PENDAHULUAN
1
Lapangan tersebut mahasiswa diharapkan dapat menerapkan dan
membandingkan teori yang di dapat dengan keadaan di lapangan serta melatih
profesionalisme mahasiswa dalam bekerja.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka pada pelaksanaan Praktik Kerja
Lapangan I yang dimulai tanggal 30 juli – 25 Agustus 2018 ini mengambil tema
“ Sistem Pelayanan dan Pengelolaan Rekam Medis di Rumah Sakit
Bhayangkara Wahyu Tutuko Bojonegoro”.
1.3 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Menambah pemahaman, pengetahuan dan pengalaman mahasiswa di
bidang Rekam Medis.
2
b. Sebagai sarana untuk menerapkan teori – teori ilmu perkuliahan rekam
medis.
c. Mahasiswa mengetahui perbedaan antara teori dan praktek di lapangan
mengenai rekam medis.
2. Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai bahan masukan dan evaluasi guna penelitian selanjutnya di
bidang rekam medis untuk meningkatkan mutu pendidikan.
3. Bagi Rumah Sakit
a. Mengetahui sejauh mana pelaksanaan Rekam Medis di Rumah Sakit
berdasarkan hasil analisa dari mahasiswa
b. Sebagai bahan masukan bagi rumah sakit khususnya unit Rekam Medis,
agar menjadi lebih baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Rumah sakit adalah tempat berkumpul sebagian besar tenaga kesehatan
dalam menjalankan profesinya, seperti dokter, dokter gigi, apoteker, perawat,
bidan, nutrisionis, fisioterapis, dan ahli rekam medik (Amir dan Hanafiah, 2008).
Sedangkan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit, menyebutkan bahwa rumah sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat.
4
c) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan
kesehatan.
d) Penyelenggaraan pendidikan penelitian dan pengembangan serta
penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan
pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan
bidang kesehatan.
5
kepada pasien dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan, maupun
yang mendapatkan pelayanan gawat darurat (Depkes, 2006).
Sedangkan menurut Permenkes Nomor 269 / MENKES / PER / IIII / 2008
Tentang Rekam Medis Pasal 1 disebutkan bahwa, yang dimaksud dengan rekam
medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien.
6
l) Mendokumentasikan pelayanan yang diberikan.
7
b) Membantu pemasaran pengawasan (surveillance)
c) Menilai kepatuhan sesuai standar pelayanan
d) Sebagai dasar pemberian akreditasi bagi professional dan rumah
sakit
e) Membandingkan organisasi pelayanan kesehatan
3) Riset
a) Mengembangkan produk baru
b) Melaksanakan riset klinis
c) Menilai teknologi
d) Studi keluaran pasien
e) Studi efektivitas serta analisis manfaat dan biaya pelayanan
pasien
f) Mengidentifikasi populasi yang berisiko
g) Mengembangkan registrasi dan basis / pangkalan data (data
base)
h) Menilai manfaat dan biaya sistem rekaman
4) Pengambilan Kebijakan
a) Megalokasikan sumber-sumber
b) Melaksanakan rencana strategis
c) Memonitor kesehatan masyarakat
5) Industri
a) Melaksanakan riset dan pengembangan
b) Merencanakan strategi pemasaran (Hatta, 2008).
8
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai medis, karena catatan
tersebut dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan /
perawatan / tindakan yang diberikan kepada seorang pasien dan dalam
rangka mempertahankan serta meningkatkan mutu pelayanan melalui
kegiatan audit medis, menejemen resiko klinis serta
keamanan/keselamatan pasien dan kendali biaya.
c. Aspek Hukum
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum, karena isinya
menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar
keadilan, dalam rangka usaha menegakkan hukum serta penyediaan
bahan sebagai alat bukti untuk menegakkan keadilan, rekam medis
adalah milik dokter dan rumah sakit sedangkan isinya yang terdiri dari
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan
lain yang telah diberikan kepada pasien adalah sebagai informasi yang
dapat dimiliki oleh pasien sesuai dengan peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku ( UU Praktik kedokteran RI No. 29 tahun 2004
pasal 46 ayat (1), Penjelasan).
d. Aspek Keuangan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai uang, karena isinya
mengandung data / informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek
keuangan. Kaitannya rekam medis dengan aspek keuangan sangat erat
sekali dalam hal pengobatan, terapi serta tindakan-tindakan apa saja
yang diberikan kepada seorang pasien selama menjalani perawatan di
rumah sakit, oleh karena itu penggunaan sistem teknologi komputer
didalam proses penyelenggaraan rekam medis sangat diharapakan
sekali untuk diterapkan pada setiap instansi pelayanan kesehatan.
e. Aspek Penelitian
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian, karena
isinya menyangkut data dan informasi yang dapat dipergunakan
sebagai aspek pendukung penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan dibidang kesehatan.
9
f. Aspek Pendidikan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena
isinya menyangkut data / informasi tentang perkembangan kronologis
dan kegiatan pelayanan medis yang diberikan kepda pasien,informasi
tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan / referensi pengajaran
dibidang profesi pendidikan kesehatan.
g. Aspek Dokumentasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena
isinya menyangkut sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan
dipakai sebagai bahan pertanggung jawaban dan laporan rumah sakit.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi dapat
diaplikasikan penerapannya didalam penyelenggaraan dan pengelolaan
rekam medis yang cukup efektif dan efisien (RI, Depkes, 2006).
10
f. Pembetulan hanya dapat dilakukan dengan cara pencoretan tanpa
menghilangkan catatan yang dibetulkan dan di ubuhi para doter,
dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang bersangkutan.
