Anda di halaman 1dari 5

TUGAS K3

Reactive

Navira Fajriani 142018023


Hardianti 142018024

TEKNIK KIMIA
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
2019
Ledakan sangat berbahaya, reaksi reaktif yang kuat dapat menyebabkan kabut tebal,
kabut tebal tersebut dapat menyebabkan kurangnya cahaya, kebembapan, pergerakan, gesekan,
guncangan,dan penuaan. Di dalam kabut tersebut terdapat kandungan racun yang sangat tinggi.
Istilah reaktif dapat dibedakan menjadi beberapa tipe, tetapi dari setiap tipe memiliki
penanganan yang aman dan penyimpanan yang aman. Kategori reaktif yaitu: polimerisasi,
water reactive, piroforik, pembentukan peroksida, bahan kimia yang tidak sesuai dan
pengoksidasi, sensitif terhadap guncangan, bahan peledak yang berpotensi menimbulkan
ledakan besar. Hal-hal penting yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya ledakan:
mendeskripsikan kategori reaktif, prosedur penanganan, dan mempertimbangkan tindakan
penyimpanan.
Berikut merupakan kategori yang pertama, yaitu polimerisasi. Polimerisasi adalah 2 atau
lebih molekul monomer yang bersatu membentuk rantai dari sebuah struktur yaitu polimer.
Polimerisasi beroperasi pada eksotermik yaitu dalam suhu yang tinggi atau tekanan yang tinggi
serta memerlukan energi yang cukup besar. Jika dalam keadaan biasa, reaktif memiliki titik
nyala yang rendah, titik nyala yang rendah tersebut dapat menghasilkan api. Produk sampigan
gas dapat menyebabkan tekanan berlebih pada penyimpanan. stirena dan polivinil benzena
adalah beberapa contoh dari polimerisasi. Proses pembentukan polimerisasi harus dipantau
sehingga ketika ada sesuatu yang tidak sesuai dapat langsung ditagani dengan tepat sehingga
polimerisasi dapat berjalan dengan sempurna. Terkadang zat yang digunakan untuk mencegah
terjadinya reaksi harus digunakan agar mencegah terjadinya reaksi yang berbahaya, banyak
pula zat dari proses polimerisasi yang mudah terbakar, maka dari itu harus ditangani dengan
tindakan yang sesuai. Tata cara penyimpanan untuk polimerisasi adalah sebagai berikut: lokasi
yang digunakan untuk menyimpan piroforik harus tempat yang sejuk dan kering, serta jauh
dari paparan sinar matahari langsung, pemberian label tanggal zat tersebut diterima dan saat
dibuka pada bejana karena jika zat tersebut sudah terlalu lama dibuka dan terpapar dengan
udara dapat berbahaya saat digunakan, dan meminimalisir jumlah penyimpanan agar
mengurangi reaksi eksotermik yang dapat terjadi.
Katergori reaktif yang kedua adalah water reactive. Apabila suatu zat yang memiliki sifat
water reactive, kontak dengan air dapat melepaskan panas, gas yang mudah terbakar, racun,
atau gas yang dapat mengoksidasi, dan dapat juga melepaskan asap oksida logam. Tetapi bila
kontak dengan air dapat juga membentuk asam korosif. Water reactive utamanya berbahaya
bagi pemadan kebakaran, karena apabila terjadi kebakaran api sulit untuk dipadamkan. Simbol
yang digunkan untuk mengindikasi adanya water reactive di dalam laboratorium adalah W.
Simbol ini biasanya terdapat dalam pintu yang berada di laboratorium, lemari untuk
menyimpan water reactive, dan terdapat dalam label yang berada dalam tempat penyimpanan
water reactive. Contoh zat yang bersifat water reactive adalah logam alkali seperti K dan Na,
logam alkali tanah seperti Mg dan Ca, Hidrida, Karbida, Fosfida, Nitrida, Peroksida metalik,
bukan logam, dan logam transisi klorida. Berdasarkan contoh tersebut, zat yang paling reaktif
adalah hidrida. Untuk meminimalisisr kecelakaan kerja yang dapat terjadi, harus
memperhatikan MSDS yang terdapat pada label di kontainer. Berikut merupakan pertimbangan
penanganan yang dapat dilakukan untuk bahan kimia water reactive: jauhkan dari air atau
bahan apapun yang berpotensi menimbulkan air bahkan kandungan air di udara dapat pula
menyebabkan api atau menimbulkan ledakan, saat melakukan kegiatan pastikan menggunakan
APD dan pastikan agar kulit kering karena kelembapan kulit dapat menyebabkan korosif,
simpan di bawah bahan yang di rekomendasikan seperti kerosin dan minyak mineral,
perhatikan MSDS dari setiap bahan yang digunakan, simpan di tempat yang terisolasi, dan
simpan di kabinet yang kedap air.
Kategori reaktif yang ketiga adalah piroforik. Piroforik dapat menyala jika bereaksi
