Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dewasa ini kejaksaan sedang menghadapi tantangan yang begitu besar

dalam memperbaiki citranya. Berbagai kritik terhadap kinerja kejaksaan beberapa

waktu belakangan ni demikian gencar seakan-akan kejaksaan tidak serius dan

lamban dalam menangani beberapa persoalan yang berkaitan dengan kasus-kasus

yang berbau KKN.

Tuntutan reformasi menyeluruh dalam berbagai bidang dan aspek kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara pada hakekatnya bertujuan untuk

mewujudkan tata kehidupan yang demokratisasi, sadar dan taat hukum serta

menjungjung tinggi hak-hak asasi manusia. Kejaksaan (Jaksa( sebagai bagian dari

masyarakat dan sebagai salah satu institusi lembaga penegak hukum dalam upaya

mewujudkan tuntutan reformasi tersebut diharapkan menjadi pelapor bahkan

menjadi tulang punggung reformasi secara menyeluruh, sesuai dengan fungsi

hukum dan jangkauan makna reformasi hukum. Untuk itu peru peningkatan

pelaksanaan pemberdayaan lembaga kejaksaan dengan lebih menhefektifkan

tugas, fungsi dan wewenangnya.

Prediksi tantangan ke dapan yang akan dihadapi kejaksaan dalam

melaksanakan tugas, fungsi dan kewenanannya globalisasi dunia denga segala

bidang kehidupan yang menuntut agar kejaksaan dapat berkiprah dalam arus

globalisasi tersebut. Menghadapi era reformasi dan globalisasi kejaksaan perlu

melanjutkan upaya-upaya yang dilaksanakan secara bertahap dan terus menerus

menyangkut pembinaan Sumber Daya Manusianya, mengingat tuntutan dan

1
2

situasi kini dan yang akan datang berbeda dan berubah sebagai akibat kemajuan

teknologi informasi yang semakin maju pesat. Hal ini merupakan tantangan yang

dihadapkan pada kejaksaan untuk memampukan diri mengantisipasi situasi dan

tuntutan yang sedang dan yang akan berkemband dengan sangat pesat dengan

jalan mepersiapkan suber daya manusia yang aspiratif, responsif dan proaktif serta

aparatur yang integritas moralnya cukup kokoh dan kematangan intelektualnya

cukup mantap serta berkemampuan profesional yang tinggi.

Praktek korupsi yang cenderung menigkat merupakan pekerjaan serius bagi

upaya penegakan hukum di Indonesia, terutama pihak kejaksaan. Kejaksaan yang

memiliki privilege untuk bertindak atas nama negara dan masyarakat dalam

melakukan pengusutan, penyelidikan, serta penyidikan terhadap kasus-kasus

korupsi. Kewenangan ini bersigat eksklusif, dalam pengertian kewenangan yang

sama tidak terdapat pada lembaga-lembaga hukum lainnya.

Dalam kaitan ini, banyak sedikitnya kasus-kasus korupsi dibawa ke pihak

kejaksaan sangat ditentukan oleh kinerja lembaga kejaksaan dalam melaksanakan

tugas-tugasnya. Konsistensi dan kredibilitas kejaksaan merupakan syara mutlak

yang harus duoebyhi agar peranannya sebagai penjamin keadilan dan kepastian

benar-benar sesuai denga harapan masyarakat.

Untuk menindak lanjuti pemberantasa praktek KKN yang telah diupayakan

denga Tap MPR : XI/MPR/1998 dan Undang-Undang Nomor ; 28 tahun 1999

tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas, dari Korupsi, Kolusi dan

Nepotisme, maka pemerintah telah melengkapinya dengan disyahkannya Undang-

Undang Nomor 31 tahun 1999 tanggal 16 Agustus 1999 tentang pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi.

Peranan kejaksaan dalam penanganan perkara tindak pidanan korupsi di Kejaksaan


Negeri Medan, 2003 USU- Repository
3

Perubahan tambahan tersebut antara lain penegasan unsur “dapat”

menimbulkan kerugian Negara untuk kualifikasi korupsi, pencantuman secara

tegas dalam pasal beberapa detik yang ditarik dari KUHP dengan ancaman

hukuman sesuai klasifikasinya, kemungkinan pembentukan tim Gabunga, peran

serta masyarakat, pembentukan komisi dan lain-lain.

