Bab 3
Bab 3
TINJAUAN PUSTAKA
1. Luka terbuka
Yaitu luka yang terpapar oleh udara karena adanya kerusakan pada kulit
tanpa atau disertai kerusakan jaringan di bawahnya. Luka terbuka merupakan jenis
luka yang banyak dijumpai. Jenis-jenis luka terbuka antara lain:
2. Luka tertutup
Yaitu cedera pada jaringan di mana kulit masih utuh atau tidak mengalami
luka. Misalnya :
Luka memar (kontusio)
Hematoma
4. Luka kotor
Yaitu luka yang kotor. Tingkat infeksi ± 40%
1. Luka Akut
Luka akut yaitu luka yang baru terjadi yang dapat sembuh sesuai dengan
lama fase penyembuhan yang normal (waktu penyembuhan luka dapat
diperkirakan) Contoh : luka lecet, luka robek, luka operasi tanpa komplikasi.
2. Luka kronik
Luka kronik yaitu luka yang telah berlangsung lama karena mengalami
kegagalan dalam proses penyembuhan yang normal atau luka yang sering kambuh
(waktu penyembuhan luka tidak dapat diperkirakan) Contoh : ulkus pada
penderita diabetes melitus (ulkus diabetik atau kaki diabetik), ulkus akibat
tekanan (pressure ulcer), ulkus akibat gangguan vaskular.
Gambar 3.1 Perbedaan Luka Kronik dan Akut
3.3.3 Patofisiologi
Ulkus kaki diabetes disebabkan tiga faktor yang sering disebut trias, yaitu:
iskemi, neuropati, dan infeksi. Kadar glukosa darah tidak terkendali akan
menyebabkan komplikasi kronik neuropati perifer berupa neuropati sensorik,
motorik, dan autonom.
Penderita diabetes juga menderita kelainan vaskular berupa iskemi. Hal ini
disebabkan proses makroangiopati dan menurunnya sirkulasi jaringan yang
ditandai oleh hilang atau berkurangnya denyut nadi arteri dorsalis pedis, arteri
tibialis, dan arteri poplitea; menyebabkan kaki menjadi atrofi, dingin, dan kuku
menebal. Selanjutnya terjadi nekrosis jaringan, sehingga timbul ulkus yang
biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai.
3.3.4 Klasifikasi
Ada beberapa klasifikasi derajat ulkus kaki diabetik dikenal saat ini
seperti, klasifikasi Wagner, University of Texas wound classification system (UT),
dan PEDIS ( Perfusion, Extent / size, Depth / tissue loss, Infection, Sensation ).
Klasifikasi Wagner banyak dipakai secara luas, menggambarkan derajat luas dan
berat ulkus . Kriteria diagnosa infeksi pada ulkus kaki diabetik bila terdapat 2 atau
lebih tanda-tanda berikut : bengkak, indurasi, eritema sekitar lesi, nyeri lokal,
teraba hangat lokal, adanya pus. Infeksi dibagi dalam infeksi ringan (superficial,
ukuran dan dalam terbatas), sedang (lebih dalam dan luas), berat (disertai tanda-
tanda sistemik atau gangguan metabolik). Termasuk dalam infeksi berat seperti
fasiitis nekrotikan, gas gangren, selulitis asenden, terdapat sindroma
kompartemen, infeksi dengan toksisitas sistemik atau instabilitas metabolik yang
mengancam kaki.
3.3.5 Diagnosis
A. Riwayat
B. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan ulkus dan keadaan umum ekstremitas
Pemeriksaan ulkus harus dilakukan secara cermat,teliti dan sistematis.
