Sistem urinaria berkontribusi dalam homeostasis dengan mengubah komposisi darah, pH,
volume, dan tekanan, menjaga osmolaritas darah, mengekskresikan limbah dan substansi
asing, dan memproduksi hormon.
Sistem urinari terdiri atas dua ginjal, dua ureter, kandung kemih, dan uretra. Setelah ginjal
menyaring plasma darah, ia mengembalikan sebagian besar air dan substansi ke darah.
Sementara sisa air dan substansi lainnya dibentuk menjadi urin yang akan melewati ureter
dan disimpan di kandung kemih hingga ia dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.
4. Filtrasi glomerulus
a. Membran filtrasi
Sel endothelial dari kapiler glomerular dan podosi membentuk pelindung yang
dikenal dengan membran filtrasi. Ia dapat menyaring air dan zat kecil yang
terlarut tapi mencegah filtrasi dari beberapa protein plasma, sel darah, dan platets.
Substansi tersaring dalam darah melalui 3 barier, yaitu sel glomerular endotelial,
basal lamina, dan celah filtrasi yang terbentuk dari podosit.
Prinsip dari filtrasi menggunakan tekanan untuk mendorong cairan melewati
membran.
b. Tekanan fitrasi bersih (NFP)
Filtrasi glomerular tergantung pada 3 tekanan utama.
i. Glomerular blood hydrostatic pressure (GBHP) adalah tekanan darah pada
kapiler glomerular. Secara umum sekitar 55mmHg. Ia meningkatkan
filtrasi dengan mendorong air dan zat terlarut melewati membran filtrasi.
ii. Capsular hydrostatic pressure (CHP) adalah tekanan hydrostatic yang
diberikan kepada membran filtrasi oleh cairan yang sudah berada dalam
ruang kapsular dan tubua ginjal.
iii. Blood colloid osmotic pressure (BCOP), yang karena adanya protein
seperti albumin, glbulin, dan fibrinogen dalam plasma darah, juga
melawan filtrasi. Rata-rata BCOP dalam kapiler glomerular sebesar 30
mmHg.
NFP merupakan tekanan total yang mendukung filtrasi yang dihitng
dengan
NFP = GBHP – CHP – BCOP
NFP = 55 – 15 – 30 = 10 mmHg.
5. Produksi urin encer dan terkonsentrasi
Meskipun jumlah cairan yang masuk dalam tubuh bervariasi, volume total cairan
dalam tubuh tetap stabil. Homeostasis volume cairan tubuh tergantung pada sebagian
besar dari kemampuan ginjal untuk meregulasi pengeluaran air pada urin. Ginjal yang
berfungsi secara normal memproduksi sejumah besar volume urine encer saat asupan
air besar, dan sejumlah kecil volume urin terkonsentrasi saat asupan air sedikit. ADH
mngontrol terbentuknya urin. Saat ADH tidak ada, urin akan sangat encer.
a. Pembentukan urin encer
Filtrasi glomerular memiliki perbandngan yang sama dari air dan partikel terlarut
seperti darah. Saat urin encer dibentuk, osmolitaritas cairan dalam lumen tubular
meningkat seiring dengan cairan mengalir turun di lengkung henle, dan berkurang
saat ia mengalir nai di lengkung tersebut, dan turun lebih banyak saat ia mengalir
melalui sisa nefron dan tubulus kolektifus. Perubahan osmolitaritas ini dihasilkan
dari kondisi jalur cairan tubular berikut :
Karena osmolitaritas dari cairan interstisial dari medula ginjal menjadi
besar secara progresif, lebih banyak air direabsorbsi dengan osmosis
seiring dengan cairan mengalir sepanjang lengkung henle. Sebagai
hasilnya, sisa caira dalam lumen menjadi lebih terkonsentrasi secara
progresif
Sel yang meliputi lengkung memiliki simporter yng atif mnyerap ion Na,
K, dan Cl dari cairan tubular.
Meskipun zat terlarut terserap kembali dalam saluran menurun,
permeabilitas air di bagian nefron ini selalu rendah sehingga ir tidak dapat
mengalir dngan osmosis. Cairan yang memasuki tubulus konfolusi distal
lebih encer dari plasma
Saat air secara terus-menerus mengalir dalam tubulus konvolusi distal, zat
terlarut tambahan terserap kembali.
Akhirnya, sel prinsipal tubulus konvolusi distal dan tublus kolektivus
impermeable terhadap air saat tingkat ADH sangat rendah. Jadi, cairan
tubular menjadi lebih encer saat ia mengalir.