2016 Iag
2016 Iag
IMELDA AGUSTINA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Imelda Agustina
NRP C451140121
RINGKASAN
Reef fishery business development in Kota Sabang has not run effectively
yet. This condition will grow some thinking in order to the reef fishery able to
increase a fisher welfare especially for traditional fisher. Nevertheless,
development in the reef fishery have still big opportunity on the prime
commodities.
This research aimed to analyze the types of prime commodities , determine
best fishing activity based on technic, environtment and social economic aspects,
analyze feasibility financial and formulate the bussiness development strategy of
reef fishery. Research and analyze methods had been done and data used in this
research were primarly and secondary. The primarly data were strategy, weakness,
opportunity and threat which came from observation and the fisher directly. The
secondary data was production number and price which came from the district
official of marine and fisheries affair. This result showed of best fishing activity
was hand line (VA gab=2,000) dan bubu (VA gab= 0,757).
Based on the feasibility financial calculation, the hand line autocomes with
NPV Rp 64.374.546-, IRR 28% and B/C ratio 3,86. The bussiness development
strategy is suggested to be developing production capacity, repairing the fish
quality for export, developing the best fishing activity (hand line), doing the reef
conservation, utilyzing the fishery instructor, inviting the investor and increasing
the investment control.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
POLA PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN KARANG
DI KOTA SABANG PROVINSI ACEH
IMELDA AGUSTINA
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Teknologi Perikanan Laut
SEKOLAH PASCASARJANA
PRAKATABOGOR
INSTITUT PERTANIAN
BOGOR
2016
Penguji luar pada ujian Tesis : Dr Iin Solihin, SPi MSi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian ini yang dilaksanakan sejak bulan Oktober, dengan judul
Pengembangan Usaha Perikanan Karang Kota Sabang Provinsi Aceh.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Mustaruddin, S.TP. Dr.
Nimmi Zulbainarni, S. Pi., M.Si dam Prof. Dr.Ir. John Haluan M. Sc. selaku
Pembimbing yang telah banyak memberi saran dan arahan. Semoga proposal ini
dapat menjadi panduan penulis dalam melakukan penelitian. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dosen dan staf pegawai Program Studi Teknologi Perikanan Laut yang telah
memberikan ilmu dan pengalaman yang berharga kepada penulis selama
menempuh pendidikan di IPB;
2. Keluarga besar di Sabang ayahanda Imran Ibrahim dan ibunda Asdewi Alida,
S.Pd serta keluarga penulis Taufik Abdillah dan Farisha Maulidina atas
motivasi yang diberikan selama ini; dan
3. Teman-teman seperjuangan Yulia, Auliya, Ratu serta keluarga kemuning 25
dan teman-teman TPL 2014 atas kebersamaan yang terjalin erat selama ini.
Penulis berharap tesis ini dapat menjadi masukan yang berharga bagi para
pembaca. Saran dan kritik sangat diharapkan untuk penyempurnaan isi tesis.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Imelda Agustina
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
1 PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
Kerangka Pemikiran 4
2 METODE 5
Waktu dan Tempat Penelitian 5
Jenis dan Sumber Data 5
Metode Penelitian 6
Analisis Skooring 6
Analisis Finansial 7
Analisis Pengembangan Perikanan Karang (SWOT) 10
3 HASIL DAN PEMBAHASAN 12
Analisis Skoring 12
Penilaian Aspek Teknik 12
Penilaian Aspek Lingkungan 13
Penilaian Aspek Sosial Ekonomi 14
Gabungan Aspek Teknik, Lingkungan dan Sosial Ekonomi 15
Analisis Finansial 17
Biaya Investasi Usaha Pancing 17
Biaya Operasional Usaha Pancing 18
Penerimaan Usaha Pancing 18
Analisis Kelayakan Finansial 19
Strategi Pengembangan Perikanan Karang (SWOT) 20
Identifikasi Faktor Internal 20
Kekuatan 20
Kelemahan 21
Identifikasi Faktor Eksternal 22
Peluang 22
Ancaman 23
4 SIMPULAN DAN SARAN 31
Simpulan 31
Saran 32
DAFTAR PUSTAKA 32
LAMPIRAN 36
RIWAYAT HIDUP 50
DAFTAR TABEL
1 Produksi ikan karang 2
2 Nilai produksi ikan karang 2
3 Matriks faktor strategi internal (IFAS) 10
4 Matriks faktor strategi eksternal (EFAS) 10
5 Matriks SWOT 11
6 Penilaian aspek teknik 12
7 Standarisasi penilaian aspek teknik` 12
8 Penilaian aspek lingkungan 13
9 Standarisasi aspek lingkungan 14
10 Penilaian aspek sosial ekonomi 15
11 Standarisasi aspek sosial ekonomi 15
12 Gabungan aspek teknik, lingkungan dan sosial ekonomi 16
13 Standarisasi gabungan teknik, lingkungan dan sosial ekonomi 16
14 Biaya invesati usaha pancing 17
15 Biaya operasional pancing 18
16 Penerimaan usaha perikanan karang di Kota Sabang 19
17 Finansial usaha penangkapan pancing 19
18 IFAS (Internal Strategic Factor Analysis Summary) usaha perikanan
karang di Kota Sabang 22
19 EFAS (External Strategic Factor Analysis Summary) usaha perikanan
karang di Kota Sabang 24
20 Matriks SWOT pada usaha pengembangan perikanan karang di Kota
Sabang 25
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran penilitian 4
2 Gambar peta Kota Sabang 5
3 Jenis-jenis ikan karang 48
4 Jenis-jenis alat penangkapan ikan karang 49
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kondisi keuangan suatu usaha biasanya dilihat dari kriteria Net Present
value (NPV) Internal Rate of Return (IRR) dan Benefit-cost Ratio (B/C ratio).
Suatu usaha perikanan tangkap akan dikatakan sehat dan dapat dikembangkan
lebih lanjut apabila hasil analisis keuangannya menunjukkan NPV>0, IRR lebih
besar dari suku bunga (interest rate) yang berlaku dan B/C ratio>1 .
