Anda di halaman 1dari 21

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di tengah-tengah kenyataan hidup sekarang banyak sekali anak-anak yang

gagal dalam studinya. Mereka tidak mendapat pengertian dan perhatian cukup

dari orang tuanya, sehingga mereka melakukan kompensasi-kompensasi yang

negatif.

Padahal mereka adalah anak-anak muda tunas bangsa dan Negara.

Dipundak merekalah letak masa depan Negara ini akan maju dan berkembang.

Bagaimana kalau generasi muda kita kurang pendidikan dan pengajaran? Menurut

pendapat penulis, masalah utama yang menghambat suksesnya pendidikan dan

pengajaran ialah kesukaran kesukaran belajar yang dihadapi oleh anak-anak pada

umumnya.1

Demikian antara lain kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap anak

didik dalam kehidupan sehari- hari dalam kaitanya denga n aktifitas belajar.

Setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan individual inilah

yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan anak didik.

Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi yang

rendah ( kelainan mental ), akan tetapi juga disebabkan oleh faktor non-

1
Ahmadi, Abu dan Supriyono Widodo, Psikologi Belajar,(Jakarta:Rineka Cipta,1990),34.

1
2

intelegensi. Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu menjamin

keberhasilan dalam belajar. karena banyak sekali sekolah-sekolah, kelihatanya

banyak siswa yang berhasil secara gemilang dalam belajar, sering pula dijumpai

banyak siswa yang gagal, seperti: angka-angka raport rendah, tidak naik kelas,

tidak lulus ujian akhir, dan sebagainya. Secara umum siswa-siswa yang seperti itu

dapat dipandang siswa-siswa yang mengalami masalah belajar. Secara lebih luas,

masalah belajar tidak hanya terbatas pada contoh-contoh yang disebutkan itu.

Masalah belajar mempunyai macam bentuk dan ragamnya, yang pada umumnya

dapat digolongkan diatas.

Sehubungan dengan itu maka usaha apapun yang dilakukan guru

disekolah pada hakikatnya diarahkan kepada pemberian pengalaman kepada para

siswanya sehingga secara kultural dan pribadi akan terjadi kegiatan belajar yang

relevan.

Dengan demikian pengelolaan, pengarahan dan kemudahan belajar

dikelas, memang merupakan tugas yang penting bagi para penyelenggara

pendidikan formal disemua jenjang. Disekolah modifikasi tingkah laku para siswa

direncanakan dan diarahkan secara sistematis dan cermat. Pencapaian dan prestasi

akademik para siswa, sedikit banyak, merupakan pencerminan atau pantulan dari

belajar yang direncanakan, dirahkan dan diharapkan. Ini berarti belajar yang

berupa itu mengandung ruang lingkup yang luas dan sangat berarti bagi

kebudayaan dan pribadi. Dari sini dapat dipahami bahwa kegitan belajar yang
3

dilakukan manusia itu berlangsung secara terus menerus, sepanjang hayat,

didalam sekolah maupun diluar sekolah, dibimbing atau tidak.2

Mengingat inti dari dari belajar itu berupa perubahan dan modifikasi,

padahal tidak semua perubahan dan modifikasi itu disebabkan oleh belajar,

kemudian timbulah pertanyaan ”Apakah yang dimaksud dengan perubahan

sebagai akibat dari belajar?” jawabnya adalah adalah, pertama, perubahan belajar

pada dasarnya adalah proses yang sadar. Artinya yang bersangkutan telah

melakukan sesuatu secara sadar dan pada dirinya dirasakan adanya perubahan

tertentu. Kedua, perubahan-perubahan yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan

belajar, pada hakikatnya merupakan aspek-aspek kepribadian, tingkah laku,

kecakapan, sikap dan perhatian yang terus menerus berfugsi pada dirinya, artinya,

pengalaman-pengalaman yang baru diperoleh bukannya statis, tetapi dinamis, dan

sekaligus mengandunng nilai- nilai positif dan aktif, bukanya negatif dan lemah.

