Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Lensa adalah bagian jernih pada mata yang berfungsi memfokuskan cahaya
atau bayangan tepat pada retina. Lensa mata berasal dari ektoderm permukaan
berbentuk lempeng cakram bikonveks dengan tebal 4 mm dan diameter 9 mm. Lensa
terletak di bilik mata belakang menempati cekungan di depan vitreus yang disebut
fossa patellaris. Lensa bersifat avaskuler dan transparan. Komponen lensa terdiri dari
air dengan jumlah 65% dan sisanya berupa protein. Lensa diselubungi oleh kapsula
lentis yang bekerja sebagai membran semipermeabel yang melarutkan air dan
elektrolit sebagai makanannya. Substansi lensa terdiri dari korteks dan nukleus yang
tersusun atas lamela-lamela yang panjang dan konsentris. Secara fisiologik, lensa
mempunyai beberapa sifat, yaitu kenyal atau lentur karena memegang peranan
terpenting dalam akomodasi untuk menjadi cembung, jernih atau transparan karena
berfungsi sebagai media penglihatan, dan terfiksasi di tempatnya oleh zonula
zinnii.1,2,3
Kelainan pada lensa dapat berupa kekeruhan lensa yang disebut dengan
katarak. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang disebabkan
multifaktorial diantaranya dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa,
denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya yang biasanya mengenai kedua
mata dan berjalan progesif. Terdapat berbagai macam klasifikasi katarak, antara lain
katarak perkembangan yang terdir i dari katarak kongenital dan katarak juvenil,
katarak degeneratif, katarak komplikata, katarak traumatika, dan katarak yang
diinduksi oleh obat (drug induced). Biasanya kekeruhan lensa mengenai kedua mata
dan berjalan progresif atau dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang
lama.1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Anatomi dan Fisiologi Lensa Mata
2.1.1. Anatomi Lensa Mata
Lensa mata adalah struktur bikonveks yang transparan, avaskular, tak
berwarna dan hampir transparan sempurna dan dibungkus oleh capsula transparan.
Tebalnya sekitar 4 mm dengan diameter 9 mm.

Gambar 2.1. Penampang bola mata.4

Lensa terletak di belakang iris dan di depan vitreous serta dikelilingi oleh
processus siliaris.3 Lensa tersusun atas tiga bagian, yaitu:5
1. Capsula elastis, yang membungkus struktur. Capsula elastis adalah suatu
membran yang semipermeabel (sedikit lebih permeable daripada dinding
kapiler) yang akan memperbolehkan air dan elektrolit masuk
2. Epithelium cuboideum, yang terbatas pada permukaan anterior lensa.
3. Fibrae lentis, yang dibentuk dari epithelium cuboideum pada equator lentis.
Bagian ini menyususn sebagian besar lensa.
Gambar 2.2. Struktur lensa.6
Capsula lentis yang elastis terdapat dalam keadaan tegang, menyebabkan lensa
berada tetap dalam bentuk bulat dan bukan berbentuk diskus. Region ekuator
lensa dilekatkan pada processus ciliaris oleh ligamentum suspensorium. Tarikan
dari serabut-serabut suspensorium yang tersusun radial cenderung memipihkan
lensa yang elastis ini, sehingga mata dapat difokuskan pada objek-objek yang
jauh.5
Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum yang dikenal sebagai zonula
(zonula zinnii), yang tersusun dari banyak fibril dari permukaan korpus siliare dan
menyisip ke dalam ekuator lensa. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah, atau
saraf di lensa.3

Gambar 2.3. Epitel subkapsular lensa3


Untuk mengakomodasikan mata pada objek yang dekat, muskulus siliaris
berkontraksi dan menarik corpus siliaris ke depan dan dalam, sehingga serabut-
serabut ligamentum suspensorium menjadi relaksasi. Keadaan ini memungkinkan
lensa yang elastis menjadi lebih bulat. Dengan betambahnya usia, lensa menjadi
lebih padat dan kurang elastis. Akibatnya, kemampuan berakomodasi menjadi
berkurang (presbiopia). Kelemahan ini dapat diatasi dengan memakai lensa
tambahan berupa kacamata untuk membantu mata melihat benda-benda yang
dekat.5

