Anda di halaman 1dari 10

1.

Konsep dasar penyakit

1.1. Pengertian

1. DHF adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengan ciri demam
dan manifestasi perdarahan ( Pusdiknakes. Dep Kes RI, Asuhan Kesehatan Anak
Dalam Konteks Keluarga, 1992)
2. Dengue Haemoragic Fever adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus dan
ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti (Ngastiyah, 1997)
3. Dengue adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh
nyamuk Aedes Aegypti atau Aedes Albopictus (Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 2
FKUI, 1982)
Dari beberapa sumber di atas dapat disimpulkan bahwa DHF adalah suatu penyakit
infeksi yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes Albopictus dan Aedes
Aegypti) dan Arbovirus (Anthropoda virus) yang ditandai dengan adanya demam 5-7
hari dan tidak atau disertai perdarahan atau renjatan, sehingga dapat meimbulkan
kematian jika tidak ditanggulangi sedini mungkin.

1.2. Etiologi
a. Menurut Suriadi & Yuliani, 2001
Sebagai penyebab dari penyakit DHF adalah virus Dengue sejenis arbovirus.
b. Menurut FKUI, 1985, hal 608
Virus Dengue adalah anggota genus flavivirus dan anggota famili flaviviridae. Virus
berukuran kecil (50 nm) ini memiliki single standar RNA. Virus Dengue membentuk
suatu kompleks yang nyata di dalam genus flavivirus berdasarkan karakteristik
antigenik dan biologinya.
c. Depkes RI, 2000
Vektor dari Virus Dengue adalah nyamuk Aedes Aegypti yang diperkirakan sebagai
vektor utamanya. Berdasarkan pengamatan epidemiologi dan percobaan penularan di
laboratorium membuktikan bahawa Aedes Albocpitus, Ae. Polinesiensi dan Ae. Niveus
juga dianggap sebagai vektor sekunder.
d. Menurut WHO
Penyebaran dari virus dengue yaitu:
1) Telur
Telur Aedes Aegypti diletakkan satu persatu pada permukaan lembab tepat di atas batas
air. Masa perkembangan embrio adalah 48 jam pada lingkungan yang hangat dan
lemba, telur menetap bila wadah tergenang air.
2) Jentik dan Pupa
Tempat bertelur Aedes Aegypti adalah di perumahan yaitu, wadah air buatan manusia,
meliputi botol minuman, bak mandi, bambu, botol, kaleng, cangkir, plastik, pipa
saluran dan perangkap semut di kaki meja.
3) Kebiasaan menghisap darah
Menggigit aktif di siang hari, nyamuk betina mempunyai dua waktu aktifitas menggigit,
yaitu beberapa jam di pagi hari dan beberapa jam sebelum gelap.
4) Kebiasaan hinggap
Aedes Aegypti lebih suka beristirahat di tempat yang gelap, lembab. Misalnya: tempat
tidur, kloset, kamar mandi dan dapur. Tempat berisitirahat di dalam rumah di bawah
perabotan benda-benda yang digantung, seperti baju, tirai dan dinding.
5) Jangkauan terbang
Nyamuk betina dewasa menyebar lebih dari 400 meter untuk mencari tempat bertelur.
Morbilitas dan mortalitas demam berdarah dengue bervariasi dan dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain status imunologi penderita, kepadatan vektor nyamuk,
transmisi virus dengue, virulensi virus dan kondisi geografi setempat.
6) Siklus penularan
Nyamuk Aedes Aegypti biasanya terinfeksi virus dengue pada saat nyamuk Aedes
Aegypti menghisap darah dari seseorang yang sedang berada pada tahap demam akut.
Setelah melalui periode inkubasi ekistik selama 8-10 hari, kelenjar ludah yang
bersangkutan akan menjadi terinfeksi dan virusnya akan ditularkan ketika nyamuk
tersebut mengigit dan mengeluarkan cairan ludahnya ke dalam luka gigitan ke tubuh
orang lain. Setelah masa inkubasi di tubuh manusia selama 3-14 hari timbul gejala-
gejala awal penyakit secara mendadak yang ditandai dengan demam, pusing, myalgia,
hilangya nafsu makan dan berbagai tanda dan gejala non-spesifik seperti nausea,
muntah dan ruam pada kulit.
1.3. Tanda dan Gejala

a. Demam tinggi selama 5 – 7 hari.


b. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
c. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma.
d. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
e. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
f. Sakit kepala.
g. Pembengkakan sekitar mata.
h. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
i. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).