Tegasnya, perubahan-perubahan yang dihasilkan oleh perbuatan belajar itu berupa

keterampilan dan kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, pengetahuan dan

apresiasi; yang dalam bahasa teknis yang sering dikenal dengan istilah ”Kognitif,

efektif dan psikomotoris”.3

Mengingat sering timbulnya masalah yang dialami peserta didik/siswa

dalam menyesuaikan diri dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi serta lingkungannya, maka bimbingan belajar disekolah sangat

2
Abror, Rachman, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya,1993),63.
3
Abror, Rachman, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya,1993),64.
4

diperlukan dan dikembangkan diSMK Persatuan 1 Tulangan dalam usaha

mencapai keberhasilan siswa. Dengan Konseling belajar siswa diharapkan

melakukan penyesuaian yang baik dalam situasi belajar yang seoptimal mungkin

sesuai dengan kemampuan-kemampuan yang ada padanya. Dan disinilah perlunya

bimbingan belajar seperti yang dikemukakan menurut pendapat Prayitno bahwa “

bimbingan belajar merupakan sala satu bentuk layanan bimbigan yang penting

diselenggarakan disekolah. Pengalaman menunjukkan bahwa kegagalan yang

dialami siswa dalam belajar tidak selalu disebabkan oleh kebodohan atau

rendahnya intelegensi. Sering kegagalan itu terjadi disebabkan mereka tidak

mendapat layanan bimbingan yang memadai. ”4

Salah satu sarana konseling belajar ialah bertujuan untuk meningkatkan

motivasi dalam berprestasi. Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari – hari

bahwa siswa yang mendapatkan nilai rendah atau prestasi rendah siswa tersebut

mempunyai motivasi yang rendah pula. “Belajar merupakan inti dari kegiatan

disekolah”5 . Maka wajiblah seorang siswa perlu konseling dalam belajarnya.

selain itu motivasi merupakan hal yang sangat penting dalam segala kegiatan.

Sehingga dapat di katakana bahwa motivasi merupakan kunci pokok keberhasilan

dan juga sebagai motor atau pendorong untuk membimbing siswa dalam

mencapai prestasi.

4
Prayitno, Erman Amti, Dasar-dasar bimbingan dan Penyuluhan, (Jakarta: Rineka Cipta,2004), 279.
5
Abu Ahmadi, Widodo Supriono, Psikologi belajar, (Jakarta: Rineka Cipta,1990),h. 104
5

Disinilah petugas sekolah khususnya pembimbing merupakan peranan

yang domain yang dapat memberi motivasi untuk memacu siswa dalam meraih

prestasinya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, sebagaimana tersebut diatas maka

dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana konseling belajar siswa kelas XI di SMK Persatuan 1 Tulangan

Sidoarjo?

2. Bagaimana motivasi berprestasi siswa kelas XI di SMK Persatuan 1 Tulangan

Sidoarjo?

3. Adakah hubungan konseling belajar dengan motivasi berprestasi siswa kelas XI

di SMK Persatuan 1 Tulangan – Sidoarjo. Jika ada, sejauh mana hubungan

antara konseling belajar dengan motivasi berprestasi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah diatas, maka dapat ditentukan tujuan

penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana konseling belajar siswa kalas XI SMK

Persatuan 1 Tulangan – Sidoarjo.

2. Untuk mengetahui bagaimana motivasi berprestasi siswa kelas XI SMK.

Persatuan 1 Tulangan.
6

3. Untuk mengetahui adakah hubungan konseling belajar dengan motivasi

berprestasi siswa kelas XI SMK Persatuan 1 Tulangan – Sidoarjo.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini, diharapkan nantinya bermanfaat sebagai berikut:

1. Untuk mendapatkan gambaran secara jelas adakah hubungan konseling

belajar dengan motivasi berprestasi pada siswa kelas XI SMK Persatuan 1

Tulangan.

2. Bagi ilmu pengetahuan , khususnya bidang bimbingan dan konseling dapat

memberikan masukan bagi penulis berikutnya.

3. Dapat bermanfaat bagi peneliti, berupa pengalaman praktis dalam bidang

ilmiah dan menambah wawasan.

E. Definisi Operasional

Disini penulis memberikan definisi, asumsi dan keterbatasan.

1.Definisi operasional

a. Konseling belajar

Konseling belajar adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara

tatap muka antara dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu

dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikiya,menyediakan

situasi belajar ”konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-

masalah dan menemukan kebutuhan yang akan datang” (Tolbert,1959).


7

Indikator yang diukur dalam variabel ini adalah :

1) Cara belajar yang efektif.

2) Cara memahami mata pelajaran.

3) Cara mengatur waktu belajar.

4) Cara belajar menghadapi ulangan atau ujian.