2.1.2. Fisiologi Lensa Mata


Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Supaya hal
ini dapat dicapai, maka daya refraksinya harus diubah-ubah sesuai dengan sinar
yang datang sejajar atau divergen. Perubahan daya refraksi lensa disebut
akomodasi. Hal ini dapat dicapai dengan mengubah lengkungnya lensa terutama
kurvatura anterior. Pada jarak fokus pendek kontraksi otot siliar, serat zonula
melonggarkan, dan lensa menebal, sehingga menghasilkan bentuk bulat dan daya
bias demikian tinggi. Mengubah fokus ke obyek pada jarak yang lebih besar
memerlukan relaksasi otot siliar, yang pada gilirannya akan meningkatkan
ketegangan di zonula, mendatarkan lensa dan dengan demikian meningkatkan
jarak fokus.3
Crystallins adalah air larut protein yang membentuk lebih dari 90% dari
protein di dalam lensa. Ketiga jenis utama crystallins yang ditemukan di mata
adalah α-, β-dan γ-crystallins. Crystallins cenderung membentuk larut, tinggi
agregat berat molekul yang erat di serat lensa, sehingga meningkatkan indeks bias
lensa dengan tetap menjaga transparansi.3
Sel epitel lensa selalu berada di equator untuk membelah diri dan
berkembang menjadi serat lensa. Hal inilah yang membuat lensa selalu tumbuh
secara terus-menerus. Tempat di lensa dengan angka metabolik tertinggi adalah
lapisan epitel. Oksigen dan glukosa digunakan oleh epitel lensa untuk sintesis
protein dan transpor aktif elektrolit, karbohidrat, dan asam amino di dalam lensa.
Energi ini dibutuhkan lensa untuk mempertahankan pertumbuhan dan transparansi
lensa. Mempertahankan transparansi lensa merupakan hal yang tidaklah mudah
karena lensa adalaha avaskuler. Fungsi aquous humor adalah sebagai sumber
nutrisi dan pembersih dari produk buangan lensa.7
Aspek terpenting dari fisiologi lensa adalah mekanisme pengontrolan air
dan keseimbangan elektrolit untuk ke transparanan lensa. Gangguan hidrasi
selular dapat menyebabkan kekeruhan lensa karena ketergantungan sifat lensa
terhadap struktur dan komponen makromolekular.7
Normalnya, lensa mata manusia mengandung 65% air dan 35% protein.
Proses penuaan dapat menyebabkan perubahan komposisi ini yang sangat sedikit.
Bagian korteks lensa lebih terhidrasi dibandingkan bagian nukleus. Konsentrasi
natrium lensa dijaga sekitar 20 mM, sedangkan kalium sekitar 120 mM.
Kandungan natrium dan kalium di aqueous humor dan vitreous humor sangat
berbeda. Kadar kalium di bagian anterior lensa lebih tinggi di bandingkan
posterior. Kadar natrium di bagian posterior lensa lebih besar. Kombinasi
transport aktif dan permebilitas membran dapat disebut suatu sistem pompa-
kebocoran lensa (pump-leak system).7

Gambar 2.4. Jalur pergerakan cairan lensa berdasarkan pump-leak theory.7


Berdasarkan pump-leak theory, ion kalium bergerak ke bagian posterior
dan keluar ke aqueous humour. Dari luar ion natrium masuk secara difusi dan
bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion kalium dan keluar melalui
pompa aktif Na-K ATPase. Kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh Ca-
ATPase. Metabolisme lensa melalui glikolsis anaerob (95%) dan HMP-shunt
(5%). Jalur HMP shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan
ribose, juga untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose
reduktse adalah enzim yang mengubah glukosa menjadi sorbitol.7

Lensa adalah struktur kristalin berbentuk bikonveks dan


transparan. Lensa memiliki dua permukaan, yaitu permukaan
anterior dan posterior. Permukaan posterior lebih cembung
daripada permukaan anterior. Radius kurvatura anterior 10 mm dan
radius kurvatura posterior 6 mm. Diameter lensa adalah 9-10 mm
dan ketebalan lensa adalah 3,5 mm saat lahir hingga 5 mm saat
usia lanjut. Berat lensa 135 mg pada usia 0-9 tahun hingga 255 mg
pada usia 40-80 tahun (Khurana, 2007).