Pada saat ini terasa semakin canggihnya modus operandi kejahatan yang

dilakukan oleh para tersangka, mereka memanfaatkan perkembangan ilmu

pengetahuan, tehnologi mutakhir, untuk keuntunganpribadi dan merugikan

keuangan negara. Kejahatan tersebut perlu diantisipasi.

Korupsi merupakan gejala sosial dimasyarakat yang di Indonesia gajala

tersebut telah membudayakan. Akibat korupsi adalah kerugia keuanga negar,

kesengsaraan masyarakat, bangsa dan negara. Karenanya tugas memberantas

penyakit masyarakat tersebut menjadi tugas seluruh anggota masyarakat namun

bagaimanapun telah menjadi tuga utama para penegak hukum.

Keterbatasan dalam bidang sarana-prasarana akan semakin dirasakan,

apabila disadari bahwa tindak pidana korupsi dilakukan dengan modus operandi

yang semakin canggih dengan bantuan teknologi medern (komputer dan

sebagainya) dan melibatkan profesional (akuntan dan sebagainya)(professional

fringe violator). Penanganan kejahatan yang semakin canggih dengan cara-cara

tradisional, jelas perlu dikaji kembali.

Suatu kemajuan dari UU No. 31 Tahun 1999 dibandingkan dengan UU No.

3 Tahun 1971 bahwa subjek tindak pidana tisak hanta :orang Perseorangan” tetapi

juga “korporasi”. Yang dimaksud denga “korporasi” adalah kumpulan orang dan

atay kekayaan yang terorganisasi baik merupakan badan hukum maupun bukan

Peranan kejaksaan dalam penanganan perkara tindak pidanan korupsi di Kejaksaan


Negeri Medan, 2003 USU- Repository
4

badan hukum Psl ke 1 UU NO 31 tahun 1999. Dapat dikenakannya sanksi

pidana/tindakan kepada korporasi dalam perkara korupsi ini cukup beralasan dan

sesuai dengan beberapa rekomendasi kengres PBB (mengenai “The Provention of

Crime and the Treatment of offenders”). Antara lain:

1. Dalam rekomendasi Kongres PBB ke-8/1990 juga ditegaskan, agar ada

tindakan terhadap “Perusahaan-Perusahaan” yang terlibat dalam perkara

korupsi (“Take appropriate measures against enterprises involved individu

corruptioan”)

2. Dalam dokumen Kongres PBB ke 9/1995 di kairo (dokuen

A/CONE.169/5.p23) antara lain ditegaskan sebagai berikut:

“Korpoeasi, asosiasi kriminal atau individu mungkin terlibat dalam

“penyuapan para pejabat” untuk berbagai alasan yang tidak semuanya

bersifat ekonomis. Namun dalam banyak kasus, masih saja Penyuapan

digunakan untuk mencapai keuntungan ekonomi. Tujuannya ialah membujik

parapejabat untuk memberikan berbagai bentuk perlakuan khusus/istimewa

(“prefential treatment”) antara lain :

a. Memberikan kontrak (“awarding a cntract”);

b. Mempercepat/memperlancar izin (“expenditing a license”);

c. Membuat perkecualian-perkecualian atau menutup mata terhadap

pelanggaran peraturan (“makung exceptions to regulatory standards or

turning a blind eye to violation of those standards”).

Kenyataan banyak kasus korupsi yang tidak ada belum terungkap,

mengakibatkan masyarakat menjadi skeptis dengan kesungguhan kejaksaan dalam

mengungkap berbagai dugaan korupsi. Hal ini disebabkan karena banyak kasus

Peranan kejaksaan dalam penanganan perkara tindak pidanan korupsi di Kejaksaan


Negeri Medan, 2003 USU- Repository
5

korupsi yang diajukan ke kejaksaan belum/tidak dapat diselesaikan dengan untas

bahkan justru dibebaskan. Anggapan merosotnya kinerja kejaksaan ini sebenarnya

tidak berdiri sendiri, tetapi terkait denga sistem politik yang erlaku. Ada tiha hal

yang dapat menjelaskan mengapa kinerja Kejaksaan cenderung kontraproduktif

dengan harapan pencari keadilan, yaitu (KOMPAS, selasa 3 April 2001, hal 5).

