Anda di halaman 1dari 12

METODE PELAKSANAAN

LINGKUP PEKERJAAN :

1. PEKERJAAN PERSIAPAN (DIVISI 1) :


a. Mobilisasi
b. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
2. PEKERJAAN TANAH (DEVISI 3) :
a. Galian Perkerasan berbutir
b. Penyiapan Badan Jalan
c. Pembersihan dan Pengupasan Lahan
3. PEKERASAN BERBUTIR (DEVISI 5)
a. Lapis pondasi aggregat Kelas A
b. Lapis pondasi aggregat Kelas B
4. PEKERJAAN ASPAL (DEVISI 6)
a. Lapis resap pengikat-Aspal Cair
b. Lapis Perekat - Aspal Cair
c. Laston Lapis Aus (AC-WC)
d. Laston Lapis Aus Perata (AC-WC(L))
e. Bahan anti pengelupasan
5. PENGEMBALIAN KONDISI DAN PEKERJAAN MINOR (DEVISI 8)
a. Lapis Pondasi Agregat Kelas A utk Pekerjaan Minor
b. Lapis Pondasi Agregat Kelas B utk Pekerjaan Minor
c. Campuran Aspal Panas untuk Pekerjaan Minor

Semua item-item pekerjaan tersebut diatas akan dilaksanakan sesuai spesifikasi teknis dan menurut
volume pekerjaan yang tersedia dalam daftar kuantitas dan harga.

I. PEKERJAAN PERSIAPAN (DIVISI 1) :


A. PEKERJAAN MOBILISASI
1. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan Persiapan adalah pekerjaan awal yang meliputi kegiatan-kegiatan pendahuluan
untuk mendukung permulaan proyek meliputi :
i. Pembuatan Job Mix Design
Sebelum pekerjaan utama dilaksakan terlebih dahulu dilaksakan pengambilan
sampel bahan dari quary di Sungai yang berada di lokasi setempat atau yang
berdekatan dengan lokasi tersebut, diantanya: batu, pasir dan aspal selanjutnya dibawa
ke laboratorium job Mix Formula/Job Mix Design yang akan dipakai sebagai acuan
kerja dalam pelaksanaan proyek.
ii. Kantor Lapangan dan Fasilitasnya
Tahap berikutnya penentuan lokasi basecamp,pembuatan kantor Lapangan dan
fasilitasnya dilokasi proyek dan kemudian dilanjutkan dengan mobilisasi peralatan
yang diperlukan sesuai dengan tahapan pelaksaan pekerjaan.
iii. Pengaturan Arus Transportasi dan Pemeliharaan Terhadap Arus Lalu Lintas
Untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan, penganturan arus lalu lintas transportasi
dilakukan dengan pembuatan tanda-tanda lalu lintas yang memadai disetiap kegiatan
lapangan.Bila diperlukan dapat ditempatkan petugas pemberi isyarat yang bertugas
mengatur arus lalu lintas pada saat pelaksanaan.