11
10. Persetujuan tindakan bila dibutuhkan
B. Isi rekam medis pasien rawat inap dan perawatan satu hari sekurang
kurangnya memuat :
1. Identitas pasien
2. Tanggal dan waktu
3. Hasil anamnesis
4. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
5. Diagnosis
6. Rencana penatalaksanaan
7. Pengobatan dan atau tindakan
8. Persetuuan bila diperlukan
9. Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan
10. Ringkasan pulang
11. Nama dan tanda tangan dokter atau tenaga kesehatan lain
12. Pelayanan lain yang di berikan oleh tenaga kesehatan tertentu
13. Untuk pasien kasus gigi di lengapi dengan odontogram klinik.
12
Sejalan dengan Permenkes Nomor 269 Tahun 2008, berkas rekam
medis milik sarana pelayanan kesehatan dan isi rekam medis milik pasien
dalam bentuk ringkasan rekam medis. Ringkasan rekam medis dapat
diberikan, dicatat, atau dicopy oleh pasien atau orang yang diberi kuasa atau
atas persetujuan tertulis pasien atau keluarga pasien yang berhak untuk itu.
13
pekerjaan yang dilakukan dapat konsisten dan sesuai aturan. Prosedur
merupakan serangkaian langkah yang saling berhubungan sebagai
pedoman pekerjaan sehingga mencapai tujuan yang telah ditentukan (Budi,
2011 ).
Alur Pendaftaran Pasien Rawat Jalan :
14
pengantar dirawat dari pihak yang berwenang. Dalam hal ini pihak
yang memberi surat pengantar adalah dokter dari klinik atau
pelayanan rawat darurat di fasilitas pelayanan kesehatan tersebut
bukan dari fasilitas pelayanan yang lain (Budi, 2011).
15
11.Apabila berkas lengkap maka dilakukan pengkodingan dan diindex
untuk membuat laporan dan statistik rawat inap.
12.Berkas rekam medis disimpan diruang penyimpanan.
16
3. Bila pasien membawa surat rujukan maka surat rujukan tersebut
dilampirkan pada berkas rekam medisnya.
4. Petugas rekam medis mengantar berkas rekam medis pasien ke IGD.
5. Setelah dilakukan pemeriksaan, maka dokter mencatat riwayat peyakit,
hasil pemeriksaan, diagnosa dan terapi pada kartu lembar rekam medis
pasien.
6. Petugas IGD membuat sensus harian IGD.
7. Keesokan harinya seluruh berkas rekam medis IGD berikut
rekapitulasi pasien diambil petugas rekam medis.
8. Petugas rekam medis memeriksa kelengkapan pengisian rekam medis
dan data yang belum lengkap dikembalikan ke IGD untuk dilengkapi.
9. Petugas rekam medis mengolah berkas rekam medis yang sudah
lengkap, dikoding, dimasukkan dalam kartu index.
10. Berkas rekam medis disimpan ke ruang penyimpanan sesuai dengan
urutan nomor rekam medis.
2.3.2 Identifikasi
17
a. Wawancara langsung dengan sumbernya atau orang lain.
b. Petugas harus teiti dalam mencatat atau entri data identitas pasien.
2.3.3 Penamaan
Menurut Budi (2011) penamaan dalam rekam medis adalah tata cara
penulisan nama seseorang yang bertujuan untuk membedakan satu pasien
dengan pasien lain dan untuk memudahkan dalam pengindeksan (indeks
utama pasien atau IUP). Penulisan nama dan nomor rekam medis di lakukan
pada setiap lembar formulir rekam medis.
18
2. Nama orang Cina, Korea, Vietnam dan sejenisnya.
19
b. Penulisan gelar atau pangkat dituliskan dibelakang nama pasien untuk
pasien yang seharusnya mempunyai gelar didepan namanya maka gelar
tetap dituliskan nama pasien. Misalnya pada pasien yang sudah menikah
dengan nama Prof.Habibi maka penulisan nama pada berkas rekam
medisnya adalah Habibi, Prof. Bp
d. Nama pada sampul berkas rekam medis ditulis dengan menggunakan huruf
kapital hal ini untuk mempermudah membaca nama pasien.
e. Pada lembar identitas pasien disertakan nama penanggung jawab yang sah
seperti pasien anak anak penanggung jawabnya ayah, laki laki yang sudah
menikah pennggung jawabnya dirinya sendiri, atau perempuan yang sudah
menikah penanggung jawabnya suaminya.
2.3.4 Penomoran
Sistem penomoran dalam pelayanan rekam medis yaitu tata cara
penulisan nomor yang diberikan kepada pasien yang datang berobat sebagai
bagian dari identitas pribadi pasien yang bersangkutan. Nomor rekam medis
memiliki berbagai kegunaan yaitu sebagai petunjuk pemilik berkas rekam
medis pasien yang bersangkutan, untuk pedoman dalam tata-cara
penyimpanan (penjajaran) berkas rekam medis dan sebagai petunjuk dalam
pencarian berkas rekam medis yang telah tersimpan di filing.
Ada tiga sistem pemberian nomor pasien masuk ( Admission Numbering
System ) yaitu :
Pada sistem ini, petugas pendaftaran memberikan nomor baru (berkas baru)
pada setiap kali pasien datang berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan.
