Laporan Kasus I. Identitas Pasien
Laporan Kasus I. Identitas Pasien
I. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : An.Halfin
Usia : 7 tahun
Alamat : Belopa
II. ALLOANAMNESIS
Keluhan Utama:
Sesak
Sesak dialami 2 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit,Penderita tampak bengkak
seluruh tubuh.Bengkak diawali pada kelopak mata sejak 2 minggu yang lalu SMRS
terutama pada pagi hari saat bangun tidur dan bengkak berkurang pada siang dan sore
hari.Bengkak kemudian menjalar ke wajah,perut,kaki dan seluruh tubuh.Selama bengkak
tersebut pasien mengeluh pula buang air kecilnya jadi jarang.Penderita juga mengeluh
kencingnya berwarna kemerahan seperti the.tidak terasa sakit saat BAK.Keluhan pasien
ini di dahului dengan baruk pilek 2 minggu yang lalu.Keluhan juga di sertai demam dan
batuk.Pasien tidak mengeluh adanya mual,muntah,sakit kepala,kejang,lemah atau
kehilangan nafsu makan. BAB dalam batas normal.
Penderita baru pertama kali seperti ini.Tidak ada riwayat kontak dengan penderita batuk
lama.
Kesadaran : Komposmentis
Tanda Vital :
TD : 140/90 mmHg
Suhu : 37,5
Nadi : 80x/menit,regular
RR : 32x/menit
Antropometri :
BB: 25 kkg
= 25 kg : (1,05) x (1,05)
= 22,67
Status Generalis :
Dada :
Ekstremitas Atas:
- Akral : hangat
- Edema :+/+
- RCT : 1 detik
- Turgor kulit : kembali cepat
Ektremitas Bawah :
- Akral : hangat
- Edema : +/+
- RCT :1 detik
- Inguinal : tidak ada pembesaran kelenjar inguinal
- Anus dan rectum : dalam batas normal
- Genitalia : Skrotum Edema
VI. RESUME :
Sesak dialami 2 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit,Penderita tampak bengkak
seluruh tubuh.Bengkak diawali pada kelopak mata sejak 2 minggu yang lalu SMRS
terutama pada pagi hari saat bangun tidur dan bengkak berkurang setelah siang dan sore
hari.Bengkak kemudian menjalar ke wajah,perut,kaki dan seluruh tubuh.Selama bengkak
tersebut pasien mengeluh pula buang air kecilnya jadi jarang .Penderita juga mengeluh
kencingnya berwarna kemerahan seperti the.tidak terasa sakit saat BAK.Keluhan pasien
ini di dahului dengan baruk pilek 2 minggu yang lalu. Keluhan juga di sertai demam dan
batuk .Pasien tidak mengeluh adanya mual,muntah,sakit kepala,kejang,lemah atau
kehilangan nafsu makan.Penderita belum pernah mengalami sakit kuning,BAB dalam
batas normal. Penderita baru pertama kali seperti ini.Tidak ada riwayat kontak dengan
penderita batuk lama. Riwayat penyakit dalam keluarga yang sama tidak ada.
VII. ASSESSTMENT :
Sindrome Nefritik Akut
PLANNING :
Pemeriksaan penunjang: Foto thorax,protein total plasma ,kreatinin dan ureum,kolesterol
total,serum C3,Asto
VIII. PENATALAKSANAAN :
Makanan Biasa,diet rendah garam
Protein 2gr/hari/kgbb
Captopril 2x12,5mg
Furosemide 2x15 mg
\
A. PENDAHULUAN
b. Reabsorbsi
Zat-zat yang difiltrasi ginjal dibagi dalam 3 bagian yaitu: non elektrolit dan air.
Setelah filtrate langka kedua adalah rebasobsi selektif zat-zat tersebut kembali lagi
zat-zat yang sudah difiltrasi
c. Sekresi
Sekresi tubular melibatkan tranforaktif molekul-molekul dari aliran darah melalui
tubulus ke dalam filtrat. Banyak substansi yang disekkresi tidak terjadi secara
alamia dalam tubuh (misalnya penisilin). Substatnsi yang secara alamia terjadi
dalam tubuh termasuk asam urat dan kalium serta ion-ion hidrogen. Pada tubulus
distalis, tranfor aktif natrium sitstem carier yang terlibat dalam sekresi hidrogen
dan ion-ion kalium tubular.
