Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
dan pelatihan (diklat) menjadi hal yang tidak bisa dipisahkan lagi dan menjadi
satu kesatuan.
Sistem pembelajaran baru pada pendidikan dan latihan dasar pola baru,
menuntut setiap peserta diklatsar untuk mengaktualisasikan nilai-nilai dasar
profesi PNS yaitu akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu,
Anti Korupsi. Pola diklat lama mengalami inovasi ke arah revolusi mental ASN
dalam hal ini PNS dalam mengimplementasikan nilai nilai ANEKA. Dimana, pola
diklatsar dahulu hanya menekankan pada pembelajaran satu arah tidak lagi
memenuhi kebutuhan PNS saat ini. Oleh karena itu diperlukan inovasi, gagasan,
ide yang dapat mendorong terciptanya pola pembelajaran diklatsar yang lebih
menekankan pada pembelajaran dua arah yang sesuai dengan revolusi mental
yang sangat diperlukan pada saat ini.
Adapun tujuan dari aktualisasi nilai-nilai dasar PNS adalah sebagai berikut :
1. Peserta mampu mengimplementasikan nilai-nilai dasar profesi Aparatur
Sipil Negara (ASN) dalam kegiatan yang telah ditetapkan sebagai Sasaran
Kinerja Pegawai (SKP)
1. Bagi PNS
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gambaran Umum dan Sejarah Singkat RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung
Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin (RSHS) adalah rumah sakit yang terletak di
Kota Bandung, tepatnya di Jalan Pasteur Nomor 38 Bandung 40161. Sebelumnya
rumah sakit ini bernama R.S. Rancabadak. Pada tahun 2006 status rumah sakit
berubah menjadi Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU).
Adapun peta lokasi RSUP Dr. Hasan Sadikin bandung dapat dilihat pada
lampiran.
Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung dibangun pada tahun 1920 dan
diresmikan pada tanggal 15 Oktober 1923 dengan nama “Het Algemeene
Bandoengsche Ziekenhuijs“. Pada tanggal 30 April 1927 namanya diubah menjadi
“Het Gemeente Ziekenhuijs Juliana” dengan kapasitas 300 tempat tidur. Selama
penjajahan Jepang, rumah sakit ini dijadikan Rumah Sakit Militer. Setelah
Indonesia merdeka, pengelolaannya berpindah ke pemerintah daerah yang dikenal
oleh masyarakat Jawa Barat dengan nama “Rumah Sakit Ranca Badak“.
Pada tahun 1954 Rumah Sakit Ranca Badak ditetapkan sebagai rumah sakit
propinsi dan berada di bawah pengawasan Departemen Kesehatan. Selanjutnya
pada tahun 1956 dijadikan rumah sakit umum dengan kapasitas 600 tempat tidur,
bersamaan dengan didirikannya Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.
Sejak saat itu pula Rumah Sakit Ranca Badak digunakan sebagai tempat
pendidikan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.
Pada tanggal 8 Oktober 1967 nama Rumah Sakit Ranca Badak diubah menjadi
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin (RSHS) yang berfungsi sebagai
Unit Pelaksana Teknis (UPT) dan bertanggungjawab langsung kepada Direktur
Jenderal Pelayanan Medik. Pada tahun 1992-1997 RSHS ditetapkan menjadi unit
swadana. Keluarnya Undang-undang nomor 20 tahun 1997 tentang PNBP yang
ditindaklanjuti dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan nomor 124 tahun 1997
menyebabkan status RSHS berubah menjadi Rumah Sakit Pengguna Pendapatan
6
Negara Bukan Pajak (PNBP) yang harus menyetorkan seluruh pendapatan ke kas
Negara.
Bersamaan dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor
119 tanggal 12 Desember 2000, status RSHS secara yuridis berubah menjadi
perusahaan jawatan (Perjan). Pada tahun 2006 RSHS bersama 12 rumah sakit
lainnya, berubah status menjadi unit yang menerapkan Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU).
Status RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah sebagai berikut :
1. Rumah Sakit Pemerintah.
2. Di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Direktur Jenderal Bina
Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan RI.
