Anda di halaman 1dari 124

L

TUGAS AKHIR – RE091324

STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN SISTEM


PENYEDIAAN AIR MINUM DI KECAMATAN
TANGGULANGIN, KABUPATEN SIDOARJO,
PROVINSI JAWA TIMUR

EASTER DEBORA
NRP 3310 100 095

DOSEN PEMBIMBING
Ir. Eddy S. Soedjono, M.Sc., Ph. D.

PROGRAM SARJANA
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2014
L
FINAL PROJECT – RE091324

STUDY FEASIBILITY DEVELOPMENT OF


WATER DRINKING SYSTEM IN
TANGGULANGIN DISTRICT, SIDOARJO
REGENCY, PROVINCE OF EAST JAVA

EASTER DEBORA
NRP 3310 100 095

SUPERVISOR
Ir. Eddy S. Soedjono, M.Sc., Ph. D.

BACHELOR PROGRAM
DEPARTMENT OF ENVIRONMENTAL ENGINEERING
FACULTY OF CIVIL AND PLANNING
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2014
STUDI KELA YAKAN PENGEtvlBANGAN SISTEM
PENYEDIAAN AIR MINUM DI KECAMATAN
T ANGGULANGIN, KABUP ATEN SIDOARJO,
PROVINSI JAWA TirvtUR

TUGASAKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Untuk Memperoleh Gelar Satjana Teknik Lingkungan
pada
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Scpuluh Nopcmbcr

Oleh:
EASTER DEBORA
NRP . 3310.100.095

Disetujui oleh:

Pembimbing Tugas Akhir

\ ·'===;:::;;.-
i

STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN SISTEM


PENYEDIAAN AIR MINUM DI KECAMATAN
TANGGULANGIN, KABUPATEN SIDOARJO,
PROVINSI JAWA TIMUR

Nama Mahasiswa : Easter Debora


NRP : 3310 100 095
Dosen Pembimbing : Ir. Eddy S. Soedjono, M.Sc., Ph. D.

ABSTRAK
Salah satu desa dengan organisasi HIPPAM terbaik di Kabupaten
Sidoarjo, yang telah beroperasi selama 10 tahun, adalah HIPPAM
Tirto Barokah yang terletak di Desa Putat, Kecamatan
Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo. Berdasarkan jumlah rumah di
daerah tersebut, persentase pelayanan baru mencapai 30%.
Berdasarkan wawancara dengan Departemen Pekerjaan Umum
(PU) Pemukiman, debit air berdasarkan geolistrik 2004 adalah 2-
5 L / detik, sedangkan kebutuhan pelanggan saat ini mencapai
3.04 L / detik. Oleh karena itu, layanan di HIPPAM Tirto
Barokah harus dikembangkan dengan memaksimalkan
kemampuan sumur.
Melihat terhambatnya pengembangan sistem penyediaan air
minum ini karena biaya pemasangan sambungan rumah (SR)
yang cukup mahal bagi masyarakat, maka diperlukan alternatif
pengembangan. Alternatif pengembangan ini menyangkut biaya
kemampuan warga dalam membayar pemasangan SR apabila
dibantu dari kas organisasi HIPPAM. Alternatif dilakukan dengan
menggunakan 3 skenario (alternatif) pengembangan. Analisa
teknis dilakukan dengan software Epanet dan analisis biaya
dengan BCR dan NPV.
Pengembangan dengan 3 skenario dilakukan berdasarkan variasi
jumlah pelanggan, yaitu skenario 1, penambahan jumlah
ii

pelanggan sebanyak 14 SR; Skenario 2, penambahan jumlah


pelanggan sebanyak 37 SR; dan Skenario 3 penambahan jumlah
pelanggan sebanyak 48 SR. Berdasarkan analisis teknis dengan
menggunakan software Epanet, pada parameter kecepatan,
diperlukan penambahan kebutuhan air agar kecepatan dapat
memenuhi pipa eksisting, sedangkan untuk memenuhi parameter
tekanan, pada skenario 2 dan 3 diperlukan penambahan tekanan.
Dari segi biaya, dengan menggunakan analisis BCR dan NPV,
agar organisasi tidak mengalami kerugian, maka didapatkan biaya
SR pada setiap skenario, yaitu tidak ada biaya SR (skenario 1),
Rp 247.600,00 (skenario 2), dan Rp 341.000,00 (skenario 3).

Kata kunci: HIPPAM, pengembangan, SR, dan biaya kas


iii

STUDY FEASIBILITY DEVELOPMENT OF WATER


DRINKING SYSTEM IN TANGGULANGIN DISTRICT,
SIDOARJO REGENCY, PROVINCE OF EAST JAVA

Nama Mahasiswa : Easter Debora


NRP : 3310 100 095
Dosen Pembimbing : Ir. Eddy S. Soedjono, M.Sc., Ph. D.

ABSTRACT
One of the village with the best HIPPAM organization in Sidoarjo
is HIPPAM Tirto Barokah located in Putat Village, Tanggulangin
District, Sidoarjo Regency that has been operating for 10 years.
From number of houses in that area, the percentage of drinking
water supply services has reached 30%. Based on interview with
the Department of Public Works (PU) Settlements, the water
debit based on geoelectric 2004 is 2-5 L / sec, while the needs of
today's customers reached 3.04 L / sec. Therefore, services in
HIPPAM Tirto Barokah should be developed by maximizing the
ability of the well.
Knowing that the delay of drinking water supply system
development is caused by the high cost of installation, it is
necessary to find the alternative of water supply system
development. This alternative involves the development of the
ability of citizens to pay the cost of installation if aided by
HIPPAM organization cash. The determination is done by using 3
alternative development scenarios, whereas technical analysis is
done by Epanet software and cost analysis with BCR and NPV.
Alternative scenarios developed based on variation of the amount
of customers, i.e scenario 1, the addition of number of customers
for 14 SR, scenario 2 the addition of number of customers for 37
iv

SR, and scenario 3 the addition of number of customers for 48


SR.
Based on technical analysis using software Epanet, speed
parameter indicates that the needs of water should be added so
that the speed can full filled the existing pipe, while to meet the
the pressure parameter, in scenario 2 and 3 it is required the
addition of pressure. In terms of cost, by using the BCR and NPV
analysis, in order to avoided the organization loss, it is known that
the cost of SR in each scenario is : no charge SR (scenario 1), Rp
247,600.00 (scenario 2), and Rp 341,000.00 (scenario 3).

Keywords: HIPPAM, development, household connection, and


cash costs
v

KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha
Kuasa atas limpahan rahmat dan berkahNya laporan tugas akhir
dengan judul “Studi Kelayakan Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum di Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten
Sidoarjo, Jawa Timur” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan laporan ini, penyusun menyampaikan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah Bapa atas segala rahmat dan hikmat yang diberikan


kepada saya.
2. Bapak dan Mama yang selalu ikhlas mendoakan agar
anaknya selalu baik-baik saja. Terima kasih atas dukungan
dan nasehatnya selama ini. Maaf jika penulis sering
membuat repot sekeluarga. Kak Linda, Bang Resvan, Kak
Beth, dan Kak Yanti, yang selalu memperhatikan penyusun
3. Bapak Ir. Eddy S. Seodjono, M. Sc., Ph. D. selaku dosen
pembimbing, terima kasih atas nasehat, waktu, dan doa bagi
penulis dalam membimbing penulis.
4. Bapak Welly Herumurti, S.T, M.Sc. selaku dosen wali,
terima kasih atas segala bantuan, ilmu, dan waktu yang telah
diberikan untuk membantu penulis dalam menyelesaikan
Tugas Akhir ini.
5. Bapak Dr. Ali Masduqi, S.T., M.T. dan Bapak Alfan
Purnomo, S.T. selaku dosen penguji, terima kasih atas
pengarahan dan bimbingan yang telah diberikan.
6. Bapak Sultoni, Bapak Ismail, Perangkat Desa, dan
Masyarakat Desa Putat, Kabupaten Sidoarjo yang telah
membantu saya dalam mengumpulkan data
7. Teman-teman satu geng air minum, Fahir, Mas Bakul, Hani,
Mega, saya mengucapkan banyak terima kasih atas
dukungannya dan bimbingan bagi penulis.
8. Teman-teman angkatan REBEL yang mendukung dalam
setiap gerak langkah saya. Khususnya kepada Endah, Togar,
Oko, Dede, Lidya, dan Ervin yang telah membantu saya
vi

dalam mensurvei. Khusnul yang telah menemani menginap


di Sidoarjo.

Penyusunan laporan ini telah diusahakan semaksimal mungkin,


namun sebagaimana manusia biasa tentunya masih terdapat
kesalahan. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat
penyusun harapkan.

Surabaya, 7 Agustus 2014


vii

DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................iii
KATA PENGANTAR................................................................... v
DAFTAR ISI ...............................................................................vii
DAFTAR TABEL ........................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................xiii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................... 3
1.3 Tujuan............................................................................ 3
1.4 Manfaat.......................................................................... 3
1.5 Ruang Lingkup Perencanaan ......................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.................................................... 5
2.1 Penyediaan Air Minum ................................................. 5
2.2 Prinsip Penyediaan Air Minum ..................................... 5
2.3 Ssistem Penyediaan Air Bersih ..................................... 6
2.4 Fluktuasi Kebutuhan Air ............................................... 6
2.4.1 Kebutuhan air rata-rata harian (Qave h) ....................... 6
2.4.2 Kebutuhan air hari maksimum (Qhm)......................... 7
2.4.3 Kebutukan air jam maksimum (Qjm) ......................... 7
2.5 Sistem Perpipaan Distribusi .......................................... 7
2.6 Sistem Penyaluran Air ................................................... 8
2.6.1 Waktu Pengaliran ...................................................... 8
2.6.2 Sistem Distribusi ....................................................... 9
2.6.3 Sumber Air Baku ..................................................... 10
2.7 Air Bawah Tanah......................................................... 10
viii

2.7.1 Sumur Bor Dangkal ................................................. 11


2.7.2 Sumur Bor Dalam .................................................... 11
2.7.3 Konservasi Air Tanah .............................................. 12
2.8 Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
13
2.9 Studi Kelayakan Pengembangan SPAM ..................... 13
2.10 Tekanan air dan Kecepatan Aliran .............................. 14
2.11 Software Epanet........................................................... 15
2.12 Metode Kelayakan Investasi ........................................ 15
2.12.1 Net Present Velue (NPV) .................................... 16
2.12.2 Benefit Cost Ratio (BCR) .................................... 16
2.13 Gambaran Umum Wilayah .......................................... 17
BAB 3 METODE PERENCANAAN.......................................... 23
3.1 Umum .......................................................................... 23
3.2 Perizinan ...................................................................... 25
3.3 Studi Literatur .............................................................. 26
3.4 Pengumpulan Data....................................................... 26
3.5 Analisa dan Pembahasan ............................................. 29
3.5.1 Analisis Teknis ........................................................ 29
3.5.2 Analisis kelayakan ................................................... 30
3.5.3 Pembahasan ............................................................. 30
3.6 Kesimpulan dan Saran ................................................. 31
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN................................. 33
4.1 Rencana Pengembangan Sistem Distribusi ................. 33
4.2 Hasil Kuesioner ........................................................... 33
4.3 Jaringan Eksisting ........................................................ 36
4.4 Analisis Pengembangan Sistem Jaringan .................... 38
4.4.1 Skenario Pengembangan 1....................................... 39
ix

4.4.2 Skenario Pengembangan 2 ...................................... 41


4.4.3 Skenario Pengembangan 3 ...................................... 43
4.4.4 Jumlah Pelanggan .................................................... 45
4.5 Analisis Epanet ............................................................ 46
4.5.1 Analisis Epanet Skenario 1...................................... 46
4.5.2 Analisis Epanet Skenario 2...................................... 55
4.5.3 Analisis Epanet Skenario 3...................................... 56
4.6 Tangki Air ................................................................... 59
4.7 Analisis Biaya.............................................................. 67
4.7.1 Rencana Anggaran Biaya ........................................ 68
4.7.2 Analisis Kelayakan Investasi ................................... 73
4.8 Pengembangan di Desa Ngaban .................................. 82
4.8.2 Analisis Epanet ........................................................ 85
4.8.3 Tangki Air ............................................................... 89
4.8.4 Pengadaan Pipa........................................................ 90
4.8.5 Re-desain Jaringan Eksisting ................................... 92
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ..................................... 101
5.1 Kesimpulan................................................................ 101
5.2 Saran .......................................................................... 101
DAFTAR PUSTAKA................................................................. xvi
LAMPIRAN ..............................................................................xvii
xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Batas Wilayah Administrasi Desa Putat .................. 18


Gambar 2.2 Peta Jaringan Pipa Induk ......................................... 21
Gambar 3.1 Kerangka Perencanaan ............................................ 25
Gambar 4.1 Persentase Minat SR ................................................ 34
Gambar 4.2 Persentase Keinginan SR Setiap RT ........................ 34
Gambar 4.3 Persentase Alasan Tidak Memakai HIPPAM .......... 35
Gambar 4.4 Persentase Kesanggupan Biaya Sambungan ........... 35
Gambar 4.5 Sistem Jaringan Eksisting HIPPAM Tirto Barokah 36
Gambar 4.6 Kebutuhan Peningkatan Tekanan ............................ 47
Gambar 4.7 Analisis Epanet Skenario 1 ...................................... 48
Gambar 4.8 Analisis Epanet Skenario 2 ...................................... 57
Gambar 4.9 Analisis Epanet Skenario 3 ...................................... 58
Gambar 4.10 Sketsa Aliran Air Menuju Tandon......................... 59
Gambar 4.11 Grafik Pompa......................................................... 63
Gambar 4.12 Persentase Minat SR di Desa Ngaban ................... 83
Gambar 4.13 Persentase Alasan Tidak Minat SR di Desa Ngaban
..................................................................................................... 83
Gambar 4.14 Analisis Epanet Pengembangan di Desa Ngaban .. 87
Gambar 4.15 Analisis Epanet Re-desain Pipa Skenario 3 ........... 97
Gambar 4.16 Analisis Pipa Primer Pengembangan di Desa
Ngaban ........................................................................................ 99
xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tekanan yang Dibutuhkan Alat Plambing .................. 14


Tabel 2.2 Data Pelanggan Setiap RT........................................... 19
Tabel 3.1 Jumlah Kuesioner Setiap RT ....................................... 27
Tabel 4.1 Pengguna HIPPAM per Tahun .................................... 38
Tabel 4.2 Pengembangan SR Setiap Tahun Skenario 1 .............. 39
Tabel 4.3 Pengembangan SR Setiap Tahun Skenario 2 .............. 42
Tabel 4.4 Pengembangan SR Setiap Tahun Skenario 3 .............. 44
Tabel 4.5 Jumlah Pelanggan SR Per Skenario ............................ 46
Tabel 4.6 Hasil Analisis Epanet Skenario 1 ................................ 49
Tabel 4.7 Head Pompa Setiap Skenario ...................................... 62
Tabel 4.8 Pemompaan Tangki Air .............................................. 64
Tabel 4.9 Waktu Pemompaan dan Volume Tangki..................... 66
Tabel 4.10 Perhitungan Volume Galian Pipa Setiap Skenario .... 68
Tabel 4.11 Perhitungan RAB Galian Tanah Skenario 1.............. 69
Tabel 4.12 Perhitungan RAB Perpipaan Skenario 1 ................... 69
Tabel 4.13 Perhitungan RAB Galian Tanah Skenario 2.............. 70
Tabel 4.14 Perhitungan RAB Perpipaan Skenario 2 ................... 71
Tabel 4.15 Perhitungan RAB Galian Tanah Skenario 3.............. 72
Tabel 4.16 Perhitungan RAB Perpipaan Skenario 3 ................... 72
Tabel 4.17 Analisis Kelayakan Biaya BCR dan NPV Setiap
Skenario....................................................................................... 75
Tabel 4.18 Bill of Quality (BOQ) Perpipaan ............................... 90
Tabel 4.19 Bill of Quality (BOQ) Aksesoris ............................... 91
Tabel 4.20 Bill of Quality (BOQ) Galian Pipa ............................ 92
Tabel 4.21 Redisain Diameter Pipa Primer Desa Putat ............... 93
Tabel 4.22 Desain Pipa Primer Desa Ngaban ............................. 95
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sanitasi terdiri dari air minum, sampah, dan saluran drainase.
Sanitasi merupakan salah satu pokok dalam menjaga kesehatan
tubuh. Banyak penyakit yang dapat disebabkan oleh sanitasi yang
tidak memadai, praktek kebersihan yang buruk, kepadatan
penduduk yang berlebihan, serta air yang terkontaminasi.
Penyakit-penyakit terkait dengan ini meliputi disentri, kolera dan
penyakit diare lainnya, dan sebgainya (UI, 2010). Menurut data
yang terdapat di Puskesmas Provinsi Jawa Timur, penyakit diare
masuk kedalam 10 penyakit dominan dari tahun ke tahun. Pada
tahun 2008, terdapat 3.076 pasien, kemudian pada tahun 2009
meningkat menjadi 102.499 pasien. Peningkatan jumlah penyakit
ini dapat disebabkan penggunaan air sumur dimana ada
kemungkinan adanya kontaminasi air limbah yang tidak dikelola
dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan sistem perpipaan untuk
pendistribusian air.
Target MDGs pelayanan air minum perpipaan tahun 2015 adalah
sebesar 80% untuk perkotaan, 40% untuk pedesaan dan 62%
untuk perkotaan dan pedesaan. Di Provinsi Jawa Timur pelayanan
air bersih pada tahun 2010 baru mencapai 44,78% untuk
perkotaan dan 15,8% untuk pedesaan. Penyediaan air minum
telah banyak dilakukan oleh pemerintah, salah satunya melalui
Perusahaan daerah Air Minum (PDAM) sebagai usaha untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat. Namun usaha ini belum
maksimal hasilnya, karena masih sering dijumpai warga
desa/kelurahan yang kesulitan untuk mendapatkan air minum
(Saparuddin, 2005).
Pada perencanaan ini dilakukan di Kabupaten Sidoarjo yang
merupakan salah satu kabupaten yang memerlukan bantuan dalam
1
2

penyediaan air bersih. Wilayah perkotaan di Sidoarjo dilayani


oleh PDAM Delta Tirta dan masih sedikit melayani wilayah
pedesaan. Melihat persentase pelayanan oleh PDAM Delta Tirta
adalah 30%, maka diperlukan tindakan lebih lanjut untuk
menangani wilayah pedesaan. Menurut Sapparudin (2005),
pembangunan partisipatif dengan melibatkan masyarakat dapat
mempercepat pencapaian tingkat pelayanan air minum.
Berdasarkan Instruksi Gubernur Jawa Timur Nomor 09 Tahun
1989 tentang Pembentukan Himpunan Penduduk Pemakai Air
Minum (HIPPAM) di Jawa Timur, maka dibentuklah HIPPAM
untuk menangani pelayanan pedesaan berbasis masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan perencanaan yang tepat
dalam merencanakan HIPPAM dan berkoordinasi dengan Dinas
Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Sidoarjo.
Salah satu desa dengan organisasi HIPPAM yang telah beroprasi
selama 10 tahun, yaitu HIPPAM Tirto Barokah di Desa Putat,
Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo. HIPPAM ini
merupakan salah satu HIPPAM terbaik di Kabupaten Sidoarjo.
Pada setiap tahunnya terdapat pertambahan penduduk yang
terlayani. Hingga saat ini terdapat 233 sambungan rumah (SR).
Berdasarkan jumlah pelayanan, maka persentase pelayanan
mencapai 30%. Hasil wawancara dengan Dinas Pekerjaan Umum
(PU) Cipta Karya, debit yang diketahui berdasarkan hasil
geolistrik tahun 2004 adalah 2-5 L/dtk, sedangkan kebututuhan
pelanggan saat ini baru mencapai 3,04 L/dtk. Oleh karena itu,
pelayanan HIPPAM Tirto Barokah perlu dikembangkan dengan
memanfaatkan kemampuan sumur secara maksimal.
Melihat terhambatnya pengembangan sistem penyediaan air
minum ini karena biaya pemasangan dan iuran yang cukup mahal
bagi masyarakat, maka diperlukan suatu strategi. Strategi
pengembangan ini menyangkut biaya kemampuan warga dalam
membayar pemasangan apabila dibantu dari kas organisasi
HIPPAM. Dengan adanya bantuan dana dari kas HIPPAM
harapannya dapat meringankan beban masyarakat yang
membutuhkan air perpipaan ini.
3

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan dibahas dalam tugas akhir ini untuk
melakukan pengembangan sistem penyaluran air bersih HIPPAM
Tirto Barokah adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perencanaan pengembangan distribusi air bersih
dengan melihat kondisi eksisting sarana yang ada?
2. Manakah alternatif pengembangan yang layak untuk
dilakukan jika dibantu kas HIPPAM?
3. Berapakah biaya pemasangan dan iuran jika dibantu dengan
dana kas HIPPAM?

