Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN

HORTIKULTURA
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN BUAH SEMUSIM
(Nanas, Strawberry, Pisang)

Oleh :
Kelompok 1
Novi Cahyati 115040100111143
Ahmad Faizin 135040100111150
Uswatun Mariah 155040101111081
Rahmat Azharuddisyah 155040101111094
Yasmin Iffatus Shalihah 155040107111023
Lizara Budi Asih 155040200111051
Cholifatu Ulyl Nur A. 155040201111187
Kelas D

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nanas (Ananas comosus), strawberry (Fragaria spp.) dan pisang (Musa spp.)
merupakan tanaman buah semusim yang banyak dibudidayakan di Indonesia.
Berdasarkan data Statistik Produksi Hortikultura Tahun 2014 dari Kementrian
Pertanian 2014, nanas dan pisang termasuk ke dalam lima komoditas yang
memberikan kontribusi terbesar terhadap produksi buah nasional. Buah pisang
dengan produksi sebesar 6.862.558 ton atau sekitar 34,65 persen dari total produksi
buah di Indonesia, memberikan kontribusi terbesar terhadap produksi buah nasional.
Nanas menyumbang 9,27% dari total produksi buah nasional. Menurut data yang
sama, produksi nanas mengalami fluktuasi dan pernah mengalami penuruan pada
tahun 2014 sebesar 2,51% atau sekitar 47.319 ton. Sedangkan strawberry
menyumbang 0,3% produksi buah nasional. Produksi strawberry mengalami
penurunan berturut-turut dari tahun 2013 sebesar 46,79% dan pada 2014 menurun
kembali sebesar 34,8%..
Potensi pengembangkan tanaman hortikultura termasuk buah seperti pisang,
strawberry dan nanas karena cocok dibudidayakan di Indonesia. Akan tetapi, produksi
hortikultura di Indonesia masih belum stabil dan belum optimal dalam segi kuantitas
maupun kualitas. Menurut Adjid (1993), penyebab rendahnya pengembangan
hortikultura ialah pola usahatani yang kecil, mutu bibit yang rendah yang ditunjang oleh
keragaman jenis/varietas, serta rendahnya penerapan teknologi budidaya. Kajian
mengenai teknik produksi tanaman termasuk tanaman pisang, nanas dan strawberry
penting untuk dibahas sebagai acuan dalam proses budidaya agar menghasilkan produk
yang berkualitas dan memenuhi kuantitas.

1.2 Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui teknologi produksi tanaman buah


