Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pengalaman sejarah bangsa Indonesia telah membuktikan pada kita, konsep ketahanan
nasional kita terbukti mampu menangkal berbagai bentuk ancaman sehingga tidak berujung
pada kehancuran bangsa atau berakhirnya NKRI. Setidaknya ini terbukti pada saat bangsa
Indonesia menghadapi ancaman komunisme tahun 1965 dan yang lebih aktual menghadapi
krisis ekonomi dan politik pada tahun 1997 – 1998. Sampai saat ini kita masih kuat bertahan
dalam wujud NKRI. Bandingkan dengan pengalaman Yugoslivia ketika menghadapi ancaman
perpecahan tahun 1990-an.Namun demikian, seperti halnya individu yang terus berkembang,
kehidupan berbangsa juga menglami perubahan, perkembangan dan dinamika yang terus
meneru. Ketahanan Nasional Indonesia Indonesia akan selalu menghadapi aneka tantangan dan
ancaman yang terus berubah.Ketahanan nasional sebagai kondisi – salah satu wajah Tannas –
akan selalu mewujudkan dinamika sejalan dengan keadaan atau obyektif yang ada
dimasyarakat kita. M. Erwin (2012 : 212) mengemukakan : masalah pokok pertama dan
ketahanan nasional Indonesia jika dilihat dari sudut geopolitik dapat dilihat dari bagaimana
menghadapi paham geopolitik negara-negara lain, terutama negara yang mengandalkan power
concept dan bertujuan menciptakan kondisi “penguasaan” dan “dominasi”. Lalu permasalah
pokok lain ketahanan nasional Indonesia adalah bagaimana menciptakan hubungan bilateral
yang “simetris” dengan negara-negara lain. Hubungan simetris ini dimaksudkan sebagai
hubungan yang didasari motivasi kerjasama saling menguntungkan dan saling menghormati,
dalam arti “duduk sama rata dan tegak sama tinggi”.Dalam kenyataan, tipe hubungan simetris
ini sulit dilaksanakan terutama dalam interaksi dengan negara-negara maju. Sebagai contoh
hubungan bilateral Indonesia dengan negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Hubungan itu
pada umumnya bersifat asymetris. Indonesia dianggap hanya berpotensi sebagai negara
menegah atau kekuatan “regional” dimana ekonominya belum begitu kuat dalam percaturan
internasional. Indonesia dianggap sebagai negara phery-phery dalam sistem politik
internasional yang dikuasai negara ini dalam hal ini Amerika Serikat.
Menurut Mahan kekuatan suatu negara tidak hanya tergantung luas wilayah daratan,
akan tetapi tergantung pula pada faktor luasnya akses ke laut dan bentuk pantai dari wilayah
negara. Sebagaimana diketahui Alfred T. Mahan termasuk pengembang teori geopolitik
tentang penguasaan laut sebagai dasar bagi penguasaan dunia. Barang siapa menguasai lautan
akan menguasai kekayaan dunia (Armawi, 2012).Cline dalam bukunya World Power
Assesment, A Calculus of Strategic Drift, melihat suatu negara dari luar sebagaimana
dipersepsikan oleh negara lain. Kekuatan sebuah negara sebagaimana dipersepsikan oleh
negara lain merupakan akumulasi dari faktor-faktor sebagai berikut : sinergi antara potensi
demograsi dengan geografi : kemampuan militer; kemampuan ekonomi; strategi nasional; dan
kemauan nasional atau tekad rakyat untuk mewujudkan strategi nasional. Potensi demografi
dan geografi; kemampuan militer; dan kemampuan ekonomi merupakan faktor yang tangible,
sedangkan strategi nasional dan kemauan nasional merupakan intangible factors. Menurutnya,
suatu negara akan muncul sebagai kekuatan besar apabila ia memiliki potensi geografi besar
atau negara secara fisik wilayahnya besar, dan memiliki sumber daya manusia yang besar pula
(Armawi, 2012 : 10).
1. Di Bidang Politik
Dalam bidang politik terdapat ancaman berupa pemerintahan yang tidak aspiratif dan
responsive atau bisa dikatakan diktator. Pemerintahan yang tidak mau mendengarkan
aspirasi rakyat artinya pemerintah ini tidak demokratis (dari rakyat, untuk rakyat dan
oleh rakyat). Padahal kita tahu bahwa sistem pemerintah Indonesia adalah sistem
pemerintah yang demokratis bukantotaliter (diktator). Meskipun telah
diselenggarakannya pemilu, hal ini tidak menjamin semua suara serta partisipasi rakyat
mendapat bagian dalam pemerintahan. Ini dikarenakan masih sering manipulasi suara
rakyat untuk memenangkan kelompok tertentu sampai kepada tidak meratanya
pemberian hak suara kepada rakyat (ada rakyat yang berhak menggunakan hak
suaranya tetapi tidak tercantum namanya dan sebaliknya).