Pada anak-anak jumlah urine dalam 24 jam lebih kurang dan sesuai dengan umur:
1). 1-2 hari: 30-60ml
2). 3-10: 100-300ml
3). 10 hari-2 bulan : 250-450
4). 2 bulan-1 tahun: 400-500ml
5). 1-3 tahun: 500-600ml
6). 3-5 tahun : 500-600
7). 5-8 tahun: 650-800 ml
8). 8-14 tahun: 800-1400ml
C. DEFINISI
Sindrom Nefritik Akut (SNA) merupakan suatu kumpulan gejala klinik berupa
proteinuria, hematuria, azotemia, red blood cast, oligouria, dan hipertensi
(PHAROH) yang terjadi secara akut.(7)
Sindrom Nefritik Akut (Glomerulonefritis Akut, Glomerulonefritis Pasca
Infeksi) adalah suatu peradangan pada glomeruli yang menyebabkan hematuria
(darah dalam air kemih), dengan gumpalan sel darah merah dan proteinuria
(protein dalam air kemih) yang jumlahnya bervariasi
Istilah SNA sering digunakan bergantian dengan Glomerulonefritis Akut
(GNA). GNA ini adalah suatu istilah yang sifatnya lebih umum dan lebih
menggambarkan proses histopatologi berupa proliferasi dan inflamasi sel
glomeruli akibat proses imunologik. Jadi, SNA merupakan istilah yang bersifat
klinik dan GNA merupakan istilah yang lebih bersifat histologik.(7)
Berbagai penyakit atau keadaan yang digolongkan ke dalam SNA antara lain: (7,9)
1. Glomerulonefritis kronik eksaserbasi akut
2. Penyakit ginjal dengan manifestasi hematuria:
Glomerulonefritis fokal
Nefritis heriditer (sindrom Alport)
Nefropati Ig-A Ig-G (Maladie de Berger)
Benign recurrent hematuria
3. Glomerulonefritis progresif cepat
4. Penyakit-penyakit sistemik:
Purpura Henoch-Schoenlein (HSP)
Lupus erythematosus sistemik (SLE)
Endokarditis bakterial subakut (SBE) (7,9)
D. EPIDEMIOLOGI
Glomerulonefritis akut pasca streptokok yang klasik terutama menyerang anak
dan orang dewasa muda, dengan meningkatnya usia frekuensinya makin
berkurang. Paling sering ditemukan pada anak berumur antara 3-7 tahun dan lebih
sering mengenai anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Perbandingan
antara anak laki-laki dan perempuan adalah 2 : 1 dan jarang menyerang anak
dibawah usia 3 tahun. Lebih sering pada musim dingin dan puncaknya pada
musim semi. Paling sering pada anak-anak usia sekolah.(1,9, 10)
E. ETIOLOGI
1. Faktor Infeksi
a)
Nefritis yang timbul setelah infeksi Streptococcus Beta
Hemolyticus (Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus). Sindroma nefritik
akut bisa timbul setelah suatu infeksi oleh streptokokus, misalnya strep
throat (radang tenggorokan). Kasus seperti ini disebut glomerulonefritis
pasca streptokokus. Glomeruli mengalami kerusakan akibat penimbunan
antigen dari gumpalan bakteri streptokokus yang mati dan antibodi yang
menetralisirnya. Gumpalan ini membungkus selaput glomeruli dan
mempengaruhi fungsinya. Nefritis timbul dalam waktu 1-6 minggu (rata-rata
2 minggu) setelah infeksi dan bakteri streptokokus telah mati, sehingga
pemberian antibiotik akan efektif. (9)
F. PATOGENESIS 6,10
Mekanisme dari pathogenesis terjadinya jejas glomerulus pada GNAPS
sampai sekarang belum diketahui, namun diduga terdapat sejumlah faktor host
dan faktor kuman streptokokus yang berhubungan dalam terjadinya GNAPS
GNAPS adalah suatu penyakit imunologik akibat reaksi antigen-antibodi yang
terjadi dalam sirkulasi atau in situ dalam glomerulus. Mekanisme terjadinya
inflamasi yang mengakibatkan terjadinya jejas renal didahului oleh proses sebagai
berikut:
Terbentuknya plasmin sebagai akibat pemecahan plasminogen oleh
streptokinase yang akan menaktivasi reaksi kaskade komplemen.
Terperangkapnya kompleks Ag-Ab yang sudah terbentuk sebelumnya
kedalam glomerulus.
Antibodi antistreptokokus yang telah terbentuk sebelumnya berikatan dengan
molekul tiruan (molecul mimicry) dari protein renal yang menyerupai Ag
Streptokokus (jaringan glomerulus yang normal yang bersifat autoantigen).