semusim diantaranya nanas, pisang dan strawberry.
BAB II
ISI
2.1 Teknologi Produksi Tanaman Nanas (Ananas comosus)
Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yg memiliki nama ilmiah Ananas
comosus. Memiliki nama daerah danas (Sunda) & neneh (Sumatera). dlm bahasa
Inggris disebut pineapple & orang-orang Spanyol menyebutnya pina. Nanas berasal
dari Brasilia (Amerika Selatan) yg telah di domestikasi disana sebelum masa
Colombus. Pada abad ke-16 orang Spanyol membawa Nanas ini ke Filipina &
Semenanjung Malaysia, masuk ke Indonesia pada abad ke-15, (1599). Di Indonesia
pada mulanya hanya sebagai tanaman pekarangan, & meluas dikebunkan di lahan
kering (tegalan) di seluruh wilayah nusantara. Tanaman ini kini dipelihara di daerah
tropik & sub tropik. Hingga kini tanaman nanas dikenal sebagai tanaman komoditas
Indonesia, walaupun sebenarnya tanaman nanas bukan merupakan asli Indonesia
(Pracaya,1982).
A. Klasifikasi Nanas
Dalam klasifikasi atau sistematika tumbuhan (taksonomi), nanas termasuk dalam
famili bromiliaceae. Kerabat dekat spesies nanas cukup banyak, terutama nanas liar
yang biasa dijadikan tanaman hias, misalnya A. braceteatus (Lindl) Schultes, A.
Fritzmuelleri, A. Adapun secara lengkap, klasifikasi tanaman Nanas adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Kelas : Angiospermae (berbiji tertutup)
Ordo : Farinosae (Bromeliales)
Famili : Bromiliaceae
Genus : Ananas
Species : Ananas comosus (L) Merr.
Berdasarkan habitus tanaman, terutama bentuk daun dan buah dikenal 4 jenis
golongan nanas, yaitu : Cayene (daun halus, tidak berduri, buah besar), Queen (daun
pendek berduri tajam, buah lonjong mirip kerucut), Spanyol/Spanish (daun panjang
kecil, berduri halus sampai kasar, buah bulat dengan mata datar) dan Abacaxi (daun
panjang berduri kasar, buah silindris atau seperti piramida). Varietas cultivar nanas
yang banyak ditanam di Indonesia adalah golongan Cayene dan Queen. Golongan
Spanish dikembangkan di kepulauan India Barat, Puerte Rico, Mexico dan Malaysia.
Golongan Abacaxi banyak ditanam di Brazilia. Dewasa ini ragam varietas/cultivar
nanas yang dikategorikan unggul adalah nanas Bogor, Subang dan Palembang.
B. Syarat Tumbuh Nanas
Tanamanan nanas dapat tumbuh dengan baik di berbagai agroklimat sehingga
tanaman nanas bisa tersebar luas. Idealnya tanaman nanas tumbuh pada tempat yang
memiliki ketinggian 100-1.000 m diatas permukaan laut (mdpl) dengan suhu rata-rata
21-32o C. Curah hujan yang dibutuhkan 635-2.500 mm/tahun, dengan bulan basah
(curah hujan >200 mm) 3-4 bulan. Nanas juga memerlukan pencahayaan matahari
33-71 % dari pencahayaan maksimum dengan angka 9 tahunan rata-rata 2.000 jam.
Umumnya nanas toleran terhadap kekeringan. Tanaman nanas masih mampu berbuah
pada daerah kering dengan bulan kering 4-6 bulan, asalkan daerah tersebut memiliki
kedalaman air yang cukup, yakni 50-150 cm.
Nanas memiliki akar yang dangkal dan mampu menyimpan air. Nanas
menyukai tanah yang bersifat ringan hingga sedang dengan tekstur setengah berat
atau liat, porous, dan berhumus banyak. Kesuburan tanah bukan kendala bagi
pertumbuhan tanaman nanas, tetapi kebutuhan zat hara harus terpenuhi (Redaksi
Agromedia, 2009).
C. Morfologi Nanas
Tanaman nanas berbentuk semak dan hidupnya bersifat tahunan (perennial).
Tanaman nanas terdiri dari akar, batang, daun, batang, bunga, buah dan tunas-tunas.
Akar nanas dapat dibedakan menjadi akar tanah dan akar samping, dengan sistem
perakaran yang terbatas Akar-akar melekat pada pangkal batang dan termasuk
berakar serabut (monocotyledonae). Kedalaman perakaran pada media tumbuh yang
baik tidak lebih dari 50 cm, sedangkan di tanah biasa jarang mencapai kedalaman 30
cm .
Batang tanaman nanas berukuran cukup panjang 20-25 cm atau lebih, tebal
dengan diameter 2,0 -3,5 cm, beruas-ruas (buku-buku) pendek. Batang sebagai
tempat melekat akar, daun bunga, tunas dan buah, sehingga secara visual batang
tersebut tidak nampak karena disekelilingnya tertutup oleh daun. Tangkai bunga atau
buah merupakan perpanjangan batang.
Daun nanas panjang, liat dan tidak mempunyai tulang daun utama. Pada
daunnya ada yang tumbuh dari duri tajam dan ada yang tidak berduri. Tetapi ada
pula yang durinya hanya ada di ujung daun. Duri nanas tersusun rapi menuju ke satu
arah menghadap ujung daun. Daun nanas tumbuh memanjang sekitar 130-150 cm,
lebar antara 3-5 cm atau lebih, permukaan daun sebelah atas halus mengkilap
berwarna hijau tua atau merah tua bergaris atau coklat kemerah-merahan. Sedangkan
permukaan daun bagian bawah berwarna keputih-putihan atau keperak-perakan.
Jumlah daun tiap batang tanaman sangat bervariasi antara 70-80 helai yang tata
letaknya seperti spiral, yaitu mengelilingi batang mulai dari bawah sampai ke atas
arah kanan dan kiri .
Nanas mempunyai rangkaian bunga majemuk pada ujung batangnya. Bunga
bersifat hermaprodit dan berjumlah antara 100-200, masing-masing berkedudukan di
ketiak daun pelindung. Jumlah bunga membuka setiap hari, berjumlah sekitar 5-10
kuntum. Pertumbuhan bunga dimulai dari bagian dasar menuju bagian atas memakan
waktu 10-20 hari. Waktu dari menanam sampai terbentuk bunga sekitar 6-16 bulan.
Pada umumnya pada sebuah tanaman atau sebuah tangkai buah hanya tumbuh
satu buah saja. Akan tetapi, karena pengaruh lingkungan dapat pula membentuk lebih
dari satu buah pada satu tangkai yang disebut multiple fruit ( buah ganda). Pada ujung
buah biasanya tumbuh tunas mahkota tunggal, tetapi ada pula tunas yang tumbuh
lebih dari satu yang biasa disebut multiple crown (mahkota ganda).
D. Budidaya Nanas
Teknik perbanyakan tanaman nanas dapat dilakukan dengan cara vegetatif dan
generatif. Cara vegetatif dapat digunakan adalah tunas akar, tunas batang, tunas buah,
mahkota buah, stek batang dan dengan cara kultur in vitro. Cara kultur in
vitro biasanya digunakan untuk memproduksi bibit tanaman yang seragam dalam
jumlah besar. Sedangkan cara generatif dengan biji yang ditumbuhkan dengan
persemaian.Kualitas bibit yang baik harus berasal dari tanaman yang
pertumbuhannya normal, sehat serta bebas dari hama dan penyakit. Cara perbanyakan
bibit tanaman nanas yang akan ditulis disini adalah dari bibit tunas batang dan dari
stek.
 Bibit Tunas Batang.
Adapun cara pembibitan dari tunas batang adalah sebagai berikut :
1). Memilih tunas batang yang akan digunakan untuk pembibitan. Tanaman
nanas dalam keadaan sedang berbuah atau telah dipanen. Tunas batang yang
baik adalah panjang 30-35 cm.
2). Kemudian memotong daun-daun dekat pangkal pohon, untuk mengurangi
penguapan dan mempermudah pengangkutan, setelah itu biarkan selama
beberapa hari di tempat teduh dan bibit siap angkut ke tempat penanaman
langsung segera ditanam.
 Bibit Nanas dari Stek.
Adapun cara pembibitan dari stek adalah sebagai berikut :
1). Memotong batang nanas yang sudah dipanen buahnya sepanjang 2,5 cm.
2). Membelah potongan menjadi 4 bagian yang mengandung mata tunas
3). Potongan-potongan tersebut disemaikan dalam media pasir bersih
4). Setelah 3,5 bulan, bibit akan mencapai ketinggian 25-35 cm. maka bibit
bisa langsung ditanam di kebun
1) Pembibitan
Adapun tahap-tahap pembibitan tanaman nanas adalah sebagai berikut :
1). Persemaian Tanaman.
Persemaian untuk nanas memerlukan perlakuan khusus. Langkah dalam
menyiapkan media semai dalam bak persemaian berupa tepung (misalnya
Rootone) pada permukaan belahan batang untuk mempercepat pertumbuhan akar.
Belahan batang pada bak persemaian disemaikan sedalam 1,5 – 2,5 cm dan jarak
tanam 5-10 cm. Kondisi media persemaian dijaga agar tetap lembab dan sirkulasi
udara baik, dengan menutup bak persemaian dengan lembar plastic tembus cahaya
(bening). Stek batang nanas dibiarkan bertunas dan berakar. Tempat persemaian
baru yang medianya disuburkan dengan pupuk kandang disiapkan. Campuran
media berupa tanah halus, pasir dan pupuk kandang halus (1:1:1) atau pasir
dengan pupuk kandang halus (1:1). Langkah terakhir adalah memindahtanamkan
bibit nanas dari persemaian perkecambahan ke persemaian pembesaran bibit.
2). Pemeliharaan Bibit
Pemeliharaan pembibitan/persemaian penyiraman dilakukan secara berkala
dijaga agar kondisi media tanam selalu lembab dan tidak kering supaya bibit tidak
mati. Pemupukan dilakukan dengan pemberian pupuk kandang dengan
perbandingan kadar yang sudah ditentukan. Penjarangan dan pemberian pestisida
dapat dilakukan jika diperlukan.
3). Pemindahan Bibit
Pemindahan bibit dapat dilakukan jika ukuran tinggi bibit mencapai 25-30 cm
atau berumur 3-5 bulan.
2) Pengolahan Media Tanam
a) Persiapan
Penanaman nanas dapat dilakukan pada lahan tegalan atau ladang. Waktu
persiapan dan pembukaan lahan yang paling baik adalah disaat waktu musim
kemarau, dengan membuang pepohonan yang tidak diperlukan. Pengolahan tanah
dapat dilakukan pada awal musim hujan. Derajat keasaman tanah perlu
diperhatikan karena tanaman nanas dapat tumbuh dengan baik pada pH sekitar 5,5.
Jumlah bibit yang diperlukan untuk suatu lahan tergantung dari jenis nanas, tingkat
kesuburan tanah dan ekologi pertumbuhannya.
b) Pembukaan Lahan
Untuk membuka suatu lahan, perlu dilakukan: membuang dan membersihkan
pohon-pohon atau batu-batuan dari sekitar lahan kebun ke tempat penampungan
limbah pertanian. Mengolah tanah dengan dicangkul/dibajak dengan traktor
sedalam 30-40 cm hingga gembur, karena, bisa berakibat fatal pada produksi
tanaman. Biarkan tanah menjadi kering minimal selama 15 hari agar tanah benar-
benar matang dan siap ditanami.
c) Pembentukan Bedengan
Pembentukan bedengan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah
untuk kedua kalinya yang sesuai dengan sistem tanam yang dipakai. Sistem
petakan cukup dengan cara meratakan tanah, kemudian di sekililingnya dibuat
saluran pemasukan dan pembuangan air. Sistem bedengan dilakukan dengan cara
membuat bedengan-bedengan selebar 80-120 cm, jarak antar bedengan 90-150 cm
atau variasi lain sesuai dengan sistem tanam. Tinggi petakan atau bedengan adalah
antara 30-40 cm.
d) Pengapuran
Derajat kemasaman tanah yang sesuai untuk tanaman nanas adalah 4,5-6,5.
Pengapuran tanah dilakukan dengan Calcit atau Dolomit atau Zeagro atau bahan
kapur lainnya dengan cara ditaburkan merata dan dicampurkan dengan lapisan
tanah atas terutama tanah-tanah yang bereaksi asam (pH dibawah 4,5). Dosis
kapur disesuaikan dengan pH tanah, namun umumnya berkisar antara 2-4 ton/ha.
Bila tidak turun hujan, setelah pengapuran segera dilakukan pengairan tanah agar
kapur cepat melarut.
e) Pemupukan
Dalam penanaman nanas dilakukan pemberian pupuk kandang dengan dosis
20 ton per hektar. Cara pemberian: dicampurkan merata dengan lapisan tanah atas
atau dimasukkan per lubang tanam. Juga digunakan pupuk anorganik NPK dan
urea. Nitrogen (N) sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman, fosfor
diperlukan selama beberapa bulan pada awal pertumbuhan sedangkan Kalium
diperlukan untuk perkembangan buah, khususnya nanas. Pupuk urea
penggunaannya dikombinasikan dengan perangsang pembungaan.
3) Penanaman
a) Penentuan Pola Tanam
Pola tanam merupakan pengaturan tata letak tanaman dan urutan jenis tanaman
dengan waktu tertentu, dalam kurun waktu setahun. Dalam teknik penanaman
nanas ada beberapa sistem tanam, yaitu: sistem baris tunggal atau persegi dengan
jarak tanam 150 x 150 cm baik dalam maupun antar barisan; 90 x 30 cm jarak
dalam barisan 30 cm, dan jarak antar barisan adalah 90 cm. Sistem baris rangkap
dua dengan jarak tanam 60 x 60 cm, dan jarak antar barisan sebelah kiri dan kanan
dari 2 barisan adalah 150 cm dan jarak tanam 45 x 30 cm, dan jarak antar barisan
tanaman sebelah kiri dan kanan dari 2 barisan tanaman adalah 90 cm. Sistem baris
rangkap tiga dengan jarak tanam 30 x 30 cm membentuk segitiga sama sisi dengan
jarak antar barisan sebelah kiri/ kanan dari 3 barisan tanaman: 90 cm dan jarak
tanam 40 x 30 cm dengan jarak antar barisan sebelah kiri/kanan dari 3 barisan
adalah 90 cm serta sisitem baris rangkap empat dengan jarak 30 x 30 cm dan jarak
antar barisan sebelah kiri/kanan dari 4 barisan tanaman 90 cm.
b) Pembuatan Lubang Tanam
Pembuatan lubang tanam pada jarak tanam yang dipilih sesuai dengan system
tanam. Ukuran lubang tanam: 30 x 30 x 30 cm. Untuk membuat lubang tanam
digunakan pacul, tugal atau alat lain.
c) Cara Penanaman
Penanaman yang baik dilakukan pada awal musim hujan. Langkah-langkah yang
dilakukan: (1) membuat lubang tanam sesuai dengan jarak dan sistem tanam yang
dipilih; (2) mengambil bibit nanas sehat dan baik dan menanam bibit pada lubang
tanam yang tersedia masing-masing satu bibit per lubang tanam; (3) tanah
ditekan/dipadatkan di sekitar pangkal batang bibit nanas agar tidak mudah roboh
dan akar tanaman dapat kontak langsung dengan air tanah; (4) dilakukan
penyiraman hingga tanah lembab dan basah; (5) penanaman bibit nanas jangan
terlalu dalam, 3-5 cm bagian pangkal batang tertimbun tanah agar bibit mudah
busuk.
4) Pemeliharaan
a) Penjarangan dan Penyulaman
Penjarangan nanas tidak dilakukan karena tanaman nanas spesifik dan tidak
berbentuk pohon. Kegiatan penyulaman nanas diperlukan, sebab ceding-ceding
bibit nanas tidak tumbuh karena kesalahan teknis penanaman atau faktor bibit.
b) Penyiangan
Penyiangan diperlukan untuk membersihkan kebun nanas dari rumput liar dan
gulma pesaing tanaman nanas dalam hal kebutuhan air, unsur hara dan sinar
matahari. Rumput liar sering menjadi sarang dari dan penyakit. Waktu penyiangan
tergantung dari pertumbuhan rumput liar di kebun, namun untuk menghemat biaya
penyiangan dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemupukan. Cara penyiangan
dilakukan dengan mencabut rumput dengan tangan/kored/cangkul. Tanah di
sekitar bedengan digemburkan dan ditimbunkan pada pangkal batang nanas
sehingga membentuk guludan.
c) Pembubunan
Pembubunan diperlukan dalam penanaman nanas, dilakukan pada tepi
bedengan yang seringkali longsor ketika diairi. Pembubunan sebaiknya mengambil
tanah dari selokan atau parit di sekeliling bedengan, agar bedengan menjadi lebih
tinggi dan parit menjadi lebih dalam, sehingga drainase menjadi normal kembali.
Pembubunan berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah dan akar yang keluar di
permukaan tanah tertutup kembali sehingga tanaman nanas berdiri kuat.
d) Pemupukan
Pemupukan dilakukan setelah tanaman berumur 2-3 bulan dengan pupuk
buatan. Pemupukan susulan berikutnya diulang tiap 3-4 bulan sekali sampai
tanaman berbunga dan berbuah. Jenis dan dosis pupuk yang digunakan adalah:
a) Pupuk NPK tablet (Pamafert)
Bentuk pupuk berupa tablet, berat 4 gram setiap tablet. Dosis anjuran satu
tablet tiap tanaman
b) Pupuk tunggal berupa campuran ZA, TSP, atau SP-36 dan KCl
1. Dosis anjuran 1: ZA 100 kg + TSP atau SP-36 60 kg + KCl 50 kg perhektar.
Pupuk susulan diulang setiap 4 bulan sekali dengan dosis yangsama.
2. Dosis anjuran 2: mulai umur 3 bulan setelah tanam dipupuk denganZA 125 kg
atau urea 62,5 kg + TSP atau SP-36 75 kg/ha. Pada umur 6Bulan dipupuk kandang
10 ton/ha.
Cara pemberian pupuk dibenamkan/dimasukkan ke dalam parit sedalam 10-15
cm diantara barisan tanaman nanas, kemudian tutup dengan tanah. Cara lain:
disemprotkan pada daun terutama pupuk Nitrogen dengan dosis 40 gram Urea per
liter atau ± 900 liter larutan urea per hektar.
e) Pengairan dan Penyiraman
Sekalipun tanaman nanas tahan terhadap iklim kering, namun untuk
pertumbuhan tanaman yang optimal diperlukan air yan cukup. Pengairan
/penyiraman dilakukan 1-2 kali dalam seminggu atau tergantung keadaan cuaca.
Tanaman nanas dewasa masih perlu pengairan untuk merangsang pembungaan dan
pembuahan secara optimal. Pengairan dilakukan 2 minggu sekali. Tanah yang
terlalu kering dapat menyebabkan pertumbuhan nanas kerdil dan buahnya kecil-
kecil. Waktu pengairan yang paling baik adalah sore dan pagi hari dengan
