berat

Ceftriaxone IV 100
mg/kgBB/hari,
tiap 12 jam

Pilihan IV :
5 hari

Ciprofloxacin IV
life
atau PO 15
threateni
mg/kg/kali, tiap
ng
12 jam
penggun

57
aan > 2
minggu

10-14
hari

Diphtheria Corynebacterium Pilihan I :


difteria

Erythromycin PO 10-14 Difteri


40-50 hari berat
mg/kg/hari, tiap
6 jam

Pilihan II :

Penicillin procain
inj 50.000- 10-14
100.000 hari
IU/kgBB/hari,
tiap 12 jam

Pharyngitis Amoxicillin PO 20- 10


bacterial 75 mg/kg/hari, hari
tiap 8 jam

Atau

58
Erythromycin PO 10
40 mg/kg/hari, hari
tiap 6 jam

Sepsis Bakteri gram Pilihan I :


negative atau
gram positive
Ampicillin 10-14
Sulbactam IV 200 hari
mg/kgBB/hari,
terbagi 4 dosis
tiap 6 jam

Jika tidak ada


perbaikan klinis
dalam waktu 3
hari dan
procalcitonin
meningkat, maka
dapat
ditambahkan

Gentamycin Inj 5-
7 mg/kgBB/hari,
terbagi dalam 1-2
dosis tiap 12-24
jam

Pilihan II :
10-14
hari

59
Meropenem IV 30-
120mg/kgBB/hari
terbagi dalam 2-3
dosis, tiap 8-12
jam
Sebagai
terapi
definitif
sesuai
hasil
7 hari kultur
dan atau
persetuju
an KPRA

Pneumonia bakteria atipikal Pilihan I :


pada anak
mycoplasma
usia < 3
pneumonia
tahun Ampicilin IV 500- 10
streptococcus 100mg/kgBB/hari hari
pneumonia tiap 12 jam

Pilihan II :

Gentamycin IV 5-
7.5mg/kgBB/hari
tiap 12-24 jam

10
hari
Pilihan III :

60
Cefotaxim IV 150-
200
mg/kgBB/hari
tiap 8 jam

10
hari

Pneumonia Bakteria atipikal Pilihan I :


pada anak
Mycoplasma
usia 3-5
pneumonia
tahun Ampicilin IV 50- 10
Streptococcus 100 hari
pneumoniae mg/kgBB/hari
tiap 8 jam

Pilihan II :

Cho;ramphenico I
IV 50
mg/kgBB/hari
tiap 8 jam 10
hari

Pilihan III :

Cefotaxim IV 150-
200

61
mg/kgBB/hari
tiap 8 jam

10
hari

Pneumoniae bakteria atipikal Pilihgan I :


pada anak
mycoplasma
usia > 5
pneumonia
tahun Ampicillin IV 50- 10
streptococcus 100 hari
pneumonia mg/kgBB/hari
tiap 6-8 jam

Pilihan II :

Cholramphenico 1
IV 50
mg/kgBB/hari
tiap 8 jam 10
hari

Pilihan III :

Ceftriaxone IV 50-
75 mg/kgBB/hari
tiap 12-24 jam

10
hari

62
2.3 Daftar diagnosis klinis infeksi dan terapi antibiotik empiric pada
pasien neonates

Bakteri
Nama dan
Diagnosis Pathogen
Regimen Dosis Durasi Ket
Infeksi penyebab
Antibiotik
tersering

Sepsis Stafilokokus Pilihan I :


neonatorum coagulase
awitan dini negative,
Ampisilin IV 50 3-14
E Coli,
mg/kgBB/dosis hari
Klebsiela
tiap 12 jam per
Pneumonia,
hari
Sepsi Enterococcus,
neonatorum Pseudomona,
awitan Stafilokokus
aureus DAN
lambat