1.3 Tujuan
Tujuan dari perencanaan ini, yaitu:
1. Menentukan rencana pengembangan distribusi air bersih di
Desa Putat.
2. Menentukan kelayakan alternatif pengembangan dari segi
teknis, yaitu tekanan dan kecepatan aliran pipa, dan aspek
biaya dengan bantuan kas HIPPAM.
3. Menentukan biaya pemasangan sambungan rumah (SR).

1.4 Manfaat
Manfaat dari perencanaan ini adalah sebagai berikut:
1. Membantu HIPPAM Tirto Barokah dalam memberikan solusi
dalam pengembangan distribusi air kepada masyarakat Desa
Putat.
2. Memberikan solusi kepada Dinas Pekerjaan Umum (PU)
mengenai permasalahan dalam mengembangkan HIPPAM.
4

1.5 Ruang Lingkup Perencanaan


Ruang lingkup dalam perencanaan ini adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan ini meliputi analisis tekanan dan kecepatan
untuk daerah pengembangan dengan mempertimbangkan
sistem eksisting, analisis kelayakan berdasarkan aspek teknis,
yaitu tekanan dan kecepatan, serta aspek biaya, yaitu dengan
bantuan kas HIPPAM.
2. Perencanaan ini dilakukan dari bulan April-Juni 2014 dan
dilakukan untuk mengembangkan distribusi air minum
perpipaan di Desa Putat, Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo.
Selain itu, dilakukan studi kemungkinan pengembangan di
Desa Ngaban, Kecamatan Tanggulangin.
3. Aspek yang ditinjau adalah aspek teknis dan biaya.
4. Aspek teknis meliputi analisis tekanan dan kecepatan
dilakukan dengan menggunakan software Epanet.
5. Aspek biaya meliputi biaya pengeluaran untuk pemasangan
pipa SR pada daerah pengembangan.
6. Perencanaan pengembangan jaringan dilakukan dengan
memperhatikan hasil kuesioner.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyediaan Air Minum


Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 16 Tahun 2005
mengenai pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum,
penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan
kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif.

2.2 Prinsip Penyediaan Air Minum


Prinsi-prinsip dalam penyediaan air minum (Masduqi, 2012),
yaitu:
a. Kuantitas
Jumlah air yang tersedia harus dapat memenuhi kebutuhan
standar, seperti untuk minum, (masak), mandi, mencuci, dan
kebutuhan rumah tangga lainnya.
b. Kualitas
Air harus memenuhi kualitas sebagaimana ditentukan dalam
standar kualitas air minum. Tujuannya adalah agar konsumen
memperoleh air yang cukup aman bagi kesehatan.
c. Kontinyuitas
Air yang tersedia harus dapat memenuhi kebutuhan
konsumen dalam waktu terus-menerus (kontinyu selama 24
jam per hari sepanjang tahun).
d. Keterjangkauan
Air yang disediakan harus dapat dijangkau oleh masyarakat
dengan mudah atau dengan biaya yang wajar.

5
6

2.3 Ssistem Penyediaan Air Bersih


Sistem transmisi air bersih adalah sistem perpipaan dari bangunan
pengambilan air baku ke bangunan pengolahan air bersih. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam menentukan sistem transmisi
adalah:
a. Tipe pengaliran jaringan pipa transmisi
b. Menentukan tempat bak pelepas tekan.
c. Menghitung panjang dan diameter pipa
d. Jalur pipa sebaiknya mengikuti jalan raya dan dipilih jalur
yang tidak memerlukan banyak perlengkapan.
e. Perlengkapan yang ada pada sistem transmisi perpipaan air
bersih, yaitu wash out, air valve, blow off, gate valve, dan
pompa (Nelwan, 2013).

2.4 Fluktuasi Kebutuhan Air


Pada umumnya masyarakat Indonesia melakukan aktivitas
penggunaan air pada pagi dan sore hari dengan konsumsi lebih
banyak daripada waktu-waktu lainnya. Dari keseluruhan aktivitas
dan konsumsi sehari itu dapat diketahui pemakaian rata-rata air.
Dengan memasukkan besarnya faktor kehilangan air kedalam
kebutuhan dasar, maka selanjutnya dapat disebut sebagai
fluktuasi kebutuhan air. Dalam perhitungan, kebutuhan air
didasarkan pada kebutuhan airhari maksimum dan kebutuhan air
jam maksimum dengan referensi kebutuhan air rata-rata.

2.4.1 Kebutuhan air rata-rata harian (Qave h)


Banyaknya air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
domestik, non domestik dan ditambah dengan kehilangan air.
7

2.4.2 Kebutuhan air hari maksimum (Qhm)


Banyaknya air yang diperlukan terbesar pada sustu hari pada satu
tahun dan berdasarkan pada Qrh. Untuk menghitung Qhm
diperlukan faktor fluktuasi kebutuhan air maksimum.
𝑄ℎ𝑚 = 𝐹ℎ𝑚 𝑥𝑄𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎ℎ𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛
Dimana:
Fhm = faktor harian maksimum = 115 % - 120 %

2.4.3 Kebutukan air jam maksimum (Qjm)


Banyaknya kebutuhan air terbesar pada saat jam tertentu dalam
satu hari.
𝑄𝑗𝑚 = 𝐹𝑗𝑚 𝑥𝑄𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎ℎ𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛
Dimana :
Fjm = faktor jam maksimum = 175% - 210%

2.5 Sistem Perpipaan Distribusi


Macam-macam pipa yang pada umumnya ada dan akan dipakai
dalam perencanaan sistem distribusi air minum adalah sebagai
berikut:
a. Pipa Primer atau Pipa Induk (Supply Main Pipe)
Pipa primer merupakan pipa yang berfungsi membawa air
minum dari induk instalasi pengolahan dari reservoir
distribusi ke suatu daerah pelayanan. Pipa primer ini
mempunyai diameter yang relatif besar.
b. Pipa Sekunder (Arterial Main Pipe)
Pipa sekunder merupakan pipa yang disambung langsung
pada pipa primer dan mempunyai diameter yang sama atau
kurang dengan diameter pipa primer.
8

c. Pipa Tersier
Pemasangan langsung pipa servis pada pipa primer tidak
menguntungkan mengingat dapat terganggunya pengaliran air
dalam pipa dan lalu lintas di daerah pemasangan. Pipa tersier
dapat disambungkan langsung pada pipa sekunder.
d. Pipa Servis atau Pipa Pemberi Air (Service Connection)
Pipa sekunder atau tersier, yang dihubungkan pada
sambungan rumah (konsumen). Pipa servis ini mempunyai
diameter relatif kecil.

2.6 Sistem Penyaluran Air


Sistem penyaluran air merupakan sistem yang digunakan untuk
memuaskan kebutuhan para pelanggan. Adapun faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi, yaitu waktu pelayanan dan cara
distribusi (Agustina, 2007).
2.6.1 Waktu Pengaliran
Suplai air melalui pipa induk mempunyai dua macam sistem;
yaitu:
a. Continuous system
Dalam sistem ini air minum yang disuplai ke konsumen
mengalir terus menerus selama 24 jam. Keuntungan sistem
ini adalah konsumen setiap saat dapat memperoleh air bersih
dari jaringan pipa distribusi di posisi pipa manapun. Sedang
kerugiannya pemakaian air akan cenderung akan lebih boros
dan bila terjadi sedikit kebocoran saja, maka jumlah air yang
hilang akan sangat besar jumlahnya.
b. Intermitten system
Dalam sistem ini air bersih disuplai 2-4 jam pada pagi hari
dan 2-4 jam pada sore hari. Kerugiannya adalah pelanggan air
tidak bisa setiap saat mendapatkan air dan perlu menyediakan
tempat penyimpanan air dan bila terjadi kebocoran maka air
untuk fire fighter (pemadam kebakaran) akan sulit didapat.
9

Dimensi pipa yang digunakan akan lebih besar karena


kebutuhan air untuk 24 jam hanya disuplai dalam beberapa
jam saja. Sedang keuntungannya adalah pemborosan air dapat
dihindari dan juga sistem ini cocok untuk daerah dengan
sumber air yang terbatas
2.6.2 Sistem Distribusi
Metode dari pendistribusian air tergantung pada kondisi topografi
dari sumber air dan posisi para konsumen berada. Sistem
pengaliran yang dipakai adalah sebagai berikut:

a. Cara Gravitasi
Cara pengaliran gravitasi digunakan apabila elevasi sumber
air mempunyai perbedaan cukup besar dengan elevasi daerah
pelayanan, sehingga tekanan yang diperlukan dapat
dipertahankan. Cara ini dianggap cukup ekonomis, karena
hanya memanfaatkan beda ketinggian lokasi.
b. Cara Pemompaan
Pada cara ini pompa digunakan untuk meningkatkan tekanan
yang diperlukan untuk mendistribusikan air dari reservoir
distribusi ke konsumen. Sistem ini digunakan jika elevasi
antara sumber air atau instalasi pengolahan dan daerah
pelayanan tidak dapat memberikan tekanan yang cukup.
c. Cara Gabungan
Pada cara gabungan, reservoir digunakan untuk
mempertahankan tekanan yang diperlukan selama periode
pemakaian tinggi dan pada kondisi darurat, misalnya saat
terjadi kebakaran, atau tidak adanya energi. Selama periode
pemakaian rendah, sisa air dipompakan dan disimpan dalam
reservoir distribusi. Karena reservoir distribusi digunakan
sebagai cadangan air selama periode pemakaian tinggi atau
pemakaian puncak, maka pompa dapat dioperasikan pada
kapasitas debit rata-rata.
10

2.6.3 Sumber Air Baku


Alternatif sumber air terpilih harus dipertimbangkan terhadap
aspek ekonomi dan kehandalan sumber. Pemilihan alternatif
sumber air didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut:

a. Air sungai, umumnya memerlukan pengolahan untuk


menghasilkan air minum, sehingga sumber air sungai baru
dapat diperbandingkan dengan mata air, hanya apabila lokasi
bangunan penyadap (intake) terletak dekat dengan daerah
pelayanan
b. Danau atau rawa, pengisiannya (inflow) umumnya berasal
dari satu atau beberapa sungai. Alternatif sumber danau
dapat diperbandingkan dengan air permukaan sungai apabila
volume air danau jauh lebih besar dari aliran sungai-sungai
yang bermuara kedalamnya, sehingga waktu tinggal yang
lama (long detention time) dari aliran sungai ke danau
menghasilkan suatu proses penjernihan alami (self
purification)
c. Mata air, sering dijumpai mengandung CO2 agresif yang
tinggi yang walaupun tidak banyak berpengaruh pada
kesehatan tetapi cukup berpengaruh pada bahan pipa
(bersifat korosif)
d. Air tanah dalam, dapat diajukan sebagai alternatif sumber air
dalam hal air permukaan (sungai) telah terkontaminasi berat,
mengingat kualitas air tanah secara bakteriologis lebih aman
daripada air permukaan
2.7 Air Bawah Tanah
Keberadaan ABT (Air Bawah Tanah) sangat tergantung besarnya
curah hujan dan besarnya air yang dapat meresap kedalam tanah.
Faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi litologi (batuan)
dan geologi setempat. Kondisi tanah yang berpasir lepas atau
batuan yang permeabilitasnya tinggi akan mempermudah
infiltrasi air hujan kedalam formasi batuan. Dan sebaliknya
11

batuan dengan sementasi kuat dan kompak memiliki kemampuan


untuk meresapkan air kecil. Dalam hal ini hampir semua curah
hujan akan mengalir sebagai limpasan (runoff) dan terus ke laut.
Faktor lainnya adalah perubahan lahan-lahan terbuka menjadi
pemukiman dan industri, penebangan hutan tanpa kontrol. Hal
tersebut akan sangat mempengaruhi infiltrasi terutama bila terjadi
pada daerah resapan (recharge area).
2.7.1 Sumur Bor Dangkal
Sumur bor dangkal pada umumnya memiliki kedalaman 20 s.d.
40 meter, terdapat banyak diperkotaan sampai kepedesaan. Sumur
dangkal biasanya dipakai rumah tangga yang tidak terjangkau
PAM dan usaha-usaha kecil yang membutuhkan air. Kedalaman
sumur bor dangkal cenderung semakin dalam dari waktu ke
waktu karena semakin banyaknya sumur bor yang bersaing
mendapatkan debit air. Akibat pengurasan yang semakin besar
tidak terkendali, kelembaban tanah sudah tidak stabil lagi. Pada
musim kemarau tanah sangat kering karena resapan dipaksa cepat
turun untuk dihisap sumur bor sehingga volume air tanah terkuras
tidak seimbang dengan volume air yang meresap (Sitepu, 2008)
2.7.2 Sumur Bor Dalam
Sumur bor dalam umumnya memiliki kedalaman di bawah 100
meter. terdapat banyak diperkotaan, pemukiman, dan industri.
Pembuatan sumur bor masih terkontrol dengan
prosedur/peraturan yang mengharuskan izin pengeboran dan izin
pemakaian dan izin pemakaian air bawah tanah (SIPA).
Namun juga sudah dikhawatirkan kontrol terhadap penyedotan air
bawah tanah dengan deep well ini tidak terawasi. Jika
pemanfaatan sumur bor dalam tidak terkontrol berlangsung dalam
waktu yang lama, maka akan terjadi kemungkinan, sebagai
berikut:

a. Penurunan muka tanah akibat pengosongan/lapisan air yang


dalam waktu lama menjadi rongga bekas kawah air.
12

b. Intruisi air dari laut mengisi kekosongan lapisan air yang


dalam waktu lama menjadi rongga kawah kosong. Ini dapat
terjadi pada daerah dekat ke pantai laut.
c. Kedua-duanya yaitu penurunan muka tanah dan intruisi air
laut. Jika ini terjadi maka sumur bor dalam tidak lagi
berfungsi mendapatkan air tawar.
d. Jelas akibat dari pengerusan air bawah tanah yang
berlebihan, turut berpengaruh kepada struktur geologi
setempat, rawan gempa/pergeseran lapisan setempat.
2.7.3 Konservasi Air Tanah
Dalam menjaga keberlangsungan air tanah, Direktorat Geologi
Tata Lingkungan telah mengambil kebijakan dengan membuat
pedoman mengenai Pengendalian dan Pengembalian Air Tanah
(Harmandi dkk., 2000). Pengendalian pengambilan air tanah
dilakukan dapat dilakukan pembagian zona, yaitu:

a. Zona kritis untuk pengambilan air tanah pada akuifer 40-150


m. Pengambilan air tanah baru pada akuifer kedalaman
kurang dari 40 m dan 40-50 m hanya diperuntukkan bagi
keperluan rumah tangga dengan pengambilan maksimum
100 m3/bulan. Pengambilan air tanah pada akuifer dengan
kedalaman lebih dari 150 m diperbolehkan dengan terlebih
dahulu melakukan pengeboran eksporasi
b. Zona rawan untuk pengambilan air tanah pada akuifer
kedalaman 40-150 m. Pengambilan air tanah baru pada
akuifer kedalaman kurang dari 40 m hanya diperuntukkan
bagi keperluan air minum dan rumah tangga dengan debit
maksimum 100 m3/bulan, sedangkan pada kedalaman 40-150
m untuk keperluan selain industri dengan debit maksimum
per sumur 60 m3/bulan
c. Zona aman untuk pengambilan air tanah pada akuifer
kedalaman 40-150 m. Pengambilan air tanah baru
diperbolehkan dengan debit maksimum per sumur 170
m3/hari. Air tanah pada akuifer kedalaman kurang dari 40 m
13

diperuntukkan bagi keperluan air minum dan rumah tangga


dengan pengambilan maksimum 100 m3/bulan.
d. Zona aman dengan produktifitas akuifer rendah sampai
langka, apabila ditemukan hanya cukup untuk keperluan air
minum, rumah tangga, dan lain keperluan dengan jumlah
kebutuhan yang terbatas
e. Zona resapan air tanah, tidak untuk dikembangkan bagi
berbagai peruntukkan, kecuali untuk air minum dan rumah
tangga dengan pengambilan maksimum 100 m3/bulan. Untuk
keperluan lain dapat dipertimbangkan setelah dilakukan
pengkajian hidrologi.
Selain pembagian zona, konservasi air tanah juga dilakukan
dengan pengaturan jarak antar sumur, yakni kurang dari 100 m
(Harmandi dkk., 2006). Hal ini berdasarkan pada intensifnya
penurunan muka air tanah.
2.8 Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
(SPAM)
Berdasarkan Peraturan Menteri No. 18 Tahun 2007,
pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan
membangun, memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik
(teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan,
peran masyarakat, dan hokum) dalam kesatuan yang utuh untuk
melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju
keadaan yang lebih baik.