menggunakan mesin penyemprot atau embrat.
E. Hama dan Penyakit Nanas
 Hama
a). Penggerek buah (Thecla basilides Geyer)
Ciri:
Kupu-kupu berwarna coklat dan kupu-kupu betina meletakkan telurnya pada
permukaan buah, kemudian menetas menjadi larva; bentuk larva pada bagian
tubuh atas cembung, bagian bawah datar dan tubuh tertutup bulu-bulu halus
pendek.
Gejala:
Menyerang buah dengan cara menggerek/melubangi daging buah; buah nanas
yang diserang hama ini berlubang dan mengeluarkan getah, kemudian membusuk
karena diikuti serangan cendawan atau bakteri.
Pengendalian:
(1) Non kimiawi dengan menjaga kebersihan kebun serta membuang bagian
tanaman yang terserang hama;
(2) Kimiawi dengan menyemprot insektisida yang mangkus dan sangkil, seperti
Basudin 60 EC atau Thiodan 35 EC pada konsentrasi yang dianjurkan.
b). Kumbang (Carpophilus hemipterus L.)
Ciri: Berupa kumbang kecil, berwarma coklat/hitam; larva berwarna putih
kekuningan, berambut tipis, bentuk langsing berkaki 6.
Gejala: Menyerang tanaman nanas yang gluka sehingga bergetah dan busuk oleh
mikroorganisme lain (cendawan dan bakteri).
Pengendalian: Dilakukan dengan menjaga kebersihan kebun dan pemberian
insektisida.
c) Lalat buah (Atherigona sp.)
Ciri:
Lalat berukuran kecil, meletakkan telur pada bekas luka bagian buah, kemudian
menjadi larva berwarna putih.
Gejala:
merusak/ memakan daging buah hingga menyebabkan busuk lunak.
Pengendalian:
(1) non kimiawi dengan menjaga kebersihan kebun, membuang buah yang
terserang lalat buah;
(2) kimiawi dengan cara disemprot insektisida yang mangkus dan sangkil, seperti
Thiodan 35 EC atau Basudin EC pada konsentrasi yang dianjurkan.
d) Thrips (Holopothrips ananasi Da Costa Lima)
Ciri:
Tubuh thrips berukuran sangat kecil panjang sekitar 1,5 mm, berwarna coklat, dan
bermata besar.
Gejala:
menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan sel daun sehingga
menimbulkan bintik-bintik berwarna perak; pada tingkat serangan yang berat
menyebabkan pertumbuhan tanaman muda terhambat.
Pengendalian:
(1) secara non kimiawi dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan kebun dan
mengurangi ragam tanaman inang;
(2) secara kimiawi dilakukan dengan penyemprotan insektisida: Mitac 200 EC atau
Dicarol 25 SP pada konsentrasi yang dianjurkan.
e) Sisik (Diaspis bromeliae Kerne)
Ciri:
Serangga berukuran kecil diameter ± 2,5 mm, bulat dan datar, berwarna putih
kekuningan/keabu-abuan, bergerombol menutupi buah dan daun, sehingga
menyebabkan ukuran buah kecil dan pertumbuhan tanaman terhambat.
Pengendalian:
Dapat disemprot dengan insektisida Decis 2,5 EC atau Curacron 500 EC pada
konsentrasi yang dianjurkan.
f) Ulat buah (Tmolus echinon L)
Ciri:
Serangga muda/dewasa berupa kupu-kupu berwarna coklat serta larva/ulat tertutup
rambut halus dan kepalanya kecil.
Gejala:
menyerang buah nanas dengan cara menggerek dan membuat lubang yang
menyebabkan buah berlubang, bergetah dan sebagian buah memotong bagian
tanaman yang terserang berat.
Pengendalian :
dilakukan dengan mengumpulkan/membunuh ulat secara mekanis, serta disemprot
insektisida: Buldok 25 EC atau Thiodan 35 EC pada konsentrasi yang dianjurkan
g). Hama lain:
Rayap, tikus, nematoda, bintil akar dan kutu tepung jeruk juga kadang-
kadang menyerang tanaman nanas.
 Penyakit
1). Busuk hati dan busuk akar
Penyebab:
Cendawan Phytophthora parasitica Waterh dan P. cinnamomi Rands.
Penyakit busuk hati disebut hearth rot, sedangkan busuk akar dinamakan root rot.
Penyebaran penyakit dibantu bermacam-macam tanaman inang, air yang mengalir,
alat-alat pertanian, curah hujan tinggi, tanah yang mengandung bahan organik dan
kelembaban tanah tinggi antara 25-35 derajat C.
Gejala:
Pada daun terjadi perubahan warna menjadi hijau belang-belang kuning dan
ujungnya nekrotis; daun-daun muda mudah dicabut bagian pangkalnya membusuk
dengan bau busuk berwarna coklat, dan akhirnya tanaman mati; pembusukan pada
system perakaran.
Pengendalian:
(1) non kimiawi dilakukan dengan cara perbaikan drainase tanah, mengurangi
kelembapan sekitar kebun, dan memotong/mencabut tanaman yang sakit;
(2) kimiawi dengan pencelupan bibit dalam larutan fungisida sebelum tanam,
seperti Dithane M-45 atau Benlate.
2) Busuk pangkal
Penyebab: Cendawan Thielaviopsis paradoxa (deSeyn) Hohn
atau Ceratocystis paradoxa (Dade) C. Moreu. Penyakit ini sering disebut base rot.
Penyebaran penyakit dibantu tanaman inangnya, adanya luka-luka mekanis pada
tanaman, angin, hujan dan tanah. Gejala:
pada bagian pangkal batang, daun, buah dan bibit menampakkan gejala busuk
lunak berwarna coklat atau hitam, berbau khas, atau bercak-bercak putih
kekuning-kuningan.
Pengendalian:
(1) non kimiawi dengan melakukan penyimpanan bibit sementara sebelum tanamn
agar luka cepat sembuh, menanam bibit pada cuaca kering, dan menghindari luka-
luka mekanis;
(2) kimiawi dengan perendaman bibit dalam larutan fungisida Benlate.
3) Penyakit Lain
Penyakit adalah busuk bercak gabus pada buah disebabkan oleh
cendawan Pinicillium funiculosum Thom, busuk bibit oleh cendawan Pythium sp.,
layu dan bercak kuning oleh virus yang belum diketahui secara pasti jenisnya.
Pengendalian:
Harus dilakukan secara terpadu, meliputi penggunaan bibit yang
sehat, perbaikan kultur teknik budidaya secara intensif, pemotongan/pencabutan
dan pemusnahan tanaman yang sakit.
 Gulma
Penurunan produksi nanas dapat disebabkan oleh banyak dan dominannya gulma
karena pemberian mulsa yang kurang baik sehingga pertumbuhan rumput subur.
E. Panen dan pasca panen
1). Ciri dan Umur Panen
Panen buah nanas dilakukan setelah nanas berumur 12-24 bulan, tergantung
dari jenis bibit yang digunakan. Bibit yang berasal dari mahkota bunga berbuah
pada umur 24 bulan, hingga panen buah setelah berumur 24 bulan. Tanaman
yang berasal dari tunas batang dipanen setelah umur 18 bulan, sedangkan tunas
akar setelah berumur 12 bulan. Ciri-ciri buah nanas yang siap dipanen:
a) Mahkota buah terbuka.
b) Tangkai ubah mengkerut.
c) Mata buah lebih mendatar, besar dan bentuknya bulat.
d) Warna bagian dasar buah kuning.
e) Timbul aroma nanas yang harum dan khas.
2). Cara Panen
Tata cara panen buah nanas: memilih buah nanas yang menunjukkan tanda-
tanda siap panen. Pangkal tangkai buah dipotong secara mendatar/miring dengan
pisau tajam dan steril. Pemanenan dilakukan secara hati-hati agar tidak rusak dan
memar.
3). Periode Panen
Tanaman nanas dipanen setelah berumur 12-24 bulan. Pemanenan buah nanas
dilakukan bertahap sampai tiga kali. Panen pertama sekitar 25%, kedua 50%, dan
ketiga 25% dari jumlah yang ada. Tanaman yang sudah berumur 4-5 tahun perlu
diremajakan karena pertumbuhannya lambat dan buahnya kecil. Cara peremajaan
adalah membongkar seluruh tanaman nanas untuk diganti dengan bibit yang
baru. Penyiapan lahan sampai penanaman dilakukan seperti cara bercocok tanam
pada lahan yang baru.
4). Prakiraan Produksi
Potensi produksi per hektar pada tanaman nanas yang dibudidayakan intensif
dapat mencapai 38-75 ton/hektar. Pada umumnya rata-rata 20 ton/hektar,
tergantung jenisnanas dan sistem tanam.
2. Pascapanen
Buah nanas termasuk komoditi buah yang mudah rusak, susut dan cepat
busuk. Oleh karena itu, setelah panen memerlukan penanganan pascapanen yang
memadai.
1. Pengumpulan
Setelah panen dilakukan pengumpulan buah ditempat penampungan hasil atau
gudang sortasi.
2. Penyortiran dan Penggolongan
Kegiatan sortasi dimulai dengan memisahkan buah yang rusak, memar, busuk,
atau mentah secara tersendiri dari buah yang bagus dan normal. Klasifikasi buah
berdasarkan bentuk dan ukuran yang seragam, jenis maupun tingkat
kematangannya
3. Penyimpanan
Penyimpanan dilakukan jika harga turun, sehingga untuk menunggu harga
naik maka dilakukan penyimpanan. Buah nanas biasanya disimpan dalam peti
kemas dalam ruangan dingin yang suhunya sekitar 5 derajat C.
4. Pengemasan dan Pengangkutan
Kegiatan pengemasan dimulai dengan mengeluarkan buah nanas dari lemari
pemeraman, lalu dipilih (sortasi) berdasarkan tingkat kerusakannya agar
seragam. Kemudian buah nanas dibungkus dengan kertas pembungkus lalu
dikemas dalam keranjang bambu atau peti kayu atau dos karton bergelombang.
Ukuran wadah pengemasan 60 x 30 x 30 cm yang diberi lubang ventilasi. Proses
pengangkutan dimulai dengan memasukkan peti kemas secara teratur pada alat
pengangkutan, buah nanas diangkut dan dipasarkan ke tempat pemasaran.
2.2 Teknologi Produksi Tanaman Strawberry (Fragaria spp.)
Strawberry merupakan tanaman buah yang termasuk dalam jenis tanaman herba
dan pertama kali ditemukan di Chili, Amerika. Salah satu spesies tanaman strawberry
yaitu Fragaria chiloensis L. telah menyebar ke berbagai negara, seperti Amerika,
Eropa, dan Asia. Selanjutnya spesies lain, yaitu F. vesca L. lebih menyebar luas
dibandingkan spesies lainnya. Strawberry jenis inilah yang pertama kali masuk ke
Indonesia.
A. Klasifikasi Strawberry
Berdasarkan tingkatan taksonominya, klasifikasi botani tanaman strawberry
adalah sebagai beriku (Prihatman, 2000)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rosales
Famili : Rosaideae
Subfamili : Rosaceae
Genus : Fragaria
Spesies : Fragaria spp.
B. Syarat Tumbuh Strawberry
Strawberry biasanya ditanam di dataran tinggi dan akan tumbuh dengan baik
bila ditanam di daerah dengan ketinggian 1.000-1.500 m dpl. Tanah yang kaya akan
kandungan bahan organik, subur, gembur, serta memiliki aerasi dan drainase yang
baik sangat mendukung pertumbuhan semangka. Selain itu, tanah juga harus
memiliki tekstur liat berpasir dan pH berkisar antara 5,4-7,0 bila ditanam di kebun
atau 6,5-7,0 bila ditanam di pot. Daerah dengan suhu rata-rata berkisar 17°C-20°C,
kelembaban udara antara 80-90%, rata-rata curah hujan 600-700 mm/bulan, dan lama
penyinaran cahaya matahari 8-10 jam setiap harinya akan sangat sesuai dijadikan
sebagai wilayah budidaya semangka (Prihatman, 2000).
C. Morfologi Strawberry
Tanaman strawberry memiliki akar tunggang (radix primaria) yang terus tumbuh
memanjang dan berukuran besar. Struktur akarnya terdiri dari pangkal akar (collum),
batang akar (corpus), ujung akar (apex), bulu akar (pilus radicalis), serta tudung akar
(calyptra). Selain akar tunggang, tanaman strawberry juga memiliki akar serabut
yang tumbuh dangkal di dalam tanah dan menyebar secara horizontal sepanjang 30
cm dan secara vertikal dapat mencapai kedalaman 40 cm. Akar tanaman strawberry
muncul dari batang yang pendek dan tebal berbentuk rumpun. Dari rumpun tersebut
dapat muncul tunas yang akan menjadi crown baru, sulur, dan bunga.
Batang utama tanaman strawberry sangat pendek dengan daun-daun yang
terbentuk pada buku dan ketiak setiap daun terdapat pucuk aksilar. Internode sangat
pendek, sehingga jarak antar daun sangat rapat dan memberi kesan seperti rumpun
tanpa batang. Daun Strawberry tumbuh melingkar, berbulu lebat sampai jarang
(tergantung varietas), terdiri dari tiga anakan daun (daun majemuk), dengan tepi daun
bergerigi. Batang utama dan daun yang tersusun sangat rapat ini disebut crown.
Ukuran crown berbeda-beda berdasarkan umur, tingkat perkembangan tanaman, dan
kondisi pertumbuhan (Budiman dan Saraswati, 2008).
Bunga strawberry memiliki 10 kelopak yang berwarna hijau, 5 mahkota
berwarna putih, 60 sampai 600 putik dan 20 sampai 35 benangsari yang tersusun
sekitar stigma di atas dasar bunga. Bunga strawberry dapat menyerbuk silang dengan
bantuan angina, serangga, dan manusia. Ukuran tangkai bunga selalu lebih panjang
dibanding tangkai daun. Pemunculan rangkaian dan mekarnya bunga terjadi secara
berurutan, dan berlangsung selama empat minggu. Biasanya sebanyak 6 sampai 8
bunga pertama pada setiap tangkai akan mekar lebih awal, yang selanjutnya diikuti
oleh bunga di bawahnya (Setiani, 2007).
Buah strawberry merupakan buah semu karena yang dianggap oleh masyarakat
sebagai buah selama ini sebenarnya adalah reseptakel atau jaringan dasar bunga yang
membesar. Buah yang sebenarnya adalah biji-biji kecil berwarna putih yang disebut
dengan achen. Achen berasal dari sel kelamin betina yang telah diserbuki dan
kemudian berkembang menjadi buah kerdil. Biji strawberry berukuran kecil, pada
setiap buah dapat menghasilkan banyak biji. Biji berukuran kecil terletak diantara
daging buah (Setiani, 2007).
D. Budidaya Strawberry
Menurut Prihatman (2000), tanaman stroberi diperbanyak dengan benih dan
bibit vegetatif, baik anakan maupun akar sulur. Kebutuhan benih atau bibit
disesuaikan dengan kebutuhan serta luas lahan yang akan ditanami stroberi. Berikut
merupakan teknik membudidayakan tanaman stroberi.
I.Teknik Perbanyakan
1) Perbanyakan dengan biji
1. Persiapkan benih yang akan ditanam kemudian rendam benih di dalam air
selama 15 menit lalu dikeringkan dengan angin.
2. Sediakan kotak persemaian berupa kotak kayu atau plastik yang diisi dengan
media berupa campuran tanah, pasir dan pupuk kompos halus yang bersih
dengan perbandingan 1:1:1. Benih disemaikan merata di atas media dan tutup
dengan tanah tipis. Kotak persemaian kemudian ditutup dan disimpan di suhu
ruang.
3. Persemaian disiram setiap hari. Setelah bibit berdaun dua helai, bibit dipindah
ke bedengan dengan media tanam yang sama dengan awal persemaian.
Bedengan dinaungi dengan plastik bening. Selama di dalam bedengan, bibit
diberi pupuk daun. Setelah berukuran sekitar 10 cm dan tanaman telah
merumpun, bibit dipindahkan ke kebun atau lahan penanaman.
2) Bibit vegetatif untuk budidaya stroberi di kebun
Tanaman induk yang dipilih harus berumur 1-2 tahun, sehat (bebas dari penyakit)
dan produktif. Penyiapan bibit anakan dan stolon adalah sebagai berikut.
1. Bibit anakan
Rumpun dibongkar dengan cangkul, tanaman induk dibagi menjadi beberapa
bagian yang sedikitnya mengandung 1 anakan. Setiap anakan ditanam dalam
polibag yang berisi media tanam campuran tanah, pasir dan pupuk kandang
halus dengan perbandingan 1:1:1. Selanjutnya, simpan di bedeng persemaian
beratap plastik.
2. Bibit stolon
Rumpun yang dipilih telah memiliki akar sulur pertama dan kedua yang
kemudian akan dipotong. Bibit ditanam di polibag berisi media
tanamcampuran tanah, pasir dan pupuk kandang (1:1:1). Setelah tingginya 10
cm dan berdaun rimbun, bibit siap dipindahkan ke kebun atau lahan
penanaman.
3. Bibit untuk budidaya stroberi di polibag
Pembibitan dari benih atau anakan dilakukan dengan cara yang sama, tetapi
media tanam berupa campuran gabah padi dan pupuk kandang (2:1). Setelah
bibit di persemaian berdaun dua atau bibit dari anakan di polibag kecil (18
x15) siap pindah, bibit dipindahkan ke polibag besar ukuran 30 x 20 cm berisi
media yang sama. Di polibag ini, bibit dipelihara sampai panen.
3) Budidaya di Kebun dengan Mulsa Plastik.
Teknologi yang dapat diaplikasikan pada budidaya tanaman stroberi adalah
pemakaian mulsa plastik. Hal ini dapat meningkatkan produksi tanaman stroberi
dibandingkan dengan penanaman tanaman stroberi secara konvensional.
1. Di awal musim hujan, lahan diolah dengan baik dan kering-anginkan 15-30
hari.
2. Buatlah bedengan dengan lebar 80 x 120 cm, tinggi 30-40 cm, panjang
disesuaikan dengan lahan, jarak antar bedengan 60 cm atau guludan, lebar
bawah 60 cm, lebar atas 40 cm, tinggi 30-40 cm, panjang disesuaikan dengan
lahan, jarak antar bedengan 60 cm.
3. Kering-anginkan 15 hari.
4. Taburkan dan campurkan dengan tanah bedengan/guludan 200 kg/ha urea,
250 kg SP- 36 dan 100 kg/ha KCl.
5. Siram hingga media tanam lembab.
6. Pasang mulsa plastik hitam atau hitam perak menutupi bedengan atau guludan
dan kuatkan ujung-ujungnya dengan bantuan bambu berbentuk U.
7. Buat lubang di atas plastik seukuran alas kaleng bekas susu kental manis.
Jarak antar lubang dalam barisan 30, 40 atau 50 cm, sehingga jarak tanam
menjadi 40 x 30, 50 x 50 atau 50 x 40 cm.
8. Buat lubang tanam di atas lubang mulsa tadi.