iv. Rekayasa Lapangan


Dengan petunjuk Direksi Teknis survey/rekayasa lapangan dilaksanakan untuk
menentukan kondisi fisik dan strucktural dari pekerjaan dan fasilitas yang ada dilokasi
pekrjaan, sehingga dimungkinkan untuk mengadakan peninjauan ulang terhadap
rancangan kerja yang telah diberikan sytem dan tatacara survey dikordinasikan
dengan direksi teknis.
v. Material dan Penyimpanan
Bahan yang akan digunakan didalam pekerjaan harus menemui spesifikasi dan
standard yang berlaku, baik ukuran,type maupun ketentuan lainnya sesuai petunjuk
Direksi Teknis. Semua material yang akan digunakan untuk proses pembuatan Asphalt
Concrete diambil dari Quary Sungai yang berada di lokasi setempat, diolah dan
dipoolkan di stone crusher/AMP pihak Direksi Teknis sewaktu-waktu dapat
mengadakan pemeriksaan terhadap lokasi stone crusher dan AMP dimaksud guna
mengetahui kondisi yang ada.
vi. Jadwal Konstruksi
Jadwal kontruksi dibuat pihak kontraktor, diajukan kepada Direksi Teknis untuk
dibahas dan mendapatkan persetujuan pada saat dilaksanakan rapat pendahuluan (Pre
Construction Meeting/PCM).
vii. Pelaksanaan Mobilisasi Peralatan
Dalam pelaksanaan proyek ini mobilisasi meliputi :
a. Alat-alat yang digunakan adalah:
1. Asphalt finisher
2. Compressor
3. Dump truck 3-4m3,6 ton
4. Dump Truck 10 ton
5. Motor Grader
6. Wheel Loader
7. Tandem Roller
8. Tire Roller
9. Vibrator Roller
10. Water Tanker
11. Pedestrian Roller
12. Jack Hammer
13. Asphalt Distributor
viii. Papan Nama Proyek
1. Papan Nama ini digunakan sebagai identitas dan informasi mengenai proyek.
2. Papan nama proyek dibuat dengan ukuran atas persetujuan Direksi pekerjaan
3. Bahan yang dipakai : kayu kaso, plywood, amplas, cat kayu, paku, split, cat
minyak, semen, dan lain-lain.
4. Papan nama Proyek dipasang dipangkal dan ujung lokasi pekerjaan.
5. Papan nama dipelihara selama pelaksanaan proyek.
2. Relokasi Utilitas dan Pelayanan anatara lain:
Relokasi Utilitas untuk telkom, PDAM, LISTRIK serta utilitas umum lainnya melalui
beberapa tahapan :
 Pendapatan terhadap sarana yang masuk dalam ketentuan relokasi yang sudah
ditetapkan
 Pelaporan terhadap Depertemen terkait
 Pemindahan Utilitas setelah mendapatkan persetujuan dari depertemen terkait

B. Kesehatan dan Keselamatan Kerja


1. Lingkup Pekerjaan
Bagian ini mengatur mengenai pelaksanaan program Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3l) dalam pelaksanaan pekerjaan.
2. Pedoman Dan Standar
a. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
b. Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep. 1135/MEN/1987 tentang
Bendera Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
c. Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No.: Kep.245/MEN/1990 tentang
Hari Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Nasional
d. Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Per.05/MEN/1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
3. Keselamatan Kerja
a. Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa pemeliharaan,
Kontraktor bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan pekerja,
material dan peralatan teknis serta konstruksi.
b. Wajib menjaga keselamatan kerja di ruang kerja dengan melengkapi dengan
perlengkapan keselamatan kerja seperti safety line, rambu - rambu, papan
promosi keselamatan, dan lain - lain.
c. Wajib menjamin keselamatan tenaga kerja yang terlibat dalam
pelaksanaan pekerjaan dari segala kemungkinan yang terjadi dengan
memenuhi aturan dan ketentuan kesehatan dan keselamatan kerja yang
berlaku (Jamsostek).
d. Menyediakan obat-obatan menurut syarat-syarat Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan siap digunakan di
lapangan, untuk mengatasi segala kemungkinan musibah bagi semua
petugas dari pekerja lapangan.
e. Setiap pekerja diwajibkan menggunakan sepatu pada waktu bekerja dan
di lokasi harus disediakan Alat Pelindung Diri (APO) berupa safety belt,
safety helmet, masker/kedok las terutama untuk dipakai pada pekerjaan
pemasangan kuda-kuda baja dan pekerjaan yang beresiko tertimpa benda keras.
f. Menyediakan air bersih, kamar mandi dan WC yang layak dan bersih bagi
semua petugas dan pekerja. Membuat tempat penginapan di lapangan
pekerjaan untuk para pekerja tidak diperkenankan, kecuali atas ijin PPK.
g. Apabila terjadi kecelakaan, sesegera mungkin memberitahukan kepada
Konsultan dan mengambil tindakan yang perlu untuk keselamatan korban
korban kecelakaan itu.
4. Prosedur Operasi Standar (Sop) Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
a. Membuat SOP Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
b. SOP diajukan kepada Konsultan untuk dievaluasi.
c. Menyampaikan laporan pelaksanaan SOP kepada PPK, dan Konsultan.
5. Matrik Program K3
a. Safety Health and Environmental Induction Kegiatan ini dilaksanakan setiap
ada tamu ataupun pekerja baru yang memasuki wilayah kerja proyek
b. Safety Health and Environmental Talk Program ini bertujuan untuk sosialisasi
dan pembahasan mengenai seluruh permasalahan penerapan K-3L dan
Lingkungan selama masa pelaksanaan proyek. Pelaksanaan Safety talk setiap 1
minggu sekali
c. Safety Health and Environmental Patrol / Inspection Kegiatan ini dilaksanakan
secara rutin, bertujuan untuk memonitor pelaksanaan K-3L di seluruh
lingkungan proyek dan menjaga konsistensi pelaksanaan K-3L.
d. Safety Health and Environmental Meeting Program SHE meeting dilaksanakan
seminggu sekali dimana dalam kegiatan ini membahas permasalahan dan
kejadian yang terjadi dan rencana tindak lanjut untuk memperbaikinya serta
membahas permasalahan yang mungkin terjadi serta langkah-langkah
pencegahannya.
e. Safety Health and Environmental Audit Program ini dilaksanakan insidental
bertujuan untuk melakukan audit terhadap kedisiplinan dalam pelaksanaan
standar K-3L di lingkungan proyek terhadap peraturan yang diberlakukan
dalam lingkungan perusahaan.
f. Safety Health and Environmental Trainning Pelatihan terhadap seluruh
komponen proyek yaitu karyawan, subkon, mandor dan seluruh pekerja
mengenai K-3L, P3K dan respon terhadap keadaan darurat
g. Housekeeping Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari bertujuan untuk
menjaga kebersihan, kerapihan, kenyamanan di lingkungan kerja.

