Anda di halaman 1dari 21

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyelenggaraan pemerintah yang berorientasi pada layanan prima sudah tidak
dapat ditawar lagi. Setiap lembaga pemerintah dituntut untuk memberikan layanan
prima kepada masyarakat, sehingga tercapainya tujuan utama pelayanan, yaitu
kepuasan pelanggan. Seperti yang tertuang dalam UUD 1945, layanan untuk
kepentingan publik menjadi tanggung jawab pemerintah dan saat ini masyarakat
sudah semakin sadar akan hak-nya untuk mendapatkan layanan terbaik. Oleh
sebab itu diperlukannya Aparatur Sipil Negara (ASN) yang profesional, bebas
dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, nepotisme, serta mampu
menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat.

Aparatur Sipil Negara sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No. 5


Tahun 2014 merupakan pegawai negeri dan pegawai pemerintah dengan
perjanjian kerja yang bekerja di instansi pemerintah. Adapun ASN berkedudukan
sebagai aparatur Negara yang menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh
pimpinan dan harus bebas dari pengaruh per orangan maupun kelompok. ASN
termasuk didalamnya Pegawai Negeri Sipil (PNS) memiliki tugas dan fungsi
yang telah ditetapkan berdasarkan Undang-Undang, yaitu sebagai pelayan publik,
pelaksana kebijakan publik, dan perekat dan pemersatu bangsa. Dalam
menjalankan tugas dan fungsinya sudah sedari dulu hingga sekarang tanpa
perkecualian, PNS harus mengimplementasikan nilai-nilai yang mengutamakan
kepentingan bangsa dan negara berada diatas kepentingan pribadi ataupun
golongan. Saat ini PNS lebih ditekankan untuk melakukan perubahan atau sebagai
agen perubahan (Agent of Change) yang melaksanakan atau menggagas perbaikan
mulai dari sistem culture set, mind set, kompetensi, profesionalisme dan etos
kerja. Oleh sebab itu, untuk mencapai hal-hal tersebut, penanaman nilai-nilai
dasar keprofesian serta peningkatan soft skill PNS melalui kegiatan pendidikan
2

dan pelatihan (diklat) menjadi hal yang tidak bisa dipisahkan lagi dan menjadi
satu kesatuan.

Sistem pembelajaran baru pada pendidikan dan latihan dasar pola baru,
menuntut setiap peserta diklatsar untuk mengaktualisasikan nilai-nilai dasar
profesi PNS yaitu akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu,
Anti Korupsi. Pola diklat lama mengalami inovasi ke arah revolusi mental ASN
dalam hal ini PNS dalam mengimplementasikan nilai nilai ANEKA. Dimana, pola
diklatsar dahulu hanya menekankan pada pembelajaran satu arah tidak lagi
memenuhi kebutuhan PNS saat ini. Oleh karena itu diperlukan inovasi, gagasan,
ide yang dapat mendorong terciptanya pola pembelajaran diklatsar yang lebih
menekankan pada pembelajaran dua arah yang sesuai dengan revolusi mental
yang sangat diperlukan pada saat ini.

Berdasarkan hal-hal di atas, maka Lembaga Administrasi Negara sebagai pusat


pengembangan inovasi pemerintah mengeluarkan sebuah kebijakan untuk
melakukan perubahan model diklatsar Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS)
Golongan III, dengan menambah pelaksanaan aktualisasi nilai-nilai dasar Profesi
PNS, yakni Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, Anti
Korupsi atau disingkat ANEKA, serta 3 substansi materi pembelajaran tambahan,
yaitu manajemen ASN, pelayanan publik, dan World of Government. Dalam
rangka internalisasi nilai-nilai tersebut, maka peserta diklatsar diharuskan untuk
menuangkan rancangan aktualisasi nilai-nilai dasar Profesi PNS (ANEKA) dan 3
substansi materi pembelajaran tambahan ke dalam pekerjaan sehari-hari di unit
kerjanya masing-masing.

Sistem baru ini mengharuskan CPNS untuk memahami, menginternalisasi, dan


mengaktualisasikan seluruh substansi materi yang telah didapat, sehingga
memunculkan PNS yang akuntabel dengan memiliki jiwa kepemimpinan,
berintegritas, profesional, dan bersih Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN). Seluruh
karakter PNS tersebut juga didukung dengan jiwa nasionalisme yang tinggi
sehingga berdampak baik pada etika publik dan mutu pelayanan unit terkait.
Selain itu, pemahaman akan pentingnya pelayanan publik dan manajemen ASN
3

juga sangat diperlukan guna menjalankan Whole of Government di unit kerjanya


masing-masing.