9. Semprotkan larutan MiG-6PLUS (10 ml MiG-6PLUS : 1 liter air) pada media


tanam secara merata. Biarkan selama 3-5 hari, kemudian bibit siap ditanam.
10. Bila tanah masam, 2-4 ton/ha kapur kalsit/dolomit ditebarkan di atas
bedengan atau guludan lalu dicampur merata. Pengapuran dilakukan segera
setelah bedengan atau guludan selesai dibuat, pengapuran di lakukan 1bulan
Sebelum penanaman.
II.Teknik Penanaman
1) Siram polibag berisi bibit dan keluarkan bibit bersama media tanamnya dengan
hati-hati.
2) Tanam satu bibit di lubang tanam dan padatkan tanah di sekitar pangkal batang.
3) Untuk tanaman tanpa mulsa, beri pupuk dasar sebanyak 1/3 dari dosis
pupukanjuran (dosis anjuran 200 kg/ha Urea, 250 kg SP-36 dan 150 kg/ha KCl).
Pupuk diberikan di dalam lubang sejauh 15 cm di kiri-kanan tanaman.
4) Sirami tanah di sekitar pangkal batang sampai lembab.
III.Pemeliharaan Tanaman
1) Penyulaman
Penyulaman dilakukan sebelum tanaman berumur 15 hari setelah tanam. Tanaman
yang disulam adalah yang mati atau tumbuh abnormal.
2) Penyiangan
Penyiangan dilakukan pada pertanaman stroberi tanpa ataupun dengan mulsa
plastik. Mulsa yang berada di antara barisan/bedengan dicabut dan dibenamkan ke
dalam tanah. Waktu penyiangan tergantung dari pertumbuhan gulma, biasanya
dilakukan bersama pemupukan susulan.
3) Pemangkasan
Tanaman yang terlalu rimbun, terlalu banyak daun harus dipangkas. Pemangkasan
dilakukan teratur terutama membuang daun-daun tua atau rusak. Tanaman stroberi
diremajakan setiap 2 tahun.
4) Pemupukan
1. Pertanaman dengan mulsa: Pupuk susulan ditambahkan jika pertumbuhan
kurang baik. Campuran urea, SP-36 dan KCl (1:2:1,5) sebanyak 5 kg
dilarutkan dalam 200 liter air. Setiap tanaman disiram dengan 350-500 cc
larutan pupuk.

2. Pemberian MiG-6PLUS Selanjutnya: Setiap 2 – 3 minggu sekali, semprotkan

kembali larutan MiG-6PLUS (10 ml MiG-6PLUS : 1 liter air) secara merata


pada media tanam.
5. Pengairan dan penyiraman dilakukan hingga tanaman berumur 2 minggu,
penyiraman dilakukan 2 kali sehari. Setelah itu penyiraman dikurangi
berangsur-angsur dengan syarat tanah tidak mengering. Pengairan bisa dengan
disiram atau menjanuhi parit antar bedengan dengan air.
6. Pemasanganmulsa dipasang seawal mungkin setelah tanam pada bedengan
atau guludan yang tidak memakai mulsa plastik. Penggunan jerami atau
rumput kering setebal 3–5 cm dihamparkan di permukaan bedengan atau
guludan dan antara barisan tanaman untuk meningkatkan kelembaban tanah.
E. Hama dan Penyakit Tanaman Strawberry
Budidaya strawberry dapat mengalami gangguan ketika terdapat hama maupun
penyakit yang menyerang tanaman budidaya. Menurut Prihatman (2007), hama yang
sering kali ditemukan menyerang tanaman strawberry antara lain kutu daun
(Chaetosiphon fragaefolii), tungau (Tetranychus sp. dan Tarsonemus sp.), kumbang
penggerek bunga (Anthonomus rubi), kumbang penggerek akar (Otiorhynchus
rugosostriatus), kumbang penggerek batang (O. sulcatus), dan kutu putih
(Pseudococcus sp.). Gejala yang ditimbulkan masing-masing hama dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 1.Hama dan Gejala Tanaman Strawberry yang Terserang

Hama Gejala
Pucuk/daun keriput, keriting, pembentukan
Kutu daun bunga/buah terhambat.
Daun berbercak kuning sampai coklat, keriting,
Tungau mengering, dan gugur.
Kumbang penggerek Bagian tanaman yang digerek terdapat tepung.
bunga, kumbang
penggerek akar, dan
kumbang penggerek
batang
Bagian tanaman yang tertutupi kutu putih akan
Kutu putih menjadi abnormal.

