Anda di halaman 1dari 1

Hati si Pitung geram sekali.

Sore ini ia kembali melihat kesewenang-wenangan para


centeng Babah Liem. Babah Liem atau Liem Tjeng adalah tuan tanah di daerah tempat
tinggal si Pitung.

Babah Liem menjadi tuan tanah dengan memberikan sejumlah uang pada pemerintah
Belanda, Selain itu, ia juga bersedia membayar pajak yang tinggi pada pemerintah
Belanda.

Itulah sebabnya, Babah Liem mempekerjakan centeng-centengnya untuk merampas harta


rakyat dan menarik pajak yang jumlahnya mencekik Ieher.

Mbok Sarni tinggal sebatang kara di hutan yang sepi. Ia sangat menginginkan kehadiran
seorang anak.

Tiap hari ia tiada henti selalu berdoa, “Tuhan, karuniai seorang anak padaku.
Sesungguhnya hidupku sangat sepi. Jika engkau mengaruniai aku seorang anak tentunya
aku akan semakin bersyukur dan taat kepadamu.”

Suatu hari, raksasa yang kebetulan lewat mendengar doa Mbok Sarni. Dengan suaranya
yang menggelegar, raksasa itu bertanya, “Hei wanita tua! Apakah kau sungguh-sungguh
menginginkan seorang anak?”

Mbok Sarni terkejut. Dengan gemetar, ia menjawab, “Benar sekali. Aku mendambakan
seorang anak yang bisa menemaniku. Namun sepertinya hal itu tak mungkin, usiaku sudah
tua, dan suamiku telah meninggal.”

“Ha… ha… ha… aku bisa mengabulkan keinginanmu dengan mudah, tapi tentu ada
syaratnya. Apakah kau bersedia?” tanga si raksasa.

“Baiklah, aku bersedia,” sahut Mbok Sarni menjawab walau hatinya takut melihat sosok
raksasa yang besar dan seram.

Anda mungkin juga menyukai