2.9 Studi Kelayakan Pengembangan SPAM


Studi Kelayakan Pengembangan SPAM adalah suatu studi untuk
mengetahui tingkat kelayakan usulan pembangunan sistem
penyediaan air minum di suatu wilayah pelayanan ditinjau dari
aspek teknis teknologis, lingkungan, social, budaya, ekonomi,
kelembagaan, dan finansial.
14

2.10 Tekanan air dan Kecepatan Aliran


Tekanan air yang kurang mencukupi akan menimbulkan kesulitan
dalam pemakaian air. Tekanan yang berlebihan dapat
menimbulkan rasa sakit terkena pancaan air serta mempercepat
kerusakan peralatan plambing, dan menambah kemungkinan
timbulnya pukulan air.

Tabel 2.1 Tekanan yang Dibutuhkan Alat Plambing


Tekanan yang
No. Nama Alat Plambing Diperlukan
(kg/cm2)
1. Katup gelontor kloset 0,7
2. Katup gelontor peturasaan 0,4
3. Kran yang menutup otomatik 0,7
Pancuran mandi, dengan pancaran
4. 0,7
air halus
5. Pancuran mandi biasa 0,35
6. Kran biasa 0,3
Pemanasan air langsung, bahan
7. 0,25 – 0,7*
bakar gas
*) Tekanan minimal ditentukan oleh pabrik pembuatannya
Sumber: RSNI T-01-2003

Di samping itu, beberapa macam peralatan plambing tidak dapat


berfungsi dengan baik kalau tekanan airnya kurang dari suatu
batas minimum.
Kecepatan aliran air yang terlampau tinggi akan dapat menambah
kemungkinan timbulnya pukulan air, dan menimbulkan suara
berisik dan kadang-kadang menyebabkan ausnya permukaan
dalam dari pipa. Biasanya digunakan standar kecepatan sebesar
0,9 sampai 1,2 m/detik, dan batas maksimumnya berkisar antara
1,5 sampai 2 m/detik (Noerbambang, 2005).
15

2.11 Software Epanet


Epanet 2.0 adalah program komputer yang berbasis windows
yang merupakan program simulasi dari perkembangan waktu dari
profil hidrolis dan perlakuan kualitas air bersih dalam suatu
jaringan pipa distribusi, yang didalamnya terdiri dari
titik/node/junction pipa, pompa, valve (asesoris) dan reservoir
baik ground reservoar maupun reservoir menara.
Dalam melakukan analisis dengan menggunakan software Epanet,
maka diperlukan untuk memasukkan data. Data yang dibutuhkan
adalah:
a. peta jaringan
b. node/junction/titik dari komponen distribusi.
c. elevasi
d. panjang pipa distribusi
e. diameter dalam pipa
f. jenis pipa yang digunakan
g. spesifikasi pompa (bila menggunakan pompa)
h. bentuk dan ukuran reservoir.
i. beban masing-masing node (besarnya tapping)
j. faktor fluktuasi pemakaian air
k. konsentrasi khlor di sumber
Output yang dihasilkan diantaranya adalah :
a. hidrolik head masing - masing titik
b. tekanan dan kualitas air.

2.12 Metode Kelayakan Investasi


Menurut Soeharto (2009), dalam menganalisis suatu investasi dari
aspek finansial maka dapat dilakukan dengan metode Net Present
Velue (NPV), Benefit Cost Rasio (BCR), Payback Periode (PP),
Internal Rate Of Return (IRR).
16

2.12.1 Net Present Velue (NPV)


Net Present Value (NPV) didasarkan pada konsep mendiskon
seluruh aliran kas ke nilai sekarang. Dengan mendiskon semua
aliran kas masuk dan kas keluar selama umur proyek ke nilai
sekarang kemudian menghitung angka netto maka akan diketahui
selisihnya. Cara menghitung NPV, yaitu:
(𝐶)𝑡 (𝐶𝑜)𝑡
NPV = ∑𝑛
𝑡=0 − ∑𝑛𝑡=0
(1+𝑖)𝑡 (1+𝑖)𝑡
Dimana :
Npv = Nilai sekarang netto
(C)t = Aliran kas masuk tahun ke t
(Co)t = Aliran kas keluar tahun ke t
n = Umur ekonomis proyek
i = Suku bunga yang digunakan mencari NPV
t = Waktu
Indikasi kelayaan yang digunakan dengan
rumus NPV:
- NPV>0, maka proyek layak dibangun.
- NPV=0,maka proyek pengembalian sama dengan investasi.
- NPV<0, maka proyek tidak layak dibangun.

2.12.2 Benefit Cost Ratio (BCR)


Penggunaan Benefit Cost Ratio (BCR) sangat sering digunakan
dalam mengevaluasi proyek proyek untuk kepentingan umum dan
bukan kepentingan financial perusahaan,dalam hal ini
penekanannya ditujukan pada manfaat (benefit). Cara menghitung
BCR:
(𝑃𝑉)𝐵
BCR =
(𝑃𝑉)𝐶
17

Dimana :
BCR = Perbandingan manfaat terhadap biaya
(PV)B = Nilai sekarang manfaat
(PC)C = Nilai sekarang biaya
Ukuran kelayakan dari BCR adalah:
- BCR > 1, maka proyek layak dikerjakan
- BCR < 1, maka proyek tidak layak dikerjakan

2.13 Gambaran Umum Wilayah


Desa Putat merupakan salah satu desa di Kabupaten Sidoarjo
Kecamatan Tanggulangin. Batas wilayah administrasi Desa Putat,
yaitu:
- Sebelah Utara : Desa Balongdowo
- Sebelah Timur : Desa Kedungbanteng
- Sebelah Selatan : Desa Kalidawir
- Sebelah Barat : Desa Ngaban

Desa ini berbatasan dengan Desa Ngaban, Kedungbanteng,


Kedungbendo. Batas wilayah administrasi dapat dilihat pada
Gambar. Desa Putat merupakan desa dengan luas 112,94 Ha
dengan luas sawah sebesar 82,59 Ha. Menurut data BPS (2013),
di Desa Putat, masyarakat umumnya bekerja sebagai petani
dengan jumlah 191 orang dan buruh swasta dengan jumlah 1646
orang, sedangkan masyarakat Desa Ngaban yang merupakan
petani sebanyak 18 orang dan buruh swasta sebanyak 2.373
orang.
18

Desa
Balongdowo

Desa
Ngaban
Desa
Kedung
banteng
Desa
Kalidawir

Sumber: Google Earth

Gambar 2.1 Batas Wilayah Administrasi Desa Putat

HIPPAM merupakan program penyediaan air pada desa-desa


yang tidak terlayani oleh PDAM. Kegiatan ini dikelola oleh
masyarakat yang dibentuk oleh Pemerintahan Desa demi
memenuhu kebutuhan masyarakat akan air bersih. Di Desa Putat,
pada tahun 2004, kegiatan ini dikelola oleh Badan Musyawarah
(BAMUS) dan Badan Pelaksana (BAPEL). Akan tetapi
dikarenakan keadaan yang tidak memungkinkan, maka tahun
2010 dibentuk organisasi tersendiri yang menangani HIPPAM
Tirto Barokah. Perangkat organisasi HIPPAM, yaitu:
Ketua : Muntoyyih
Sekretaris : Sultoni
Bendahara : Kayubi
Bag. Teknis :- Ismail
- Ardji
19

HIPPAM Tirto Barokah dimulai pada tahun 2004 dengan


penanaman pipa induk, yaitu PVC sebesar 3 inchi. Sumur yang
digunakan merupakan sumur artesis dengan kedalaman ± 80m
dengan debit 2-5 L/dtk. Pembangunan ini dibantu oleh Dinas
Pekerjaan Umum Cipta Karya. Air yang berasal dari sumur akan
dipompa menuju tandon yang berada ± 10 m dari atas tanah. Saat
ini pompa yang digunakan adalah pompa Groundfos NF 30-18M.
Sumur dan tandon HIPPAM berada di Balai Desa Putat.
Pada tahun 2004, bantuan dari Dinas Pekerjaan Umum (PU)
hanyalah pada pipa utama sehingga perlu adanya inisiatif dari
warga untuk memasang sambungan rumah (SR). Tahun 2005,
Pemerintah Desa berdiskusi dengan warga sehingga tercetuslah
sejumlah 53 warga yang mau memasang SR dengan harga Rp
275.000,00. Tahap awal ini merupakan sebagai pemicu warga lain
agar melakukan pemasangan pipa dengan biaya swadaya
masyarakat. Setiap tahunnya terdapat pertambahan SR yang
merupakan permintaan masyrakat sekitar. Banyak faktor yang
menjadi dasar permintaan ini, salah satunya yaitu kualitas air
sumur dangkal yang memburuk dan mahalnya biaya listrik untuk
pemompaan.
Berdasarkan data BPS (2013), Desa Putat memiliki jumlah 916
kepala keluarga (KK). Pada tahun 2014, menurut data organisasi
HIPPAM Tirto Barokah telah terdapat 233 sambungan rumah
(SR). Masyarakat lainnya masih menggunakan air sumur dangkal
karena menurut warga masih dapat digunakan. Jumlah pelanggan
dari tahun 2009 hingga tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 2.2

Tabel 2.2 Data Pelanggan Setiap RT


Nama Tahun
RT 2009 2010 2011 2012 2013 2014
RT 1 1 1 15 18 19 21
RT 2 2 3 7 7 7 7
RT 3 8 11 24 25 28 28
20

Nama Tahun
RT 2009 2010 2011 2012 2013 2014
RT 4 7 7 13 14 16 16
RT 5 5 5 9 10 12 12
RT 6 0 0 9 9 9 9
RT 7 0 1 8 11 14 16
RT 8 13 18 24 26 28 28
RT 9 13 13 22 23 24 26
RT 10 14 16 27 29 30 32
RT 11 23 26 31 32 32 32
RT 12 0 0 6 7 6 5
Jumlah 86 101 195 211 225 232

Sumber: Data Organisasi HIPPAM

Kenaikan drasistis pelanggan terjadi pada tahun 2010 ke tahun


2011. Hal ini disebabkan karena adanya bantuan dana dari
pemerintah dalam memberikan sambungan dana secara gratis.
Selain itu, adanya penambahan jaringan utama menyebabkan RT
6 dan RT 12 dapat terlayani.
Hingga saat ini pemakaian air HIPPAM belum memaksimalkan
sumber sumur. Berdasarkan data HIPPAM Tirto Barokah pada
bulan Februari 2014, pemakaian air sumur yang digunakan oleh
warga Desa Putat baru mencapai 262,82 m3/hari atau 3,04
L/detik. Oleh karena itu, untuk memaksimalkan sumber air, maka
diperlukan pengembangan distribusi sambungan rumah (SR) ke
rumah warga.
Jaringan distribusi dimulai dari air tandon melalui pipa induk
kemudian langsung didistribusikan ke pipa SR. Gambar jaringan
pipa dapat dilihat pada Gambar 2.2. Pipa yang digunakan untuk
sambungan rumah merupakan pipa PVC dengan diameter 3/4
21

inchi. Pada setiap SR telah dipasang meter air untuk mengetahui


volume yang dipakai oleh warga sehingga dapat diketahui biaya
retribusinya. Biaya retribusi sebesar Rp 500,00 untuk setiap 1 m3
air yang digunakan dan Rp 2.000,00 untuk biaya oprasional pipa.
Untuk pemasangan SR baru dikenakan biaya sebesar Rp
500.000,00 sedangkan menurut keterangan masyarakat untuk
memasang jaringan baru PDAM membutuhkan biaya lebih dari
Rp 1.000.000,00 dengan biaya air per m3 yang tinggi.

Gambar 2.2 Peta Jaringan Pipa Induk


22

“Halaman ini sengaja dikosongkan”


BAB 3
METODE PERENCANAAN
3.1 Umum
Penyusunan metode perencanaan ini adalah untuk memperoleh
gambaran langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan selama
proses perencanaan. Metode disusun berdasarkan langkah-
langkah awal, yaitu pengumpulan data sampai perencanaan akhir.
Perencanaan ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan suatu
pengembangan dengan melihat sisi teknis dan juga biaya.
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, maka tahapan kegiatan
dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu dimulai dari ide tugas akhir,
perijinan, pengumpulan data (primer dan sekunder), studi
literatur, analisa data, kemudian pembahasan untuk mendapatkan
rancangan. Berdasarkan hal tersebut, kerangka dan diagram alir
perencanaan selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Judul Tugas Akhir :


Studi Kelayakan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum di
Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo

Kondisi Eksisting: Kondisi Ideal:


 Persentase pelayanan 30%  Penggunaan air sumur
 Biaya pemasangan secara maksimal
GAP
dianggap mahal  Biaya disesuaikan
dengan kemampuan
warga

23
24

Studi Literatur : Perijinan :


a. Dasar-dasar  Bakesbangpolonmas
perencanaan jaringan Kabupaten Sidoarjo
distribusi air minum  Pemerintah Kecamatan
b. Dasar-dasar perhitungan Tanggulangin
kebutuhan air  Pemerintah Desa Putat
c. Dasar-dasar penyaluran  Organisasi HIPPAM Tirto
air bersih perpipaan Barokah
d. Modul Epanet
Pengumpulan Data :
1. Data Primer
 Observasi dan
pengamatan langsung di
lapangan
 Pendapat masyarakat
mengenai perencanaan
sistem penyediaan air
 Kemampuan ekonomi
masyarakat
 Data elevasi tanah
 Data jumlah rumah
2. Data Sekunder
 Data keuangan organisasi
HIPPAM
 Data jumlah penduduk
 Data kebutuhan air

B
25

Analisa dan Pembahasan Data

Kesimpulan dan Saran

Penyusunan Laporan

Gambar 3.1 Kerangka Perencanaan

3.2 Perizinan
Tahap kegiatan awal yang dilakukan, yaitu perijinan untuk
kegiatan pengumpulan data. Surat ijin diberikan oleh Jurusan
Teknik Lingkungan untuk perijian kepada Badan Kesatuan
Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat (Bakesbangpol
Linmas) Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan ijin dari
Bakesbangpol Linmas Provinsi Jawa Timur kemudian dilakukan
perijinan ke Bakesbangpo Linmas Kabupaten Sidoarjo. Tahap
selanjutnya dengan melakukan perijinan yang ditujukan kepada
instansi terkait, yaitu Pemerintah Kecamatan Tanggulangin,
Himpunan Penduduk Pengguna Air Minum (HIPPAM) Tirto
Barokah. Selain untuk melakukan pengumpulan data, perijinan
juga dilakukan ke Pemerintah Desa Putat untuk melakukan
pembagian kuisioner.
26

3.3 Studi Literatur


Studi literatur dilakukan untuk mendukung penyelesaian masalah
dalam perencanaan dari tahap awal hingga penyusunan laporan.
Studi literatur yang digunakan, yaitu buku, jurnail ilmuah, laporan
perencanaan sebelumnya, dan publikasi lainnya. Adapun materi
literatur yang perlu diperhatikan dalam perencanaan ini, yaitu:
a. Dasar-dasar perencanaan jaringan distribusi air minum
b. Dasar-dasar perhitungan kebutuhan air
c. Dasar-dasar penyaluran air bersih perpipaan
d. Modul Epanet 2.0

3.4 Pengumpulan Data


Data yang dibutuhkan dalam rencanaan ini, yaitu data primer dan
data sekunder. Data primer merupakan data yang didapatkan
dengan observasi atau pengamatan di lapangan dan dilakukan
secara langsung. Data sekunder merupakan data yang didapatkan
dari instansi terkait. Data yang dibuthkan, yaitu:
a. Data primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan observasi dan
pengamatan langsung di lapangan dan melalui kuisioner.
 Observasi dan pengamatan langsung dilakukan untuk
mendapatkan data secara langsung ke Desa Putat,
Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo. Data
yang diambil, yaitu elevasi tanah, jaringan pipa eksisting,
kondisi lingkungan sekitar, dan wilayah pelayanan untuk
perencanaan sistem penyaluran air.
 Kuesioner bertujuan untuk mengetahui pendapat
masyarakat sekitar mengenai perencanaan sistem
penyaluran air. Melalui kuesioner, akan diketahui
keinginan masyarakat dalam memasang sambungan
rumah (SR) air HIPPAM.
Sebelumnya dilakukan pendataan awal, yaitu mengetahui
secara rata kemauan masyarakat untuk dipasang
27

sambungan air dari HIPPAM. Hal ini dilakukan dengan


cara pembagian kuesioner awal terhadap semua Rukun
Tetangga (RT) sebanyak 5 rumah dan juga dengan
wawancara secara langsung. Pembagian kusioner dan
wawancara dilakukan dengan random sampling. Random
sampling dilihat berdasarkan lokasi rumah responden.
Pemilihan rumah yang berada di pinggir jalan, di tengah,
dan di belakang, dan dengan bersela. Hal ini dilakukan
agar didapatkan pendapat yang merata. Pada hasil
pendataan awal, di RT 12 tidak terdapat warga yang
berkeinginan untuk memasang air HIPPAM sehingga
tidak dilakukan pendataan lebih lanjut di RT 12.
Berdasarkan data awal, tersebut, maka dilakukan
perhitungan secara statistika untuk mendapatkan jumlah
kuesioner yang akan dibagikan pada setiap RT.
𝑁𝑃̂𝑄̂
Pehitungan ini menggunakan rumus: n (𝑁−1)𝐷+𝑃̂𝑄̂
,
sehingga didapatkan:

Tabel 3.1 Jumlah Kuesioner Setiap RT


Jumlah
Jumlah Non- Jumlah
RT Realisasi
Rumah pelanggan Kuisioner
Kuesioner
1 81 60 25 15
2 66 59 31 31
3 73 45 22 22
4 62 46 27 24
5 75 63 32 12
6 49 40 21 10
7 67 51 24 15
8 58 30 18 19
9 45 19 15 10
28

Jumlah
Jumlah Non- Jumlah
RT Realisasi
Rumah pelanggan Kuisioner
Kuesioner
10 45 13 10 10
11 53 21 16 16
Total Jumlah 236 184

Pada prakteknya, jumlah kuesioner yang dibagikan pada


masyarakat tidak sesuai dengan perhitungan. Hal ini
dikarenakan adanya beberapa rumah yang kosong dan jarang
ditempati oleh pemiliknya.
Penyebaran kuesioner juga dilakukan di Desa Ngaban sebagai
studi kemungkinan pengembangan air HIPPAM. Hal ini
melihat kebutuhan masyarakat akan air perpipaan.

b. Data sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan pendekatan
kepada instansi-instansi terkait dan literatur untuk
mendapatkan data yang dibutuhkan dalam perencanaan.
Adapun data yang dibutuhkan, yaitu:
 Data jumlah rumah terlayani oleh HIPPAM Tirto
Barokah
 Fasilitas yang dimiliki oleh HIPPAM Tirto Barokah
 Data jumlah debit pemakaian air
 Data elevasi dan koordinat menggunakan Google Earth
karena terdapat gangguan pada GPS.
Data-data yang telah terkumpul, kemudian akan dianalisis
menggunakan metode matematis dan secara deskriptif.
29

3.5 Analisa dan Pembahasan


Data-data yang telah didaptkan digunakan untuk analisa untuk
pengembangan. Analisa teknis yang dilakukan berdasarkan
jaringan eksisting dan pengembangan dengan melihat kriteria
kecepatan dan tekanan. Kemudian dianalisis kembali dengan
analisis biaya.
3.5.1 Analisis Teknis
a. Analisis jaringan eksisting
Permodelan jalur distribusi eksisting akan dilakukan dengan
menggunakan software Epanet 2.0. Analisis jaringan
eksisting dilihat dengan kriteria kecepatan, yaitu 0,3 – 2 m/s.

b. Analisis jaringan pengembangan


Pengembangan dilakuan dengan proyeksi dalam jangka
waktu 5 tahun ke depan. Jalur pengembangan akan dibuat
dengan melihat hasil kuesioner warga. Penentuan arah
pengembangan dilakukan dengan 3 skenario, yaitu:
a. Perkembangan jumlah pelanggan setiap tahun sesuai
dengan selisih rata-rata tiap tahun
b. Perkembangan jumlah pelanggan selama 5 tahun
memenuhi 35% permohonan permintaan sesuai dengan
kuesioner
c. Perkembangan jumlah pelanggan selama 5 tahun
memenuhi 45% permohonan pengurangan biaya
pemasangan sesuai dengan kuesioner.
Berdasarkan skenario yang dibuat, maka didapatkan beberapa
hasil melalui software Epanet. Setiap jalur yang akan
dilayanai akan dilihat faktor tekanan dan kecepatan. Tekanan
minimum yang dikehendaki, yaitu 5 m dimana tekanan
tersebut melihat tekanan minum keran, sedangkan kecepatan
yang dikehendaki, yaitu 0,3 – 2 m/s.
30

Setelah mengetahui alternatif pengembangan, maka dapat


dilakukan analisis biaya, yaitu RAB dan BOQ sehingga dapat
diketahui biaya retribusi kepada masyarakat.
3.5.2 Analisis kelayakan
Analisis kelayakan yang dilakukan terhadap dana kas organisasi
HIPPAM sekarang dan analisis kelayakan biaya pada alternative
daerah pengembangan.
Analisis kelayakan organisasi merupakan perbandingan antara
pendapatan dengan biaya perbaikan, operasi, dan perawatan.
𝑃𝑉 𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡
Analisis kelayakan padat diketahui dengan rumus: 𝑃𝑉 𝐶𝑜𝑠𝑡
.
Dalam analisis kelayakan organisasi, nilai yang digunakan, yaitu
1,5. Apabila kelayakan cost and benefit organisasi lebih dari 1,5,
maka sisa kas dapat disubsidi silang ke biaya pengembangan.
Analisis kas dilihat berdasarkan pendapatan kas HIPPAM, yaitu
dari rekening air, sedangkan biaya pengeluaran adalah biaya tetap
setiap bulannya.
Biaya pengembangan merupakan biaya yang dibutuhkan dalam
mengembangan distribusi air, yaitu biaya yang harus dibayar oleh
warga. Biaya tersebut termasuk biaya pipa, biaya meter air, dan
biaya tenaga
3.5.3 Pembahasan
Perencanaan dilakukan setelah melakukan analisis jaringan
eksisting, pengolahan data primer, dan sekunder. Perencanaan
pengembangan dilakukan dengan menggunakan software Epanet
2.0 dengan penentuan wilayah pengembangan sesuai dengan
analisis kuesioner sehingga wilayah yang memasang SR,
merupakan pelanggan yang berminat untuk memasang SR.
Perencanaan juga melihat pada biaya yang dibutuhkan dalam
menyambung SR dan kemampuan HIPPAM dalam memberikan
bantuan dana. Biaya ini nantinya akan menjadi iuran bagi
masyarakat yang akan memasang SR.
31

3.6 Kesimpulan dan Saran


Pada akhir perencanaan ini akan dihasilkan kesimpulan dan saran.
Hasil analisa dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan
yang menjawab tujuan dan perumusan masalah perencanaan ini.
Kesimpulan dari perencanaan ini, yaitu mengenai jalur
pengembangan distribusi yang layak sesuai dengan biaya dan
kemampuan masyarakat Desa Putat, Kabupaten Sidoarjo.
Berdasarkan perencanaan yang telah dibuat, maka akan diketahui
saran yang dapat direkomendasikan kepada perencanaan
selanjutnya.
32

“Halaman ini sengaja dikosongkan”


BAB 4
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Rencana Pengembangan Sistem Distribusi


Perencanaan pengembangan sistem distribusi air bersih di Desa
Putat didasarkan untuk memaksimalkan sumber air yang ada.
Pada hakekatnya, pengembangan dilakukan dengan melihat
keinginan masyarakat untuk berlangganan air HIPPAM Tirto
Barokah. Hal ini dapat diketahui melalui survei dengan metode
wawancara dan kuesioner. Responden yang dipilih merupakan
responden yang belum memakai air HIPPAM.
Pada awalnya dilakukan pembagian kuesioner sebanyak 5
kuesioner di setiap Rukun Tetangga (RT) sebagai survei
pendahuluan. Survei pendahuluan ini dilakukan untuk melihat
secara garis besar keinginan dan kebutuhan masyarakat terhadap
air HIPPAM. Survei pendahulan ini juga sebagai dasar penentuan
jumlah kuesioner yang akan dibagikan disetiap RT.

4.2 Hasil Kuesioner

2. Berdasarkan keinginan masyarakat, maka didapatkan bahwa


di setiap RT lebih banyak yang tidak ingin untuk memasang
saluran air dari HIPPAM. Masyarakar yang menginginkan
adanya sambungan rumah (SR) yang berasal dari HIPPAM
sebanyak 35%, sedangkan yang tidak ingin SR sebanyak
65%.

33
34

Pesentase Minat SR
35%
Ingin
65%
Tidak

Gambar 4.1 Persentase Minat SR

3. Berdasarkan masyarakat yang ingin memasang SR, maka


dapat dilihat kemauan disetiap RT. Pada RT 1 tidak terdapat
warga yang ingin memasang SR, sedangkan persentase
keinginan untuk memasang SR paling banyak berada pada
RT 8 dan 10.

Persentase Keinginan SR di Setiap RT


RT 1
0% RT 2
3% RT 3
13% 9% RT 4
11% RT 5
14% RT 6
RT 7
7% 13% RT 8
RT 9
14% 13%
RT 10
RT 11
3%

Gambar 4.2 Persentase Keinginan SR Setiap RT

4. Berdasarkan alasan masyarakat tidak memakai HIPPAM


hingga saat ini, didapatkan beberapa alasan, seperti biaya,
kualitas air HIPPAM yang kurang baik, sumur yang masih
bagus, air sering mati, aliran kecil, dan lain-lain. Persentase
35

terbesar alasan masyarakat tidak memakai HIPPAM


dikarenakan biaya yang cukup mahal, sedangkan biaya untuk
kebutuhan lainnya tinggi.

Alasan tidak memakai HIPPAM


1% 5%
Kualitas air HIPPAM
14% kurang baik
Biaya
40%
30% Air sering mati

Sumur masih bagus


10%
Aliran air kecil

Gambar 4.3 Persentase Alasan Tidak Memakai HIPPAM

5. Berdasarkan kemampuan masyarakat dalam membayar


sambungan, maka didapatkan beragam biaya yang disanggupi
oleh masyarakat. Biaya yang paling disanggupi oleh
masyarakat, yaitu dibawah Rp 100.000,00.

3% Jumlah Peminat Berdasarkan Biaya Sambungan


1%
3% dibawah 100.000
6%
100.000-200.000
15% 43% 200.000-300.000
300.000-400.000
400.000-500.000
500.000-600.000
29% 600.000-700.000

Gambar 4.4 Persentase Kesanggupan Biaya Sambungan


36

4.3 Jaringan Eksisting


Jaringan eksisting hanya terdiri dari pipa utama, yaitu 3 dim dan
sambungan rumah (SR), yaitu ¾ dim. Jaringan dibuat dengan
sofware Epanet 2.0 dengan gambar jaringan pipa utama. Jaringan
yang dianalisis, yaitu node pada jaringa utam. Debit pada
sambungan rumah telah disambungkan/diwakilkan pada node
pipa utama. Berikut ini adalah sistem jaringan eksisting di
HIPPAM Tirto Barokah, Desa Putat.

Gambar 4.5 Sistem Jaringan Eksisting HIPPAM Tirto


Barokah

Pada jaringan eksisting didapatkan bahwa kecepatan tidak


memenuhi kriteria. Kecepatan pada jaringan eksisiting dibawah
0,3 m/s, bahkan terdapat kecepatan di bawah 0,1 m/s. Parameter
tekanan untuk disetiap node telah memenuhi kriteria minimal
untuk penyaluran air bersih di setiap rumah. Melihat pada
jaringan eksisiting, terlihat bahwa tekanan minimal pada setiap
titik, yaitu 5,56 m. Kecepatan maksimal pada jaringan ini, yaitu
0,73 m/dtk pada pipa dari tangki air dan terdapat kecepatan
37

minimum, yaitu 0 m/dtk pada ujung-ujung pipa di RT 1, 3, 6, dan


10. Hasil software Epanet dapat dilihat pada lampiran.
Software Epanet menunjukkan pada pemakaian secara bersamaan
pada jam puncak. Berdasarkan Epanet, diketahui bahwa pada saat
pemakaian bersamaan jaringan HIPPAM tidak sesuai dengan
kriteria yang direncanakan. Hal ini dapat diakibatkan juga oleh
pipa yang terlalu besar. Oleh karena pipa utama memiliki
kemungkinan yang kecil untuk diganti, maka pipa eksisting harus
dipenuhi dengan penambahan sumber baru. Penambahan sumber
baru berkolerasi dengan penambahan jumlah pelayanan sehingga
diperlukan pengembangan dalam menambah jumlah pelanggan.
Debit yang digunakan dalam proyeksi pelanggan disesuaikan
debit rata-rata pelanggan Desa Putat. Data ini didapatkan
berdasarkan data pemakaian jumlah air yang dimiliki organisasi
Tirto Barokah pada tahun 2013. Data debit yang didapatkan
merupakan data hari maksimum sehingga dicari debit rata-rata
dan jam puncak.
Rata-rata Q tahun 2013 = 32.63 m3/bulan
Q hari maksimum = 1.087,67 L/hr = 1,09 m3/hr
= 0,013 L/dtk
Q hari maksimum
Q rata-rata =
faktor hari maksimum

0,013
= = 0,011 L/dtk
1,15

Faktor hari maksimum diasumsikan 1,1 karena di Desa Putat


kegiatan setiap hari kerja dan hari libur tidak jauh berbeda. Selain
itu melihat air HIPPAM hanyalah digunakan untuk mandi dan
cuci sehingga tidak terjadi perbedaan besar. Oleh sebab itu, faktor
yang digunakan merupakan faktor yang terkecil dari range fator
hari maksimum, yaitu 1,15 – 1,2.
38

Q jam puncak = Q rata-rata x faktor jam puncak


= 0,011 L/dtk x 2
= 0,02 L/dtk
Faktor jam puncak yang digunakan diasumsikan 2. Hal ini
berdasarkan pada hasil survey mengenai aktivitas masyarakat.

4.4 Analisis Pengembangan Sistem Jaringan


Pengembangan ini dilakukan dengan melihat kebutuhan air pada
penambahan jumlah pelanggan di Desa Putat. Berdasarkan data
yang didapat diketahui jumlah pengguna HIPPAM dari tahun
2008-2014, yaitu:

Tabel 4.1 Pengguna HIPPAM per Tahun


Penambahan Pelanggan
Tahun Jumlah Pelanggan
per Tahun
2008 85 0
2009 86 1
2010 100 14
2011 196 96
2012 212 16
2013 226 14
2014 233 7
Sumber: Hasil perhitungan

Berdasarkan penambahan jumlah pelanggan setiap tahunnya,


maka dapat diketahui proyeksi penambahan untuk setiap tahun.
Pada kasus ini, digunakan proyeksi selama 5 tahun, melihat
bahwa penggunaan air masih hanya sebatas untuk mencuci dan
mandi.
39

Skenario yang dilakukan, yaitu:


a. Perkembangan jumlah pelanggan setiap tahun sesuai dengan
selisih rata-rata tiap tahun
b. Perkembangan jumlah pelanggan selama 5 tahun memenuhi
35% permohonan permintaan sesuai dengan kuesioner
c. Perkembangan jumlah pelanggan selama 5 tahun memenuhi
45% permohonan pengurangan biaya pemasangan sesuai
dengan kuesioner.
Berdasarkan skenario yang dibuat, maka didapatkan beberapa
hasil.

4.4.1 Skenario Pengembangan 1


Pengembangan 1 diasumsikan bahwa pengembangan setiap
tahunnya adalah sama. Jumlah pengembangan merupakan rata-
rata penambahan pelanggan per tahunnya, akan tetapi rata-rata
tidak dipengaruhi oleh penambahan pelanggan pada tahun 2011.
Hal ini dikarenakan pada tahun 2011 terjadi penambahan
pelanggan yang tidak tetap, yaitu akibat adanya sumbangan dari
Pemerintah Sidoarjo. Berdasarkan perhitungan, maka didapatkan
rata-rata, yaitu 14 rumah. Setelah didapatkan rata-rata setiap
rumah, maka dilakukan perhitungan jumlah pelanggan yang dapat
dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Pengembangan SR Setiap Tahun Skenario 1


Jumlah Kenaikkan Pelanggan
Tahun Jumlah Pelanggan
Rumah per Tahun
2008 761 85 0
2009 761 86 1
2010 761 100 14
2011 761 196 96
2012 761 212 16
2013 761 226 14
40

Jumlah Kenaikkan Pelanggan


Tahun Jumlah Pelanggan
Rumah per Tahun
2014 761 233 7
2015 761 247 14
2016 761 261 14
2017 761 275 14
2018 761 289 14
2019 761 303 14
Persentase pengembangan pelanggan 13%
Persentase pelayanan 40%
Sumber: Hasil perhitungan

Berdasarkan perhitungan ini, maka diketahui dengan penambahan


sesuai rata-rata tahun sebelumnya, persentase terakhir pelanggan
hanya 13%. Setelah diproyeksikan, maka dapat dihitung
kebutuhan debit yang harus dipenuhi hingga tahun 2019, yaitu:
Q rata-rata = 0,011 L/dtk
Q rata-rata total rumah = 0,011 L/dtk/SR x 70 SR
= 0,79 L/dtk
Dengan asumsi kebocoran sebesar 25%, maka Q = 0,99 L/dtk.
Kebocoran diasumsikan sebesar 25% karena tidak terdapatnya
meter induk sehingga tidak dapat diketahui volume air yang
keluar dati tangki air. Selain itu, melihat kondisi peralatan yang
tidak memadai dan teknisi yang belum terlatih untuk mendeteksi
kebocoran, maka dibutuhkan debit yang besar dalam kebutuhan
masyarakat.
Sehingga Q yang dibutuhkan merupakan Q eksisting ditambah
dengan Q pengembangan, yaitu:
Q yang dibutuhkan = 2,63 L/dtk + 0,99 L/dtk
= 3,62 L/dtk
41

Q hari maksimum = Q yang dibutuhkan x faktor hari


maksumum
= 3,62 L/dtk x 1,15
= 4,17 L/dtk
Q jam puncak = Q rata-rata x faktor jam puncak
= 3,62 L/dtk x 2
= 7,25 L/dtk

Setelah dilakukan perhitungan, maka dapat disumpulkan bahwa


untuk memenuhi kebutuhan pada skenario pengembangan 1 tidak
diperlukan adanya penambahan sumber baru. Perhitungan
menunjukkan bahwa hingga tahun 2019 kebutuhan rata-rata total
adalah 3,62 L/dtk dan debit untuk hari maksimum adalah 4,17
L/dtk, sedangkan sumur yang digunakan sekarang maksimal
adalah 5 L/dtk. Pada skenario ini masih dapat dgunakannya
sumur dan tangki air eksisting dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat.