Selain hama, terdapat pula penyakit yang dapat menjadi ancaman dalam
budidaya tanaman strawberry. Penyakit-penyakit yang biasanya menyerang
tanaman strawberry beserta gejala yang dialami dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
Tabel 2.Penyakit dan Gejala Tanaman Strawberry yang Terserang

Penyakit Gejala
Kapang kelabu Bagian buah membusuk dan berwarna coklat
(Botrytis cinerea) lalu mengering.
Buah membusuk, berair, berwarna coklat muda
dan bila ditekan akan mengeluarkan cairan
Busuk rizopus keruh. Bila ditempat penyimpanan, buah yang
(Rhizopus stolonifer) terinfeksi akan tertutup miselium jamur
berwarna putih dan spora hitam.
Jamur menyerang akar sehingga tanaman
Empulur merah tumbuh kerdil, daun tidak segar, kadang-kadang
(Phytophthora fragarie) layu terutama siang hari.
Bagian yang terserang, terutama daun, tertutup
Empulur tepung lapisan putih tipis seperti tepung, bunga akan
(Uncinula necator) mengering dan gugur.
Daun gosong Daun berbercak bulat telur sampai bersudut tidak
(Diplocarpon earliana) teratur, berwarna ungu tua.
Bercak kecil ungu tua pada daun, pusat bercak
Bercak daun berwarna coklat yang akan berubah menjadi
(Ramularia tulasnii) putih.
Noda bula berwarna abu-abu dikelilingi warna
Busuk daun (Phomopsis merah ungu, kemudian noda membentuk luka
obscurans) mirip huruf V.
Layu vertisillium Daun terinfeksi berwarna kekuning-kuningan
(Verticillium daliae) hingga coklat, layu, dan tanaman mati.
Terjadi perubahan warna daun dari hijau menjadi
kuning (khlorosis) sepanjang tulang daun atau
Virus totol-totol (motle), daun jadi keriput, kaku,
tanaman kerdil.

F. Panen
Buah strawberry yang dapat dipanen memiliki ciri-ciri buahnya sudah agak
kenyal dan agak empuk, kulit buah didominasi warna merah, hijau kemerahan,
hingga kuning kemerahan, serta buah tersebut berumur dua minggu sejak
pembungaan atau 10 hari setelah awal pembentukan buah.Pemanenan dapat
dilakukan dengan cara menggunting bagian tangkai bunga dengan kelopaknya. Panen
biasanya dilakukan dua kali dalam seminggu.
2.3 Teknologi Produksi Tanaman Pisang (Musa spp.)
Beberapa literatur menyebutkan pusat keanekaragaman tanaman pisang
berada di kawasan Asia Tenggara (Satuhu dan Supriyadi, 1990). Para ahli botani
memastikan daerah asal tanaman pisang adalah India, jazirah Malaya, dan Filipina.
Penyebaran tanaman pisang dari daerah asal ke berbagai wilayah negara di dunia
terjadi mulai tahun 1000 SM. Penyebaran pisang di wilayah timur antara lain melalui
Samudera Pasifik dan Hawai. Sedangkan penyebaran pisang di wilayah barat melalui
Samudera Hindia, Afrika sampai pantai timur Amerika. Sekitar tahun 500, orang-
orang Indonesia berjasa menyebarkan tanaman pisang ke pulau Madagaskar. Pada
tahun 650, pahlawan-pahlawan Islam di negara Arab telah menyebarkan tanaman
pisang di sekitar laut tengah.
A. Klasifikasi Tanaman Pisang
Menurut Tjitrosoepomo (2000), kedudukan tanaman pisang dalam sistematika
(taksonomi) tumbuhan adalah sebagai berikut.
Divisi : Spermatophyta
Sub Devisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Famili : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa spp.
Pisang termasuk famili Musaceae dari ordo Scitaminae dan terdiri dari dua
genus, yaitu genus Musa dan Ensete. Genus Musa terbagi dalam empat golongan,
yaitu Rhodochlamys, Callimusa, Australimusa dan Eumusa. Golongan Australimusa
dan Eumusa merupakan jenis pisang yang dapat dikonsumsi, baik segar maupun
olahan. Buah pisang yang dimakan segar sebagian besar berasal dari golongan
Emusa, yaitu Musa acuminata dan Musa balbisiana.

B. Morfologi Tanaman Pisang


Tanaman pisang termasuk dalam golongan terna monokotil tahunan
berbentuk pohon yang tersusun atas batang semu. Batang semu ini merupakan
tumpukan pelepah daun yang tersusun secara rapat teratur. Percabangan tanaman
bertipe simpodial dengan meristem ujung memanjang dan membentuk bunga lalu
buah. Bagian bawah batang pisang menggembung berupa umbi yang disebut
bonggol. Pucuk lateral (sucker) muncul dari kuncup pada bonggol yang selanjutnya
tumbuh menjadi tanaman pisang. Buah pisang umumnya tidak berbiji atau bersifat
partenokarpi.
Tanaman pisang dapat ditanam dan tumbuh dengan baik pada berbagai
macam topografi tanah, baik tanah datar atau pun tanah miring. Produktivitas pisang
yang optimum akan dihasilkan pisang yang ditanam pada tanah datar pada ketinggian
di bawah 500 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan keasaman tanah pada pH
4,5−7,5. Suhu harian berkisar antara 250 oC−280oC dengan curah hujan 2000−3000
mm/tahun. Pisang merupakan tanaman yang berbuah hanya sekali, kemudian mati.
Tingginya antara 2−9 m, berakar serabut dengan batang bawah tanah (bongol) yang
pendek. Dari mata tunas yang ada pada bonggol inilah bisa tumbuh tanaman baru.
Pisang mempunyai batang semu yang tersusun atas tumpukan pelepah daun yang
tumbuh dari batang bawah tanah sehingga mencapai
ketebalan 20−50 cm. Daun yang paling muda terbentuk dibagian tengah tanaman,
keluarnya menggulung dan terus tumbuh memanjang, kemudian secara progresif
membuka. Helaian daun bentuknya lanset memanjang, mudah koyak, panjang 1,5-3
m, lebar 30-70 cm, permukaan bawah berlilin, tulang tengah penopang jelas disertai
tulang daun yang nyata, tersusun sejajar dan menyirip, warnanya hijau.
Pisang mempunyai bunga majemuk, yang tiap kuncup bunga dibungkus oleh
seludang berwarna merah kecoklatan. Seludang akan lepas dan jatuh ke tanah jika
bunga telah membuka. Bunga betina akan berkembang secara normal, sedang bunga
jantan yang berada di ujung tandan tidak berkembang dan tetap tertutup oleh
seludang dan disebut sebagai jantung pisang. Tiap kelompok bunga disebut sisir,
yang tersusun dalam tandan. Jumlah sisir betina antara 5−15 buah. Buah pisang
tersusun dalam tandan. Tiap tandan terdiri atas beberapa sisir, dan tiap sisir terdiri
dari 6−22 buah pisang atau tergantung pada varietasnya. Buah pisang pada umumnya
tidak berbiji atau disebut 3n (triploid), kecuali pada pisang batu (klutuk) bersifat
diploid (2n). Proses pembuahan tanpa menghasilkan biji disebut partenokarpi
(Rukmana, 1999).
Ukuran buah pisang bervariasi, panjangnya berkisar antara 10−18 cm dengan
diameter sekitar 2,5−4,5 cm. Buah berlingir 3−5 alur, bengkok dengan ujung
meruncing atau membentuk leher botol. Daging buah (mesokarpa) tebal dan lunak.
Kulit buah (epikarpa) yang masih muda berwarna hijau, namun setelah tua (matang)
berubah menjadi kuning dan strukturnya tebal sampai tipis (Cahyono, 2002). Buah
pisang termasuk buah buni, bulat memanjang, membengkok, tersusun seperti sisir
dua baris, dengan kulit berwarna hijau, kuning, atau coklat. Tiap kelompok buah atau
sisir terdiri dari beberapa buah pisang. Berbiji atau tanpa biji. Bijinya kecil, bulat, dan
warna hitam. Buahnya dapat dipanen setelah 80−90 hari sejak keluarnya jantung
pisang.
C. Syarat Tumbuh
a. Iklim
Tanaman pisang dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada daerah yang
memiliki iklim tropis basah, lembab dan panas. Walaupun demikian tanaman
pisang masih dapat tumbuh di daerah subtropis.Selain itu pada kondisi tanpa
air,pisang masih tetap tumbuh karena air disuplai dari batangnya yang berair
tetapi produksinya sangat sedikit. Curah hujan optimal adalah 1,520–3,800
mm/tahundengan 2 bulan kering. Variasi curah hujan harus diimbangi dengan
ketinggian air tanah agar tanah tidak tergenang (Rismunandar, 1990; Robinson
& Souco, 2010).
b. Media Tanam
Syarat media tanam untuk pertumbuhan tanaman pisang yaitu tanah yang kaya
humus dan mengandung kapur atau tanah berat. Air harus selalu tersedia
tetapitidak boleh menggenang karena pertanaman pisang harus diairi dengan
intensif. Ketinggian air tanah di daerah basah adalah 50−200 cm, di daerah
setengah basah100−200 cm dan di daerah kering 50−150 cm. Tanah yang telah
mengalami erosi tidak akan menghasilkan panen pisang yang baik. Tanah
harus mudah meresapkan air dan tanaman pisang tidak dapat tumbuh dan
berkembang pada tanah yang mengandung garam 0,07% (Rismunandar, 1990;
Robinson & Souco, 2010).
c. Ketinggian Tempat
Tanaman pisang cukup toleran terhadap ketinggian dan kekeringan. Di
Indonesia, umumnya tanaman dapat tumbuh di dataran rendah sampai
pegunungan setinggi 2.000 mdpl. Sedangkan untuk pisang ambon, nangka dan
tanduk tumbuh baik sampai ketinggian 1.000 mdpl (Rismunandar, 1990;
Robinson & Souco, 2011).

D. Kegiatan Budidaya Pisang


Kegiatan budidaya pisang dimulai dari penyediaan benih dan bibit sampai
panen sesuai dengan alur agribisnis pisang di atas. Setelah kegiatan panen perlu juga
dilakukan kegiatan pasca panen yang baik sampai pisang dipasarkan. Langkah-
langkah kegiatan budidaya pisanga dalah sebagai berikut:
1. Penyediaan Benih/Bibit
Sumber bibit harus diperoleh dari induk yang sehat dan diperoleh dari
lahan yang bebas penyakit terutama penyakit layu fusarium dan layu bakteri serta
penyakit bunchy top. Sumber bibit dapat berasal dari anakan, bonggol(cormit/bits)
dan kultur jaringan. Pada umumnya petani menggunakan bibit yang berasal dari
anakan dan belahan bonggol. Bibit yang siap ditanam berukuran 40-50 cm bila
dari kultur jaringan, atau anakan berumur 6 bulan.