II. DEVISI 3. PEKERJAAN TANAH


A. Galian Perkerasan Berbutir
1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan untuk galian perkerasan berbutir ini meliputi semua pekerjaan galian
(pengerukan) pada badan jalan, hasil galian diangkut pada lokasi yang telah ditentukan,
pembersihan hasil galian.
2. Persiapan Pekerjaan
 Mengirim program kerja (workplan) termasuk metoda kerja, schedule, perlatan,
personil kerja dan gambar kerja yang akan digunakan, untuk memperoleh persetujuan
dari Konsultan dan Direksi sebelum pekerjaan dimulai.
 Memberitahu Konsultan secara tertulis paling sedikit 24 jam sebelum tanggal
dilakukannya pelaksanaan pekerjaan (Request For Work).
 Menentukan titik galain dan lokasi buangan material galian.
3. Uraian Pengerjaan
 Menentukan titik dan luasan yang akan digali lalu dimarking pada perkerasan berbutir
jalan lama.
 Melakukan pengerukan dengan alat Jack Hammer atau Ganco.
4. Tahapan Pekerjaan

Mulai

Persiapan Alat

Pengukuran dan Pemasangan Marking

Pengerukan Dengan Jack Hammer

Pengangkutan Hasil Galian Dengan DT

Perapihan Hasil Pekerjaan

Selesai
5. Kebutuhan Tenaga, Bahan dan Peralatan
Tenaga yang dibutuhkan
Pekerja = 6 Orang
Mandor = 1 Orang

Peralatan yang dibutuhkan


Dump Truck = 1 Unit
Jack Hammer = 1 Unit
Compressor = 1 Unit

Bahan yang digunakan


6. Analisa K3
a. Personil
• Pelaksana
• Petugas K3L
• Tenaga Kerja
b. Aspek K3
Memasang Rambu Peringatan
 Rambu Perinagatan :“HATI-HATI ALAT BERAT SEDANG BEROPERASI”
Menggunakan Alat Pelindungan diri ( APD )
 Sarung Tangan
 Helm
 Sepatu Safety