4.4.2 Skenario Pengembangan 2


Pengembangan 2 diasumsikan bahwa persentase akhir pelanggan
adalah 35%. Rata-rata kenaikan pelanggan didapatkan dengan:

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 𝐻𝐼𝑃𝑃𝐴𝑀 2014 𝑋 35%


=
5

Melalui perhitungan ini, maka didapatkan jumlah rata-rata


kenaikkan pelanggan adalah 37 rumah untuk setiap tahunnya.
Jumlah pengembangan untuk skenario 2 dapat dilihat pada Tabel
4.3.
42

Tabel 4.3 Pengembangan SR Setiap Tahun Skenario 2


Jumlah Jumlah Kenaikkan Pelanggan per
Tahun
Rumah Pelanggan Tahun
2008 761 85 0
2009 761 86 1
2010 761 100 14
2011 761 196 96
2012 761 212 16
2013 761 226 14
2014 761 233 7
2015 761 270 37
2016 761 307 37
2017 761 344 37
2018 761 381 37
2019 761 418 37
Persentase pengembangan pelanggan 35%
Persentase pelayanan 55%
Sumber: Hasil perhitungan

Pada skenario kedua ini, pada tahun 2019 persentase pelayanan


adalah menjadi 55%. Setelah diproyeksikan, maka dapat dihitung
kebutuhan debit yang harus dipenuhi hingga tahun 2019, yaitu:
Q rata-rata = 0,011 L/dtk
Q rata-rata total rumah = 0,011 L/dtk/SR x 185 SR
= 2,09 L/dtk
Dengan asumsi kebocoran sebesar 25%, maka Q = 2,61 L/dtk

Sehingga Q yang dibutuhkan merupakan Q eksisting ditambah


dengan Q pengembangan, yaitu:
43

Q yang dibutuhkan = 2,63 L/dtk + 2,61 L/dtk


= 5,25 L/dtk
Q hari maksimum = Q yang dibutuhkan x faktor hari
maksumum
= 5,25 L/dtk x 1,15
= 6,04 L/dtk
Q jam puncak = Q rata-rata x faktor jam puncak
= 5,25 L/dtk x 2
= 10,50 L/dtk

Setelah dilakukan perhitungan, maka dapat disumpulkan bahwa


untuk memenuhi kebutuhan pada skenario pengembangan 2
diperlukan adanya penambahan sumber baru. Perhitungan
menunjukkan bahwa hingga tahun 2019 kebutuhan rata-rata total
adalah 5,25 L/dtk dan kebutuhan pada hari maksimum adalah
sebesar 6,04 L/dtk, sedangkan sumur yang digunakan sekarang
maksimal adalah 5 L/dtk. Selisih antara sumber eksisting, yaitu
sebesar 1,04 L/dtk harus dipenuhi. Oleh sebab itu diperlukan
penambahan sumber baru. Sumber baru minimal memiliki jarak
100 m dari sumur eksisting agar tidak terjadi penurunan muka air
tanah.
4.4.3 Skenario Pengembangan 3
Pengembangan 3 diasumsikan bahwa persentase akhir pelanggan
adalah 45%. Rata-rata kenaikan pelanggan didapatkan dengan:

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 𝐻𝐼𝑃𝑃𝐴𝑀 2014 𝑋 45%


=
5

Melalui perhitungan ini, maka didapatkan jumlah rata-rata


kenaikkan pelanggan adalah 48 rumah untuk setiap tahunnya.
44

Jumlah pengembangan untuk skenario 3 dapat dilihat pada Tabel


4.4

Tabel 4.4 Pengembangan SR Setiap Tahun Skenario 3


Jumlah Jumlah Kenaikkan Pelanggan per
Tahun
Rumah Pelanggan Tahun
2008 761 85 0
2009 761 86 1
2010 761 100 14
2011 761 196 96
2012 761 212 16
2013 761 226 14
2014 761 233 7
2015 761 281 48
2016 761 329 48
2017 761 377 48
2018 761 425 48
2019 761 473 48
Persentase pengembangan pelanggan 45%
Persentase pelayanan 62%

Pada skenario kedua ini, pada tahun 2019 persentase pelayanan


adalah menjadi 62%. Setelah diproyeksikan, maka dapat dihitung
kebutuhan debit yang harus dipenuhi hingga tahun 2019, yaitu:
Q rata-rata = 0,011 L/dtk
Q total rumah = 0,011 L/dtk/SR x 240 SR
= 2,71 L/dtk
Dengan asumsi kebocoran sebesar 25%, maka Q = 3,39 L/dtk
45

Sehingga Q yang dibutuhkan merupakan Q eksisting ditambah


dengan Q pengembangan, yaitu:
Q yang dibutuhkan = 2,63 L/dtk + 3,39 L/dtk
= 6,03 L/dtk
Q hari maksimum = Q yang dibutuhkan x faktor hari
maksumum
= 6,03 L/dtk x 1,15
= 6,93 L/dtk
Q jam puncak = Q rata-rata x faktor jam puncak
= 6,03 L/dtk x 2
= 12,05 L/dtk
Setelah dilakukan perhitungan, maka dapat disumpulkan bahwa
untuk memenuhi kebutuhan pada skenario pengembangan 3
diperlukan adanya penambahan sumber baru. Perhitungan
menunjukkan bahwa hingga tahun 2019 kebutuhan rata-rata total
adalah 6,03 L/dtk dan kebutuhan pada hari maksimum adalah
6,93 L/dtk, sedangkan sumur yang digunakan sekarang maksimal
adalah 5 L/dtk. Melihat itu dapat disimpulkan bahwa sumber
eksisting tidak dapat memenuhi kebutuhan hingga tahun 2019.
Oleh sebab itu, diperlukan penambahan sumber baru. Sumber
baru minimal memiliki jarak 100 m dari sumur eksisting agar
tidak terjadi penurunan muka air tanah.
4.4.4 Jumlah Pelanggan
Dengan melihat perbedaan pada jumlah pelanggan tiap skenario,
maka dilakukan perhitungan untuk menentukan jumlah pelanggan
untuk disetiap RT. Jumlah pelanggan diperhitungkan berdasarkan
pelanggan yang berkeinginan untuk memasang SR melalui hasil
kuesioner. Jumlah pelanggan untuk setiap RT dapat dilihat pada
Tabel 4.5.
46

Tabel 4.5 Jumlah Pelanggan SR Per Skenario


Persentase Jumlah pelanggan
RT Keinginan Skenario
(%) Skenario 2 Skenario 3
1
RT 1 0 0 0 0
RT 2 9.37 7 17 22
RT 3 2.40 2 4 6
RT 4 10.80 8 20 26
RT 5 13.20 9 24 32
RT 6 2.64 2 5 6
RT 7 13.20 9 24 32
RT 8 14.22 10 26 34
RT 9 7.20 5 13 17
RT 10 13.77 10 25 33
RT 11 13.20 9 24 32
Jumlah 100 70 185 240
Sumber: Hasil perhitungan

4.5 Analisis Epanet


Setelah didapatkan jumlah pelanggan SR untuk setiap RT, maka
dilakukan analisis tekanan dan kecepatan dengan menggunakan
Epanet. Analisis Epanet dilakukan untuk setiap skenario. Lokasi
node pelanggan tambahan dipilih berdasarkan kuesioner dan node
yang padat dengan rumah.
4.5.1 Analisis Epanet Skenario 1
Pada analisis skenario 1, dilakukan penambahan debit sesuai
dengan perhitungan. Hasil analisis Epanet dapat dilihat pada
Gambar 4.7.
Pada skenario ini didapatkan bahwa terjadi penambahan
kecepatan, akan tetapi kecepatan belum memenuhi kriteria
47

kecepatan. Kecepatan yang belum memenuhi, disebabkan debit


pemakaian pada ujung pipa belum memenuhi debit untuk
kecepatan tersebut pada pipa sebesar 3 inchi. Berdasarkan hal ini,
maka diperlukan penambahan kebutuhan air pada ujung pipa,
seperti pada RT 1, tidak terdapat penambagan pelanggan SR.
Melihat hal ini, maka perlu adanya perbaikan kualitas air
sehingga warga RT 1 berminat untuk menjadi pelanggan.
Pada analisis dengan parameter tekanan, sebagian besar node
telah memenuhi kriteria, yaitu minimal 5 m, akan tetapi terdapat
beberapa node yang bertekanan 4 m sehingga diperlukan pompa
booster untuk menaikkan tekanan pada pipa. Pompa booster
diletakkan pada pengaliran dari tangki air menuju pipa utama. Hal
ini memudahkan dalam melakukan pemeriksaan oleh teknisi
HIPPAM. Pada skenario 1, kenaikkan tekanan tidak terlalu besar,
maka pompa yang dibutuhkan pada skenario ini memiliki tekanan
minimal 1 m.

Gambar 4.6 Kebutuhan Peningkatan Tekanan

Selain itu, pada pipa terdapat flow dan kecepatan yang bernilai 0
L/dtk. Hal ini menyatakan bahwa pada pipa tersebut tidak
terdapat aliran air sehingga pipa tersebut dapat dipotong. Pipa
yang dapat dipotong atau diberikan valve merupakan pipa akhir
pada RT 1, 5, dan 6. Hasil pada Epanet dapat dilihat pada
lampiran.
48

Gambar 4.7 Analisis Epanet Skenario 1


48
49

Tabel 4.6 Hasil Analisis Epanet Skenario 1


Base Demand Demand Pressure
Node ID
LPS LPS m
Junc 1 0 0 6.14
Junc 2 0.014 0.03 7.79
Junc 3 0 0 6.58
Junc 4 0 0 13
Junc 5 0.055 0.11 8.2
Junc 6 0 0 8.47
Junc 7 0.03 0.06 9.42
Junc 8 0 0 7.73
Junc 9 0 0 7.73
Junc 10 0 0 6.73
Junc 11 0.026 0.05 6.14
Junc 12 0.016 0.03 6.14
Junc 13 0.058 0.12 5.15
Junc 14 0.025 0.05 5.15
Junc 15 0.05 0.1 6.19
Junc 16 0.018 0.04 6.21
Junc 17 0 0 6.23
Junc 19 0 0 6.26
Junc 20 0.032 0.06 6.28
Junc 21 0.023 0.05 7.31
Junc 22 0.031 0.06 7.33
Junc 23 0 0 7.37
Junc 24 0.023 0.05 6.41
Junc 25 0.017 0.03 7.46
Junc 26 0.038 0.08 7.51
Junc 27 0.012 0.02 11.59
Junc 28 0.009 0.02 7.69
50

Base Demand Demand Pressure


Node ID
LPS LPS m
Junc 29 0.02 0.04 7.65
Junc 30 0.039 0.08 6.64
Junc 31 0.052 0.1 6.62
Junc 32 0.013 0.03 8.09
Junc 33 0 0 8.3
Junc 34 0 0 8.45
Junc 35 0 0 9.6
Junc 36 0 0 9.77
Junc 37 0 0 11.04
Junc 38 0 0 12.25
Junc 39 0 0 9.22
Junc 40 0.022 0.04 6.98
Junc 41 0.019 0.04 6.89
Junc 42 0 0 6.75
Junc 43 0 0 6.44
Junc 44 0.047 0.09 7.3
Junc 45 0.023 0.05 7.19
Junc 46 0.036 0.07 7.14
Junc 47 0.027 0.05 7.07
Junc 48 0.014 0.03 5.99
Junc 49 0 0 5.96
Junc 50 0.052 0.1 7.82
Junc 51 0.005 0.01 7.78
Junc 52 0.018 0.04 6.14
Junc 53 0.038 0.08 5.15
Junc 54 0.057 0.11 6.16
Junc 55 0.069 0.14 6.16
Junc 56 0.023 0.05 7.34
Junc 57 0 0 7.38
51

Base Demand Demand Pressure


Node ID
LPS LPS m
Junc 58 0.017 0.03 7.48
Junc 59 0 0 6.49
Junc 60 0.029 0.06 7.53
Junc 61 0.004 0.01 8.57
Junc 62 0.001 0 7.54
Junc 63 0.011 0.02 8.57
Junc 64 0.007 0.01 7.6
Junc 65 0.039 0.08 7.61
Junc 66 0.006 0.01 7.65
Junc 67 0.003 0.01 7.67
Junc 68 0 0 7.72
Junc 69 0 0 8.16
Junc 70 0.009 0.02 7.74
Junc 71 0.016 0.03 7.76
Junc 72 0.04 0.08 7.74
Junc 73 0.045 0.09 7.73
Junc 74 0.02 0.04 7.7
Junc 75 0.029 0.06 6.66
Junc 76 0.05 0.1 6.66
Junc 77 0.03 0.06 6.6
Junc 78 0.068 0.14 6.59
Junc 79 0.037 0.07 6.59
Junc 80 0.032 0.06 6.59
Junc 81 0.025 0.05 6.58
Junc 82 0.019 0.04 6.58
Junc 83 0.045 0.09 6.58
Junc 84 0.025 0.05 6.58
Junc 85 0.012 0.02 7.97
Junc 86 0.009 0.02 11.72
52

Base Demand Demand Pressure


Node ID
LPS LPS m
Junc 87 0.017 0.03 11.09
Junc 88 0.003 0.01 10.9
Junc 89 0.03 0.06 10.59
Junc 90 0.011 0.02 9.22
Junc 91 0.033 0.07 9.22
Junc 92 0 0 9.21
Junc 93 0.029 0.06 9.21
Junc 94 0.028 0.06 10.21
Junc 95 0.027 0.05 10.21
Junc 96 0.017 0.03 9.2
Junc 97 0.037 0.07 9.2
Junc 98 0 0 9.2
Junc 99 0.033 0.07 9.2
Junc 100 0.039 0.08 9.2
Junc 101 0.022 0.04 9.2
Junc 102 0.024 0.05 9.2
Junc 103 0.026 0.05 9.2
Junc 104 0.02 0.04 7.96
Junc 105 0.007 0.01 7.84
Junc 106 0.008 0.02 8.59
Junc 107 0.033 0.07 9.46
Junc 108 0.027 0.05 8.43
Junc 109 0.02 0.04 8.46
Junc 110 0.027 0.05 9.46
Junc 111 0 0 9.46
Junc 112 0.014 0.03 9.46
Junc 113 0.006 0.01 9.46
Junc 114 0.035 0.07 8.45
Junc 115 0.01 0.02 8.45
53

Base Demand Demand Pressure


Node ID
LPS LPS m
Junc 116 0.033 0.07 8.45
Junc 117 0.03 0.06 8.44
Junc 118 0.006 0.01 8.44
Junc 119 0.032 0.06 8.44
Junc 120 0.017 0.03 8.43
Junc 121 0.053 0.11 9.43
Junc 122 0.002 0 9.43
Junc 176 0.016 0.03 9.43
Junc 123 0.023 0.05 9.43
Junc 124 0.032 0.06 9.42
Junc 125 0.016 0.03 9.42
Junc 126 0.021 0.04 9.42
Junc 127 0.045 0.09 9.42
Junc 128 0.034 0.07 9.42
Junc 129 0.017 0.03 8.39
Junc 130 0.025 0.05 8.35
Junc 131 0.041 0.08 8.32
Junc 132 0.018 0.04 8.24
Junc 133 0.031 0.06 8.17
Junc 134 0.047 0.09 8.1
Junc 135 0.015 0.03 8
Junc 136 0.022 0.04 6.86
Junc 137 0.01 0.02 6.83
Junc 138 0.039 0.08 6.79
Junc 139 0.007 0.01 6.68
Junc 140 0.032 0.06 7.35
Junc 141 0 0 7.25
Junc 142 0.019 0.04 7.23
Junc 143 0.023 0.05 7.17
54

Base Demand Demand Pressure


Node ID
LPS LPS m
Junc 144 0 0 5.73
Junc 145 0.008 0.02 5.73
Junc 146 0.004 0.01 6.73
Junc 147 0.021 0.04 6.73
Junc 148 0 0 6.73
Junc 149 0 0 7.73
Junc 150 0.015 0.03 7.73
Junc 151 0.038 0.08 7.73
Junc 152 0.033 0.07 7.73
Junc 153 0.045 0.09 7.74
Junc 154 0.029 0.06 7.74
Junc 155 0.029 0.06 7.74
Junc 156 0.035 0.07 7.75
Junc 157 0 0 7.75
Junc 158 0.015 0.03 10.75
Junc 159 0.035 0.07 7.75
Junc 160 0.036 0.07 7.76
Junc 161 0.023 0.05 7.77
Junc 162 0.052 0.1 6.85
Junc 163 0.043 0.09 6.86
Junc 164 0.031 0.06 6.87
Junc 165 0 0 6.89
Junc 166 0.007 0.01 5.9
Junc 167 0.029 0.06 5.91
Junc 168 0.017 0.03 7.01
Junc 169 0.025 0.05 7.02
Junc 170 0.015 0.03 7.04
Junc 171 0.008 0.02 7.08
Junc 172 0.038 0.08 7.1
55

Base Demand Demand Pressure


Node ID
LPS LPS m
Junc 173 0.017 0.03 7.11
Junc 174 0.023 0.05 7.13
Junc 175 0.014 0.03 7.26
Resvr R1 #N/A -7.31 0

4.5.2 Analisis Epanet Skenario 2


Pada analisis skenario 2, dilakukan penambahan debit sesuai
dengan perhitungan. Gambar hasil analisis Epanet dapat dilihat
pada Gambar 4.7. Pada analisis dengan parameter tekanan,
sebagian besar node mengalami negatif pressure (tidak memiliki
tekanan) sehingga diperlukan pompa booster untuk menaikkan
tekanan pada pipa. Pompa booster diletakkan pada pengaliran
dari tangki air menuju pipa utama. Hal ini memudahkan dalam
melakukan pemeriksaan oleh teknisi HIPPAM. Pada skenario 2,
kenaikkan tekanan tidak terlalu besar, maka pompa yang
dibutuhkan pada skenario ini memiliki tekanan minimal 5 m.
Pada analisis kecepatan didapatkan bahwa terjadi penambahan
kecepatan. Kecepatan minimum, yaitu 0,01 m/dtk berada pada
ujung-unung RT, yang merupakan area pesawahan dan/atau tidak
terdapat rumah yang mau memasang, seperti pada RT 6. Pada
desa bagian tengah, kecepatan aliran minimum adalah 0,1 m/dtk,
yaitu pada RT 11.
Berdasarkan hal ini, maka diperlukan penambahan kebutuhan air
pada ujung pipa, seperti pada RT 1, 6, dan 5, yang memiliki
kecepatan dibawah 0,3 m/dtk. Kecepatan yang kecil dapat
disebabkan kenaikkan pelanggan pada RT tersebut yang cukup
jarang. Melihat hal ini, maka perlu adanya perbaikan kualitas air
sehingga masyarakat berminat untuk menjadi pelanggan.
Selain itu, masih terdapat flow dan kecepatan yang bernilai 0
L/dtk pada ujung RT 1, 5, dan 6. Hal ini menyatakan bahwa pada
56

pipa tersebut tidak terdapat aliran air sehingga pipa tersebut dapat
dipotong. Pipa yang dapat dipotong atau diberikan valve
merupakan pipa akhir. Hasil pada Epanet dapat dilihat pada
lampiran.