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kerangka Pemikiran
2 METODE
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer
dan data sekunder. Data primer merupakan data yang langsung dikumpulkan di
lapangan berkaitan dengan pengembangan perikanan karang serta alat tangkap
yang digunakan nelayan. Sedangkan sumber data sekunder berasal dari Dinas
Perikanan dan Kelautan Kota Sabang dan isntansi terkait lainnya.
Adapun rincian data yang dikumpulkan, baik dari jenis data primer maupun
data sekunder adalah:
1). Data ikan karang di Kota Sabang diantaranya meliputi jenis ikan
karang hasil tangkapan, jumlah hasil tangkapan, dan upaya
penangkapan.
2). Data terkait dengan unit penangkapan ikan karang yang tepat
berdasarkan aspek teknik, lingkungan dan sosial ekonomi.
wanwancara dan kusioner dengan analisis skoring.
3). Data terkait analisis finansial ikan karang di Kota Sabang Provinsi
Aceh.
4). Data terkait dengan strategi pengembangan ikankarang di Kota Sabang
Provinsi Aceh yang menyangkut kepentingan pihak-pihak terkait di
lokasi, kriteria dan harapan dari pengembangan.Menggunakan data
primer
6
Metode Penelitian
Metode pada penelitian ini yaitu metode pengumpulan data primer dengan
cara wawancara dan pembagian kusioner . Data yang dikumpulkan langsung
untuk analisis skoring, analisis finansial dan analisis SWOT. Pengambilan sampel
pada penelitian menggunakan metode purposive sampling, bertujuan untuk
memilih responden yang benar-benar mengerti dan paham maksud dan tujuan dari
penelitian. responden yang mewakili sampel populasi nelayan sebagai pelaku
usaha perikanan karang kelompok nelayan setempat yang menguasai kondisi
masyarakat nelayan setempat, staf dinas kelautan dan perikanan Kota Sabang,
termasuk beberapa orang masyarakat dan penjual ikan. Pengumpulan data
sekunder dengan cara telaah pustaka terhadap hasil studi literatur dan yang
tersedia dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Sabang untuk melihat nilai
produksi Ikan karang yaitu ikan kerapu macan, ikan kerapu tikus, ikan kerapu
sunu merah dan ikan mata merah selama lima tahun 2010-2014.
Analisis Skoring
Dimana : Untuk V(X) = fungsi nilai dari variabel x, xo= nilai terburuk
kriteriax; x1= nilai terbaik pada kriteria x; V(A)= Fungsi nilai dari alternatif A;
Vi(Xi)= funsi nilai dari alternatif pada kriteria ke-i; xi= kriteria ke-i; i= 1, 2,
3,....,n.
Kriteria-kriteria pada rumus tersebut merupakan penciri dari setiap aspek
pengelolaan yang dianalisis. Sedangkan aspek pengelolaan yang dianalisis dalam
penelitian ini adalah aspek teknologi, aspek lingkungan, dan aspek sosial ekonomi.
Berikut disajikan jenis-jenis untuk setiap aspek pengelolaan tersebut dan cara
pemberian skornya.
7
Kriteria dan skor dalam analisis aspek teknologi unit penangkapan ikan
karang
Pada kriteria aspek teknik kriteria yang dilihat adalah ukuran alat tangkap
(Nomor alat tangkap), konguitas produksi, kelangkapan produksi yang diberikan
range dari 1-4 dimana nilai 1 tidak ada (sangat rendah) dan nilai 4 sangat lengkap
(tinggi), ukuran palka (kg/trip), kapasitas es (balok/trip) jumlah ABK (orang/unit),
kekuatan mesin (PK), serta ukuran kapal (GT).
Kriteria dan skor dalam analisis aspek lingkungan penangkapan ikan karang
Pada kriteria aspek lingkungan kriteria yang dilhat adalah selektivitas yang
tinggi, keramahan terhadap lingkungan, kualitas hasil tangkapan, keamanan bagi
nelayan, keamanan produk bagi konsumen, dampak pada biodiversity, keamanan
bagi ikan-ikan yang dilindungi pada kriteria ini range yang diberikan 1-4 dimana
nilai 1 tidak baik untuk setiap kriteria dan nilai 4 sangat baik untuk setiap kriteria
dan kriteria selanjutnya adalah by catch rendah (kg/trip).
Kriteria dan skor dalam analisis aspek sosial ekonomi penangkapan ikan
karang
Pada kriteria aspek sosial ekonomi kriteria yang dilhat adalah jumlah hasil
tangkapan (kg/trip) pada kriteria ini tidak menggunakan rating hasil yang
digunakan jumlah tangkapan yang dihasilkan oleh nelayan (kg/trip), tingkat
keuntungan, tingkat investasi, kemandirian dalam pembuatan dan perawatan, daya
beli rumah tangga nelayan, pemulihan kesehatan nelayan, dan mememnuhi
peraturan hukum dan perundang-undangan yang berlaku dimanan range yang
diberikan pada setiap kriteria adalah 1-4 dimana nilai 1 merupakan tidak baik
(rendah) sedangka nilai 4 sangat baik.
Analisis Finansial
Pada tahap awal analisis kelayakan finansial ini, dilakukan analisis terhadap
nilai investasi, biaya operasional, dan nilai penerimaan setiap usaha perikanan
karang. Hasil analisis ini akan menjadi masukan penting untuk analisis kelayakan
menggunakan beberapa kriteria/parameter yang relevan. Kriteria/paramter yang
digunakan dalam analisis kelayakan finansial ini mengacu kepada konsep analisis
8
biaya-manfaat. Analisis ini melihat kelayakan usaha perikanan karang layak atau
tidak untuk dilanjutkan. Adapun kriteria/parameter tersebut adalah Net Preset
Value (NPV), Net Benefit–Cost Ratio (B/C ratio), Internal Rate of Return (IRR).
a. Analisis net present value (NPV)
Net Preset Value (NPV) digunakan untuk menilai manfaat investasi usaha
perikanan karang yang merupakan jumlah nilai kini dari manfaat bersih dan
dinyatakan dalam rupiah (Kasmir & Jakfar 2009).