20
Petugas memberikan nomor baru tanpa membedakan antara pasien baru atau
pasien lama, sehingga seorang pasien bisa saja memiliki sejumlah berkas
rekam medis sesuai jumlah kunjungannya ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Pada sistem ini, KIB dan KIUP praktis tak diperlukan karena seorag
pasien dapat memiliki lebih dari KIB dan KIUP bila pasien datang berobat
untuk kunjungan berikutnya petunjuk yang digunakan yaitu buku register
dengan cara menyakan nama dan tanggal terakhir berobat. Meskipun dengan
cara ini pelayanan di pendaftaran akan lebih cepat, akan tetapi cara ini akan
menggunakan banyak formulir rekam medis. Hal ini karena setiap pasien
datang bertambah jika berkas rekam medisnya, sehingga akan terjadi
pemborosan berkas rekam medis. Selain itu akan mempercepat penuhnya rak
penyimpanan berkas rekam medis, karena setiap pasien yang datang memiliki
berkas rekam medis yang baru untuk disimpan di rak yang sesuai dengan
metode penyimpanan.
Pada sistem ini setiap pasien yang berkunjung ke pelayanan kesehatan akan
mendapatkan satu nomor rekam medis, ketika pasien tersebut pertama kali
datang tercatat sebagai pasien difasilitas pelayanan tersebut. Nomor (berkas)
21
rekam medis ini dapat digunakan untuk semua pelayanan kesehatan yang
bersangkutan, tanpa membedakan pelayanan rawat jalan, rawat darurat, rawat
inap atau penunjang medis.
Pada sistem ini pelayanan pendaftaran akan lebih cepat jika pemisahan
antara loket pasien baru dan lama. Untuk proses pendaftaran manual, pasien
yang tidak membawa KIB, dapat menggunakan petunjuk mencari berkas
rekam medis lama dengan KIUP dengan cara menanyakan nama pasien yang
bersangkutan kemuadian dicari nomor rekam medisnya didalam KIUP.
Sistem ini merupakan perpaduan antara sistem seri dan unit yaitu dengan
memberikan nomor baru (rekam medis baru) kepada seluruh pasien yang
berkunjung tetapi kemudian untuk pasien lama akan dicarikan berkas rekam
medisnya yang lama dan akan digabung dengan berkas rekam medis baru dan
selanjutnya digabung dengan menggunakan nomor (berkas) baru. Pada tempat
berkas lama diberikan petunjuk penggabungan ketempat berkas yang baru.
22
Kelebihan sistem ini yaitu pelayanan menjai lebih cepat karena tidak
memilah untuk pasien baru atau lama semua pasien yang datang seolah – olah
dianggap sebagai pasien baru untuk dibuatkan berkas baru.
Dari ketiga sistem untuk pemberian nomor pada berkas rekam medis setiap
pasien datang menggunakan sistem yang dianjurkan adalah sistem pemberian
nomor unit karena memiliki kelebihan yaitu :
1. Semua berkas rekam medis pada pasien memiliki satu nomor dan terkumpul
dalam satu folder,
23
akan diberikan kertas pembatas yang menonjol sehingga dapat mempermudah
pencarian formulir dalam berkas rekam medis.
2.4.2 Analisa
a. Analisa Kuantitatif
Analisa Kuantitatif adalah suatu analisis terhadap kelengkapan data
rekam medis pada formulir rekam medis dengan melakukan review terhadap
2) Kejelasan pencatatan.
24
Tujuan analisa kuantitatif adalah untuk menentukan ada
kekurangan agar dapat dikoreksi pada saat pasien masih dirawat dan
untuk mengidentifikasi bagian yang tidak lengkap agar mudah
dikoreksi dengan adanya suatu prosedur sehingga rekam medis
menjadi lebih lengkap dan dapat digunakan untuk pelayanan pasien.
1) Review Identifikasi
2) Review Pelaporan
3) Review Pencatatan
25
4) Review Autentifikasi
b. Analisa Kualitatif
b) Diagnosa tambahan.
c) Preoperative diagnosis.
d) Postoperative diagnosis.
26
g) Diagnosis utama.
h) Diagnosis akhir.
i) Diagnosis kedua.
27
b) Mudah dibaca, tulisan harus dapat dibaca oleh orang lain
tinta yang digunakan harus tahan lama dan penulisan
dilakukan dengan hati - hati dan lengkap.
1. Identitas pasien.
5. Diagnosa.
28
6. Rencana penatalaksanaan.
10.Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan
yang memberikan pelayanan kesehatan.
Rumus :
IMR
= x X 100 %
y PPPPDF
= 100 %
29
30
2.4.3 Coding
Menurut Budi (2011) kegiatan pengkodean adalah pemberian
penetapan kode dengan menggunakan huruf dan angka atau kombinasi
antara huruf serta angka yang mewakili komponen data. Kegiatan yang
dilakukan dalam Coding meliputi kegiatan pengkodean diagnosis penyakit
dan pengkodean tindakan medis.
Tenaga rekam medis sebagai pemberi kode bertanggung jawab atas
kekurangan kode. Kecepatan dan ketetapan coding dari suatu diagnosis
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya tulisan dokter yang sulit
dibaca, diagnosis yang tidak spesifik, dan ketrampilan petugas coding dalam
pemilihan code.
a. Penetapan diagnosis yang salah sehingga menyebabkan hasil
pengkodean salah.
b. Penetapan diagnosis yang benar, tetapi petugas pengkodean salah
menentukan kode, sehingga hasil pengkodean salah.
c. Penetapan diagnosis dokter kurang jelas, kemudian dibaca salah oleh
petugas pengkodean, sehingga hasil pengkodean salah.
Oleh karena itu kualitas hasil pengkodean bergantung pada
kelengkapan diagnosis, kejelasan tulisan dokter, serta profesionalisme dokter
dan petugas pengkodean.
31
2.4.4 Indexsing
Menurut Budi (2011) indek dalam arti bahasa yaitu daftar kata atau
istilah penting yang terdapat dalam buku tersusun menurut abjad yang
member informasi tentang halaman tempat kata atau istilah tersebut
ditemukan.