5) Cara mengatasi kesulitan belajar.

6) Cara pembentukan kelo mpok belajar.

b. Motivasi berprestasi

Motivasi berprestasi merupakan sala satu motif yang tergolong

dalam motivasi intrinsik. Adapun motivasi ini menunjukkan bahwa individu

menyadari kegiatan yang sedang diikuti bermanfaat untuknya karena sejalan

dengan kebutuhanya. Sedangkan teori lain mendenifisikan motivasi sebagai

suatu energi penggerak, pengarah, dan memperkuat tingkah laku. 6

Jadi motivasi dapat dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk

menyebabkan kondisi-kondisi tertentu sehingga seseorang itu mau dan

melakukan sesuatu dan bila ia tidak suka maka akan berusaha untuk

meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka. Seperti kita ketahui

sala-satu motiv yang berperan sangat besar sehingga mampu mempengaruhi

kehidupan manusia adalah motivasi berprestasi. Motivasi diperlukan untuk

memenuhi berbagai kebutuhan, sala satunya untuk berprestasi.

6
Prayitno, Profesionalisme konseling dan pendidikan konseling,(Jakarta: Depdikbut Dirjen Dikti
P2LPTK,1989), 8.
8

Motivasi berprestasi adalah suatu dorongan dari dalam diri seseorang

untuk mengatasi tantangan dan hambatan dalam mencapai tujuan”. 7

Motivasi berprestasi adalah sesuatu yang ada dan menjadi ciri khas

dari kepribadian seorang anak; sesuatu ya ng mengenai apa yang ada dan

dibawa dari lahir.

Dari kedua pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian

motivasi berprestasi adalah kemampuan mental (potensi) yang dimiliki

seseorang sejak lahir dan digunakan untuk mengatasi tantangan dan

hambatan guna mencapai tujuan.

Indikator yang akan diukur dalam variabel ini adalah :

1) Percaya diri.

2) Mandiri.

3) Ulet.

4) Optimis.

2. Asumsi

Asumsi adalah anggapan dasar yang diyakini oleh penulis dan

anggapan dasar ini tidak perlu diuji dalam penelitian. Dalam penelitian ini

penulis berasumsi bahwa :

a. Motivasi berprestasi siswa itu berbeda-beda, perbedaan itu dianggap

setara.

7
Dahlan, Al-Barry, kamus besar bahasa Indonesia (Surabaya: KBBI, 1994), 560.
9

b. Dalam kegiatan belajar mengajar, konseling belajar yang diberikan oleh

guru diharapkan dapat meningkatkan motivasi prestasi yag dimiliki oleh

siswa.

3. Keterbatasan

Penelitian ini dibatasi untuk menghindari pembahasan yang terlalu

luas, pembahasanya sebagi berikut :

a. Dalam penelitian ini peneliti hanya ingin mengetahui ada atau tidaknya

hubungan antara konselig belajar dengan motivasi berprestasi siswa.

b. Subyek penelitian yang dilaksanakan di SMK Persatuan 1 Tulangan siswa

kelas XI, karena kelas XI dapat menyesuaikan diri.

c. Penulisan ini hanya terbatas pada pengunaan metode angket dan

wawancara.

F. Metode Penelitian

1. Bentuk penelitian

Bentuk penelitian dalam skripsi ini adalah berbentuk penelitian

kuantitatif. Jenis penelitian kuantitatif sangat sesuai untuk diterapkan apabila

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan.

Dalam penelitian ini peneliti mengidentifikasi dua variable yang

nantinya akan dicari korelasi antara keduanya. Adapun variable tersebut

adalah sebagai berikut:


10

a. Independent variabel atau variable bebas (X) dalam hal ini adalah

Konseling Belajar.

b. Dependent variabel atau variable terikat (Y) dalam hal ini adalah Motivasi

Berprestasi siswa kelas XI di SMK Persatuan 1 Tulangan-Sidoarjo.

2. Populasi dan Sampel

a. Penentuan populasi.