Lensa terletak di bilik posterior bola mata, di antara permukaan


posterior iris dan badan vitreus pada lengkungan berbentuk cawan
badan vitreus yang di sebut fossa hyaloid. Lensa bersama dengan
iris membentuk diafragma optikal yang memisahkan bilik anterior
dan posterior bola mata (Lang, 2000). Lensa tidak memiliki
serabut saraf, pembuluh darah, dan jaringan ikat. Lensa
dipertahankan di tempatnya oleh serat zonula yang berada di antara
lensa dan badan siliar. Serat zonula ini, yang bersal dari ephitel
siliar, adalah serat kaya fibrilin yang mengelilingi lensa secara
sirkular (Khurana, 2007).

2.1.2. Embriologi Lensa

Pada bulan pertama kehamilan permukaan ektoderm berinvaginasi


ke vesikel optik primitif yang terdiri atas neuroektoderm. Struktur
ektoderm murni ini akan berdiferensiasi menjadi tiga struktur,
yakni serat geometrik sentral lensa, permukaan anterior sel epithel,
dan kapsul hyalin aselular. Arah pertumbuhan struktur epithel yang
normal adalah sentrifugal. Sel yang telah berkembang sempurna
akan bermigrasi ke permukaan dan mengelupas. Pertumbuhan serat
lensa primer membentuk nukleus embrionik. Di bagian ekuator, sel
epithel akan berdiferensiasi menjadi serat lensa dan membentuk
nukleus fetus. Serat sekunder yang baru ini akan menggantikan
serat primer ke arah pertengahan lensa. Pembentukan nukleus fetus
yang mendekati nukleus embrionik akan sempurna saat lahir. Laju
pertumbuhan lensa fetus adalah 180 mg/tahun. Lensa fetus
berbentuk bulat sempurna (Lang, 2000).

2.1.3. Pertumbuhan Lensa

Lensa akan terus tumbuh dan membentuk serat lensa seumur


hidup, tidak ada sel yang mati ataupun terbuang karena lensa
ditutupi oleh kapsul lensa. Pembentukan serat lensa pada ekuator,
yang akan terus berlanjut seumur hidup, membentuk nukleus
infantil selama dekade pertama dan kedua kehidupan serta
membentuk nukleus dewasa selama dekade ketiga. Arah
pertumbuhan lensa yang telah berkembang berlawanan dengan
arah pertumbuhan embriologinya. Sel yang termuda akan selalu
berada di permukaan dan sel yang paling tua berada di pusat lensa.
Laju pertumbuhan lensa adalah 1,3 mg/tahun antara usia 10-90
tahun (Khurana, 2007).

2.1.4. Histologi Lensa

Secara histologis, lensa memiliki tiga komponen utama: 1. Kapsul


lensa

Lensa dibungkus oleh simpai tebal (10-20 μm), homogen, refraktil,


dan kaya akan karbohidrat, yang meliputi permukaan luar sel-sel
epithel. Kapsul ini merupakan suatu membran basal yang sangat
tebal dan terutama terdiri atas kolagen tipe IV dan glikoprotein.
Kapsul lensa paling tebal berada di ekuator (14 μm) dan paling
tipis pada kutub posterior (3 μm). Kapsul lensa bersifat
semipermeabel, artinya sebagian zat dapat melewati lensa dan
sebagian lagi tidak.

2. Epitel subkapsular
Epitel subkapsular terdiri atas sel epitel


kuboid yang hanya terdapat pada

permukaan anterior lensa. Epitel subkapsular yang berbentuk


kuboid akan berubah menjadi kolumnar di bagian ekuator dan akan
terus memanjang dan membentuk serat lensa. Lensa bertambah
besar dan tumbuh seumur hidup dengan terbentuknya serat lensa
baru dari sel-sel yang terdapat di ekuator lensa. Sel-sel epitel ini
memiliki banyak interdigitasi dengan serat-serat lensa.

3. Serat lensa
Serat lensa tersusun memanjang dan tampak


sebagai struktur tipis dan

gepeng. Serat ini merupakan sel-sel yang sangat terdiferensiasi dan


berasal dari sel-sel subkapsular. Serat lensa akhirnya kehilangan
inti serta organelnya dan menjadi sangat panjang. Sel-sel ini
berisikan sekelompok protein yang disebut kristalin.