dengan udara. Kebocoran bahan sangat berbahaya karena berpotensi menimbulkan api,
tumpahan bahan apabila selama pengangkutan terjadi kecelakaan akan mengakibatkan
tertutupnya lalu lintas selama berhari-hari karena api sulit untuk dipadamkan. Jika piroforik
jatuh dan tumpah ke lantai maka akan menyala dalam sekejap. Contoh piroforik adalah trietil
seng, trietil alumunium, banyak komponen organo logam, dan piroforik kuning atau putih.
Piroforik harus ditangani dengan penaganan khusus, seperti disimpan di tempat yang lembab
seperti argon atau nitrogen yang penyimpanannya harus jauh dari O2, harus ada penutup yang
melindungi bahan tersebut agar tidak menimbulkan reaksi baru dan agar tidak tercampur
dengan air yang ada di udara sehingga dapat menyebabkan timbulnya api, simpan ditempat
yang terisolasi dan kedap udara, kontainer yang digunakan tidak terlalu lebar sehingga dapat
meminimalisir terjadinya kecelakaan.
Katergori reaktif yang keempat adalah pembentukan peroksida. Peroksida tidak stabil
dan mampu meledak pada konsentrasi yang sangat rendah. Bahan kimia akan bereaksi secara
alami menjadi peroksida. Reaksi ini biasanya tidak memperhatikan konsentrasi bahan kimia
pembentuk peroksida ke dalam kontainer tetapi sangat memperhatikan konsentrasi peroksida
yang rendah yang dapat mengakibtkan ledakan. Pembentukan peroksida terjadi ketika O2 di
udara atau air dimasukan kedalam struktur kimia dari peroksida sebelumnya. Reaksi ini terjadi
tanpa disadari dan tidak memiliki produk samping. Menyenggol kontainer yang berisi
peroksida atau mencampur peroksida dapat mengakibatkan ledakan. Sedikit peroksida dapat
menyebabkan kecelakaan yang serius karena menimbulkan ledakan atau kebakaran. Ledakan
tersebut dapat menghancurkan sebagian laboratorium. Sebagian besar pembuatan peroksida
dilakukan dengan proses evavorasi dan distilasi. Contoh hasil dari pembentukan peroksida
adalah dietil eter, tetrahidrofuran, asetil, dioksana, dan asam akrilat. Untuk membuat bahan
tersebut diperlukan waktu yang panjang sekitar 3 bulan dan dilakukan secara perlahan untuk
menghasilkan bahan yang bermutu. Komponen harus di cek menggunakan kertas lakmus atau
dengan zat yang dapat mengubah warna yaitu 10% potassium iodide. Jika komposisi tidak tepat
akan terjadi ledakan. Pada tanggal saat kontainer dibuka maka pada tanggal tersebut pula
oksigen dari atmosfer masuk ke kontainer dan bereaksi dengan zat kimia. Hal yang harus
dilakukan agar tidak terjadi pembentukan peroksida adalah sebagai berikut: jangan membuka
penutup kontainer, gunakan penutup yang aman agar tidak terjadi penguapan, jauhkan dari
panas, sinar matahari, dan sumber penyulut api, simpan di dalam botol kuning, dan segera
gunakan bahan tersebut.
Kategori yang kelima adalah bahan kimia yang tidak sesuai dan pengoksidasi. Bahan
tertentu mungkin bersifat stabil, tetapi jika dicampur akan bereaksi dengan kuat apabila
dicampurkan dengan bahan kimia yang salah. Pengoksidasi dapat secara spontan menyulut api
pada suatu zat, mengalami reaksi ledakan ketika terkena panas, guncangan, atau gesekan.
Contoh ketidaksesuaian dan pengoksidasi adalah asam dengan basa, oksidator dengan
reduktor, asam sulfur dengan asam asetat dapat menghasilkan peroksida, nitrit, klorat,
dikromatik, asam pikrat, dan nitrat. Hal yang harus diperhatikan adalah mengetahui bahaya
sebelum mencampur bahan kimia, perhatikan bahwa limbah yang dihasilkan masih merupakan
bahan kimia, hati-hati saat mencampur bahan kimia, simpan asam terpisah dari basa, simpan
oksidator terpisah dengan bahan yang mudah terbakar, simpan oksidator di tempat yang
lembam, dan gunakan kontainer yang berbeda agar mencegah pencampuran yang tidak
disengaja.
Kategori reaktif yang keenam adalah sensitive terhadap guncangan. Sedikit guncangan
pada suatu zat kimia dapat menyebabkan ledakan. Zat kimia ini akan sensitif terhadap
guncangan pada: pengeringan, penuaan, dekomposisi, dan reaksi. Contoh zat yang sensitif
terhadap guncangan adalah azida, ozonida, hidrogen peroxida, asam pikrat, dan perklorat
fulminat. Cara mencegah terjadinya ledakan pada bahan kimia adalah mengetahui sifat bahan
kimia tersebut yang sensitif terhadap guncangan, memantau kondisi bahan kimia secara