Populasi adalah “Seluruh penduduk yang dimaksud untuk

diselidiki”.pengertian lain menyatakan Populasi adalah “keseluruan obyek

penelitian”.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah

keseluruan obyek atau siswa yang akan diteliti. Sedangkan dalam

penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa-siswi kelas XI SMK

Persatuan 1 Tulangan-Sidoarjo yang berjumlah 160 yang dikelompokkan

menjadi 4 kelas yaitu kelas XI Ak 1 sampai dengan kelas XI Ak 3 dan XI

Apk 1 dengan uraian sebagai berikut:

XI Ak 1 : 38 Siswa

XI Ak 2 : 40 Siswa

XI Ak 3 : 42 Siswa

XI APk 1 : 40 Siswa

b. Penentuan Sampel
11

Sampel adalah sebagian dari populasi atau wakil dari populasi. 8

Penyelidikan secara sampel ini dilakukan karena mengingat sempitnya,

keterbatasan waktu, dana, biaya dan tenaga serta faktor ekonomi lainnya.9

Dalam sampel ini peneliti mengambil sampel 25% dari populasi dengan

jumlah 40 siswa.

Menurut Suharsimi Arikunto untuk sekedar ancer-ancer jika

jumlah subyeknya kurang dari 100, lebih baik di ambil semuanya. Namun

jika lebih besar maka dapat di ambil antara 10%-15% atau 20-25%.10

Karena terdiri dari dua variabel yaitu konseling belajar dan

motivasi berprestasi, maka agar diperoleh sampel yang representatif,

teknik pengambilan sampelnya menggunakan teknik Stratified Random

Sampling, dengan mengambil sampel 25% dari jumlah siswa kelas XI di

SMK. Persatuan 1 Tulangan.

3. Jenis dan Sumber Data

1) Jenis Data

Jenis data yang diambil dalam penelitian ini meliputi dua macam

data yaitu:

a. Data Kualitatif

8
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1998 ), 79.
9
Ine I Amirman Yousda dan Arifin Zainal, Penelitian dan Statistik Pendidikan (Jakarta: Bumi Askara,
1993), 135.
10
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, 120.
12

Data kualitatif adalah data yang tidak bisa diukur secara

langsung.11 atau data-data yang tidak langsung berwujud dalam angka

tetapi dalam bentuk kategori-kategori. Adapun yang dimaksud dari

data kualitatif adalah sebagai berikut: gambaran umum SMK.

Persatuan 1 Tulangan, tentang letak geografis, visi dan misi sekolah,

struktur organisasinya dan hal-hal pendukung lainnya.

b. Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berhubungan langsung

dengan angka-angka atau bilangan. 12 Adapun yang dimaksud dengan

jumlah kuantitatif disini adalah jumlah siswa, jumlah tenaga guru, dan

lain sebagainya

2) Sumber Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

sumber pertama seperti hasil wawancara atau hasil angket yang

diajukan oleh peneliti kepada responden. Adapun yang menjadi

sumber data adalah guru BK, siswi-siswi SMK Persatuan 1 Tulangan.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah merupakan data-data yang diperoleh dan

digunakan untuk mendukung data/informasi data primer. Adapun data

11
Ine I Amirman Yousda dan Arifin Zainal, Penelitian dan Statistik Pendidikan, 129.
12
Ibid., 129.
13

sekunder tersebut adalah meliputi dokumen, buku-buku, media

cetak/Koran, internet, Koran, serta catatan apa saja yang berhubungan

dengan masalah ini dan khususnya yang dimiliki oleh SMK. Persatuan

1 Tulangan.

4. Metode Pengumpulan Data

Dalam rangka untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan metode pengumpulan data sebagai

berikut:

1. Metode Observasi

Metode observasi adalah metode pengumpulan data dimana

peneliti mengadakan pengamatan langsung di SMK. Persatuan 1

Tulangan, mengenai gejala-gejala yang di selidiki itu dilakukan dalam

situasi sebenarnya maupun dilakukan dalam situasi khusus.13

2. Metode Interview

Metode interview adalah cara pengumpulan data dengan jalan

tanya jawab atau percakapan secara intensif dengan suatu tujuan tertentu.

Wawancara dilakukan untuk mendapat berbagai informasi menyangkut

masalah yang diajukan dalam penelitian. Responden dilakukan kepada

responden yang sudah dipilih.14

3. Metode Angket

13
Winarno Surahman, Dasar dan Tehnik Research Meodologi Ilmiah (Bandung: Tarsito, 1990), 62.
14
Ibid., 140.
14

Metode angket adalah cara pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberikan pertanyaan tertulis kepada responden untuk

memperoleh informasi dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal ya ng

telah diketahuinya.