B. Penyiapan Badan Jalan


Penyiapan badan jalan pada pekerjaan pelebaran jalan meliputi pekerjaan
pembersihan, pembentukan tanah dasar agar elevasinya sesuai degan yang
ditunjukkan gambar rencana atau sesuai dengan petunjuk direksi pekerjaan,
dan termasuk pekerjaan pemadatan tanah dasar.
Berikut adalah tahapan pekerjaan penyiapan badan jalan:
 Pembersihan lokasi pekerjaan dari material yang dapat mengganggu pekerjaan
seperti semak-semak, pepohonan, batu besar, dan material lainnya.
 Pekerjaan galian yang diperlukan baik dengan menggunakan alat berat seperti
excavator maupun dengan cara manual untuk membentuk tanah dasar sesuai
Gambar atau sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pemadatan adalah:
 Pemadatan dilakukan segera setelah dilakukan penggalian.
 Pemadatan harus dilakukan dengan menggunakan alat yang memadai agar
kepadatan yang diinginkan dapat tercapai
 Apabila diperlukan lakukan penyiraman terhadap material tanah dasar Untuk
mencapai kadar air optimum sehingga didapatkan kepadatan yang sesuai dengan
spesifikasi.
 Kecepatan alat harus diperhatikan agar tidak membahayakan pengguna jalan
eksisting.
C. Pembersihan dan Pengupasan Lahan
Pembersihan dan pengupasan lahan dalam hal ini adalah suatu pemindahan lapisan
tanah atau batuan yang berada diatas bahan galian, agar bahan galian ini menjadi
tersingkap. Untuk mewujudkan kondisi kegiatan pengupasan lapisan tanah yang baik
diperlukan alat yang mendukung dan sisimatik.
Penggunaan peralatan yang semi manual lebih efektif dalam item pekerjaan ini,
penggunaan peralatan seperti linggis, skop, gergaji akan sangat efektif terlebih ada
bantuan dari alat mekanis seperti Excavator untuk mengangat sampah-sampat
tersebut dalam dump truck untuk dibuang jauh dari lokasi pekerjaan.

III. DEVISI 5. PERKERASAN BERBUTIR


Pekerjaan ini harus meliputi pemasokan, pengangkuatn, Penghamparan dan pemadatan bahan
untuk pelaksanaan lapis pondasi jalan Tanpa penutup aspal dan suatu lapis permukaan sementara
pada permukaan tanah dasar atau lapis pondasi bawah yang telah disiapkan. Pemasokan bahan
akan mencakup , jika perlu, pemecahan, pengayakan, pencampuran dan operasi- operasi lainnya
yang diperlukan, untuk memperoleh bahan yang memenuhi ketentuan dari spesifikasi ini.
A. LAPIS PONDASI AGREGAT KELAS A
Untuk pelaksanaan pekerjaan rapis pondasi aggregal kelas A ini dilaksanakan sesudah
pelaksanaan lapis pondasi aggregat kelas B.
Lapis pondasi Agregat Kelas A adalah mutu Lapis pondasi Atas untuk lapisan di bawcrh
lapisan beraspar. Lapis pondasi Agregat Kelas A mempunyai 100 % berat agregat kasar
dengan angularitas 95/90*.
Pekerjaan Lapis pondasi Aggregat Keras A dengan prosedur sebagai berikut:
1. Pengangkutan Material
Pengangkutan Material Base A kelokasi pekerjaan menggunakan Dump truck dan
loadingnya dilakukan dengan menggunakqn wheel loader. Pengecekan dan pencatatan
volume material dilakukan pada saat tiaa dilokasi pekerjaan sebelum mqierial di stack.
Material diiurunkan dengan jarak dan volume terlentu untuk memudahkan pada saat
penghamparan agar tidak terjadi kelebihan material disatu tempat dan kekurangan
material ditempat lain.
2. Penghamparan Material
Penghamparan material dilakukan dengan menggunakqn Matar Grader dalam tahap
penghamparan ini harus diperhatikan hal-hal sebagai berikui :
a. Kondisi cuaca yang memungkinkan
b. Panjanghamparan pada saat setiap section yang dipadatkan sesuai dengan kondisi
lapangan. Lebar penghamparan disesuaikan dengan kondisi lapangan dan tebal
penghamparan sesuai dengan spesifikasi
c. Material iang tidak dipakai dipisahkan dqn dilempatkan pada lokasi yang telah
ditetapkan'
3. Pemadatan Material
Pemadalan dilakukan dengan menggunakan vibra Roller, dimulai dari bagian tepi ke
bagian tengah.
Dasar Perhitungan Untuk Analisa Harga Satuan
a. Asumsi :
o Pelaksanaan ini menggunakan alat berat {secara mekanik)
o Lakqsi pekerjaan sepanjang jalan
o Material aggregat kelas A dicampur di Base Camp Kontraktor