Gentamisin IV 5
mg/kgBB/dosis

Berat lahir <1200 3-14


g hari
Usia ≤7 hari : tiap
48 jam

Usia 8-30 hari :


tiap 36 jam

Usia >30 hari :


tiap 24 jam

63
Berat lahir ≥
1200g

Usia ≤7 hari : tiap


36 jam

Usia >7hari : tiap


24 jam

Pilihan II :

Cefoperazone-
sulbactan IV 50
mg/kgBB/dosis
tiap 8-12 jam per
hari

DAN

Amikasin IV 7.5
mg/kgBB/dosis 3-14
hari
Usia kronologis :

<28 minggu tiap


36 jam

28-29 minggu tiap


24 jam

30-35 minggu tiap


18 jam

≥36 minggu tiap 3-14


12 jam hari

64
≥37 minggu dan
>hari tiap 8 jam

Pilihan III :

Meropenem IV 20-
40mg/kgBB/dosis

Usia ≤7 hari tiap


12 jam

Usia >7 hari tiap


8 jam

DAN/ ATAU

Amikasin IV 7.5
mg/kg/kali Sebagai
terapi
Usia kronologis : definitif
sesuai hasil
<28 minggu tiap
kultur dan
36 jam
atau
28-29 minggu tiap persetujuan
10-14
24 jam KPRA
hari
30-35 minggu tiap
18 jam

≥36 minggu tiap


12 jam

≥37 minggu dan >


hari tiap 8 jam

65
10-14
hari

66
67
2.4 Daftar diagnosis klinis infeksi dan terapi antibiotik empiric pada pasien penyakit mata

Keadaan Rekomendas Dosis Empiris Lama


No.
klinik /
Kuman
i /
Interval Ket
Penyebab Dewasa Anak pemberian
penyakit antimikroba profilaksi
/ s
tindakan
1 Bleparitis : Staphylococcu Topikal: EMPIRIS 6 jam 7-14 hari
Anterior s sp. Oxytetracycline
1% salep mata
Sistemik: PO : 250-500 EMPIRIS 24 jam 5 hari
Azithromycin mg
Sistemik: PO : 100 mg EMPIRIS 12-24 jam Hingga 4
Doxycycline minggu
2 Konj Neisse Sistemik: IM : 1 IM : max. EMPIRIS IM : 24 IM : Single dose IM :bila
ungti ria Ceftriaxone gram atau 125mg atau jam atau atau tidak
vitis : gonorr IV : 1 gram IV : 25-50 IV : 12 jam IV : 3 hari ada
Gono hoeae mg/kg keterliba
cocca
tan
l
kornea.
IV : bila
didapatk
an
Keterlibata
n kornea
Topikal: 1 tetes (mata) 1 tetes (mata) EMPIRIS Hingga 1 5-7 hari
Levofloxacin tetes
0.3% tiap
jam
3 Konj Chla Sistemik : PO : 500 mg PO : 12.5 EMPIRIS 6 jam 7 hari
ungti mydi Erythromycin mg/kg

68
vitis : a Sistemik : PO : 100 mg EMPIRIS 12 jam 7 hari
Klami tracho Doxycyline
dial matis Sistemik : PO : 1 gram EMPIRIS 24 jam Single dose
Azithromycin
Topikal: EMPIRIS 6 jam 7 hari
Oxytetracyclin
e 1%
salep mata
4 Konju Staphyloccus Topikal: 1 tetes (mata) 1 tetes (mata) EMPIRIS 4-6 jam 5-7 hari
ngtivi sp. Polymyx
tis : H. Influenzae in-
Purul Neomyci
en n
Akut
Topikal: 1 tetes (mata) 1 tetes (mata) EMPIRIS 4-6 jam 5-7 hari
Tobramiycin

Topikal: 1 tetes (mata) 1 tetes (mata) EMPIRIS 4-6 jam 5-7 hari
Levofloxacin
0,5%
5 Keratitis Gram Topikal: 1 tetes (mata) 1 tetes (mata) EMPIRIS Hingga 1 7-14 hari Bila
Bakterial positif: Levofloxacin tetes kondisi
Staphylococ 0,5% tiap jam klinis
cus sp. berat
Streptococc dapat
us sp. diberikan
Pseudomon terapi
as sesuai
aeruginosa ulkus
(pengguna kornea.
lensa
kontak)
Gram negatif:

69
Neisseria sp.

Topikal: 1 tetes (mata) 1 tetes (mata) EMPIRIS 4-6 jam 7-14 jam
Moxifloxa
cin 0,5%
6 Ulkus Gram Sistemik: IVFD : 200 mg EMPIRIS IVFD : 12 IVFD : 5 hari Bila
Korne positif: Ciprofloxacin atau jam atau didapatkan
a Staphylococ PO : 500 mg atau PO : 7-14 hari hipopion
Bakte cus sp. PO : 12 jam atau
rial Streptococc ulkus
us sp. luas di
Pseudomon sentral
as
aeruginosa
(pengguna
lensa
kontak)
Gram
negatif:
Neisseri
a sp.
Topikal: 1 tetes (mata) 1 tetes (mata) EMPIRIS Hingga 1 7-14 hari Pada
Levofloxacin tetes fase
0,5% tiap jam akut
antibioti
ka
topikal
dapat
diberika
n
bahkan tiap
5 menit.

70
Topikal: 1 tetes (mata) 1 tetes (mata) EMPIRIS 4-6 jam 7-14 jam
Moxifloxacin
0,5%
Fortified: 1 tetes (mata) 1 tetes (mata) EMPIRIS Hingga 1 Maks 7 hari Antibiotika
Cefazolin F tetes tiap fortified
jam dibuat
dengan
mencampur
kan sediaan
tetes mata
dan injeksi,
atau
mengencerk
an
sediaaninjek
si
Fortified: 1 tetes (mata) 1 tetes (mata) EMPIRIS Hingga 1 Maks 7 hari
Dibekacin F tetes
tiap jam
Fortified: 1 tetes (mata) 1 tetes (mata) EMPIRIS Hingga 1 Maks 7 hari
Gentamic tetes tiap
in F jam

7 Endophthal Post Intravitr Vancomycin Vancomycin EMPIRIS Dapat Injeksi


mitis operatif: eal: 0.1ml 0.1 ml diulang intravitreal
Staphyloc Vancom + + setelah 48- dilakukan
ocus sp. ycin 1 Ceftazidime Ceftazidime 72 jam bersamaan
Streptoco mg/0.1 0,1 ml 0,1 ml dengan tap
ccus sp. ml + vitreus dan/

71
Post Ceftazidi akuos di
trauma: me kamar
Staphyloc 2,25 mg/0.1 operasi.
occus ml
epidermi
dis
Sistemik: IVFD : 200 EMPIRIS IVFD : 12 IVFD : 5
Ciprofloxacin mg jam atau hari atau
atau PO : 12 PO : 7-10
PO : 750 mg jam hari
Topikal: 1 tetes (mata) 1 tetes (mata) EMPIRIS 4-6 jam 7-14 jam
Moxifloxacin
0,5%
Topikal: 1 tetes (mata) 1 tetes (mata) EMPIRIS Hingga 1 Maks 7 hari Sediaan
Vancomycin tetes tiap tetes mata
50mg/ml jam Vancomyci
n dibuat
dari sisa
obat untuk
injeksi
intravitreal
8 Prosed Sistemik: 500 mg PO EMPIRIS 12 jam 5 hari Terapi Post
ur Ciprofloxacin Operatif
operas Topikal: 1 tetes (mata) 1 tetes (mata) EMPIRIS 4 jam 7-10 hari
i
Levofloxacin
intrao
0,5%
kuli
Topikal: 1 tetes (mata) 1 tetes (mata) EMPIRIS 4-6 jam 7-10 hari
Moxifloxacin
0,5%
9 Ocular Toxoplasma Cotrimoxazole PO : 960 mg EMPIRIS 12 jam 4-6 minggu
toxoplasmosi gondii Clindamycin PO : 300 mg EMPIRIS 6 jam 4-6 minggu
s Azithromycin PO : 250- EMPIRIS 24 jam 3 minggu
500mg