1.2 Tujuan Aktualisasi

Adapun tujuan dari aktualisasi nilai-nilai dasar PNS adalah sebagai berikut :
1. Peserta mampu mengimplementasikan nilai-nilai dasar profesi Aparatur
Sipil Negara (ASN) dalam kegiatan yang telah ditetapkan sebagai Sasaran
Kinerja Pegawai (SKP)

2. Mengetahui dampak implementasi nilai-nilai dasar profesi Aparatur Sipil


Negara (ASN) dalam kegiatan yang telah ditetapkan sebagai Sasaran
Kinerja Pegawai (SKP)

3. Memahami peran dan kedudukan PNS di NKRI

1.3 Manfaat Kegiatan

1. Bagi PNS

Aktualisasi nilai-nilai dasar ANEKA akan menciptakan PNS yang


akuntabel dengan memiliki jiwa kepemimpinan, berintegritas, profesional,
dan bersih Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN). Seluruh karakter PNS
tersebut juga didukung oleh jiwa nasionalisme yang tinggi sehingga akan
berdampak baik pada etika publik dan mutu pelayanan unit terkait.

2. Bagi Satuan Kerja

Terbentuk iklim kerja yang kondusif dalam melayani publik, serta


meningkatkan akuntabilitas unit kerja. Kinerja individu yang meningkat
memungkinkan unit kerja untuk lebih cepat dalam mencapai visi dan
mewujudkan citra lembaga yang lebih baik.
4

1.4 Ruang Lingkup Aktualisasi

Ruang lingkup Aktualisasi nilai-nilai dasar profesi PNS yang dilakukan


meliputi rancangan aktualisasi kegiatan yang disusun berdasarkan SKP,
perintah atasan, dan inovasi; tahap kegiatan, serta hasil kegiatan. Ruang
lingkup ini dilakukan terhadap masyarakat yang membutuhkan pelayanan
Jantung dan Pembuluh Darah di IPJ RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung,
serta memberikan bimbingan pada peserta didik. Semua kegiatan tersebut
dilakukan dengan menerapkan nilai-nilai akuntabilitas, nasionalisme, etika
publik, komitmen mutu, dan anti korupsi sebagai PNS yang berkarakter
dan profesional.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum dan Sejarah Singkat RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung
Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin (RSHS) adalah rumah sakit yang terletak di
Kota Bandung, tepatnya di Jalan Pasteur Nomor 38 Bandung 40161. Sebelumnya
rumah sakit ini bernama R.S. Rancabadak. Pada tahun 2006 status rumah sakit
berubah menjadi Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU).
Adapun peta lokasi RSUP Dr. Hasan Sadikin bandung dapat dilihat pada
lampiran.
Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung dibangun pada tahun 1920 dan
diresmikan pada tanggal 15 Oktober 1923 dengan nama “Het Algemeene
Bandoengsche Ziekenhuijs“. Pada tanggal 30 April 1927 namanya diubah menjadi
“Het Gemeente Ziekenhuijs Juliana” dengan kapasitas 300 tempat tidur. Selama
penjajahan Jepang, rumah sakit ini dijadikan Rumah Sakit Militer. Setelah
Indonesia merdeka, pengelolaannya berpindah ke pemerintah daerah yang dikenal
oleh masyarakat Jawa Barat dengan nama “Rumah Sakit Ranca Badak“.
Pada tahun 1954 Rumah Sakit Ranca Badak ditetapkan sebagai rumah sakit
propinsi dan berada di bawah pengawasan Departemen Kesehatan. Selanjutnya
pada tahun 1956 dijadikan rumah sakit umum dengan kapasitas 600 tempat tidur,
bersamaan dengan didirikannya Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.
Sejak saat itu pula Rumah Sakit Ranca Badak digunakan sebagai tempat
pendidikan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.
Pada tanggal 8 Oktober 1967 nama Rumah Sakit Ranca Badak diubah menjadi
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin (RSHS) yang berfungsi sebagai
Unit Pelaksana Teknis (UPT) dan bertanggungjawab langsung kepada Direktur
Jenderal Pelayanan Medik. Pada tahun 1992-1997 RSHS ditetapkan menjadi unit
swadana. Keluarnya Undang-undang nomor 20 tahun 1997 tentang PNBP yang
ditindaklanjuti dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan nomor 124 tahun 1997
menyebabkan status RSHS berubah menjadi Rumah Sakit Pengguna Pendapatan
6