Menurut Hatta (2008) kegiatan indeksing adalah membuat tabulasi
sesuai dengan kode yang sudah dibuat kedalam kartu indeks.
Adapun jenis – jenisnya meliputi :
A. Index penyakit
Kartu catalog yang berisikan kode penyakit pasien yang berobat di rumah
sakit.
Cara penyimpanan :
1. Disusun berdasarkan nomor urut menurut nomor urut.
2. Pengisian dengan tinta pada akhir tahun, baris terakhir di bawahnya dibuat
garis warna merah.
B. Index operasi atau tindakan
Menurut catalog yang berisikan kode tindakan atau operasi pasien yang
berobat dirumah sakit.
Cara penyimpanan :
1. Disusun berdasarkan nomor urut menurut nomor urut.
2. Pengisian dengan tinta pada akhir tahun, baris terakhir di bawahnya dibuat
garis warna merah.
C. Index Dokter
Kartu catalog berisi nama dokter yang memberikan pelayanan medis
kepada pasien kegunaannya :
1. Untuk menilai pekerjaan dokter
2. Bukti pengendalian
D. Index Kematian
Informasi yang tepatdalam index kematian. Cara penyimpanan disusun
menurut nomor index kematian.
E. Index Pasien
32
Kartu catalog yang berisi nama semua pasien yang pernah berobat di
rumah sakit. Kegunaannya adalah sebagai kunci untuk menemukan berkas
rekam medis seorang pasien.
2.4.5 Penjajaran
Contoh :
07 05 55
Primer Sekunder Tersier
01 – 05 – 97 44 – 31 – 56 77 – 54 – 67
01 – 05 – 98 44 – 31 – 57 77 – 54 – 68
01 – 05 – 99 44 – 31 – 58 77 – 54 – 69
a) Bila akan sekaligus mengambil 50 buah rekam medis dengan nomor yang
berurutan dari rak untuk keperluan pendidikan, penelitian atau untuk
diinaktifkan akan sangat mudah.
33
b) Petugas akan saling berdesakan karena petugas terkonsentrasi di rak
penyimpanan nomor rekam medis untuk nomor besar yaitu rekam medis
dengan nomor terbaru.
29 – 96 – 76 95 – 02 – 45 04 – 25 – 56
30 – 96 – 76 96 – 02 – 45 05 – 25 – 56
31 – 96 – 76 97 – 02 – 45 06 – 25 – 56
34
untuk. Setiap section sehingga mudah mengingat letak dokumen rekam
medis.
d) Rekam medis yang tidak aktif dapat diambil dari rak penyimpanan dari
setiap section, pada saat ditambahnya rekam medis baru di section
tersebut.
e) Jumlah rekam medis untuk setiap section terkontrol dan bisa dihindarkan
timbulnya rak-rak kosong.
a) Latihan dan bimbingan bagi petugas penyimpanan dalam hal sistem angka
akhir, mungkin lebih lama dibandingkan latihan menggunakan sistem
nomor langsung tetapi umumnya petugas dapat dilatih dalam waktu yang
tidak lama.
35
05 – 60 – 99 09 – 54 – 35 99 – 56 – 99
06 – 60 – 00 09 – 54 - 36 00 – 57 – 00
b) Terjadi rak - rak kosong pada beberapa section, apabila rekam medis
dialihkan ke tempat penyimpanan tidak aktif.
c) Sistem angka tengah tidak dapat digunakan dengan baik untuk nomor
nomor yang lebih dari 6 angka (Depkes, RI. 1997).
2.4.6 Filling
36
Menurut Budi (2011) filling adalah sistem yang digunakan pada
penyimpanan berkas rekam medis agar kemudahan kerja penyimpanan dapat
diciptakan dan penemuan dengan cepat guna dibutuhkan. Ditinjau dari lokasi
pnyimpanan DRM, maka cara penyimpanann dibagi menjadi 3 cara, menurut
Rustiyanto (2011) :
1. Sentralisasi
Semua berkas rekam medis pasien disimpan dalam satu berkas dan satu
tempat, baik untuk rawat jalan maupun rawat inap.
Kelebihannya :
a. Mengurangi terjadinya duplikasi dalam pemeliharaan dan
penyimpanan.
b. Megurangi jumlah pembiayaan, untuk peralatan dan pembuatan
ruangan.
c. Peningkatan efisiensi petugas dalam penyimpanan atau penemuan
kembali dokumen rekam medis.
d. Lebih efektif didalam pelaksanaan koordinasi dan kontrol
penyimpanan.
e. Penggunaan alat dan prosedur lebih mudah diseragamkan.
f. Dokumen rekam medis lebih terjamin keselamatannya baik fisik
maupun informasinya.
g. Memudahkan dalam pelaksaan penyusutan dokumen rekam medis.
h. Lebih mudah dalam menjaga hubungan data, baik data RJ, RI, IGD.
Kekurangannya :
a. Petugas lebih sibuk, karena menangani rawat jalan dan rawat inap.
b. Sistem penerimaan pasien harus 24 jam.
c. Jika tempat / unit kerja berjauhan maka akan menimbulkan
permasalahan bagi penggunaan atau pemakaian dokumen rekam
medis, sehingga nilalli akan Accesbility kurang terpenuhi.
2. Desentralisasi
Sistem penyimpanan berkas yang terpisah antara data yang satu dengan
yang lain. Didalam sistem desentralisasi penyimpanan dokumen rekam medis
ada beberapa rumah sakit untuk pelayanan dibagian poliklinik disimpan
37
dibagian pendaftaran atau unit kerja rekam medis rawat jalan dan dokumen
rekam medis rawat inap disimpan dibagian pencatatan medis atau unit rekam
medis.