b. Prasedur Pelaksanaan :
o Pencampuran aggregat kelas A dicampur di Base Camp dengan menggunakan alat
Wheel Loader
o pengisian aggregat kelas A ke Dump Truck dilaksanakan dengan memakai alat
Wheel Laader
o Pengangkutan material aggregat kelas A dilaksanakan dengan Dump Truck
o Penghamparan material aggregat kelas A dengan menggunakan alat Motor Grader
o Hamparan aggregat dibasahi dengan wcter Tank Truck sebelum dipadatkan dengan
Tandem Roller
o Operasi penggilasan harus aimJtai dari sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi
sedikit ke arah sumbu jalan.
o dalam arah memanjang. Pada bagian yang ber”superelevasi”, penggilas harus
dimulai dari bagian yang rendah dan bergerak sedikit demi sedikit demi sedikit ke
bagian yang lebih tinggi. Operasi penggilasan harus dilanjutkan sampai seluruh
bekas roda mesin gilas hilang dan lapis tersebut terpadatkan secara merata.
o Selama pemadatan, sekelompok pekerjaan akan merapikan tepi hamparan dan level
permukaan dengan menggunakan alat bantu.

B. LAPIS PONDASI AGREGAT KELAS B


Untuk pelaksanan pekerjaan lapis pondasi agregat kelas B ini dilaksanakan sesudah
pekerjaan penyiapan badan jalan selesai dan sudah disetujui oleh Direksi Lapangan. Lapis
pondasi Agregat kelas B adalah untuk Lapis Pondasi Bawah. Lapis pondasi Agregat kelas B
yang berasal dari kerikil mempunyai 60% berat Agregat kasar dengan agnularitas 95/90*
Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat kelas B dengan prosedur sebagai berikut :
1. Pengangkutan Material
Pengangkutan material Base B kelokasi pekerjaan menggunakan dump truck dan
loadingnya dilakukan dengan menggunakan wheel loader. Pengecekan dan pencatatan
volume material dialakukan pada saat penghamparan agar tidak terjadi kelebihan disatu
tempat dan kekurangan material ditempat yang lain.
2. Penghampara Material
Penghamparan material dilakukan dengan menggunakan Motor Grader dalam tahap
penghamparan ini harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Kondisi cuaca yang memungkinkan
b. Panjang hamparan pada saat setiap section yang dipadatkan sesuai dengan kondisi
lapangan.Lebar penghamparan disesuaikan dengan kondisi lapangan dan tebal
penghamparan sesuai dengan spesifikasi.
c. Material yang tidak dipakai dipisahkan dan ditempatkan pada lokasi yang telah
ditetapkan
3. Pemadatan Material
Pemadatan dilakukan dengan menggunakan Vibro Roller dan PTR, Dimulai dari bagian
tepi ke bagian tengah. Setelah pemadatan selesai alat pemadatan dipindahkan kejalur
sebelahnya dengan over leving 1/8 panjang drum dan seterusnya hingga mencapai areal
pemadatan.pemadatan dilakukan dengan jumlah passing sesuia dengan hasil trial
compaction.

Dasar Perhitungan Untuk Analisa harga satuan


Asumsi :
- pelaksanaan ini menggunakan alat berat (secara mekanik)
- lokasi pekerjaan sepanjang jalan
- Material agregat kelas B dicampur di base Camp kontraktor
Prosedur pelaksanan :
- Pencampuran agregat kelas B dicampurkan di base Camp dengan menggunakan alat
Wheel loader
- Pengangkutan material agregat kelas B dengan menggunakan alat Motor Grader
- Hamparan agregat dibasahi dengan Water Tank Truck sebelum dipadatkan dengan
Tandem Roller
- Selama pemadatan, sekelompok pekerjaan akan merapikan tepi hamparan dan level
permukaan dengan menggunakan alat batu