Perhitungan Net Preset Value (NPV) menggunakan rumus :
∑( )
Keterangan :
B = benefit
C = cost
i = discount rate
t = periode
Bila :
NPV>0 = investasi usaha perikanan karang tersebut layak sehingga menjadi
pertimbangan positif untuk pengembangannya.
NPV<0 = investasi usaha perikanan karang tersebut tidak layak
dilaksanakan, sehingga menjadi pertimbangan negatif dalam
pengembangannya.
NPV=0 = investasi usaha perikanan karang tersebut hanya mengembalikan
manfaat yang persis sama dengan tingkat socialopportunity cost
of capital.
∑( )
Keterangan :
B = benefit
C = cost
i = discount rate
t = periode
Bt = benefit pada periode tertentu
Ct = cost pada periode tertentu
Bila:
9
Keterangan :
i1 = interest rate yang menghasilkan NPV positif
i2 = interest rate yang menghasilkan NPV negatif
NPV1 = NPV pada discount rate i1
NPV2 = NPV pada discount rate i2
Bila:
IRR > dari interest rate (suku bunga) yang berlaku.
IRR sama dengan interest rate yang berlakumaka NPV usaha perikanan
karang tersebut sama dengan 0 (nol). IRR < dari interest rate yang berlaku maka
nilai NPV lebih kecil dari 0, berarti usaha perikanan karang tersebut tidak layak
dilaksanakan dan ini menjadipertimbangan negative.
Beberapa asumsi yang digunakan dalam perkiraan cashflow usaha perikanan
karang di Kota Sabang adalah sebagai berikut:
1. Umur proyek selama 10 tahun
2. Menggunakan discount factor 12% mengacu pada Bank Indonesia
(2015) sesuai dengan tingkat bunga deposito 1 Tahun yaitu Bank
Indonesia
3. Penerimaan hanya berasal dari penjualan hasil tangkapan;
4. Umur ekonomis untuk biaya penyusutan diasumsikan untuk kapal 10
tahun,mesin 5 tahun dan usaha penangkapan 2 tahun; dan
5. Pada tahun pertama dalam cash flow di asumsikan bahwa pendapatan
dan biaya total untuk setiap kapalnya hanya berdasarkan dalam 1 bulan
ada 20 trip, dalam setahun hanya bisa 8 bulan yang aktif penangkapan
karena kapal yang digunakan para nelayan adalah kapal baru atau kapal
bekas yang pada awal pembelian dilakukan perawatan terlebih dahulu
atau dalam masa pembuatan kapal.
10
Skor
Faktor-faktor
Pembobota
Strategis Bobot Rating
n (Bobot x
Internal
Rating)
Kekuatan
(StreghtsS) Bobot kekuatan 1 Rating kekuatan 1
Peluang 1 Bobot kekuatan 2 Ratingkekuatan 2
Peluang 2
Jumlah S A B
Kelemahan
(Weaknesess/W) Bobot kelemahan1 Ratingkelemahan 1
Ancaman 1 bobot kelemahan 2 Ratingkelemahan 2
Ancaman 2
Jumlah W C D
Total (A+C) = 1 (B+D)
Faktor-faktor Skor
Strategis Bobot Rating Pembobotan
Eksternal (Bobot x Rating)
Peluang
(Opportunities/O) Bobot peluang 1 Rating peluang 1
Peluang 1 Bobot peluang 2 Rating peluang 2
Peluang 2
Jumlah O A B
Ancaman
(Threats/T) : Bobot ancaman 1 Rating ancaman 1
Ancaman 1 Bobot ancaman 2 Rating ancaman 2
Ancaman 2
Jumlah T C D
Total (A+C) = 1 (B+D)
Sumber : Rangkuti, 2008
11
Konsep Operasional
1. Ikan karangadalah salah satu jenis ikan bernilai ekonomis baik di pasaran
lokal maupun internasional yang hidup di laut dan biasa dibudidayakan
dalam Keramba Jaring Apung (KJA) misalnya kerapu macan
(Ephinephelus fuscoguttatus) dan kerapu lumpur/tikus
(Cromileptesaltivelis)
2. Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahan dalam kaitannya
dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas
alokasi sumber daya
3. Pengembangan usaha adalah gambaran masa depan tentang usaha
agribisnis ikan kerapu
4. Analisis SWOT adalah Analisis lingkungan ekstrenal dan internal yang
berpengaruh pada pengembangan usaha budidaya ikan kerapu.
5. Faktor Internal adalah Faktor dari dalam kelompok usaha yang mencakup
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki kelompok usaha tersebut.
6. Faktor Ekstrenal adalah Faktor dari lingkungan di luar kelompok usaha
baik lingkungan makro (kebudayaan, pendidikan, sosiologi, demografi,
ekonomi, politik, hukum, SDA, pemerintah, dan tekhnologi) Maupun
lingkungan mikro yaitu konsumen, pesaing, pemasok, lembaga keuangan,
dan saluran distribusi.
7. Kekuatan adalah kompetensi khusus yang terdapat dalam organisasi yang
berakibat pada pemilikan keunggulan dan kemampuan dalam
pengembangan produk oleh unit usaha di pasaran.
8. Kelemahan adalah keterbatasan (kekurangan) dalam hal sumber,
keterampilan dan kemampuan menjadi penghalang kinerja yang dapat
menjadi penyebab terjadinya kerugian.
9. Peluang adalah perubahan yang dapat dilihat sebelumnya untuk waktu
dekat, dimasa mendatang yang akan memberikan keuntungan bagi
kegiatan usaha.
10. Ancaman adalah gejal-gejala yang merupakan dampak negatif atas
keberhasilan usaha, namun umumnya berada di luar kendali usaha.