Lensa ditahan di tempatnya oleh sekelompok serat yang tersusun


radial yang disebut zonula, yang satu sisinya tertanam di kapsul
lensa dan sisi lainnya pada badan siliar. Serat zonula serupa
dengan miofibril serat elastin. Sistem ini penting untuk proses
akomodasi, yang dapat memfokuskan objek dekat dan jauh dengan
mengubah kecembungan lensa. Bila mata sedang istirahat atau
memandang objek yang jauh, lensa tetap diregangkan oleh zonula
pada bidang yang tegak lurus terhadap sumbu optik. Bila melihat
dekat, muskulus siliaris akan berkontraksi, dan koroid beserta
badan siliar akan tertarik ke depan. Ketegangan yang dihasilkan
zonula akan berkurang dan lensa menebal sehingga fokus objek
dapat dipertahankan (Junqueira dan Carneiro, 2004).

2.1.5. Fungsi Lensa

Lensa adalah salah satu dari media refraktif terpenting yang


berfungsi memfokuskan cahaya masuk ke mata agar tepat jatuh di
retina. Lensa memiliki kekuatan sebesar 10-20 dioptri tergantung
dari kuat lemahnya akomodasi.

2.1.6. Komposisi Lensa

Lensa terdiri atas air sebanyak 65%, protein sebanyak 35%


(kandungan protein tertinggi di antara jaringan-jaringan tubuh),
dan sedikit sekali mineral dibandingkan jaringan tubuh lainnya.
Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada dijaringan lain.
Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi
maupun tereduksi. Lensa tidak memiliki serabut saraf, pembuluh
darah, dan jaringan ikat (Vaughan, 2007).

Protein lensa dapat dibagi menjadi dua berdasarkan kelarutannya


dalam air, yaitu protein laut air (protein sitoplasmik) dan protein
tidak larut air (protein sitoskeletal). Fraksi protein larut air sebesar
80% dari seluruh protein lensa yang terdiri atas kristalin. Kristalin
adalah protein intraselular yang terdapat pada epithelium dan
membran plasma dari sel serat lensa. Kristalin terbagi atas kristalin
alpha (α), beta (β), dan gamma (γ). Akan tetapi, kristalin beta dan
gamma adalah

bagian dari famili yang sama sehingga sering disebut sebagai


kristalin betagamma.

Kristalin alpha merepresentasikan 32% dari protein lensa. Kristalin


alpha adalah protein dengan besar molekul yang paling besar yaitu
sebesar 600-4000 kDa, bergantung pada kecenderungan
subunitnya untuk beragregasi. Kristalin alpha bukan merupakan
suatu protein tersendiri, melainkan gabungan dari 4 subunit mayor
dan 9 subunit minor. Setiap polipeptida subunit memiliki berat
molekul 20 kDa. Rantai ikatannya merupakan ikatan hidrogen dan
interaksi hidrofobik. Kristalin alpha terlibat dalam transformasi sel
epithel menjadi serat lensa. Laju sintesis kristalin alpha tujuh kali
lebih cepat di sel epitel dari pada di serat kortikal,
mengindikasikan penurunan laju sintesis setelah transformasi.

Kristalin beta dan gamma memiliki rangkaian asam amino


homolog dan struktur yang sama sehingga dapat dipertimbangkan
sebagai satu famili protein. Kristalin beta berkontribusi sebesar
55% dari protein larut air pada protein lensa.

Protein lensa yang tidak larut air dapat dibagi menjadi dua, yaitu
protein yang larut dalam urea dan yang tidak larut dalam urea.
Fraksi yang larut dalam urea terdiri atas protein sitoskeletal yang
berfungsi sebagai rangka struktural sel lensa. Fraksi yang tidak
larut urea terdiri atas membran plasma serat lensa.

Major Intrinsic Protein (MIP) adalah protein yang menyusun


plasma membran sebesar 50%. MIP pertama sekali muncul di
lensa ketika serat lensa mulai memanjang dan dapat di jumpai di
membran plasma di seluruh masa lensa. MIP tidak dijumpai di sel
epitel, maka dari itu MIP berhubungan dengan diferensiasi sel
menjadi serat lensa.

Seiring dengan meningkatnya usia, protein lensa menjadi tidak


larut air dan beragregasi membentuk partikel yang lebih besar yang
mengaburkan cahaya. Akibatnya lensa menjadi tidak tembus
cahaya. Selain itu, seiring dengan bertambahnya usia, maka makin
banyak protein yang larut urea menjadi tidak larut urea (American
Academy of Ophthalmology, 2007).