Kelebihan :
Kekurangan :
3. Sentralisasi Elektronik
Kelebihan :
Kekurangan :
38
Penyusutan rekam medis adalah suatu kegiatan pengurangan berkas
rekam medis dari rak penyimpanan dengan cara :
a. Memindahkan berkas rekam medis in aktif dari rak file aktif ke rak file
in aktif dengan cara memilah pada rak file penyimpanan sesuai dengan
tahun kunjungan.
b. Memikrofilmisasi berkas rekam medis inaktif sesuai ketentuan yang
berlaku.
c. Memusnahan berkas rekam medis yang telah dimikrofilm dengan cara
tertentu sesuai ketentuan yang berlaku.
d. Dengan melakukan scanner pada berkas rekam medis (Budi, 2011).
Tujuan penyusutan (retensi) rekam medis :
a. Mengurangi jumlah berkas rekam medis yang semakin bertambah.
b. Menyiapkan fasilitas yang cukup untuk tersedianya tempat
penyimpanan berkas rekam medis yang baru.
c. Tetap menjaga kualitas pelayanan dengan mempercepat penyiapan
rekam medis jika sewaktu - waktu diperlukan.
d. Menyelamatkan rekam medis yang bernilai guna tinggi serta
mengurangi yang tidak bernilai guna / nilai guna rendah atau nilai
gunanya telah menurun.
39
d. Penyimpanan rekam medis dan ringkasan pulang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat(3) dilaksanakan oleh petugas yang
ditunjuk oleh pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
40
a. DRM yang dinili adalah DRM yang telah 2 tahun inaktif.
b. Indiktor yang dipergunakan untuk menilai DRM inaktif :
41
2 MATA 5 Tahun 10 Tahun 2 Tahun 2 Tahun
42
BAB III
HASIL
43
Dinas milik Kabag Serse dan Kabag Bin Polwil Bojonegoro. Pembangunan
Rumah Sakit Bhayangkara Wahyu Tutuko Bojonegoro dilaksanakan secara
gotong royong oleh anggota Polri (khususnya Polwil Bojonegoro) pada tanggal
3 Mei 2002 di resmikan sebagai TPS (tempat perawatan sementara). Pada tahun
2006 berdasarkan keputusan polri No. Polkep / I / II / 2006 tahun 2006 TPS
Wahyu Tutuko Bojonegoro berubah menjadi Rumah Sakit Bhayangkara Wahyu
Tutuko Bojonegoro.
44
3.1.3 Struktur Organisasi
45
3.1.4 Visi, Misi dan Moto Rumah Sakit Bhayangkara Wahyu
Tutuko Bojonegoro
1. Visi
Menjadi Rumah Sakit Bhayangkara yang mampu mengemban fungsi
Dokpol dan Kespol secara profesional dan mejadi Rumah Sakit
pilihan utama masyarakat Bojonegoro.
2. Misi
a. Meningkatkan kualitas pelayanan Kesehatan bagi anggota polri
dan PNS, keluarga dan masyarakat umum dengan
mengedepankan fungsi Dokpol.
b. Meningkatkan fasilitas kesehatan meliputi sarana dan prasarana
penunjang pelayanan kesehatan.
c. Meningkatkan kemampuan sumbr daya manusia Rumah Sakit
Bhayangkara Wahyu Tutuko Bojonegoro.
d. Meningkatkan peran serta dukungan kepolisian terhadap kasus –
kasus kriminal khususnya menyakngkut korban kekerasan dan
kejahatan seksual terhadap perempuan.
e. Meningkatkan kepercayaan dan mengembangkan kerja sama
dengan poliklinik, bidan dan dokter praktek swasta.
f. Mewujudkan penelolaan anggaran secara transparan, akuntabel,
efektif dan lancar.
3. Motto
Tutuko Bojonegoro
Unit pelayanan di Rumah Sakit Bhayangkara Wahyu Tutuko
Bojonegoro saat ini adalah :
1. Pelayanan Medis
1) Medical Check Up.
2) Poli Gigi.
3) Poli Spesialis
46
a. Anak.
b. Bedah Umum.
c. Othophaedi dan Traumatologi.
d. Urologi.
e. Obgyn dan Ginekologi.
f. Syaraf.
g. Penyakit Dalam.
h. THT.
i. Jiwa.
j. Mata.
47
k) Ruang Pendaftaran.
l) Ruang Kasir.
m) Mushola.
n) Ruang Loundry.
o) Pos Satpam.
p) Toilet.
q) Ambulance & Mobil Jenazah.
r) Tempat Parkir.
48
penyimpanan adalah melakukan retensi file kemudian apabila pasien
datang berobat tahun 2010 sampai seterusnya maka file yang lama
disisipkan pada file yang baru, sedangkan untuk pasien baru langsung
dibuatkan file baru, kemudian disimpan menggunakan sistem
sentralisasi.
Dengan adanya perubahan penyimpanan terdapat beberapa
kendala yang dihadapi oleh pihak rumah sakit. Salah satu adalah
kendala utama yang dihadapi adalah kekurangan sumber daya
manusia tetapi pihak rumah sakit segera menutupi kekurangan itu
dengan merekrut pegawai baru. Selain sumber daya manusia kendala
lain yang dihadapi adalah ruang loket yang masih terpisah dengan
ruang filing. Dengan berjalannya waktu akhirnya ruang loket dan
ruang filing di Rumah Sakit Bhayangkara Wahyu Tutuko Bojonegoro
dijadikan dalam satu ruangan. Untuk sistem penomoran di Rumah
Sakit Bhayangkara Wahyu Tutuko Bojonegoro.