IV. DIVISI 6. PERKERASAN ASPAL


A. LAPIS RESAP PENGIKAT
Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan penghamparan bahan aspal pada permukaan
yang telah disiapkan sebelumnya untuk pemasangan lapisan beraspal berikutnya. Lapis Resap
Pengikat harus dihampar di atas permukaan pondasi tanpa bahan pengikat aspal atau semen
(misalnya Lapis Pondasi Agregat).
Bahan Lapis Resap Pengikat diencerkan dengan minyak tanah (kerosen). Proporsi minyak
minyak tanah yang digunakan sebagaimana diperintahkan oleh direksi Pekerjaan.
Pengambilan Lapis Resap Pengikat pada Distributor Aspal pada saat akan dilaksanakan
pekerjaan.
Lapisan Resap Pengikat hanya dikerjakan pada suatu permukaan jalan yang kering atau
sedikit lembab. Sebelum lapis resap harus dibersihkan dari segala kotoran yang tidak berguna.
Penyemprotan dilakukan dengan mempertimbangkan kelancaran arus lalu lintas.
Peralatan yang digunakan untuk pekerjaan ini adalah compressor dan alat bantu lainnya.
Segera setelah pekerjaan penyemprotan dikerjakan, pengaturan arus lalu lintas dibuat dengan
menggunakan tanda-tanda lalu lintas agar permukaan yang baru disemprotkan tidak dilalui
kenderaan.

Dasar Perhitungan Untuk Analisa Harga Satuan


a. Asumsi :
 Menggunakan alat berat (secara mekanik)
 Lokasi pekerjaan : Sepanjang Jalan
b. Prosedur Pelaksanaan :
 Aspal dan minyak flux dicampur dan dipanaskan sehingga menjadi campuran aspal cair.
 Permukaan yang akan dilapisi dibersihkan dari debu dan kotoran dengan Air
Compressor.
 Campuran aspal cair disemprotkan dengan Asphalt Sprayer ke atas permukaan yang
akan dilapis.
B. Lapis Perekat - Aspal Cair
Pekerjaan Lapis Perekat (Tack Coat), mencakup penyediaan dan penghamparan bahan aspal
permukaan yang telah disiapkan. Lapis Perekat (Tack Coat), di hampar diatas permukaan
berbahan pengikat seperti lapisan Penetrasi Macadam, Laston, Lataston, dll). Berikut tahapan-
tahapan pekerjaan Lapis Perekat (Tack Coat) :
1. Persiapan
a. Pastikan untuk pelaksanaan Tack Coat (Lapis Perekat), pengaspalan telah disetujui
(lapis perkerasan).
b. Cek ulang Permintaan (Request) Pekerjaan & data pendukungnya.
c. Cek ulang ketersediaan material, pastikan tidak ada perubahan
d. Cek dan amati ulang kesiapan alat, pastikan tidak ada perubahan dari kesiapan yang
telah dilakukan.
e. Cek ulang kesiapan tenaga kerja, jumlah dan kualifikasinya pastikan tidak ada
perubahan dari kesiapan yang telah dilakukan.
f. Pastikan bangunan milik masyarakat dan umum dilindungi dari efek penyemprotan
aspal.
g. Pastikan ada penanggung jawab dari penyedia jasa untuk mengatasi kondisi khusus.
h. Pastikan ada pengendalian Keselamatan dan Kecelakaan Kerja (K3).
i. Pastikan ada kesiapan pengendalian lalu-lintas.
j. Pastikan ada kesiapan penanganan lingkungan.
2. Penyiapan Formasi Pekerjaan
a. Cek kerusakan bagian yang akan menjadi dasar penghamparan telah diperbaiki.
b. Pastikan permukaan bersih dan bebas dari material lepas.
3. Penyemprotan
a. Pastikan suhu memenuhi syarat untuk penyemprotan
b. Pastikan penyemprotan merata, jika menggunakan Sprayer diperlukan tenaga operator
yang terampil.
c. Pastikan dan amati apakah penyemprotan merata dengan melakukan uji coba
kemampuan tenaga operator.
d. Penyemprotan harus dihetikan jika ada ketidak sempurnaan, lakukan perbaikan pada
alat peyemprot.
e. Pastikan penyemprotan dimulai 5,0 m sebelum areal penyemprot an agar aplikasi
konstan.
f. Batasi pemakaian bahan pada tangki, tidak kurang dari 10% volume yang tersisa pada
tangki
4. Pengukuran
a. Lakukan pengukuran sisa bahan yang disemprotkan, setiap kali telah melakukan
penyemprotan, dengan tongkat celup.
b. Lakukan pengukuran dengan menggunakan 3 kertas resap diletak kan dengan jarak
sama, pada areal penyemprotan sepanjang 200 m, pada lokasi dengan letak≥ 10 m dari
awal, dan > 0,50 m dari tepi.
c. Timbang berat terhampar pada kertas resap.
5. Pemeriksaan
a. Cek hasil penyemprotan apakah merata
b. Periksa tempat tempat yang mengidentifikasikan adanya genangan aspal berlebih.
c. Amati bagian tepi, apakah ada bagian yang menunjukkan kekurangan penebaran.
6. Cek kesesuaian
a. Penyemprotan merata
b. Jumlah berat terhampar permeter persegi sesuai.
c. Ada tempat-tempat yang mengindikasikan genangan aspal
d. Jika ada indikasi terjadinya kekurangan maka lakukan langkah verifikasi.
7. Perbaikan
a. Lakukan penyemprotan tambahan pada bagian yang menunjukkan kurangnya aplikasi
penebaran.
b. Jika hasil penyemrotan menunjukkan kekurangan material yang disemprotkan, lakukan
penyemprotan ulang dengan tambahan yang memadai.
8. Peralatan
a. Aspla distributor
b. Aspal sparyer
c. Compressor
d. Alat bantu lainnya
9. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
a. Alat pelindung diri
b. Rambu Lalulintas
10.Tenaga kerja
a. Pengawas lapangan
b. Pekerja Aspal
c. Operator/Supir
C. Laston Lapis Aus (AC-WC)