A B C
Gambar 1. Jenis bibit pisang. A. anakan; B. bonggol dan C. kultur jaringan

a. Sistem Penyediaan Benih dari Anakan

Gambar 2. Jenis Anakan Pisang


Berikut cara penyediaan benih pisang dari anakan:
1. Pilih tanaman induk yang sudah berbuah dansehat.
2. Pilih tanaman dari lahan yang bebas penyakit terutama penyakit layu
fusarium dan layubakteri.
3. Pilih anakan pedang bukan anakanair.
4. Pisahkan anakan dari bonggolinduknya.
5. Benih dikumpulkan di tempat yang teduh, akar dibersihkan dari tanah,
daundikurangi.
6. Buang mata tunas yangtimbul.
7. Benih diseleksi menurut besar dan tinggi untuk mendapatkan benih yang
seragam.
8. Sebelum ditanam ditanam ke polibag, benih direndam dengan campuran
agen antagonis bakteri (Pseudomonas fluurescens + Bacillussubstilis)selama
24 jam atau boleh juga direndam dengan fungisida Benlate atau Dithane M-
45 dengan konsentrasi 2 g/liter air selama 2 jam.
b. Penyediaan Benih dariBonggol
Berikut cara penyediaan benih dari bonggol:
1. Pilih bonggol dari tanaman yang dewasa, sehat serta bebas dari hama dan
penyakit.
2. Bersihkan bonggol dan buang akarnya dengan tidak merusak matatunas.
3. Belah bonggol menurut ukuran mata tunas dengan ukuran 10 x 10 x 10cm.
4. Bonggol yang sehat adalah bila dibelah berwarna putih.
5. Untuk mengurangi serangan penyakit sebelum ditanam ke polibag, rendam
bonggol dalam campuran agens antagonis bakteri (Pseudomonas fluurescens
+ Bacillus substilis) selama 2 jam atau boleh juga direndam dengan
fungisida Benlate atau Dithane M-45 dengan konsentrasi 2 g/liter air selama
2 jam.
c. Benih dari KulturJaringan
Berikut cara penyediaan benih dari kultur jaringan:
1. Pilih bahan explan yang dari induk yang disertifikasi bebas penyakit
sistemik.
2. Diperbanyak dengan penggunaan ZPT yangberimbang.
3. Planlet tidak melebihi subkultur keV.
4. Diaklimatisasi dalam media yang bebas penyakit tulartanah.
5. Off-type kurang dari5%.
2. Penyiapan Lahan
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam kegiatan penyiapan lahan adalah sebagai
berikut:
1. Pembersihan lahan. Lahan harus dibersihkan dari dari hal-hal yang dapat
menganggu pertumbuhan tanaman. Lahan dibersihkan mulai dari membuang batu
besar, gulma, tunggul batang dan sebagainya yang dapat menganggu sistem
perakaran tanaman dan penyerapan unsur hara. Selain itu juga disiapkan bedengan
dan akses jalan
2. Pengaturan jarak tanam. Jarak tanam tergantung varietas, untuk varietas
yangbrukurankeciljarak tanamanya sekitar2 x 2,5m,dan varietas berukuran besarjarak
tanamanya 3x3 m.Bisajugaberupabarisan1,5−2 x 4−6 m. Populasi tanaman per ha,
tergantung dari layout tanah. Arah barisan dalam pengaturan jarak tanam harus
sejajar dengan arah terbit metahari.

Arah Terbit 3 3
Matahari m m

3 3
m m
A

Gambar 3.Beberapa Cara Pengaturan Jarak Tanam Pisang. A. Pola Tanam Sejajar
Dan Teratur, Jarak Tanam 3x3 m; B. Pola Tanam Berseling, Jarak Tanam 3x2 m
3. Penanaman
a. Pembuatan Lubang Tanam
Pembuatan lubang tanam diperlukan untuk memperbaiki lingkungan
perakaran pisang agar bibit pisang yang ditanam mampu tumbuh dengan cepat.
Pembuatan lubang tanam sebaiknya dilakukan 2−3 minggu sebelum tanam.
Ukuran lubang tanam kira-kira 50x50 x50 cm. Pada saat pembuatan lubang tanam
harus dipisahkan tanah lapisan atas (arah kiri) dan tanah lapisan bawah arah kanan.
Apabila tanah masam, sebaiknya pada lubang tanam diberi kapur/dolomite
sebanyak 200−500 g/lubang. Lubang tanam dibiarkan terbuka selama 2 minggu
dengan tujuan member kesempatan tanah menyerap oksigen dan sinar matahari.
Sebaiknya lubang tanam diberi perlakuan solarisasi yaitu menutup lubang tanam
dengan plastik PVCselama2−3minggu.Tujuandilakukan solarisasi adalah untuk
mematikan mikrorganisme yang merugikan tanamanpisang.

Gambar 4. Perlakuan Solarisasi Pada Lubang Tanam


b. Penutupan Lubang Tanam
Penutupan lubang tanam dilakukan dengan tujuan untuk mengembalikan
kelembaban tanah ke kondisi semula. Penutupan lubang tanam dapat dilakukan
2-3 hari sebelum tanam. Pada saat penutupan lubang tanam ditambahkan pupuk
kandang yang sudah dicampur agensia hayati sebanyak10–20 kg perlubang
tanam. Satuminggu sebelum penutupan lubang tanam, pupuk kandang
dicampur dengan agensia hayati Trichoderma sp. Sebanyak 100–200 g
Trichoderma sp dicampur dengan 10 kg pupuk kandang. Setelah dicampur
pupuk kandang dimasukkan ke dalam karung dan diperam selama 1 minggu
dalam keadaan lembab. Pada saat penutupan lubang pupuk kandang yang sudah
dicampur dengan agensia hayati, setengah bagian dimasukan kedalam lubang
tanam dan setengah bagian dicampurkan dengan tanah bagian atas (top soil).
Pada saat penutupan lubang tanam, tanah bagian atas (top soil) dimasukkan
terlebih dahulu baru disusul tanah bagian bawah (subsoil).
c. Penanaman
Penanaman dilakukan sebaiknya pada awal musim hujan atau akhir
musim kemarau, agar tanaman pada saat pertumbuhan awal tidak mengalami
kekeringan. Sebelum ditanam bibit yang sudah disiapkan terlebih dahulu diberi
perlakuan dengan cara merendam dalam agens antagonis seperti bakteri

Pseudomonas fluorescens dan Bacillus substilis dengan konsentrasi 109/ml


selama 24 jam. Kalau agens antagonis sulit diperoleh, bibit dapat direndam dulu
ke dalam larutan fungisida Benlate atau Duthane M-45 selama2 jam. Sementara
menunggu bibit direndam, lubang tanam yang sudah ditutup, dilubangi kembali
seukuran dengan bonggol atau bibit. Setelah bibit direndam, bibit siap ditanam.
Bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan posisi tegak dan ditanam
sampai sebatas5–10cm diatas pangkal tanah, kemudian lubang ditutup kembali
dengan tanah galian. Penanaman pisang dapat dilukukan dengan baris tunggal
dan baris ganda.

A B
Gambar 5. Penanaman Pisang dengan Baris Tunggal (A) dan Baris Ganda (B)

4. Irigasi/Pengairan
Pengairan dilakukan untuk membantu penyediaan air yang cukup untuk
pertumbuhan dan produksi tanaman. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
penyediaan air adalah air yang digunakan untuk penyiraman tidak tercemar zat
berbahaya dan limbah pabrik serta bibit penyakit. Pengairan harus disesuaikan
dengan musim, umur tanaman dan fase pertumbuhan tanaman. Pengairan dapat
dilakukan dengan penyiraman, irigasi sprinkle, irigasi tetes dan pembuatan selokan
di antara bedengan tanaman. Namun biasanya teknik pengairan yang banyak
dilakukan adalah dengan penyiraman. Irigasi tetes dan sprinkle banyak digunakan
untuk perkebunan besar.
Pengairan lahan harus dilakukan paling lambat 3–4 hari setelah tanam jika
ditanampadasaattidakturunhujan.Penyiramandilakukandengangembor atau selang
dari atas permukaan tanah sekitar pohon sampai tanah terlihat basah pada
kedalaman minimal 20 cm. Penyiraman dapat dilakukan pada pagiatausorehari,
sekurang-kurangnya 2 kali seminggu apabila tidak turun hujan. Tanaman pisang
yang kekurangan air dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat.
Kekurangan air pada fase pertumbuhan vegetative dapat mempengaruhi kecepatan
perkembangan daun danjumlah bunga menjadi sedikit, sehingga produksi buah
menjadi rendah. Kekurangan air pada fase pembungaan dapat menurunkan jumlah
buahdan kekurangan air pada periode pembentukan buah dapat mempengaruhi
ukuran dan kualitas buah, tandan buah pendek dan ukuran kecil.

Gambar 6.Pengairan Pada Anakan Pisang

5. Penjarangan Anakan
Penjarangan anakan dilakukan dengan tujuan mengurangi persaingan hara
antar tanaman dan meningkatkan pertumbuhan tanaman, produktivitas dan kualitas
hasil. Membiarkan anakan pada tanaman pisang dapat mengurangi produksi. Saat
penjarangan juga berperan penting dalam managemen produksi. Ada dua tipe
anakan yang dihasilkan yaitu anakan muda dengan daun yang sempit (anakan
pedang) dan anakan dengan daun yang lebar (anakan air).Satu rumpun maksimum
dengan 1−2 anakan yang berbeda umur. Penjarangan dilakukan setiap 3 bulan.
Anakan yang dibuang adalah yang tumbuhnya mengarah pada jalan kebun.
Anakan yang dipilih untuk dipelihara adalah anakan yang berdaun pedang,
tingginya 20−40 cm, pertumbuhan kuncup daun baik. Dengan pembuangan anakan
ini pohon induk akan berbuah dengan arah pertumbuhan buah ke jalan untuk
memudahkan pemanenan. A- nakan berumur 6 bulan dapat dijadikan sebagai
bahan tanaman untuk inisiasi kebun baru.
Penjarangan anakan dapat dilakukan dengan cara mematikan anakan
dengan metode sebagai berikut:
a. Potongan akan sebatas permukaan tanah, congkel bagian tengah batang lalu
tuangkan 2–3 ml (½ sendok teh) minyaktanah.
b. Dapat juga menggunakan 2,4–D 50% sebanyak 2–12 tetes pada batang semu
anakan yang telah mencapai tinggi 30–60 cm. Anakan yang lebih kecil dosisnya
dapat dikurangi.

