CA MAMMAE
Disusun Oleh:
1102014274
Pembimbing :
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
Carsinoma mammae atau kanker payudara merupakan salah satu tumor ganas paling
sering ditemukan pada wanita. Kebanyakan ditemukan pada usia setengah baya dan lansia.
Jarang terjadi pada usia kurang dari 30 tahun, sedangkan yang kurang dari 20 tahun sangat
jarang. Ca mammae adalah karsinoma yang berasal dari epitel duktus atau labulus payudara,
merupakan masalah global dan isue kesehatan internasional yang penting.1
Berdasarkan data dari WHO, tahun 2004 diperkirakan 519.000 wanita meninggal
karena kanker payudara dan dari angka yang ada, 69% kematian terjadi di negara berkembang.
Pada tahun 2009, diperkirakan 192.370 kasus baru dari invasive carcinoma mammae
didiagnosis di Amerika Serikat dan 62.280 kasus baru carcinoma mammae in situ. Data di
Indonesia kanker payudara menduduki tempat kedua (11,5%) setelah kanker leher rahim. Di
Indonesia diperkirakan terdapat 20.000 kasus baru kanker payudara pertahun dan lebih dari
50% kasus berada dalam stadium lanjut.2
Diagnosis kanker payudara pada stadium lanjut biasanya tidak sukar tetapi efek
pengobatan yang diperoleh juga tidak maksimal. Sedangkan kanker payudara stadium dini (
stadium 1 dan stadium 2 ) yang akan memberikan efek pengobatan yang maksimal,
diagnosisnya tidak selalu mudah karena gambaran klinis yang diberikan selalu bervariasi.
Ketidakmudahan ini juga disebabkan cara diagnosis yang belum standar diberbagai rumah
sakit. Hal inilah yang mengakibatkan sering terlambatnya diagnosa yang akurat untuk kanker
payudara stadium dini.
Penatalaksanaan kanker payudara yang baik menurut WHO haruslah meliputi prevensi
dan skrining, deteksi dini dan diagnosis yang tepat, terapi dan rehabilitasi yang segera dan
tepat, dan perawatan paliatif kasus terminal untuk mempertahankan kualitas hidup. Terapi pada
kanker payudara bervariasi dalam tiap pengobatan, mulai dari pengobatan konvensional
sampai pengobatan alternatif / komplementer. Tetapi saat ini pengobatan juga didasarkan atas
pemeriksaan biomolekuler seperti teknik pembedahan yang sudah mulai berkembang, terapi
radiasi dan kemajuan pengetahuan untuk pengobatan hormonal dan kemoterapi.3
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Kelenjar payudara (mammae) merupakan kelenjar yang mulai tumbuh sejak minggu
keenam masa embrio berupa penebalan pada ektodermal sepanjang milk line yang terletak dari
aksilla sampai pertengahan pelipatan paha / inguinal. Dalam perkembangan pertumbuhan di
milk line itu akan mengalami rudimenter dan hanya menetap didaerah dada saja. Kelenjar
payudara menjadi fungsional saat pubertas dan akan memberikan respon terhadap estrogen
pada perempuan. Kelenjar payudara mencapai puncak perkembangan saat kehamilan dan
berfungsi memproduksi air susu setelah melahirkan. Selanjutnya kelenjar payudara mengalami
involusi pada saat menopause.4
Payudara merupakan elevasi dari jaringan glandular dan adiposa yang tertutup kulit
pada dinding anterior dada. Payudara terletak di atas otot pektoralis mayor dan melekat pada
otot tersebut melalui selapis jaringan ikat. Ukuran payudara bergantung pada variasi jumlah
jaringan lemak dan jaringan ikat, bukan pada jumlah glandularnya. Struktur payudara terdiri
dari5 :
a. jaringan glandular terdiri dari 15 sampai 20 lobus mayor, setiap lobus dialiri duktus
laktiferus yang membesar menjadi sinus laktiferus (ampula),
b. lobus-lobus dikelilingi jaringan adiposa dan dipisahkan oleh ligamen suspensorium
Cooper (berkas jaringan ikat fibrosa),
c. lobus mayor bersubdivisi menjadi 20 sampai 40 lobulus, setiap lobulus kemudian
bercabang menjadi duktus-duktus kecil yang berakhir di 10-100 alveoli sektretori,
d. puting memilki kulit berpigmen dan berkerut membentang keluar sekitar 1 cm sampai
2 cm untuk membentuk aerola,
e. jaringan ikat, pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf yang merupakan stroma
payudara.