4.5.3 Analisis Epanet Skenario 3


Pada analisis skenario 3, dilakukan penambahan debit sesuai
dengan perhitungan. Gambar hasil analisis Epanet dapat dilihat
pada Gambar 4.9. Pada analisis dengan parameter tekanan,
sebagian besar node mengalami negatif pressure (tidak memiliki
tekanan) sehingga diperlukan pompa booster untuk menaikkan
tekanan pada pipa. Pompa booster diletakkan pada pengaliran
dari tangki air menuju pipa utama. Hal ini memudahkan dalam
melakukan pemeriksaan oleh teknisi HIPPAM. Pada skenario 3,
kenaikkan tekanan tidak terlalu besar, maka pompa yang
dibutuhkan pada skenario ini memiliki tekanan minimal 8 m.
Pada analisis kecepatan didapatkan bahwa terjadi penambahan
kecepatan. Kecepatan minimum, yaitu 0,01 m/dtk berada pada
ujung-unung RT, yang merupakan area pesawahan dan/atau tidak
terdapat rumah yang mau memasang, seperti pada RT 6. Selain
pada ujung pipa, kecepatan yang diinginkan, yaitu minimum 0,3
m/dtk, telah memenuhi sebagian besar node.
Berdasarkan hal ini, maka diperlukan penambahan kebutuhan air
pada ujung pipa, seperti pada RT 1, 6, dan 5. Kecepatan yang
kecil dapat disebabkan kenaikkan pelanggan pada RT tersebut
yang cukup jarang. Melihat hal ini, maka perlu adanya perbaikan
kualitas air sehingga masyarakat berminat untuk menjadi
pelanggan.
Selain itu, masih terdapat flow dan kecepatan yang bernilai 0
L/dtk pada ujung RT 1, 5, dan 6. Hal ini menyatakan bahwa pada
pipa tersebut tidak terdapat aliran air sehingga pipa tersebut dapat
dipotong. Pipa yang dapat dipotong atau diberikan valve
merupakan pipa akhir. Hasil pada Epanet dapat dilihat pada
lampiran.
57 57

Gambar 4.8 Analisis Epanet Skenario 2


58

58

Gambar 4.9 Analisis Epanet Skenario 3


59

4.6 Tangki Air


Pada pengembangan, sistem distribusi yang dilakukan tetap
mengikuti sistem distribusi yang telah dilakukan pada saat ini,
yaitu air yang berasal dari sumur dipompa ke tandon. Dari tandon
kemuaodian langsung didistribusikan melalui pipa ke masyarakat.
Di lapangan telah terdapat tower baru yang tersedia tangki air.
Oleh sebab itu, dalam perencanaan ini memanfaatkan tower
tersebut untuk menaruh tangki air baru. Ukuran tangki yang dapat
mencukupi ± 10.000 L, yaitu sama dengan tangki air eksisting.
Dengan adanya penambahan tangki, maka perlu adanya
penambahan pompa agar setiap tangki dapat terus terisi. Pompa
yang digunakan untuk mengisi tangki baru juga direncanakan
jenis yang sama dengan jenis pompa eksisting sehingga apabila
terjadi kerusakan pompa dapat diperbaiki dengan lebih mudah.
Dengan menggunakan tangki dengan volume yang sama, maka
harus dianalisa waktu pemompaan agar tangki selalu terisi.

Gambar 4.10 Sketsa Aliran Air Menuju Tandon


60

Waktu pemompaan diketahui berdasarkan debit pompa dan waktu


kebutuhan masyarakat. Debit pompa diketahui berdasarkan head
pompa kemudia diplotkan ke dalam grafik pompa/grafik tempe.
Pada pengembangan ini, skenario yang memerlukan penambahan
dari sumber baru, yaitu skenario 2 dan 3 sehingga debit yang
digunakan merupakan debit yang dibutuhkan dari sumber baru.
Berikut contoh perhitungan untuk mendapatkan head pompa pada
skenario 2, yaitu:
Q = 1,04 L/detik
Diameternya ( D ) pipa untuk pompa Grounfos adalah 1¼ inchi.
Q = vxA
v = Q/A
L
1,04 x4
dtk
= = 1,3 m/dtk
3,14𝑥0,03152

- Perhitungan Head Pompa


Head pompa yang terjadi secara umum dapat dihitung dengan
menggunakan rumus, sebagai berikut :

H Mayor Losses
L suction = 16 m
𝑄 1,85
Hf suction =[ 2,63 ] xL
0,00155 𝑥 𝐶 𝑥 𝐷
1,04 𝐿/𝑑𝑡𝑘 1,85
=[ ] x 16 m
0,00155 𝑥 130 𝑥 3,622,63
= 0,00714

Hf discharge, yaitu:
L discharge = 11 m
𝑄 1,85
Hf discharge =[ 2,63 ] xL
0,00155 𝑥 𝐶 𝑥 𝐷
61

1,04 𝐿/𝑑𝑡𝑘 1,85


=[ 2,63 ] x 11 m
0,00155 𝑥 130 𝑥 3,62
= 0,00491

Jadi, total Mayor losses = Hsuction + Hdischarge


= 0,00714 m + 0,00491m
= 0,01204 m

Minor loses
Minor losses (Hm), meliputi :

- Head akibat 1 belokan 900 (K = 0,5)


𝐾𝑥𝑣 2
Hm =4( )
2𝑔
0,5𝑥1,32
=4( ) = 0,18 m
2𝑥9,81

- Head akibat 1 check valve (K=2)


𝐾𝑥𝑣 2
Hm =( )
2𝑔
0,2𝑥1,32
=( ) = 0,18 m
2𝑥9,81

- Head akibat 1 gate valve (K = 0,13)


𝐾𝑥𝑣 2
Hm =( )
2𝑔
0,13𝑥1,32
=( ) = 0,0117 m
2𝑥9,81
62

- Head akibat 1 basket strainer (K = 0,95)


𝐾𝑥𝑣 2
Hm =( )
2𝑔
0,95𝑥1,32
=( ) = 0,085 m
2𝑥9,81

Jadi, total Minor losses = 0,18m + 0,18m + 0,0117m + 0,085m

= 0,457 m

1,32
v2/2g =( ) = 0,09 m
2𝑥9,81

Jadi Head pompa = 9m + 12m + 0,01204 m + 0,457 m + 0,09m


= 21,74 m

Berikut head pompa yang diperlukan pada setiap skenario

Tabel 4.7 Head Pompa Setiap Skenario


Skenario Debit Head Pompa
2 1.04 21.74
3 1.93 21.42

Setelah mengetahui head pompa yang dibutuhkan, maka dapat di


plot atau dimasukkan kedalam rumus pada grafik pemompaan
pompa Groundfos yang dibuat secara manual. Berikut grafik yang
didapatkan berdasarkan head pompa.
63

Grafik Pompa
40
38
36
34
32
30
28
26
24
Head (m)

22
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
0 5 10 15 20
Debit (m3/jam)

Gambar 4.11 Grafik Pompa

Dengan persamaan tersebut, maka dapat dicari debit pemompaan.


Berikut contoh perhitungan debit pemompaan pada skenario 2:
y = 27,61 m
x = 16,8 m3/jam

Berdasarkan debit yang diinginkan, maka dapat diketahui lama


waktu pemompaan. Berikut contoh perhitungan lama waktu
pemompaan pada skenario 2:
Q yang dipompa = 1,04 L/detik
Efisiensi pompa = 80%
64

Maka:
𝑄𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑜𝑚𝑝𝑎
Lama pemompaan = x efisiensi pompa
𝑄 𝑝𝑜𝑚𝑝𝑎
1,04 𝐿/𝑑𝑡𝑘
= x 80%
16,8 𝑚3 /𝑗𝑎𝑚
= 20,25 menit

Setelah itu diperkirakan jam pemompaan dalam sehari untuk


menentukan volume reservoir. Berikut tabel waktu pemompaan:

Tabel 4.8 Pemompaan Tangki Air


Pemompaan Kebutuhan Selisih
Jam Kumulatif
(%) (1) (%) (2) (1-2)
00.00-01.00 0.50 (0.50) (0.50)
01.00-02.00 0.50 (0.50) (1.00)
02.00-03.00 0.50 (0.50) (1.50)
03.00-04.00 6.67 5.00 1.67 0.17
04.00-05.00 6.67 6.00 0.67 0.83
05.00-06.00 6.67 8.34 (1.67) (0.84)
06.00-07.00 6.67 8.34 (1.67) (2.51)
07.00-08.00 6.67 8.34 (1.67) (4.19)
08.00-09.00 6.67 2.62 4.05 (0.14)
09.00-10.00 2.00 (2.00) (2.14)
10.00-11.00 2.00 (2.00) (4.14)
11.00-12.00 6.67 2.00 4.67 0.53
12.00-13.00 2.00 (2.00) (1.47)
13.00-14.00 1.00 (1.00) (2.47)
14.00-15.00 6.67 3.00 3.67 1.19
15.00-16.00 6.67 8.34 (1.67) (0.48)
16.00-17.00 6.67 8.34 (1.67) (2.15)
17.00-18.00 6.67 8.34 (1.67) (3.83)
65

Pemompaan Kebutuhan Selisih


Jam Kumulatif
(%) (1) (%) (2) (1-2)
18.00-19.00 6.67 8.34 (1.67) (5.50)
19.00-20.00 6.67 6.00 0.67 (4.83)
20.00-21.00 6.67 5.00 1.67 (3.17)
21.00-22.00 6.67 2.00 4.67 1.50
22.00-23.00 1.00 (1.00) 0.50
23.00-24.00 0.50 (0.50) 0.00
TOTAL 100.00 100.00

Berdasarkan waktu pemompaan, maka dapat diperhitungkan


volume tangki air yang digunakan. Berikut contoh perhitungan
pada skenario 2, yaitu:
Q = 6,04 L/dtk = 521,45 m3/hr
Dengan nilai kumulatif, maka:
Volume reservoir = (5,50 +1,50) x 521,45 m3/hr
= 32,96 m3
Pada kondisi eksisting telah terdapat tandon bervolume 10 m3,
sehingga untuk memenuhi kebutuhan pengembangan dengan
memanfaatkan tower yang telah tersedia, maka perlu adanya
penambahan tandon. Tandon yang akan ditambahkan merupakan
tandon untuk menampung air secara maksimal pada sumur
eksisting dan tandon untuk sumber baru.
Perhitungan untuk tandon dalam memaksimalkan sumur eksisting,
yaitu:
Q = 5 L/dtk = 432 m3/hr
Volume reservoir = (5,50 +1,50) x 432 m3/hr
= 27,3 m3
Dengan adanya tandon eksisting bervolume 10 m3, maka volume
yang dibutuhkan kembali adalah sebesar 17,3 m3 atau tandon yang
ada dipasaran adalah sebesar 17,5 m3 (17.500 L).
66

Kemudian untuk menampung air pada sumber baru dilakukan


perhitungan kembali, yaitu:
Q = 1,04 L/dtk = 89,45 m3/hr
Volume reservoir = (5,50 +1,50) x 89,46 m3/hr
= 5,65 m3 (dapat menggunakan 6000 L)

Berdasarkan perhitungan tersebut, maka dapat disimpulkan pada


tabel di bawah ini.

Tabel 4.9 Waktu Pemompaan dan Volume Tangki


Lama Pemompaan Waktu Pemompaan Volume
Skenario
(menit) Dalam 1 Hari Tangki (L)
1 41 15 jam 15.000
56 15 jam 17.500
2
20 15 jam 6.000
56 15 jam 17.500
3
38 15 jam 12.500

Pemompaan akan dilakukan secara otomatis. Pengaturan secara


otomatis dilakukan dengan penggunakan pelampung. Pada
pelampung terdapat level bawah dan level atas dimana pompa
akan berjalan dan mati secara otomatis. Berikut perhitungan level
pompa pada skenario 2 dengan volume tangki sebesar 6.000 L:
Pada level rendah, tangki harus menampung sebesar 5,5%, maka:
Volume air = 5,5% x Q
= 5,5% x 89,45 m3/hr
= 4,92 m3
Diameter tangki =2m
Sehingga
Tinggi pelampung = Vol. air / A tangki
67

= 4,92 / (1/4 x22 x3,14)


= 1,57 m

4.7 Analisis Biaya


Analisis merupakan analisis yang dihitung berdasarkan dana yang
dibutuhkan dalam pengembangan jaringan. Analisis ini melihat
dari bill of quantity (BOQ) dan rencana anggaran dan biaya.
Dalam mengetahui BOQ pada setiap skenario maka dilakukan
pehitungan secara umum untuk 1 SR, yaitu:
Diameter pipa (D) = 1,875 cm
Panjang pipa (p) = 600 cm =6m
Kedalaman timbunan tanah urug (A) = 50 cm = 0,5 m
B = 10 cm = 0,1 m
C = 10 cm = 0,1 m
E = 10 cm = 0,1 m
Kedalaman timbunan pasir (P) = B+C+D
= 21,875 cm = 0,22 m
Kedalaman galian (H) = P+A
= 71,875 cm = 0,72 m
Lebar galian bawah (s) = E+D+E
= 21,875 cm = 0,22 m
Sudut kemiringan galian = 60o
x = H/tan 60o
= 41,5 cm = 0,42 m
y = P/tan 60o
= 12,6 cm = 0,13 m
Lebar galian atas (w) = x+s+x
= 104,87 = 1,05 m
Lebar galian tengah (t) = y+s+y
68

= 47,13 = 0,47 m
Volume galian total = ½ x H X (s+w) x p
= 2,73 m3
Volume urugan pasir = {(1/2xPx(t+s)}-(1/4xπxD2) x p
= 0,45 m3
Volume urugan tanah = ½ x A x (t+w) x p
= 2,28 m3
Volume galian yang dibuang = (2,28 – 0,45) m3 = 1,8 m3

Maka dapat dilakukan perhitungan untuk setiap skenario yang


dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Perhitungan Volume Galian Pipa Setiap Skenario


Jumlah SR per Skenario
No. Uraian Jumlah 14 37 48
1 Volume galian total 2,73 38,3 101,1 131,2
2 Volume urugan pasir 0,45 6,3 16,7 21,7
3 Volume urugan tanah 2,28 31,9 84,4 109,4

4.7.1 Rencana Anggaran Biaya


Berdasarkan perhitungan volume galian pipa, maka dilakukan
perhitungan biaya yang dibutuhkan untuk setiap skenario. Biaya
ini merupakan biaya untuk pengembangan setiap tahunnya.

1. Skenario 1
Perhitungan RAB untuk skenario 1 dapat dilihat pada Tabel 4.11.
Perhitungan RAB berikut merupakan perhitungan untuk
69

pengembangan 14 rumah, sedangkan untuk pompa dan tandon


hanya dilakukan pembelian satu kali, yaitu pada tahun pertama.

Tabel 4.11 Perhitungan RAB Galian Tanah Skenario 1


Volume Koefisien Analisa Harga satuan Jumlah
Galian tanah biasa
38,26 0,75 Pekerja Rp 99.750,00 Rp 2.862.446,74
38,26 0,025 Mandor Rp 108.750,00 Rp 104.023,75
Urugan pasir dengan pasir urug
6,3 0,3 Pekerja Rp 99.750,00 Rp 189.039,06
6,3 0,01 Mandor Rp 108.750,00 Rp 6.869,84
Pasir
6,3 urug Rp 84.000,00 Rp 530.635,96
Urugan kembali
31,92 0,192 Pekerja Rp 99.750,00 Rp 611.357,38
31,92 0,019 Mandor Rp 108.750,00 Rp 65.957,46
TOTAL Rp 4.370.330,19

Tabel 4.12 Perhitungan RAB Perpipaan Skenario 1


Material Jumlah Satuan Harga Satuan Harga Total
Clamp saddle 14 buah Rp 84.500,00 Rp 1.183.000,00
Gate valve 14 buah Rp 9.500,00 Rp 133.000,00
Faucet elbow 84 buah Rp 1.800,00 Rp 151.200,00
Meter air 14 buah Rp 80.000,00 Rp 1.120.000,00
Kran air 14 buah Rp 27.300,00 Rp 382.200,00
Pipa 28 meter Rp 24.000,00 Rp 168.000,00
TOTAL Rp 3.137.400,00
Tandon (15m3) 1 buah Rp 19,800,000.00 Rp 19,800,000.00
Pompa 1 buah Rp 4,500,000.00 Rp 4,500,000.00
TOTAL Rp 24,300,000.00
70

Berdasarkan tabel di atas, maka dana yang dibutuhkan untuk


pengembangan setiap tahunnya, adalah Rp 7.507.730,19,
sedangakan untuk pompa dan tandon dengan volume 15m3 adalah
sebesar Rp 24.300.000,00. Oleh karena adanya kenaikan inflasi
yang diasumsikan 7,75%, maka terjadi kenaikkan biaya disetiap
tanhunnya.
Pada tahun 2015, biaya yang dibutuhkan untuk pengembangan
setiap tahunnya, ayitu sebesar Rp 8.089.579,28, sedangkan biaya
untuk tandon dan pompa sebesar Rp 26.183.250,00.