2.1.7. Metabolisme Lensa

Tujuan utama dari metabolisme lensa adalah mempertahankan


ketransparanan lensa. Lensa mendapatkan energi terutama melalui
metabolisme glukosa anaerobik. Komponen penting lain yang
dibutuhkan lensa adalah bentuk NADPH tereduksi yang
didapatkan melalui jalur pentosa yang berfungsi sebagai agen
pereduksi dalam biosintesis asam lemak dan glutation.
Metabolisme berbagai zat di lensa adalah sebagai berikut:
1. Metabolisme gula
Glukosa memasuki lensa dari aqueous
humor melalui difusi sederhana dan

difusi yang difasilitasi. Kira-kira 90-95% glukosa yang masuk ke


lensa akan difosforilasi oleh enzim hexokinase menjadi glukosa-6-
fosfat. Hexokinase akan tersaturasi oleh kadar glukosa normal
pada lensa sehingga apabila kadar glukosa normal telah dicapai,
maka akan reaksi ini akan terhenti. Glukosa-6-fosfat yang
terbentuk ini akan digunakan di jalur glikolisis anaerob dan jalur
pentosa fosfat.

Lensa tidak dilalui pembuluh darah sehingga kadar oksigen lensa


sangat rendah. Oleh karena itu, metabolisme utamanya
berlangsung secara anaerob yaitu glikolisis anaerob. Sebesar 70%
ATP lensa dihasilkan melalui glikolisis anaerob. Walaupun kira-
kira hanya 3% dari glukosa masuk ke siklus Krebs, tetapi siklus ini
menghasilkan 25% dari seluruh ATP yang dibentuk di lensa.

Jalur lain yang memetabolisme glukosa-6-fosfat adalah jalur


pentosa fosfat. Kira-kira 5% dari seluruh glukosa lensa
dimetabolisme oleh jalur ini dan dapat distimulasi oleh
peningkatan kadar glukosa. Aktivitas jalur pentosa fosfat di lensa
lebih tinggi dibandingkan di jaringan lain untuk menghasilkan
banyak NADPH yang berfungsi untuk mereduksi glutation.

Jalur lain yang berperan dalam metabolisme glukosa di lensa


adalah jalur sorbitol. Ketika kadar glukosa meningkat, seperti pada
keadaan hiperglikemik, jalur sorbitol akan lebih aktif dari pada
jalur glikolisis sehingga sorbitol akan terakumulasi. Glukosa akan
diubah menjadi sorbitol dengan bantuan enzim yang berada di
permukaan epitel yaitu aldosa reduktase. Lalu sorbitol akan
dimetabolisme menjadi fruktosa oleh enzim poliol dehidrogenase.
Enzim ini

memiliki afinitas yang rendah, artinya sorbitol akan terakumulasi


sebelum dapat dimetabolisme, sehingga menyebabkan retensi
sorbitol di lensa. Selanjutnya sorbitol dan fruktosa menyebabkan
tekanan osmotik meningkat dan akan menarik air sehingga lensa
akan menggembung, sitoskeletal mengalami kerusakan, dan lensa
menjadi keruh.

2. Metabolisme protein
Konsentrasi protein lensa adalah


konsentrasi protein yang tertinggi dari

seluruh jaringan tubuh. Sintesa protein lensa berlangsung seumur


hidup. Sintesis protein utama adalah protein kristalin dan Major
Intrinsic Protein (MIP). Sintesa protein hanya berlangsung di sel
epitel dan di permukaan serabut kortikal.

Lensa protein dapat stabil dalam waktu yang panjang karena


kebanyakan enzim pendegradasi protein dalam keadaan normal
dapat diinhibisi. Lensa dapat mengontrol degradasi protein dengan
menandai protein yang akan didegradasi dengan ubiquitin. Proses
ini berlangsung di lapisan epitelial dan membutuhkan ATP. Lensa
protein dirombak menjadi peptida oleh endopeptidase lalu
dirombak lagi menjadi asam amino oleh eksopeptidase.
Endopeptidase diaktivasi oleh megnesium dan kalsium dan bekerja
optimal pada pH 7,5. Substrat utama enzim ini adalah kristalin
alpha. Contoh endopeptidase adalah calpain. Calpain dapat
diinhibisi oleh calpastatin. Calpastatin adalah merupakan inhibitor
netral yang konsentrasinya lebih tinggi daripada calpain.