Negara Bukan Pajak (PNBP) yang harus menyetorkan seluruh pendapatan ke kas
Negara.
Bersamaan dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor
119 tanggal 12 Desember 2000, status RSHS secara yuridis berubah menjadi
perusahaan jawatan (Perjan). Pada tahun 2006 RSHS bersama 12 rumah sakit
lainnya, berubah status menjadi unit yang menerapkan Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU).
Status RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah sebagai berikut :
1. Rumah Sakit Pemerintah.
2. Di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Direktur Jenderal Bina
Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan RI.
3. Termasuk rumah sakit tipe A.
4. Rumah Sakit Pendidikan.
5. Rujukan utama untuk Provinsi Jawa Barat.
6. Pusat Unggulan Nasional dalam Bidang Jantung, Onkologi, dan Kedokteran
Nuklir

2.2 Visi, Misi, Tujuan RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung


2.2.1 Visi dan Misi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Visi: Menjadi institusi kesehatan yang unggul dan transformative dalam
meningkatkan status kesehatan masyarakat (Transformative leader in health care)

Misi:

1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna dan prima

2. Menyelenggarakan sistem rujukan pelayanan bermutu

3. Melakukan transformasi dalam mewujudkan status kesehatan masyarakat


yang lebih baik

2.2.2 Tujuan RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung


Mencipatakan pelayanan sebaik-baiknya kepada seluruh publik sesusai dengan
ketetentuan yang telah ditetapkan Kementrian Kesehatan RI
7

2.3 Janji Pelayanan RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung


Nilai-nilai filosofis RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dituangkan dalam janji
layanan yaitu:

PAMINGPIN PITUIN

Kepemimpinan : Nilai yang menggambarkan kepeloporan dan menyiapkan


talenta-talenta terbaik dibidangnya

Profesional : Nilai yang berorientasi pada pencapaian kinerja melalui


perjalan kemitraan

Inovatif : Nilai yang menggambarkan keinginan untuk menghasilkan


suatu yang baru dan senantiasa melakukan perbaikan
secara berkesinambungan

Tulus : Keinginan untuk memberi tanpa pamrih, proaktif dan


responsif

Unggul : Keinginan untuk menjadi yang terbaik dan menghasilkan


kualitas prima

Integritas : Nilai yang menggambarkan kejujuran, amanah, dan


menjunjung etika yang tinggi dalam menjalankan tugas

Selain itu, terdapat beberapa motto pelayanan kesehatan di RSUP dr. Hasan
Sadikin Bandung, yaitu :

1. SIGAP

Senyum-Sapa-Salam-Sopan-Santun (5S)
Inovatif dalam berkarya
Gelorakan Semangat Pelayanan Prima
Amanah Menjaga Keselamatan Pasien
Peduli, Perhatian dan Perasaan

2. PRIMA
P = Profesional
8

Memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan dengan


kualitas yang terbaik (prima) disertai kompetensi dalam disiplin
ilmu yang mendasarinya
R = Respek
Pelayanan yang prima akan dapat diberikan apabila dilandasi oleh
rasa saling hormat menghormati diantara anggota tim pemberi
pelayanan kesehatan. Pelayanan yang prima tidak hanya ditentukan
oleh satu profesi, tetapi oleh semua profesi yang terlibat dalam tim
pelayanan kesehatan.
I = Integrasi
Bertindak terintegrasi sesuai dengan nilai – nilai dan kebijakan
organisasi serta kode etik farmasi.
M = Manusiawi
Menganggap setiap individu atau manusia sebagai makhluk ciptaan
Tuhan yang mulia. Oleh karena itu harkat dan martabat mereka
harus dijunjung tinggi.
A = Amanah
Melaksanakan dengan sungguh – sungguh segala hal yang
dipercayakan oleh 8 egara dan masyarakat, khususnya dalam
memberikan pelayanan, pendidikan, dan penelitian kesehatan.