3
Gambar 2.1. Anatomi Payudara
Pengenalan batas payudara ini sangat penting pada waktu akan dilakukan operasi mastektomi.
a. Suplai darah berasal dari arteri mammaria interna, yang msubklavia. Perdarahan
tambahan berasal dari a. aksilaris melalui cabang a. torakalis lateralis, a. torako dorsalis,
dan a. torako akromialis. Aliran darah balik melalui vena mengikuti perjalanan arteri
ke v. mamaria interna dan cabang-cabang vena aksilaris menuju v. kava superior.
b. Aliran limfe pada payudara dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok aksila dan
kelompok mamaria interna, 97% aliran limfatik menuju ke kelenjar getah bening
mamaria interna.
1. Kelompok aksila
merupakan jalur utama penyebaran regional kanker payudara primer.
Kelompok aksila dikelompokkan menjadi:
kelompok apikal atau subklavikula
4
kelompok vena aksilaris
kelompok interpectoral atau rotter's
kelompok skapula
selompok sentral
2.2 Fisiologi
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi oleh hormon. Perubahan
fase pertama terjadi ketika kelahiran hingga pubertas, fase kedua yaitu pada masa reproduksi
hingga masa klimakterium dan fase ketiga terjadi pada saat menopause. Perubahan pada fase
pertama dipicu oleh estrogen dan progesteronyang diproduksi oleh ovarium yang diatur oleh
hipofisis. Perubahan kedua terjadi pada usia reproduksi yang mengikuti siklus haid. Sekitar
hari ke-8 haid, payudara membesar dan beberapa hari sebelum haid terjadi pembesaran
maksimal. Pada saat kehamilan dan menyusui terjadi hiperplasia dan hipertofi duktus alveoli.
Sekresi hormon prolaktin memicu alveolus menghasilkan air susu dan disalurkan ke sinus,
selajutnya dikeluarkan melalui duktus ke puting susu. Pada fase ketiga, yaitu pada pasca
menopause terjadi involusi kelenjar payudara dimana struktur kelenjar hilang diganti oleh
lemak.
5
tahun dan letak terbanyak di kuadran lateral atas. Penyakit ini oleh Word Health Organization
(WHO) dimasukkan ke dalam International Classification of Diseases (ICD).
6
Di awal terbentuknya, sel jaringan payudara merupakan sel tidak berdiferensiasi
yang rentan terhadap rangsangan karsinogenik. Diferensiasi sel akan terjadi dalam
masa kehamilan dan laktasi. Faktor hormon endogen (estrogen dan progesteron) dan
eksogen (kontrasepsi oral dan terapi sulih hormon) menyebabkan proliferasi sel epitel
payudara dan merupakan rangsangan karsinogenik. Oleh karena rangsangan
karsinogenik, maka wanita yang tidak mempunyai anak (nulipara), tidak laktasi,
menggunakan kontrasepsi oral dan terapi sulih hormon (TSH) mempunyai resiko lebih
tinggi untuk terjadinya kanker payudara.
Suatu studi kasus kontrol menyatakan jika dibandingkan dengan nulipara, maka
wanita yang melahirkan pertama kali di bawah usia 20 tahun memounyai resiko 50%
lebih rendah untuk terjadinya kanker payudara, sedangkan wanita yang melahirkan
diatas 35 thn meningkatkan resiko sebesar 22%. Laktasi merupakan salah satu faktor
protektif kanker payudara. Wanita yang melakukan laktasi akan menurunkan risiko
sebesar 11%. Penurunan risiko ini akan terlihat jika laktasi dilakukan lebih dari 1
tahun. Faktor hormon eksogen seperti KO dan TSH termasuk dalam risiko kanker
payudara. Kontrasepsi oral yang digunakan lebih dari 10 tahun dapat merupakan risiko
yang akan meningkatkan terjadinya kanker payudara sebesar 10%. Begitu pula dengan
TSH yang akan meningkatkan risiko sebesar 23%. Kombinasi estrogen dengan
progesteron dalam TSH mempunyai risiko lebih besar (33%) jika dibandingkan
dengan estrogen saja (9%).