Mengunakan unit numbering sistem (UNS), sedangkan sistem
penjajaran sendiri mengunakan terminal digit filing (TDF). Di rekam
medis Rumah Sakit Bhayangkara Wahyu Tutuko Bojonegoro
memiliki Visi, Misi, Moto rekam medis diantaranya :
1. Visi rekam medis
Menjadi pusat informasi terpercaya.
2. Misi rekam medis
Meningkatkan informasi yang cepat, tepat dan akuran.
3. Moto rekam medis
Pusat informasi tepat, akurat, relefan.
BAB IV
PEMBAHASAN
49
4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Bhayangkara Wahyu Tutuko
Bojonegoro
Klasifikasi rumah sakit diatur pada UU No. 44 tahun 2009 tentang
rumah sakit dan Permenkes No. 56 tahun 2014 tentang klasifikasi rumah
sakit. Rumah sakit umum tipe / kelas A,B,C,D, dan D pratama (D pratama
didirikan dan diselenggarakan untuk menjamin ketersediaan dan
meningkatkan eksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan tingkat
kedua dan hanya dapat didirikan dan diselenggarakan didaerah tertinggal,
perbatasan, atau kepulauan).
Rumah Sakit Bhyangkara Wahyu Tutuko Bojonegoro, berdasarkan
surat keputusan dari KEMENKES ditetapkan sebagai Rumah Sakit tipe D,
dan rumah sakit tersebut telah melaksanakan akreditasi dan dinyatakan lulus
TK perdana.
Pelayanan Spesialis untuk rumah sakit tipe D meliputi :
a. Poli Anak.
b. Poli Kandungan.
c. Poli Bedah Umum.
d. Poli Penyakit Dalam.
Dan dalam proses naik ke tipe C rumah Sakit Bhayangkara Wahyu Tutuko
Bojonegoro menambahkan poli spesialis berupa poli orthopedi, syaraf, mata, dll
dengan jam pelayanan yang telah ditetapkan (tidak setiap hari).
4.2.1 Pendaftaran
Hatta (2008) yang menyatakan pasien mendaftar ketempat
penerimaan pasien, petugas pendaftaran mencatat pada buku register pasien,
nomor rekam medis dan data identitas pasien, membuat KIB untuk diberikan
kepada pasien yang harus dibawa apabila pasien tersebut berobat pulang.
50
Hasil yang kami amati dalam sistem pendaftaran di Rumah Sakit
Bhayangkara Wahyu Tutuko Bojonegoro TPPRJ, TPPRI, TPPIGD masih
menjadi satu, hal tersebut terjadi dikarenakan keterbatasan ruangan dan petugas
pendaftaran, sehingga akan timbul antrian baik pasien rawat jalan, rawat inap,
dan IGD.
KIB belum diberlakukan ulang karena setelah dilakukan evaluasi
dengan aplikasi SIM RSBWT yang saat ini ada, KIB sementara dinilai kurang
efektif dikarenakan :
a. Pasien lupa membawa KIB.
b. Efisiensi biaya administrasi khususnya pasien dengan penjamin
asuransi.
Register pasien pendataan dalam bentuk softcopy untuk hardcopy di
evaluasi tidak efektif, untuk pendaftaran di buku register dalam hardcopy
dilakukan apabila ada gangguan software saja.
Untuk pengecekan pasien rawat inap dan pasien pulang belum
terintegrasi pada program SIMRS, tetapi masih dilakukan secara manual oleh
petugas pendaftaran dalam program microsoft excel.
4.2.2 Identifikasi
Hatta (2008) yang menyatakan bila pasien membawa surat rujukan maka
surat rujukan tersebut dilampirkan pada berkas rekam medisnya.
Hasil yang kami amati mengenai sistem identifikasi di Rumah Sakit
Bhayangkara Wahyu Tutuko Bojonegoro yaitu wawancara langsung dengan
sumbernya atau keluarga pasien, petugas akan meminta apabila identitas pasien
seperti KTP, KK, SIM apabila pasien datang tidak membawa identitas maka
petugas melakukan edukasi untuk melengkapi guna persyaratan maupun data
dalam SIMRS.
Pasien rawat jalan dengan penjaminan biaya JKN maka harus bisa
menunjukkan persyaratan berupa rujukan asli dari PKK 1, KTP, KIS dan
persyaratan tersebut akan dipergunakan untuk mencetak Surat Eligibilitas Peserta
( SEP ).
51
Apabila pasien dengan penjaminan biaya JKN tidak membawa surat
rujukan maka petugas pendaftaran akan mengedukasi kepada pasien untuk
meminta surat rujukan dari PKK 1 dan memberitahukan jadwal poli.
Untuk pasien IGD keluarga disuruh mendaftar ke tempat pendaftaran di
periksa dokter rawat inap atau rawat jalan, apabila pasien ingin rawat jalan maka
dokter cukup memberi resep dan menyarankan di bagian apotek untuk
mengambil obat, apabila pasien ingin rawat inap maka dokter menyarankan
keluarga untuk kembali kebagian pendaftaran untuk mengurus administrasi rawat
inap dan memesan ruang keperawatan yang diinginkan.
Adapun kegiatan yang dilakukan adalah:
a. Pasien rawat jalan lama
1. Registrasi pasien rawat jalan lama.
2. Wawancara dengan pasien.
Menanyakan pada pasien terakhir kunjungan dan petugas meng-
update data poli yang dituju, tanggal berobat dan dokter yang
melayani pada aplikasi SIMRS.