2.4 Struktur RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung


Struktur organisasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dapat dilihat pada
lampiran.
9

Gambar 2.1 Struktur Organisasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

2.5 Profil Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular


Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Universitas Padjadjaran
dibentuk pada tanggal 30 April 2005 berdasarkan surat yang dikeluarkan oleh
Rektor Universitas Padjadjaran No.831/JO6/Kep/KP/2005. Adapun program
departemen disesuaikan dengan Tri Dharma Perturuan Tinggi yang menyokong
pertumbuhan kardiovaskular di bidang pendidikan, penelitian, dan pelayanan.
Memorandum of Understanding antara Departemen Kardiologi dan Kedokteran
Vaskular Universitas Indonesia dengan Departemen Kardiologi dan Kedokteran
Vaskular Universitas Padjadjaran pada bulan Juni 2005 dengan nomor surat
UNPAD no.26/PT02.FK.31/SK/2005 dan 01/JO6.FK.47/SK/2005 pada 3 Juni
2005 sebagai panduan pengembangan pendidikan dokter spesialis Jantung dan
Pembuluh Darah. Kolegium Kardiologi Indonesia menetapkan Departemen
Kardiologi dan Kedokteran Vaskular sebagai pusat pendidikan Kardiovaskular
kategori II / Surat Keputusan Kolegium Kardiovaskular Indonesia no
004/Kolegium/SK/AKR/II/2006 pada tanggal 18 Februari 2006. Saat ini
10

Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK UNPAD telah menjadi


pusat pendidikan Kardiovaskular mandiri sesuai Surat Keputusan Departemen
Pendidikan No.4671/D/T/2008 tanggal 31 Desember 2008. Adapun struktur
organisasi Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular adalah sebagai
berikut :

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Departemen Kardiologi dan Kedokteran


Vaskular FK UNPAD / RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Visi :

Menjadi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh


Darah yang unggul dalam pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi,
dengan kemampuan profesional bertaraf internasional, sehingga mampu
bersaing secara global.
11

Misi :

- Meningkatkan kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada


masyarakat dalam bidang kardiovaskular agar mampu bersaing secara
internasional.

- Menghasilkan dokter spesialis jantung dan pembuluh darah yang


berkualitas, menguasai ilmu dan teknologi di bidang kardiovaskular,
mampu berperan dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian
penyakit kardiovaskular serta mampu bersaing secara global.

- Mengembangkan budaya penelitian untuk mencapai hasil penelitian


yang berskala internasional.

- Menumbuhkan motivasi dan inovasi serta komitmen yang tinggi bagi


staf pendidik dan peserta didik untuk mencapai prestasi dan keunggulan
dalam setiap ajang kompetisi baik di tingkat nasional maupun
internasional.

- Institusionalisasi divisi menjadi Program Pendidikan Dokter Spesialis


Konsultan.

- Bermitra dengan rumah sakit pendidikan utama dalam mewujudkan


lahan pelayanan dan pendidikan kardiovaskular yang mandiri.

2.6 Profil Instalasi Pelayanan Jantung

Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Utama No : HK.02.05/D1.8-


32/998/IV/2008 perihal struktur organisasi dan tata kerja Instalasi Pelayanan
Jantung RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung adalah sebagai berikut :
12

Gambar 2.3 Struktur Organisasi Instalasi Pelayanan Jantung RSUP Dr.


Hasan Sadikin Bandung

Kepala Instalasi Pelayanan Jantung RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung


membawahi:
a. Sub-instalasi administrasi dan SDM
b. Sub-instalasi dari pelayanan dan pengembangan mutu
c. Sub-instalasi sarana dan prasarana
d. Unit Diagnostik Non Invasif
e. Unit Invasif dan Intervensi non-bedah
f. Unit Intervensi Bedah Kardiovaskular
g. Unit Pelayanan Rawat Jalan
h. Unit Perawatan Intensif
i. Unit Perawatan semi-intensif dan Rawat Inap
j. Unit Prevensi dan Rehabilitasi Kardiovaskular