Sesuai dangan variabel yang telah penulis kemukakan diatas, maka

dalam penelitian ini ditetapkan metode angket yang akan digunakan baik

untuk mengungkap konseling belajar maupun untuk mengungkap motivasi

berprestasi siswa.

Ada bermacam – macam bentuk dan jenis angket, diantaranya sala

satu teori mengemukakan bahwa menggolongkan angket menjadi dua,

yaitu angket yang terstruktur (tertutup) dan angket tidak berstruktur

(terbuka). Yang dimaksud angket berstruktur atau tertutup adalah angket

yang memiliki sifat tegas dan konkrit, dengan pertanyaan yang terbatas,

sehingga responden hanya memberi cek atau silang pada jawaban tersebut.

Sedangkan yang dimaksud angket tak berstruktur atau terbuka adalan

angket yang dimana pertanyaan – pertanyaa masih memberikan

kesempatan yang seluas – luasnya bagi responden untuk menambahkan

jawaban yang belum lengkap dalam pertanyaan tersebut. Sedangkan

dalam pemberian skor jawaban untuk tiap item, menurut Moh. Nasir

bahwa: jawaban dibuat menjadi skala maka jawaban yang terbaik diberi

kode angka tertinggi dan yang terburuk diberi angka satu.


15

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan angket berstruktur atau

tertutup dengan alasan :

1. Menjaga kerasiaan responden/ subyek penelitian.

2. Lebih mudah pelaksanaannyabaik bagi responden / subyek penelitian.

3. Sesuai dengan tujuan peneliti yaitu untuk mengklasifikasikan

responden.

Sedangkan dalam pemberian skor untuk tiap jawaban angket ini,

peneliti memberikan nilai satu untuk jawaban terburuk dan nilai empat

untuk jawaban terbaik. Sebagaimana yang tertera dalam table berikut ini :

Tabel 1.
MODEL KUALIFIKASI JAWABAN ANGKET

Jawaban Skor Keterangan


A 4 Jawaban sangat tepat

B 3 Jawaban tepat

C 2 Jawaban tidak tepat

D 1 Jawaban sangat idak tepat

Adapun indikator variabel konseling belajar dan motivasi

berprestasi sebelum uji coba sebagai berikut:


16

Tabel 2.
INDIKATOR VARIABEL NOMOR ITEM ANGKET TENTANG
KONSELING BELAJAR

No Indikator Item Nomor Item


1 Cara belajar yang efektif 3 1,2,3
2 Cara memahami mata pelajaran 3 4,5,6
3 Cara mengatur waktu belajar 4 7,8,9,18
4 Cara menghadapi ulangan atau 2 10,11
ujian
5 Cara mengatasi kesulitan belajar 5 12,13,14,15,16
6 Cara pembentukan kelompok 3 19,20,17
belajar

Tabel 3.
INDIKATOR VARIABEL NOMOR ITEM ANGKET TENTANG
MOTIVASI BERPRESTASI

No Indikator Item Nomor Item


1 Percaya diri 4 1,2,3,4
2 Mandiri 6 5,6,7,8,9,10
3 Ulet 5 11,12,13,14,15
4 Optimis 5 16,17,18,19,20

4. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data yang

diperoleh dengan mela lui dokumen-dokumen penting yang berkaitan


17

dengan masalah. 15 Adapun data-data ini meliputi: catatan, transkip nilai,

buku, surat kabar, majalah, agenda dan lain sebagainya.

5. Tekhnik Analisa Data

Sesuai dengan judul ini, peneliti menggunakan dua metode

dalam menganalisa masalah, dengan menyesuaikan jenis data yang ada.

Adapun analisa yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Teknik Analisis Statistik

Yaitu suatu analisa yang bertujuan untuk mencari konklusi dari

data-data yang ada dengan menggunakan rumus prosentase. Dalam hal

ini kategori tinggi digunakan untuk mengetahui data tentang hubungan

konseling belajar di SMK Persatuan 1 Tulangan. Adapun rumus yang

peneliti gunakan adalah sebagai berikut:

P = F X 100%

b. Teknik Analisis Statistik

Adapun yang dimaksud dengan teknik analisa statistik adalah

merupakan teknik analisa dengan cara-cara ilmiah yang dipersiapkan

untuk penyelidikan yang berbentuk angka-angka.16

Adapun teknik analisa data statistik ini, peneliti gunakan untuk

mengetahui ada atau tidaknya hubungan konseling belajar dengan

15
Amirul Hadi, Metode Penelitian (Bandung: Pustaka Setia, 1998), 110
16
Hadi sutrisno, Metodologi Research (Yogyakarta: PT. Andi Jilid 3, 2000), 221
18

motivasi berprestasi siswa kelas XI SMK Persatuan Tulangan. Dalam

hal ini, peneliti menggunakan rumus “product momen”.