Anakan yang
Anakan yang
dipelihara (anakan
pedang) dibuang
(anakan air)

Gambar 7. Tanaman yang Akan dilakukan Penjarangan


Gambar 8. Kondisi Tanaman yang Sudah Dilakukan Penjarangan
6. Pemupukan dan Pembumbunan
Pemupukan dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan unsure
hara tanaman dan mendapatkan pertumbuhan tanaman yang optimum, produksi
yang tinggi dan kualitas yang baik sesuai dengan standar yang ditetapkan serta
memperkuat pertumbuhan tanaman pisang. Jenis pupuk yang digunakan adalah
Bahan organik yaitu pupuk kandang dan kompos, dan pupuk kimia yang terdiri
dari N (urea, ZA, KNO3, NPK), N (urea, Za, KNO3, NPK), P (TSP, SP-36) dan
K (KCl,KNO3). Pemupukan dilakukan dengan cara membuat parit di sekeliling
rumpun dengan jarak minimal 50 cm dari pohon dengan kedalaman 10−15 cm,
kemudian pupuk ditebarkan disepanjang parit sesuai dosis dan parit ditutup,
selanjutnya dilakukan pembumbunan, dan usahakan lingkaran tajuk bersih dari
rumput/gulma.Aplikasi pupuk organik dilakukan pada saat penyiapan lubang
tanam dengan dosis 10-20 kg/lubang tanam. Sedangkan aplikasi pupuk kimia
dilakukan tiga sampai empat kali dalam satu tahun. Pemupukan I : satu
bulansetelahtanam(Urea150g,SP-36100g,KCl200g),pemupukanII,III & IV selang
3 bulan dari pemupukan sebelumnya (Urea 150g, SP-36 100g dan KCl450g.
Tabel 3. Jadwal dan Dosis Pemupukan Pisang

PEMUPUKAN KE DAN BULAN


KEGIATAN 1 2 3 4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 1
0 1 2 3 4 5 6

Pemupukan
20
- Organik kg/luba
ng
150 150
- Urea g/tanam g/tanam 150 150
an an g/tanaman g/tanaman
100 100
- TSP g/tanam g/tanam 100g/tanama 100
an an n g/tanaman
200 450
- KCl g/tanam g/tanam 450 450
an an g/tanaman g/tanaman

7. Sanitasi Lahan
Sanitasi lahan dilakukan bertujuan untuk membersihkan gulma dan
tanaman sakit di sekitar pertanaman agar tanaman dapat tumbuh optimal. Gulma
yang tumbuh di sekitar pertanaman pisang kalau tidak dibersihkan dapat
menimbulkan persaingan hara antara gulma dan tanaman, sehingga akan
mengurangi suplai hara ke tanaman. Sementara tanaman yang sakit kalau tidak
dibersihkan dapat menjadi sumber penyakit bagi tanaman lainnya.
Pengendalian gulma penting dilakukan pada 3 bulan pertama. Pengendalian
gulma pada tanaman pisang umumnya dilakukan secara manual atau mekanis.
Pengendalian secara manual dilakukan dengan membuang gulma minimal 100 cm
sekeliling tanaman pisang. Pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan
alat seperti cangkul, kored dan parang. Parang yang digunakan untuk memotong
tanaman yang sakit tidak boleh digunakanlagi untuk tanaman sehat, kecuali parang
tersebut dibersihkan dahulu dengan klorox atau pun bayclin agar penyakit tidak
menular ke tanaman yang sehat. Pengendalian secara manual atau mekanis harus
dilakukan dengan hati-hati agar tidak melukai perakaran tanaman.
Untuk perkebunan skala luas, dengan alas an pertimbangan ekonmi
penyiangan dapat dilakukan dengan penyemprotan herbisida. Penyemprotan
herbisida dapat dilakukan apabila tanaman sudah cukup tinggi (1−1,5 m) dan
apabila tanaman sudah ada yang terserang layu fusarium. Penyemprotan dengan
herbisida dapat dilakukan 4−5 kali dalam satu tahun. Herbisida yang digunakan
dari herbisida yang berbahan aktif Ametryne, simazine, diuron, paraquat dan
glyphosate. Pemelihan masing- masing bahan aktif tergantung pertumbuhan
tanaman. Umur tanaman 1–4 bulan dapat menggunakan ametryne, umur tanaman
5–6 bulan menggunkan paraquat, umur diatas 6 bulan menggunakanglyphosate.
Kegiatan penyiangan sebaiknya diikuti dengan pembersihan kebun,
terutama pemotongan daun-daun yang telah tua dan juga daun-daun yang kering.
Hal ini dilakukan untuk memberikan sirkulasi udara dan masuknya cahaya
matahari yang baik ke dalam pertanaman. Daun yang dibuang adalah daun dengan
lebih dari 50% terserang bercak penyakit, daun tua yang telah menguning dan
daun yang menaungi dan menggesek jantung dan atau buah yang dalam masa
tumbuh dan berkembang.
8. Pembungkusan (Pembrongsongan) dan Pemotongan Jantung
Tujuan dilakuan pembungkusan buah adalah untuk mencegah timbulnya
serangan hama dan penyakit pada buah pisang, terutama hama kudis dan penyakit
darah. Pembungkusan dilakukan pada saat seludang pisang pertama belum
membuka dan jantung sudah mulai merunduk. Sebelum dibungkus sebaiknya
jantung pisang disemprot terlebih dahulu dengan pestisida, untuk mencegah
berdiamnya serangga pada jantung pada saat jantung sudah dibungkus.
Pembungkusan dapat dilakukan dengan plastik plastik berwarna biru (polyethilen)
atau plastik dursban, yang diikatkan ke pangkal tandan
denganmengusahakanseludangatastidakmasukkedalamplastikbrongsong. Jika
plastik polyethilen biru tidak ada bisa juga digunakan karung bekas maupun
plastik biasa. Secara berkala harus dilakukan pemeriksaan untuk mencegah
tersangkutnya seludang yang sudah terlepas agar tidak membusuk pada

tandanbuah
Gambar 9.Pebungkusan Jantung Pisang
Pemotongan ontong dilakukan untuk mengoptimalkan penyerapan unsur
hara oleh bakal buah. Pemotongan dilakukan bila buah terakhir yang normal sudah
melengkung ke atas. Pemotongan dapat dilakukan dengan menggunakan pisau
ataupun parang. Setelah memotong satu jantung, parang harus dibersihkan dengan
bayclin atau dicuci dengan detergensebelum digunakan untung memotong jantung
yang lainnya. Bekas potongan jantung diolesi dengan bakterisida seperti Agrept,
untuk menghindari penyakit layu bakteri.
9. Pengendalian Hama pada Tanaman Pisang
Hama penting pada tanaman pisang dan cara pengendaliannya adalah
sebagai berikut:
1. Penggerek bonggol Cosmopolitus sordidus (Germ) (Colepotera:Curculionidae)
a. Gejala
Larva kumbang moncong menggerek dan membuat lorong- lorong
pada bonggol dan batang pisang dan menjadi pupa atau kepompong di
lorong-lorong yang dibuatnya. Kemudian larva memakan ujung akar dan
jaringan pengangkut. Sebagian besar jaringan bonggol akan rusak, akibatnya
akan menurunkan kemampuan pengambilan air dan hara
sehingganmengakibatkan daun pisang akan layu dan pelepahnya mudah
patah. Apabila batang ditebang, akan tampak lorong-lorong yang dibuat oleh
seranggaini.
b. Pengendalian
1) Carakulturteknis. Kumbangpenggerekdapatbertahanselama9bulan pada
batang pisang. Oleh karena itu, lakukan pembersihan tempat
berlindungdantempatmakanseranggadewasadengansanitasikebun dan
membersihkan pelepah, memusnahkan batang pisang yang telah dipanen
atau terserang hama ini . Untuk memerangkap dan menarik serangga
betina meletakkan telur dapat digunakan perangkap umpan rhizom.
Setelah itu umpan dimusnahkan dengandibakar.
2) Cara mekanis, dilakukan dengan cara kumbang yang ada dalam
batang/bonggol pisang dimatikan.
3) Cara Biologi yaitu dengan musuh alami yaitu dengan predator larva
Plaesius javanicus Er, Hololepta sp, Chrysophilus ferrugineus dan
Ceromasra sphenopori dan pengendalian dengan parasitoid Beauveria
bassiana dan Metarrhiziumsp.
4) Cara kimia, dengan insektisida sistemik sepertikarbofuran.
2. Penggerek Batang (Odoiparus longicolis Oliver) (Colepotera:Curculionidae).
a. Gejala
Secara umum infestasi dimulai pada tanaman umur 5 bulan. Gejala
awal dari infestasi adalah adanya lubang gerekan pada batang. Kumbang
menyerang batang tanaman pisang. Tanaman menjadi layu, bila batangnya
dibelah terlihat adanya lubang gerek yang memanjang. Larva dan imagonya
merusak batang.
b. Pengendalian
1) Sanitasi kebun dengan memotong batang pisang yang terserang sampai ke
permukaan tanah, kemudian dipotong kecil-kecil dan dibenamkan ke
dalamtanah.
2) Penggunaan musuh alami yaitu predator Plaesiussp.
3) Penggunaan insektisida sepertikarbofuran.
3. Ngengat Kudis Pisang (Nacoleia octasemaMeyr.) (Lepidoptera:Pyralidae)
a. Gejala
Larva hidup berkelompok, makan dan berkembang pada bunga dan
kulit buah pisang yang masih muda. Serangannya
menyebabkanperkembanganbuahmenjaditerlambatdandapat
menimbulkanterjadinyakudispadakulitbuahpisang,terutama sering ditemukan
pada sisir yang terakhir pada tandan pisang yang terserang. Serangan berat
akan menurunkan kualitas buah dan buah menjadi abnormal. Serangga ini
juga dapat menjadi vektor penyakit layu bakteri (penyakitdarah).
b. Pengendalian
1) Cara mekanis: membungkus tandan pisang dengan kantong plastik
dusrban sejak fase pembungaan hingga panen.. Pemotongan jantung
pisang yang sudah tidak produktif lagi dilakukan untuk membuang sisa
larva yang bersembunyi didalamnya.
2) Cara biologi: dilakukan dengan memanfaatkan musuh alaminya berupa
parasitoid dari famili Tachnidae danBraconidae.
3) Cara kimia: dilakukan dengan menggunakan insektisida yaitu
menyuntikkaninsektisidapadatangkaitandanbuahpisangyangbaru mekar.
4. Penggulung Daun Pisang (Erionata thrax Linnaeus) (Lepidoptera:Hesperidae)
a. Gejala
Daun yang diserang ulat biasanya digulung menyerupai tabung, dan
apabila dibuka akan ditemukan larva di dalamnya. Larva memotong bagian
tepi daun kemudian digulung mengarah ke dalam. Larva yang masih muda
memotong tepi daun secara miring, lalu digulung hingga membentuk tabung
kecil. Apabila daun dalam gulungan tersebut sudah habis, maka larva akan
pindah ke tempat lain dan membuat gulungan yag besar. Larva ditutupi oleh
semacam lilin berwarna putih. Apabila seranganberat, daun akan habis dan
tinggal pelepah daun yang penuh dengan gulungan daun sehingga dapat
menurunkan produksi pisang.
b. Pengendalian:
1) Cara mekanis: Daun pisang yang terserang dipotong, kemudian larva
yang ada di dalamnya dimatikan ataudimusnahkan.
2) Cara biologi: dengan menggunakan parasitoid telur Oencyrtus erionatae
Ferr, parasitoid larva muda Apanteles erionatae Wlk, parasitoid pupa
Xanthopimpia gampsara dan parasitoid lainnya yaitu Agiommatus spp.,
Anastatus sp., Brachymeria sp dan Pediobius erionatae.
3) Cara kimia: dengan insektisida kontak maupun racun perut misalnya
insektisida yang mengandung bahan aktif diazinon, endosulfan, dieldrin
dan dimethoat. Penyemprotan dilakukan saat telurmenetas.
10.Penyakit Penting Pada Tanaman Pisang dan Cara Pengendaliannya
Penyakit penting pada tanaman pisang dan cara pengendaliannya adalah
sebagai berikut:
1. Layufusarium/Panama
a. Penyebab: Fusarium oxysporum Schlecht f.sp. cubense
b. Gejala : Gejala yang menyolok dari layu fusarium pada awalnya adalah
terjadi penguningan tepi daun pada daun-daun yang lebih tua.
Gejalamenguningberkembangdaridauntertuamenujukedaun termuda. Daun-
daun yang terserang secara berangsur-angsur layu pada tangkainya atau lebih
umum pada dasar ibu tulang daun dan menggantung ke bawah menutupi
batang semu.Rata- rata lapisan luar batang palsu terbelah dari permukaan
tanah atau terjadi retakan memanjang pada batang semu. Padabagian dalam
apabila dibelah, terlihat garis-garis coklat atau hitam menuju ke semua arah,
dari batang (bonggol) ke atas melalui jaringan pembuluh ke pangkal daun
dan tangkai. Daun-daun termuda menampakkan gejala yang paling akhir dan
seringkali berdiritegak.
c. Pengendalian:
1. Budidaya:
1) Hindarkan penanaman pisang pada lahan yang pernah terserang
penyakit layu Fusarium.
2) Pada lubang tanaman ditaburi arang sekam untuk menghambat
penyebarancendawan.
3) Gunakan bibit yang sehat bebas dari cendawan (kalau
memungkinkan gunakan bahan perbanyakan hasil kultur jaringan).
4) Jangan menanam bonggol, anakan atau bibit dan membawa tanah
dari daerah yang sudah terinfeksi penyakit layuFusarium.
5) Mensterilkan alat-alat pertanian dengan disenfektan seperti detergen
danbayclin.
2. Mekanis:
1) Eradikasi tanaman terserang. Untuk tanaman dalam rumpun,
tanaman dimatikan dengan suntikan minyak tanah sebanyak 5 cc dan
area dengan kisaran 1,5 m dari tanaman/rumpun ditaburkan
arangsekam.
2) Untuk isolasi kawasan, lahan baru dipisahkan dari lahan yang
terserang dengan dibuatkan parit sedalam Rhizosphere(perakaran)
pisang lalu arang sekam ditaburkan ¾ tinggi parit dan dibuat
drainase yang tidak mempengaruhi kebunbaru.
3. Biologis:
Pengendalian secara biologis dengan pemanfaatan musuh alami
seperti Pseudomonas florescens, Trichoderma sp. dan Gliocladium sp.
dengan aplikasi :
Aplikasi 1: diberikan pada 2 minggu sebelum tanam dengan dosis:
 Trichoderma sp dan Gliocladium sp sebanyak 100 g/5 kg kompos