Dalam menjalankan pelayanannya Instalasi Pelayanan Jantung mempunyai Tugas


Pokok dan Fungsi sebagai berikut :
13

 Menyusun rancangan kebijakan dan prosedur pelayanan jantung terpadu


 Menyusun rencana kerja Instalasi Pelayanan Jantung
 Menyusun usulan kebutuhan-kebutuhan fasilitas, tenaga, pemeliharaan
sarana, dan prasarana, serta pendidikan dan pelatihan pegawai di Instalasi
Pelayanan Jantung sebagai bahan penyusunan rencana kegiatan Direktorat
Medik dan Keperawatan
 Menyusun jadwal kegiatan di Instalasi Pelayanan Jantung
 Melakukan koordinasi kegiatan pelayanan jantung dengan bagian / UPF
dari berbagai disiplin ilmu dan unit kerja terkait
 Hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pelayanan jantung
 Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan pelayanan instalasi jantung
 Mengevaluasi kegiatan pegawai di lingkungan Instalasi Pelayanan Jantung
dengan cara menilai hasil pelaksanaan tugas serta menilai prestasi kerja ke
dalam rekomendasi nilai DP3 dan DUPAK untuk pengembangan dan
pembinaan karir pegawai
 Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan dalam rangka
pelaksanaan tugas di liungkungan RSUP Hasan Sadikin Bandung

Adapun deskripsi secara singkat Sumber Daya Manusia di IPJ terdiri dari :

1. Tenaga Medis

 Dokter Spesialis : Merupakan dokter spesialis yang dapat memberikan


pelayanan, dan tergantung dengan kewenangan klinik yang disetujui oleh
direktur medis RSHS

 Perawat : Minimal 50% dari seluruh perawat di IPJ merupakan perawat terlatih
dan mempunyai sertifikat kardiologi dasar. Selain itu minimal 75% dari jumlah
perawat di ICU merupakan perawat terlatih dan bersertifikat ICU

2. Tenaga Non Medis

Merupakan tenaga non-medis yang dapat memberikan pelayanan, dan tergantung


dengan kewenangan klinik yang disetujui oleh direktur medis RSHS, yaitu tenaga
kesehatan non medis dan tenaga administrasi
14

Sedangkan jenis pasien di IPJ disesuaikan dengan keluhan kearah diagnosis


penyakit jantung dan pembuluh darah, dan unit masing-masing, yaitu :

 Unit Diagnostik Non Invasif

 Unit Diagnostik Invasif dan Intervensi Non Bedah

 Unit Rawat Inap Intensif

 Unit Rawat inap semi-intensif dan rawat inap

Adapun secara singkat pelayanan kesehatan yang ada di IPJ terdiri dari :
1. Pelayanan rawat jalan
2. Pelayanan diagnostik non invasif yaitu :
 Ekokardiografi, meliputi Transthoracal Echocardiography,
Transesophageal Echocardiography, Dobutamin Stress
Echocardiography,
 Treadmill Test
 Ambulatory Blood Pressure Monitoring
 Holter Monitoring
 USG dopler vaskular
3. Pelayanan preventif dan Rehabilitasi Jantung
4. Pelayanan Rawat Inap
5. Pelayanan perawatan semi intensif – HCCU
6. Pelayanan Invasif Non Bedah, meliputi angiografi diagnostik, intervensi
koroner perkutan, ventrikulografi, penyadapan jantung kanan, penutupan
defek kongenital perkutan, elektrofisiologi, pemasangan device, dan
intervensi vaskular perifer
7. Pelayanan perawatan intensif - CICU
15

2.7 Profil Peserta


Nama : Hawani Sasmaya Prameswari
NIP : 198501272018012001
Jabatan /Golongan : Dokter Ahli Pertama / IIIb
Unit Kerja : Instalasi Pelayanan Jantung/Departemen Kardiologi dan
Kedokteran Vaskular
Instansi : Kementerian Kesehatan

Dalam pelaksanaan aktualisasi, peserta diklat mengacu kegiatan dalam Sasaran


Kinerja Pegawai (SKP), yaitu :
1. Melaksanakan pelayanan medis rawat jalan
2. Melaksanakan pelayanan medis rawat inap
3. Melaksanakan pelayanan kegawatdaruratan medis
4. Menganalisis data dan hasil pemeriksaan pasien sesuai dengan pedoman kerja
untuk menyusun catatan medis pasien
5. Melaksanakan tugas jaga
6. Menyusun draft laporan pelaksanaan tugas
7. Menyusun laporan pelaksanaan tugas
8. Menyusun laporan lain
16

BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI

3.1 Identifikasi Isu


Identifikasi isu dilakukan dengan metode Enviromental Scanning di unit kerja
Instalasi Pelayanan Jantung RSHS dan didapatkan isu-isu aktual sebagai berikut :
1. Antrian Trans Thoracal Echocardiografi (TTE) yang lama di Instalasi
Pelayanan Jantung RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung

2. Waktu tunggu pasien di poli rawat jalan yang lama di Instalasi Pelayanan
Jantung RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung

3. Lamanya masa rawat penderita Kardiomiopati Peripartum (KMPP) di RSUP


dr. Hasan Sadikin Bandung

3.2 Isu yang Diangkat


Adapun isu yang akan diangkat adalah lamanya masa rawat penderita KMPP
di RSUP dr.Hasan Sadikin Bandung. Pengangkatan isu ini berdasarkan analisis
penapisan isu menggunakan alat bantu Urgency, Seriousness, Growth (USG)
seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.