Rumus Product Moment sebagai berikut:17

N ∑ Xy − (∑ x ).( ∑ y)
r ( Xy ) =
((N ∑ x 2
) )(
− ( ∑ x . N ∑ y 2 − (∑ y )
2 2
)
rxy = jumlah yang terkait dalam "r" product mpment

S xy = jumlah hasil yang terkait "X" dan nilai "Y"

Sx = jumlah seluruh nilai "X"

Sy = jumlah seluruh nilai "Y"

Untuk mengetahui lemah kuatnya atau tinggi rendahnya

hubungan antara dua variabel tersebut dapat diketahui melalui

pedoman sebagai berikut:18

Tabel 4.
INTERPRETASI NILAI “r ”

Besarnya "r" product


Interpretasi
Moment
Sangat rendah atau sangat lemah
0,00-0,20
(dianggap tidak ada korelasi atau variabel 'X' dan "Y")
0,20-0,40 Antara variabel "X" dan "Y" terdapat korelasi rendah
Antara variabel "X" dan "Y" terdapat korelasi yang
0,40-0,70
sedang
0,70-0,90 Antara variabel "X" dan "Y" terdapat korelasi yang

17
Anas sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2006), 206.
18
Ibid., 193.
19

kuat atau tinggi


Antara variabel "X" dan "Y" terdapat korelasi yang
0,90-0,100
sangat kuat dan sangat tinggi

G. Hipotesa Penelitian

Pada dasarnya hipotesis adalah sebagai suatu jawaban yang

bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti

melalui data yang terkumpul dalam bentuk pernyataan yang berhubungan

antara variabel satu dengan variabel yang lain.19 Benar atau tidaknya suatu

hipotesis harus diuji terlebih dahulu.

Jadi hipotesis masih mempunyai kemungkinan salah atau benar.

Adapun hipotesis penelitian ini adalah:

1. Hipotesis Nihil (Ha)

Bahwa ada hubungan antara konseling belajar dengan motivasi

berprestasi siswa kelas XI SMK. Persatuan 1 Tulangan.

2. Hipotesis Kerja (Ho)

Bahwa tidak ada hubungan antara konseling belajar dengan motivasi

berprestasi siswa kelas XI SMK. Persatuan 1 Tulangan.

19
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek . (Yogyakarta: Rineka Cipta,
2002), 62
20

H. Sistematika Pembahasan

Untuk memberikan gambaran yang jelas dalam penulisan Skripsi ini,

penulis membagi menjadi empat bab, di mana antara bab satu dengan bab

selanjutnya saling keterkaitan sehingga penulisan Skripsi ini merupakan satu

kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Adapun sistematikanya adalah sebagai

berikut:

BAB I adalah pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional,

metode penelitian, hipotesa penelitian dan sistematika pembahasan.

BAB II adalah berbicara tentang kajian teoritis yang pembahasannya terdiri

dari konseling belajar meliputi: pengertian konseling belajar, tujuan

konseling belajar, fungsi konseling belajar, peranan guru dalam

konseling belajar. Dan sedangkan Motivasi berprestasi yang meliputi:

pengertian motivasi berprestasi, dan faktor-faktor yang

mempengaruhi motivasi berprestasi. Kemudian membahas tentang

hubungan konseling belajar dengan motivasi berprestasi siswa kelas

XI SMK. Persatuan I Tulangan.

BAB III Laporan hasil penelitian yang meliputi : letak geografi, gambaran

umum obyek, pengelolaan, struktur organisasi, visi dan misi,

keadaan guru, keadaan siswa, keadaan sarana dan prasarana, daftar

nama responden di SMK Persatuan 1 Tulangan, penyajian data

(Observasi, interview, angket), analisa data.


21

BAB IV adalah merupakan bab yang terakhir dalam penelitian skripsi ini yang

memuat kesimpulan dari seluruh rangkaian penelitian dan sebagai

penutup adalah saran-saran dari peneliti.

Anda mungkin juga menyukai