Menstruasi awal dan menopause yang terlambat juga merupakan faktor risiko.
Studi dari Collaborative Group on Hormon Factor in Breast Cancer menyimpulkan
bahwa risiko relatif kanker payudara meningkat sebesar 5% untuk setiap menstruasi
yang terjadi setahun lebih awal, sedangkan untuk menopause yang setahun lebih
lambat risiko relatif akan sedikit yaitu 2,9%.
7
Kalkulasi Faktor Risiko untuk Kanker Payudara4
RR>4 Risiko RR 2-3.99 RR 1,25-1,99 Risiko RR<0,8 Faktor proteksi
sanngat Risiko tinggi sedang
tinggi
Usia,Jenis Wanita,
Kelamin Peningkatan
usia (>50
tahun)
8
RR>4 Risiko RR 2-3.99 RR 1,25-1,99 Risiko RR<0,8 Faktor proteksi
sanngat Risiko tinggi sedang
tinggi
Wanita dengan kanker payudara, bisa jadi mengalami gejala-gejala berikut. Kadang
meskipun di tubuhnya telah tumbuh kanker dia tidak merasakan gejala apapun. Atau boleh juga
ditubuhnya menujukkan gejala tersebut tetapi bukan karena kanker payudara, tetapi akibat
kondisi medis lain. Adapun tanda-tanda atau gejalanya antara lain :
9
o Kulit atau puting susu menjadi tertarik ke dalam (retraksi), bewarna merah muda atau
kecoklat-coklatan sampai menjadi odema hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk, mengkerut,
atau timbul borok pada payudara. Borok itu semakin lama akan semakin membesar dan
mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk, dan mudah
berdarah. Ciri-ciri lainnya antara lain pendarahan pada puting susu, rasa sakit atau nyeri pada
umumnya baru timbul apabila tumor sudah besar, sudah timbul borok, atau bila sudah muncul
metastase ke tulang-tulang, kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak,
bengkak (edema) pada lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh (Handoyo, 1990).
• Ada perubahan pada kulit payudara diantara berkerut, iritasi, seperti kulit jeruk.
( peau d'orange )
• Adanya benjolan-benjolan kecil
• Ada luka di payudara yang sulit sembuh
• Payudara terasa panas, memerah, dan bengkak
• Terasa sakit atau nyeri (bisa juga ini bukan sakit karena kanker, tetapi tetap harus diwaspadai)
• Terasa sangat gatal di daerah sekitar puting
• Benjolan yang keras itu tidak bergerak (terfiksasi) dan biasanya pada awal tidak terasa sakit
• Apabila benjolan itu kanker, awalnya biasanya hanya pada satu payudara.
Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali degan mengetahui kriteria operabilitas
Heagensen sebagai berikut : Terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit
payudara); Adanya nodul satelit pada kulit payudara; Kanker payudara jenis mastitis
karsinimatosa; Terdapat model parasternal dan nodel supraklavikula; Adanya edema lengan
dan metastase jauh; Serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi kulit,
edema kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening aksila berdiameter lebih
2,5 cm dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain.
10
2.Invasif
a. Karsinoma invasif duktal
b. Karsinoma invasif duktal dengan komponen intraduktal yang predominant
c. Karsinoma invasif lobular
d. Karsinoma mucinous
e. Karsinoma medullary
f. Karsinoma papillary
g. Karsinoma tubular
h. Karsinoma adenoid cystic
i. Karsinoma sekretori (juvenile)
j. Karsinoma apocrine
k. Karsinoma dengan metaplasia
i. Tipe squamous
ii. Tipe spindle-cell
iii. Tipe cartilaginous dan osseous
iv. Mixed type
l. Lain-Lain
3.Paget’s disease of the nipple
Tumor atau neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri-ciri
proliferasi sel yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak mengikuti pengaruh struktur
jaringan sekitarnya.
Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-sel kanker yang menunjukkan proliferasi yang
tidak terkendali yang menggangu fungsi jaringan normal dengan menginfiltrasi dan
memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di dalam sel
tersebut terjadi perubahan secara biokimia terutama pada intinya. Hampir semua tumor ganas
tumbuh dari suatu sel di mana telah terjadi transformasi maligna dan berubah menjadi
sekolompok sel-sel yang ganas diantara sel-sel normal.
Ca mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem duktal.
Mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan
berlanjut menjadi carcinoma insitu dan menginvasi stroma. Ca membutuhkan waktu 7 tahun
untuk bertumbuh dari sel tunggal untuk menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba
11
(kira-kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira-kira seperempat dari ca mammae telah
bermetastasis. Ca mammae telah bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan
sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah.
Pada keluarga dengan riwayat payudara yang kuat, banyak perempuan memilki mutasi
dalam gen kanker payudara, yang disebut BRCA 1 ( dikromosom 17q21.3 ). Pada keturunan
adalah dominan autosomal dan dapat dituunkan melalui garis maternal maupun paternal.
Sindom kanker payudraa lainnya berkaitan dengan gen pada kromosom 13, yang disebut
BRCA 2 ( dikromosom 13q12-13 ). Kedua gen ini diperkirakan berperan penting dalam
perbaikan DNA. Keduanya bekerja sebagai gen penekan tumor, karena kanker muncul jika
kedua alel inaktif atau cacat, pertama disebabkan oleh mutasi sel germinativum dan kedua oleh
sel somatic berikutnya. Kanker payudara dibagi menjadi kanker yang belum menembus
membran basal (noninvasif) dan kanker yang sudah menembus basal (invasif).
2.3.6 Patogenesis
Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase :
Fase induksi: 15-30 tahun
Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi bourgeois
lingkungan mungkin memegang peranan penting dalam terjadinya kanker pada
manusia.8,9,10
Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun sampai bisa
merubah jaringan displasi menjadi tumor ganas. Hal ini tergantung dari sifat,
jumlah, dan konsentrasi zat karsinogen tersebut, tempat yang dikenai
karsinogen, lamanya terkena, adanya zat-zat karsinogen atau ko-karsinogen
lain, kerentanan jaringan dan individu.8,11
Fase insitu: 1-5 tahun
Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre-cancerous yang
bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-paru, saluran cerna,
kandung kemih, kulit dan akhirnya ditemukan di payudara.8,9,10
Fase invasi
Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan mengifiltrasi melalui membran sel
ke jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe.8,9
Waktu antara fase ke 3 dan ke 4 berlangsung antara beberapa minggu sampai
beberapa tahun.9,10
12
Fase diseminasi: 1-5 tahun
Bila tumor makin membesar maka kemungkinan penyebaran ke tempat-tempat
lain bertambah.8,9
13
nyeri pinggang/punggung atau tulang belakang, lemah atau kelumpuhan
tungkai, atau patah tulang
batuk-batuk kering yang tidak mau sembuh
sesak napas jika sudah terdapat pleural efusi atau metastasis di parenkim paru yang luas
rasa penuh,mual, mata kuning
nyeri kepala yang hebat,kejang, kesadaran menurun
penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dikerjakan setelah anamnesa yang baik dan terstruktur selesai
dilakukan. Pemeriksaan fisik ditujukan untuk mendapatkan tanda-tanda kelainan (keganasan)
yang dikirakan melalui anamnesa atau yang langsung didapat.
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan status lokalis,regionalis,dan sistemik.
Biasanya pemeriksaan fisik dimulai dengan menilai status generalis (tanda vital-pemeriksaan
menyeluruh tubuh) untuk mencari kemungkinan adanya metastase dan atau kelainan medis
sekunder.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan untuk menilai status lokalis dan regionalis.