Inspeksi harus bisa menjawab pertanyaan, apakah ulkusnya superfisial
atau dalam, apakah mengenai tulang, sehingga bisa ditetapkan derajat
ulkus secara akurat.
b. Penilaian risiko insufisiensi vaskular
Riwayat klaudikasio intermiten, perubahan tropi kulit dan otot,
pemeriksaan pulsasi arteri, ABI, Doppler arteri, dilakukan secara
sistematis. Iskemia berat atau kritis, apabila ditemukan tanda infeksi,
kaki teraba dingin, pucat, tidak ada pulsasi, adanya nekrosis, tekanan
darah
ankle < 50 mmHg (Ankle Brachial Index < 0,5), TcPO2 < 30mmHg,
tekanan darah jari < 30mmHg
c. Penilaian risiko neuropati perifer
Riwayat tentang gejala-gejala neuropati, pemeriksaan sensasi tekanan
dengan Semmes-Weinstein monofilament 10 g, pemeriksaan sensasi
vibrasi dengan garpu tala 128 Hz
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis
dan harus disesuaikan dengan temuan klinis.
1. Tes laboratorium klinis
yang mungkin diperlukan dalam situasi klinis yang sesuai meliputi
glukosa darah puasa atau acak, glikohemoglobin (HbA1c), jumlah darah lengkap
(CBC) dengan atau tanpa diferensial, tingkat sedimentasi eritrosit (ESR), kimia
serum, protein C-reaktif, alkalin fosfatase, luka dan kultur darah, dan urinalisis.
2. Imaging
Untuk mengevaluasi kelainan tulang diperlukan imaging standar yaitu
rontgen anteroposterior, lateral, dan oblique, dari rontgen tersebut dapat dinilai
elainan tulang kortikal seperti demineralisasi, erosi, reaksi periosteal, lucencies,
dan osteolisis yang akan diindikasikan osteomielitis.
Tingkat sensitivitas dan spesifitas rontgen yang rendah, dapat dilakukan
pencitraan dengan MRI untuk dapat membantu untuk mengetahui tingkat
gangguan tulang dan jaringan lunak, namun MRI tidak dapat membedakan antara
arthropathy Charcot dan osteomyelitis dengan spesifisitas tinggi
Gambar 3.4 Penilaian Ulkus Diabetikum
9. Obat-obatan
Penggunaan steroid atau imunosupresan jangka panjang dapat
menurunkan daya tahan tubuh yang dapat menghambat penyembuhan luka
3.5 Penatalaksanaan Luka
Beberapa prinsip umum penatalaksanaan luka adalah:
1. Lingkungan luka yang lembab (moist environment)
2. Oksigenasi yang baik (misalnya dengan pemberian cairan yang optimal
dan menghentikan perdarahan)
3. Menghilangkan faktor-faktor yang menghambat penyembuhan luka seperti
jaringan nekrotik, infeksi, dan sebagainya
Wound dressing atau bebat luka adalah suatu bahan yang digunakan untuk
menutup luka dan atau menghentikan perdarahan pada luka.
Berdasarkan bahannya, saat ini terdapat beberapa jenis wound dressing yaitu:
1. Kassa
a. Dapat digunakan sebagai dressing primer atau sekunder pada luka dengan
atau tanpa infeksi
b. Merupakan absorben (penyerap eksudat) yang cukup kuat
c. Mempunyai efek debrideman, tetapi tidak selektif sehingga jaringan
normal dapat ikut terlepas dari luka dan menimbulkan rasa nyeri bila
dilepaskan dari luka (debrideman mekanik)
d. Dapat meninggalkan serpihan kain/benang kasa pada luka
e. Memerlukan larutan atau gel untuk mempertahankan kelembaban
permukaan luka
2. Tule (tulle)
Merupakan dressing yang mengandung air dalam jumlah besar yang dapat
memberikan efek menyejukkan dan mengurangi nyeri pada luka. Karakteristik :
a. Digunakan sebagai dressing primer pada luka dengan atau tanpa infeksi
dengan eksudat yang minimal
b. Memberikan lingkungan luka yang lembab
c. Mempunyai efek debrideman autolitik
d. Dapat mengisi dead space (rongga yang masih ada setelah penutupan luka)
e. Tidak nyeri bila dilepaskan dari luka
f. Memerlukan dressing sekunder