Analisis Skoring
Analisis skoring dilakukan terhadap aspek teknik, aspek lingkungan dan
aspek sosial ekonomi. Analisis skoring diperlukan untuk mendapatkan urutan
perioritas alat penangkapan yang terbaik.
Hasil standarisasi dari penilaian aspek lingkungan tersebut disajikan pada Tabel 9.
14
bagian dari ekosistem perairan Indonesia. Selama ini potensi perikanan tersebut
dan alat tangkap yang ada telah menjadi bagian dari kehidupan nelayan dan
masyarakat Kota Sabang. Pemilihan alat tangkap yang terandalkan dari aspek
teknik, lingkungan dan sosial ekonomi yang akan diterapkan pada nelayan
perikanan karang.
Analisis Finansial
Analisis finansial perlu dilakukan untuk mengetahui kelayakan
pengusahaan usaha perikanan karang yang dinyatakan unggul dari aspek
teknik,lingkungan dan sosial ekonomi terutama dalam memberi manfaat finansial
yang layak bagi nelayan dan pelaku perikanan lainnya di lokasi. Hasil analisis
kelayakan secara finansial ini juga memberi informasi tentang prospek investasi
yang dilakukan pada usaha perikanan karang tersebut, sehingga keputusan bisnis
yang diambil lebih baik dalam mendukung pengembangan usaha perikanan
karang dalam jangka panjang di Kota Sabang. Sedangkan usaha perikanan karang
yang terpilih sebagai unggulan berdasarkan hasil analisis sebelumnya adalah
pancing. Hasil analisis kelayakan usaha pancing ini akan diuraikan secara detail
mulai dari kebutuhan biaya investasi, kebutuhan biaya operasional, penerimaan
usaha, kelayakan dari nilai NPV, kelayakan dari nilai IRR, dan kelayakan dari
nilai B/C ratio.
setiap trip operasi penangkapan. Jenis karang yang ditangkap oleh usaha
penangkapan tersebut di Kota Sabang sama.
A. Kelemahan
Kelemahan merupakan keterbatasan (kekurangan) dalam hal sumber,
keterampilan dan kemampuan menjadi penghalang kinerja yang dapat menjadi
penyebab terjadinya kerugian. Adapun kelemahan-kelemahan pada usaha
perikanan karang :
1. Ikan karang yang tertangkap sudah mulai kecil
Sumberdaya laut yang dapat di akses tersebut umumnya berada dalam tahap
kritis yaitu ikan-ikan hasil tangkap masih tergolong kecil.
Kelemahan
1 Ikan karang yang tertangkap 0,090 2 0,180
ukurannya kecil
2 Alat tangkap yang digunakan 0,108 2 0,216
tidak selektif
3 Kualitas SDM masih rendah 0,108 1 0,108
4 Peralatan pendukung penagkapan 0,099 2 0,198
tidak lengkap
5 Usaha pengelolahan ikan karang 0,093 2 0,186
belum berkembang
Total 1,000
2,712
Sumber: Data primer tahun 2015
B. Ancaman
Ancaman adalah gejala-gejala yang merupakan dampak negatif atas
keberhasilan usaha, namun umumnya berada diluar kendali usaha. Apabila
ancaman tersebut tidak diatasi maka akan menjadi ganjalan bagi usaha yang
bersangkutan baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang. Adapun
ancaman yang dihadapi oleh usaha perikanan karang antara lain:
daya alam secara lestari dan berkelanjutan. Hal ini akan berpengaruh terhadap
kondisi dan kelestarian ikan karang. Kebijakan reklamasi yang tidak
berdasarkan kepada analisa dampak lingkungan pada beberapa daerah juga
berpengaruh terhadap ekosistem ikan karang. Perizinan pengembangan usaha
bagi kelangan dunia usaha selama ini sebagian besar menjadi kewenangan
pusat. Kadangkala dalam hal ini pemberian izin tersebut tanpa memperhatikan
kepentingan daerah dan masyarakat setempat.
Ancaman
1 Penangkapan secara destruktif oleh nelayan 0,095 2 0,191
luar
2 Penambangan batu karang 0,092 2 0,185
3 Patroli pemanfaatan kawasan sekitar karang 0,095 1 0,095
rendah
4 Kondisi cuaca yang sering tidak menentu 0,107 2 0,214
5 Belum ada regulasi yang jelas pemanfaatan 0,104 1 0,104
ikan karang
Total 1,000 2,51
Sumber: Data primer tahun 2015
Tabel 20 Matriks SWOT pada Usaha Pengembangan Perikanan Karang di Kota Sabang
Kekuatan (Streanghts)
1. Biomasa ikan karang di 1. Meningkatkan 1. Mengembangkan alat
Kota Sabang besar Kapasitas Produksi tangkap unggulan
2. Alternatifalat tangkap Ikan Karang (S1, O2) untuk menggantikan
ikan karang banyak Ikan 2. Memperbaiki mutu alat tangkap destruktif
karang merupakan produk ikan karang (S2, T1)
3. perikanan nilai ekonomi terhadap ekspor (S3, 2. Melakukan konservasi
tinggi O3) terumbu karang yang
4. Biaya pemasaran rendah menjadi habitat ikan
5. Kualitas harga ikan karang (S5, T2
karang yang bagus
Berdasarkan matriks SWOT tersebut dapat dilihat bahwa ada beberapa strategi
yang dapat dilakukan untuk mengembangkan usaha perikanan karang dalam
menghadapi persaingan dimasa yang akan datang.
26
tikus, ikan kerapu sunuk merah dan ikan mata merah dapat dijadikan sebagai
komoditas unggulan untuk jenis ikan karang di kota Sabang. Produksi keempat
jenis ikan karang ini cukup dominan. Mamuaya et al (2007) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa produksi ikan yang stabil dengan nilai yang cukup tinggi dapat
menjamin keberlanjutan ekonomi perikanan bagi daerah sekitarnya. Ekonomi
perikanan akan berkembang dengan baik sangat tergantung pada kontribusi
masyarakat kawasan untuk menghasilkan produk yang dibutuhkan pasar secara
berkelanjutan. Produksi perikanan yang terjaga dengan dapat menarik minat
investor untuk mengembangan potensi perikanan yang ada sehingga menjadi lebih
besar dan berdaya saing.