Pemeriksaan ini dilakukan secara sistematis, inspeksi dan palpasi. Inspeksi dilakukan dengan
pasien duduk, pakaian atas dan bra dilepas dan posisilengan samping, di atas kepala dan
bertolak pinggang. Inspeksi pada kedua payudara, aksila dan sekitar klavikulayang bertujuan
untuk mengidentifikasi tanda tumor primer dan kemungkinan metastasis ke kelenjar getah
bening. Pada saat inspeksi lakukan pengamatan ukuran dan bentuk kedua payudara pasien,
serta kelainan pada kulit, antara lain: benjolan, perubahan warna kulit (eritema), tarikan pada
kulit (skin dimpling), luka/ulkus, gambaran kulit jeruk ( peau de orange), nodul satelit, kelainan
pada aerola dan puting, seperti puting susu tertarik ( nipple retraction), eksema dan keluar
cairan dari puting. Ada atau tidaknyya benjolan pada aksilla atau tanda-tanda radang serta
benjolan infra dan supra klavikula juga diperhatikan.
Palpasi dilakukan perabaan dengan menggunakan kedua tangan bagian polar distal jari
2,3,4, dimana penderita dalam posisi berbaring dengan pundak diganjal bantal kecil dan lengan
di atas kepala. Palpasi harus mencakup 5 regio, terutama daerah lateral atas dan subaerola,
karena merupakan tempat lesi tersering. Cara melakukan palpasi ada 3 cara, yaitu sirkular,
radier dan dilakukan dari pinggir payudara menuju ke aerola dan meraba seluruh bagian
payudara bertahap. Hal yang harus diamati bila didapati benjolan adalah likasi benjolan (5
14
regio payudara, aksila, infra dan supra klavikula), permukaan (licin rata, berbenjol-benjol),
mobilitas (dapat digerakkan, terfiksasi jaringan sekitarnya), batas (tegas atau tidak tegas), nyeri
(ada atau tidak ada), ukuran.
Pada saat palpasi daerah subaerola amati apakah ada keluar sekret dari puting payudara
dan perhatikan warna, bau, serta kekentalan sekret tersebut. Sekret yang keluar dari puting
payudara dapat berupa air susu, cairan jernih, bercampur darah dan pus. Palpasi kelenjar aksila
dilakukan untuk mengetahui apakah pada saat yang bersamaan dengan benjolan pada payudara
didapati juga benjolan pada kelenjar getah bening aksila yang merupakan tempat penyebaran
limfogen kanker payudara. Begitu juga dengan palpasi pada infra dan supra klavikula.
Stadium
Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penelitian dokter saat
mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh manakah tingkat
penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar maupun penyebaran ketempat
lain. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada pada tumor jinak.
Untuk menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan
penunjang lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen, USG, dan bila memungkinkan dengan
CT scan, scintigrafi, dan lain-lain. Banyak sekali cara untuk menentukan stadium, namun yang
paling banyak digunakan saat ini adalah stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistem TNM
yang direkomendasikan oleh UICC (International Union Against Cancer dari World Helath
Organization) / AJCC (American Joint Committee On Cancer yang disponsori oleh American
Cancer Society dan American College of Surgeons).
Sistem TNM
TNM merupakan singkatan dari “T” yaitu tumor size atau ukuran tumor, “N” yaitu
node atau kelenjar getah bening regional dan “M” yaitu metastasis atau penyebaran jauh.
Ketiga faktor T, N, dan M dinilai baik secara klinis sebelum dilakukan operasi, juga sesudah
operasi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi (PA). Pada kanker payudara, penilaian TNM
sebagai berikut12 :
15
a.) Ukuran Tumor (T)
16
N3 Kanker telah menyebar ke mammary
lymph node atau supraclavicular
lymph node ipsilateral
c) Metastase (M) :
Metastase Interpretasi
IA T1a N0 M0
IIA T0 N1b M0
T1a N1b M0
IB T0 N1mi M0
T1a N1mi M0
IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
IIIA T0 N2 M0
T1a N2 M0
T2 N2 M0
T3 N2 M0
IIIB T4 N0 M0
T4 N1 M0
T4 N2 M0
IIIC Any T N3 M0
IV Any T Any N M1
17
2.3.8 Pemeriksaan penunjang
a) Mammografi7,13
Mammografi merupakan pemeriksaan yang paling dapat diandalkan untuk
mendeteksi kanker payudara sebelum benjolan atau massa dapat dipalpasi. Karsinoma
yang tumbuh lambat dapat diidentifikasi dengan mammografi setidaknya 2 tahun
sebelum mencapai ukuran yang dapat dideteksi melalui palpasi.