2. Di Bidang Ekonomi
Dalam bidang ekonomi kemiskinan menjadi ancaman bagi Ketahanan Nasional. Suatu
kenyataan bahwa kemiskinan masih terdapat dalam jumlah yang besar di Indonesi.
Meskipun jumlah rakyat yan hidup di bawah garis kemiskinan sudah dapat dikurangi
sevara mencolok, yaitu dari sekitar 70% pada tahum 1970 menjadi sekitar 15% pada
tahun 1993, namun itu masih meliputi tidak kurang dari 27 juta orang. Satu jumlah yang
sama dengan jumlah penduduk satu negara ukuran menengah seperti Canada (28 juta)
dan jauh atas penduduk Malaysia (19 juta). Padahal rakyat Indonesia yang hidup sedikit
di luar garis kemiskinan juga masih tergolong miskin sekali. Maka dengan begitu
jumlah penduduk Indonesia yang masih hidup miskin banyak sekali. Kondisi penduduk
demikian tidak mendukung adanya Ketahanan Nasional yang kuat. Seperti telah
diuraikan, Ketahanan Nasional terdiri dari Kesejahteraan dan Keamanan yang dapat
dibedakan tetapi tidak dipisahkan. Kalau masih banyak sekali penduduk Indonesia
miskin, sekalipun ada kecenderungan akan membaik, maka Kesejahteraan pada waktu
ini belum tinggi. Karena itu juga Keamanan belum dalam kondisi yang cukup baik.
Oleh karena itu kemiskinan merupakan tatangan yang harus dapat diatasi secepat
mungkin untuk dapat mewujudkan Ketahanan Nasional yang tangguh. Kemiskinan itu
dapat dilihat secara absolut dan relatif. Dilihat secaea absolut kita mempunyai tingkat
kemiskinan sebagaimana diindikasikan oleh penghasilan per kapita yang sekarang
sebesaaaaaar 730 dollar AS atau sekitar Rp. 1.500.000,00 per tahun. Pada umumnya
penghasilan yang dinilai memadai adalah kalau sudah di atas 2.000 dollar AS atau
sekitae Rp. 4.500.000,00 per tahun. Jadi keadaan kita secara absolut baru sepertiga yang
dinilai normal. Padahal angka Rp. 1.500.000,00 per kapita/tahun itu jauh dari gambaran
keadaan penghasilan penduduk yang sebenarnya. Sebab ada yang segolongan kecil
yang kaya sekali dengan penghasilan per kapita mungkin tidak kalah dari penduduk di
negara maju, jadi lebih dari 20.000 dollar AS atau Rp. 45 juta setahun. Sedangkan
mayoritas penduduk di bawah Rp 1.500.000,00 bahkan mungkin sekali di bawah Rp.
1.000.000 per tahun. Secara relatif kondisi penghasilan bangsa Indonesia masih amat
parah juga, karena harus dibandingkan dengan penghasilan per kapita bangsa-bangsa
yang lain, khususnya yang tinggal sekitar kita. Kita adalah bangsa termiskin di
lingkungan ASEAN menurut laporan World Bank Altas 1995. Singapore adalah
terkaya dengan $ 19.310, Malaysia $3.160, Thailand $ 2.040, Filipina $ 830, sedangkan
Brunei Darussalam menurut majalah Asia Week 10 Februari 1995 $ 18.500. maka jelas
sekali bahwa kita baik secara absolut maupun relatif masih tergolong bangsa yang
miskin, apalagi kalau melihat penghasilan mayoritas penduduk yang di bawah Rp.
1.000.000,00 atau $ 500. Meskipun sekitar 5% pendudukan Indonesia tidak kalah
hidupnya dari rata-rata pendudukan Singapore.
Anonim. 2016. Semangat Dan Komitmen Kolektif Kebangsaan Untuk Memperkuat Nkri.
Tersedia di : https://ainamulyana.blogspot.com/2016/08/semangat-dan-komitmen-
kolektif.html