3. Glutation
Glutation (L-γ-glutamil-L-sisteinglisin) dijumpai


dalam konsentrasi yang

besar di lensa, terutama di lapisan epitelial. Fungsi glutation adalah


mempertahankan ketransparanan lensa dengan cara mencegah
aggregasi kritalin dan melindungi dari kerusakan oksidatif.

Glutation memiliki waktu paruh 1-2 hari dan didaur ulang pada
siklus γ- glutamil. Sintesis dan degradasi glutation berlangsung
dalam kecepatan yang sama. Glutation disintesis dari L-glutamat,
L-sistein, dan glisin dalam dua tahap yang membutuhkan 11-12%
ATP lensa. Glutation tereduksi juga didapatkan dari

aqueous humor melalui transporter khusus. Pemecahan glutation


mengeluarkan asam amino yang akan didaur ulang untuk
pembentukan glutation selanjutnya.
4. Mekanisme antioksidan
Lensa dapat mengalami kerusakan
akibat radikal bebas seperti spesies

oksigen reaktif. Spesies oksigen reaktif adalah sebutan untuk


sekelompok radikal oksigen yang sangat reaktif, merusak lipid,
protein, karbohidrat dan asam nukleat. Contoh-contoh radikal
oksigen adalah anion superoksida (O2-), radikal bebas hidroksil
(OH+), radikal peroksil (ROO+), radikal lipid peroksil (LOOH),
oksigen tunggal (O2), dan hidrogen peroksida (H2O2).

Mekanisme kerusakan yang diakibatkan oleh spesies oksigen


reaktif adalah peroksidasi lipid membran membentuk
malondialdehida, yang akan membentuk ikatan silang antara
protein dan lipid membran sehingga sel menjadi rusak.
Polimerisasi dan ikatan silang protein tersebut menyebabkan
aggregasi kristalin dan inaktivasi enzim-enzim yang berperan
dalam mekanisme antioksidan seperti katalase dan glutation
reduktase.

Lensa memiliki beberapa enzim yang berfungsi untuk melindungi


dari radikal bebas seperti glutation peroksidase, katalase dan
superoksida dismutase. Mekanisme antioksidan pada lensa adalah
dengan cara dismutasi radikal bebas superoksida menjadi hidrogen
peroksida dengan bantuan enzim superoksida dismutase. Lalu
hidrogen peroksida tersebut akan diubah menjadi molekul air dan
oksigen melalui bantuan enzim katalase. Selain itu, glutation
tereduksi dapat mendonorkan gugus hidrogennya pada hidrogen
peroksida sehingga berubah menjadi molekul air dengan bantuan
enzim glutation peroksidase. Glutaion tereduksi yang telah
memberikan gugus hidrogennya akan membentuk glutation
teroksidasi yang tidak aktif, tetapi NADPH yang berasal dari jalur
pentosa akan mengubahnya kembali menjadi glutation tereduksi
dengan bantuan enzim glutation reduktase.

5. Mekanisme Pengaturan Keseimbangan Cairan dan


elektrolit
Aspek fisiologi yang terpenting dalam menjaga
ketransparanan lensa

adalah pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit.


Ketransparanan lensa sangat bergantung pada komponen struktural
dan makromolekular. Selain itu, hidrasi lensa dapat menyebabkan
kekeruhan lensa.

Lensa mempunyai kadar kalium dan asam amino yang tinggi


dibandingkan aqueous dan vitreus dan memiliki kadar natrium dan
klorida yang lebih rendah dibandingkan sekitarnya. Keseimbangan
elektrolit diatur oleh permeabilitas membran dan pompa natrium
dan kalium (Na-K-ATPase). Pompa ini berfungsi memompa
natrium keluar dan memompa kalium untuk masuk.

Kombinasi dari transport aktif dan permeabilitas membran di lensa


di sebut teori pompa bocor. Kalium dan asam amino
ditransportasikan ke dalam lensa secara aktif ke anterior lensa
melalui epithelium. Lalu kalium dan asam amino akan berdifusi
melalui bagian posterior lensa. Sedangkan natrium masuk ke
dalam lensa di bagian posterior lensa secara difusi dan keluar
melalui bagian anterior lensa secara aktif.

Anda mungkin juga menyukai