Anda di halaman 1dari 2

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Isu kemacetan lalulintas di kota-kota di Indonesia, juga termasuk di Kota


Bandar Lampung menjadi persoalan utama. Untuk memenuhi kepuasan
masyarakat, kritik masyarakat dan keluhan masyarakat atas kemacetan lalu
lintas tersebut maka harus dicari upaya pemecahannya, antara lain dengan
memperlebar jalan, merekayasa lalu lintas, membuat jalan tol di tengah kota,
membuat underpass, membuat flyover (jembatan layang), memprioritaskan
transportasi publik, membangun skytrain, dsb.

Namun, yang terjadi hari ini dengan adanya Flyover MBK justru masih
belum bisa menyelesaikan kemacetan yang terjadi di ruas jalan persimpangan
Jl. Teuku Umar, Jl. Sultan Agung dan Jl. Zainal Abidin Pagar Alam. Setiap
jam-jam keberangkatan dan kepulangan masih kerap terjadi kemacetan di
persimpangan Mall Boemi Kedaton dan diperparah dengan adanya
Perlintasan Kereta Api yang berada di dekat lokasi flyover. Selain itu, dengan
adanya flyover MBK seakan mengurangi pengunjung ke Mall Boemi
Kedaton karena sulitnya pengunjung untuk masuk ke area MBK dan
membuat kebanyakan pengunjung lebih memilih Mall di daerah lain, seperti
Transmart, Mall Kartini, Central Plaza, dsb.

Maka dari itu perlu adanya analisis untuk kepentingan bersama sebagai
standar untuk memecahkan masalah. Kuatnya pendekatan kewenangan dan
legalitas formal dalam proses penyelenggaraan pemerintahan berakibat etika
konsekuensiliasme tidak dijadikan standar moral untuk mengambil tindakan
dalam kebijakan publik.

8
9

3.2 Saran

Saatnya baik pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kota menerapkan


konsep kepentingan bersama sebagai salah satu cara untuk menyelesaikan
masalah publik. Pendekatan kewenangan atau legalitas formal dalam urusan
pemerintahan tidak cukup efektif ketika masalah publik itu bersentuhan antar
Daerah atau antara pemerintah Kota dengan Pemerintah Provinsi dan yang
terpenting perlu adanya analisis yang lebih matang dalam perencanaan sebuah
konstruksi.

Anda mungkin juga menyukai