Laston Lapis Aus ( Asphalt Concrete-Wearing Course atau AC-WC),


Asphalt Concrete -Wearing Course (AC-WC) merupakan lapisan perkerasan yang
terletak paling atas dan berfungsi sebagai lapisan aus. Walaupun bersifat non
struktural, AC-WC dapat menambah daya tahan perkerasan terhadap penurunan mutu
sehingga secara keseluruhan menambah masa pelayanan dari konstruksi perkerasan.
AC-WC mempunyai tekstur yang paling halus dibandingkan dengan jenis laston
lainnya.
D. Laston Lapis Aus Perata (AC-WC (L))
Campuran beraspal panas dengan Asbuton Lapis Aus Perata (AC-WC L) adalah campuran
panas antara Agregat dengan bahan pengikat asphalt keras pen 60 yang campurannya
menggunakan asboton butir dengankelas penetrasi 15 (0,1 mm) dan kadar abutmen 20 %,
yang dicampur di unit pencampuran Asphalt (UPA), dihampar dan dipadatkan dalam keadaan
panas pada temperatur tertentu, dengan ketebalan padat 5 cm.
Sebelum melakukan pekerjaan, penyedia jasa terlebih dahulu menunjukan semua usulan
agregat dan campuran yang memadai berdasarkan hasil pengujuian material dan campuran di
Laboratorium dan hasil percobaan penghamparan dan pemadatan campuran (Trial Mix) yang
dibuat diinstansi pencampuran aspal, yang tertuang secara berurutan sesuai dalam Spesifikasi
Teknik, mulai dari pengusulan DMF hingga persetujuan JMF.
E. Bahan anti pengelupasan
Bahan Anti Pengelupasan atau Anti striping juga dapat meningkatkan kelekatan dengan
mengurangi tegangan permukaan aspal dan agregat, serta meningkatkan Kekuatan rekat
melalui pembetukan ikatan kimia, tahan terhadap stripping dan mudah dipadatkan (easier to
compact).
Berikut Metode Pelaksanaan Pekerjaan Bahan Anti Pengelupasan atau anti striping agent
Persiapan :
1. Cek ulang Permintaan (Request) Pekerjaan & data pendukungnya.
2. Menyerahkan contoh bahan.
3. Cek dan amati ulang kesiapan alat, pastikan tidak ada perubahan dari kesiapan yang telah
dilakukan.
4. Cek ulang kesiapan tenaga kerja, jumlah dan kualifikasinya pastikan tidak ada perubahan
dari kesiapan yang telah dilakukan.
5. Pastikan ada penanggung jawab dari penyedia jasa untuk mengatasi kondisi khusus.
6. Pastikan ada pengendalian Keselamatan dan Kecelakaan Kerja (K3).
7. Pastikan ada kesiapan pemantauan dalam campuran addiftif
Tahapan Pelaksanaan :
1. Aditif kelekatan dan anti pengelupasan (anti striping agent) harus ditambahkan dalam
bentuk cairan kedalam campuran agregat dengan mengunakan pompa penakar (dozing
pump) pada saat proses pencampuran basah di pugmil. Kuantitas pemakaian aditif anti
striping dalam rentang 0,2% - 0,4 % terhadap berat aspal.
2. Anti striping harus digunakan untuk semua jenis aspal tetapi tidak boleh tidak digunakan
pada aspal modifikasi yang bermuatan positif.
3. Jenis aditif yang digunakan haruslah yang disetujui Direksi Pekerjaan. Penyediaan aditif
dibayar terpisah dari pekerjaan aspal.
4. Setelah selesai pekerjaan tersebut kemudian diadakan pengukuran mutual check bersama.
5. Hasil pengukuran mutual check bersama dituangkan form dan ditanda tangani bersama.
6. Perhitungan volume dan pembayaran untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut diatas,
diperhitungkan dalam satuan Kilogram.
Peralatan :
1. Alat takar yang telah disetujui
2. Alat ukur
3. Alat Pelindung diri (APD), Baju, rompi, sarung tangan, helm,sepatu safety, dll
4. alat bantu lainnya
Material :
 bahan additif agent
 material yang akan di campur
Personil
 pelaksana
 petugas k3L
 tenaga kerja
 Laborat/Quality control
 Operator AMP
Aspek K3
 Resiko, terkena percikan aspal panas,dll