1.4. Patofisiologi

Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita adalah virernia
yang menyebabkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-
pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekia), hipertermi
dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran limfe (spleromegali), peningkatan
permiabilitas dinding kafiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi
hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta effuse plevro dan renjatan syok.
Haemokonsentrasi atau peningkatan hematokrit lebih dari 20 % menunjukkan atau
mengakibatkan adanya kebocoran plasma (perembesan) plasma (plasma kakage)
sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena,
peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma.
Tingginya nilai hematokrit penderita DHF disebabkan karena :
1. Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstraselular melalui kapiler yang rusak dengan
mengakibatkan menurunnya plasma dan meningkatnya nilai hemotokrit bersamaan
dengan menghilangnya plasma melalui endotekal dinding pembuluh darah.
2. Adanya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu dalam rongga peritoneum
pleura pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infuse.
1.5. Pathway
1.6. Komplikasi

Meski hanya terjadi pada sedikit kasus, demam dengue bisa berkembang
menjadi komplikasi yang lebih serius, yaitu dengue hemorrhagic fever atau demam
berdarah dengue (DBD) dan dengue shock syndrome yang dapat menyebabkan
kematian akibat pendarahan hebat.

Kedua komplikasi tersebut berisiko tinggi dialami oleh orang yang sistem
kekebalan tubuhnya tidak mampu melawan infeksi dengue yang dia derita, atau oleh
orang yang sebelumnya pernah terkena demam dengue lalu terkena kondisi ini kembali.

1.7. Penatalaksanaan Medis

Menurut Depkes RI, 2000, hal 26, penatalaksanaan dari DBD adalah sebagai berikut:
a. kasus ringan sampai sedang (Derajat I dan II), pemberian terapi cairan i.v bagi
pasien dilakukan selama jangka waktu 2-24 jam.
b. pasien yang menunjukkan kenaikan kadar hematokrit, jumlah trombosit kurang
dari 50.000/mm3 atau menunjukkan perdarahan spontan selain ptekie harus
dirawat.
c. tatalaksana demam DBD adalah memberikan obat antipiretik tetapi jangan
diberikan salisilat.
d. demam tinggi, anoreksia, mual dan muntah akan menyebabkan rasa haus dan
dehidrasi, oleh karena itu harus terus menerus diberi minum sampai pada batas
kemampuannya. Cairan rehidrasi oral yaitu cairan yang biasa digunakan untuk
mengobati diare dan atau jus buah lebih dianjurkan dari pada air putih.
e. pemeriksaan hematokrit berkala akan mencerminkan tingkat kebocoran plasma
dan kebutuhan pemberian cairan i.v. Kadar hematokrit harus pula diamati setiap
hari, terhitung mulai hari ketiga sampai suhu tubuh menjadi normal kembali
selam satu atau dua hari.
f. penggantian cairan plasma pada pasien Dengue Syok Syndrome.
g. koreksi gangguan elektrolit dan metabolik harus dilakukan secara berkala.
Tindakan awal pemberian cairan pengganti dan tindakan awal koreksi asidosis
dengan natrium bikarbonat akan memberikan hasil yang memuaskan.
h. pemberian obat sedatif kadang diperlukan untuk menenangkan pasien yang
gelisah.
i. terapi oksigen harus diberikan pada pasien yang mengalami syok.
j. transfusi darah dianjurkan untuk diberikan pada kasus yang menunjukkan
tanda perdarahan.
k. penggantian cairan pada DBD harus sama dengan jumlah cairan elektrolit yang
hilang, jadi harus diberika 10mg/kgBB untuk seiap 1% hilangnya berat badan.