berkala, menangani dengan sesuai aturan dan memakai APD, dan simpan di tempat yang sejuk
dan kering, lindungi dari guncangan dan gesekan. Jika suatu bahan kimia telah sensitif terhadap
guncangan maka biarkan orang yang lebih profesional untuk menanganinya.
Kategori reaktif yang ketujuh adalah bahan peledak yang berpotensi menimbulkan
ledakan besar. Bahan kimia tertentu meledak dengan gelombang getaran lebih cepat dari
kecepatan suara. Gelombang getarannya dapat menyebabkan kerusakan yang parah dan
sebagian besar penggunaannya harus mengikuti peraturan BATF tentang keamanan
penyimpanan, dokumentasi dokumen. Seperti yang ada di dalam laboratorium asam pikrat,
dinitrotoluena, trinitrotoluena, difenol, dan trifenol dapat meledak ketika mendapatkan
guncangan, tekanan, atau suhu yang tinggi.
Berikut merupakan upaya yang dilakukan sebagai penanganan: Bahan peledak hanya di
beli dan di tangani sesuai dengan peraturan BATF dan pelatihan harus diberikan kepada
siapapun yang bekerja di bidang bahan peledak. Jika menemukan bahan yang telah menjadi
bahan peledak segera hubungi para professional untuk membuang bahan ini dengan benar.
Setiap bahan bahan kimia reaktif memiliki cara penanganan atau pencegahan dan cara
penyimpanan tersendiri, ada beberapa pencegahan umum untuk semua kategori bahan kimia
reaktif. Pertama tindakan pencegahan umumnya adalah pengetahuan, dengan pengetahuan kita
dapat mengetahui apakah bahan tersebut reaktif atau pengoksidasi atau peroksida atau
pisoforik. Untuk informasi tersebut dapat diketahui dari MSDS, MSDS memberikan informasi
tentang bahan dan kondisi yang sesuai untuk dihindari seperti terkena sinar UV, terpapar panas,
ataupun kelembapan. Secara umum mencampur bahan kimia, hanya dapat dilakukan oleh
professional yang sudah mengetahui tentang potensi bahayanya. Kedua, untuk penyimpanan
setiap bahan kimia reaktif yang paliang sesuai adalah tempat yang dingin dan kering, karena
reaktan terpapar sinar matahari atau panas, reaktan tersebut akan bereaksi sehingga hal tersebut
harus dihindari. Selain itu, bahan kimia reaktif harus terisolasi dari bahan kimia lain karena
jika dicampurkan dapat terjadi ledakan atau api. Selain terisolasi bahan kimia reaktif harus
dilindungi dari gesekan dan pencampuran atau penggilingan, bahkan ketika ada sejumlah
mikrogram peroksida dapat menyebabkan ledakan hanya dengan membuka tutup botolnya.
Selain penyimpanan, label adalah hal yang sangat penting agar tahu komponen dan bahaya dari
bahan kimia reaktif. Selain itu, label juga memiliki peringatan misalnya untuk tidak
menyenggol, menabrak, dll. Di label tertera tanggal dibuka wadah bahan kimia sehingga dapat
diketahui sudah berapa lama bahan tersebut terpapar atmosfer sehingga membantu menentukan
kondisinya. Setiap bekerja dengan bahan kimia ventilasi sangat penting karena bahan kimia
reaktif dapat menimbulkan racun yang dapat terpapar ke bahan kimia lain di dalam
labaratorium dan dapat terpapar pula ke bahan kimia ditubuh manusia. Selain itu,
menggunakan lemari asam dapat mencegah sakit kepala yang disebabkan oleh uap dari bahan
reaktif, mencegah pencampuran bahan kimia reaktif di udara yang dapat menyebabkan
kebakaran atau ledakan. Hal penting lain yaitu APD, pekerja di tempat bahan kimia reaktif
harus memakai APD diantaranya kacamata tahan bentur, sarung tangan, pengaman yang
menutupi wajah dari pecahan yang terbang, dll. Bahan APD yang digunakan harus sesuai
dengan aktivitas, pemilihan bahan APD yaitu dengan mempertimbangkan bahaya korosif,
toksisitas, atau pun yang lainnya yang berhubungan dengan bahan kimia reaktif. Meskipun
sebuah laboratorium memiliki tindakan pecegahan, terkadang terjadi kecelakaan yang
melibatkan bahan kimia reaktif, maka dari itu segera minta bantuan untuk penanganannya.
Tetapi ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan ketika bahan kimia reaktif terlibat
dalam kecelakaan, misalnya jika terjadi reaksi yang tidak terduga dan menimbulkan api yang
cukup kecil maka padamkan dengan pemadam api, jika memungkinkan cari udara segar agar
asap yang ditmbulkan dari kebakaran bahan tersebut tidak terhirup, dan jika terjadi luka
hentikan luka tersebut dengan tidak menyentuh luka tersebut secara langsung.

Anda mungkin juga menyukai