SAP Asma Bronkial Qouwulan
SAP Asma Bronkial Qouwulan
A. Pengorganisasian
1. Dosen Pembimbing :
2. Ketua Kelompok 1 :
3. Wakil :
4. Notulen :
5. Moderator :
6. Pembicara :
7. Peserta :
Topik : Asma Bronkial
Sub Topik : Pengertian asma bronkial, faktor pemicu terjadinya asma bronkial,
tanda dan gejala asma bronkial, patofisiologi asma bronkial,
komplikasi asma bronkial, pengobatan tradisional asma bronkial,
dan tindakan pencegahan asma bronkial.
Sasaran :
Tempat :
Hari, Tanggal :
Waktu :
B. Analisa Data
1. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) memperkirakan 100 – 150 juta penduduk
dunia menderita asma bronkial, jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah sebesar
180.000 orang setiap tahun. Jumah penderita asma bronkial semakinterlihat
mengalami peningkatan pada negara-negara berkembang. Lebih dari 250.000 orang
meninggal akibat asma bronkial setiap tahun terkait tatalaksananya tidak adekuat.
Prevalensi asma bronkial di Indonesia masih tergolong rendah, namun terlihat
kecenderungan peningkatan jumlah penderita penyakit ini. Hasil Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995. Prevalensi asma bronkial di seluruh Indonesia
1
sebesar 13/1000, dibandingkan bronchitis kronik 11/1000 dan obstruksi paru 2/10000.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) nasional tahun 2007, penyakit
asma bronkial lebih tinggi dari angka nasional dan Kalimantan Barat adalah salah
satunya, yaitu 3,7%.
Pengamatan di 5 propinsi di Indonesia (Sumatra Utara, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan) yang dilaksanakan oleh Subdit
Penyakit Kronik dan Degeneratif Lain pada bulan April tahun 2007,
menunjukkan bahwa pada umumnya upaya pengendalian asma belum terlaksana
dengan baik dan masih sangat minimnya ketersediaan peralatan yang diperlukan
untuk diagnosis dan tatalaksana pasien asma difasilitas kesehatan.
E. Materi ( Terlampir )
1. Pengertian tentang asma bronkial
2. Faktor pemicu terjadinya asma bronkial
3. Tanda dan gejala asma bronkial
4. Patofisiologi asma bronkial
5. Komplikasi asma bronkial
6. Pengobatan tradisional asma bronkial
7. Tindakan pencegahan asma bronkial
F. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Demonstrasi
3
G. Media Dan Alat Pengajar
a. Media : infocus, leaflet, gambar
b. Alat : tempat penumbuk atau cuek, gelas, sendok, saringan
c. Bahan : satu ruas rimpang jahe, satu gelas air hangat, dan madu
H. Kegiatan Penyuluhan
4
Memberikan reward jika jawaban
benar dan membetulkan jika masih ada
kekurangan
4 Penutup 5 menit Kesimpulan umum Memperhatikan
Mengucapkan salam penutup Menjawab salam
I. Evaluasi
Jenis post test dalam bentuk pertanyaan lisan yaitu :
1. Jelaskan pengertian tentang asma bronkial !
2. Sebutkan faktor pemicu terjadinya asma bronkial !
3. Sebutkan tanda dan gejala asma bronkial ?
4. Jelaskan patofisiologi asma bronkial !
5. Sebutkan komplikasi asma bronkial ?
6. Jelaskan pengobatan tradisional asma bronkial dan jelaskan cara pembuatannya !
7. Sebutkan tindakan pencegahan asma bronkial !
5
ASMA BRONKIAL
a. Pengertian
Asma bronkial adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami peradangan,
akibatnya saluran nafas menjadi sempit dan menghasilkan dahak yang berlebihan serta
sensitif terhadap rangsangan tertentu seperti debu, asap, dan lain sebagainya.
6
4. Perubahan Cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Perubahan tekanan atmosfir dan suhu merupakan faktor pemicu terjadinya
serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti:
musim hujan, musim kemarau, musim bunga,hal ini berhubungan dengan arah
angin serbuk bunga dan debu. Udara yang kering dan dingin dapat menyebabkan
sesak di saluran pernafasan.
5. Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga
bias memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang
timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguan emosi
perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika
stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
7
d. Patofisiologi Asma Bronkial
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Suatu serangan Asma merupakan
akibat obstruksi jalan napas difus reversible. Obstruksi disebabkan oleh timbulnya tiga
reaksi utama yaitu kontraksi otot-otot polos baik saluran napas, pembengkakan
membrane yang melapisi bronki, pengisian bronki dengan mukus yang kental. Selain
itu, otot-otot bronki dan kelenjar mukusa membesar, sputum yang kental, banyak
dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi, Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi
diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai
kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar
dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya.
Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial
paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang
menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi
dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan
mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi
lambat (yang merupakan leukotrient), factor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.
Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada
dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen
bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan
saluran napas menjadi sangat meningkat. Pada asma, diameter bronkiolus lebih
berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan
dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus
sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan
eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita
asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali
melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan
volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran
mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.
8
e. Komplikasi Asma Bronkial
1. Pneumothoraks
Pneumothoraks merupakan suatu keadaan dimana terdapat akumulasi udara
ekstrapulmoner dalam rongga pleura,antara pleura visceral dan parinteral dicurigai
bila terdapat benturan atau tusukan dada. Keadaan ini dapat menyebabkan kolaps
paru yang lebih lanjut lagi dapat menyebabkan kegagalan napas. Pada keadaan
normal rongga pleura tidak berisi udara, supaya paru-paru leluasa mengembang
terhadap rongga dada.
2. Pneumomediastinum
Pneumomediastinum dari Bahasa yunani pneuma “udara”, juga dikenal
sebagai emfisema mediastinum adalah suatu kondisi dimana udara hadir di
mediastinum. Pertama dijelaskan pada 1819 oleh Rene Laennec, kondisi ini dapat
disebabkan oleh trauma fisik atau situasi lain yang mengarah ke udara keluar dari
paru-paru, saluran udara atau usus ke dalam rongga dada.
3. Atelektasis
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan
yang sangat dangkal.
4. Aspergilosis
Aspergilosis merupakan penyakit pernapasan yang disebabkan oleh jamur
dan tersifat oleh adanya gangguan pernapasan yang berat. Penyakit ini juga dapat
menimbulkan lesi pada berbagai organ lainnya, misalnya pada otak dan mata.
Istilah aspergilosisi dipakai untuk menunjukkan adanya infeksi Aspergilosis sp.
5. Gagal napas
Gagal napas dapat terjadi bila pertukaran oksigen terhadap karbondioksida
dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan pembentukan
karbondioksida dalam sel-sel tubuh.
6. Bronkitis
Bronkitis atau radang paruparu adalah kondisi di mana lapisan dalam dari
saluran pernapasan di paru-paru yang kecil (bronkhiolis) mengalami bengkak.
Selain bengkak juga terjadi peningkatan produksi lender (dahak). Akibatnya
penderita merasa perlu batuk berulang-ulang dalam upaya mengeluarkan lender
yang berlebihan, atau merasa sulit bernapas karena sebagian saluran udara menjadi
sempit oleh adanya lender.
9
7. Fraktur Iga
Fraktur pada iga (costae) adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang /
tulang rawan yang disebabkan oleh ruda paksa pada spesifikasi lokasi pada tulang
costa. Trauma tajam lebih jarang mengakibatkan fraktur iga, oleh karena luas
permukaan trauma yang sempit, sehingga gaya trauma dapat melalui sela iga.
Fraktur iga terutama pada iga IV-X(mayoritas terkena). Perlu diperiksa adanya
kerusakan pada organ-organ intra-toraks dan intra abdomen
10
Olahraga menghasilkan kebugaran fisis secara umum, menambah rasa percaya diri
dan meningkatkan ketahanan tubuh. Walaupun terdapat salah satu bentuk asma
yang timbul serangan sesudah exercise atau latihan (exercise-induced asthma/
EIA), akan tetapi tidak berarti penderita EIA dilarang melakukan olahraga.
4. Minumlah air hangat 7-8 gelas per hari
Hal ini dapat membuat tubuh menjadi lebih hangat dan dahak pada saluran
penapasan menjadi lebih encer.
5. Berhenti atau tidak pernah merokok
Asap rokok merupakan oksidan, menimbulkan inflamasi dan menyebabkan
ketidak seimbangan protease antiprotease. Penderita asma yang merokok akan
mempercepat perburukan fungsi paru dan mempunyai risiko mendapatkan
bronkitis kronik dan atau emfisema.
sebagaimana perokok lainnya dengan gambaran perburukan gejala klinis,
berisiko mendapatkan kecacatan, semakin tidak produktif dan menurunkan kualiti
hidup. Oleh karena itu penderita asma dianjurkan untuk tidak merokok. Penderita
asma yang sudah merokok diperingatkan agar menghentikan kebiasaan tersebut
karena dapat memperberat penyakitnya.
6. Usahakan mandi dengan air hangat setiap hari
11