Anda di halaman 1dari 4

Pada 14 Juli 2019, tepatnya pukul 16:00 di Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku telah

terjadi gempa dengan Magnitudo 7,2 SR, kedalaman 25 km. Berdasarkan informasi yang
sudah diperoleh melalui berbagai media, menurut Bapak/Ibu apakah proses mitigasi
sudah berjalan dengan benar? Mengapa?

Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana).

Tujuan mitigasi bencana


 Mengurangi dampak yang ditimbulkan, khususnya bagi penduduk
 Sebagai landasan (pedoman) untuk perencanaan pembangunan
 Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam menghadapi serta mengurangi
dampak/resiko bencana, sehingga masyarakat dapat hidup dan bekerja dengan aman

Beberapa kegiatan mitigasi bencana:


 pengenalan dan pemantauan risiko bencana;
 perencanaan partisipatif penanggulangan bencana;
 pengembangan budaya sadar bencana;
 penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan bencana;
 identifikasi dan pengenalan terhadap sumber bahaya atau ancaman bencana;
 pemantauan terhadap pengelolaan sumber daya alam;
 pemantauan terhadap penggunaan teknologi tinggi;
 pengawasan terhadap pelaksanaan tata ruang dan pengelolaan lingkungan hidup

Mitigasi Bencana Gempa Bumi


1. Sebelum Gempa
 Mendirikan bangunan sesuai aturan baku (tahan gempa)
 Kenali lokasi bangunan tempat Anda tinggal
 Tempatkan perabotan pada tempat yang proporsional
 Siapkan peralatan seperti senter, P3K, makanan instan, dll
 Periksa penggunaan listrik dan gas
 Catat nomor telepon penting
 Kenali jalure evakuasi
 Ikuti kegiatan simulasi mitigasi bencana gempa
2. Ketika Gempa
 Tetap tenang
 Hindari sesuatu yang kemungkinan akan roboh, kalau bisa ke tanah lapang
 Perhatikan tempat Anda berdiri, kemungkinan ada retakan tanah
 Turun dari kendaraan dan jauhi pantai.
3. Setelah Gempa
 Cepat keluar dari bangunan.
 Gunakan tangga biasa
 Periksa sekitar Anda. Jika ada yang terluka, lakukan pertolongan pertama.
 Hindari bangunan yang berpotensi roboh.

Gempa di Halmahera Selatan


Gempa bumi Halmahera 2019 adalah sebuah gempa bermagnitudo 7,2 yang melanda
Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara, Indonesia pada tanggal 14 Juli 2019, Pukul 16.10
WIB. Pusat gempa berada di darat 63 km timur laut Kota Labuha dengan kedalaman 29 km.
Guncangan gempa ini dirasakan hingga Ambon, Namlea, Tobelo, Sorong bahkan Manado dan
Gorontalo.
Menurut Survei Geologi Amerika Serikat, guncangan terkuat dirasakan di sebagian besar
wilayah Halmahera Selatan berupa guncangan V-VI MMI. Kemudian di Obi, Kota Ternate,
Namlea dan Weda IV-V MMI. Serta II-III MMI di Masohi, Ambon, Taliabu, Maba, Sorong,
Misol Barat, Manado, Bolaang Mongondow dan Gorontalo. Hingga 15 Juli 2019, pukul 05.00
WIB telah terjadi gempa susulan sebanyak 61 kali, 28 diantaranya dapat dirasakan. Gempa
susulan terbesar bermagnitudo 5,8 pada 14 Juli, pukul 16.43 WIB.
Gempa ini menyebabkan 6 orang tewas diantaranya berasal dari desa Papaceda, Gane
Dalam, Ranga-Ranga dan Yomen, Halmahera Selatan. Gempa ini juga menyebabkan ratusan
rumah rusak. Diantaranya yang terparah berada di desa Gane Luar, sebanyak 380 rumah rusak
berat. Lalu di desa Ranga-Ranga 300 rumah, 131 rumah di desa Lemo-Lemo dan 90 rumah di
desa Tomara. Selain itu 6 unit sekolah dan 3 tempat ibadah rusak. Rumah dinas Polsek Labuha
juga dilaporkan rusak. Sedangkan di desa Dowora, Kecamatan Gane Barat Selatan 20 unit rumah
dilaporkan rusak berat dan jalan terbelah. Sementara 6 unit rumah rusak ringan di desa Dolik,
Kecamatan Gane Barat Utara.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi_Halmahera_2019)

Ribuan warga di Labuha, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara, masih bertahan
di beberapa titik pengungsian pasca-gempa magnitudo 7,2 di Halmahera Sealatan, Minggu
(14/07/2019) sore tadi. Bupati Halmahera Selatan Bahrain Kasuba ketika dihubungi
Kompas.com menjelaskan, warga yang mengungsi adalah mereka yang tinggal di wilayah pesisir
dalam kota Labuha karena takut adanya tsunami. “Ada ribuan yang mengungsi dan mereka rata-
rata berasal dari dalam kota Labuha yang rumahnya dekat pesisir,” kata Bupati Bahrian saat
dihubungi melalui telepon seluler. Hingga saat ini, kata bupati, ada lima yang menjadi titik
pengungsian warga, di antaranya kawasan rumah dinas DPRD, kantor bupati, polres dan masjid
raya Al Khairat Halmahera Selatan.
Mereka melakukan evakuasi mandiri juga ke rumah keluarga maupun kerabat yang
berada di daerah ketinggian. Sampai malam ini, Pemkab Halmahera Selatan masih fokus
menangani warga yang berada di pengungsian. Sementara untuk kecamatan dan desa-desa yang
terkena dampak gempa bumi, katanya, saat ini sedang ditangani camat dan kades. “Besok baru
kita turunkan tim ke daerah luar karena malam ini kita masih fokus menangani pengungsi
bersama beberapa instansi lainnya,” kata Bupati Bahrain.
(https://regional.kompas.com/read/2019/07/15/00194801/ribuan-warga-halmahera-selatan-
masih-mengungsi-pasca-gempa-magnitudo-72)

Berdasarkan berita di atas, dapat diketahui bahwa proses mitigasi sudah berjalan. Hal ini
dapat dilihat dari jumlah korban jiwa yang lebih sedikit, serta warga yang langsung melakukan
evakuasi ke daerah yang tinggi saat terjadi gempa. Tapi, untuk mitigasi bencana sebelum gempa
berupa mendirikan bangunan tahan gempa belum terlaksana karena bangunan yang rusak akibat
gempa masih sangat banyak. Jadi, perlu sosialisasi dari instansi terkait untuk konstruksi rumah
tahan gempa agar jika terjadi gempa lagi, kerusakan bangunan dapat diminimalisir.

Anda mungkin juga menyukai