Mutu yang diharapkan:


material additif kelekatan dan anti pengelupasan yang digunakan sesuai takaran yang telah
diijinkan dan memenuhi syarat spesifikasi atau yang telah disetujui oleh direksi pekerjaan.

V. DIVISI 8. PENGEMBALIAN KONDISI DAN PEKERJAAN MINOR


A. Lapis Pondasi Agregat Kelas A untuk Pekerjaan Minor
Setelah pekerjaan lapis pondasi agregat kelas B untuk pekerjaan minor selesai dilaksanakan,
maka dilanjutkan dengan pekerjaa lapis pondasi agregat kelas A untuk pekerjaan minor.
Lapisan pondasi ini merupakan lapisan pondasi atas dari lapis pondasi pada perkerasan jalan.
Metoda kerja dari pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
1. Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat request dan diserahkan kepada direksi untuki
untuk disetujui
2. Material agregat kelas A dihampar dengan tenaga manusia dan dengan ketebalan
bervariasi.
3. Hamparan pondasi agregat disiram air dengan menggunakan Water Tank Truck (sebelum
pemadatan) dan di padatkan dengan menggunakan stamper.
4. Selama pemadatan sekelompok pekerja akan merapihkan tepi tepi hamparan dan level
permukaan dengan menggunakan alat bantu.
B. Lapis Pondasi Agregat Kelas B untuk Pekerjaan Minor
Pekerjaan ini terdiri dari pengembalian kondisi dari perkerasan aspal dan pondasi yang telah
rusak. Ukuran dari pekerjaan minor ini adalah kurang dari 40 x 40 cm dan dengan total
volume setelah penggalian kurang dari 10 m3 per kilometer. Pekerjaan ini dilaksanakan untuk
perbaikan lapis pondasi pada perkerasan jalan sebelum pekerjaan perkerasan jalan hotmix
dilaksanakan. Lapis pondasi agregat kelas B merupakan lapisan pondasi bawah dari lapis
pondasi pada perkerasan jalan.
Metoda kerja dari pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
1. Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat request dan diserahkan kepada direksi untuki
untuk disetujui
2. Lokasi perbaikan pondasi dibentuk dan di gali sesuai dengan ukuran rencana perbaikan
pondasi.
3. Material agregat kelas B dihampar dengan tenaga manusia dan dengan ketebalan
bervariasi.
4. Hamparan pondasi agregat disiram air dengan menggunakan Water Tank Truck (sebelum
pemadatan) dan di padatkan dengan menggunakan stamper.
5. Selama pemadatan sekelompok pekerja akan merapihkan tepi hamparan dan level
permukaan dengan menggunakan alat bantu.

Anda mungkin juga menyukai