G. GEJALA KLINIS
Gejala klinis GNAPS terjadi secara tiba-tiba, 7-4 hari setelah infeksi saluran
nafas atas faringitis atau 3-6 minggu setelah infeksi kulit (piodermi). Gambaran
klinis GNAPS sangat bervariasi, kadang-kadang gejala ringan atau tanpa gejala
sama sekali. Gejala yang pertama kali muncul adalah penimbunan cairan disertai
pembengkakan jaringan (edema) di sekitar wajah dan kelopak mata (infeksi post
streptokokal). Pada awalnya edema timbul sebagai pembengkakan di wajah dan
kelopak mata, tetapi selanjutnya lebih dominan di tungkai dan bisa menjadi hebat.
Berkurangnya volume air kemih dan air kemih berwarna gelap karena
mengandung darah, tekanan darah bisa meningkat. Gejala tidak spesifik seperti
letargi, demam, nyeri abdomen, dan malaise. Gejalanya: (9)
1. Onsetnya akut. (kurang dari 7 hari)
2. Edema. Paling sering dan hampir selalu ada, biasanya mulai di
Palpebra pada waktu bangun pagi, disusul tungkai, abdomen (asites),
dan genitalia.
3. Hematuri. Hematuri makroskopik berupa urin coklat kemerah-
merahan seperti teh tua / air cucian daging biasanya muncul pada
minggu pertama. Hematuri makroskopik muncul pada 30–50 % kasus,
sedangkan hematuri mikroskopik ditemui pada hampir semua kasus
4. Hipertensi. Muncul pada 50-90% kasus, umumnya hipertensi ringan
dan timbul dalam minggu pertama. Adakalanya terjadi hipertensi
ensefalopati (5-10% kasus). Dikatakan hipertensi jika tekanan darah
sistolik dan atau diastolik tiga kali berturut-turut di atas persentil 95
menurut umur dan jenis kelamin. Praktisnya:
Hipertensi ringan jika tekanan darah diastolik 80 – 95 mmHg
Hipertensi sedang jika tekanan darah diastolik 95 – 115 mmHg
Hipertensi berat jika tekanan darah diastolik lebih dari 115
mmHg
5. Oligouri. Terdapat pada 5-10% kasus. Dikatakan oligouri bila
produksi urin kurang dari atau sama dengan 1 cc/kgBB/jam.
Umumnya terjadi pada minggu pertama dan menghilang bersama
dengan diuresis pada akhir minggu pertama.
6. Sakit kepala, jika disertai dengan hipertensi.
7. Dyspnea, jika terjadi gagal jantung atau edema pulmobiasanya jarang.
8. Kadang disertai dengan gejala spesifik; mual dan muntah, purpura
pada HenochSchoenlein, artralgia yang berbuhungan dengan Systemic
Lupus Erythematosus (SLE). (1,5,9,)
Pemeriksaan Urine terdapat sedimen eritrosit (+) sampai (++++), juga torak
eritrosit (+) pada 60-85% kasus. Pada pemeriksaan darah, didapatkan titer ASO
meningkat dan kadar C3 menurun. Pada pemeriksaan‘throat swab’ atau ‘skin
swab’ dapat ditemukan streptokokkus. Pemeriksaan foto thorax PA tegak dan
lateral dekubitus kanan dapat ditemukan kelainan berupa kardiomegali, edema
paru, kongesti paru, dan efusi pleura (nephritic lung). (4)
H. DIAGNOSIS
Diagnosis didasarkan oleh beberapa hal diantaranya
1. Anamnesis berdasarkan gejala klinis
2. Pemeriksaan Laboratorium(4)
Sedimen Urin: eritrosit,torak eritrosit
Darah : Titer ASO meningkat , Kadar C3 (B1C globulin) turun
3. Pemeriksaan Penunjang(4)
a. Laboratorium
A. Darah
LED dan hematokrit diperiksa pada saat masuk rumah sakit dan
diulangi tiap minggu
Eiwit spektrum (albumin, globulin) dan kolesterol diperiksa waktu
masuk rumah sakit dan diulangi bila perlu
Kadar ureum, kreatinin, klirens kreatinin diperiksa waktu masuk
rumah sakit.
B. Urin
Proteinuri diperiksa tiap hari
Kualitatif (-) sampai (++), jarang yang sampai (+++)
Kuantitatif kurang dari atau sama dengan 2 gram/m2/24 jam
Volume ditampung 24 jam setiap hari
C. Bakteriologi:
Pada “Throat swab” atau skin swab dapat ditemukan streptokokkus
pada 10-15% kasus
b. Pencitraan.