Melihat perkembangannya dari tahun ke tahun, maka jumlah hasil
penangkapan ikan tersebut cukup fluktuatif atau cenderung tidak stabil
keberadaannya di Kota Sabang. Kondisi yang fluktuatif dapat mempersulit
pengaturan kegiatan penangkapan dan membuat rencana produksi perikanan
terutama untuk komditas ikan karang. Konteks yang lebih luas, fluktuasi hasil
tangkapan ikan yang didapat nelayan di Kota Sabang dalam memberi indikasi
belum stabilnya pengelolaan sumberdaya perikanan di lokasi dan masih lemahnya
penguasaan terhadap hal-hal teknik untuk pengembangan kegiatan penangkapan.
Idealnya nelayan dapat melakukan modifikasi tertentu dari alat tangkap yang
dimiliki untuk menghasilkan produk perikanan yang dinginkan.
Pemilihan alat tangkap ikan karang mempertimbangkan banyak aspek
untuk memastikan bahwa suatu alat tangkap yang dipilih benar-benar handal
untuk mendukung pengelolaan potensi perikanan yang diinginkan. Pertimbangan
aspek teknik, lingkungan dan sosial ekonomi dalam pemilihan alat tangkap yang
tepat bagi pemanfaatan potensi ikan karang di Kota Sabang. Berdasarkan Usaha
penangkapan ikan karang unggulan dari ketiga aspek yaitu teknik, lingkungan dan
sosial ekonomi yang dapat dikembangkan di Kota Sabang adalah pancing (VA
gab = 2,000) bubu (VA gab = 0,757) dan tondak (VA gab = 0,237). Menurut
Dahuri (2001) pemanfaatan potensi perikanan dan kelautan menggunakan alat
tangkap yang sesuai dan ramah lingkungan dapat mendukung pembangunan
ekonomi perikanan jangka panjang.
Bila ditinjau dari aspek teknologi, lingkungan dan sosial ekonomi, pancing
merupakan alat tangkap yang paling unggul dibandingkan dua alat tangkap
lainnya. Keunggulan alat tangkap lebih karena skala pengusahaan yang termasuk
mudah untuk digunakan yang sesuai dengan kriteria yang ada seperti ukuran alat
tangkap, kelengkapan peralatan produksi serta kekuatan mesin. Hasil penelitian
Mamuaya et al (2007) memperlihatkan kapasitas penyediaan es, perbekalan dan
kapasitas muat palka dengan keberlanjutan usaha perikanan di Manado. Usaha
perikanan dengan kondisi teknisk yang lebih baik dapat membawa keuntungan
yang lebih besar, sehingga mendukung keberlanjutan kegiatan ekonomi berbasis
perikanan di perairan pantai Manado.
Kelemahan aspek teknik harus diperhatian terutama oleh pemerintah
daerah karena kondisi teknik usaha cenderung mengindikasi kemampuan investasi
dan pemodalan yang dilakukan oleh pelaku usaha perikanan. Pemerintah daerah
sebaiknya lebih memperhatikan kemampuan nelayan dalam penyediaan alat
tangkap dan bahan pendukung penangkapan secara mandiri terlebih dahulu
daripada memikirkan kontribusi alat tangkap tersebut bagi PAD.
29
Terkait dari ketiga aspek alat tangkap bubu memiliki prospek cerah untuk
dikembangkan untuk masa mendatang. Hal ini terjadi karena hasil tangkapan dan
tingkatan keuntungan yang didapat dalam operasi alat tangkap ini lebih tinggi
dibandingkan alat tangkap tondak . Besarnya keuntungan dan hasil tangkapan dari
alat tangkap ini lebih karena skala pengusahaan yang besar, sehingga lebih daat
menyiasati berbagai perusahaan terutama terkait musim dan dan cuaca yang
terjadi dalam operasi penangkapan ikan. Rossiter (1997) menyatakan bahwa hasil
tangkapan dan keuntungan yang tidak stabil menjadi penyebab utama terjadinya
kegiatan penangkapan ilegal seperti penggunaan bahan kimia dan bahan peledak
di perairan Indonesia. Kondisi ini menyebabkan banyak nelayan yang tidak peduli
kelestarian sumberdaya ikan, apalagi berusaha melakukan konservasi habitat.
Bubu juga cukup baik dari ketiga aspek tersebut karena juga menerapkan
teknologi ramah lingkungan melalui pengaturan ukuran mata jaring dan ketahanan
alat tangkapnya juga lama. Pengoperasianalat tangkap ini yang dipasang tetap
sehingga tidak begitu aktif dibandingkan dengan alat tangkap lainnya. Menurut
Makino etal (2009) keaktifan alat tangkap dalam suatu kegiatan operasi
penangkapan ikan sangat mempengaruhi ketahanan alat tangkap tersebut dan
dampaknya terhadap ekosistem perairan. Alat tangkap yang bergerak terus dalam
operasinya akan cepat rusak karena berinteraksi dengan komponen perairan
(terutama bagian dasar) dapat menyebabkan destruksi yang lebih besar.
Terkait dengan ini, pemilihan alat tangkap dalam kaitan dengan peluang
pengembangan usaha perikanan karang di Kota Sabang, pancing dan bubu dapat
diandalkan dan lebih dapat membawa manfaat baik bagi nelayan sekitar maupun
bagi kelestarian sumberdaya ikan. Tondak banyak tidak sesuai dengan aspek
pengelolaan dan diindikasikan cenderung mengancam kelestarian sumberdaya
ikan bila terus dikembangkan.