3.1 Tabel Penapisan Isu Berdasarkan USG


No Isu Urgency Seriousness Growth Total
1 Antrian TTE yang 3 3 3 9
lama di IPJ RSUP
dr. Hasan Sadikin
Bandung
2 Lamanya waktu 3 4 3 10
tunggu pasien di
poli rawat jalan
IPJ RSUP dr.
Hasan Sadikin
Bandung
3 Lamanya masa 5 5 5 15
rawat pasien
KMPP di RSUP
dr. Hasan
Sadikin Bandung
17

Keterangan :
Berdasarkan skala likert 1-5 (1= sangat kecil; 2 = kecil; 3 = sedang; 4 = besar; 5 =
sangat besar)
Urgency (Urgensi) : seberapa mendesak dikaitkan dengan waktu yang
tersedia
Seriousness (Keseriusan) : apabila masalah tidak ditangani maka akan timbul
masalah lain yang lebih besar
Growth (perkembangan isu) : apabila masalah dibiarkan maka masalah akan
memburuk

Isu ini merupakan salah satu indikator kurang optimalnya tatalaksana pasien
KMPP di RSUP dr.Hasan Sadikin Bandung.

3.3 Latar Belakang Pemilihan Isu


RSUP Dr. Hasan Sadikin (RSHS) merupakan rumah sakit pendidikan tipe A
yang menjadi rujukan utama di Jawa Barat dan secara langsung berada di bawah
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Oleh sebab itu, RSHS menjadi lini
terakhir tatalaksana pasien dengan penyakit jantung, termasuk KMPP di Jawa
Barat khususnya, dan Indonesia. Kardiomiopati Peripartum merupakan salahsatu
komplikasi jantung dengan tanda dan gejala gagal jantung yang terjadi pada
trimester akhir kehamilan hingga 5 bulan pasca persalinan. Studi literatur
terdahulu menunjukkan KMPP merupakan salahsatu penyebab kematian pada ibu
hamil maupun pasca persalinan. Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2012 menunjukkan angka kematian ibu yang masih tinggi di
Indonesia mencapai 359 per 100.000 angka kelahiran hidup. Hal ini menjadi
tanggungjawab bersama terutama para tenaga kesehatan untuk dapat menurunkan
angka tersebut hingga mencapai target MDGs, yaitu 102 per 100.000 angka
kelahiran hidup. Oleh sebab itu, salah satu wujud usaha untuk menurunkan angka
kematian ibu adalah mengoptimalisasikan tatalaksana pasien KMPP.
Berdasarkan data penelitian prospektif pasien KMPP di RSHS didapatkan
tatalaksana KMPP belum optimal. Hal ini terlihat dari salahsatu indikator mutu
pelayanan, yaitu masa rawat penderita KMPP di RSHS yang terbukti lebih lama
(rata-rata 7.8 hari) dibandingkan dengan data literatur (4-5 hari) dan Clinical
Pathway Gagal Jantung (5 hari) di RSHS. Adapun lamanya masa rawat pasien
18

KMPP ini menunjukkan masih rendahnya efisiensi, dan mutu pelayanan KMPP di
rumah sakit. Selain itu, isu ini juga memberi dampak yang sangat luas. Mulai dari
beban pelayanan kesehatan rumah sakit yang meningkat, baik dari segi
pembiayaan yang tinggi, biaya perawatan yang dapat melebihi klaim tanggungan
BPJS, serta meningkatnya risiko infeksi nosokomial. Lamanya masa rawat juga
akan menjadi beban ekonomi tersendiri bagi keluarga pasien terkait biaya hidup
sehari-hari selama di rumah sakit.
Melihat dampak isu ini yang cukup besar, maka dilakukan analisis penyebab
lamanya masa rawat pasien KMPP di RSHS dengan menggunakan metode fish
bone seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.1 Fish Bone Analisis Penyebab Isu

Adapun tidak semua penyebab isu ini dapat diselesaikan dalam 80 hari kerja
off campus, dan tidak semua sesuai dengan kompetensi penyusun. Oleh sebab itu,
dilakukan teknik tapisan penyelesaian isu dengan menilai Aktual, Kekhalayakan,
19

Problematik, dan Kelayakan faktor penyebab isu tersebut dan disesuaikan dengan
Sasaran Kinerja Pegawai, kompentensi penyusun seperti terlihat pada tabel di
bawah ini.