1.8. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Soegijanto (2002), pemeriksaan diagnostik pada pasien Dengue


Haemorrhagic fever meliputi:
a. Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap (PDL):
1) Hemokonsentrasi (Hematokrit meningkat 20% atau lebih)
2) Trombositopenia (Trombosit 100.000/mm3 atau kurang)
3) Perpanjanga masa perdarahan dan berkurangnya tingkat protombin.
4) Asidosis
5) Hiponatremia
6) Hipokalemia.
b. Uji Torniquet Positif
Menurut Depkes RI (2000), uji torniquet dilakukan dengan cara memompakan
manset sampai titik antara tekana sistolik dan diastolik selama + 5 menit. Hasil
dipastikan positif apabila terdapat 10 ptekie atau lebih dalam 2,5cm2. pada DHF
biasanya uji ini memberikan hasil positif yang kuat dengan dijumpai 20 ptekie atau
lebih. Uji ini bisa saja negatif atau hanya positif ringan selama masa shock dan
menunjukkan hasil positif bila dilakukan setelah masa pemulihan fase shock.
c. Radiologi photo thorax
50% ditemukan efusi pleura, terjadi karena adanya rembesan plasma.
d. Uji laboratorium
e. Uji hambatan Hemaglutinasi
f. Uji Fiksasi komplemen
2. KonsepKeperawatan

2.1. Pengkajian

a. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, pegal-pegal pada seluruh tubuh
Tanda : takikardia dan lemah
b. Sirkulasi
Tanda : takikardia dan lemah, sianosis perifer, ekstremitas dingin, hipotensi, hiperemi
pada tenggorokan, ptekie, uji tourniquet positif, epistaksis, ekimosis dan
hematoma.
c. Eliminasi
Gejala : Konstipasi
Tanda : Melena
d. Makanan / cairan
Gejala : Anoreksia, mual, haus dan sakit saat menelan.
Tanda : Mukosa mulut kering, lidah kotor (kadang), perdarahan gusi, hematemesis.
e. Nyeri / ketidaknnyamanan
Gejala : Nyeri ulu hati, nyeri pada otot dan sendi, sakit kepala.
Tanda : nyeri tekan pada epigastrik.
f. Kemanan
Gejala : demam
Tanda : suhu tubuh tinggi, wajah kemerahan (flushing), menggigil.

2.2. Diagnosa keperawatan

a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi


b. Nyeri berhubungan dengan proses patologi penyakit
2.3. Intervensi Keperawatan

No Diagnose keperawatan Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional


Hasil { NIC }
{ NOC }
1. Hipertermi Setelah dilakukan
berhubungan dengan
tindakan keperawatan Observasi tanda- Tanda-tanda vital
proses infeksi virus.
selama .3 x 24 jam, tanda vital merupakan acuan untuk
pasien akan : tiap 3 jam. mengetahui keadaan
Menunjukkan suhu Beri kompres umum pasien.
tubuh dalam rentang hangat pada bagian Kompres hangat
normal. lipatan tubuh ( Paha dapat mengembalikan
TTV normal. dan aksila ). suhu normal
Monitor intake memperlancar
dan output sirkulasi.
Kolaborasi Untuk mengetahui
pemberian obat anti adanya
piretik. ketidakseimbangan
cairan tubuh.
Dapat
menurunkan demam

Peningkatan suhu
Beri banyak tubuh akan
minum ( ± 1-1,5 menyebabkan
liter/hari) sedikit tapi penguapan tubuh
sering meningkat sehingga
perlu diimbangi dengan
asupan cairan yang
banyak.

3. Nyeri akut Setelah dilakukan Lakukan Mengetahui


berhubungan dengan
tindakan keperawatan pengkajian nyeri nyeri yang dialami
proses patologis
penyakit. selama 3 x 24 jam, secara kompherensif. pasien sehingga
pasien akan : Kaji faktor- perawat dapat
Dapat faktor yang menentukan cara
mengontrol nyeri mempengaruhi mengatasinya.
Tingkat nyeri nyeri. Dengan
berkurang Berikan mengetahui faktor-
suasana gembira faktor tersebut maka
bagi pasien perawat dapat
melakukan intervensi
yang sesuai dengan
masalah klien.
Dengan suasana
gembira pasien dapat
sedikit mengalihkan
Kolaborasi perhatiannya terhadap
pemberian nyeri.
analgesik sesuai tipe
dan beratnya nyeri .
Obat analgesik
dapat menekankan rasa
nyeri.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (1999). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
Effendi, Christantie. (1995). Ensiklopedia Demam Berdarah. Edisi Revisi. Jakarta : Insan
Utama.
Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi IV. Jakarta : EGC

Nelson. (1997). Ilmu Kesehatan Anak. Edisi XII. Jakarta : EGC


Tjokronegoro Arjatmo, Utama Hendra. (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :
FKUI
PPNI (2016) Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi I. Jakarta : DPP PPNI
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/jek/article/view/3831

Anda mungkin juga menyukai