PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
2. Bagaimana sejarah perkembangan Bahasa Indonesia pada masa pasca
kemerdekaan?
C. Tujuan Penelitian
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kami putera dan puteri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu,
Tanah Air Indonesia.
Kami putera dan puteri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa
Indonesia.
3
Secara historis bahasa Indonesia berakar pada bahasa Melayu Riau sebab
bahasa yang dipilih sebagai bahasa nasional itu adalah bahasa Melayu, yang
sudah menjadi lingua franca di pelabuhan-pelabuhan perniagaan yang
tersebar di wilayah Nusantara, yang kemudian diberi nama bahasa Indonesia.
4. Adanya semangat kebangsaan yang besar dari pemakai bahasa daerah lain
untuk menerima bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan.
5. Ada nya semangat rela berkorban dari masyarakat Jawa demi tujuan yang
mulia.
4
1. Prasasti yang ditemukan di Kedukan Bukit berangka tahun 683 Masehi.
4. Prasasti yang ditemukan di Karang Brahi (antara Jambi dan Sungai Musi)
berangka tahun 686 Masehi.
6. Pada tahun 1356 ditemukan lagi sebuah prasasti yang bahasanya berbentuk
prosa diselingi puisi.
7. Pada tahun 1380 di Minye Tujoh, Aceh, ditemukan batu nisan yang berisi
suatu model syair tertua .
5
D. Perkembangan Bahasa Indonesia di Masa Pergerakan
6
2. Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan Ejaan Republik (Ejaan
Soewandi) sebagai ganti ejaan van Ophuysen yang berlaku sebelumnya.
Untuk lebih memahami mengenai Ejaan Republik (Ejaan Soewandi)
sebagai ganti ejaan va Ophuysen, yaitu sebagai berikut:
a. Ejaan van Ophuijsen
Pada tahun 1901 ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin, yang
disebut Ejaan van Ophuijsen, ditetapkan. Ejaan tersebut dirancang oleh
van Ophuijsen dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma'moer dan
Moehammad Taib Soetan Ibrahim.
b. Ejaan Soewandi
Pada tanggal 19 Maret 1947 ejaan Soewandi diresmikan
menggantikan ejaan van Ophuijsen. Ejaan baru itu oleh masyarakat
diberi julukan ejaan Republik.
Namun, setelah mengalami perkembangan, bahasa Indonesia
mengalami perubahan hingga menjadi ejaan bahasa Indonesia yang
disempurnakan, tetapi sebelumnya ejaan Melindo juga pernah
digunakan setelah ejaan Soewandi.
c. Ejaan Melindo
Pada akhir 1959 sidang perutusan Indonesia dan Melayu
(Slametmulyana-Syeh Nasir bin Ismail) menghasilkan konsep ejaan
bersama yang kemudian dikenal dengan nama Ejaan Melindo (Melayu-
Indonesia). Perkembangan politik selama tahun-tahun berikutnya
mengurungkan peresmian ejaan itu.
7
Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai
patokan pemakaian ejaan itu.
Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan
Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang
dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat
putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 (Amran Halim),
menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas.
Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat
putusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah.
8
Pada tahun 1950, bahasa Indonesia memasuki periode baru, dan semakin
terus-menerus dibina dan dikembangkan. Kedudukan bahasa Indonesia
menjadi bahasa ilmu, bahasa seni, bahasa politik, bahasa hukum dan bahasa
ekonomi. Selanjutnya, pada tanggal 16 Agustus 1972, Presiden Republik
Indonesia menetapkan pemakaian ejaan baru. Pemerintah juga melalui surat
keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengubah Lembaga Bahasa
Nasional menjadi Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa pada tanggal 1
Pebruari 1975. Berbagai usaha dilakukan lembaga ini untuk mengembangkan
bahasa Indonesia.
Penelitian-penelitian, penataran, penyuluhan, seminar dan konferensi-
konferensi digalakkan. Televisi Republik Indonesia (TVRI) dan Radio
Republik Indonesia (RRI) juga berperan dalam pembinaan bahasa Indonesia
melalui program-program siaranya.
Untuk itu, Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar hampir
di seluruh wilayah Indonesia, terutama daerah perkotaan. Hampir 87%
penduduk Indonesia dapat mengerti bahasa Indonesia. Sementara itu, lebih dari
65% penduduk Indonesia dapat menggunakan bahasa Indonesia. Pada
umumnya, bahasa ibu orang Indonesia adalah bukan bahasa Indonesia (sering
disebut bahasa daerah) dan baru mengenal bahasa Indonesia ketika masuk usia
sekolah karena bahasa pengantar di sekolah adalah bahasa Indonesia. Namun,
saat ini anak-anak Indonesia sudah mulai mengenal bahasa Indonesia sejak
masih kecil karena adanya siaran televisi atau radio dalam bahasa Indonesia.
Jumlah penduduk Indonesia yang hanya bisa menggunakan bahasa
Indonesia meningkat karena adanya perkawinan antarsuku. Selain itu, karena
faktor ekonomi, di kota-kota besar di Indonesia bahasa Indonesia sudah
menjadi bahasa pengantar dalam kehidupan sehari-hari.
Sebenarnya jumlah bahasa lain yang bukan bahasa Indonesia cukup
banyak. Jumlahnya adalah 706 bahasa. Dari jumlah tersebut, bahasa yang besar
dari sudut jumlah pemakai adalah bahasa Jawa, Sunda, Madura, Bali,
Minangkabau, dan Batak.
9
Namun Bahasa Indonesia memiliki fungsi sebagai alat pengembangan
kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dalam hubungan ini,
Bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang memungkinkan kita membina
dan mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga ia
memiliki ciri-ciri dan identitasnya sendiri, yang membedakannya dari
kebudayaan daerah. Pada waktu yang sama, Bahasa Indonesia kita pergunakan
sebagai alat untuk menyatakan nilai-nilai sosial budaya nasional kita.
Telah banyak buku-buku ilmiah dan sastra berbahasa Indonesia yang
diterjemahkan ke dalam bahasa asing. Hal ini menunjukkan bahwa Bahasa
Indonesia itu punya kedudukan tersendiri di mata internasional.
.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan dari makalah ini, bahwa bahasa Indonesia berasal dari
bahasa melayu. Bahasa melayu dipilih sebagai bahasa pemersatu (bahasa
Indonesia) karena:
B. Saran
11
DAFTAR FUSTAKA
12