Dalam analisis kelayakan finansial, hal ini mempengaruhi pertimbangan
biaya dengan penerimaan dari operasi penangkapan ikan yang selanjutnya
mempengaruhi pencapaian standar kelayakan usaha.Namun demikian, pengaruh
tersebut belum tentu berdampak nyata bila usaha perikanan karang mempunyai
keunggulan dari aspek lain, seperti hemat dalam operasional dan mempunyai
produktifitas (jumlah trip) yang baik pada musim banyak ikan. Menurut Hamdan
et al (2006) optimalisasi produksi perikanan pada musim puncak dan musim
sedang dapat menutupi kerugian usaha perikanan di musim puncak. Pemerintah
perlu mengembangkan kebijakan operasional yang mendukung optimalisasi ini
sehingga usaha perikanan yang dilakukan nelayan dalam terus bertahan.
Permasalahan utama yang banyak dialami oleh nelayan yang ada ketergantungan
pada alam dam musin (Haryono 2015). Misalnya pada musim ikan nelayan akan
sangat sibuk sedangkan pada musim paceklik nelayan akan menganggur mencari
kegiatan ekonomi yang lain. Namun nelayan di Kota Sabang umumnya telah
memiliki kesadaran diri untuk mengantisipasi hal tersebut. Nelayan telah memiliki
kesadaran untuk menghadapi perubahan alam atau musim yang terjadi,
diantaranya pengaturan jenis alat tangkap yang digunakan.
Secara umum, skala pengusahaan dari usaha perikanan karang yang
dilakukan nelayan di Kota Sabang termasuk menengah ke atas. Hal ini
ditunjukkan oleh nilai investasi yang besar. Bila dilihat pancing memiliki nilai
investasi sebesar 155.500.000. Selama ini, pancing merupakan usaha perikanan
yang sangat diandalkan di Kota Sabang untuk perikanan karang, karena dianggap
30
Simpulan
1. Jenis usaha penangkapan ikan karang yang paling unggul dari gabungan
teknik, lingkungan dan sosial ekonomi untuk dikembangkan di perairan
Kota Sabang adalah pancing (VA gab=2,000). Sedangkan usaha
penangkapan yang menjadi back-up (unggulan kedua) adalah bubu (VA
gab= 0,757) .
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia. 2010. Kurs Suku Bunga (Interest rate) Deposito Yang Berlaku
pada periode Tahun 2010. Jakarta (ID): Bank Indonesia.
dan Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Bogor (ID): IPB.
233.
DKP. 2015. Visi Misi Grand Strategy dan Sasaran Strategis (KKP). Pusat Data
Statistik dan Informasi (PUSDATIN) – DKP. www.KKp.co.id. Diakses 07
November 2014.
Hastuty R. 2014. Tutupan Karang dan Komposisi Ikan Karang Di dalam dan Luar
Kawasan Konservasi Pesisir Timur Pulau Weh, Sabang. J Depik 3(2): 99-
107.
Kushima J-A & Miyasaka A. 2003. Report on the discussions to manage the use
of lay nets. State of Hawaii. Department of Land and Natural Resources.
Division of Aquatic Resources. 22 p. (hawaii.gov/
dlnt/dar/pubs/net_report02.pdf; 11 Maret 2008).
Liana TM, Elmer, MF, Lenore PC. and Alan GC. 2001. The Bolinao Community-
Based Coastal Resource Management Project.Jurnal of Community
Organizer Haribon Foundation.
Mamuaya GE., Haluan J, Wisudo SH, dan Astika IW. 2007. Status Keberlanjutan
Perikanan Tangkap di Daerah Kota Pantai : Penelaahan Kasus di Kota
Manado. Buletin PSP 16(1): 146-160.
Pet-Soede C, van Densen WLT, Pet JS, &Machiels MAM. 2001. Impactof
Indoensian coral reef fisheries on fish community structure and the resultant
catch composition. Fish. Res. 51: 35-51.
Rangkuti F, 2001. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta (ID):
Gramedia.
SaaninH. 1995. Taksonomi dan kunci Identifikasi Ikan I dan II.Bogor (ID): Bina
Cipta.
LAMPIRAN
36
Responden Kriteria
1 2 3 4 5 6 7 8
1 1 2 2 20 1 1 30 3
2 1 2 2 30 1 1 20 2
3 1 2 2 20 1 1 20 2
4 1 2 2 25 2 2 25 2,5
5 1 2 3 25 1 2 20 2
6 2 1 2 25 2 1 25 2,5
7 1 1 3 25 1 2 30 3
8 2 1 2 30 1 1 20 2
9 2 2 2 20 2 2 20 3
10 2 2 3 30 1 2 25 3
Jumlah 14 17 23 250 13 15 235 25
rata-rata 1,4 1,7 2,3 25 1,3 1,5 23,5 2,5
37
Responden Kriteria
1 2 3 4 5 6 7 8
1 1 2 2 40 2 1 25 3
2 1 1 3 30 1 2 30 3
3 2 2 3 30 1 2 25 2,5
4 2 2 2 30 3 1 25 3
5 2 2 3 40 2 2 25 3
6 2 2 2 25 2 1 25 2,5
7 2 1 2 20 1 2 25 2,5
8 2 2 2 30 1 2 30 2
9 2 3 3 40 3 3 30 2
10 2 2 2 30 1 1 25 2,5
jumlah 18 19 24 315 17 17 265 26
rata-rata 1,8 1,9 2,4 31,5 1,7 1,7 26,5 2,6
Responden Kriteria
1 2 3 4 5 6 7 8
1 3 3 4 4 3 1 4 4
2 3 3 4 4 4 2 4 3
3 4 3 4 3 3 2 4 4
4 3 4 3 4 4 1 4 4
5 3 3 3 4 4 1 4 4
6 4 4 4 3 4 1 4 4
7 4 3 4 3 4 1 3 4
8 3 3 3 4 4 1 4 4
9 3 3 4 3 4 2 3 3
10 4 3 4 3 4 1 4 3
jumlah 34 32 37 35 38 13 38 37
rata-rata 3,4 3,2 3,7 3,5 3,8 1,3 3,8 3,7
38
Responden Kriteria
1 2 3 4 5 6 7 8
1 3 2 3 3 3 1 2 4
2 3 3 3 3 3 1 2 4
3 3 3 3 2 4 1 3 4
4 3 3 3 3 3 1 3 3
5 3 3 3 3 3 1 2 4
6 3 2 3 2 4 1 3 4