Tabel 3.2 Tabel Penapisan Faktor Penyebab Isu


No Analisis Aktual Kekhalayakan Problematik Kelayakan Total
Faktor
Penyebab
1 Belum 5 5 5 5 15
adanya
pedoman
tatalaksana
KMPP
yang telah
disepakati -
SPO
2 Belum 5 5 5 5 15
adanya alur
pelayanan
pasien
KMPP
yang jelas
3 Belum 5 5 5 5 15
adanya
lembar
materi
edukasi
khusus dan
leaflet
untuk
pasien
KMPP

Keterangan :
Berdasarkan skala likert 1-5 (1= sangat kecil; 2 = kecil; 3 = sedang; 4 = besar; 5 =
sangat besar)
Aktual : faktor ini benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan
dalam masyarakat
Kekhalayakan : faktor tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak
Problematik : faktor tersebut memiliki dimensi masalah yang kompleks
sehingga perlu dicarikan segera solusinya secara komprehensif
Kelayakan : faktor tersebut masuk akal, realistis, relevan, dan dapat
dimunculkan inisiatif pemecahan masalah
20

Berdasarkan teknik penapisan diatas, maka ketiga faktor penyebab isu diatas
mempunyai skala prioritas yang sama untuk diselesaikan, dan dapat digabungkan
dalam bentuk gagasan penyelesaian isu berupa Standar Prosedur Operasional
yang terintegrasi didalamnya alur pelayanan pasien KMPP, serta daftar materi
edukasi khusus untuk pasien KMPP. Selain itu, untuk mempermudah proses
edukasi, maka akan dibuatkan pula leaflet informasi terkait penyakit KMPP.

3.4 Gagasan Penyelesaian Isu


Dalam menyelesaikan permasalahan di atas, penyusun akan melakukan
beberapa kegiatan sesuai Sasaran Kinerja Pegawai, perintah atasan, dan inovasi.
Adapun rincian kegiatan penyelesaian isu adalah sebagai berikut :

3.3 Tabel Kegiatan Penyelesaian Isu


No Kegiatan Sumber
1 Melakukan pelayanan spesialistik tatalaksana pasien SKP
KMPP di rawat jalan IPJ secara lebih optimal
2 Melakukan pelayanan spesialistik tatalaksana pasien SKP
KMPP di rawat inap secara lebih optimal
3 Melakukan pelayanan spesialistik tatalaksana pasien SKP
KMPP saat jaga malam secara lebih optimal
4 Melakukan pemeriksaan ekhokardiografi pasien SKP
KMPP secara lebih cepat dan optimal
5 Memberikan bimbingan pembacaan guidelines Perintah
(pedoman tatalaksana) atau Jurnal KMPP pada atasan
peserta didik PPDS
6 Menyusun draft SPO untuk pasien KMPP yang Inovasi
terintegrasi dengan alur pelayanan pasien, dan daftar
materi edukasi khusus untuk pasien KMPP
7 Menyusun Leaflet Informasi KMPP Inovasi
21

Dalam melaksanakan rangkaian kegiatan penyelesaian isu tersebut diatas


penyusun akan mengimplementasikan nilai-nilai dasar ASN, yaitu ANEKA
(Akuntabel, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, Anti Korupsi) dan
prinsip-prinsip manajemen ASN, Whole of Government, serta pelayanan publik
sesuai peran dan kedudukan ASN. Selain itu, pada akhir kegiatan aktualisasi akan
dilakukan analisis dampak secara 360 derajat terhadap pemecahan isu jika
rangkaian kegiatan yang telah ditentukan tidak terlaksana ataupun tahap kegiatan
tidak mengimplementasikan nilai-nilai dasar ASN, dan peran serta kedudukan
ASN.

Anda mungkin juga menyukai