Gambaran mammografi yang spesifik untuk ca mammae antara lain massa
padat dengan atau tanpa gambaran serti bintang (stellate), penebalan asimetris jaringan
mammae dan kumpulan mikrokalsifikasi. Gambaran mikrokalsifikasi ini meupakan
tanda penting karsinoma pada wanita muda, yang mungkin merupakan satu-satunya
kelainan mammografi yang ada. Mammografi lebeih akurat daripada pemeriksaan
klinis untuk mendeteksi karsinoma mammae stadium awal, dengan tingkat akurasi
sebesar 90%. Protokol saat ini berdasarkan National Cancer Center Network (NCCN)
menyarankan bahwa setiap wanita diatas 20 tahun harus dilakukan pemeriksaan
payudara setiap 3 tahun. Pada usia diatas 40 tahun, pemeriksaan payudara dilakukan
setiap tahun disertai dengan pemeriksaan mammografi. Pada suatu penelitian atas
screening mammography, menunjukkan reduksi sebesar 40% terhadap karsinoma
mammae stadium II,III, dan IV pada populasi yang dilakukan skrining dengan
mammografi.
b) Ultrasonografi (USG)14
Pengguanaan USG merupakan pemeriksaan penunjang yang penting untuk membantu
hasil mammografi yang tidak jelas atau meragukan, baik digunakan untuk menentukan
massa yang kistik atau massa yang padat. Pada pemeriksaan dengan USG, kista
mammae mempunyai gambaran dengan batas yang tegas dan batas yang halus dan
daerah bebas echo di bagian tengahnya. Massa payudara jinak biasanya menunjukan
kontur yang halus, berbentuk oval atau bulat, echo yang lemah di bagian sentral dengan
batas yang tegas. Karsinoma mammae disertai dengan dinding yang tidak beraturan,
tetapi dapat juga berbatas tegas dengan peningkatan akustik. USG juga digunakan
untuk mengarahkan fine-needle aspiration biopsy (FNAB), core-needle biopsy dan
lokalisasi jarum pada lesi payudara. USG merupakan pemeriksaan praktis dan sangat
dapat diterima oleh pasien tetapi tidak dapat mendeteksi lesi dengan diameter ≤ 1 cm.
18
c) Magnetic Resonance Imaging (MRI)14
Sebagai alat diagnostik tambahan atas kelainan yang didapatkan pada mammografi, lesi
payudara lain dapat dideteksi. Akan tetapi, jika pada pemeriksaan klinis dan
mammografi tidak didapat kelainan, maka kemungkinan untuk mendiagnosis
karsinoma mammae sangat kecil, MRI sangat sensitive tetapi tidak spesifik dan tidak
seharusnya digunakan untuk skrining. Sebagai contoh, MRI berguna dalam
membedakan karsinoma mammae yang rekuren atau jaringan parut. MRI juga
bermanfaat dalam memeriksa mammae kontralateral pada wanita dengan karsinoma
payudara, menentukan penyebaran dari karsinoma terutama karsinoma lobuler atau
menentukan respon terhadap kemoterapi neoadjuvan.
d) Biopsi13,15,16
Fine-needle aspiration biopsy (FNAB) dilanjutkan dengan pemeriksaan
sitologi merupakan cara praktis dan lebih murah daripada biopsy eksisional dengan
resiko yang rendah. Teknik ini memerlukan patologis yang ahli dalam diagnosis
sitologi dari karsinoma mammae dan juga dalam masalah pengambilan sampel, karena
lesi yang dalam mungkin terlewatkan. Insidensi false-positive dalam diagnosis adalah
sangat rendah, sekitar 1-2% dan tingkat false-negative sebesar 10%. Kebanyakan
klinisi yang berpengalaman tidak akan menghiraukan massa dominan yang
mencurigakan jika hasil sitologi PNA adalah negative, kecuali secara klinis, pencitraan
dan pemeriksaan sitologi semuanya menunjukkan hasil negative.