Pertama,

Pelaku korupsi umumnya adalah birikrasi pemerintahan. Sementara menurut

UU Nomor 5 Tahun 1991, lembaga Kejaksaan merupakan bagian integral

dari birokrasi pemerintahan. Sebagai bagian dari birikrasi pemerintahan sulit

diharapkan Kejaksaan dapat bertindak secara otonom dalam menegakkan

hukum guna memenuhi rasa keadilan Kejaksaan lebih berkepentingan

menhaga kepentingan birokrasi, meski harus mengrobankan hukm dan

menciderai keadilan.

Kedua,

Sebagai dari birokrasi, Kejaksaan, bertanggung jawab terhadap pemerinta.

Di sinilah potensi kolusi Kejaksaan dan birokrasi potensial terjadi.

Kepatuhan terhadap birokrasi pementahan mengadi hanbatan serius bagi

kejaksaan dalam melaksanakan kewenangannya.

Ketiga,

Kinerja Kejaksaan akan sangat ditentukan oleh politik birokrasi

pemerintahan. Akibatnya pihak Kejaksaan tidak dapat bertindak

idenpenden, jauh dari kooptasi kekuasaan. Andaikan kebijakan politik

penguasa cenderung anti demokrasi dan anti kritik, sebagimana terjadi di era

Peranan kejaksaan dalam penanganan perkara tindak pidanan korupsi di Kejaksaan


Negeri Medan, 2003 USU- Repository
6

Orde Baru, maka peran kejaksaan sebagai pengungkp kebenaran dan

keadilan suli diwuudkan.

B. PERMASALAHAN

Bertitik tolak dari latar belakang tersebut diata, maka dapat dirumuskan

beberapa permasalahn sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peranan kejaksaan dalam penanganan perkara korupsi pada

kejaksaan Negri Medan.

2. Bagimanakah hambatan-hambatan dalam penanganan perkara Tindakk

Pidana Korupsi pada Kejaksaan Negri Medan.

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka tujuan yang

hendak dicapai dalam penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui proses penanganan perkara korupsi pada Kejaksaan

Negri medan.

2. Untuk mengetahui hanbatan-hanbatan yang ada dalam penaganan perkara

tindakan pidana korupsi di Kejaksaan Negri Meda.

D. MANFAAT PENELITIAN

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

1. Secara Teoritis.

a. Sebagai bahan informasi bagi para akademisi maupun sebagai bahan

perbandingan bagi penelitian lanjutan.

b. Menambah Khasamah perpustakaan.

2. Secra Praktis.

Peranan kejaksaan dalam penanganan perkara tindak pidanan korupsi di Kejaksaan


Negeri Medan, 2003 USU- Repository
7

a. Sebagai bahan masukan bagi kejaksaan, peradilan dan praktisi hukum

dalam menentukan kebijakan dan langkah-langkah penanganan dan

penyelesaian perkara Tindak Pidana Korupsi yang sedang di hadapi.

b. Sebagai informasi bagi masyarakat mengenai proses penganganan suatu

Tindak Pidana Korupsi.

c. Sebagai bahan kajian bagi akademisi untuk menambah wawasan ilmu

terutama dalam bidang tindak pidana Korupsi

E. KEASLIAN PENELITIAN

Bahwa Penelitian tentang peran kejaksaan dalam penanganan perkara

Tindak Pidana Korupsi khususnya di Kejaksaan Negri Medan belum pernah

dilakukan penelitian, tetapi telah ada ulasan tentang penanganan perkara korupsi

secara umum yang dimuat dalam makalah-makalah seminar, majalaj/jurnal dan

buku. Oleh karena pengkhususan mengenai penanganan perkara Tindak Pidana

Korupsi pada kejaksaan Negri Medan berikut tehnik-tehnik penyidikannya secara

terperinci belum pernah dilakukan, dengan demikian penelitian ini adalah asli.

Peranan kejaksaan dalam penanganan perkara tindak pidanan korupsi di Kejaksaan


Negeri Medan, 2003 USU- Repository

Anda mungkin juga menyukai