3. Termasuk rumah sakit tipe A.
4. Rumah Sakit Pendidikan.
5. Rujukan utama untuk Provinsi Jawa Barat.
6. Pusat Unggulan Nasional dalam Bidang Jantung, Onkologi, dan Kedokteran
Nuklir
Misi:
PAMINGPIN PITUIN
Selain itu, terdapat beberapa motto pelayanan kesehatan di RSUP dr. Hasan
Sadikin Bandung, yaitu :
1. SIGAP
Senyum-Sapa-Salam-Sopan-Santun (5S)
Inovatif dalam berkarya
Gelorakan Semangat Pelayanan Prima
Amanah Menjaga Keselamatan Pasien
Peduli, Perhatian dan Perasaan
2. PRIMA
P = Profesional
8
Visi :
Misi :
Adapun deskripsi secara singkat Sumber Daya Manusia di IPJ terdiri dari :
1. Tenaga Medis
Perawat : Minimal 50% dari seluruh perawat di IPJ merupakan perawat terlatih
dan mempunyai sertifikat kardiologi dasar. Selain itu minimal 75% dari jumlah
perawat di ICU merupakan perawat terlatih dan bersertifikat ICU
Adapun secara singkat pelayanan kesehatan yang ada di IPJ terdiri dari :
1. Pelayanan rawat jalan
2. Pelayanan diagnostik non invasif yaitu :
Ekokardiografi, meliputi Transthoracal Echocardiography,
Transesophageal Echocardiography, Dobutamin Stress
Echocardiography,
Treadmill Test
Ambulatory Blood Pressure Monitoring
Holter Monitoring
USG dopler vaskular
3. Pelayanan preventif dan Rehabilitasi Jantung
4. Pelayanan Rawat Inap
5. Pelayanan perawatan semi intensif – HCCU
6. Pelayanan Invasif Non Bedah, meliputi angiografi diagnostik, intervensi
koroner perkutan, ventrikulografi, penyadapan jantung kanan, penutupan
defek kongenital perkutan, elektrofisiologi, pemasangan device, dan
intervensi vaskular perifer
7. Pelayanan perawatan intensif - CICU
15
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI
2. Waktu tunggu pasien di poli rawat jalan yang lama di Instalasi Pelayanan
Jantung RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung
Keterangan :
Berdasarkan skala likert 1-5 (1= sangat kecil; 2 = kecil; 3 = sedang; 4 = besar; 5 =
sangat besar)
Urgency (Urgensi) : seberapa mendesak dikaitkan dengan waktu yang
tersedia
Seriousness (Keseriusan) : apabila masalah tidak ditangani maka akan timbul
masalah lain yang lebih besar
Growth (perkembangan isu) : apabila masalah dibiarkan maka masalah akan
memburuk
Isu ini merupakan salah satu indikator kurang optimalnya tatalaksana pasien
KMPP di RSUP dr.Hasan Sadikin Bandung.
KMPP ini menunjukkan masih rendahnya efisiensi, dan mutu pelayanan KMPP di
rumah sakit. Selain itu, isu ini juga memberi dampak yang sangat luas. Mulai dari
beban pelayanan kesehatan rumah sakit yang meningkat, baik dari segi
pembiayaan yang tinggi, biaya perawatan yang dapat melebihi klaim tanggungan
BPJS, serta meningkatnya risiko infeksi nosokomial. Lamanya masa rawat juga
akan menjadi beban ekonomi tersendiri bagi keluarga pasien terkait biaya hidup
sehari-hari selama di rumah sakit.
Melihat dampak isu ini yang cukup besar, maka dilakukan analisis penyebab
lamanya masa rawat pasien KMPP di RSHS dengan menggunakan metode fish
bone seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
Adapun tidak semua penyebab isu ini dapat diselesaikan dalam 80 hari kerja
off campus, dan tidak semua sesuai dengan kompetensi penyusun. Oleh sebab itu,
dilakukan teknik tapisan penyelesaian isu dengan menilai Aktual, Kekhalayakan,
19
Problematik, dan Kelayakan faktor penyebab isu tersebut dan disesuaikan dengan
Sasaran Kinerja Pegawai, kompentensi penyusun seperti terlihat pada tabel di
bawah ini.
Keterangan :
Berdasarkan skala likert 1-5 (1= sangat kecil; 2 = kecil; 3 = sedang; 4 = besar; 5 =
sangat besar)
Aktual : faktor ini benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan
dalam masyarakat
Kekhalayakan : faktor tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak
Problematik : faktor tersebut memiliki dimensi masalah yang kompleks
sehingga perlu dicarikan segera solusinya secara komprehensif
Kelayakan : faktor tersebut masuk akal, realistis, relevan, dan dapat
dimunculkan inisiatif pemecahan masalah
20
Berdasarkan teknik penapisan diatas, maka ketiga faktor penyebab isu diatas
mempunyai skala prioritas yang sama untuk diselesaikan, dan dapat digabungkan
dalam bentuk gagasan penyelesaian isu berupa Standar Prosedur Operasional
yang terintegrasi didalamnya alur pelayanan pasien KMPP, serta daftar materi
edukasi khusus untuk pasien KMPP. Selain itu, untuk mempermudah proses
edukasi, maka akan dibuatkan pula leaflet informasi terkait penyakit KMPP.