72
Spiramycin PO : 400 mg EMPIRIS 8 jam 4-6 minggu Infeksi Akut
pada Ibu
Hamil

Keadaan Rekomend Dosis Empiris / Lama


No. Kuman Interval Keterangan
klinik / asi Dewasa Anak profilaksis pember
Penyebab
penyakit antimikrob ian
/ a
tindakan
10 Selulitis: Staphyloc Sistemi PO : 625 mg EMPIRIS 8 jam 5-7 hari
Preseptal occus sp. k:
Streptococ Amoxic
cus sp. illin-
H. Influenzae Clavulanate
acid
Sistemik: PO : 100 mg EMPIRIS 12 jam 5-7 hari
Cefixime
Topikal: EMPIRIS 6 jam 7-10 hari
Chloramphenic
ol
Salep Mata
11 Selulitis: Staphyloc Sistemik: IV : 1 gram EMPIRIS 24 jam 5 hari
Orbital occus sp. Ceftriaxone
Streptococ Sistemik: PO : 100 mg EMPIRIS 12 jam 7-10 hari
cus sp.
Cefixime
H. Influenzae
Topikal: 1 tetes (mata) 1 tetes (mata) EMPIRIS Hingga 10-14
Levofloxacin 1tetes hari
0,5% tiap jam
Topikal: EMPIRIS 6 jam 10-14
Chloramphenic hari
ol
Salep Mata

73
2.5 Daftar diagnosis klinis infeksi dan terapi antibiotik empiric pada pasien penyakit gigi dan mulut

Keadaan klinik / Rekomendasi Dos Empi La


No. Kuman Inte Ket
penyakit / antimikroba is ris / ma
Penyebab rval
tindakan Dewasa Anak Profil pe
aksis mbe
rian
1 Infeksi gusi dan Campuran Amoxicillin PO : 500 mg EMPIRI 8 jam 5 hari
. jaringan pendukung bakteri S
: Gingivitis, anaerob dan Amoxicillin– PO : 650 mg EMPIRI 8 jam 5 hari
Periodontitis, aerob oral Clavulanic S
Perikoronitis floral acid
2 Infeksi Jaringan Keras : Campuran Amoxicillin PO : 500 mg EMPIRI 8 jam 5 hari
. Alveolitis, Subperiotitis, bakteri S
Periotitis, Osteomielitis anaerob dan Amoxicillin– PO : 650 mg EMPIRI 8 jam 5 hari
aerob oral Clavulanic acid S
floral
3 Infeksi Kelenjar Air Campuran Amoxicillin– PO : 650 mg EMPIRI 8 jam 5 hari
. Liur : bakteri Clavulanic acid S
Parotitis, Sialodenitis, anaerob dan Ciprofloxacin PO : 500 mg EMPIRI 8 jam 5 hari
Sialodochitis, aerob oral S

74
Periadenitis floral Clindamycin PO : 300 mg EMPIRI 8 jam 5 hari
S
4 Abses : Campuran Amoxicillin– PO : 650 mg EMPIRI 8 jam 5 hari
. Spasium dan bakteri Clavulanic acid S
Dentoalveolar Abses, anaerob dan Metronidazole PO : 500 mg EMPIRI 8 jam 5 hari
Periodental Abses, aerob oral S
Pulpitis Purulenta, floral Ciprofloxacin PO : 500 mg EMPIRI 12 5 hari Pada
Osteomyelitis S jam infeksi
Purulenta berat
dapat
diberika
n setiap
8 jam
Clindamycin PO : 300 mg EMPIRI 8 jam 5 hari
S

75
BAB V

LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Penyesuaian Dosis Pada Kelainan Ginjal

Waktu Dosisi Dosis berdasarkan CrCI


Paruh(Jam) (fungsi (ml/min)
Antibiotik ginjal
Nor ESR normal >50-90 10-50 <10
mal D )