7 3 2 3 2 3 2 3 3
8 2 3 3 3 4 1 2 4
9 3 3 3 3 4 1 2 4
10 2 2 3 3 4 2 2 4
Jumlah 28 26 30 27 35 12 24 38
rata-rata 2,8 2,6 3 2,7 3,5 1,2 2,4 3,8
Responden Kriteria
1 2 3 4 5 6 7 8
1 2 3 3 4 3 1 3 4
2 3 3 3 4 4 2 2 3
3 2 3 3 3 3 1 2 4
4 3 4 3 3 4 1 4 4
5 3 3 3 4 4 1 3 4
6 3 4 2 3 3 1 2 4
7 3 3 2 3 3 1 3 4
8 3 3 3 3 3 1 2 4
9 3 3 3 3 3 2 2 3
10 2 3 2 3 3 1 3 3
Jumlah 27 32 27 33 33 12 26 37
rata-rata 2,7 3,2 2,7 3,3 3,3 1,2 2,6 3,7
39
Lampiran 3 Nilai rata-rata aspek sosial ekonomi pada alat tangkap pancing
Responden Kriteria
1 2 3 4 5 6 7
1 20 3 3 3 3 3 3
2 10 3 3 3 3 3 3
3 15 3 2 3 3 3 3
4 20 3 3 3 3 3 3
5 10 2 3 2 2 2 4
6 10 2 3 3 3 3 4
7 10 3 3 3 3 3 4
8 15 3 3 3 3 3 4
9 10 2 3 2 3 4 3
10 10 2 3 3 3 3 3
jumlah 130 26 29 28 29 30 34
rata-rata 13 2,6 2,9 2,8 2,9 3 3,4
Responden Kriteria
1 2 3 4 5 6 7
1 5 3 4 2 3 3 3
2 5 3 4 2 3 4 3
3 5 2 3 3 4 3 3
4 5 3 4 3 3 4 3
5 10 2 4 3 3 3 3
6 5 3 3 2 3 3 3
7 10 3 4 3 3 4 2
8 10 2 3 3 3 4 2
9 10 2 4 3 3 3 3
10 5 3 4 2 4 3 3
jumlah 70 26 37 26 32 34 28
rata-rata 7 2,6 3,7 2,6 3,2 3,4 2,8
40
Responden Kriteria
1 2 3 4 5 6 7
1 20 3 3 4 3 2 3
2 15 3 4 3 2 3 3
3 20 4 4 4 3 3 3
4 20 3 3 3 3 2 3
5 15 3 4 3 2 2 4
6 10 4 3 3 3 3 4
7 15 3 4 3 2 3 4
8 20 4 3 4 3 3 3
9 20 3 4 3 3 3 3
10 20 3 3 3 2 3 3
Jumlah 175 33 35 33 26 27 33
rata-rata 17,5 3,3 3,5 3,3 2,6 2,7 3,3
Nama
No Pemilik Harga
Alat
Kapal Mesin Tangkap
1 Iskak 130.000.000 60.000.000 3.500.000
2 Lukman 115.000.000 55.000.000 2.500.000
3 Hasbi 110.000.000 55.000.000 3.500.000
4 Madianto 110.000.000 50.000.000 3.000.000
5 Ilya 85.000.000 30.000.000 2.500.000
Jumlah 550.000.000 250.000.000 15.000.000
rata-rata 110.000.000 50.000.000 3.000.000
Mata
Responden Kerapu merah Layur Kakap
Volume
Volume Harga Volume Harga Volume Harga Volume Harga Total
(kg) (Rp) Penerimaan (kg) (Rp) Penerimaan (kg) (Rp) Penerimaan (kg) (Rp) Penerimaan (kg) PenerimaanTotal
41
42
42
Lampiran 7 Biaya operasiona usaha perikanan karang
Air
Responden Oli Solar ES bersih Umpan Perbekalan
Volume Harga Volume Harga Volume Harga Volume Harga Harga Harga
(liter) (Rp) Jumlah (liter) (Rp) Jumlah (balok) (Rp) Jumlah (jerigen) (Rp) Jumlah (Rp) Jumlah (Rp) Jumlah
1 2 150.000 250000 8 5.950 47600 2 5.000 10000 1 10.000 10000 50.000 50000 50.000 50000
2 2 150.000 150000 5 5.950 29750 1 5.000 5000 1 10.000 10000 30.000 30000 20.000 20000
3 2 150.000 150000 7 5.950 41650 1 5.000 5000 1 10.000 10000 50.000 50000 50.000 50000
4 2 150.000 250000 8 5.950 47600 2 5.000 10000 1 10.000 10000 50.000 50000 50.000 50000
5 2 150.000 100000 5 5.950 29750 1 5.000 5000 1 10.000 10000 30.000 30000 20.000 20000
Rata-rata
(Rp/trip) 3,9 180000 6,6 39270 1,4 7000 1 10000 42.000 42000 38.000 38000
Rata-
rata(Rp/thn) 47,05 28800000 1056 6283200 224 1120000 160 1600000 6720000 6080000
43
Lampira 8 Analisis Finansial Pancing
Cashflow/th 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Cashinflow
Penerimaan 96.512.000 96.512.000 96.512.000 96.512.000 96.512.000 96.512.000 96.512.000 96.512.000 96.512.000 96.512.000
Cash outflow
Kapal 101.000.000
Mesin 40.000.000 40.000.000
Alat tangkap 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000
Cooler Box 2.500.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000
Sedekah Laut 130.000 130.000 130.000 130.000 130.000 130.000 130.000 130.000 130.000 130.000
Biaya
Perawatan 4.190.000 4.190.000 4.190.000 4.190.000 4.190.000 4.190.000 4.190.000 4.190.000 4.190.000 4.190.000
Biaya 50.603.200 50.603.6200 50.603.200 50.603.200 50.603.200 50.603.200 50.603.200 50.603.200 50.603.200 50.603.200
Operasional
210.423.200 54.923.200 60.423.200 54.923.200 60.423.200 94.923.200 60.423.200 54.923.200 60.423.200 54.923.200
Total outflow
-113.911.200 41.588.800 36.088.800 41.588.800 36.088.800 1.588.800 36.088.800 41.588.800 36.088.800 41.588.800
Net cashflow
Df 12% 0,89 0,80 0,71 0,64 0,57 0,51 0,45 0,40 0,36 0,32
-
113.911.200,89 41.588.799,20 36.088.799,29 41.588.799,36 36.088.799,43 1.588.799,49 36.088.799,55 41.588.799,60 36.088.799,64 41.588.799,68
Laba rugi PV
Rp 64.374.546
NPV
IRR 28%
C 198.388.800
3,86
B/C
766.732.200
B
293.160.000
C
43
44
bobot
Faktor rata-
Internal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 jumlah rata relatif
Kekuatan
1 Biomasa 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3
ikan karang
diperairan
Kota Sabang
besar 34 3,4 0,102
2 Alternatif 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3
alat tangkap
ikan karang
banyak 36 3,6 0,108
3 Ikan karang 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4
merupakan
produk