Large-needle (core-needle) biopsy mengambil baian sentral atau inti jaringan
dengan jarum yang besar. Alat biopsy genggam membuat large-core needle biopsy dari
massa yang dapat dipalpasi menjadi mudah dilakukan di klinikdan cost-effective
dengan anastesi local.
Open biopsy dengan local anastesi sebagai prosedur awal sebelum memutuskan
tindakan definitive merupakan cara diagnosis yang paling dapat dipercaya. FNAB atau
core needle biopsy, ketika hasilnya positif, memberikan hasil yang cepat dengan biaya
dan resiko yang rendah, tetapi ketika hasilnya negatif maka harus dilanjutkan dengan
open biopsy. Open biopsy dapat berupa biopsy insisional atau biopsy eksisional. Pada
bipsi insisional menga,bil sebagian massa payudara yang dicurigai, dilakukan bila tidak
tersedianya core-needle biopsy atau massa tersebut hanya menunjukkan gambaran
19
DCIS saja atau klinis curiga suatu inflammatory carcinoma tetapi tidak tersedia core-
needle biopsy. Pada biopsi eksisional, seluruh massa payudara diambil.
e) Biomarker15
Biomarker karsinoma mammae terdiri dari beberapa jenis. Biomarker sebagai salah
satu factor yang meningkatkan resiko karsinoma mammae. Bimarker ini mewakili
gangguan biologik pada jaringan yang terjadi antara inisiasi dan perkembangan
karsinoma. Biomarker ini digunakan sebagai hasil akhir dalam penelitian
kemoperventif jangka pendek dan termasuk peruahan histologist, indeks dari
prolifeerasi dan gangguan genetic yang mengarah pada karsinoma.
Nilai prognostic dan prediktif dari biomarker untuk karsinoma mammae antara lain (1)
petanda proliferasi seperti proliferating cell nuclear antigen (PNCA), BrUdr dan Ki67;
(2) petanda apoptosis seperti bcl-2 dan rasio bax:bcl-2; (3) petanda angiogenesis seperti
vascular endothelial growth factor (VEGF) dan indeks angiogenesis; (4) growth
factors dan growth factor receptors seperti human epidermal growth receptor (HER)-
2/neu dan epidermal growth factor receptor (EGFr) dan (5) p53.
2.3.9 Penatalaksanaan
Terapi dapat bersifat kuratif atau paliatif. Tetapi kuratif dianjurkan untuk stadium I, II,
III. Pasien dengan tumor local lanjut (T3,T4) dan bahkan inflammatory carcinoma mungkin
dapat disembuhkan dengan terapi multimodalitas, tetapi kebanyakan hanya bersifat paliatif.
Terapi paliatif diberikan kepada pasien dengan stadium IV daan untuk pasien dengan
metastasis jauh atau untuk karsinoma local yang tidak dapat direseksi.13
20
lumpectomy dilakukan, insisi dengan gari lengkung konsentrik pada nipple-
areolacomplex dibuat pada kulit diatas karsinoma mammae. Jaringan
karsinoma diangkat dengan diliputi oleh jaringan mammae normal yang
adekuat sejauh 2 mm dari tepi yang bebas dari jaringan tumor. Dilakukan juga
permintaan atas status reseptor hormonal dan ekspresi HER-2/neu kepada
patoloogis.
21
1.
Radioterapi7,15
Pada karsinoma mammae lanjut (stadium IIIa atau IIIb), dimana resiko
rekurensi dan metastasis yang tinggi maka setelah tindakan pembeedahan
dilanjutkan dengan terapi radiasi adjuvan.
2. Kemoterapi
a. Kemoterapi adjuvant7,15
b. Neoadjuvant chemotheraphy7,15
22
Rekomendasi saat ini untuk karsinoma mammae stadium lanjut adalah
kemoterapi neoadjuvan dengan regimenadriamycin diikuti masektomi atau lumpectomy
dengan diseksi KGB aksilla bila diperlukan, diikuti kemoterapi adjuvant, dilanjutkan
dengan terapi radiasi. Untuk stadium IIIa inoperable dan IIIb, kemoterapi neoadjuvan
digunakan untuk menurunkan beban atau ukuran tumor tersebut, sehingga
memungkinkan untuk dilanjutkan modified radical mastectomy, diikuti dengan
kemoterapi dan radioterapi.