Aminoglycoside Antibiotics : Traditional multiple daily doses-adjustmen


for renal diseasae

Amikacin 1.4- 17- 7.5 mg 17.5 7.5 7.5


2.3 150 per mg/kg mg/kg/2 mg/kg/48
kg/12 /12 4 jam jam
jam jam
atau
15 mg
per
kg/har
i

Tobramycin 2-3 20- 1.7 mg 100%/ 100%/12 100%/48


60 per 8 jam -24 jam jam
kg/8
jam

Netilmicin 2-3 35- 2.0 mg 100%/ 100%/12 100%/48


72 per 8 jam -24 jam jam
kg/8
jam

Streptomycin 2-3 30- 15 mg Tiap 24 Tiap 24- Tiap 72-96


80 per kg jam 72 jam jam
(max.of

76
1.0
g)/24
jam

Golongan karbapenem

Meropenem 1 6-8 1.0 g/8 1.0 g/8 1.0 g/12 0.5 g/24
jam jam jam jam

Golongan Sefalospori

Cefazolin 1.9 40- 1.0-2.0 /8jam /12 jam /24-48 jam


70 g/8
jam

Cefepime 2.2 18 2.0 g/8 2 g/8 2 g/12- 1 g/24 jam


jam jam 24 jam
(max
dosis)

Cefatoxim.cefti 1.7 15- 2.0 g/8 /8-12 /12-24 /24-48 jam


oxime 35 jam jam jam

Ceflazidime 1.2 13- 2 g/8 /8-12 /12-24 /24-48 jam


25 jam jam jam

Cefuroxime 1.2 17 0.75- /8 jam /8- /24 jam


sodium 1,5 g/8 12jam
jam

Golongan Florokuinolon

Ciprofloxacin 3.6 6-9 500- 100% 50-75% 50%


700 mg 400 mg
po IV/24
(atau jam
400 mg
IV)/12
jam

77
Levofloxacin 6.8 76 750 750 20- <20: 750
mg/24 mg/24 49:750 mg/24 jam
jam iv, jam mg/48 kemudian
po jam 500 mg/48
jam

Golongan Makrolid

Clarithomycin 5-7 22 0.5-1.0 100% 75% 50-75%


gr/12
jam

Erythromycin 14 5-6 250- 100% 100 50-75%


500
mg/6
jam

Golongan Penisilin

Amoxcillin 1 5-20 250- /8 jam /8-12 /24jam


500 jam
mg/8
jam

Ampicillin 1 7-20 /6 jam /6-12 /12-24 jam


jam

Amoxcillin/Cla 1.3A 1 500/1 500/1 250-500 250-500


vulanate M 5- 25 25 mg AM mgAM
20 mg/8 mg/8 compone component
4 jam jam nt/13 /24 jam
jam

