persidangan WTO
Food, Drug, and Cosmetic Act (FFDCA). FSPTCA ini adalah undang-undang
dibawah otoritas Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat dengan
Didalam Section 907 (a)(1)(A) FSPTCA ini disebutkan bahwa 3 bulan setelah
penandatanganan FSPTCA ini, maka rokok atau bagian/komponen dari rokok, tidak boleh
mengandung zat-zat yang dapat menyebabkan kecanduan, perasa, baik alami ataupun
buatan (selain daripada tembakau biasa atau menthol), herbal maupun rempah-rempah
seperti, strawberry, anggur, jeruk, cengkeh/kretek, kayu manis, nenas, vanilla, kelapa,
ceri, cocoa, coklat, ataupun kopi, yang memberikan rasa/aroma khas (characterized
1
WTO DSB, Indonesian first written submission, United States – Clove Ciggarate DS406, hlm. 5.
Akibat pemberlakuan Sec. 907 (a)(1)(A) FSPTCA ini, maka rokok yang
mengecualikan tembakau biasa (regular tobacco) dan menthol, yang masih diperbolehkan
pihak yang paling dirugikan terhadap pemberlakuan Sec. 907 (a)(1)(A) FSPTCA.
bahwa Sec. 907 (a)(1)(A) FSPTCA adalah tindakan diskriminasi mengingat baik rokok
yang memiliki rasa/aroma khas, khususnya rokok kretek merupakan produk sejenis (like
products) dengan produk menthol yang dikecualikan dalam Sec. 907 (a)(1)(A) FSPTCA.
Dan rokok menthol ini merupakan rokok hasil produksi dalam negerinya sendiri sehingga
merupakan eksportir rokok kretek keberatan dengan hukum yang memperlakukan rokok
kretek secara diskriminasi daripada rokok menthol karena dianggap Amerika Serikat
2
149 United – States, FSPTCA, Sec. 907 (a)(1)(A).
Indonesia berpandangan bahwa Perjanjian TBT mewajibkan Amerika Serikat
untuk memastikan bahwa peraturan teknis yang tidak membatasi perdagangan secara
berlebihan dari yang diperlukan, sehingga menciptakan hambatan yang tidak perlu untuk
perdagangan internasional. Dalam hal ini, Perjanjian TBT mensyaratkan Amerika Serikat
mempertimbangkan informasi ilmiah dan hal peraturan teknis mengenai produk rokok
yang didiskriminasi tersebut. Kewajiban yang sama ada di bawah Perjanjian WTO tentang
Agreement on Sanitary and Phytosanitary Measures (SPS Agreement) dan GATT 1994.
Oleh karena itu, akhirnya Indonesia menggugat tindakan Amerika Serikat tersebut
1. Article 2.1, Article 2.2, Article 2.5, Article 2.8, Article 2.9, Article
Indonesia yang berkeberatan dengan kebijakan Amerika Serikat yang tidak sesuai
dengan komitmennya sebagai anggota WTO, akhirnya pada 7 April 2010, sesuai dengan
3
152 WTO DSB, Request for Establishment of a Panel by Indonesia (WT/DS406/5), United States – Measures
Affecting The Production and Sale of Clove Ciggarate DS406.
WTO,154 meminta untuk dilakukan konsultasi dengan Amerika Serikat. Kemudian
konsultasi berhasil diadakan pada 13 Mei 2010, namun tidak ada kesepakatan yang
Oleh karena konsultasi tidak mencapai kesepakatan, akhirnya pada tanggal 9 Juni
2010, Indonesia meminta pembentukan Panel oleh Dispute Settlement Body (DSB) WTO.
DSB WTO kemudian menetapkan susunan Panel yang terdiri tiga orang yang menduduki
anggota panel, yaitu Mr. Ronald Soborio dari Costa Rica sebagai ketua, serta Mr. Ichiro
Araki dari Jepang dan Mr. Hugo Cayrius dari Uruguay sebagai anggota. Selain itu dipilih
juga delapan negara, yaitu Brazil, Kolombia, Republik Dominika, Uni Eropa, Guatemala,
dan 14 Desember 2010. Dimana pada hari kedua dihadiri oleh Negara pihak ketiga.
DASAR HUKUM
4
155 WTO DSB, Panel Report (WT/DS406/R), United States – Measures Affecting the Production and Sale of
Clove Ciggarate (DS406), hlm. 1.
Perjanjian WTO
SOLUSI
1. Demi tercapainya cita-cita dan tujuan WTO, khususnya Disputes Settlement Body WTO,
membutuhkan penafsiran yang lebih jauh ataupun membuat pedoman bagi Panel atau
Appellate Body dalam melakukan penafsiran tentang Perjanjian TBT, terutama untuk
masalah dalam menentukan suatu produk sejenis (like products). Hal ini berguna agar
seluruh Negara Anggota WTO yang terikat dengan perjanjian ini dapat mengerti secara
baik maksud dari istilah-istilah yang terdapat dalam perjanjian tersebut sehingga
hukum bagi Panel, Badan Banding (Appellate Body), dan para pihak dalam
penyelesaian sengketa.