3. Terapi anti-estrogen7,15
2.3.10 Prognosis13,14,17
Prognosis pada kanker payudara tergantung pada beberapa faktor antara lain:
23
bening. Keterlibatan kelenjar getah bening dan jumlah kelenjar getah bening
yang terkena metastasis. Jika tidak ada keterlibatan kelenjar getah bening
(aksila), angka harapan hidup 5 tahun pasien dapat mendekati 90%.
3. Invasi limfivaskuler
24
6. Stadium kanker
Angka harapan hidup 5 tahun berdasarkan derajat/stadium kanker16
Stadium 0 93%
Stadium I 88%
Stadium II A 81%
Stadium II B 74%
Stadium IV 15%
25
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kanker payudara merupakan karsinoma yang berasal dari epitel ductus atau lobules payudara
yang dapat tumbuh di dalam kelenjar susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada
payudara. Beberapa faktor risikonya adalah, faktor usia baik pada masa reproduksi maupun
menopause, gaya hidup seperti obesitas dan faktor utama yaitu riwayat keluarga atau faktor
genetic. Manifestasi yang utama terlihat biasanya terdapat benjolan keras pada area payudara,
retraksi putting kearah dalam, perubahan kulit payudara seperti kulit jeruk dan payudara terasa
panas. Prognosis pada Ca Mammae tergantung pada ukuran, tipe, penyebaran sel kanker dan
perkembangan kanker, utamanya dapat dilihat berdasarkan stadium kanker dengan angka
harapan hidup 5 tahun.
3.2.Saran
Pendeteksian awal terhadap kejadian Ca Mammae dapat diakukan sejak dini, dengan rutin
melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada hari ke 7 setelah menstruasi untuk
mengetahui apabila terdapat keanehan pada bentuk payudara sehingga memiliki potensi
kesembuhan yang lebih baik.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Agency for Research on Cancer. 2012. Latest world cancer statistics: Extimated
Cancer Incidence. Diakses tanggal 27 April 2019 time 21.05.
2. Anonymous. http://www.homepedin.org/ownload/kankerpayudara.pdf
http://www.who.int/nmh/publications/fact_sheet_cancers_en.pdf
5. Osbone,MP dan Bool Bol SK. Breast Anatomy and Development. In Harris RJ,
Lippman ME, Morrow M, Osborne KC, editors. Disease of the breast 5th Ed.
6. Hutborn KA, Larsson LG, Ragnhult I. The Lymph Drainage from the Breast to the
Axillary End Parasternal Lymph Nodes: Study with the Aid of Colloidal. Au 198. Acta
Radiol 1955.
8. Kumar V, Cortan R, Robbins SL. Neoplasma. Dalam: Buku ajar patologi Robbins II.
Edisi ke-7. Vol-1. Alih bahasa: Pendit BU. Editor bahasa Indonesia; Hartanto H,
9. Brunicardi CF, Anderson DK, et al. Schwartz’s Principle of Surgery. Eight edition ,
10. Price, Anderson S. patofisiologi Konsep Klinia Proses-proses penyakit. Jakarta, EGC
2006. P 1100-15.
27
11. Crum CP, Lester SC, Cotran RS. Sistem genitalia perempuan dan payudara. Dalam:
Kumar V, Cortan R, Robbins SL, editor. Buku ajar patologi Robbins. Edisi ke-7, Vol-
12. AJCC: Breast, In:Edge SB, Byrd DR, Compton CC, et al. AJCC Cancer Staging
13. Vaidya, M.P , and Shukla, H.S. A Textbook of Breast Cancer. Vikas Publishing House
PVT LTD.
14. Bland KL, Copeland EM. The Breast: Comprehensive Management of Benign and
15. DeVita VT, Lawrence TS, Rosenberg SA. Cancer: Principles & Practice of Oncology.
16. Brunicardi CF, Anderson DK, et al. Schwartz’s Principle of Surgery. Eight edition ,
October 2004.
28