Aztreonam 2 6-8 2 g/8 100% 50-75% 25%


jam

Penicillin G 0.5 -2 0.5-4 100% 75% 20-50%


milion

78
U/4ja
m

Golongan Tetrasiklin

Tetracycline 6-10 57- 250- /8-12 /12 jam- /24jam


108 500 jam 24 jam
mg/6
jam

Golongan Miscelaneus

Colistin <6 ≥48 80-160 160 160 160 mg/36


mg/8 mg/8 mg/24ja jam
jam jam m dosis
untuk
CRRT

Daptomycin 9.4 30 4-6 mg 4-6 mg CrCi<30, 4-6 mg per


per kg per kg kg/48 jam
per per
hari hari

Linezolid 5.6 6.8 600 mg 600 600 600 mg/12


po/IV/ mg/12 mg/12 jam AD
12 jam jam jam
dosis
sama
untuk
CRRT

Metronidazole 6-14 7 21 7.5 mg 100% 100% 50%


per dosis
kg/6 sama
jam untuk
CRRT

79
Nitrofurantion 0.5 1 50-100 100% Hindarka Hindarkan
mg n

Sulfametazole( 10 20- 1.0 g/8 /12 /18 h /24jam


SMX) 50 jam jam dosis
sama
untuk
CAVH

Trimetroprim 11 20- 100- /12 >30/12 /24 jam


49 200 jam jam 10-
mg/12 30: /18
jam jam
dosis
sama
untuk

CRRT

Trimethoprim-sulfamethoxazole DS (Doses based on TMP component

Terapi Seba Seba 5-20 5-20 30-50:5- Tidak


(berdasarkan gai gai mg/kg mg/kg 7.5 direkomen
TMP) TMP TMP /hari /hari mg/kg/8 dasikan
terbagi terbagi jam tetapi jika
/6-12 /6-12 (dosis digunakan:
jam jam sama 5-10
untuk mg/kg per
CRRT) dosis/24
10=29: jam
5-10
mg/kg/1
2 jam

80
TMP-SMX Seba Seba 1 tab 100% 100% 100%
Prohilaylaxis gai gai po/24
TMP TMP jam
atau
3x/min
ggu

Vancomycin 6 200- 1 g/12 1 g/12 1 g/12 1g/4-7 hari


250 jam jam jam

Lampiran 2 Level ofEidences

Tingkat pembuktian dan rekomendasi, mengacu pada Peraturan


Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
2406/MENKES/PER/XII/2011 tentang Pedoman Umum Penggunaan
Antibiotik, sebagai berikut:

TINGKAT PEMBUKTIAN (STATEMENTS OF EVIDENCE)

LEVEL EVIDENCES

Ia Fakta diperoleh dari meta-analisis (meta-analysis) atau


telaah sistematik (systematic review) terhadap uji klinik
acak berpembanding (randomized control trial)

Ib Fakta diperoleh dari sekurang-kurangnya satu uji klinik


acak berpembanding

IIa Fakta diperoleh dari sekurang-kurangnya satu studi


berpembanding, tanpa acak, yang dirancang dengan baik

81
IIb Fakta diperoleh dari sekurang-kurangnya satu studi kuasi-
eksperimental yang dirancang dengan baik

III Fakta diperoleh dari stud observasi yang dirancang dengan


baik misalnya studi kohort, kasus-kontrol, dan potong
lntang

IV Fakta diperoleh dari laporan kasus dan opini komite ahli


dan/atau pengalaman klinik dari pakar yang
disegani.(pendapat expert)

REKOMENDASI

A – high recommendation Sangat diirekomendasikan berdasarkan


(sangat bukti tingkat Ia dan Ib.
direkomendasikan)

B - moderate Derekomendasikan berdasrkan bukti


recommendation tingkat IIa dan IIb.
(direkomendasikan)

C – low recommendation Tidak direkomendasikan berdasarkan


(tidak direkomendasikan) bukti III

D – very low Tidak direkomendasikan berdasarkan


recommendation (tidak bukti IV.
direkomendasikan)

82
BAB VI

PENUTUP

Panduan Penggunaan Antibiotik Profilaksis (PPAB) diterbitkan


untuk dilaksanaan sesuai dengan ketentuan yang sudah
berlaku.apabila didapatkan perbedaan atau perselisihan pendapat
tentang panduan penggunaan antibiotik ini, maka akan diselesaikan
secara diskusi berdasarkan evidence based medicine yaang diakui dan
dipahamibermanfaat untuk untuk meningkatkan layanan perawatan
pasien. Pandangan akademik masing-masing pihak akan saling
dihihormati dan disinkronisasi untuk mendapatkan kesepakatan yang
obyektif, rasional dan berguna bagi kesembuhan pasien.

Pembaharuan dan evaluasi secara reguler akan dilakukan untuk


memperbaiki dan menyempurnakan panduan penggunaan antibiotik
profilaksis dan terapi dengan kesesuaian pelaksanaan di lapangan
setiap 2-3 tahun. Semua saran perbaikan dapat disampaikan demi
perbaikan dan kesempurnaan panduan ini. Atas perhatian dan kerja
sama positif semua pihak disampaikan terima kasih.

83

Anda mungkin juga menyukai