52
Identitas pada bayi baru lahir berfungsi untuk pengenalan atau
ciri bagi bayi tersebut agar tidak trtukar bayi satu dengan
lainnya. Untuk itu prosedur identifikasi sebagai berikut :
a. Keluarga bayi datang ke tempat pendaftaran untuk mengisi
berkas rekam medis dan menandatangani general consent
b. Petugas mendaftar pasien dan memasukkan data ke SIMRS
c. Petugas mengantar berkas ke ruang neonatus
Untuk indentitas bayi baru lahir data yang perlu dicatat
adalah :
1. Nama bayi.
2. Nama ayah.
3. Nama ibu.
4. Alamat orangtua.
5. Waktu lahir.
6. Data – data bayi (berat badan, tinggi badan, jenis
kelamin, kelahiran tunggal atau kembar).
7. Tanda tangan dokter atau bidan.
8. Cap sidik telapak kaki kiri dan kanan bayi.
4.2.3 Penamaan
Menurut Budi (2008) penamaan dalam rekam medis adalah tata cara
penulisan nama seseorang yang bertujuan untuk membedakan satu pasien dengan
pasien lain dan untuk memudahkan dalam pengindeksian.
Dari hasil yang kami amati mengenai sistem penamaan di Rumah Sakit
Bhayangkara Wahyu Tutuko Bojonegoro dengan cara mencatat nam pasien
sesuai identitas dan menggunakan huruf kecil – kecil. Penulisan nama pasien
dapat dilakukan sesuai dengan prosedur berikut:
1. Formulir yang isinya mengenai data identitas pasien harus diisi dengan
lengkap, benar, dan akurat.
2. Pengkoreksian data dilaksanakan pada setiap saat pasien mendaftar, baik
sebgai pasien rawat jalan maupun rawat inap.
3. Data identitas yang harus dilengkapi ke dalam formulir identitas adalah
sesuai dengan format yang tersedia, antara lain:
a) Nomor rekam medis.
b) Nama pasien
I. Pasien laki – laki dewasa yang sudah beristri di depan nama
diberi “Tn”, yang belum beristri di depan nama diberi “Sdr”.
53
II. Pasien wanita yang sudah bersuami di depan nama diberi
“Ny”, yang belum bersuami di depan nama diberi “Nn”.
III. Pasien anak di depan nama diberi “An” dengan ketentuan
berusia <18 tahun. Menurut undang – undang No. 23 tahun
2009 pasal (1) anak adalah seorang yang belum berusia 18
tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan.
4.2.4 Penomoran
Menurut Budi (2011) sistem penomoran dalam pelayanan rekam medis
yaitu tata cara penulisan nomor yang diberikan kepada pasien yang datang
berobat sebagai bagian dari identitas pribadi pasien yang bersangkutan.
Hasil yang kami amati di Rumah Sakit bhayangkara Wahyu Tutuko
Bojonegoro untuk sistem penomoran yang digunakan adalah sistem unit atau
unit numbering sistem (UNS) dimana saat pasien berkunjung pertama kali ke
rumah sakit akan diberikan satu nomor rekam medis baik pasien rawat jalan,
rawat inap yang akan dipakai selamanya mulai kunjungn pertama kali dan
sampai pasien sudah tidak berkunjung lagi (meninggal) dengan sistem unit
rekam medis pasien memiliki satu nomor dan terkumpul dalam satu map.
Sehingga sistem penomoran yang ada di Rumah Sakit Bhayangkara Wahyu
Tutuko Bojonegoro sudah berjalan sesuai teori Budi (2011).
Adapun prosedur penulisan nomor sebagai berikut:
1. Unit rekam medis membuat satu nomor bagi pasien abru berdasarkan
nomor yang ada di register penerimaan pasien.
2. Nomor rekam medis tersebut digunakan di tempat penerimaan pasien.
3. Pemberian nomor menggunakan sistem unit, 6 digit dimulai dari 00 00
01 sampai dengan 99 99 99 kartu indeks disusun dalam rak menurut
abjad untuk memudahkan pengambilan dan penyimpanan kembali bila
ada permintaan data atau penelitian.
54
sekedar merakit atau mengurutkan satu halaman yang lain sesuai dengan aturan
yang berlaku.
Dari hasil yang kami amati dalam sistem assembling sudah berjalan
dengan baik, berkas rekam medis dirakit dan diperiksa kelengkapan isinya.
Untuk assembling hal tersebut sudah sesuai dengan teori Budi (2011).
Incomplete Medical Record, merupakan tipe ketidaklengkapan berkas rekam
medis ketika berkas rekam medis kembali dari unit pelayanan.
4.3.2 Filling
Menurut Budi (2011) penyimpanan digunakan untuk menyimpan berkas
rekam medis agar memudahkan kerja penyimpanan dapat diciptakan dan
penemuan dengan cepat bila dibutuhkan.
Menurut obsevasi yang kami lakukan penyimpanan di Rumah Sakit
Bhayangkara Wahyu Tutuko Bojonegoro menggunakan sistem sentralisasi
yang semua berkas dokumen rekam medis pasien disimpan dalam satu
berkas dan satu tempat, baik untuk rawat jalan dan rawat inap. Sedangkan
penjajaran di Rumah Sakit Bhayangkara Wahyu Tutuko Bojonegoro
menggunakan sistem Straight Numbering Filling nomor akhir yang
digunakan sebagai acuan dan nomor tengah yang akan berubah atau
mengikuti nomor yang digunakan. Kurangnya petugas menjadi alasan
utama, sehingga apa yang ada di lapangan tidak sesuai dengan teori Budi
(2011).
4.3.3 Indexing
Menurut Budi (2011) index dalam arti bahasa yaitu daftar kata atau istilah
penting yang terdapat dalam buku tersusun menurut abjad yang memberi
informasi tentang halaman tempat kata atau istilah tersebut ditemukan.
Hasil yang kami amati mengenai sistem indexing di Rumah Sakit
Bhayangkara Wahyu Tutuko Bojonegoro belum diberlakukan secara keseluruhan,
karena terbatasnya petugas index yang melakukan indexing.