perikanan
terfavorit 33 3,3 0,099
4 Biaya 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3
pemasaran
rendah 28 2,8 0,084
5 Kualitas 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4
harga ikan
karang yang
bagus 36 3,6 0,108
reting
rata-
Faktor Internal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 jumlah rata relatif
Kekuatan
1 Biomasa ikan 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4
karang diperairan
Kota Sabang besar 37 4 0,138
2 Alternatif alat 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3
tangkap ikan banyak 37 4 0,138
3 Ikan karang 2 2 3 3 3 4 3 4 3 3
merupakan produk
perikanan terfavorit 30 3 0,112
4 Biaya pemasaran 3 4 4 3 3 3 2 3 2 4
rendah 31 3 0,116
5 Kualitas ikan karang 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3
yang bagus 36 4 0,134
45
bobot
Faktor rata-
Internal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 jumlah rata relatif
Kelemahan
1 Ikan karang 3 3 3 4 4 2 3 3 2 3
yang
tertangkap
ukurannya
kecil 30 3 0,090
2 Alat tangkap 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4
yang
digunakan
tidak selektif 36 3,6 0,108
3 Kualitas 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3
SDM masih
rendah 36 3,6 0,108
4 Peralatan 2 2 3 3 4 4 4 4 3 4
pendukung
penagkapan
tidak
lengkap 33 3,3 0,099
5 Usaha 4 4 4 3 3 3 2 3 2 3
pengelolahan
ikan karang
belum
berkembang 31 3,1 0,093
reting
rata-
Faktor Internal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 jumlah rata relatif
Kelemahan
1 Ikan karang 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3
yang tertangkap
sudah mulai
kecil 26 2,6 0,097
2 Alat tangkap 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2
yang digunakan
tidak selektif 24 2,4 0,090
3 Kualitas SDM 2 2 2 1 1 1 1 1 2 2
masih rendah 15 1,5 0,056
4 Peralatan 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2
pendukung
tidak lengkap 16 1,6 0,060
5 Usaha 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1
peneglolahan
ikan karang
belum
berkembang 16 1,6 0,060
46
bobot
(tingkat
urgensi)
Faktor rata-
Eksternal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 jumlah rata relatif
Peluang
1 Ketertarikan 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4
investor tinggi 34 3,4 0,098
2 Harga ikan 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3
karang relatif
tinggi 37 3,7 0,107
3 Pasar ekspor 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3
ikan karang
terbuka 35 3,5 0,101
4 Dukungan 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4
PEMDA
terhadap
pengelolahan 34 3,4 0,098
5 Minat 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4
konsumen
lokal tinggi
terhadap ikan
karang 35 3,5 0,101
reting
Faktor rata-
Eksternal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 jumlah rata relatif
Peluang
1 Ketertarikan 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3
investor
tinggi 33 3,3 0,168
2 Harga ikan 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2
karang
relatif tinggi 26 2,6 0,132
3 Pasar ekspor 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2
ikan karang
terbuka 16 1,6 0,081
4 Dukungan 2 2 3 2 1 2 1 3 3 2
PEMDA
terhadap
pengelolahan
ikan karang 21 2,1 0,107
5 Minat 3 1 3 2 2 1 2 2 2 3
konsumen
lokal tinggi
terhadap
ikan karang 21 2,1 0,107
47
bobot
Faktor rata-
Eksternal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 jumlah rata relatif
Ancaman
1 Penagkapan 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4
secara
destruktif oleh
nelayan luar 33 3,3 0,095
2 Penambangan 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3
batu karang 32 3,2 0,092
3 Patroli 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3
pemanfaatan
kawasan
sekitar karang
rendah 33 3,3 0,095
4 Kondisi cuaca 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3
yang sering
tidak menentu 37 3,7 0,107
5 Transaksi 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4
hasil
tangkapan di
laut 36 3,6 0,104
Reting
Faktor rata-
Eksternal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 jumlah rata relatif
Ancaman
1 Penangkapan 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1
secara
destruktif
oleh nelayan
luar 16 1,6 0,081
2 Penambangan 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2
batu karang 17 1,7 0,086
3 Patroli 1 2 2 2 1 2 1 2 1 1
pemanfaatan
kawasan
sekitar
karang
rendah 15 1,5 0,076
4 Kondisi 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1
cuaca yang
sering tidak
menentu 17 1,7 0,086
5 Transaksi 2 1 1 1 2 1 1 2 2 2
hasil
tangkapan di
laut 15 1,5 0,076
48
RIWAYAT HIDUP