2. Skenario 2
Perhitungan RAB untuk skenario 2 dapat dilihat Tabel 4.13.

Tabel 4.13 Perhitungan RAB Galian Tanah Skenario 2


Volume Koefisien Analisa Harga satuan Jumlah
Galian tanah biasa
101,12 0,75 Pekerja Rp 99.750,00 Rp 7.565.037,80
101,12 0,025 Mandor Rp 108.750,00 Rp 274.919,92
Urugan pasir dengan pasir urug
16,7 0,3 Pekerja Rp 99.750,00 Rp 499.603,23
16,7 0,01 Mandor Rp 108.750,00 Rp 18.156,01
Pasir
16,7 urug Rp 84.000,00 Rp 1.402.395,03
Urugan kembali
84,36 0,192 Pekerja Rp 99.750,00 Rp 1.615.730,23
84,36 0,019 Mandor Rp 108.750,00 Rp 174.316,13
TOTAL Rp 11.550.158,35
71

Tabel 4.14 Perhitungan RAB Perpipaan Skenario 2


Material Jumlah Satuan Harga Satuan Harga Total
Clamp saddle 37 buah Rp 84.500,00 Rp 3.126.500,00
Gate valve 37 buah Rp 9.500,00 Rp 351.500,00
Faucet elbow 222 buah Rp 1.800,00 Rp 399.600,00
Meter air 37 buah Rp 80.000,00 Rp 2.960.000,00
Kran air 37 buah Rp 27.300,00 Rp 1.010.100,00
Pipa 28 meter Rp 24.000,00 Rp 168.000,00
TOTAL Rp 8.015.700,00
Tandon (17,5 m )3
1 buah Rp 23.100.000,00 Rp 23.100.000,00
Tandon (6 m3) 1 buah Rp 7.920.000,00 Rp 7.920.000,00
Pompa 1 buah Rp 4.500.000,00 Rp 9.000.000,00
TOTAL Rp 40.020.000,00

Berdasarkan tabel di atas, maka dana yang dibutuhkan untuk


pengembangan setiap tahunnya, adalah Rp 19.565.858,35,
sedangakan untuk pompa dan tando adalah sebesar Rp
40.200.000,00. Oleh karena adanya kenaikan inflasi yang
diasumsikan 7,75%, maka terjadi kenaikkan biaya disetiap
tanhunnya.
Pada tahun 2015, biaya yang dibutuhkan untuk pengembangan
setiap tahunnya, ayitu sebesar Rp 21.082.212,37. Biaya untuk
tandon dan pompa dilakukan pengembangan secara bertahap
sehingga dana yang dibutuhkan pada tahun 2015, yaitu sebesar Rp
29.739.000,00, dan tahun 2017 sebesar Rp 13.382.550,00.

3. Skenario 3
Perhitungan RAB untuk skenario 3 dapat dilihat pada Tabel 4.15.
72

Tabel 4.15 Perhitungan RAB Galian Tanah Skenario 3


Volume Koefisien Analisa Harga satuan Jumlah
Galian tanah biasa
131,18 0,75 Pekerja Rp 99.750,00 Rp 9.814.103,09
131,18 0,025 Mandor Rp 108.750,00 Rp 356.652,87
Urugan pasir dengan pasir urug
21,7 0,3 Pekerja Rp 99.750,00 Rp 648.133,92
21,7 0,01 Mandor Rp 108.750,00 Rp 23.553,74
Pasir
21,7 urug Rp 84.000,00 Rp 1.819.323,29
Urugan kembali
109,44 0,192 Pekerja Rp 99.750,00 Rp 2.096.082,46
109,44 0,019 Mandor Rp 108.750,00 Rp 226.139,85
TOTAL Rp14.983.989,21

Tabel 4.16 Perhitungan RAB Perpipaan Skenario 3


Material Jumlah Satuan Harga Satuan Harga Total
Clamp saddle 48 buah Rp 84.500,00 Rp 4.056.000,00
Gate valve 48 buah Rp 9.500,00 Rp 456.000,00
Faucet elbow 288 buah Rp 1.800,00 Rp 518.400,00
Meter air 48 buah Rp 80.000,00 Rp 3.840.000,00
Kran air 48 buah Rp 27.300,00 Rp 1.310.400,00
Pipa 384 meter Rp 24.000,00 Rp 2.304.000,00
TOTAL Rp 12.484.800,00
Tandon (17,5 m ) 3
1 buah Rp 23.100.000,00 Rp 23.100.000,00
Tandon (12,5 m ) 3
1 buah Rp 16.500.000,00 Rp 16.500.000,00
Pompa 2 buah Rp 4.500.000,00 Rp 9.000.000,00
TOTAL Rp 48.600.000,00
73

Berdasarkan tabel di atas, maka dana yang dibutuhkan untuk


pengembangan setiap tahunnya, adalah Rp 27.468.789,21,
sedangakan untuk pompa dan tando adalah sebesar Rp
55.800.000,00. Oleh karena adanya kenaikan inflasi yang
diasumsikan 7,75%, maka terjadi kenaikkan biaya disetiap
tanhunnya.
Pada tahun 2015, biaya yang dibutuhkan untuk pengembangan
setiap tahunnya, ayitu sebesar Rp 29.739.000. Biaya untuk tandon
dan pompa dilakukan pengembangan secara bertahap sehingga
dana yang dibutuhkan pada tahun 2015, yaitu sebesar Rp
29.739.000,00, dan tahun 2017 sebesar Rp 22.627.500.

4.7.2 Analisis Kelayakan Investasi


Dalam menentukan kelayakan investasi pada setiap skenario,
dilakukan terlebih dahulu analisis kelayakan pada benfit cost ratio
(BCR) pada kas HIPPAM. Berdasarkan data keuangan HIPPAM
Tirto Barokah dari tahun 2011 hingga 2013 (dapat dilihat pada
lampiran), didapatkan bahwa rata-rata BCR adalah sebesar 2, 26.
Pada kriteria, BCR minimal dari kas HIPPAM adalah 1,5
sehingga dengan rasio 2,26 dapat dilakukan subsidi kepada calon
pelanggan HIPPAM.
Pada Analisis kelayakan, inflasi yang digunakan, yaitu sebesar
7,75% sesuai dengan inflasi Bank Indonesia.
74

“Halaman ini sengaja dikosongkan”


75

Tabel 4.17 Analisis Kelayakan Biaya BCR dan NPV Setiap Skenario

Skenario 1
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019
Jumlah penambahan pelanggan 14 14 14 14 14
Jumlah total pelanggan 247 261 275 289 303
Pendapatan
Kebutuhan Air 101262,1 107001,6 112741,2 118480,8 124220,3
Harga air per m3 Rp 500,00 Rp 500,00 Rp 500,00 Rp 500,00 Rp 500,00
Biaya administrasi per bulan Rp 2.000,00 Rp 2.000,00 Rp 2.000,00 Rp 2.000,00 Rp 2.000,00
Iuran air Rp 56.559.048,00 Rp 59.764.824,00 Rp 62.970.600,00 Rp 66.176.376,00 Rp 69.382.152,00
Biaya SR Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
Total pendapatan Rp 56.559.048,00 Rp 59.764.824,00 Rp 62.970.600,00 Rp 66.176.376,00 Rp 69.382.152,00
Pengeluaran
Pompa dan tandon Rp 26.183.250,00 - - - -
RAB penambahan pelanggan Rp 8.089.579,28 Rp 8.716.521,67 Rp 9.392.052,10 Rp 10.119.936,14 Rp 10.904.231,19
Harga produksi air per m3 Rp 350,00 Rp 350,00 Rp 350,00 Rp 350,00 Rp 350,00
Biaya produksi air Rp 35.472.112,23 Rp 37.482.677,29 Rp 39.493.242,36 Rp 41.503.807,43 Rp 43.514.372,49
Biaya transpotasi teknisi Rp 5.655.904,80 Rp 5.976.482,40 Rp 6.297.060,00 Rp 6.617.637,60 Rp 6.938.215,20
Total pengeluaran Rp 75.401.196,31 Rp 52.176.031,36 Rp 55.182.704,46 Rp 58.241.731,16 Rp 61.357.168,88
Suplus/defisit Rp (18.842.148,31) Rp 7.588.792,64 Rp 7.787.895,54 Rp 7.934.644,84 Rp 8.024.983,12

Dengan biaya SR sebesar Rp 0,00


Nilai NPV = Rp 6.686.735,06
BCR = 1,04
76

‘Halaman ini sengaja dikosongkan”


77

Skenario 2
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019
Jumlah penambahan pelanggan 37 37 37 37 37
Jumlah total pelanggan 270 307 344 381 418
Debit air 3,63 4,23 4,83 5,43 6,04
Kebutuhan Air 110691 125860 141029 156198 171367
Pendapatan
Harga air per m3 Rp 500,00 Rp 500,00 Rp 500,00 Rp 500,00 Rp 500,00
Biaya administrasi per bulan Rp 2.000,00 Rp 2.000,00 Rp 2.000,00 Rp 2.000,00 Rp 2.000,00
Iuran air Rp 61.825.680,00 Rp 70.298.088,00 Rp 78.770.496,00 Rp 87.242.904,00 Rp 95.715.312,00
Harga SR Rp 145.000,00 Rp 145.000,00 Rp 145.000,00 Rp 145.000,00 Rp 145.000,00
Biaya SR Rp 5.365.000,00 Rp 5.365.000,00 Rp 5.365.000,00 Rp 5.365.000,00 Rp 5.365.000,00
Total pendapatan Rp 67.190.680,00 Rp 75.663.088,00 Rp 84.135.496,00 Rp 92.607.904,00 Rp 101.080.312,00
Pengeluaran
Pompa dan tandon Rp 29.739.000,00 Rp - Rp 13.382.550,00 Rp - Rp -
RAB penambahan pelanggan Rp 21.082.212,37 Rp 22.716.083,83 Rp 24.476.580,33 Rp 26.373.515,31 Rp 28.417.462,74
Harga produksi air per m3 Rp 350,00 Rp 350,00 Rp 350,00 Rp 350,00 Rp 350,00
Biaya produksi air Rp 38.741.976,00 Rp 44.051.061,60 Rp 49.360.147,20 Rp 54.669.232,80 Rp 59.978.318,40
Total pengeluaran Rp 89.563.188,37 Rp 66.767.145,43 Rp 87.219.277,53 Rp 81.042.748,11 Rp 88.395.781,14
Suplus/defisit Rp (22.372.508,37) Rp 8.895.942,57 Rp (3.083.781,53) Rp 11.565.155,89 Rp 12.684.530,86

Dengan biaya SR sebesar Rp 145.000,00


Nilai NPV = Rp 1.747.232,97
BCR = 1,02
78

‘Halaman ini sengaja dikosongkan”


79

Skenario 3
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019
Jumlah penambahan pelanggan 48 48 48 48 48
Jumlah total pelanggan 281 329 377 425 473
Debit air 3,81 4,59 5,37 6,15 6,93
Kebutuhan Air 115201 134879 154558 174236 193915
Pendapatan
Harga air per m3 Rp 500,00 Rp 500,00 Rp 500,00 Rp 500,00 Rp 500,00
Biaya administrasi per bulan Rp 2.000,00 Rp 2.000,00 Rp 2.000,00 Rp 2.000,00 Rp 2.000,00
Iuran air Rp 64.344.504,00 Rp 75.335.736,00 Rp 86.326.968,00 Rp 97.318.200,00 Rp 108.309.432,00
Harga SR Rp 290.000,00 Rp 290.000,00 Rp 290.000,00 Rp 290.000,00 Rp 290.000,00
Biaya SR Rp 13.920.000,00 Rp 13.920.000,00 Rp 13.920.000,00 Rp 13.920.000,00 Rp 13.920.000,00
Total pendapatan Rp 78.264.504,00 Rp 89.255.736,00 Rp 100.246.968,00 Rp 111.238.200,00 Rp 122.229.432,00
Pengeluaran
Pompa dan tandon Rp 29.739.000,00 Rp - Rp 22.627.500,00 Rp - Rp -
RAB penambahan pelanggan Rp 29.597.620,38 Rp 31.891.435,96 Rp 34.363.022,24 Rp 37.026.156,47 Rp 39.895.683,59
Harga produksi air per m3 Rp 350,00 Rp 350,00 Rp 350,00 Rp 350,00 Rp 350,00
Biaya produksi air Rp 40.320.352,80 Rp 47.207.815,20 Rp 54.095.277,60 Rp 60.982.740,00 Rp 67.870.202,40
Total pengeluaran Rp 99.656.973,18 Rp 79.099.251,16 Rp 111.085.799,84 Rp 98.008.896,47 Rp 107.765.885,99
Suplus/defisit Rp (21.392.469,18) Rp 10.156.484,84 Rp (10.838.831,84) Rp 13.229.303,53 Rp 14.463.546,01

Dengan biaya SR sebesar Rp 290.000,00


Nilai NPV = Rp 2.824,68
BCR = 1,01
80

“Halaman ini sengaja dikosongkan”


81

1. Analisis kelayakan skenario 1


Berdasarkan analisis biaya dengan BCR, diketahui bahwa
skenario 1 lebih menguntungkan bagi organisasi HIPPAM karena
dalam pengembangan jaringan tidak diperlukan bantuan dana
HIPPAM yang besar. Hal ini menyebabkan masyarakat tidak
perlu membayar biaya SR. Pada analisis NPV, skenario 1
mendapatkan dana sebesar Rp 6.686.735,06.. Dengan nilai BCR
sebesar dari 1,04, menandakan bahwa pengembangan ini layak
untuk dilakukan.

2. Analisis kelayakan skenario 2


Pada skenario 2, biaya yang cukup besar ini disebabkan adanya
pembelian tangki air yang cukup mahal. Biaya tangki ini
ditanggunggkan kepada warga sebagai biaya pengembangan.
Apabila biaya SR dibawah Rp 200.000, maka organisasi
mengalami kerugian dari segi analisis BCR dan NPV, yaitu NPV
mengalami kerugian sebesar Rp 13.033.223,51, sedangan BCR
sebesar 0,98. Kerugian yang cukup besar ini juga terjadi apabila
pembelian semua tangki air dan pompa dilakukan diawal tahun
pengembangan, yaitu tahun 2015. Oleh sebab itu, dilakukan
pembelian tangki dan pompa air secara bertahap.
Pembelian tangki dan pompa air secara bertahap dilihat akan
kebutuhan debit air. Ketika tangki tidak dapat memenuhi
kebutuhan pengembangan, maka pada tahun tersebut dilakukan
pembelian tangki baru dan pompa baru. Oleh sebab itu, biaya SR
masyarakat menjadi Rp 145.000,00 dengan keuntungan pada
organisasi, dengan analisis BCR sebesar 1,02, dan dengan analisis
NPV sebesar Rp 1.747.232,97

3. Analisis kelayakan skenario 3


Skenario 3 merupakan pengembangan dengan biaya yang
paling mahal. Hal ini disebabkan dibutuhkan pembelian tangki
baru sebanyak 2 buah yang cukup besar sehingga diperlukan
biaya SR yang lebih besar dibandingkan skenario 1 dan 2.
82

Apabila biaya SR dibawah Rp 300.000, maka organisasi


mengalami kerugian dari segi analisis BCR dan NPV, yaitu NPV
mengalami kerugian sebesar Rp 23.464.675,76, sedangan BCR
sebesar 0,96. Kerugian yang cukup besar ini juga terjadi apabila
pembelian semua tangki air dan pompa dilakukan diawal tahun
pengembangan, yaitu tahun 2015. Oleh sebab itu, pada skenario
ini dilakukan juga pembelian tangki dan pompa secara bertahap.
Pembelian tangki dan pompa air secara bertahap dilihat akan
kebutuhan debit air. Berdasarkan perhitungan, maka biaya SR
masyarakat menjadi Rp 300.000,00 dengan keuntungan pada
organisasi, dengan analisis BCR sebesar 1,02, dan dengan analisis
NPV sebesar Rp 1.932.020,14.
Pada skenario 3, diharapkan biaya SR dapat kurang dari Rp
100.000,00 sehingga pelayanan dapat ditingkatkan sebesar 45%.
Melihat dari biaya SR, yaitu Rp 300.000,00, maka peningkatan
pelayanan sebesar 45% tidak dapat dilakukan.

4.8 Pengembangan di Desa Ngaban


Desa Ngaban memiliki 2 dusun, yaitu Dusun Ngaban dan Dusun
Mlagi. Menurut keterangan dengan Pemerintah Desa Ngaban,
yaitu Bapak Mahmud, telah terpasang pipa PDAM Sidoarjo, akan
tetapi belum beroprasi hingga saat ini. Wilayah yang telah
terjangkau pipa PDAM tersebut merupakan Dusun Ngaban,
sedangkan Dusun Mlagi tidak terjangkau. Oleh sebab itu,
pengembangan dilakukan pada Dusun Mlagi, yang terdiri dari RT
13 sampai RT 18.
Dalam melakukan pengembangan, dilakukan dengan cara
pembagian kuesioner dan wawancara kepada masyarakat di Desa
Ngaban. Berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara, maka
diketahui bahwa air sumur pada masyarakat setempat masih baik,
dan semua responden menggunakan air sumur untuk mencuci dan
mandi, akan tetapi tetap menggunakan sumber air lain, yaitu air
Prigen sebagai bahan baku air minum.
83

Berdasarkan informasi yang didapatkan pada saat wawancara dan


pembagian kuesioner, sebagian besar masyarakat Desa Ngaban
tidak mengetahui mengenai adanya organisasi HIIPAM Tirto
Barokah di Desa Puta, maupun PDAM Sidoarjo. Masyarakat
tidak berkeinginan dalam memasang sambungan pipa air bersih
melihat kondisi sumur yang masih bagus dan biaya yang harus
dikeluarkan lagi dalam pemasangan.
Berikut diagram hasil kuesioner dan wawancara di Dusun Mlagi,
Desa Ngaban

1. Berdasarkan keinginan masyarakat, maka didapatkan bahwa


responden tidak berkeinginan memasang sambungan pipa air
bersih. Hal ini dapat disebabkan ketidaktahuan mengenai
HIPPAM Tirto Barokah dan disertai alasan lain.

Pesentase Minat SR

0%
Tidak
Iya
100%

Gambar 4.12 Persentase Minat SR di Desa Ngaban

Berdasarkan alasan masyarakat tidak berkeinginan


memasang sambungan air bersih, antara lain karena tidak
mampu dalam membayar SR dan biaya pemakaian per bulan,
kualitas sumur yang masih bagus, kualitas air PAM yang
kurang baik, air yang takut mati, dan biaya pemasangan yang
mahal.