55
Rumah Sakit hanya menyangkut kematian dan 10 besar penyakit. Hal tersebut
belum sesuai dengan teori Budi (2011).
4.3.4 Analising
a. Analisa Kuantitatif
2) Kejelasan pencatatan.
b. Analisa Kualitatif
56
terdapat formulir rekam medis yang belum lengkap dalam pengisian formulir
diantaranya diagnosa keluar, tanda tangan dan nama terang, nama perawat
atau dokter, jam tindakan operasi, diantara 30 berkas ada 18 berkas yang
tidak lengkap dan 12 berkas lengkap.
Rumus
IMR
= 60%
57
4.3.5 Coding
Menurut Budi (2011) coding bertujuan untuk menyeragamkan nama
dan golongan penyakit, cidera, gejala, dan faktor yang mempengaruhi
kesehatan, di Indonesia mengharuskan menggunakan klasifikasi penyakit
revisi 10 (ICD-10, International Statistical Classification of Disease and
Related Health Problem Tenth Revision), sedangkan untuk tindakan medis
pengkodean dilakukan menggunakan ICD-9CM.
58
2. Memikrofilmisasi berkas rekam medis in aktif sesuai ketentuan
yang berlaku.
3. Memusnahkan berkas rekam medis yang telah dimikrofilm
dengan cara tertentu sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Dengan melakukan scanner pada berkas rekam medis.
Menurut Permenkes 269 tahun 2008 pemusnahan adalah:
1. Rekam medis pasien di rumah sakit wajib disimpan sekurang –
kurangnya untuk jangka waktu 5 tahun terhitung dari tanggal
terakhir pasien berobat atau dipulangkan.
2. Setelah batas waktu 5 tahun sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilampaui, rekam medis dapat dimusnahkan, kecuali
ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medic.
3. Ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) harus disimpan untuk jangka waktu 10
tahun terhitung dari tanggal dibuatnya ringkasan tersebut.
4. Penyimpanan rekam medis dan ringkasan pulang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan (3) dilaksanakan oleh petugas yang
ditunjuk oleh pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
Setelah dilakukannya retensi yang perlu dicatat adalah :
1. Nomor urut.
2. Nomor rekam medis.
3. Tahun kunjungan terakhir.
4. Diagnosa.
5. Kode diagnose.
59
Menurut observasi yang kami lakukan mengeni sistem
retensi di Rumah Sakit Bhayangkara Wahyu Tutuko Bojonegoro
belum sesuai dengan Permenkes 269 tahun 2008 dan SOP Rumah
Sakit Bhayangkara Wahyu Tutuko Bojonegoro, dimana berkas
yang sudah terakhir berkunjung selama 5 tahun silam akan
dipindah ke inaktif dan disini berkas yang dipindahkan mulai
tahun 2007. Berkas tersebut masih belum memiliki ruangan
sendiri, dan ada beberapa berkas yang disimpan di ruang DIKLIT.
Hal ini akan berdampak buruk untuk kerahasiaan dokumen
rekam medis karena disimpan disembarang tempat. Megenai
sistem pemusnahan di Rumah Sakit Bhayangkara Wahyu Tutuko
Bojonegoro belum ada aturan mengenai jangka waktu untuk
melakukan pemusnahan karena terbatasnya petugas.
60
BAB V
5.1 Kesimpulan
b. Identifikasi
Proses identifikasi pada rumah sakit bhayangkara dengan
menggunakan kartu keluarga, kartu tanda penduduk serta dengan
menggunakan kartu peserta JKN apabila mempunyai.
c. Penamaan
61
Menurut standard prosedur operasional (SOP) sistem penamaan
rumah sakit Bhayangkara Wahyu Tutuko Bojonegoro meliputi :
1. Formulir yang isinya mengenai data identitas pasien harus diisi
dengan lengkap, benar dan akurat.
2. Pengoreksian data dilaksanakan pada setiap saat pasien
mendaftar, baik sebagai pasien rawat jalan maupun rawat inap.
3. Data identitas pasien yang harus di lengkapi kedalam formulir
identitas.
d. Penomoran
Prosedure di Rumah Sakit Bhayangkara Wahyu Tutuko
Bojonegoro sudah di lakukan untuk pemilahan berkas yang aktif ke
inaktif tetapi, untuk pemusnahan telah dilakukan penghancuran
DRM dengan menggunakan mesin penghancur yang ada.
5.2 Saran
62
lengkap supaya dilengkapi sehingga ada perubahan dalam
pengisian berkas rekam medis yang lebih baik dan lengkap sesuai
aturan Permenkes 269 tahun 2008 pasal 2 ayat 1.
12. Berkas dari ruangan kita terima, kemudian kita masukkan ke dalam
buku register yang di dalamnya terdapat : Nomor, hari / tanggal,
ruangan, alamat, cara masuk, nomor RM dan tanggal masuk.
Kegiatan ini kami lakukan sebelum memulai kegiatan Assembling,
selanjutnya pada kegiatan Assembling kami melakukan pengurutan
berkas rekam medis yang telah di isi oleh dokter ataupun perawat
yang bertugas, berkas yang di urutkan meliputi lembar - lembar
seperti catatan keperawatan, lembar masuk dan keluar pasien
resume medis dan masih banyak yang lainnya. Setelah berkas kita
urutkan, kemudian kita melakukan analising. Dari beberapa berkas
yang kami dapatkan kemudian kami menjumpai terdapat beberapa
berkas yang belum lengkap seperti kurang lengkapnya tanda tangan
perawat, tanggal keluar pasien, diagnosa keluhan pasien, nama
terang serta tanda tangan dokter yang biasanya belum lengkap.
63