jadi yang setara dengan konsentrasi 108 spora/cell atau 100-200 gr/
10-20 kg pupukkandang
 Pseudomonas florescens sebanyak 100 cc/5 kg kompos padi jadi
yang setara dengan konsentrasi 108 CFU (Cell FractionUnit).
Aplikasi 2 : diberikan 3−4 bulan setelah tanam (bersamaandengan
penjarangan anakan) dengan dosis:
 Trichoderma sp dan Gliocladium sp sebanyak 50 g/5 kg kompos

padi jadi yang setara dengan konsentrasi 108 spora/cell atau 50


gr/10 kg pupukkandang
 Pseudomonas florescens sebnayak 100 cc/5 kg kompos padi jadi

yang setara dengan konsentrasi 108 CFU (Cell FractionUnit).


4. Cara Kimia yaitu untuk melakukan sterilisasi permukaan seperti
penggunaan beberapa jenis fungisida. Sebelum ditanam bibit pisang
diberi perlakuan dengan cara merendam bibit dengan fungisida sistemik
ataupun desinfektan.
2. Penyakit Darah (BloodDisease)
a. Penyebab: Blood Disease Bacterium (BDB)
b. Gejala: Daun menguning terkulai, buah busuk dan bila disayat tampak
bercak coklat kemerahan pada daging buah atau membusuk berlendir.
Kelayuan menyeluruh terjadi pada tanaman muda.Pada sayatan batang atau
bonggol terlihat coklat berlendir merah menyerupai darah, dan tanaman mati
mengering. Bila infeksi terjadi saat keluar jantung, maka tanaman segera
layu tanpa didahului penguningan daun dan buah tidak terbentuk. Serangan
pada tanaman yang telah membentuk buah menyebabkan pembusukan pada
buah. Gejala luar penyakit layu bakteri ini hampir sama dengan layu
fusarium. Keduanya dapat dibedakan dengan memperhatikan gejala dalam.
Pada penyakit darah, batang yang dipotong mengeluarkan lendir kemerahan
dan terjadi perubahan warna pada bagian dalam buah.
c. Pengendalian
1. Budidaya:
1) Gunakan bibit yang sehat bebas dari bakteri (kalaumemungkinkan
gunakan bahan perbanyakan hasil kultur jaringan). Jika menggunakan
anakan maka dianjurkan untuk mengambil anakan dari rumpun sehat
yang terletak minimal radius 20 m dari rumpun asal bibit tidak ada
pisangsakit.
2) Segera potong jantung setelah sisir terakhirterbentuk.
3) Penutupan tandan pisang hingga menutupi bekas potonganjantung
(pembrongsongan).
4) Jangan menanam bonggol, anakan atau bibit dan membawa tanah dari
daerah yang sudah terinfeksi penyakit layubakteri.
5) Mencuci alat-alat pertanian denganfungisida.
6) Rotasi tanaman dengan tanaman yang bukan inangnya selama tiga
tahun.
7) Menghindari terjadinya luka padaakar.
2. Mekanis:
Eradikasitanamanterserangdengantanaman/rumpun,
tanamandimatikan dengansuntikan minyak tanah sebanyak 5cc.
3. Biologi
Pemanfaatan agen antagonis seperti Pseudomonas fluorescens dan
Bacillus sustilis dengan atau tanpa kompos. Aplikasi dilakukan pada saat
tanam dan secara periodik selama pertumbuhan tanaman.
4. Kimia
Penyemprotan insektisida sistemik pada waktu keluarnya
bungapada tandan bunga. Hal ini untuk mencegah penularan penyakit
darah melalui serangga yang mengisap nektarbunga.
11.Panen
Kegiatan panen yang baik dilakukan bertujuan untuk mendapatkan buah
segar dengan kualitas semaksimal mungkin. Sebelum melakukan pemanenan
terbaik dahulu diketahui indikator atau petunjuk bahwa pisang tersebut sudah
dapat dipanen. Beberapa indikator panen pisang diantaranya adalah umur sejak
muncul jantung, pola lingkar buah, ukuran dan kekerasan buah. Contoh kriteria
panen untuk pisang Cavendish dengan tujuan pemasaran pasar lokal, yaitu:
- Tepi buah pisang tidak bersudut tetapirata
- Buah tampakberisi/padat
- Bunga yang mengering pada ujung buah mudadipatahkan
- Warna kulit buah dari hijau muda menjadi hijautua
- Daun bendera pada tanaman sudahmengering
- Pisang seperti ini akan matang penuh dalam waktu 1–2minggu
Secara umum pada dataran rendah waktu panen pisang berkisar 85–
100harisetelah muncul jantung, sedangkan di dataran tinggi dapat mencapai 98–
115 hari setelah muncul jantung.Cara pemanenan pisang yang baik adalah sebagai
berikut:
a. Untuk panen pisang digunakan parang/golok yang tajam danbersih.
b. Panen dilakukan pada waktu pagi (7.00–10.00) atau sore (15.00–17.00) dalam
keadaan cerah.
c. Kayu/bambu penyangga pohon diturunkan perlahan-lahan.
d. Batang ditebang setinggi 2/3 dari tinggi batang agar tandan tidak
menyentuhtanah.
e. Tandan dipotong pada sebelah atas buku tandan atau kira-kira 30 cm diatas
sisirpertama.
f. Setelah dipotong, tandan dibalikan supaya getah yang menetes keluar tidak
mengenaibuah.
g. Tandan pisang diangkut dengan gerobak atau alat angkut lainnya ke tempat
pengumpulan. Waktu pengangkutan, letakkan posisi tandan pisang tegak lurus
(posisi tangkai buah menghadap ke bawah). Diantara tandan diberi sekat busa
atau daun pisang kering.
h. Pada tempat pengumpulan tandan pisang diberi alas untuk menghindari buah
rusak/ tergores.
Standar kematangan buah dapat ditentukan dengan beberapa indeks
kematangan sebagai berikut.
 Indeks 1 (bentuk buah terisi penuh, warna hijau segar, 100-200 hari setelah
bungamekar)
 Indeks 2 ( warna buah hijauterang)
 Indeks 3 (warna buah hijau semburatkuning)
 Indeks 4 (warna buah kuning semburathijau)
 Indeks 5 (warna buah kuning dengan ujunghijau)
 Indeks 6 (warna buah kuningmerata)
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pisang, nanas dan
strawberry memiliki karakteristik dan syarat tumbuh yang beragam. Ketiga tanaman
buah tersebut juga membutuhkan teknik budidaya yang berbeda untuk menghasilkan
pertumbuhan dan hasil buah yang optimal secara kualitas dan kuantitas. Secara
umum, dalam proses produksi ketiga tanaman tersebut harus memperhatikan proses
pembibitan, penyiapan lahan, pemeliharaan tanaman sekaligus pengelolaan hama
penyakit, panen maupun pasca panen. Keseluruhan teknik produksi saling berkaitan
dan saling berkaitan untuk dapat memproduksi buah yang berkualitas dan dapat
memenuhi kuantitas kebutuhan.
DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1998. Bertanam Pohon Buah-buahan. Kanisius. Yogyakarta


Adjid, D. A. 1993. Kebijaksanaan Swasembada dan Ketahanan Pangan. Proseding
Simposium Penelitian Tanaman Pangan III. Jakarta. 23−25 Agustus 1993.
p50−64.
Ashari, Semeru. 1995. Holtikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia Press
(UI-Press). Jakarta
Badan Agribisnis Departemen Pertanian. 1999. Investasi Agribisnis Komoditas
Unggulan Tanaman Pangan dan Holtikultura. Kanisius. Yogyakarta
Budiman, S., dan D. Saraswati. 2008. Berkebun Stroberi Secara Komersial. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Cahyono, B.2002.Pisang Usaha Tani dan Penanganan Pascapanen. Yogyakarta:
Kanisius.
E.W.M., Verheij dan R.E. Coronel. 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara II;
Buahbuahan Yang Dapat Dimakan. PT. Gramedia Pustaka Utama dan Prosea
Indonesia & European Commission. Jakarta.
Natawidjaja, P. Suparman. 1983. Mengenal Buah-buahan yang Bergizi. Pustaka
Dian. Jakarta.
Prihatman, K. 2000. Stroberi (Fragaria chiloensis L. / F. vesca). Jakarta: Kantor
Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi.
Rismunandar. 1990. Bertanam Pisang. C.V. Sinar Baru. Bandung.
Robinson, J.H. and Sauco, V.G. 2010. Banana and Plantains. 2nd Editition. CABI
North America Office. USA.
Rukmana, R.1999.Usaha Tani Pisang. Yogyakarta: Kanisius.
Rukmana, Rahmat. 1996. Nanas Budidaya dan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta.
Satuhu, S., dan Supriyadi, A. 2000. Pisang Budidaya, Pengolahan, dan Prospek Pasar.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Setiani, A. 2007. Budidaya dan Analisis Usaha Stroberi. Jakarta: CV. Cemerlang
Abadi.
Suhartanto. M.R, Sobir, Heri Harti. 2010.Pengembangan Pisang sebagai Penopang
Ketahanan Pangan. Laporan Penelitian Hibah Kompetitif Penelitian Strategis
Nasional. Bogor.
Sunarjono, H., Ismiyati, S. Kusumo dan Wardah. 1989. Produksi Pisang di Indonesia.
Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura.
Syarief, R., S. Santausa dan St. I. Budiwati. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan.
Bogor: Laboratorium Rekayasa Pangan, Pusat Antar Universitas Pangan dan
Gizi, IPB.
Tjitrosoepomo,G. 2000. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada Press.

Anda mungkin juga menyukai