Gambar 4.13 Persentase Alasan Tidak Minat SR di Desa


Ngaban
84

Alasan Tidak Minat Memasang SR

8% Tidak mampu
8% membayar
9% 25% Sumur bagus

Kualitas air PAM


50%
Air takut mati

Berdasarkan informasi tersebut, maka perencanaan


pengembangan ini dilakukan tanpa melihat hasil kuesioner.
Pengembangan dilakukan dengan mengikuti skenario 3 karena
skenario tersebut memiliki debit tersebesar dengan adanya
penambahan sumur. Selain itu, pada skenario 3 didapatkan
kecepatan dan tekanan yang sebagian besar node dan pipa yang
memenuhi standar yang diinginkan.
Pengembangan dilakukan dengan melihat jumlah rumah pada
Dusun Mlagi, Desa Putat. Pada Dusun ini terdapat ± 250 rumah.
Dengan mengikuti persentase pelayanan pada Desa Putat, yaitu
62%, maka jumlah rumah yang dilayani adalah:
Jumlah rumah yang dilayani = 62% x 250 rumah
= 155 rumah
Pada perhitungan, debit yang digunakan mengikuti debit Desa
Putat.
Q rata-rata = 0,011 L/dtk
Q total rumah = 0,011 L/dtk/SR x 155 SR
= 1,7 L/dtk
85

Dengan asumsi kebocoran sebesar 25%, maka Q = 2,19 L/dtk

Sehingga Q yang dibutuhkan merupakan Q skenario 3 ditambah


dengan Q pengembangan, yaitu:
Q yang dibutuhkan = 6,03 L/dtk + 2,19 L/dtk
= 8,22 L/dtk
Q hari maksimum = Q yang dibutuhkan x faktor hari
maksumum
= 8,22 L/dtk x 1,15
= 9,45 L/dtk
Q jam puncak = Q rata-rata x faktor jam puncak
= 9,45 L/dtk x 2
= 16,43 L/dtk
4.8.2 Analisis Epanet
Setelah didapatkan jumlah pelanggan SR untuk setiap RT, maka
dilakukan analisis tekanan dan kecepatan dengan menggunakan
Epanet. Lokasi node pelanggan tambahan dipilih berdasarkan
kuesioner dan node yang padat dengan rumah.
86

“Halaman ini sengaja dikosongkan”


87

Gambar 4.14 Analisis Epanet Pengembangan di Desa Ngaban


88

“Halaman ini sengaja dikosongkan”


89

Berdasarkan hasil Epanet, maka diperlukan penambahan tekanan


dengan menggunakan pompa boosting sebanyak 2 buah. Oleh
karena debit yang lebih besar, maka headloss yang ditimbulkan
pun semakin besar, karena itu deperlukan penambahan 2 pompa.
Pompa ini diletakkan pada Balai Desa, yaitu untuk menaikkan
tekanan yang akan dialirkan dari tangki, dan di Masjid RT2.
Peletakkan dilakukan pada Mesjid RT 2 dilakukan untuk
memudahkan teknisi dalam melakukan pemantauan dan untuk
menjaga keadaan pompa agar tetap aman. Kenaikkan tekanan
minimum pada pompa di Balai Desa adalah sebesar 19 m dan
pada pompa di Masji RT 2 adalah 8,65 m.
Pada analisis kecepatan, sebagian besar pipa di Desa Putat telah
memenuhi kecepatan yang diinginkan, yaitu 0,3 m/dtk. Hal ini
karena terjadi penambahan debit yang mengalir untuk
pengembangan di Desa Ngaban. Akan tetapi pada Desa Ngaban
terdapat kecepatan yang cukup kecil, yaitu sebesar 0,01 m/dtk.
Hal ini karena pipa untuk pipa utama lebih besar dibandingan
debit air yang dialirkan. Penggunaan pipa telah menggunakkan
pipa yang paling kecil, yaitu ¾ dim. Oleh sebab itu, melihat
kondisi tersebut diperlukan penambahan debit pada ujung-ujung
pipa agar kecepatan tidak terlalu kecil. Hasil pada Epanet dapat
dilihat pada lampiran

4.8.3 Tangki Air


Berdasarkan perhitungan untuk mendapatkan head pompa pada,
yaitu:
Q = 4,45 L/detik
Maka volume tangki yang diperlukan, yaitu:
Q = 9,45 L/dtk = 816,48 m3/hr
Dengan nilai kumulatif, maka:
Volume reservoir = (5,50 +1,50) x 816,48 m3/hr
= 41,6 m3

89
90

Pada kondisi eksisting telah terdapat tandon bervolume 10 m3,


sehingga untuk memenuhi kebutuhan pengembangan dengan
memanfaatkan tower yang telah tersedia, maka perlu adanya
penambahan tandon. Tandon yang akan ditambahkan merupakan
tandon untuk menampung air secara maksimal pada sumur
eksisting dan tandon untuk sumber baru.
Perhitungan untuk tandon dalam memaksimalkan sumur
eksisting, yaitu:
Q = 5 L/dtk = 432 m3/hr
Volume reservoir = (5,50 +1,50) x 432 m3/hr
= 27,3 m3
Dengan adanya tandon eksisting bervolume 10 m3, maka volume
yang dibutuhkan kembali adalah sebesar 17,3 m3 atau tandon
yang ada dipasaran adalah sebesar 17,5 m3 (17.500 L).
Kemudian untuk menampung air pada sumber baru dilakukan
perhitungan kembali, yaitu:
Q = 4,45 L/dtk = 384,48 m3/hr
Volume reservoir = (5,50 +1,50) x 384,48 m3/hr
= 24,3 m3
(dapat menggunakan 25.000 L)
4.8.4 Pengadaan Pipa
Dalam perencanaan pengembangan jaringan di Desa Ngaban
dibutuhkan pengadaan pipa yang disesuaikan dengan analisa
Epanet. Kebutuhan pipa dapat dilihat pada Tabel 4.18.

Tabel 4.18 Bill of Quality (BOQ) Perpipaan


Diameter Pipa (inchi) Panjang (m)
3/4 438.11
1 368.59
1,5 146.61
2 667.32
91

Diameter Pipa (inchi) Panjang (m)


2, 5 111.07
3 166.81

Tabel 4.19 Bill of Quality (BOQ) Aksesoris


Harga Satuan
No Spesifikasi Jumlah Harga (Rp)
(Rp)
Reducer/Increaser
1 ø 3" x 2" 2 15.050 30.100
2 ø 2" x 11/2" 1 8.500 8.500
3 ø 1" x 3/4" 2 2.250 4.500
4 ø 1" x 11/2" 1 4.950 4.950
Jumlah 48.050
Tee All Flange
1 ø 11/2" x 1" 1 9.200 9.200
Jumlah 9.200
Elbow / Bend Flange 90o
1 ø 1" 2 3.150 6.300
2 ø 3/4" 1 1.950 1.950
3 ø 11/2" x 2" 1 7.800 7.800
4 ø 3" 1 31.150 31.150
Jumlah 47.200
Elbow / Bend Flange 45 o

1 ø 11/2" 1 13.400 13.400


Jumlah 13.400
Gate Valve
1 ø 3" mm 2 14.365 28.730
Jumlah 28.730
Total 146.580
92

Tabel 4.20 Bill of Quality (BOQ) Galian Pipa


Diameter Volume
Pipa Volume Volume Volume galian
galian urugan urugan yang
Panjang total pasir tanah dibuang
(Inchi) (cm) (m) (m3) (m3) (m3) (m3)
3/4" 19,1 438,1 353,4 93,1 247,8 154,7
1" 25,4 368,6 353,3 101,2 233,5 132,3
1,5" 38,1 146,6 191,0 61,4 112,9 51,6

2" 50,8 667,3 1133,0 392,4 605,3 212,9


3" 76,2 277,9 733,8 279,0 328,1 49,1

4.8.5 Re-desain Jaringan Eksisting


Melihat pada kenaikkan pelanggan dan kebutuhan untuk
kenaikkan tekanan yang tinggi, maka dapat dilakukan redesain
pipa. Redesain ini dilakukan dengan adanya penambahan pipa
sekunder dan penggantian dimensi pipa primer. Redasain awal
dilakukan pada skenario 3 kemudian dilanjutkan dengan jaringan
pengembangan di Desa Ngaban.
Pada pipa sekunder didesain dengan ukuran 1 inchi. Kemudian
ditentukan jumlah pelayanan SR sehingga melalui perhitungan
akan didapatkan kecepatan. Berikut contoh perhitungan pipa
sekunder pada RT 1:
Pipa sekunder 1
Q jp1 =Axv
0,313 L/dtk = 0,00051 m2 x v
v = 0,303 L/dtk / 0,00051 m2
v = 0,62 m/dtk
93

Pipa sekunder 2
Q jp2 =Axv
0,303 L/dtk = 0,00051 m2 x v
v = 0,303 L/dtk / 0,00051 m2
v = 0,6 m/dtk

Setelah didapatkan total debit pada pipa sekunder, maka dapat


dihitung diameter untuk pipa primer.
Qtotal = Q jp1 + Q jp2
Qtotal = 0,313 L/dtk + 0,303 L/dtk
= 0,62 L/dtk
v asumsi = 1 m/dtk
Qtotal =Axv
0,62 L/dtk = A x 1 m/dtk
A = 0,62 L/dtk / 1 m/dtk
A = 0,00203 m2
0,00203 𝑥 4 1/2
D =( 3,14
)
= 0,028 m
Agar tekanan tidak terlalu tinggi sehingga pipa yang digunakan
adalah 50,8 cm atau sama dengan 2 inchi. Hasil perhitungan
redesain Desa Putat dapat dilihat pada Tabel 4.21 sedangkan hasil
analisis Epanet terlampir.

Tabel 4.21 Redisain Diameter Pipa Primer Desa Putat


Pipa sekunder Pipa primer
RT
Q v Q D v
0.313 0.62 0.313 2.54 0.62
1
0.303 0.60 0.62 5.08 0.30
94

Pipa sekunder Pipa primer


RT
Q v Q D v
0.389 0.77 1.00 5.08 0.50
2
0.404 0.80 1.41 5.08 0.70
3 0.514 1.01 1.92 5.08 0.95
0.689 1.36 0.69 2.54 1.360
5
0.523 1.03 1.21 5.08 0.598
12 0.105 0.21 1.32 5.08 0.65
0.294 0.58 1.61 5.08 0.80
4
0.253 0.500 1.86 5.08 0.92
pertigaan 3-4 3.79 7.62 0.83
4 0.560 1.11 4.35 7.62 0.95
6 0.210 0.41 0.21 2.54 0.41
0.430 0.85 0.64 5.08 0.32
7 0.383 0.76 1.02 5.08 0.51
0.482 0.95 1.51 5.08 0.74
0.380 0.63 1.88 5.08 0.93
0.303 0.60 2.19 5.08 1.08
8 0.312 0.62 2.50 7.62 0.55
0.367 0.72 2.87 7.62 0.63
0.317 0.63 3.18 7.62 0.70
0.384 0.76 3.57 7.62 0.78
9 0.176 0.69 3.92 7.62 0.86
0.482 0.95 4.40 7.62 0.97
0.38 0.74 0.38 2.54 0.74
0.43 0.84 0.80 5.08 0.40
10 0.39 0.77 1.19 5.08 0.59
0.31 0.77 1.51 5.08 0.74
0.189 0.37
pertigaan RT 9-10 6.10 7.62 1.34
95

Pipa sekunder Pipa primer


RT
Q v Q D v
0.332 0.34 0.33 2.54 0.66
0.397 0.78 0.73 5.08 0.36
11
0.397 0.78 1.13 5.08 0.56
0.288 0.57 1.52 5.08 0.75
pertigaan RT 11-10 7.62 10.16 0.94
11 0.171 0.34 7.79 10.16 0.96

Setelah didapatkan redesain pada Desa Putat, kemudian dilakukan


pengembangan di Desa Ngaban. Pada pengembangan di Desa
Ngaban didesain pula pengaliran melalui pipa primer menuju pipa
sekunder kemudia sambungan rumah (SR). Tabel berikut
merupakan hasil perhitungan desain pipa primer.

Tabel 4.22 Desain Pipa Primer Desa Ngaban


Q D v
0.283 2.54 0.558018
0.424 3.54 0.430924
0.593 4.54 0.366795
0.565 5.08 0.279009
0.848 5.08 0.418514
1.003 5.08 0.495241
1.145 5.08 0.564994
1.314 5.08 0.648696
1.484 5.08 0.732399
1.625 5.08 0.802151
96

“Halaman ini sengaja dikosongkan”


97

Gambar 4.15 Analisis Epanet Re-desain Pipa Skenario 3

97
98

‘Halaman ini sengaja dikosongkan”


98
99 99

Gambar 4.16 Analisis Pipa Primer Pengembangan di Desa Ngaban


100

‘Halaman ini sengaja dikosongkan”


100
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Rencana pengembangan distribusi di Desa Putat dilakukan
dengan 3 skenario, yaitu:
a. Perkembangan jumlah pelanggan setiap tahun sesuai
dengan selisih rata-rata tiap tahun
b. Perkembangan jumlah pelanggan selama 5 tahun
memenuhi 35% permohonan permintaan sesuai dengan
kuesioner
c. Perkembangan jumlah pelanggan selama 5 tahun
memenuhi 45% permohonan pengurangan biaya
pemasangan sesuai dengan kuesioner.
2. Berdasarkan hasil analisis, maka didapatkan bahwa skenario
2 merupakan alternatif pengembangan yang paling layak dari
segi teknis dan dari segi biaya. Pada analisis teknis skenario
2, node telah memenuhi tekanan dan hampir semua pipa telah
memenuhi kecepatan yang diinginkan. Selain itu, berdasarkan
analisis biaya, harga pemasangan telah memenuhi keinginan
masyarkat, yaitu dibawah Rp 300.000,00.
3. Berdasarkan skenario, biaya SR bagi warga tidak terjadi
kerugian di organisasi HIPPAM Tirto Barokah, yaitu
a. skenario 1, tidak ada biaya untuk SR
b. skenario 2, biaya SR sebesar Rp 145.000,00
c. skenario 3, biaya SR sebesar Rp 300.000,00
5.2 Saran
Berdasarkan pengamatan dan wawancara kepada masyarakat
Desa Putat, maka perlu adanya pengolahan air sumur sebelum
didistribusikan. Hal ini perlu dikaji kembali sehingga masyarakat
tidak perlu mengeluarkan dana kembali untuk membeli air mata
air. Selain itu, perlu adanya pendataan ulang dan pewacanaan
yang jelas mengenai pengembangan air HIPPAM kepada
101
102

masyarakat. Dalam hal pelayanan, dibutuhkan adanya meter


induk untuk dapat mengetahui produksi air pertahun dan
mendeteksi kebocoran.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, D. V. 2007. Analisa Kinerja Sistem Distribusi Air


Bersih PDAM Kecamatan Banyumanik di Perumnas
Banyumanik (Studi Kasus Perumnas Banyumanik Kel.
Srodol Wetan). Tesis. Semarang: Universitas Diponogoro.
Harmandi, D., Iskandar, N., dan Nuzulliyantoro, A.T. 2000.
Pengelolaan Air Tanah Cekungan Air Tanah Bandung.
Buletin Geologi Tata Lingkungan. Vol. 11, No. 4, Hal.
173-178
Harmandi, D., Iskandar, N., dan Arief, S. 2006. Konservasi Air
Tanah di Daerah Bandung dan Sekitarnya. Buletin
Geologi Tata Lingkungan. Vol. 16, No. 2, Hal. 41-57
Masduqi, A. dan Assomadi, A. F. 2012. Operasi dan Proses
Pengolahan Air. Surabaya: ITS Press
Nelwan, F. 2013. Perencanaan Jaringan Air Bersih Desa Kima
Bajo Kecamatan Wori. Vol. 1, No. 10, Hal. 678-684
Noerbambang, S. M. dan Morumura, T. 2005. Perancangan dan
Pemeliharaan Sistem Plambing. Jakarta: Pradnya
Paramita
Sitepu, K. 2008. Beberapa Alternatif Mendukung Konservasi
Hutan dan Air serta Kelangsungan Hidup. Jurnal Ilmiah
Abdi Ilmu. Vol. 1, No. 1, Hal. 28-37
Soeharto, I. 2009. Manajemen Proyek. Jilid. 1. Jakarta: Erlangga
Suparno. 2013. Usaha Penyediaan, Pengolahan, dan Pengelolaan
Air Bersih di Wilayah Perkotaan Secara Terpadu. Vol. 9,
No. 1, Hal 10-14
Unicef Indonesia (UI). 2010. Ringkasan Kajian

xvi
BIODATA PENULIS

Penulis dengan nama lengkap Easter


Debora lahir di Bogor pada tanggal 6 April
1992. Lahir dari pasangan M. Sitorus dan
Nurhaida Silitonga sebagai anak bungsu.
Keakraban bersaudara dengan 3 orang
kakak, yaitu Julinda, Betty, dan Yanti serta
seorang abang, Resvan, membua tpenulis
tetap bias bertahan untuk menempuh
sekolah di Surabaya. Penulis telah
menempuh serangkaian pendidikan formal di TK dan SD Regina
Pacis, SMP N 1 Bogor, dan SMA N 2 Bogor. Melalui program
SNMPTN tahun 2010, penulis melanjutkan pendidikan sarjana
(S1) di Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Semasa kuliah, penulis terlibat dalam kegiatan organisas
imahasiswa di ITS. Dengan semangat tinggi ketika mahasiswa,
penulis mengikuti pengkaderan mahasiswa baru, kemudian
dilanjutkan menjadi anggota di BELM FTSP tahun 2011/2012,
BEM ITS 2011/2012, dan HMTL ITS 2012/2013. Berjuang di
ITS dan menemukan orang-orang baru di Surabaya memberikan
kesan tersendiri kepada penulis. Dengan motto ‘keep yours smile
and everything’s gonna be okay,’ penulis berusaha untuk
menyelesaikan tugas kuliah di Surabaya. ‘Beban akan terasa
ringan ketika bersyukur bahwa anda memiliki Tuhan yang
penyayang, ibu yang hebat, keluarga yang solid, dan teman yang
perhatian,’ itulah akhir perjalanan penulis selama di Surabaya.
Segala bentuk komunikasi kepada penulis dapat disampaikan
melalui e-mail:deboraeaster@gmail.com.

Anda mungkin juga menyukai