Foto thorax PA tegak dan lateral dekubitus kanan. Pemeriksaan foto
thorax PA tegak dan lateral dekubitus kanan dapat ditemukan kelainan berupa
kardiomegali, edema paru, kongesti paru, dan efusi pleura (nephritic lung).
Foto thorax diperiksa waktu masuk rumah sakit dan diulang 7 hari kemudian
bila ada kelainan.
Diagnosis GNAPS ditegakkan:
Bila ≥ dari empat gejala klinik kardinal (edema, hematuri, hipertensi,
oligouri) disertai meningkatnya kadar ASO dan turunnya kadar C3. Juga
dapat ditegakkan bila keempat gejala kardinal muncul bersamaan (full
blown case).(4)
I. KOMPLIKASI
1. Fase Akut :
Komplikasi utamanya adalah Gagal Ginjal Akut. Meskipun perkembangan ke
arah sklerosis jarang, pada 0.5%- 2% pasien dengan Glomerulonefritis Akut tahap
perkembangan ke arah gagal ginjal periodenya cepat.(7)
Komplikasi lain dapat berhubungan dengan kerusakan organ pada sistem saraf
pusat dan kardiopulmoner, bisa berkembang dengan pasien hipertensi
berat, encephalopati, dan pulmonary edema. Komplikasinya antara lain :
1.Jangka Pendek:
Retinopati hipertensi
Encephalopati hipertensif
Payah jantung karena hipertensi dan hipervolemia (volume overload)
Edema Paru
Glomerulonefritis progresif (8)
2. Jangka Panjang:
Abnormalitas urinalisis (microhematuria)
Gagal ginjal kronik
Sindrom nefrotik (7,8)
J. PENATALAKSANAAN
Prinsip penatalaksaaannya adalah untuk mengurangi inflamasi pada ginjal dan
mengontrol tekanan darah. Pengobatannya termasuk penggunaan antibiotik
ataupun terapi lainnya.(4)
Tirah baring
Terutama pada minggu pertama penyakit untuk mencegah komplikasi.
Sesudah fase akut istirahat tidak dibatasi lagi tetapi tidak boleh kegiatan
berlebihan. Penderita dipulangkan bila keadaan umumnya baik, biasanya setelah
10-14 hari perawatan.(9)
Diet
1. Protein: 1-2 gram/kg BB/ hari untuk kadar Ureum normal, dan 0,5-1
gram/kg BB/hari untuk Ureum lebih dari atau sama dengan 40 mg%
2. Garam: 1-2 gram perhari untuk edema ringan, dan tanpa garam bila
anasarka.
3. Kalori: 100 kalori/kgBB/hari.
4. Intake cairan diperhitungkan bila oligouri atau anuri, yaitu: Intake
cairan = jumlah urin + insensible loss (20-25cc/kgBB/hari + jumlah
kebutuhan cairan setiap kenaikan suhu dari normal
(10cc/kgBB/hari])(4)
Medikamentosa
1. Antibiotik
Penisilin Prokain (PP) 50.000-100.000 SI/KgBB/hari atau
ampisilin/amoxicillin dosis 100mg/kgBB/hari atau eritromisin oral
30-50 mg/KgBB/hari dibagi 3 dosis selama 10 hari untuk eradikasi
kuman. Pemberian antibiotik bila ada tonsilitis, piodermi atau tanda-
tanda infeksi lainnya.(3)
2. Anti Hipertensi
Hipertensi Ringan: Istirahat dan pembatasan cairan. Tekanan darah
akan normal dalam 1 minggu setelah diuresis.
Hipertensi sedang dan berat diberikan kaptopril 0,5-
3mg/kgBB/hari dan furosemide 1-2mg/kgBB/hari per oral.(4)
Tindakan Khusus
1. Edema Paru Akut:
Dikatakan edema paru akut bila disertai batuk, sesak napas,
sianosis, dan pemeriksaan fisis paru menunjukkan ronkhi basah.
Tindakan yang dilakukan adalah:(4)
2. Hipertensi Ensefalopati:
Hipertensi dengan tekanan darah sistolik ≥ 180 mmHg atau diastolik ≥
120 mmHg, atau selain itu tetapi disertai gejala serebral berupa sakit
kepala, muntah, gangguan pengelihatan, kesadaran menurun, dan
kejang.
Telah menyelesaikan tugas laporan kasus pada Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD
Batara Guru Belopa Kabupaten LUWU periode 2017/2018
OLEH :
dr.Nurfadillah As’ad
SUPERVISOR :
dr.Mahirina Marjani,Sp.A,M.Kes